53-193-2-RV

advertisement
BATASAN KEWENANGAN NOTARIS DAN PPAT DALAM MEMBUAT
AKTA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
THE AUTHORITY LIMIT OF NOTARY PUBLIC AND LAND DEEDS IN
DRAWING UP DEEDS RELATING TO LAND
Diterima: 11/1/2017; Revisi: 15/08/2016; Disetujui: 30/08/2016`
Abstract:The aims of this research are to find out and study the authority
limit of Notary Public and Land Deeds in drawing up land deeds, and also the
legal consequence of Act Number 2 of 2014 concerning the Amandment of Act
Number 30 of 2004 concerning Notary Public Office in relation with the limit of
the authority of Notary Public in drawing up land deeds. The benefits of this
research is, theoretically to give contribution to further research is normative legal
research by studying library or legal resources, namely, primary, secondary and
tertiary legal resources. This type of research emphasize void of legal norms, and
it is analitytical prescriptive, because it is trying to give argumentation on the
research result which has been done.
The authority limit of Notary Public in drawing up land deeds consists of
three factors, namely Notary’s authority in general, Notary’s authority in
particular, and Notary’s authority which is determined later. The limit of Notary’s
special authority examined consists of drawing up deeds related to lands as a in
Article 15 paragraph (2) letter f of the Notary Office Act which is further
elaborated in Notary Office Act, Article 17 point g concerning prohibition to act
as Land Deeds Drawing Official and Article 19 figure 2 concerning the domicile
of Notary Public as the Land Deed Drawing Official.
When a deed has to be made in front of the Land Deed Drawing Official,
but the right receiver does not meet requirement to get the land right, then the
deed must be drawn up in front of the Notary Public. The legal consequence is
that the deed is legal, provided that the making of the deed is in accordance with
the prevailing regulations and referring to Act number 2 of 2014 concerning
Notary Public Office. However, if in the making of the land deed, Notary Public
does not comply with the provisions of Notary Public Office Act, he/she may be
sanctioned according to private law, criminal law and administrative law.
Keywords: authority limit, Notary Public, Land Deed
Abstrak: Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini ada dua hal
yaitu pertama adalah untuk mengetahui dan mengkaji batas kewenangan notaris
dan PPAT dalam hal membuat akta yang berkaitan dengan tanah. Termasuk
akibat hukum Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengenai batas
kewenangan notaris dalam hal membuat akta yang berkaitan dengan tanah.
Mengenai kegunaan dari penelitian tesis ini adalah secara teoritis diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada peneliti dalam menambah ilmu pengetahuan
hukum khususnya dalam bidang kenotariatan dan dapat menambah pengetahuan
hukum yang dapat digunakan oleh pihak yang memerlukan sebagai bahan kajian
ilmu hukum. Metode yang dapat dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau bahan hukum. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Tipe penelitian
ini adalah menitikberatkan adanya kekosongan/kekaburan
norma hukum,
khususnya Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN mengenai kewenangan notaris membuat
akta tanah. Penelitian ini bersifat preskriptif analitis, karena berusaha untuk
memberikan argumentasi atas penelitian yang telah dilakukan.
Batasan kewenangan notaris dalam membuat akta yang berkaitan dengan tanah
meliputi tigal hal yaitu kewenangan notaris secara umum, kewenangan notaris
secara khusus dan kewenangan notaris yang ditentukan kemudian. Mencermati
batasan kewenangan khusus dari notaris, yaitu membuat akta yang berkaitan
dengan pertanahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN,
selanjutnya diperjelaslagi oleh UUJN yaitu pada Pasal 17 butir g mengenai
larangan jabatan sebagai PPAT dan Pasal 19 angka 2 mengenai tempat kedudukan
notaris sebagai PPAT.
Akibat hukum dari suatu akta yang seharusnya dibuat dihadapan PPAT tetapi
karena penerima hak tidak memenuhi syarat mendapatkan suatu hak atas tanah
maka aktanya harus dibuat dihadapan notaris adalah tetap sah, asalkan dalam
pembuatan aktanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berpedoman
kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. Namun,
apabila notaris dalam membuat akta tanah tidak memenuhi aturan UUJN maka
dapat terkena sanksi, baik itu sanksi menurut hukum perdata, pidana dan
administratif.
yang ada di Indonesia. Lembaga ini
PENDAHULUAN
adalah
timbul dari kebutuhan dalam pergaulan
salah satu lembaga kemasyarakatan
sesama manusia yang menghendaki
Lembaga
Kenotariatan
adanya suatu alat bukti mengenai
Pada tahun 1860 Pemerintah
hubungan hukum keperdataan yang ada
Hindia-Belanda
dan atau terjadi diantara mereka.
untuk
Berbicara
mengenai
notaris
memandang
membuat
yang
baru
perlu
peraturan-peraturan
mengenai
jabatan
tentunya tidak terlepas dari awal
notaris.Untuk itulah maka diundangkan
keberadaan
itu
“Notaris Reglement” pada tanggal 26
sendiri. Pada mulanya notaris muncul
Januari 1860 (Stb. No.3) dan mulai
di negara Italia atau tepatnya pada
diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1860
jaman Romawi pada abad kelima.
yang
Nama
lembaga
notaris
notariat
berasal
dari
sekarang
dikenal
dengan
Peraturan Jabatan Notaris.
perkataan Notarius, ialah nama yang
Bahkan
sampai
Indonesia
keberadaan
lembaga
dipakai pada zaman Romawi. Nama
merdeka
tersebut diberikan kepada orang-
kenotariatan sebagaimana yang diatur
orang yang menjalankan pekerjaannya
dalam Reglement op Het Notaris Ambt
menulis.1
in
Di negara Perancis ini lembaga
kenotariatan
sangat
berkembang
dengan pesat. Pesatnya perkembangan
Nederlands
Indie(Stb.1860:
3)
mengenai peraturan Jabatan Notaris
masih diberlakukan.
