1 PENDAHULUAN Emas telah sejak lama melekat dengan kehidupan manusia. Bukan hanya sebagai perhiasan, tetapi juga sebagai alat ukur global, komoditi dan investasi. Emas merupakan salah satu pilihan investasi bagi banyak orang, karena menyimpan emas dianggap lebih baik daripada menyimpan uang di bank. Investasi emas ini kini mulai digemari oleh beberapa investor, karena kecenderungan nilai emas yang selalu meningkat tiap tahunnya. Tidak hanya itu, emas merupakan sarana hedging/lindung nilai kekayaan yang tahan terhadap inflasi. Pada saat orang-orang cemas dengan situasi perekonomian, mereka cenderung untuk membeli emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Emas menurut Worthington (2006) dan Davidson, dkk. (2007) adalah sarana investasi yang dapat melindungi nilai kekayaan dari inflasi. Investasi emas, dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu dengan melakukan investasi pada pasar fisik/konvensional dan melakukan investasi pada pasar derivatif. Kedua metode investasi tersebut memiliki keuntungan dan kelemahannya masingmasing. Pasar konvensional, adalah jual beli antara 2 pihak terhadap komoditi emas secara konvensional. Jadi pada perdagangan emas akan terjadi perpindahan kepemilikan konvensional emas dari penjual kepada pembeli. Sedangkan investasi emas yang di perdagangkan di pasar derivatif berbeda dengan dengan emas di pasar konvensional. Emas pada pasar derivatif, diperdagangkan dengan dua sistem, yaitu yang pertama adalah sistem perdagangan emas derivatif forward, dimana nasabah akan memperoleh emas pada waktu tertentu sesuai dengan kontrak dan harga emas yang telah ditentukan. Yang kedua adalah sistem perdagangan emas derivatif future atau yang sering disebut dengan Sistem Perdagangan Aternatif (SPA), dimana nasabah tidak akan menerima emas secara fisik, namun hanya akan memperdagangkan nilai kontrak emas yang ada. Kedua produk tersebut didasarkan 2 atas underlying asset yang sama, yakni emas. Pergerakan dari kedua produk tersebut didasarkan pada harga emas yang ada di pasar. Tren investasi emas kini mulai meningkat seiring dengan peningkatan harga emas tiap tahunnya. Melihat perkembangan rata-rata harga emas di pasar derivatif, selama 1 tahun periode Januari – Desember 2011 cenderung mengalami kenaikan, bahkan terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada bulan Juli - Agustus 2011. Walaupun sempat mengalami penurunan, namun harga emas dapat tetap dikatakan mengalami kenaikan, karena harga pada akhir tahun 2011 berada diatas harga pada awal tahun 2011. Hal ini dapat terlihat dari grafik sebagai berikut: Grafik 1 Grafik Perkembangan Harga Emas Rata-Rata Selama Satu Tahun (USD $ / Troy Ounce) Sumber: Software Meta Trader PT. Firstate Future Pada sistem perdagangan alternatif, memungkinkan para investor untuk bertransaksi dengan nilai yang jauh lebih tinggi dibanding dengan modal yang digunakan, karena yang diperdagangkan hanya nilai kontrak dari sebuah produk dan nasabah tidak akan menerima emas secara fisiknya. Untuk itu, pada sistem perdagangan alternatif seorang investor dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi/portofolio, sebagai salah satu upaya mengurangi risiko dari investasinya. Diversifikasi adalah sebuah metode pemecahan investasi di beberapa tempat, untuk 3 mengurangi risiko jika terjadi kegagalan di investasi yang dijalankan. Dengan dilakukan diversifikasi, jika salah satu investasi jatuh maka masih memiliki alternatif investasi lain yang dapat memberi keuntungan. Salah satu alternatif diversifikasi investasi adalah saham. Saham banyak dipilih oleh para investor karena merupakan investasi yang juga mampu memberikan tingkat return yang tinggi. Selain itu, pemilihan saham sebagai alternatif sarana diversifikasi adalah karena mayoritas investor yang melakukan investasi pada emas memiliki karakteristik sebagai risk seeker, atau investor yang berani untuk mengambil risiko karena adanya harapan akan mendapatkan return yang tinggi. Hal ini nampak dari investasi pada emas di pasar derivatif yang dapat memberikan return yang tinggi, namun dapat juga memberikan risiko yang semakin besar juga. Saham merupakan investasi yang memberikan tingkat risiko yang besar, namun juga dapat memberikan tingkat return yang tinggi. Investor yang memiliki tipe risk seeker akan lebih tertarik untuk melakukan portofolio dengan saham, karena akan memberikan return