ZODIA (Evodia suaveolens) PESONA, BUDIDAYA, DAN MANFAATNYA Farida Iriani Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya Jl. Cikutra No. 171 Bandung. 40124. Telp/Fax 022-7202193 Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Zodia adalah salah satu flora asli Indonesia asal hutan hujan tropis Papua. Pesona karakteristik botani yang dimilikinya, menjadi alasan tanaman ini masuk dalam kelompok tanaman hias (florikultura), outdoor atau semi indoor. Salah satu tumbuhan sub divisi Magnoliophyta dengan aneka bentuk tajuk pada beberapa spesies zodia, yaitu conical dan irregular menarik secara visual, dapat dimanfaatkan sebagai elemen lunak dalam konsep disain taman tidak formal, mampu berperan sebagai aksen dan memberi kesan penunjuk arah tujuan pandangan. Aroma khas dari dedaunan zodia merupakan senyawa atsiri, mengandung senyawa evodiamine dan rutaecarpine penyebab penghalau nyamuk, menjadi alasan tanaman ini masuk dalam kelompok fitofarmaka sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku komersial dalam industri obat-obatan dan kosmetika. Kata kunci : zodia, tanaman hias outdoor – indoor, penghalau nyamuk PENDAHULUAN Zodia (Evodia suaveolens) adalah salah satu tanaman asli Indonesia asal hutan hujan tropis Papua. Zodia termasuk ke dalam kelompok tanaman hias (florikultura) karena keindahan bentuk tajuk, daun, bunga, serta buahnya, tetapi ditinjau berdasarkan manfaat ekologis maka zodia sekaligus masuk kelompok tanaman biofarmaka atau fitofarmaka (Ditjen Hortikultura, 2006). Zodia kini semakin marak dibudidayakan di kota-kota besar terutama di pemukiman padat, seperti kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara, atau daerah-daerah rawan endemik nyamuk Aedes spp. sebagai vektor penyebab penyakit demam berdarah dengue atau chikungunya bagi manusia, seperti di kelurahan Tegal Alur, Jakarta Barat (Dwiyandana, 2011). Sejak di daerah asalnya Papua, tanaman zodia yang termasuk jenis tumbuhan berbiji tertutup (Magnoliophyta) dari kelas dikotil, ordo Sapindales, dan famili Rutaceae ini sudah 3 dimanfaatkan penduduk setempat secara tradisional sebagai tanaman anti nyamuk dengan cara mengoleskan remukan daun ke kulit tubuh sebelum mereka bekerja di hutan (Kurniawan, 2009) . Atau dengan cara menanam pohon zodia itu di halaman rumah dekat pintu masuk dan jendela, agar hembusan angin yang menyebarkan aroma khas zodia dapat menghalau nyamuk sehingga tak berhasil masuk rumah. Para ahli memperkirakan bahwa efek pemanasan global akan mempercepat penyebaran nyamuk ke daerah-daerah beriklim dingin (Niehs, 1998), serta akan membuat ukuran nyamuk dewasa menjadi lebih kecil sehingga kemampuan untuk menghisap darah dua kali (double feeding) semakin meningkat yang akhirnya akan meningkatkan kesempatan untuk menularkan lebih banyak virus kepada manusia. Pencegahan terhadap serangan nyamuk kepada manusia melalui teknik pengendalian hayati adalah keputusan yang bijaksana karena bersifat ramah lingkungan. Kesadaran dan kecendrungan minat masyarakat Indonesia dalam upaya pelestarian sumber flora asli Indonesia masih rendah. Hal ini bukanlah disengaja, melainkan dilandasi akan rendahnya pengetahuan tentang manfaat, ketidakpahaman dalam membudidayakan, rendahnya budaya kecintaan akan lingkungan hijau secara mandiri terutama bagi pemukiman penduduk di lahan sempit dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Program penghijauan nasional yang ditetapkan pemerintah Indonesia di awal tahun 2010 yaitu menuju Indonesia hijau atau go green dengan visi tanam satu milyar pohon yang semula hanya satu juta pohon saja telah diprakarsai oleh presiden SBY, beserta seluruh jajaran departemen terkait, terutama yaitu departemen kehutanan, pertanian dan lingkungan hidup (Kementrian Lingkungan Hidup, 2010). Untuk mencapai tujuan program nasional