Peraturan
Jabatan
Notaris
di
lembaga ini membuat negara jajahan
Indonesia yaitu Reglement op Het
Perancis
Notaris
yaitu
Belanda
membawa
lembaga kenotariatan ini ke negaranya.
Keberadaan
lembaga
notaris
Ambt
Indie(Stb.1860:
in
Nederlands
3)
berikutnya ternyata
masa
masih banyak
sangat diperlukan sekali oleh Belanda
kekurangan
yang menjajah Indonesia. Keberadaan
peraturan ini dalam artian banyak
lembaga ini sangat besar manfaatnya
ketidakcocokan dalam perkembangan
bagi
kenotariatan di Indonesia.
pemerintah
Belanda
untuk
mengatur pemerintahannya.
yang
pada
dimiliki
oleh
Setelah beberapa puluh tahun
Peraturan
Jabatan
Notaris
buatan
Belanda berlaku di Indonesia, maka
1
Henny Tanuwidjaja. 2012. Pranata
Jaminan Utang dan sejarah Lembaga Hukum
Notariat. Bandung: Refika Aditama, hlm. 4
pada era reformasiperjalanan notaris di
Indonesia mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan negara
Begitu juga halnya
dengan
dan bangsa Indonesia. Hal ini ditandai
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
dengan keluarnya peraturan mengenai
Keberadaan Pejabat Pembuat Akta
jabatan notaris yaitu Undang-Undang
Tanah ini asal mulanya adalah perintah
Nomor 30 Tahun 2004 yang mengatur
dari Undang-Undang Pokok Agraria
tentang Jabatan Notaris atau yang
Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19 yang
disebut dengan UUJN.
menghendaki adanya pendaftaran tanah
Undang-Undang Jabatan Notaris
menurut
ketentuan-ketentuan
yang
tersebut diatas dalam sepuluh tahun
diatur dalam PP. Maka dari itu lah
perjalanannya ternyata masih perlu
muncul PP Nomor 24 Tahun 1997
perbaikan atau revisi di dalam pasal-
Tentang Pendaftaran Tanah. Untuk
pasal yang ada. Ini terbukti pemerintah
melaksanakan pendaftaran Tanah yang
bersama
telah
dimaksud, Kepala Kantor Pertanahan
mengesahkan Undang-Undang Nomor
dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Tanah (PPAT).
dengan
DPR
Undang-Undang Nomor 30 Tahun
Pejabat Pembuat Akta Tanah ini
2004 Tentang Jabatan Notaris pada
diatur pada PP Nomor 37 Tahun 1998
tanggal 15 Januari 2014 dan mulai
tentang Peraturan Pejabat Pembuat
berlaku pada tanggal diundangkan.
Akta Tanah (PPAT) Pasal 1 yang
Mengenai Notaris itu sendiri,
menyebutkan bahwa PPAT adalah
pengaturannya dapat ditemui dalam
Pejabat
UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang
kewenangan membuat akta-akta otentik
Peraturan Jabatan Notaris Pasal 1
mengenai perbuatan hukum tertentu
angka 1 menyebutkan bahwa notaris
mengenai Hak Atas tanah atau Hak
adalah pejabat umum yang berwenang
Milik Atas Satuan Rumah Susun.
untuk membuat akta autentik
kewenangan
yang
Sebagaimana
diberi
diketahui,
sebagaimana
kewenangan pembuatan akta yang
dimaksud dalam undang-undang ini
berkaitan dengan tanah adalah juga
atau
merupakan kewenangan dari Pejabat
lainnya.
lainnya
dan
Umum
berdasarkan
undang-undang
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dengan
kata
lain,
kewenangan
mengenai
pembuatan akta tanah yang dimiliki
RUMUSAN MASALAH
oleh PPAT juga dimiliki oleh notaris
1.
Bagaimana batasan kewenangan
sebagaimana yang diatur oleh Undang-
notaris
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 15
membuat
ayat 2 huruf f mengenai kewenangan
dengan tanah ?
notaris membuat akta yang berkaitan
dengan tanah.
2.
kewenangan notaris
dan
akta
PPAT
yang
dalam
berkaitan
Bagaimana akibat hukum UndangUndang Nomor
2 Tahun 2014
membuat akta yang berkaitan dengan
tentang
tanah ini ternyata masih menimbulkan
Undang Nomor30 Tahun 2004
konflik antara notaris dengan pihak
tentang Jabatan Notaris dalam hal
BPN
notaris
itu
sendiri.
Pihak
BPN
kemungkinan tidak mau memproses
Perubahan
membuat
Undang-
akta
yang
berkaitan dengan tanah ?
akta tanah yang dibuat oleh notaris
apabila notaris tidak menjabat sebagai
TUJUAN PENELITIAN
PPAT. Pasal 15 ayat 2 huruf f ini dapat
a.
Untuk
mengetahui
dan
dikatakan ada kekaburan hukum karena
mengkajibatas kewenangannotaris
ketidakjelasan
dan PPAT dalam hal membuat
batas
kewenangan
notaris dan PPAT dalam membuat akta
yang berkaitan dengan tanah.
Notaris dan PPAT masih berada
akta yang berkaitan dengan tanah;
b.
Untuk mengetahui dan mengkaji
akibat
hukum
Undang-Undang
dibawah payung hukum yang berbeda.
Nomor
2 tahun 2014 tentang
Tetapi keduanya berwenang membuat
Perubahan
akta pertanahan. Apabila ada pihak-
Nomor30 Tahun 2004 tentang
pihak yang merasa tidak puas atau
Jabatan
merasa dirugikan oleh adanya UUJN
kewenangan notaris dalam hal
dan Peraturan Pemerintah mengenai
membuat
PPAT, maka dapat melakukan cara lain
dengan tanah.
Undang-Undang
Notaris
akta
mengenai
yang
berkaitan
yaitu dengan cara mengajukan Judicial
Review atau hak uji materiil ke
Mahkamah Agung.
