BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam manajemen keuangan, manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Manajemen keuangan merupakan salah satu dari fungsi perusahaan yang menjadi faktor penting dalam kelangsungan suatu perusahaan. Menurut Hanafi (2012:1) manajemen keuangan adalah : “Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai manajemen fungsi-fungsi keuangan perusahaan.” Sedangkan menurut Sutrisno (2012:3) manajemen keuangan adalah : “Sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Dan menurut Horne dalam Kasmir (2010:5) mendefinisikan manajemen keuangan adalah: “Segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.” Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan manajemen keuangan adalah berkutat di sekitar: 1. Bagaimana memperoleh dana untuk membiayai, usahanya. 2. Bagaimana mengelola dana tersebut sehingga tujuan perusahaan tercapai. 3. Bagaimana perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, 10 11 serta pendistribusian keuangan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. 2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, maka departemen keuanganlah yang paling berkepentingan terhadap pengelolaan keuangan perusahaan dan memiliki tugas-tugas yang cukup berat. Dalam praktiknya untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendektan. Menurut Kasmir (2010:13) dua pendekatan tersebut yaitu: 1. Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Di samping itu, manajer keuangan juga harus terus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer keuangan dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip kehati-hatian. Secara garis besar Profit risk approach terdiri dari: Maksimalisasi profit; Minimal risk; Maintain control; dan Achieve flexibility (careful management of fund and activies). 2. Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (uang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan 12 juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimiliki termasuk pencarian dana serta mampu mengelola aset perusahaan sehingga terus berkembang, dari waktu ke waktu. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2012:5) fungsi manajemen keuangan adalah sebagai berikut : “Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, keputusan tersebut yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen.” Semua keputusan tersebut harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Dan ketiga keputusan tersebut diimplementasikan sehari-hari untuk mendapatkan laba. 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mengdatangkan keuntungan di masa yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan mengalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya 13 presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan saham (stock split), (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditunjukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 2.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu hal yang penting karena dapat memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perusahaan itu sendiri. Menurut Kasmir (2010:66) laporan keuangan adalah: “Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu” Lalu menurut Sutrisno (2012:9) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Rugi-Laba.” Sedangkan menurut Fahmi (2014:2) laporan keuangan adalah: “Suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.” Laporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan. Informasi tersebut akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan, dan pada giliran selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. 14 2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Hanafi (2012:27) tujuan dari laporan keuangan yaitu : “Laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Lalu menurut Fahmi (2014:5) tujuan laporan keuangan adalah: “Untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam moneter. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Fahmi (2014:6) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Dengan diperolehnya laporan keuangan, maka diharapkan laporan keuangan bisa membantu dalam tujuan untuk menghindari analisis yang keliru dalam melihat kondisi perusahaan. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang tergambarkan pada laporan keuangan akan menjadi informasi keuangan, dan selanjutnya informasi tersebut dijadikan sebagai salah satu rujukkan dalam pengambilan keputusan. 2.2.2 Kegunaan Laporan Keuangan Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Munawir dalam Fahmi (2014:5) laporan keuangan adalah “Merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan yang bersangkutan.” 