tentang penghijauan ini, pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit, dengan harapan terbentuknya paru-paru dunia bagi kemakmuran seluruh rakyat. Pencanangan penghijauan program nasional oleh pemerintah Republik Indonesia ini, diharapkan segera 4 dapat memicu minat bagi seluruh aspek masyarakat untuk membudidayakan dan melestarikan semua jenis tumbuhan hijau terutama jenis pohon dan perdu umumnya, serta tumbuhan asli Indonesia khususnya. Selain itu, gerakan penghijauan tersebut hendaklah dilakukan secara konseptual, terarah, dan terpadu agar krisis lingkungan dapat dikendalikan, antara lain dengan mengurangi resiko kepunahan sumber daya alam lain sekecil-kecilnya, tetapi memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik dari segi aspek ekologis, ekonomis, edukasi, estetis, atau aspek lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji salah satu flora asli Indonesia, yaitu zodia ditinjau dari pesona karakteristik botani, budidaya, serta manfaat zodia bagi kita. Penyebaran informasi zodia melalui media cetak ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat dalam melestarikan flora asli Indonesia serta memanfaatkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya sehingga dapat meningkatkan kemajuan industri obat-obatan dan kosmetika Indonesia. PESONA KARAKTERISTIK BOTANI ZODIA Zodia termasuk salah satu dari sekira 500.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi dunia yang sudah diketahui kelompok kerajaannya, yaitu divisi Spermatophyta, sub divisi Magnoliophyta, klas Magnoliopsida / Dicotyledonae, ordo Sapindales, dan famili Rutaceae. Sementara itu diperkirakan masih berjumlah puluhan ribu tumbuhan tingkat tinggi yang belum diketahui urutan klasifikasinya (Prawirohartono dan Hidayati, 2007). Ditambahkan oleh Prawirohartono dan Hidayati (2007), bahwa Spermatophyta merupakan tumbuhan yang mampu menghasilkan biji, yaitu kelompok Pinophyta / Gymnospermae, dan kelompok Magnoliophyta / Angiospermae. Sub divisi Magnoliophyta merupakan kelompok tumbuhan yang dominan ditemukan di permukaan bumi saat ini. Karakteristik utama dari sub divisi ini adalah, memiliki biji yang dibungkus oleh bakal buah, dan bentuk hidup umumnya berupa herba, liana, semak, perdu, atau pohon. 5 Berdasarkan kriteria klasifikasi yang terukur melalui pengamatan makroskopis dan mikroskopis oleh para ahli tumbuhan, maka zodia antara lain memiliki ciri-ciri: 1). terdiri atas banyak sel (multiseluler), 2). struktur organ tumbuhan jelas dan dapat dibedakan antar masing-masing organ, 3). memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem) 4). letak duduk daun, bentuk, ukuran, dan tipe tulang daun dapat diamati secara makroskopis, 5). struktur alat perkembangbiakan beragam dari tiap organ, dan 6). struktur bunga, buah, dan biji merupakan hasil modifikasi dari struktur organ sebelumnya. Sebagai Magnoliophyta, secara garis besar zodia memberi dua manfaat, yaitu manfaat produktif dan manfaat ekologis. Nilai manfaat produktif diperoleh adalah produk hayatinya dapat dieksploitasi secara komersial sebagai bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika. Sedangkan manfaat ekologis yang diperoleh yaitu, kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayatinya dapat memperbaiki atau mempertahankan stabilitas ekosistem suatu kawasan dimana tanaman zodia itu dibudidayakan. Karakteristik botani tanaman zodia, diuraikan sebagai berikut: 1. Akar Tumbuhan hijau dengan biji berkeping dua seperti zodia memiliki satu akar tunggang atau disebut juga akar primer yang diikuti oleh akar sekunder sebagai cabang akar primer itu, dan akar-akar tersier sebagai cabang dari akar sekunder seperti ditampilkan pada Gambar 1. Perakaran yang tumbuh sempurna, yaitu bagian ujung akar tidak diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Akar