yang tinggi, walaupun disertai dengan risiko yang tinggi pula. Investasi pada saham merupakan salah satu investasi yang berisiko karena adanya ketidakpastian akan hasil yang diperoleh. Namun, investor hanya dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasi dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang di dapat menyimpang dari yang diharapkan. Meskipun demikian kerugian yang mungkin diterima dapat diminimalkan dengan cara membentuk portofolio investasi. Dalam menentukan portofolio, seorang investor harus dapat melihat bagaimanakah risiko dan return dari potofolio yang terbentuk. Sesuai dengan prinsip investasi yang menyatakan “high risk, high return”, saat investor menjalankan portofolio diharapkan dapat menurunkan risiko investasinya. Dengan adanya 4 penurunan risiko, maka return pasti akan mengikuti turun. Untuk itu, investor sebaiknya tidak hanya memperhatikan salah satu sisi pada risiko atau returnnya saja, tetapi juga secara seimbang antara risiko dan return harus diperhitungkan. Dengan adanya penentuan portofolio yang tepat, diharapkan walaupun risiko yang dihadapi turun, investasi tetap mendapatkan return pada tingkat tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan return yang tepat adalah dengan adanya penurunan risiko yang dialami, investor tidak mengalami penurunan yang begitu tajam, sehingga investor masih mendapatkan keuntungan dari portofolio investasinya. Dalam penelitian ini, saham yang digunakan sebagai alternatif portofolio adalah saham-saham dalam LQ-45. Alasan memilih saham dalam LQ-45 karena LQ45 merupakan kumpulan saham-saham paling liquid, memiliki frekuensi dan kapitalisasi perdagangan yang tinggi, memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, dan secara obyektif telah diseleksi oleh BEI. Dari hasil wawancara dengan Bp. Ignatius Setiawan Budi Cahyono selaku Investment Manager PT. Firststate Future, salah satu perusahaan future yang ada di Surabaya, menyatakan bahwa pembobotan investasi portofolio sebaiknya sebesar 30% untuk investasi emas, dan sebesar 70% bagi investasi lainnya. Pembobotan investasi emas ini di dasarkan pada data historis yang menunjukkan penurunan harga emas yang paling besar hanya sebesar 30% dari harga semula pada tahun 2001. Hal ini menjadi kunci bagi perusahaan untuk memberi saran bagi investor untuk melakukan portofolio investasinya. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai investasi emas dilakukan oleh Worthington dan Pahlavani (2006). Penelitian ini ingin mengetahui bagaimanakah keterkaitan antara emas dan tingkat inflasi, dan hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara emas dan inflasi, emas merupakan sarana lindung 5 nilai terhadap inflasi. Penelitian oleh Dempster (2008), menunjukkan bahwa emas merupakan sarana investasi yang strategis bagi para investor. Selain itu, mereka menyoroti bahwa hanya sejumlah kecil emas diperlukan untuk meningkatkan kinerja portofolio melalui emas sebagai alat diversifikasi investasi. Penelitian tentang portofolio telah dilakukan oleh Suryaningrum (2005). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pembentukan portofolio optimal pada saham anggota indeks LQ-45 Periode Februari 2002-Januari 2004 dengan menggunakan analisis mean varian. Dan Hasilnya menunjukkan bahwa saham GGRM, INAF, HMSPM BMTR, TSPC, MPPA, RALS, ANTM, TINS, DNKS, SMGR, MEDC merupakan saham portofolio yang optimal. Dalam penelitian Suryaningrum (2005) hanya menggunakan sahamsaham dalam indeks LQ-45 sebagai objek penelitian, sedangkan dalam penelitian ini akan memportofoliokan emas pada pasar derivatif dengan indeks saham LQ-45. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka persoalan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Saham perusahaan dalam LQ-45 manakah yang tepat untuk membentuk suatu portofolio dengan investasi emas di pasar derivative pada Januari – Desember 2011? 2. Bagaimanakah Risk dan Return yang terbentuk dari portofolio investasi emas di pasar derivatif dan saham perusahaan dalam LQ-45 dengan skenario pembobotan tertentu? 3. Bagaimanakah pembobotan investasi yang paling tepat bagi portofolio investasi emas di pasar derivatif dan saham perusahaan dalam LQ-45? Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui saham perusahaan dalam LQ-45 manakah yang tepat untuk membentuk suatu portofolio dengan investasi emas di pasar derivatif. 