15 Dengan adanya laporan keuangan yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan maka sangat mambantu pihak pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dan tersajikan, maka investor atau pemilik saham perusahaan akan bisa menganalisis bagaimana kondisi perusahaan serta prospek perusahaan nantinya khususnya dari segi kemampuan profitasbilias dan dividen yang akan dihasilkan. Maka dapat dipahami bahwasannya laporan keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi di masa yang akan datang. 2.2.3 Jenis Laporan Keuangan Kasmir (2010:66) mengatakan bahwa : “Inti dari laporan keuangan adalah menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode” Laporan keuangan menurut Kasmir (2010:67) terdiri dari : 1. Neraca Merupakan laporan yang menunjukkan jumalh aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan modal satu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). 2. Laporan laba rugi Menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam satu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. 16 3. Laporan perubahan modal Laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. 4. Laporan catatan atas laporan keuangan Keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. 5. Lapran arus kas Laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun kas keluar dibuat untuk periode tertentu. 2.2.4 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan data yang ‘relatif mentah’. Di mana manejer keuangan membutuhkan informasi (data mentah yang diolah), informasi apa yang dibutuhkan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai akan tergantung dari siapa yang membutuhkan informasi, dan kapan informasi tersebut dibutuhkan. Menurut Hanafi (2012:35) pada waktu menganalisis laporan keuangan, beberapa hal perlu diperhatikan yaitu : 1. Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan lima atau enam tahun ke belakang barangkali bisa digunakan untuk melihat adanya trend-trend tersebut. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik-tidaknya. Angka pembanding diperlukan untuk melihat apakah angka tertentu itu baik atau tidak baik. 17 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau penyataan-pernyataan yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan ke dalam analisis. 4. Manajer keuangan barangkali memerlukan informasi tambahan tersebut bisa membuat analisis menjadi lebih tajam. 2.2.5 Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2010:93) rasio keuangan adalah ”Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.” Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan. 2.2.6 Jenis Rasio Keuangan Jenis-jenis rasio keuangan terdiri dari 5 jenis yaitu : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. 18 a. Current ratio ( rasio lancar) Merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yag dimilik perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rumus current ratio : b. Quick Ratio (Rasio Cepat) x 100% Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Rumus current ratio : x 100% c. Cash ratio Rasio yang mengukur kemampuan membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Rumus : x 100% d. Working capital to total assets ratio Rasio yang mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva Rumus : x 100% 2. Ratio Solvabilitas / Leverage Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan pinjaman. 1) Total Debt to asset ratio Rasio yang mengukur prensentase besarnya dana yang berasal dari pinjaman. Semakin tinggi tingkat rasio ini, semakin tinggi risiko keuangan perusahaan. Rumus : x 100% 19 2) Total Debt Equity Ratio Rasio yang mengukur pertimbangan antara hutang yang dimilik perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya. Rumus: x 100% 3) Time interest earned Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya. Rumus : x 1time 4) Fixed charge coverage ratio Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga beserta angsuran pokok pinjaman, pembayaran dividen saham preferent, sewa dengan laba yang diperolehnya. Rumus : x 1time 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut. 1) Total aset turn over Rasio yang mengukur efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan perusahaan. Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rumus : x 1time 2) Receivable Turn Over Rasio yang mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Rumus : x 1time 20 3) Receivable Collection Period Rasio yang mengukur efektivas rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rumus : x 1time 4) Average Collection Period (DSO) Rasio ini mengukur jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas, yang merupakan periode penagihan rata-rata Rumus : 5) Inventory Turn Over x 1time Rasio yang mengukur efektivitas kemampuan dana yang tertanam dalam inventory yang berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock. Semakin cepat persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. Rumus : x 1time 6) Average days inventory Rasio yang mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang sebelum dijual atau masuk ke proses produksi. Rumus : x 1time 7) Fixed Aset Turn Over Rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya dalam menghasilkan pendapatan. Rumus : x 1time 4. Rasio Keuntungan (Profitability Ratios) Rasio keuntungan mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. 