26 Takdir Dosen Jurusan Syariah STAIN Palopo

advertisement
Takdir
Dosen Jurusan Syariah STAIN Palopo
PERLINDUNGAN HAK- HAK PASIEN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN PERUNDANGUNDANGAN YANG BERLAKU
Abstract
Protection of the rights of patients to protect patients and their rights of
legal violations and abuse of rights. There been many laws that really
protect patients' rights explicitly and obviously, including: Act No. 8 of
1999 on the protection of consumers, chapters 1, 4, 7, 19, 23, 45, dan 46,
47, 48, and 63. , Act No. 23 of 1992 on health, chapters 4, 5, 53, 54.55.,
government Regulation 26 of 1960 on oath of Physicians and still stout
again. With the juridical basis over the protection of patients 'rights can be
carried out strictly in order to become a major solution to integration and
enforcement of patients' rights in health care
Keywords: Patient Rights, Legal Protection, and Health Services
Bab. I
Pendahuluan
A. Latar belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) pasti
membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk
orang yang sedang sakit. Orang yang sedang sakit (pasien) yang
tidak dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya, tidak ada
pilihan lain selain meminta pertolongan dari orang yang dapat
menyembuhkan penyakitnya, yaitu tenaga kesehatan. Tenaga
Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.1Dalam
hal ini tenaga kesehatan dapat ditemui oleh pasien di tempat-tempat
1
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
26
Jurnal Kajian Hukum
yang memberikan layanan kesehatan seperti Puskesmas, Balai
Kesehatan, tempat Praktek Dokter dan Rumah Sakit.
Pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di Daerah,
dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik
berbentuk pelayanan barang publik maupun pelayanan jasa. Dewasa
ini Masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi
pelayanan publik. Oleh sebab itu substansi administrasi sangat
berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan
organisasi pelayanan dalam mencapai tujuan.
Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat.
Reformasi dibidang kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu bahwa “tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal”.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah pada Bab IV pasal 11 ayat (2)
ditetapkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota adalah pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,
industry dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,
pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. Berdasarkan undang-undang
tersebut, bidang kesehatan menempati urutan kedua (setelah bidang
pekerjaan umum) dari bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan
oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota. Ini berarti bahwa dalam
rangka Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayahnya, dengan memberikan pelayanan yang
memuaskan.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal yang
memuaskan bagi pasien melalui upaya kesehatan perlu adanya
Jurnal Kajian Hukum
27
pelayanan yang baik yang diberikan oleh pegawai oleh sebab itu
dituntut kinerja yang tinggi dari pegawai.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas penulis akan
membahas tentang
- Bagaimana dasar hukum dan bentuk-bentuk perlindungan
hak-hak pasien berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku?
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Perlindungan Hak Pasien
Istilah ”Perlindungan Hak Pasien” memang sudah sering
terdengar, walaupun harus diakui ini merupakan fenomena baru
dalam dilematika dan problematika hukum. Hal ini menjadi sangat
popular seiring dengan maraknya pelanggaran-pelanggaran hak
pasien seperti terjadinya kasus malpraktek. Ironisnya, pelanggaran
hak pasien tersebut justru di negara Republik Indonesia, yang dikenal
sebagai negara hukum.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Perlindungan adalah
tempat perlindungan atau hal perbuatan memperlindungi.2 Sedangkan
menurut hukum, perlindungan adalah segala upaya yang bertujuan
memberikan perlindungan pada sesuatu atau seseorang atau badan
hukum. Menurut pengertian lain, perlindungan adalah tindakan yang
melindungi. Dari beberapa definisi perlindungan di atas, maka dapat
digarisbawahi bahwa perlindungan adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan
sesuatu, seseorang atau badan hukum.
Menurut pengertian umum, hak adalah milik, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh
Undang-Undang atau aturan, dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut istilah hukum, hak adalah kekuasaan untuk melakukan
sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang-Undang atau peraturan
2
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 526
28
Jurnal Kajian Hukum
lain.3 Menurut C.S.T.Kansil, pengertian hak adalah izin, kekuasaan
atau wewenang yang diberikan oleh hukum.4 Adapun Ahmad Azhar
Basyir mendefinisikan hak sebagai segala kepentingan yang ada
pada seseorang atau masyarakat, atau pada keduanya yang diakui
oleh syara’.5 Dari berbagai macam pengertian hak di atas, maka
dapat didefinisikan bahwa hak adalah segala ketentuan yang
dengannya syara’ menetapkan sesuatu kekuasaan atau otoritas dan
suatu pembebanan hukum bagi pemiliknya atau kewajiban atas
obyeknya.