memiliki kambium dengan sel-sel meristem yang menyebabkan akar tumbuh memanjang namun tidak membesar yang melebihi lingkar batangnya. Panjang akar berukuran setengah sampai dua kali ukuran panjang batang, dapat bercabang banyak menembus kedalaman pori tanah dan mampu menjaga kestabilan sistem hidrologis di area pertanaman berlahan subur. Karakter umum dari pertumbuhan akar zodia terjadi atas dua tipe, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan 6 primer terjadi akibat aktivitas meristem pada ujung akar, sedangkan pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas kambium. Gambar 1. Akar zodia (sumber: penulis, 2011) 2. Batang Batang adalah bagian tumbuhan yang ada di atas permukaan tanah. Fungsi batang antara lain sebagai tempat duduk daun, sarana lintasan bagi air, mineral, atau hara antar organ-organ tumbuhan, serta sebagai penghasil alat-alat lateral. Karakter batang zodia adalah berkayu atau memiliki kambium, mempunyai kulit batang, berbentuk perdu atau menyerupai pohon kecil dengan tinggi sekira 75 sampai 200 cm. Bentuk tajuk adalah festigale / conical (tinggi ramping), atau irregular (tidak beraturan). Berdasarkan struktur dan fungsi jaringan batang, dapat dibedakan atas dua jaringan, yaitu: a). jaringan meristem, jaringan dimana sel-sel penyusunnya terus menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Terdiri atas sel-sel yang masih muda, belum berdiferensiasi, berdinding tipis, mengandung protoplasma, vakuola kecil, berinti besar, dan plastida yang belum matang, dan b). jaringan dewasa, jaringan yang terbentuk dari diferensiasi sel, merupakan hasil pembelahan jaringan meristem, bersifat tidak dapat balik (irreversible), atau disebut juga sebagai jaringan permanen. Ditinjau dari struktur batang, jaringan dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu struktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer jaringan dewasa terdiri atas, bagian 7 pelindung (epidermis); korteks (parenkima, sklerenkima, kolenkima); stele atau silinder pusat yang merupakan bagian terdalam dari batang (xilem, floem, kambium); lapisan kulit dalam (endodermis). Struktur sekunder jaringan dewasa terdiri atas, xilem sekunder, floem sekunder, gabus, dan kambium gabus (Salisbury dan Ross, 1995). Sebagai tumbuhan perdu berkayu, zodia tidak mempunyai batang besar, lingkar batang terbesar tidak lebih dari 10 cm. 3. Daun Daun zodia merupakan modifikasi dari bagian batang. Berdasarkan struktur dan fungsinya, daun dapat dibedakan atas tiga macam jaringan, yaitu: a). epidermis, merupakan lapisan terluar daun, terdiri bagian epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi untuk mencegah penguapan air yang terlalu besar. Epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula, dan di dalam kutikula terdapat stomata atau mulut daun yang berguna sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan keluar tubuh tumbuhan; b). parenkim / mesofil, terdiri atas sel palisade (jaringan pagar), dan spons (jaringan bunga karang), merupakan terminal dari proses pengangkutan air dan mineral, sebagai salah satu tempat akumulasi hara; c). jaringan pembuluh, merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di dalam tulang dan urat-urat daun, mengandung elemen floem yang akan melintaskan fotosintat ke seluruh jaringan tumbuhan. Daun zodia didominasi seluruhnya oleh zat hijau daun, yang secara visual tampak sebagai warna hijau tua jika berada pada lingkungan dengan intensitas cahaya matahari cukup, dan menjadi hijau kekuningan jika berada pada lingkungan dengan intensitas cahaya matahari sangat tinggi. Bentuk pertulangan daun dapat dilihat secara jelas. Filotaksis atau susunan khas daun zodia pada batang, yaitu posisi letak berhadapan. Tiap satu tangkai daun terdiri atas tiga helai daun, dengan bentuk tulang daun menyirip (Gambar 