21 1) Gross Profit Margin Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari hasil penjualan bersih perusahaan. Rumus : x 100% 2) Operating Profit Margin Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari hasil penjualan bersih perusahaan. Rumus : x 100% 3) Operating Ratio Rasio yang mengukur proporsi biaya operasi dari setiap Rp. 1 penjualan bersih perusahaan. Rumus : x 100% 4) Net Profit Margin Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari hasil penjualan bersih perusahaan. Rumus : x 100% 5) Return on Aset Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dengan semua aktiva yang dimilki oleh perusahaan. Rumus : x 100% 6) Return on Equity Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Rumus : x 100% 7) Return on Invesment Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari seluruh modal yang diinvestasikan dalam aktiva. Rumus : x 100% 22 8) Earning per share Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan per lembar saham pemilik. Rumus : x 1 Rp 5. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Rasio penilaian menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. 1) Price earning ratio Rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham. Rumus : x 1 time 2) Market to book value ratio Rasio yang mengukur seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Rumus : 2.3 x 1 time Kesempatan Investasi / Investment Opportunity Set 2.3.1 Pengertian Invesment Opportunity Set Istilah Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977). Di mana memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (asset yang dimiliki) dengan investment options (pillihan investasi) di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu cara perusahaan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa yang akan datang. Bagi 23 perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi akan mengalami pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Menurut Kallapur dan Trombley dalam Marinda (2014:3) mengatakan bahwa: “Pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki Net Present Value positif.” Lau Kole dalam Norpratiwi (2004:4) menyatakan investment opportunity set adalah “Nilai investment opportunity set bergantung pada pengeluaranpengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.” Dan menurut Myers; Smith dan Watts dalam Saifi (2015) menyatakan bahwa: “Set kesempatan investasi memainkan peran penting dalam teori keuangan perusahaan karena aset gabungan dari perusahaan (aset di tempat) dengan peluang investasi akan mempengaruhi struktur modal, kebijakan deviden dan kinerja perusahaan.” Sedangkan menurut Gaver, Jennifer dalam Buniarto (2008) mengemukakan bahwa: “Peluang pertumbuhan yang diukur dengan kesempatan investasi mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.” Pada setiap perusahaan, pertumbuhan dari perusahaan itu sendiri merupakan harapan yang diinginkan pihak manajemen sebagai pihak internal dan pihak investor dan kreditur sebagai pihak eksternal. Dengan adanya pertumbuhan perusahaan ini memberikan dampak positif bagi perusahaan itu sendiri, yaitu dengan terbukanya peluang atau kesempatan investasi dengan harapan akan memberikan return yang tinggi. Invesment opportunity set ini terbuka jika 24 perusahaan mampu menghasilkan margin laba yang tinggi secara konsisten, dan memiliki kinerja keuangan yang baik, sehingga perusahaan dapat menginvestasikan kembali laba yang dihasilkan oleh perusahaan ke dalam proyek-proyek yang dianggap memiliki nilai positif dan menguntungkan di masa yang akan datang. Secara umum dapat dikatakan bahwa Investment Opportunity Set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. 2.3.2 Jenis Proksi Invesment Opportunity Set Kallapur dan Trombley dalam Anugrah (2009) menyatakan proksi Investment Opportunity Set yang digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Proksi IOS Berbasis pada Harga Proksi IOS berbasis pada harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini berdasarkan anggapan menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relative untuk aktiva-aktiva yang dimiliki dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi berbasis harga adalah : Market value of equity plus book value of debt, Ratio of book to market value of asset, Ratio of book to market value of equity, Ratio of book value of property, plant and equipment to firm value, Ratio of replacement value of assets to market value, Ratio of depreciation expense to value dan Price Earning Ratio. 25 2. Proksi IOS Berbasis pada Investasi Proksi IOS berbasis pada investasi merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi IOS berbasis investasi adalah : Ratio R&D expense to firm value, Ratio of R&D expense to total assets, Ratio of R&D expense to sales, Ratio of capital addition to firm value, dan Ratio of capital addition to asset book value. 