Sedangkan pengertian pasien, ditinjau dari sudut pandang
hukum adalah setiap orang yang berstatus sebagai pemakai produk
barang dan/atau jasa dibidang kesehatan. Menurut Benyamin
Lumenta, pasien merupakan manusia yang unik : tubuhnya tidak
berfungsi dengan baik dan jiwanya pun mengalami hal yang sama.
Pasien juga seseorang yang berada dalam keadaan sakit dan ia
berusaha untuk sembuh dengan mengobatkan dirinya serta tunduk
pada pengobatan dan perawatan.6 Pasien juga merupakan sosok
individu yang memerlukan jasa di bidang kesehatan dengan cara
meminta bantuan pengobatan kepada dokter.7 Walaupun meminta,
setiap pasien tetap mempunyai hak. Dengan kata lain, dokter atau
rumah sakit tempat seorang pasien dirawat dan diobati harus
menghormati hak pasien dan tidak boleh memperlakukan pasien
semena-mena.8 Pengertian pasien disini merupakan pasien rumah
sakit. Dengan demikian, pasien adalah setiap orang yang berada
dalam kondisi sakit, baik jiwa maupun raganya atau setiap orang
3
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam
Ekonomi Islam, BPFE. Yogyakarta. Hal. 135
4
C.S.T Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta. Hal. 120
5
Ahmad Azhar Baysir, 2000. Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata
Islam). UII Press. Jakarta. Hal. 19
6
Benyamin Lumenta. 1989. Asien dan Perilaku Tinjauan Fenomena Sosial,
Kanisisus. Yogyakarta. Hal. 11
7
Rio Charistiawan, 2003. Aspek Hukum Kesehatan dalam Upaya Medis
Transpalansi Organ Tubuh, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Hal. 7
8
Ibid. Hal. 8
Jurnal Kajian Hukum
29
yang meminta pengobatan jasa pada layanan kesehatan guna
mencapai kesembuhannya dengan cara menjalani prosedur tindakan
medik tertentu.
Dari serangkaian paparan pengartian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perlindungan hak pasien adalah segala hak upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada hak-hak pasien. Dalam hal ini mencakup dua
aspek yaitu pribadi pasien dan hak-hak yang dimilikinya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa perlindungan hak pasien itu identik
dengan perlindungan terhadap pasien sekaligus haknya.. Dengan
demikian perlindungan hak pasien adalah suatu bentuk perlindungan
hukum terhadap hak-hak yang dimiliki oleh pasien.
B.
Bentuk-Bentuk Perlindungan Hak Pasien
Perlindungan hak pasien bertujuan untuk melindungi pasien
dan hak-haknya secara hukum dari pelanggaran-pelanggaran dan
penyalahgunaan hak. Dalam hal ini, perlindungan hak pasien
mempunyai bentuk dan format tersendiri sesuai dengan bidang
hukum konsumen yang menjadi landasan awalnya yaitu bidang
hukum kesehatan.