2.). Arah pemelaran daun ditentukan oleh sifat kelenturan dinding sel, menuju arah periklinal yaitu sejajar dengan arah bidang dasar primordia daun. Kondisi ini ditunjukkan 8 oleh bentuk daun zodia yang tampak memanjang dan kurus. Pertambahan lebar helai daun umumnya disebabkan oleh aktivitas sel-sel meristem yang menghasilkan sejumlah sel-sel baru di sepanjang tepi poros daun, tapi aktivitas tersebut segera berhenti sebelum daun berkembang penuh, yaitu sekira mencapai kurang dari separuh ukuran akhirnya. Ketika terjadi pelebaran daun, sel mesofil berhenti tumbuh tetapi sel epidermis tetap mengembang, dan akan menarik sel mesofil hingga merenggang, akibatnya dapat terbentuk ruang antar sel yang meluas di mesofil. 4. Bunga Bunga adalah salah satu organ reproduktif, terdiri atas tangkai, kelopak, alat kelamin jantan dan atau betina, serta mahkota bunga. Helaian mahkota bunga pada zodia tidak dapat dilihat secara makroskopis, melainkan seolah menyatu dengan kelopak dan bagian alat kelamin. Diprediksi helai mahkota antara yang satu dengan yang lain saling lepas atau tidak berlekatan, berjumlah sekira empat atau lima helai mahkota (Gambar 2.). Zodia menghasilkan bunga berkelamin ganda, yaitu terdiri atas bagian bunga jantan dan betina dalam satu tangkai bunga yang disebut memiliki bunga sempurna. Gambar 2. Daun, bunga dan buah zodia (sumber: penulis, 2011) 5. Buah dan Biji Setelah antesis berlangsung, terjadi perubahan anatomi dan kimia dari bunga menjadi buah. Mahkota bunga akan layu dan gugur setelah terjadi antesis. Peristiwa diferensiasi sel 9 yang terjadi setelah antesis, antara lain adalah zigot (yaitu sel kelamin betina yang telah diserbuki oleh sel kelamin jantan), kantung embrio, dan ovule akan berkembang menjadi biji, sedangkan ovarium di sekelilingnya akan berkembang menjadi buah. Senyawa sukrosa, glukosa, dan fruktosa akan ditimbun di bagian ovule sampai inti endosperma diselimuti oleh dinding sel, kemudian konsentrasi senyawa gula ini akan menurun saat digunakan untuk sintesis pati dan lemak serta selama proses pembentukan dinding sel. Buah zodia berwana hijau, berbentuk bulat telur, berukuran tidak lebih dari 1 cm, jika telah menjadi matang berwarna coklat. Buah tumbuh dari tangkai buah yang secara visual terkesan majemuk dari satu cabang atau tangkai bunga (Gambar 2.). Buah zodia tidak dapat dikonsumsi. Di dalam buah terdapat biji sebagai bakal calon tanaman baru (Gambar 3.) Gambar 3. Biji zodia yang telah kering dan siap ditanam (sumber: penulis, 2011) BUDIDAYA ZODIA 1. Syarat tumbuh zodia Ada dua faktor eksternal zodia yang mutlak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu faktor iklim dan faktor tanah. Kedua faktor abiotik ini disebut sebagai syarat tumbuh suatu tanaman yang kondisinya dapat kita upayakan / direkayasa jika akan dibudidayakan, agar dapat memenuhi kebutuhan optimum tanaman tersebut. 10 Zodia berasal dari hutan hujan tropis Papua, berarti akan tumbuh baik pada wilayah geografis 23½ oLU sampai dengan 23½ oLS (Soerya, 2012), suhu rata-rata harian 25-36 oC, intensitas cahaya matahari sedang-tinggi, curah hujan pada skala iklim Indonesia tipe A, B, C, dan D menurut Schmidt-Ferguson (Staklimlasiana, 2012), yaitu jumlah bulan kering lebih sedikit atau sama dengan jumlah bulan basah sepanjang tahun. Tumbuh baik pada tanah dengan tekstur lempung berpasir, sedikit liat, dan daya jerap air tinggi, terutama pada ordo jenis tanah Alfiosol, Andisol, Inseptisol, Oksisol, Spodosol, dan Ultisol menurut klasifikasi taksonomi tanah 1998 (Sutanto, 2005). Sebagai kelompok tanaman hias, zodia dapat tumbuh indah dan menarik secara visual jika syarat tumbuhnya terpenuhi. Keindahan itu diperoleh dari tampilan daun yang padat, rimbun, dengan warna hijau mengkilat, serta bunga dan buah yang tumbuh rindang. Untuk memperoleh kondisi yang menarik seperti itu, tentu tidak terlepas dari teknik perawatan yang tepat. Bagaimana teknik merawat tanaman zodia agar tampil memukau? Kajian berikut mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi budidaya zodia. 