3. Proksi IOS Berbasis pada Varian Proksi IOS berbasis pada varian merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi IOS berbasis varian adalah : VARRET (variance of total return) dan Market model Beta. 2.3.3 Proksi IOS Yang Sering Digunakan Dalam Penelitian Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah proksi IOS yang digunakan oleh Smith dan Watts (1992), Gaver & Gaver (1993) dan Norpratiwi dalam Anugrah (2009) yang merupakan proksi IOS yang paling valid sebagai proksi pertumbuhan. Proksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah proksi rasio Market to Book Value of Equity (MVE/BVE). Namun di sini dijelaskan pula proksi-proksi yang biasanya digunakan dalam penelitian yaitu : 1. Rasio Market to Book Value of Equity (MVE/BVE) Rasio Market to Book Value of Equity merupakan proksi IOS berdasarkan harga. Proksi ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila 26 suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut diperkirakan meningkat, return saham pun akan meningkat. Rumus yang dipakai dalam perhitungan MVE/BVE yaitu : / 2. = ℎ ℎ ∗ 2. Rasio Market to Book Value of Asset (MVA/ BVA) Rasio Market to Book Value of Asset merupakan proksi IOS berdasarkan harga. Proksi ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Semakin tinggi MV/BVA semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, semakin besar kemungkinan harga sahamnya akan meningkat, return saham pun meningkat. = Ʃ − Ʃ + ( Ʃ ℎ ℎ ∗ 3. Earning per Share / Price Ratio (E/P) Rasio Earning per Share atau rasio per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan IOS yang menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi perusahaan tersebut. Hal ini berdampak positif pada return saham. / = ℎ ∗ ℎ *Harga saham yang digunakan untuk perhitungan adalah harga saham pada akhir 27 periode (closing price). 4. Ratio Capital Expenditure to Book Value of Asset (CA/BVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan. Dengan modal tambahan saham ini perusahaan dapat memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakim besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan haga saham pada perusahaan. = ℎ 1 ℎ Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam menghitung Investment Opportunity Set yaitu Rasio Market to Book Value of Equity (MVE/BVE). 2.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Menurut Lusiyati dan Salsiyah dalam Oktaria (2015:3) ukuran perusahaan adalah “Ukuran perusahaan adalah seberapa besar perusahaan tersebut dilihat dari keseluruhan aktiva yang dimiliki.” Lalu menurut Akbar (2013:70) ukuran perusahaan adalah 28 “Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemrosesan informasi.” Sedangkan menurut Rizki dalam Putri (2013:4) ukuran perusahaan adalah “Ukuran perusahaan menunjukkan skala besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan rata-rata total aktiva yang dimiliki perusahaan.” Perusahaan yang skalanya besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggungjawab sosial dari pada perusahaan yang mempunyai skala kecil. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. 2.4.1 Pengukuran Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural total asset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan ukuran perusahaan kecil sehingga data total asset dapat terdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel size adalah : Ukuran Perusahaan (Size) = Log natural total asset Log natural adalah logaritma yang berbasis e, di mana e adalah 2.718281828459... (dan seterusnya). Logaritma natural didefinisikan untuk semua bilangan real positif x dan kompleks yang bukan 0. dapat juga didefinisikan untuk bilangan 29 Contoh Perhitungan Log Natural Total Aset Total Aset Ln Total Aset 9.709.838.250.473 29,90416 Jadi setelah melakukan perhitungan total asset yang telah di log naturalkan, hasil yang didapat sebesar 29,90416. Maka dengan demikian hasil dari log natural tersebut akan di bandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dibidang infrastruktur. 2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan 2.5.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2014:239) kinerja keuangan adalah “Suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.” Lalu menurut Helfert dalam Oktaria (2015:3) kinerja perusahaan adalah “Suatu tampilan di mana keadaan secara utuh perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.” Sedangkan menurut Siegel dan Marconi dalam Marinda (2014:3) kinerja keuangan adalah “Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai suatu organisasi dalam satu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.” Penilaian kinerja keuangan dilakukan untuk beberapa tujuan yang berpengaruh dengan kegiatan seperti pengambil alihan perusahaan oleh pihak lain, penggabungan perusahaan, kepemilikian dalam perusahaan, pemberian kredit dan sebagainya. Penilaian kinerja keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk 30 mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan dapat terus meningkat. 