Adapun beberapa kemungkinan penyalahgunaan kelemahan
yang dimiliki konsumen dapat terjadi dalam tiga keadaan, yaitu (1)
ketika transaksi jual beli belum berlangsung (pra transaksi) berupa
iklan atau promosi yang tidak benar, (2) ketika transaksi itu sedang
berlangsung dengan cara tipe muslihat, dan (3) ketika transaksi telah
berlangsung dimana pelaku usaha tidak tahu menahu dengan
kerugian yang ditanggung konsumen (purna transaksi).9 Oleh karena
itu, bahasan tentang bentuk perlindungan hak pasien ini dimulai dari
proses pra transaksi sampai pada proses purna transaksi, yaitu
sebagai berikut :
1. Perlindungan dari Pemalsuan dan Informasi tidak Benar
Setiap produk yang diperkanalkan kepada pasien harus
disertai informasi yang benar.10 Informasi merupakan hal penting
bagi pasien, karena melalui informasi tersebut pasien dapat
9
Muhammad. 2004. Etika Bisis Islam. UUP AMP YKPN, Yogyakarta. Hal. 173
10
Shidarta, Huku Perlindungan Konsumen Indonesia. Hal. 23
30
Jurnal Kajian Hukum
mempergunakan hak pilihnya secara benar.11 Kelengkapan suatu
informasi, daya tarik dan kelebihan suatu barang atau produk
menjadi faktor yang sangat menentukan bagi pasien dalam memilih
pelayanan kesehatan yang ada. Untuk zaman sekarang media yang
digunakan oleh pelaku usaha tidak hanya berupa promosi lisan atau
tulisan saja, namun sudah menyebar pada seluruh media komunikasi
dan telekomunikasi yang tersedia, seperti surat kabar, televisi, faks
email, telepon dan internet.12 Ini mengakibatkan posisi konsumen
menjadi rawan, bahkan zaman sekarang pasien dihadapkan pada apa
yang dikenal dengan consumer ignorance, yaitu ketidakmampuan
konsumen menyeleksi informasi akibat kemajuan teknologi dan
keanekaragaman produk yang dipasarkan sehingga hal tersebut dapat
saja disalahgunakan oleh pelaku usaha.13 Oleh karena itu, konsumen
harus dilindungi dan diberi rasa aman dalam mendapatkan informasi
yang jujur dan bertanggungjawab tanpa adanya pemalsuan dan
penipuan didalamnya.
Semua informasi yang diberikan pada para pasien tidak hanya
berhubungan dengan kuantitas dan kualitas suatu barang, tetapi juga
berkaitan dengan efek samping suatu produk kesehatan atau bahaya
pemakaian yang tidak sesuai dosis standar, serta perlindungan
terhadap kepercayaan agama tertentu, seperti informasi halal atau
haramnya suatu produk.14
2. Perlindungan terhadap Hak Pilih dan Nilai Tukar tidak wajar.
Dalam mengkonsumsi suatu produk, pasien berhak untuk
menentukan pilihannya15 seandainya ia menjadi pembeli produk ia
juga bebas menentukan produk mana yang akan dibeli Hak untuk
memilih ini erat kaitannya dengan situasi pasar16 jika seorang atau
golongan di beri hak monopoli untuk memproduksi atau memasarkan
11
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang Perlindungan
Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 40
12
Muhammad, Etika Bisnnis Islam. Hal .173
13
Ibid.
14
Muhammad dan Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi
slam. Hal. 199
15
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Hal.27
16
Ibid
Jurnal Kajian Hukum
31
barang atau jasa, maka besar kemungkinan pasien kehilangan hak
dalam menentukan pilihannya17 Seorang pasien dapat dikatakan
mempunyai hak pilih disebabkan dua hal yaitu sebagai berikut:
a.
Apa bila dalam memenuhi kebutuhannya,ia terpaksa oleh
suatu ancaman tertentu, seperti akan menyakiti secara jasmani,
psikologi, atau mengancam untuk tidak memenuhi haknya dalam
masalah sosial ekonomi lainnya.18
b.
Apabila pasien tidak mempunyai pilihan karena kondisi yang
dipaksakan oleh mekanisme pasar yang monopolistic.
3. Perlindungan terhadap keamanan produk dan lingkungan sehat.
Disamping itu, buruknya kondisi lingkungan yang disebabkan
oleh para pelaku usaha umumnya yaitu berupa limbah pabrik,limbah
obat sangat mengganggu dan perlu mendapat perhatian serius,karena
semua ini berpengaruh langsung pada fisik pasien, termsuk di
dalamnya adalah liungkungan rumah sakit yang kumuh dan kurang
sehat serta pembuangan sampah dan limbah obat organik yang sangat
berbahaya. Oleh karena itu, pelindungan keamanan produk dan
lingkungan sehat sangat penting bagi pasien karena setia makhluk
hidup adalah konsumen atas lingkungannya hidupnya.19
Pemerintah juga harus mengawasi dan mampu memonitor
segala pelanggaran hak pasien dengan cara membentuk sebuah badan
pengawas yang mempunyai struktur hukum yang aktif dan efektif
untuk membela hak-hak pasien. Salah satunya adalah Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).20 Dengan adanya badan
17
Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelomppok pelakku
usaha. Lihat UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
18
Muhammad dan Alimin , Etika dan Perlindunngan Konsumen dalam Ekonomi
Islam. Hal. 206
19
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsuen dalam Etika Islam.