2. Media tanam Media tanam zodia dapat berupa tanah merah, berlempung, berpasir, berserasah, berhumus dan basah (% kelembaban tanah tinggi). Tekstur tanah dengan dominan pasir, dimana pori tanah tidak mampu menyimpan air dalam waktu yang lebih panjang, tidak cocok untuk zodia karena tanaman ini tidak suka akan suasana media yang kering. 3. Pot Tampilan tajuk zodia tipe irregular, biasanya hanya mencapai tinggi 60 – 75 cm saja dengan banyak cabang sekunder, tersier, dan seterusnya yang dapat tumbuh ke segala arah secara tidak beraturan. Kondisi tubuh tanaman seperti itu lebih cocok jika ditanam dalam pot, terutama jika difungsikan sebagai tanaman hias semi indoor seperti di teras rumah, di halaman dekat jendela, atau keluar masuk rumah / ruangan. 11 Pot yang dipilih dapat disesuaikan dengan selera dan ketersediaan bahan, dapat terbuat dari tanah liat, semen, plastik, atau keramik. Umumnya zodia lebih cocok dibudidayakan dalam pot plastik karena perakaran tidak terlalu dalam dan ringan jika akan dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain, mengingat fungsi tanaman itu sendiri sebagai penghalau nyamuk. Ukuran pot sebaiknya disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman, agar harmonisasi estetika lebih menarik. 4. Pemupukan Pemupukan dapat dilakukan melalui akar, yaitu dengan menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik dapat berupa kotoran hewan dari jenis sapi, kambing, ayam, atau kelinci, sedangkan pupuk anorganik dapat berupa pupuk majemuk yang terdiri atas unsur N, P, K dan unsur mikro lainnnya, seperti yang sering ditemukan di pasar dengan dosis sesuai aturan sekira 1 - 2 sendok makan per Liter air. Waktu pemberian pupuk organik dapat diberikan pada saat bersamaan pemindahan bibit ke lapang atau ke dalam pot, kemudian dapat diulang secara berkala setiap 6 bulan sekali. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dilakukan melalui daun dengan cara penyemprotan dan dilakukan setiap 1 sampai 3 bulan sekali. 5. Penyiraman Pengairan bagi zodia adalah salah satu faktor perawatan yang mutlak dilakukan terutama pada musim kemarau. Penyiraman merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan mengganti kehilangan air dari media tanam. Besarnya kebutuhan air, selain dipengaruhi oleh jenis spesies zodia, juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan tanaman, dan kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, serta sistem keporusan media tanam. Zodia yang ditanam pada lingkungan suhu tinggi, kelembaban udara rendah, dan sinar matahari berlimpah (kondisi outdoor), maka kebutuhan air lebih banyak . Sebaliknya, lingkungan suhu rendah, cahaya matahari sedikit, dan kelembaban udara tinggi, maka tingkat 12 kebutuhan air menjadi sedikit. Jenis bahan pot juga dapat mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan air. Jenis pot yang terbuat dari tanah liat mudah meloloskan uap air ke permukaannya, sehingga kebutuhan air lebih besar. Zodia tidak dapat mengalami kekurangan air. Apabila zodia kekurangan air, tanaman akan segera layu, menguning, kering, daun-daun baru tumbuh kerdil, serta secara keseluruhan pertumbuhan terhambat. Pada prinsipnya tanaman zodia merupakan tanaman yang tidak mampu bertahan hidup tanpa air, jika penyiraman dilakukan lebih dari tiga hari sekali, umumnya tanaman akan mati karena faktor kekeringan. Kondisi yang berbeda jika kelebihan air, oksigen akan keluar dari porus media tanam, akibatnya tanaman akan mudah terserang berbagai hama dan penyakit. 