METODE PENELITIAN
Metode yang dapat dipakai dalam
penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif dengan menggunakan tiga
kewenangan utama notaris sebagai
bahan hukum yang terdiri dari bahan
pejabat umum dalam membuat akta
hukum primer, bahan hukum sekunder
yang autentik ada pada Pasal 1 angka 1
dan
yang
UUJN. Selain membuat akta yang
kepustakaan.
autentik, notaris dapat juga membuat
bahan
merupakan
hukum
tersier
penelitian
Tipe penelitian hukum ini adalah
Surat
menitikberatkan
Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa
adanya
Kuasa
Membebankan
kekosongan/kekaburan norma hukum,
Membebankan
khususnya Pasal 15 ayat 2 huruf f
(SKMHT). Pembuatan SKMHT ini pun
UUJN mengenai kewenangan notaris
ada pada wilayah kewenangan PPAT.
dan PPAT dalam membuat akta yang
Dalam
berkaitan dengan tanah. Sifat penelitian
Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.
ini adalah preskriptif analitis karena
Undang-undang ini menyatakan pada
berusaha
Pasal 15 ayat 1 bahwa Surat Kuasa
untuk
memberikan
Hak
Hak
Tanggungan
Undang-Undang Nomor 4
argumentasi atas hasil penelitian yang
Membebankan
telah
(SKMHT) wajib dibuat dengan akta
dilakukan
mengenai
batasan
kewenangan notaris dan PPAT dalam
membuat akta yang berkaitan dengan
tanah.
Hak
Tanggungan
Notaris atau akta PPAT.
Ada perbedaan dengan surat yang
ada biasanya dibuat oleh masyarakat
umum.Surat dapat dicontohkan seperti
tiket pesawat, karcis kereta api dan
TEORI
Kewenangan paling utama dan
lain-lain.
mendasar yang dimiliki oleh notaris
Menurut Sudikno Mertokusumo,
adalah membuat akta yang autentik.
akta adalah suatu surat yang diberi
Keautentikan akta yang dibuat oleh
tanda tangani, yang memuat peristiwa-
notaris
pada
peristiwa yang menjadi dasar daripada
dasarnyamencerminkan kehendak dari
suatu hak atau perikatan, yang dibuat
adalah
para pihak yang dituangkan kedalam
bentuk akta. Oleh karena itu sifat
keautentikan akta ini
diragukan
tidak perlu lagi
kebenarannya.
Mengenai
sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian.2
Menurut Mustofa Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan yang
Akta menurut Undang-Undang
dapat dibuat oleh notaris adalah dalam
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
hal obyek hak tanggungan. Apabila
Notaris menyebutkan dalam Pasal 1
obyek hak tanggungan terletak diluar
angka 7 adalah akta autentik yang
wilayah kerja PPAT maka SKMHT
dibuat oleh atau dihadapan notaris
dibuat oleh notaris dengan akta dan
menurut bentuk dan tata cara yang
nomor urut notaris.5
ditentukan dalam undang-undang ini.
Pengertian akta menurut Kamus
Besar
Bahasa
adalah
surat
pengakuan,
berisi
dibuat oleh notaris adalah akta-akta
Indonesia
(KBBI)
yang
ijazah,
piagam,
pengoperan hak, akta pengikatan jual-
kesaksian,
pernyataan
juga
berupa
akta
beli, akta pengikatan
(keterangan,
pelepasan hak atau jual-beli rumah dan
tentang peristiwa hukum yang dibuat
peraturan
dibuat
tanda bukti
pengakuan, keputusan dan sebagainya)
menurut
Dalam prakteknya, akta yang
hukum
hibah, akta
pengoperan hak.
Dengan demikian SKMHT dibuat
yang
oleh notaris adalah merupakan sebuah
berlaku, disaksikan dan disahkan oleh
akta yang wajib dibuat dalam hal obyek
pejabat resmi.3
hak tanggungan.
Sedangkan arti dari surat itu
sendiri
berdasarkan
Kamus
Akta
notaris
merupakan
Besar
perjanjian para pihak yang mengikat
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kertas
mereka membuatnya, oleh karena itu
yang bertulis
syarat-syarat sahnya perjanjian harus
berbagai-bagai isi dan
maksudnya.4
dipenuhi.
perjanjian
Syarat-syarat
ada
pada
Pasal
sahnya
1320
KUHPerdata.
2
Urip
Santoso,2016.
PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH , Perspektif
Regulasi, Wewenang dan Sifat AktaTeknik
Pembuatan Akta. Jakarta: Prenadamedia
Group, hlm.126.
3
Suharso dan Ana Retno Ningsih. 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya, hlm. 639.
4
Ibid,hlm 506.
Syarat sahnya suatu perjanjian itu
diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata
5
Mustofa.2012.Tuntunan Pembuatan
Akta-Akta PPAT. Yogyakarta: Karya
Mediahlm.302-303
yang mana perjanjian yang dibuat oleh
diharuskan oleh peraturan perundang-
para pihak harus memenuhi empat
undangan. Untuk Kewenangan notaris
syarat:
secara khusus adalah seperti membuat
1) Sepakat mereka yang mengikatkan
akta yang berkaitan dengan tanah
dirinya;
sebagaimana yang diatur oleh Pasal 15
2) Kecakapan untuk membuat suatu
perikatan;
ayat
2
huruf
f
UUJN.Mengenai
kewenangan notaris yang ditentukan
3) Suatu hal tertentu;
kemudian adalah sepertikewenangan
4) Suatu sebab yang halal.
yang
Mengenai
syarat
“suatu
hal
akan
ditentukan
berdasarkan
aturan hukum lain yang akan datang
tertentu” dan syarat ”kuasa yang halal”
kemudian
dinamakan syarat obyektif, karena
misalnya saja dalam pendirian partai
berkenaan
politik
dengan
obyek
dari
perjanjian. Apabila perjanjian dibuat
(ius
wajib
constituendum),
dibuat
dengan
akta
notaris.6
dengan tidak memenuhi syarat ini
Rumusan Pasal 15 ayat 2 huruf
maka berakibat perjanjian batal demi
(f) mengatur mengenai kewenangan
hukum.
notaris dalam membuat akta pertanahan
sebagaimana yang disebutkan oleh
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kewenangan
notaris
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
dalam
tentang
Perubahan
membuat akta menurut Pasal 15 UUJN
Undang
nomor
dapat dibedakan menjadi tiga macam
mengenai Jabatan Notaris. Menurut
yaitu
rumusan Pasal 15 ayat (2) huruf (f)
kewenangan
notaris
secara
adalah
30
atas
Undang-
Tahun
kewenangan
2004
umum, kewenangan notaris secara
tersebut
yang
khusus dan kewenangan notaris yang
dimiliki oleh Notaris tanpa merangkap
ditentukan kemudian.
jabatan sebagai PPAT.