6 2. Untuk mengetahui Risk dan Return yang terbentuk dari portofolio investasi emas di pasar derivatif dan saham perusahaan dalam LQ-45 dengan skenario pembobotan tertentu. 3. Untuk mengetahui berapa proporsi pembobotan investasi yang paling tepat bagi portofolio investasi emas di pasar derivatif dan saham perusahaan dalam LQ-45. Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan saran dan masukan kepada investor tentang alternatif investasi yang lebih menguntungkan dan dapat meminimalkan risiko dari investasi yang dilakukan. TELAAH TEORITIS Investasi Emas Derivatif Investasi emas adalah suatu komitmen untuk menempatkan dana ke dalam bentuk emas, dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah gain tertentu di masa mendatang, disertai dengan kesadaran akan risiko yang melekat di dalamnya (Firstaste, 2010). Investasi emas pada masa merupakan investasi yang sedang “naik daun” pada masa sekarang ini. Harga emas yang tiap tahun terus mengalami kenaikan, membuat para investor tertarik untuk berinvestasi emas. McCrown dan Zimmerman (2006), melaporkan bahwa emas dapat memberikan return yang lebih tinggi dari TBills (Treasury-Bill, investasi yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral – Investasi bebas risiko - SBI). Menurut Baur dan Lucey (2006, dalam Soenarko 2007), emas juga sebagai safe haven yang merupakan sarana investasi yang tidak kehilangan nilanya ketika terjadi market crash. Davidson, Faff dan Hillier (2003), Gorton dan Rouwenhorst (2004, dalam Soenarko 2007) serta Faugere dan Von Erlach (2005, dalam Soenarko 2007) mengatakan bahwa emas dapat menjadi sarana lindung nilai yang efisien terhadap inflasi dan dengan demikian daya beli aset tetap terjaga. Palaloi 7 dkk (2006) menambahkan bahwa emas bukan hanya tahan terhadap inflasi melainkan juga deflasi. Emas dapat diinvestasikan dengan menggunakan sistem derivatif. Sistem perdagangan derivatif dibuat dimaksudkan untuk memberi wadah bagi para investor agar bisa melakukan lindung nilai (hedging) sebagai tempat alih risiko terhadap investasi yang dilakukannya. Selain itu, transaksi derivatif juga dapat sebagai salah satu alternatif investasi jangka menengah dan panjang bagi investor dan masyarakat luas. Kolb dan Overdahl (2003), mengartikan derivatif adalah “a contract that drives most of its value from some underlying asset, reference rate, or index” (suatu kontrak yang sebagian besar nilainya berasal dari aset, kurs acuan, atau indeks sebagai acuan awal (underlying)). Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga memiliki pengertian yang sama dengan Kolb dan Overdahl, bahwa derivatif harus didasarkan pada paling sedikit satu subjek sebagai induk acuan atau pokok yang mendasari (underlying) adalah aset, kurs referensi, atau sebagai dasar penetapan nilai utamanya, termasuk derivatif komoditas dan derivatif keuangan. Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa derivatif adalah sebuah transaksi perdagangan aset yang nilai asetnya merupakan turunan dari nilai dari instrumen yang mendasari terbentuknya nilai aset tersebut. Perdagangan Emas di pasar derivatif memiliki dua sistem perdagangan, yaitu sistem derivatif forward dan sistem derivatif future, yang sering disebut dengan Sistem Perdagangan Alternatif (SPA). Sistem derivatif forward adalah sebuah sistem perdagangan emas dimana seorang nasabah mengadakan perjanjian dengan pedagang emas (perusahaan future/commodity) untuk membeli serta mendapatkan emas pada waktu dan tingkat harga yang telah disepakati. Selama masa kontrak berlangsung, 8 seorang nasabah dapat memperjualbelikan kontraknya sesuai dengan kesepakatan harga dengan pihak lain, tapi masa waktu kontrak tetap dan pada waktu habis kontrak nasabah tersebut harus menyediakan dana untuk membayar emas sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan Sistem Perdagangan Alternatif (derivatif emas future) hampir sama dengan sistem derivatif forward. Produk emas yang ada di pasar derivatif dengan SPA disebut Paper Gold. Dalam SPA, nasabah tidak akan menerima emas secara fisik dan nilai kontraknya tiada batas. Dalam sistem ini hanya nilai kontrak emas yang diperdagangkan. Keuntungan berinvestasi di pasar derivatif dengan SPA adalah pasar derivatif merupakan pasar dua arah, dimana nasabah memiliki kesempatan untuk dapat mengambil keuntungan tidak hanya pada saat harga naik tetapi juga pada saat harga turun. Artinya pada saat