Hal. 216
20
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adlah suatu lembaga khusus
yang dibentuk oleh pemerintah di tiap-tiap Daerah Tingkat II untuk penyelesaian
sengketa konsumen di luar penngadilan . lihat UU No. 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan Konsumen pasal.49. lihat juga gunawan widjaja dan Ahmd Yani,
hukum tentang perlindungan konsmen. Hal 76
32
Jurnal Kajian Hukum
ini maka perlindungan dalam mendapat Advokasi dan penyelesaian
sengketa bagi pasien akan dapat terpenuhi dengan baik. Penyelesaian
sengketa itu dimulai dari pasien mengajukan gugatan, permintaan
ganti rugi, dan putusan pengadilan. Apabila keberatan dengan
putusan pengadilan dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
dan akan diselesaikan dengan putusan akhir Mahkamah Agung.
4. Perlindungan dan Penyalahgunaan Keadaan
Perlindungan dan penyalahgunaan keadaan adalah
perlindungan dari adanya keunggulan ekonomis ataupun psikologis
pada salah satu pihak21. Ada beberapa paktor penyalah gunaan
keadaan yaitu keadaan terjepit kesulitan keuangan,hubungan antara
atasan dengen bawahan dan kerugian yang sangat besar pada salah
satu pihak.22
5.
Perlindungan dengan mendapatkan ganti rugi akibat negatif
produk
Beban ganti rugi akibat negatif produk merupakan tanggung
jawab pengusaha. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu saja
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas kesepakatan para
pihak.23 untuk menghindar dari kewajiban memberikan ganti
kerugian,sering terjadi pelaku usaha mencantumkan klausula pada
produknya seperti “barang yang dibeli tidak dapat dikembalikan”, ini
juga sering terjadi didunia pelayanan kesehatan .24 pencantum secara
sepihak demikian tetap tidak dapat mengfhilangkan hak pasien untuk
mendapat kerugian. Adanya kecenderungan pelaku usaha untuk tidak
tahu menahu atas kerugian yang di derita pasien, benar-benar
mengharapkan sebuah hukum yang dapat memberi perlindungan bagi
pasien. Diantara hukum tersebut adalah hukum yang dalam waktu
21
Shidarta. Hukum Perlindungan konsumenn Indonesia. Hal. 86
22
Muhammad, etika Bisnis Islam . hal 186
23
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Hal. 29
24
Untuk mengatasi bahaya atau kerugian ppasien sebagai konsumen kesehatan
akibat kalausula baku ini, UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
pasal 18 ayat 1 sudah menyatakan pelarangan pelaku usaha untuk mencantuman
bberapa bentuk kalausula eksonaris, diantaranya. a. Menyatakan pengalihan
tanggungjawab konsumen, b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak untu
menolak penyerahan kembali barang yg dibeli.
Jurnal Kajian Hukum
33
bersamaan pihak pemerintah dan rakyat dapat menjadi pihak
penuntut.25 Dengan adanya pengawasan dari pemerinttah maka
perlindungan atas ganti rugi ini akanterlaksana dengan baik dan
pelaku usaha harus bertanggungjawab atas perbuatannya yang
merugikan pasien.
Ganti rugi secara umum terbagi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Dari segi penyebab ganti rugi26 ini ada lima macam, yaitu (1 )
kerusakan, (2) akad, (3) perbuatan, (4) penahanan dan (5)
tipudaya. Tema kerugian yang ditimbulkan oleh masalah
muamalan lebih tertujuh pada pembahasan dua hal penyebab yaitu
akad dan tipu daya.
b. Dari segi ukuran ganti rugi ini terbagi tiga macam yaitu :
1) Hak-hak harus diganti atau dikembalikan pada pihak
yang berhak sesuai dengan zat dan keadaannya yang asli
karena ia bentuk ganti rugi paling sempurna.
2) Apabila tidak mampu mengembalikan barang asli, maka
harus dikembalikan barang semisal.
3) Apabila tidak mampu mengembalikan barang semisal,
maka harus dikembalikan barang senilai dengan barang
asli.