Mengenai kewenangan notaris
Kewenangan yang dimiliki oleh
secara umum sebagai contoh adalah
notaris dalam membuat akta tanah
notaris membuat akta autentik yang
menyangkut
perjanjian
semua
dan
perbuatan,
ketetapan
yang
6
Habib Adjie. 2011.Hukum Notaris
Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris). Bandung: Refika Aditama, hlm 83.
ternyata mempunyai kewenangan yang
dibuat dengan akta Notaris atau akta
sama dengan akta pertanahan yang
PPAT.
dibuat oleh PPAT.
Mengenai tugas dan wewenang
Pejabat Pembuat Akta Tanah
telah
dikenal
sejak
berlakunya
Peraturan Menteri Agraria Nomor 10
Tahun
1961
tentang
Tanah,
yang merupakan
lainnya dari PPAT menurut PP Nomor
37 Tahun 1998 Pasal 2 menyebutkan
bahwa:
Pendaftaran
(2) Perbuatan
peraturan
hukum
sebagaimana
yang
pendaftaran tanah sebagai pelaksanaan
dimaksud pada ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
adalah sebagai berikut :
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
1. Jual beli;
Agraria atau lebih dikenal dengan
2. Tukar menukar;
nama Undang-Undang Pokok Agraria.
3. Hibah;
Dalam peraturan Pejabat Pembuat Akta
4. Pemasukan
Tanah disebutkan sebagai pejabat yang
berfungsi
membuat
akta
ke
dalam
perusahaan (inbreng);
yang
5. Pembagian hak bersama;
bermaksud memindahkan hak atas
6. Pemberian Hak Guna
tanah, memberikan hak baru atau
Bangunan/Hak
membebankan hak atas tanah.
Atas Tanah Hak Milik;
Untuk
melaksanakan
kegiatan
7. Pemberian
pendaftaran tanah, PPAT mempunyai
Pakai
hak
Tanggungan;
tugas dan wewenang untuk melakukan
8. Pemberian
kegiatan tersebut. Hal ini dapat ditemui
membebankan
pada UU Nomor 4 Tahun 1996
Tanggungan.
Kuasa
Hak
Mengenai Hak Tanggungan dan PP
Pada prakteknya, pembuatan akta
Nomor 37 Tahun 1998 Mengenai
yang berkaitan dengan tanah ini dapat
Peraturan Jabatan PPAT. Menurut UU
dilakukan oleh notaris yang merangkap
Nomor 4 Tahun 1996 mengenai Hak
jabatan sebagai PPAT. Misalnya saja
Tanggungan
Pasal
15
1
notaris sebagai PPAT dapat membuat
mengatakan
bahwa
Surat
Kuasa
akta peralihan hak atas tanah yang
ayat
Membebankan Hak Tanggungan wajib
sudah
berakhir
jangka
waktunya
menjadi tanah Negara, tanah yang
Mengenai kewenangan Notaris
dijadikan hak sewa dan hak-hak yang
membuat akta yang berkaitan dengan
menumpang pada hak atas tanah
pertanahan sebagaimana yang diatur
lainnya. Ditambah lagi akta pengikatan
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf (f) UUJN
yang dibuat oleh notaris yaitu akta
sampai pada saat sekarang belum ada
pengikatan jual-beli rumah dan akta
kesepakatan
pengikatan hibah.
Hukum dan HAM dengan BPN. Lagi
antara
Kementerian
Selain itu ada lagi kewenangan
pula pada prakteknya, belum ada
yang diberikan oleh undang-undang
keberanian dari pihak notaris itu sendiri
kepada notaris, yaitu Undang-Undang
yang tidak merangkap jabatan sebagai
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
PPAT untuk membuat akta yang
Tanggungan.
berkaitan dengan tanah. Pihak Badan
mengenai
Undang-undang
hak
tanggungan
ini
Pertanahan
Nasional
tidak
akan
menyatakan pada Pasal 15 ayat 1
memproses akta-akta yang berkaitan
bahwa Surat Kuasa Membebankan Hak
dengan tanah yang dibuat oleh notaris
Tanggungan (SKMHT) wajib
tanpa ada rangkap jabatan sebagai
dengan
akta
Notaris
dibuat
atau
akta
PPAT.
PPAT.
Sebenarnya kewenangan notaris
Mengenai kewenangan notaris
membuat akta yang berkaitan dengan
membuat akta yang berkaitan dengan
tanah
pertanahan diatur oleh UUJN. Namun
diberikan oleh UUJN. Kewenangan ini
dalam
banyak
diadasarkan atas notaris sebagai pejabat
menimbulkan reaksi baik dari pihak
umum yang dapat membuat akta
Kementerian
Hukum
HAM,
autentik. Jadi sebagai pejabat umum
Kementerian
Agraria
Tata
notaris dapat membuat akta tanah dan
perjalanannya
dan
dan
adalah
Ruang/BPN maupun dari Notaris dan
berarti
PPAT itu sendiri. Pihak BPN
PPAT.
tidak
kewenangan
yang
notaris dapat disebut sebagai
mau menerima akta tanah yang dibuat
Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN
oleh Notaris yang tidak merangkap
mengenai kewenangan notaris dapat
sebagai PPAT.