harga naik, maka nasabah dapat mengambil posisi jual, demikian juga jika harga turun maka nasabah dapat mengambil posisi beli. Rekening nasabah akan didebet atau dikredit sesuai dengan hasil likuidasi nasabah mengalami laba atau kerugian. Nasabah hanya perlu menyediakan uang jaminan untuk mempertahankan margin. Untuk memulai investasi di bursa berjangka, investor memerlukan initial margin yang dibayarkan kepada broker/pialang sebagai tanda investasi di bursa berjangka. Initial margin (margin awal) adalah sejumlah uang/dana yang diperlukan pertama kali sebagai tanda untuk membuka rekening transaksi sebagai akses untuk masuk pasar (Firststate, 2010). Keuntungan lain dari SPA yaitu adanya efek leverasi. Efek Leverasi adalah suatu fasilitas yang diberikan kepada nasabah, dimana nasabah hanya perlu menggunakan sejumlah kecil margin untuk bisa mentransaksikan sebuah kontrak yang jauh lebih besar. Artinya transaksi derivatif berdasarkan margin yang nilainya 9 relatif sangat kecil dibanding dengan nilai kontrak yang ditransaksikan. Sebagai contoh pada kontrak derivatif emas yang ada pada PT. Firstate Future, dengan hanya uang (margin) $ 1.000 telah dapat melakukan transaksi atas kontrak senilai 1 lot emas (100 TO). Jadi margin yang dibutuhkan lebih kecil daripada investasi yang diterima. Efek ini muncul karena nasabah tidak akan menerima emas secara fisik, namun hanya nilai dari kontrak tersebut. Karena ada efek leverasi di pasar derivatif, memungkinkan harga emas menjadi lebih murah dibanding jika kita berinvestasi emas secara konvensional. Tapi, risiko penurunan harga nilai emas cukup berfluktuaktif sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan emas. Jadi, seorang investor harus mampu membaca dan peka akan peluang dan risiko yang ada di pasar derivatif. Untuk mengurangi risiko yang ada, investor dapat melakukan diversifikasi asetnya ke beberapa investasi lainnya. Saham-saham dalam Indeks LQ-45 Indeks saham LQ-45 merupakan saham yang paling sering diperdagangkan di setiap harinya. Saham LQ-45 merupakan indeks saham yang terdiri saham-saham yang termasuk sebagai saham yang blue chip, atau saham yang paling diminati oleh banyak investor. Dari semua saham yang ada di BEI, dipilih 45 saham yang paling baik, dimana penilaian dilihat dari banyaknya transaksi perdagangan dan kinerja saham. Dengan penilaian tersebut, diharapkan dapat menggambarkan kondisi pasar yang ada. Setelah terpilih, saham-saham tersebut kemudian dipantau dengan ketat dan kinerja kuartalan mereka dievaluasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (2008), untuk dapat masuk dalam pemilihan suatu saham harus memenuhi kriteria tertentu dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 10 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan 2. Masuk dalam 60 saham terbaik berdasarkan nilai transaksi di pasar regular 3. Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45 4. Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria hari transaksi di pasar reguler, frekuensi transaksi di pasar reguler dan kapitalisasi pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah: • Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler. • Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler • Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan kapitalisasi pasar. Menjadi anggota indeks saham LQ 45 merupakan harapan bagi sebuah perusahaan, karena itu berarti pelaku pasar modal sudah mengakui dan percaya kalau tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar dari perusahaan ini baik. Namun saham-saham yang sudah terdaftar dalam LQ-45, harus dapat terus menjaga kondisi perusahaannya agar tetap baik, agar pada saat evaluasi saham perusahaan tersebut tetap dapat tergabung dalam indeks LQ-45. Saham yang masih berada dalam kriteria akan tetap bertahan dalam indeks LQ 45 sedangkan yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan yang lebih memenuhi syarat. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. (Nurmalasari, 2009) 11 Portofolio Setiap invetasi, pasti mengharapkan adanya return dari investasi yang telah dilakukan. Return merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah investasi. Return dapat berupa return realisasian (actual return) yang sudah terjadi atau return yang diharapkan (expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapakan terjadi dimasa yang akan datang (Hartono, 2009;199). Return Realisasian merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian ini juga bermanfaat untuk menentukan return yang diharapkan dan risiko di masa yang akan datang. Expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang. Berbeda dengan retrun realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return yang diharapkan sifatnya belum terjadi. Hanya menghitung return saja untuk sebuah investasi tidaklah cukup, risiko dari sebuah investasi juga perlu diperhitungkan. Sesuai dengan prinsip dalam berinvestasi, yaitu “high risk, high return”, risiko dan return merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Dalam prinsip investasi, risiko dan return memiliki hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula return yang akan diterima oleh investor. Bagi investor dengan karakterik risk seeker, dengan berinvestasi pada asset yang memiliki risiko yang tinggi, investor tersebut pasti akan mendapatkan actual return yang tinggi. Namun berbeda halnya dengan investor dengan dengan karakteristik risk averse, dengan berinvestasi pada investasi yang memiliki risiko kecil, akan berharap mendapatkan expected return yang tinggi. Risiko sering dikaitkan dengan penyimpangan antara hasil yang di dapat dengan hasil yang diharapkan oleh investor. Home dan Wachowics (1992, dalam 12 Hartono 2009;219) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas/penyimpangan return terhadap return yang diharapkan. Risiko sering disebut juga dengan standart deviasi ataupun varian yang merupakan kuadrat dari standart deviasi. Seorang investor, dalam menjalankan bisnisnya pasti akan berusaha untuk meminimalkan risiko dengan mendapatkan return pada tingkat tertentu. Seorang investor dapat melakukan portofolio sebagai salah satu usaha untuk mengurangi risiko yang ada. Istilah portofolio dalam dunia keuangan digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Memiliki portofolio seringkali merupakan suatu bagian dari investasi dan strategi manajemen risiko yang disebut diversifikasi. Dengan memiliki beberapa aset, risiko tertentu dapat dikurangi. Teori portofolio muncul karena adanya diversifikasi investasi yang dilakukan oleh investor. Diversifikasi adalah menyebarkan kekayaan dalam berbagai macam aset. Diversifiksai dapat digunakan untuk mengurangi risiko, dengan cara menanamkan pada aset-aset yang memiliki korelasi negatif atau tidak mempunyai hubungan sama sekali (Widayanti,dkk.,2009:105). Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry M. Makowitz. Teori ini memberikan suatu cara bagaimana berinvestasi dengan efisien dan optimal, yaitu dengan membentuk portofolio. Tujuan membentuk portofolio adalah untuk memenuhi prinsip dalam berinvestasi “Memperoleh imbal hasil (return) pada tingkat yang dikehendaki dengan risiko yang paling minimum”. Untuk meminimumkan risiko, perlu dilakukan diversifikasi dalam berinvestasi, yaitu membentuk portofolio atau menginvestasikan dana tidak hanya disatu aset saja melainkan kebeberapa aset. (Hartono, 1998). 13 Mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi seorang investor yang melakukan portofolio perlu juga untuk menghitung return dan risiko dari portofolio seluruh asetnya. Menghitung return dan risiko untuk aset tunggal juga berguna karena nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung return dan risiko portofolio. Return Portofolio adalah rata-rata tertimbang dari returnreturn realisasian tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio. Sedangkan risiko portofolio adalah varian return sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. (Hartono,2009: 243). METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas harga emas pada pasar derivatif dan data harga saham perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 selama periode januari-desember 2011. Data harga emas di pasar derivatif di ambil dari data pergerakan harga komoditas emas di PT. Firstate Future. Sedangkan data harga saham yang termasuk dalam kategori indeks LQ-45 di dapat dari data yang ada di BEI. Dalam pengolahannya, data harga saham diambil dalam mingguan, karena dalam penelitian ini akan melihat pergerakan investasi emas tiap minggunya pada Januari – Desember 2011. Populasi dan sampel Populasi dapat dipahami sebagai keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Supramono dan Sugiarto, 1994, dalam Suryaningrum 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah investasi emas derivatif dan saham-saham yang masuk dalam anggota LQ-45. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel non-probabilitas yang 14 berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti secara objektif (Supramono, 2003, dalam Soenarko 2007). Pada perhitungan saham, karena keterbatasan tenaga dan kemampuan maka penelitian ini dibatasi menjadi sebagian dari populasi yang berupa sampel. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) periode perhitungan yaitu bulan November 2010-Januari 2011, Februari-Juli 2011, dan Agustus 2011-Januari 2012. Pemilihan tiga periode tersebut dikarenakan pergantian periode yang selalu dilakukan pada bulan februari dan agustus, sedangkan pada bulan 2011 tidak tidak tercantum dalam data februari 2011. Oleh sebab itu perlu dipergunakan data tahun 2010 untuk melihat data keanggotaan saham dalam indeks LQ-45 pada bulan januari 2010. Karena keanggotaan LQ-45 berubah tiap periodenya maka perlu dipilah emiten mana saja yang masuk dalam penelitian ini. Untuk itu kriteria yang dipakai untuk dijadikan sampel adalah emiten yang secara terus menerus selama tiga periode berturut-turut masuk dalam keanggotaan indeks LQ-45. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 36 saham yang dapat dijadikan sample. Berikut adalah nama-nama emiten yang tergabug dalam indeks LQ-45 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini pada periode Januari – Desember 2011 (secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran). Tabel 1 Saham-saham anggota indeks LQ-45 yang diteliti Nama Emiten No. Kode Nama Perusahaan 1. AALI Astra Agro Lestari Tbk 2. ADRO Adaro Energy Tbk 3. ANTM Aneka Tambang Tbk 4. ASII Astra International Tbk 5. BBCA Bank Central Asia Tbk 6. BBNI Bank BNI Tbk 7. BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 8. BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 9. BDMN Bank Danamon Tbk 10. BMRI Bank Mandiri Tbk 11. BNBR Bakrie & Brothers Tbk 12. BUMI Bumi Resources Tbk 15 No. Nama Emiten Kode Nama Perusahaan 13. DOID Delta Dunia Makmur Tbk 14. ELTY Bakrie Development Tbk 15. ENRG Energi Mega Persada Tbk 16. GGRM Gudang Garam Tbk 17. INCO International Nickel Indonesia Tbk 18. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 19. INDY Indika Energy 20. INTP Indocement Tunggal Perkasa 21. ISAT Indosat Tbk 22. ITMG Indo Tambang Raya Megah 23. JSMR Jasa Marga (persero) Tbk 24. KLBF Kalbe Farma Tbk 25. LPKR Lippo Karawaci Tbk 26. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk 27. MEDC Medco Energi International Tbk 28. PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 29. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 30. SMCB Holcim Indonesia Tbk 31. SMGR Semen Gresik Tbk 32. TINS Timah (Persero) Tbk 33. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 34. UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk 35. UNTR United Tractor Tbk 36. UNVR UNVR (Unilever Indonesia Tbk) Sumber data : Data Sekunder yang di olah (2012), Lampiran 1 Pengukuran Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep risk dan return asset tunggal dari emas dan saham maupun risk dan return dari investasi emas di pasar derivatif dan investasi emas di pasar derivatif yang didiversifikasi dengan saham dalam LQ-45. Untuk kepentingan analisis, tingkatan harga yang dipergunakan adalah tingkat harga emas dan saham 1 tahun, dimana pengambilan data harga saham dilakukan menggunakan data mingguan. Tingkat return investasi emas di pasar derivatif, didapat dari pengurangan harga emas pada hari pertama minggu ke-t dikurangi harga emas pada hari pertama minggu ke t-1 lalu hasil penguranganan dibagi dengan harga emas pada hari pertama minggu ke t-1. Begitu juga perubahan harga yang ada pada saham LQ-45. 16 Teknik dan langkah-langkah analisis Teknik analisis menurut Supramono (2003, dalam Soenarko 2007) adalah alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini, terdapat tujuh langkah analisis yang digunakan, yaitu: 1. Pengukuran Return aset tunggal Untuk menghitung tingkat actual return pada emas pada pasar derivatif dan saham LQ-45, dapat menggunakan rumus: …………………………………………………………………(3.1) dimana : Rt =Return minggu ke-t = Harga pada minggu ke-t = Harga pada minggu sebelum minggu ke-t 2. Menentukan Ecpected return Expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang, berbeda dengan actual return yang sifatnya sudah terjadi, expected return sifatnya belum terjadi. Untuk perhitungan expected return dari data historis adalah rata-rata return yang di dapat dari asset tersebut selama periode tertentu. Untuk menghitung expected return dengan data historis dapat dihitung menggunakan rumus: ………………………………………………………………...