Dengan adanya perlindungan atas ganti rugi ini akan sangat
menguntungkan pasien yang sangat sering mengalami kerugian.
Sudah saatnya seorang pasien bersikap propesional terhadap
pelayanan kesehatan tidak haanya administrasi saja yang harus
dipahami oleh pasien tapi juga landasan hukumnya. Jangan hanya
bersikap diam dan bungkam, saatnya pasien mandiri
mempertahankan hak-haknya secara hukum.
C. Landasan Hukum Perlindungan Hak Pasien
Dalam penjelasan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
disebutkan bahwa piranti hukum yang melindungi konsumen tidak
dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru
sebaliknya, sebab perlindungan konsumen dapat mendorong iklim
25
Muhammad, etika bisnis isllam. Hlm. 189
26
Muhammad dan alimin, etika dan perlindunngan konsumen dalam ekonmi
islam. Hal, 235-239
34
Jurnal Kajian Hukum
berusaha yang sehat, serta lahirnya perusahaan yang tangguh dalam
menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/ jasa yang
berkualitas.27 Undang-Undang tentang pelindungan konsumen ini
mengacu pada pilosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan
nasional termasuik pembangunan hukum yang memberikan
perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun
manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada palsafah
Negara Republik Indonesia, yaitu dasar Negara Pancasila dan
Konstitusi Negara UUD 1945. Ini berlaku untuk semua bidang
hukum kosumen,termasuk didalamnya yaitu perlindungan konsumen
bidang hukum kesehatan yang tidak lain adalah perlindungan hak
pasien.
Dalam KUHPerdata juga terdapat ketentuan-ketentuan yang
bertendensi melindungi pasien, seperti tersebar dalam beberapa pasal
buku III , bab-V , bagian II
yang dimulai dari pasal
1365,1366,1367,sampai 1368. Sedangkan dalam KUH Pidana
terdapat pasal–pasal tentang ganti rugi, kelalaian dokter dan
kerahasiaan kedokteran yaitu pasal 352, 359.360,361, dan 322 ,304
serta 531. Demikian pula dalam KUHD yaitu tentang pihak ketiga
yang harus dilindungi, bahkan dalam hukum adatpun ada dasar-dasar
yang menopang
hukum perlindungan pasien, seperti prinsip
kekerabatan yang kuat dari masyarakat adat yang tidak berorientasi
pada konflik yang memposisiskan bagi setiap warganya untuk saling
menghormati sesamanya, prinsip keseimbangan alam, prinsip fungsi
social dan sesuatu hak dan prinsip tentang dalam transaksi.
Disamping itu juga, perlindungan hak pasien terdapat dalam
deklarasi Geneva poin yang keempat yang menyebutkan “ kesehatan
penderita senantiasa akan saya utamakan”. Deklarasi Geneva itu
merupakan penjabaran dari sumpah
Hipokrates yang belum
mengatur secara rinci tentang peraturan disiplin ilmu kedokteran.28
Adapun peraturan-peraturan diatas pada dasarnya bukan
merupakan akhir dari hukum yang mengatur perlindungan hak
27
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen.
Hal. 17
28
Rio Christiawan.aspek hukum kesehatan dalam upaya medis trnsplantasi organ
tubuh. Hal. 72
Jurnal Kajian Hukum
35
pasien,sebab ini justru merupakan cikal bakal munculnya undangundang yang sangat bertendensi melindungi hak pasien secara tegas
dan jelas. Peraturan perundang-undangan tersebut adalah:
1. Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, pasal 1, 4, 7, 19, 23, 45, dan46, 47, 48, serta 63.
2. Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
4, 5, 53, 54,55.
3. Peraturan pemerintah No.26 Tahun 1960 tentang sumpah
Dokter
4. Peraturan pemerintah No.10 tahun 1966 tentang wajib simpan
rahasia Kedokteran pasal 1,2, 3.
5. Peraturan
menteri
kesehatan
Nomor
1333/Men.Kes/SK/IX/1999 Tentang
standar pelayanan
rumah sakit
6. Peraturan mentri kesehatan Nomor 585/Men.Kes/SK/IX/1989
Tentang Persetujuan tindakan medic,pasal,1, 2, 3, 4, 5, 6, dan
8, serta 13
7. Peraturan
menteri
kesehatan
Nomor
7494/Men.Kes/SK/IX/1989 Tentang Rekam medis pasal 2, 3,
4, 10, 11, 12, dan 20.