membuat akta yang berkaitan dengan
tanah
adalah
kewenangan
yang
diberikan oleh undang-undang kepada
berwenang membuat akta hak atas
notaris. Kewenangan yang dimiliki
tanah
oleh notaris ini memiliki kesamaan
membuat akta berdasarkan undang-
wewenang dengan PPAT dalam hal
undang,
membuat akta tanah. Di dalam UUJN
berdasarkan
tersebut tidak ada larangan notaris
Oleh sebab itu, maka kewenangan
membuat akta yang berkaitan dengan
notaris sebagaimana yang disebutkan
tanah. Wewenang notaris membuat
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf f UUJN
akta yang berkaitan dengan tanah pada
harus dapat diterapkan sebagaimana
prakteknya dapat disebutkan disini
mestinya.
salah satunya adalah dapat melakukan
peralihan hak atas tanah.
disebabkan
sedangkan
notaris
dalam
PPAT
Peraturan
hanya
Pemerintah.
Akibat hukum dari suatu akta
yang seharusnya dibuat dihadapan
Notaris menurut Pasal 15 ayat 2
PPAT tetapi karena penerima hak tidak
huruf f UUJN memang mempunyai
memenuhi syarat mendapatkan suatu
kewenangan untuk membuat akta yang
hak atas tanah maka aktanya harus
berkaitan dengan tanah, misalnya saja
dibuat dihadapan notaris adalah tetap
notaris dapat membuat akta peralihan
sah, asalkan dalam pembuatan aktanya
hak atas tanah, sebagaimana yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dilakukan oleh PPAT. Notaris memang
danberpedoman
diperbolehkan
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
untuk
membuatnya
disebabkan ada undang-undang yang
khusus
mengatur
Undang-
Jabatan Notaris.
notaris.
Mengenai konflik yang terjadi
Mengenai undang-undang yang khusus
antara notaris dengan pihak BPN
mengatur PPAT sampai sekarang tidak
mengenai
ada pengaturannya dalam undang-
antara notaris dan PPAT dalam hal
undang. Pejabat Pembuat Akta Tanah
membuat akta yang berkaitan dengan
hanya
diatur
jabatan
kepada
kewenangan
yang
sama
di
dalam
Peraturan
tanah agar tidak menjadi konflik yang
saja
yaitu
Peraturan
berkepanjangan,
seharusnya
Pihak
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
BPN
hal
harus
Tentang
Peraturan
Jabatan
PPAT.
memperhatikan Pasal 17 butir g dan
Dengan
demikian
notaris
lebih
Pasal 19 angka 2 UUJN. Kedua pasal
Pemerintah
dalam
ini
ini keduanya saling berkaitan erat.
pertentangan antara peraturan
Pasal
perundang-undangan
17
butir
g
menyebutkan
yang
mengenai larangan rangkap jabatan
tinggi dengan yang rendah,
sebagai PPAT, sedangkan Pasal 19
maka yang tinggilah harus
angka 2 mengenai tempat kedudukan
didahulukan.
notaris sebagai PPAT.
Maksud
dari
Dari dua hal tersebut diatas
tersebut
mengenai lex porteriori derogat legi
adalah kewenangan notaris melakukan
priori, hal ini berarti Undang-Undang
pekerjaan sebagai PPAT hanya boleh
Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014
dilakukan di kabupaten atau kota
adalah
tempat notaris berkantor, tidak boleh
mengalahkan
Peraturan
lagi dilakukan untuk satu provinsi.
yang
lama
Selain itu pula, berarti notaris tidak
mengatur Pejabat Umum
boleh membuka kantor PPAT berbeda
Nomor
dengan
Peraturan Jabatan PPAT.
tempat
UUJN
kedudukan
kantor
notarisnya. Apabila melanggar notaris
mendapatkan sanksinya.
Cara
yang
mengatasi
persoalan
sudah
untuk
37
yang
Pemerintah
berlaku
Tahun
baru
1998
yang
yaitu PP
tentang
Mengenai lex superior derogat
legi
terbaik
undang-undang
inferiori,
pertentangan
yaitu
apabila
antara
ada
peraturan
mengenai
perundang-undangan yang lebih tinggi
kesamaan wewenang ini setidaknya
dengan peraturan perundang-undangan
dapat
yang lebih rendah, maka
diselesaikan
dengan
menggunakan asas-asas hukum, yaitu:
a) lex porteriori derogat legi
Undang-
Undang Jabatan Notaris Nomor 2
Tahun
2014
adalah
peraturan
priori, artinya peraturan atau
perudang-undangan yang mempunyai
undang-undang
baru
derajat yang lebih tinggi daripada
mengesampingkan peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun
atau
1998 tentang PPAT.
yang
undang-undang
yang
lama yang mengatur hal yang
sama.
b) lex superior derogat legi
inferiori, artinya jika terjadi
Selain cara tersebut diatas, apabila
ada pihak-pihak yang merasa tidak
puas
adanya
atau
merasa
UUJN
dirugikan
dan
oleh
Peraturan
Pemerintah mengenai PPAT, maka
Jabatan
dapat melakukan cara lain yaitu dengan
bertentangan dengan undang-undang
cara mengajukan judicial review ke
dan
Mahkamah Agung.
(Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Judicial
Review
adalah
kekuasaan
melakukan
yudikatif
pengujian
peraturan
yang
yang
dianggap
lebih
tinggi
tentang Peraturan Jabatan Notaris).
merupakan hak menguji (toetsingrecht)
dari
PPAT)
Notaris dalam kewenangannya
untuk
membuat akta harus sesuai dengan
terhadap
peraturan perundang-undangan yang
peraturan perundang-undangan.7
berlaku.Notaris dapat dikenakan sanksi
Sehubungan mengenai judicial
baik
secara
administrasi,
perdata
review ini antara peraturan perundang-
bahkan dapat dikenai pidana akibat
undangan
ketidakcermatan dan kelalaian dalam
yang
mengatur
jabatan
notaris dan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang jabatan PPAT ada
membuat akta.