(3.2) 17 dimana: = Expected Return aset i = Total return aset i = Jumlah periode mingguan 3. Pengukuran Risiko aset tunggal Selain menghitung return asset tunggal seorang investor juga harus menghitung risiko yang mungkin akan terjadi. Risiko merupakan kondisi dimana investor menerima keuntungan lebih kecil dari yang diharapkan. Salah satu pengukuran risiko adalah standar deviasi atau varian yang merupakan kuadrat dari standar deviasi. Untuk megukur risiko pada investasi emas di pasar derivatif dan risiko saham, dapat menggunakan rumus: ………………………………………………………(3.3) di mana: = Standard Deviasi Ri = Return yang terjadi pada periode ke-i E(R) = Expected Return N = Jumlah periode mingguan 4. Kovarian Kovarian merupakan pengukur yang menunjukkan arah pergerakan dua buah variabel. Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak kearah yang sama, begitu juga sebaliknya. Tapi jika nilai kovarian adalah nol, menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak saling berhubungan. Selain itu, kovarian dapat menggambarkan tingkat risiko yang terbentuk dari portofolio yang 18 akan dibentuk. Kovarian dengan menggunakan data historis dapat dihitung menggunakan rumus: …………………………….(3.4) dimana: = Kovarian return antara saham A dan saham B = return saham ke A pada periode ke-i = return saham ke B pada periode ke-i = Expected Return saham ke A = Expected Return saham ke B n = Jumlah data historis 5. Perhitungan Korelasi Untuk menentukan Portofolio yang baik dan tepat, diperlukan memilih saham yang memiliki korelasi yang negatif satu sama lain. Semakin memiliki korelasi yang negatif, semakin memiliki kemungkinan membentuk portofolio yang baik. Korelasi menunjukkan besarnya hubungan antara dua variabel terhadap masing-masing risiko yang diperoleh. Untuk menghitung korelasi dapat menggunakan rumus: ……………………………………….…………………(3.5) Atau dapat dihitung secara langsung dengan menggunakan rumus: ………………………..……………..(3.6) dimana: = Korelasi saham emas dan saham = Kovarian return saham emas dan saham = Standard deviasi emas dan saham 19 6. Pengukuran Return Portofolio Tingkat return investasi emas di pasar derivatif yang didiversifikasikan dengan saham LQ-45 didapat dari penjumlahan antara pembobotan investasi emas dikalikan dengan return investasi emas, ditambah dengan pembobotan saham LQ-45 dikalikan dengan return Saham LQ-45. Pemobotan investasi portofolio menggunakan skenario investasi dengan peningkatan pembobotan sebesar 10%, yaitu: - Skenario 1: 10% investasi emas dan 90% Saham LQ-45 - Skenario 2: 20% investasi emas dan 80% Saham LQ-45 - Skenario 3: 30% investasi emas dan 70% Saham LQ-45 - Skenario 4: 40% investasi emas dan 60% saham LQ-45 - Skenario5: dianggap kedua investasi seimbang, 50% investasi emas dan 50% Saham LQ-45 - Skenario 6: 60% investasi emas dan 40% Saham LQ-45 - Skenario 7: 70% investasi emas dan 30% Saham LQ-45 - Skenario 8: 80% investasi emas dan 20% Saham LQ-45 - Skenario 9: 90% investasi emas dan 10% saham LQ-45 Peningkatan persentase pembobotan di pilih berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber dari PT. Firstate Future yang menyatakan bahwa dilihat dari data historis, harga emas pernah mengalami penurunan terbesar sebesar 20% dari harga sebelumnya pada tahun 2000, dan penurunan paling besar adalah sebesar 30% pada tahun 2001. Oleh sebab itu, peningkatan persentase pembobotan sebsesar 10% ini diharapkan dapat menggambarkan risk dan return portofolio yang dapat dicapai investor. PT Firstate Future menyarankan kepada investor untuk menginvestasikan asetnya sebesar 30% pada investasi emas dengan harapan penurunan yang terjadi tidak melebihi 30%, dan sisanya disarankan untuk dapat diinvestasikan ke investasi 20 lainnya. Hal ini bertujuan jika investasi emas mengalami kerugian yang cukup besar, maka investor masih memiliki alternatif keuntungan lain dari saham. Return portofolio dapat dihitung dengan rumus: ……………………….