8. Peraturan
menteri
kesehatan
Nomor
434/Men.Kes/SK/IX/1983 Tentang berlakunya kode etik
Kedokteran Indonesia oleh para Dokter di Indonesia
9. Kode etik kedokteran di Indonesia pasal 1, 4, 9, 10, dan 11.
Dengan landasan yuridis di atas maka perlindungan hak
pasien dapat di laksanakan dengan tegas agar mampu menjadi sebuah
solusi besar dalam upaya pengintegrasian dan penegakan hak-hak
konsumen di Indonesia khususnya dan di dunia Internasional pada
umumnya
D. Macam –macam Hak Pasien
Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen di
berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan, yaitu29 :
29
Empat hak ini mengacu pada pidato presiden kennedy’s 1962 consument’s bill
of right dalam perkembangannya memang tidak hanya empat hak tersebut yng
dierjuangkan tapi ditambah dengan 3 hak baru yaitu: 1. The right to honesty, 2.
The right of fair agrements, dan 3. The right to privacy.
36
Jurnal Kajian Hukum
1.
2.
3.
4.
Hak untuk mendapat keamanan (the righ to safety)
Hak untuk mendapat informasi ( the righ to be informed)
Hak untuk memilih ( the righ to choose)
Hak untuk di dengar (the righ to heard)
Empat hak dasar ini diakui secara internasional dalam
perkembangannya, empak hak dasar yang dikemukakan oleh John F
Kennedy tersebut diakomondasikan dalam Undang-Undang Negaranegara didunia salah satunya adalah Indonesia yaitu dalam UndangUndang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4.
Ada delapan hal yang secara ekspelisit dituangkan dalam UndangUndang tersebut yaitu:
1. Hak atas keamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang- barang dan/ atau jasa
2. Hak untuk memilih barang/atau jasa serta mendapat barang
dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakannya
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secvara benar dan
jujur serta tdak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapat
dispensasi ganti rugi dan/atau
penggantian jika barang dan /atau jasa yang diterimah tidak
sesuai dengan perjanjian atau t5idak sebagaimana mestinya.
9. Hak hak yang di atur dalam ketentuan peraturan perundangundangan yang lain.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 tersebut, terdapat juga hakhak konsumen yang di rumuskan dalam pasal pasal berikutnya
khususnya dalam pasal 7 yang mengatur tentang kewajiban pelaku
usaha. Sebagaimana kita ketahui hak dan kewajiban mnerupakan
antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat
dilihat sebagai hak konsumen, begitu pula sebaliknya.
Jurnal Kajian Hukum
37
Hak-hak konsumen di atas berlaku untuk semua bidang
hukum konsumen yaitu segala sector jual beli barang dan/ atau jasa
termasuk di dalamnya adalh idang kesehatan dan kedokteran yang
mana sering di sebut dengan hak hak pasien sebagai konsumen
kesehatan.
Dahulu hubungan antara dokter dengan pasiennya bersifat
paternalistik, dimana pasien selalu mengikuti apa yang dikatakan dan
dianjurkan dokternya tanpa bertanya apapun. Sekarang dokter adalah
partner pasien dan kedudukan keduanya sama dihadapan hukum.
Pasien mempunyai hak-hak sendiri, demikian pula dokternya.30
Adapun hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan secara
sistematis (mulai yang diasumsikan paling mendasar), adalah sebagai
berikut :
1. Hak atas Kenyamanan, Keamanan dalam Perawatan dan
Pengobatan
2. Hak atas Persetujuan dan Informasi (informed consent)31
3. Hak untuk memilih dokter/sarana prasarana kesehatan
4. Hak atas Rahasia Kedokteran
5. Hak untuk menolak Pengobatan atau Perawatan32
6. Hak untuk menolak suatu tindakan medius tertentu
7. Hak untuk menghentikan pengobatan atau perawatan
8. Hak atas Pilihan Pendapat Kedua (second opinion)
9. Hak atas Rekam Media ( medical record)33
10. Hak untuk Menerima Ganti Rugi
11. Hak atas Advokasi dan Bantuan Yuridis
30
Rio Christiawan. Aspek Hukum Kesehatan.........hal. 7
31
Informed consent adalah persettujuan tindakan medias, sering juga disebut
dengan surat ijin tindakan medik, surat ijin operasi, surat perjanjian pasien.