2.5.2 Tahap-tahap dalam menganalisis kinerja keuangan Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Maka ada 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, menurut Fahmi (2014:240) tahapan tersebut yaitu: 1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review di sini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 2. Melakukan perhitungan. Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian di lakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. 4. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau 31 masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. 2.5.3 Economic Value Added (EVA) EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Management Services pada pertengahan 1990-an. Prinsip EVA adalah memberikan penilaian yang baik terhadap kinerja dan prestasi keuangan manejemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. EVA adalah pengukuran laba ekonomis yang diperoleh dari selisih Net Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya dari modal yang diinvestasikan. Biaya modal tersebut ditentukan melalui Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital (WACC) dan jumlah dari modal yang digunakan. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi biaya operasi dan biaya modal. Menurut Husnan (2012:69) EVA adalah “Ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan.” Sedangkan definisi EVA menurut Hanafi (2012:52) adalah “EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk mmperoleh nilai tambah tersebut“. Jika dilihat EVA yang berangkat dari konsep-konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi perusahaan dalam melakakukan investasinya. Semakin tinggi tingkat resiko investasi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian 32 (pendapatan) yang dituntut investor. Kelebihan konsep EVA adalah bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal. EVA menunjukan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stren Steward Management Services dalam Hanafi (2012:53) dituliskan sebagai berikut : EVA = NOPAT – Biaya Modal NOPAT = Modal yang Diinvestasikan x ROIC Biaya Modal = Modal yang Diinvestasikan x WACC atau EVA = Modal yang Diinvestasikan (ROIC – WACC) Dimana : NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak ROIC = Return on Invesment Capital WACC = Weighted Average Cost of Capital Adapun langkah – langkah lain untuk menghitung EVA menurut Husnan (2012:68) adalah 33 EVA = NOPAT – Biaya modal NOPAT = EBIT (1-Tax) Biaya Modal = (WACC x Invested Capital) Atau EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital) Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut menurut Gallagher (2003:109) konsep EVA ini juga menjelaaskan tiga ukuran yang dapat digunakan dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu : 1. Jika EVA positif (EVA > 0), menandakan bahwa tingkat imbal hasil yang dihasilkan perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang dituntut investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. 2. Jika EVA negatif (EVA < 0), berarti tidak terjadi penambahan nilai pada perusahaan atau nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada yang dituntut investor. Dengan begitu harapan investor menjadi tidak terpenuhi. 3. Jika EVA sama dengan nol (EVA = 0), berarti secara ekonomis perusahaan berada dalam keadaan impas, artinya seluruh laba yang diperoleh digunakan untuk membayar kewajiban pada penyedia dana. 34 2.6 Penelitian Terdahulu Judul Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Vol.3 No.02 Tahun 2014 Peneliti Teknik Analisis Hasil Penelitian Fajrul Generalized Hasil penelitian Marinda, Structured menunjukan bahwa tidak Moch Component terdapat pengaruh Dzulkirom Analysis investment opportunity set AR, (GeSCA) (IOS) terhadap kinerja Muhammad keuangan. Dan struktur Saifi modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan The Effect Of Corporate Muhammad Generalized Hasil penelitian Governance And Saifi, Structured menunjukan Corporate Investment Opportunity Suhadak, Component Governance berpengaruh Set On Capital Structure, Sri Analysis terhadap struktur modal, Devidend Policy, And Mangesti (GeSCA) Corporate Governance Firm Performance Rahayu, Siti tidak berpengaruh terhadap Ragil kebijakan dividen dan Vol.3 No.02 Tahun 2015 Handayani kinerja perusahaan. Sedangkan investment opportunitu set (IOS) berpengaruh positif terhadap struktur modal, kebijakan dividen dan kinerja perusahaan. Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility Dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuanganm Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Di BEI Rika Oktaria, Rizal Effendi, dan Christina Yunita W Regresi Linear Berganda Secara parsial hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan dan tidak terdapat pengaruh CSR dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan GCG, 35 CSR dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan. Pengaruh Ukuran Seniwati Perusahaan Dan Sembiring Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta Regresi Linear Berganda Secara parsial hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan kebijakan pendanaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan Secara simultan ukuran perusahaan dan kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 2.7 Teori Hubungan 2.7.1 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kinerja Keuangan Di Indonesia banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai investasi yang mempunyai peluang besar di masa depannya. Seorang investor dalam melihat sebuah peluang investasi akan melihat dari berbagai aspek, seperti halnya dalam hal keuangan. Seorang investor diharuskan untuk memiliki kemampuan dalam melihat peluang investasi yang menguntungkan di masa depan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam upaya memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan yaitu faktor kebijakan atau keputusan investasi yang dilakukan. Hal tersebut merupakan gambaran bagimana perusahaan menggunakan keuntungan yang dimilki untuk dikembangkan guna meningkatkan pendapatan secara maksimal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mamanfaatkan investment opportunity set yang berkaitan dengan potensi pengembangan pasar. 36 Hal tersebut dapat diambil kesimpulan investment opportunity set (IOS) adalah suatu keputusan berinvestasi di masa yang akan datang. Investment opportunity set itu sendiri dilakukan oleh seorang investment agar dapat memperbaiki atau dapat memberikan penambahan keuntungan bagi perusahaannya di masa depan. Hal ini dikarenakan dengan cara berinvestasi akan menghasilkan gambaran ke depan bagaimana perusahaan untung atau rugi di masa depan. Menurut Waskito (2014) yaitu perkembangan suatu perusahaan sangat bergantung dari modal yang ditanam investor, sehingga setiap perusahaan diharuskan untuk memiliki kinerja yang baik guna mendapatkan kepercayaan dari pihak investor yang menanamnya. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa investment juga akan memberikan pengaruh di masa depan, dalam hal keuangan apabila suatu perusahaan yang sudah ditanami investasi yang baik pula oleh investor dipastikan akan memberikan kinerja yang baik guna untuk mendapatkan kepercayaan dari investor yang sudah menanam modal pada perusahaannya, seorang investor pun menilai suatu kinerja perusahaan yang sudah diinvestasinya dari segi kinerja keuangan yang mereka lakukan selama perusahaan itu berdiri. 2.7.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Dalam penetuan ukuran perusahaan ini dapat ditentukan berdasarkan oleh total asset perusahaan. Perusahaan dengan total aset yang besar mencerminkan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah baik. Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi perusahaan. Perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengungkapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan-keperluan internal. Serta perusahaan yang bertumbuh secara signifikan merupakan perusahaan yang lebih besar dianggap 37 mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan kinerja keuangan. Dalam suatu perusahaan dapat dikatakan besar apabila perusahaan tersebut mempunyai faktor penting dalam pembentukan laba. Suatu perusahaan yang baik dikatakan memiliki ukuran perusahaan yang besar akan memiliki kemampuan untuk memprediksikan atau menggambarkan apakah perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang terus berkembang. Suatu laba yang berkembang dapat dilihat dari kinerja keuangan yang dilakukan melalui kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Sementara apabila suatu perusahaan tersebut masih dalam relatif kecil atau dalam masa perkembangan akan cenderung memberikan gambaran dari segi keuangan tidak stabil untuk memperoleh laba. Hal ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan besar kecilnya akan menggambarkan mengenai kemampuan mereka dalam memperoleh laba, dan dengan perusahaan memperoleh laba, baik perusahaan besar atau kecil itu dilihat dari seberapa besar kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. 