6. Pengendalian hama dan penyakit Umumnya tidak terlalu banyak hama atau penyakit yang menyerang zodia. Hal ini mungkin karena kondisi zodia yang dominan mengandung senyawa linalool yang tidak disukai oleh banyak serangga. Jenis-jenis hama yang seringkali menyerang zodia, seperti yang sering menyerang tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman kacang-kacangan, dan tanaman perkebunan, yaitu dari kelompok hama penggerek terutama kutu putih Pseudococcus sp. Salah satu anggota famili Pseudococcidae itu dinamakan kutu putih karena seluruh tubuhnya diselubungi serbuk lilin yang berwarna putih untuk melindungi dirinya dari serangan predator. Serangga ini bersifat polifog atau memakan semua jenis jaringan tanaman, berukuran cukup besar dengan panjang 3-4 mm. Serangga ini selain mampu berpindah sendiri dari satu pohon ke pohon yang lain, penyebarannya juga banyak dibantu oleh angin, burung, dan manusia karena tubuhnya yang ringan. Siklus hidup kutu putih berlangsung sekira 1-5 bulan tergantung keadaan iklim tempat tumbuh tanaman inang. Setiap tahun, kutu putih mampu mengembangbiakkan 2-4 generasi. Satu induk betina dapat 13 menghasilkan 300-500 butir telur di musim hujan, dan setelah 6-20 hari kemudian telur akan menetas (Trubus, 2009). Serangan kutu putih pada zodia biasanya pada bagian bawah daun, tunas-tunas muda yang baru tumbuh, bagian buku-buku batang atau ketiak daun, bagian bawah batang, dan ujung akar (pengamatan penulis, 2010). Penanggulangan zodia dari serangan kutu putih dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi, dan upaya perbaikan teknik budidaya, yaitu sebagai berikut: 1). mekanis, kutu-kutu putih yang menyerang bagian tanaman dapat dibuang atau dibunuh secara manual, kemudian bagian tersebut dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%. Jika tingkat serangan hama tinggi, maka bagian yang rusak dapat dipotong, dan dimusnahkan untuk memutus siklus hidup kutu putih tersebut, karena biasanya di dalam daun yang telah menggulung seringkali menjadi tempat persembunyian telur dan larva; 2). kimiawi, pemberantasan kutu putih secara kimiawi dapat menggunakan insektisida jenis Confidor 5 WP yang mengandung bahan aktif senyawa imidakloprid; Curacron 500 EC yang berbahan aktif profenofos; Alika 247 ZC atau Matador 25 EC yang berbahan aktif lamda sihalotrin yang disemprotkan pada bagian bawah daun di pagi hari; 3). teknik budidaya, yaitu pembersihan serasah dan gulma dari lahan atau media sebelum tanam, melakukan penanaman secara serempak untuk memutus daur hidup kutu, atau dengan sistem tanam tumpang sari. MANFAAT ZODIA Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa zodia adalah jenis tanaman hias outdoor dan semi indoor. Berdasarkan bentuk tajuk beberapa spesies zodia, yaitu tipe tajuk conical atau irregular, maka dari sudut pandang ilmu arsitektur pertamanan kedua bentuk tajuk tersebut dapat difungsikan dengan tujuan visual yang berbeda. Contoh tajuk zodia bertipe conical dapat berfungsi: a). mampu mengarahkan pandangan ke atas, sehingga cocok mendampingi bangunan bertingkat, b). dapat berperan sebagai aksen, yaitu menitikberatkan perhatian pada tatanan taman, c). mampu menjadi penghantar pergerakan atau pandangan, 14 sehingga cocok jika ditanam untuk mengarahkan suatu tempat tujuan. Sedangkan tajuk zodia bertipe irregular cenderung memberi kesan netral, sehingga tepat dimanfaatkan pada taman tidak formal, seperti halaman rumah, area pom bensin, pertokoan dan lain-lain. Zodia didominasi oleh zat hijau daun atau khlorofil yang beraroma khas. Aroma khas dari dedaunan zodia merupakan senyawa atsiri, mengandung senyawa evodiamine dan rutaecarpine. Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro, 2008), daun-daun zodia jika disuling dan dipantau melalui media gas kromatografi mengandung senyawa linalool (46 %) dan senyawa a-pinene (13,26 %). Kadar senyawa linalool yang tinggi mampu berperan sebagai anti-nyamuk. Hasil uji klinis telah dilakukan terhadap daya tahan lengan manusia yang digosok daun zodia kemudian dibandingkan dengan lengan yang tidak digosok daun zodia kemudian dimasukkan ke dalam kotak yang berisi nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) selama 6 jam, menunjukkan bahwa lengan yang digosok dengan daun zodia mampu menghalau nyamuk selama enam jam dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70% (Kardinan, A. (2004) dalam Kurniawan, 2009). Selain itu kulit yang digigit nyamuk demam berdarah bereaksi gatal dan bentol, menjadi lebih cepat hilang jika segera digosok dengan remukan daun zodia . Keputusan Direktorat Jenderal Hortikultura yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 tertanggal 12 September 2006, bahwa tanaman zodia merupakan salah satu jenis komoditas fitofarmaka di bawah binaan Direktorat Jenderal Hortikultura RI tersebut. Keefektifan dari bagian organ botani zodia selain daun, masih diuji oleh para ahli. Keefektifan zodia terhadap penyembuh sakit kepala, disentri, obat gosok untuk mengobati masuk angin, atau pembunuh sel kanker, masih dalam taraf penelitian dan uji klinis para ahli farmasi. 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1) Zodia adalah tanaman asli Indonesia berpotensi hayati tinggi bagi kemajuan industri obat-obatan dan kosmetika, 2) Pesona karakteristik botani zodia menjadikannya termasuk kelompok florikultura, berpeluang dimanfaatkan sebagai elemen taman non formal dan atau semi indoor yang mampu memperbaiki kualitas lingkungan secara ekologis dan hygienis akibat aroma khas daun sebagai penghalau nyamuk, dan 3) Membudidayakan zodia secara arif khususnya pada wilayah pemukiman yang memenuhi syarat tumbuhnya merupakan upaya melestarikan aneka hayati berbasis flora lokal asal Papua. Saran Perlu kajian mendalam melalui penelitian zodia secara terpadu mengenai perbaikan teknik budidaya, keragaman jenis senyawa yang terkandung pada tiap organ, keefektifan senyawa sebagai obat dan kosmetika, serta upaya memproduksi materi secara komersial agar dapat meningkatkan kemajuan industri florikultura dan farmasi di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Balittro, 2008. Hasil uji senyawa kimia tanaman zodia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Ditjen Hortikultura Republik Indonesia. 2006. Jenis-jenis Komodias Tanaman Binaan. Direktorat Jenderal Hortikultura RI, Jakarta. Dwiyandana, D. 2011. Penerapan Arsitektur Hijau di Kampung Kota (Studi kasus: RW 01 Kampung Pademangan Barat, Jakarta Utara). Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah IV. Wawasan Tridharma No. 12 Tahun XXIII, Bandung. Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Program Nasional Tanam 1 Milyar Pohon. Kementrian Lingkungan Hidup RI, Jakarta. Niehs, P.R. 1998. Global Warming Would Foster Spread of Dengue into Some Temperate Regions. Dalam http://www.niehs.nih.gov.oc/news/global.htm. Diunduh 26 Nopember 2008 Kurniawan, A. 2009. Tanaman Pengusir Nyamuk. Dalam Ardityo Kurniawan, weblog. Diunduh, 29 Nopember 2009. Prawirohartono, S. dan Hidayati, S. 2007. Sains Biologi. Jilid 1 SMA/MA. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. 16 Staklimlasiana, 2012. Klasifikasi Iklim Schmid-Ferguson. Stasiun Klimatologi Lasiana, Kupang. Dalam Staklimlasiana.blogspot.com Diunduh 02 Juli 2012 Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan D.R, Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB Press, Bandung. Soerya, S. 2012. Iklim Tropika. Dalam http://www.soerya.surabaya.go.id Diunduh 25 Juni 2012. Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Konsep dan kenyataan. Penerbit Kanisius, Yokyakarta. Trubus, Info Kit. 2009. Hama dan Penyakit Tanaman. Deteksi dini dan penanggulangan. Wisma Hijau, Cimanggis-Depok. 17