Persetujuan tindakan informed consent ada dua bentuk yaitu; a. Implied consent
(diberikan berdasarkan isyarat pasien), dan b. Express consent (dinyatakan secara
lisan atau tulisan)
32
Dalam hal penolakan perawatan dan pengobatan pasien harus menandatangani
formulir penolakan tapi setelah diberi informasi oleh dokter.
33
Rekaman medis (meedical record) adalah informasi medis seorang pasien.
Sebeum ada istilah rekam medis dahulu digunakan istilah patienntent statues
(status pasien)
38
Jurnal Kajian Hukum
Dengan demikian paparan hak-hak pasien sebagai konsumen
kesehatan sesuai dengan standarisasi pelayanan kesehatan yang telah
ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Dengan fondasi kuat ini maka perlindungan hak pasien akan dapat
mendongkrak perkembangan gerakan perlindungan dan penegakan
hak konsumen (konsumerisme) di Indonesia dan di seluruh dunia.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
.Adapun hak-hak yang dilindung tersebut adalah:
1. Perlindungan dari Pemalsuan dan Informasi tidak Benar
2. Perlindungan terhadap Hak Pilih dan Nilai Tukar tidak wajar.
3. Perlindungan terhadap keamanan produk dan lingkungan
sehat.
4. Perlindungan dan Penyalahgunaan Keadaan
5. Perlindungan dengan mendapatkan ganti rugi akibat negatif
produk
Selain itu dalam Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dalam Pasal 4 diatur tetang hak-hak
konsumenn yaitu:
1. Hak atas keamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang- barang dan/ atau jasa
2. Hak untuk memilih barang/atau jasa serta mendapat barang
dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakannya
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secvara benar dan jujur
serta tdak diskriminatif.
Jurnal Kajian Hukum
39
8. Hak untuk mendapat
dispensasi ganti rugi dan/atau
penggantian jika barang dan /atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak hak yang di atur dalam ketentuan peraturan perundangundangan yang lain.
Adapun hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan secara
sistematis (mulai yang diasumsikan paling mendasar), adalah sebagai
berikut :
1. Hak atas Kenyamanan, Keamanan dalam Perawatan dan
Pengobatan
2. Hak atas Persetujuan dan Informasi (informed consent)
3. Hak untuk memilih dokter/sarana prasarana kesehatan
4. Hak atas Rahasia Kedokteran
5. Hak untuk menolak Pengobatan atau Perawatan
6. Hak untuk menolak suatu tindakan medius tertentu
7. Hak untuk menghentikan pengobatan atau perawatan
8. Hak atas Pilihan Pendapat Kedua (second opinion)
9. Hak atas Rekam Media ( medical record)
10. Hak untuk Menerima Ganti Rugi
11. Hak atas Advokasi dan Bantuan Yuridis
Selain itu, dalam KUHPerdata juga terdapat ketentuanketentuan yang bertendensi melindungi pasien, seperti tersebar dalam
beberapa pasal buku III , bab-V , bagian II yang dimulai dari pasal
1365,1366,1367,sampai 1368. Sedangkan dalam KUH Pidana
terdapat pasal–pasal tentang ganti rugi, kelalaian dokter dan
kerahasiaan kedokteran yaitu pasal 352, 359.360,361, dan 322 ,304
serta 531.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Baysir, 2000. Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum
Perdata Islam). UII Press. Jakarta.
Benyamin Lumenta. 1989. Asien dan Perilaku Tinjauan Fenomena
Sosial, Kanisisus. Yogyakarta.
C.S.T Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
40
Jurnal Kajian Hukum
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang
Perlindungan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika dan Perlindungan Konsumen
dalam Ekonomi Islam, BPFE. Yogyakarta.
Muhammad. 2004. Etika Bisis Islam. UUP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Rio Charistiawan, 2003. Aspek Hukum Kesehatan dalam Upaya
Medis Transpalansi Organ Tubuh, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Shidarta, 2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,
Grasindo, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI). 2000. Majalah Bulanan Warta
Konsumen, Edisi Januari.
Jurnal Kajian Hukum
41
Download