Akta yang dibuat oleh notaris
peluang bagi pihak-pihak yang merasa
tentunya
dirugikan atas timbulnya UUJN dan
kesepakatan perjanjian yang dibuat
Peraturan Pemerintah mengenai PPAT
oleh para pihak. Adanya keterikatan
untuk mengajukan judicial review ke
antara pihak yang satu terhadap pihak
Mahkamah
saja
yang lain tentunya ada kesepakatan
mengajukan judicial review (hak uji
dalam perjanjian. Hal ini sesuai dengan
materiil)
Pemerintah
syarat sahnya suatu perjanjian itu diatur
mengenai PPAT terhadap Undang-
dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang
Undang Jabatan Notaris.
mana perjanjian yang dibuat oleh para
Agung.
Misalnya
Peraturan
Pengajuan judicial reviewdapat
dilakukan karena
materi peraturan
perundang-undangan di bawah undangundang (Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1998 tentang Peraturan
harus
berpatokan
pihak harus memenuhi empat syarat:
1) Sepakat
mereka
Uji
yang
mengikatkan dirinya;
2) Kecakapan untuk membuat
suatu perikatan;
3) Suatu hal tertentu;
7
Imam Soebechi. 2016.
Hak
Materiil.Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 65
pada
4) Suatu sebab yang halal.
Mengenai unsur kalimat sepakat
2) Tidak
mereka yang mengikatkan dirinya dan
umum
kecakapan
atau
untuk
perikatan
adalah
membuat
syarat
suatu
subyektif.
maka
bersangkutan;
Menurut Undang-Undang Nomor
tersebut
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
dapat dibatalkan. Selanjutnya mengenai
Undang-Undang Nomor 30 Tahun
syarat kalimat suatu hal tertentu dan
2004 Mengenai Jabatan Notaris dalam
suatu sebab yang halal tidak dapat
Pasal 84 ditentukan ada ketentuan
terpenuhi maka perjanjian tersebut
sanksi bagi notaris yang melakukan
batal demi hukum. Maka perjanjian
pelanggaran dalam membuat aktayang
yang tidak memenuhi syarat obyektif
mengakibatkan
ini
mempunyai
dianggap
perjanjian
yang
pejabat
3) Cacat dalam bentuknya.
Apabila syarat subyektif ini tidak dapat
dipenuhi
mempunyai
perjanjiannya
secara
yuridis tidak pernah ada.
suatu
kekuatan
akta
hanya
pembuktian
sebagai akta di bawah tangan atau
Apabila notaris menganggap hal-
suatu akta hanya menjadi batal demi
hal yang diperjanjikan oleh pihak-pihak
hukum dapat menjadikan alasan bagi
yang menghadap tersebut memenuhi
pihak yang menderita kerugian untuk
syarat sahnya suatu perjanjian maka
menuntut penggantian biaya, ganti rugi
notaris dapat menuangkan kehendak
dan bunga kepada notaris.
pihak-pihak ke dalam suatu akta.
notaris
Menurut UUJN tersebut adalah
Menurut Habib Adjie, akta
tindakan pelanggaran yang dilakukan
yang mempunyai kekuatan
oleh
pembuktian
sebagai
terhadap
ketentuan
dibawah
sebagaimana yang dimaksud dalam
tangan dapat ditemukan pada Pasal
Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat
1869 KUH Perdata dapat terjadi jika
(1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal
tidak memenuhi ketentuan karena:8
48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51 atau
1) Tidak
akta
notaris
berwenangnyapejabat
umum yang bersangkutan;atau
pasal 52.
Sebagai pejabat umum notaris
dituntut untuk menanggung segala
sesuatu
8
Habib Adjie.Op.cit., hlm.94
terhadap
akta
yang telah
dibuatnya. Apabila akta yang dibuat
ternyata di belakang hari menimbulkan
dinyatakan
akibat
perbuatan pidana.
hukum
sengketa,
atau
maka
menimbulkan
hal
ini
patut
bersalah
Bentuk-bentuk
melakukan
sanksi
inipun
dipertanyakan apakah akta yang dibuat
bervariasi, seperti pidana mati, pidana
tersebut merupakan kesalahan notaris
seumur
atau kesalahan para pihak yang tidak
kurungan dan pidana denda yang
mau
merupakan pidana pokok.9
jujur
dalam
memberikan
keterangannya di hadapan notaris.
hidup,
pidana
penjara,
Undang-Undang Jabatan Notaris
Dapat juga dikatakan adanya
tidak memuat ketentuan pidana bagi
kesepakatan yang telah dibuat antara
notaris. Namun hal itu tidak berarti
notaris dengan salah satu atau kedua
notaris kebal hukum ketika melakukan
belah pihak yang menghadap. Jika akta
pelanggaran
yang diterbitkan notaris mengandung
menjalankan jabatannya.
cacat hukum
kesalahan
yang terjadi karena
notaris,
kelalaiannya
baik
maupun
karena
kesengajaan
hukum
dalam
Secara umum tindak pidana yang
berpeluang dan sering terjadi terkait
jabatan
notaris
diantaranya
adalah
notaris itu sendiri maka notaris yang
pemalsuan dokumen atau surat (Pasal
menanggung akibat kesalahan yang
263 dan 264 KUHP), penggelapan
disebabkan lalai atau kesengajaan.
(Pasal 372 dan 374 KUHP, pencucian
Notaris yang menanggung akibat
terhadap kesalahan akta yang dibuatnya
tentu
akan
ada
merupakan
alat
hukuman,
juga
ketetapan
yang
uang dan keterangan palsu (Pasal 242
KUHP).10
sanksi.
Sanksi
Akibat hukum yang ditimbulkan
pemaksa,
selain
oleh notaris secara pidana dikenakan
menaati
apabila notaris melakukan perbuatan
untuk
ditentukan
dalam
pidana.
peraturan atau perjanjian.