2.8 Kerangka Pemikiran Di dalam suatu perusahaan para pemimpin perusahaan sudah menetapkan maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Tujuan ini disusun baik yang bersifat jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penyusunan rencana biasanya dibuat oleh masing-masing fungsi manajemen yang ada dalam suatu perusahaan. Dalam praktinya fungsi manajemen perusahaan meliputi; bagian (Departemen) Keuangan, Pemasaran, Produksi, dan departemen Manajemen Sumber Daya Manusia. Rencana masing-masing departemen, kemudian disatukan hingga menjadi rencana perusahaan secara keseluruhan. Salah satu departemen yang paling penting dalam rangka mencapai tujuan perusahaan adalah departemen keuangan yang dipimpin oleh manajer keuangan. Hubungan departemen dengan departemen lainnya sangatlah penting, terutama dalam hal penyusunan anggaran yang dibutuhkan oleh masing-masing 38 departemen. Manajer keuangan memiliki tugas utama untuk berusaha mencari dana yang dibutuhkan serta mengelola dana yang sudah diperoleh tersebut secara efisien dan efektif. Dana yang diperoleh dialokasikan dalam berbagai bentuk investasi yang ditelah disusun sesuai rencana. Investasi dapat dilakukan dalam 2 hal, yaitu dalam rill investment maupun dalam financial investment. Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian terpenting di dalam suatu perusahaan. Menurut Horne dalam Kasmir (2010:5) manajemen keuangan merupakan segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyuluruh. Manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan, menurut Kasmir (2010:13) pendekatan tersebut yaitu profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Lalu Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan, diperlukan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang memungkinkan analis menelaah kondisi dan hasil dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Hartono dalam Putri (2013:3) kesempatan investasi atau investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Peluang investasi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: / = ℎ ℎ 39 Dalam perhitungan IOS tersebut membutuhkan data berupa total ekuitas yang diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Sedangkan data lembar saham beredar dan harga penutupan saham diperoleh melalui www.idx.co.id. Proksi IOS yang digunakan peneliti secara umum diklasifikasikan menjadi tiga proksi, yaitu: Pertama, proksi berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Kedua, proksi berdasarkan investasi, yang besar memiliki hubungan positif dengan nilai IOS perusahaan. Dan ketiga, proksi berdasarkan varian menyatakan suatu opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh. Menurut Kallapur dan Trombley dalam Marinda (2014:3) mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki Net Present Value positif. Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan menurut Rizki dalam Putri (2013:4) ukuran perusahaan menunjukkan skala besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan rata-rata total aktiva yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural total asset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan ukuran perusahaan kecil sehingga data total asset dapat terdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel size adalah Ukuran Perusahaan (Size) = Log natural total asset Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat, hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam 40 melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan. Pelaporan kondisi keuangan yang baik tidak serta merta dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan. Menurut Fahmi (2014:239) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu metode yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan menggunakan metode Economic Value Added. Menurut Husnan (2012:69) EVA adalah ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Pendekatan EVA yang dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stren Steward Management Services dalam Hanafi (2012:53) dituliskan sebagai berikut EVA = NOPAT – Biaya Modal NOPAT = Modal yang Diinvestasikan x ROIC Biaya Modal = Modal yang Diinvestasikan x WACC atau EVA = Modal yang Diinvestasikan (ROIC – WACC) Penilaian kinerja keuangan dilakukan untuk beberapa tujuan yang berpengaruh dengan kegiatan seperti pengambil alihan perusahaan oleh pihak lain, penggabungan perusahaan, kepemilikian dalam perusahaan, pemberian kredit dan sebagainya. Penilaian kinerja keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan dapat terus meningkat. 41 2.9 Bagan Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini peneliti mempunyai kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Gambar kerangka pemikiran Perusahaan Manajemen Pemasaran Keuangan SDM Operasional Laporan Keuangan Investment Opportunity Set Ukuran Perusahaan (MVE/BVE) (Ln Total Aset) Kinerja Keuangan (EVA) Keterangan: = variabel yang tidak diteliti = variabel yang diteliti Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini menjelaskan bahwa variable X memiliki pengaruh terhadap variabel Y. Dengan hipotesis : 42 H1 : Terdapat pengaruh Investment Opportunity set (IOS) dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan secara simultan. H2 : Terdapat pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kinerja Keuangan secara parsial. H3 : Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan secara parsial.