Perbuatan
Dalam hukum pidana, sanksi
pidana pada hakikatnya merupakan
jenis
sanksi
digunakan
di
yang
paling
dalam
banyak
menjatuhkan
hukuman terhadap seseorang yang
Moeljatno
9
adalah
pidana
menurut
perbuatan
yang
Mahrus Ali. 2012. Dasar-Dasar Hukum
Pidana. Bandung: Sinar Grafika. hlm.193
10
Anton Setiadjie. 2013. Permasalahan
Hukum Terkait tugas Jabatan Notaris.
Http://www.medianotaris.com.Diakses tanggal
26 Maret 2016.
dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan
mana
disertai
ancaman
Penempatan Sanksi administrasi
berupa teguran lisan dan teguran
(sanksi) yang berupa pidana tertentu,
tertulis
bagi barang siapa yang melanggar
sebagai awal untuk menjatuhkan sanksi
larangan tersebut.11
yang
Notaris
dalam
menjalankan
sebelum
dijatuhkan adalah
selanjutnya
bukan
termasuk
sanksi administratif.
tugasnya tidak menutup kemungkinan
Dalam
sanksi
administratif
akta yang dibuatnya dapat bermasalah
berupa paksaan pemerintah sebelum
dikemudian hari. Misalnya saja akta
dijatuhkan
yang dibuatnya ternyata menimbulkan
dengan teguran lisan dan tertulis. Hal
akibat
ini
hukum.
Perbuatan
yang
dilakukan oleh notaris dalam membuat
sanksi
dimaksudkan
sebagai
aspek
Sanksi terhadap notaris berupa
menyalahi aturan hukum sehingga
pemberhentian
dapat dipidana.
jabatannya
dengan aspek formal akta notaris, pihak
didahului
prosedur paksaan nyata.
akta menimbulkan perbuatan yang
Perkara pidana yang berkaitan
harus
berikutnya
sementara
merupakan
dari
tahap
setelah penjatuhan sanksi
teguran lisan dan tertulis.
penyidik, penuntut umum dan hakim
Kedudukan
sanksi
berupa
akan mengkategorikan notaris telah
pemberhentian sementara dari jabatan
melakukan tindakan hukum seperti
notaris atau skorsing merupakan masa
Pasal 263 (Membuat surat palsu/yang
menunggu pelaksanaan sanksi paksaan
dipalsukan), Pasal 264 (Melakukan
pemerintah.
pemalsuan), Pasal 266 (Menyuruh
Sanksi
hukum
administrasi
mencantumkan keterangan palsu dalam
terhadap karena kesalahannya yang
akta autentik) jo. Pasal 55 (Melakukan,
membuat akta autentik menurut Pasal
menyuruh melakukan, yang turut serta
85
melakukan) atau Pasal 56 (membantu
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal
melakukan)
7, Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat
Kitab
Undang-undang
Hukum Pidana.
UUJN
menyangkut
ketentuan
(3), Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal 16
ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf
11
Mahrus Ali. Op.cit., hlm. 97.
d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16
ayat (1) huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf
Pusat pemberhentian sementara
g, Pasal 16 ayat (1) huruf h, Pasal 16
bulan sampai dengan Enam bulan dan
ayat (1) huruf l, Pasal 16 ayat (1) huruf
pemberhentian tidak hormat.
j, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 17,
Majelis
Pengawas
tiga
Pusat
Pasal 20,Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37,
selanjutnya melakukan pemberhentian
Pasal 54, Pasal 58 dan atau Pasal 63.
sementara serta berhak mengusulkan
Sanksi terhadap Notaris berupa
pemberhentian
sementara
jabatannya
dari
merupakan
tahap
kepada menteri berupa pemberhentian
dengan
tidak
hormat.
Kemudian
Menteri atas usulan Majelis Pengawas
berikutnya setelah penjatuhan sanksi
Pusat dapat memberhentian
teguran
dengan
lisan
dan
teguran
secara
tertulis.
notaris
hormat dan pemberhentian
tidak hormat.
Prosedur
penjatuhan
sanksi
Akibat hukum tersebut dapat
administratif dilakukan secara langsung
dihindari
oleh instansi yang diberi wewenang
mempunyai tanggungjawab yang baik
untuk menjatuhkan
terhadap akta yang dibuatnya.
sanksi tersebut.
Penjatuhan sanksi administrasi adalah
sebagai
langkah
oleh
notaris
apabila
ia
Selain itu pula, akibat hukum
preventif
yang ditimbulkan oleh notaris dalam
(pengawasan) dan langkah represif
membuat suatu akta tidak serta-merta
(penerapan sanksi).
berakibat
Langkah
tersebut
langsung
dilakukan
menjadi akta yang tidak auntentik.
melalui pemeriksaan protokol notaris
Akibat hukum itu dapat muncul atau
secara berkala
dapat
adanya
preventif
akta
dan kemungkinan
pelanggaran
dalam
pelaksanaan jabatan notaris.
dirasakan
selanjutnya.
pada
Misalnya
saja
waktu
notaris
sudah merasa benar membuat akta
Sedangkan langkah represifnya
yang diinginkan oleh para pihak yang
adalahdilakukan
melalui
penjatuhan
menghadap, namun ia lengah, lalai
sanksi
Majelis
Pengawas
bahkan sengaja mengabaikan peraturan
Wilayah, berupa teguran lisan dan
perundang-undangan dan kode etik
teguran
yang berlaku pada saat ini. Ketika
oleh
tertulis
serta
berhak
mengusulkan kepada Majelis Pengawas
beberapa
tahun
kemudian
ada
permasalahan yang menimpa notaris
dan wewenang PPAT sebagaimana
akibat akta yang dibuatnya itu, maka
yang
notaris akan mendapatkan sanksinya.
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
diatur
dalam
Peraturan
Akibat yang ditimbulkan karena
tentang PPAT. Dua macam aturan
notaris tidak membuat secara benar
ini ternyata menimbulkan polemik.
akta yang dibuat itu dapat berakibat
Ditambah lagi pihak BPN selalu
akta
mempermasalahkan
yang
ada
tidak
memiliki
dan
dapat
Kewenangan notaris dan PPAT
menimbulkan kerugian bagi pihak yang
dalam membuat akta yang berkaitan
menghadapnya.
dengan
keautentikannya
Para
pihak
yang
tanah.
Batasan
Apabila
polemik
merasa dirugikan ini dapat menggugat
terjadi dapat melakukan cara lain
notaris ke pengadilan. Bahkan apabila
yaitu
ada para pihak yang merasa bahwa akta
judicial review atau hak uji materiil
yang dibuat oleh notaris ada indikasi
ke
pemalsuan (ada
konflik
tindak pidananya)
dengan
cara
Mahkamah
yang
mengajukan
Agung
supaya
terjadi
dapat
maka dapat melapor kepada pihak yang
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
berwajib. Tidak hanya itu pula, notaris
2. Notaris lebih berwenang membuat
yang melanggar kode etik menurut
akta hak atas tanah disebabkan
Ikatan Notaris Indonesia (INI) dapat
notaris
diproses melalui Majelis Kehormatan
berdasarkan undang-undang, yaitu
Notaris.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014
dalam
membuat
tentang
Jabatan
akta
Notaris,
sedangkan PPAT hanya berdasarkan
PENUTUP
1. Kewenangan
notaris
membuat
yang
akta
dalam
berkaitan
dengan tanah adalah merupakan
batasan kewenangan notaris secara
khusus sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f
UUJN. Hal ini juga ada pada tugas
Peraturan
Pemerintah,
yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun
1998
Pejabat
tentang
Peraturan
Pembuat
Akta
Tanah.Mengenai
kesamaan
wewenang antara notaris dan PPAT
dalam
jabatannya
pembuatan
akta
melaksanakan
yang
berkaitan
dengan tanah dan masing-masing
akta dapat menimbulkan kerugian
ada aturan hukumnya seperti tugas
dikemudian
dan wewenang notaris diatur dalam
Kerugian atas akta yang ditimbulkan
UUJN dan PPAT diatur dalam
oleh notaris yang tidak jujur tersebut
bentuk
menurut
Peraturan
Pemerintah.
hari
hukum
bagi
kliennya.
perdata
adalah
Timbulnya konflik hukum yang
berakibat notaris mendapat sanksi
mengatur hal yang sama dapat
berupa ganti rugi apabila akta yang
diselesaikan dengan asas hukum
dibuat merugikan para pihak yang
yaitu
dengan mengikuti asas lex
berkaitan didalamnya dan akta yang
superiori derogat legi inferiori yang
dibuat dapat menjadi batal. Tidak
menyebutkan ketentuan hukum yang
hanya itu saja secara administratif
lebih tinggi mengalahkan ketentuan
notaris dapat diberikan
hukum yang berada dibawahnya.
teguran
Hal
pemberhentian
ini
berarti
lisan,
teguran
sanksi
tertulis,
UUJN
sebagai
peraturan undang-undang
yang
pemberhentian dengan hormat dan
harus diikuti dan ditaati daripada
pemberhentian dengan tidak hormat
Peraturan Pemerintah Nomor 37
sebagai seorang Notaris. Ditambah
Tahun
lagi,
1998
tentang
Peraturan
PPAT.
notaris
sementara,
melakukan
tindak
pidana dan merugikan pihak yang
3. Secara garis besar dalam hal notaris
menghadap, maka notaris dapat
membuat akta yang mengabaikan
dilaporkan
kepada
peraturan perundang-undangan dan
berwajib dan dikenakan pasal-pasal
melanggar aturan hukum ada akibat
di dalam KUH Pidana.
hukum bagi notaris yaitu akibat
hukum menurut hukum perdata,
akibat
hukum
menurut
hukum
pidana dan akibat hukum menurut
hukum administrasi. Akibat hukum
satu sama lain sangat berkaitan erat
dan selalu berhubungan. Notaris
BIBLIOGRAFI
yang tidak jujur dalam membuat
Literatur/Buku-Buku
pihak
yang
Adjie, Habib. 2011. Hukum Notaris
Indonesia
(Tafsir
Tematik
Terhadap UU Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris).
Bandung: Refika Aditama.
Ali, Mahrus. 2012. Dasar-Dasar Hukum
Pidana. Bandung: Sinar Grafika.
Mustofa.2012.Tuntunan
Pembuatan
Akta-Akta PPAT. Yogyakarta:
Karya Media.
Santoso,Urip.
2016.
PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH ,
Perspektif Regulasi, Wewenang
dan
Sifat
AktaTeknik
Pembuatan
Akta.
Jakarta:
Prenadamedia Group.
Suharso dan Ana Retno Ningsih. 2012.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia. Semarang: Widya
Karya.
Soebechi, Imam. 2016.
Hak Uji
Materiil. Jakarta: Sinar Grafika.
Tanuwidjaja,Henny. 2012. Pranata
Jaminan Utang dan sejarah
Lembaga Hukum Notariat.
Bandung: Refika Aditama.
Jurnal, Tesis, Artikel Internet
Setiadjie, Anton. 2013. Permasalahan
Hukum Terkait tugas Jabatan
Notaris.Http://www.medianotar
is.com. Diakses tanggal 26
Maret 2016.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab
Undang-Undang
Hukum
Perdata(Stb. 1847: 23).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(Stb. 1915: 732).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria(Lembaran Negara R.I
Tahun 1960 Nomor 104
Tambahan LNRI Nomor 2043).
Undang-Undang Nomor4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan.Atas
Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah
(Lembaran Negara R.I Tahun
1996 Nomor 42 Tambahan
LNRI Nomor 3632).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang
Perubahan
Atas
Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris. (Lembaran Negara R.I
Tahun
2014
Nomor
3
Tambahan LNRI Nomor 5491).
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1998tentangPeraturan Jabatan
PPAT(Lembaran Negara R.I
Tahun
1998
Nomor
52
Tambahan LNRI Nomor 3746);
Download