(3.7) dimana: = Expected Return Portofolio = Pembobotan investasi emas = Expected Return Investasi emas = Pembobotan investasi Saham = Expected Return Saham 7. Pengukuran Risiko pada pasar derivatif yang didiversifikasikan dengan saham dalam LQ-45 Selain menghitung return portofolio seorang investor juga harus menghitung risiko yang mungkin akan terjadi dalam portofolionya. Pengukuran risiko portofolio dapat dihitung melalui standar deviasi atau varian yang merupakan kuadrat dari standar deviasi. Tingkat risiko investasi emas di pasar derivatif yang didiversifikasikan dengan deposito dapat dihitung dengan rumus: ………..……………..(3.8) di mana: = Standard deviasi/risiko portofolio = Pembobotan investasi emas = Pembobotan investasi Saham 21 = Standard deviasi/risiko emas = Standard deviasi/risiko saham r = Korelasi cov = Covariance = Sejauh mana kedua variabel bergerak bersama ANALISIS DATA Berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan dengan menggunakan teknik analisis di atas, maka pada bagian ini akan membahas dan menganalisis jawaban dari persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada pendahuluan di atas, yaitu portofolio antara investasi emas di pasar derivatif dengan saham dalam LQ-45. Pembahasan dan analisis lebih lanjut akan dipaparkan melalui bagian-bagian sub bab berikut ini: Risiko dan Return dari aset individu Di dalam setiap pembentukan portofolio, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung actual return dan risiko aset individu serta expected return dari masing-masing aset. Hasil perhitungan dari return dan risiko masingmasing saham dapat dilihat dalam lampiran-lampiran. Berikut ini adalah tabel yang merangkum hasil actual return yang ada dalam saham LQ-45. Tabel 2 Actual Return Emas dan Saham dalam LQ-45 Periode Januari 2011-Desember 2011 Keterangan Expected Return (%) Kode Perusahaan Return Emas 0,37 XAUSD Return Tertinggi 1,12 GGRM PT Gudang Garam Tbk. Return Rata-rata -0,06 Return Terendah -1,36 DOID PT Delta Dunia Makmur Tbk. Sumber: Data sekunder yang diolah (2012), Lampiran 3 22 Mengacu pada besarnya rata-rata return (Expected return) yang diharapkan dari masing-masing aset (lampiran 3, Hal. 40), nampak bahwa return emas adalah 0,37%. Saham GGRM merupakan saham dengan tingkat return yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena Saham GGRM merupakan saham yang bersifat defensive stock, yang berarti saham tersebut tidak terpengaruh dengan kondisi makro ekonomi suatu Negara (Wisudana, 2011). Dengan kata lain, dalam kondisi apapun, saham GGRM terus dapat memberikan return yang baik dikarenakan barang yang diproduksi merupakan barang yang dibutuhkan oleh masyrakat. Return saham terendah ditunjukkan oleh saham DOID. DOID adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang holding untuk perusahaan jasa tambang batubara. Awalnya, perusahaan ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang properti dan tekstil, kemudian perusahaan ini mengakuisisi perusahaan BUMA, yang bergerak dalam bidang jasa tambang batubara. Karena pengakuisisian menggunakan dana dari hutang, dan perusahaan BUMA pun juga memiliki banyak hutang, maka DOID harus bekerja keras untuk menutup hutangnya (Hidayat, 2011). Oleh sebab itu, actual return yang di dapat dari investasi di saham DOID menjadi relatif rendah. Jika dilihat dari tingkat return yang dihasilkan, maka saham GGRM merupakan saham yang tepat untuk sarana innvestasi, karena memberikan return yang paling besar. Namun, selain mengetahui return dari perusahaan, investor juga harus melihat risiko dari masing-masing saham yang ada. Di bawah ini adalah tabel yang merangkum risiko yang dimiliki masing-masing aset. 23 Tabel 3 Risiko Emas dan Saham dalam LQ-45 Periode Januari 2011-Desember 2011 Keterangan Risiko (%) Kode Perusahaan Risiko Emas 3,86 XAUSD Risiko Tertinggi 9,57 ENRG PT Energi Mega Persada Tbk. Risiko Rata-rata 5,21 Risiko Terendah 3,21 TLKM PT. Telkom Tbk Sumber: Data sekunder yang diolah (2012), Lampiran 4 Risiko dari emas sebesar 3,86%. Nilai risiko tertinggi dari saham LQ-45 terdapat pada saham ENRG. ENRG merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas. Risiko tertinggi disebabkan karena mulai langkanya persediaan minyak dan gas mentah. Pemerintah pun mulai berpikir panjang untuk mengatasi maslah ini, bahkan pada tahun 2012 pemerintah sempat akan menaikkan harga BBM, namun mendapat penolakan dari masyarakat. Kelangkaan minyak inilah yang menyababkan risiko dari saham ENRG menjadi tinggi. Risiko saham terendah ada pada saham TLKM, walaupun harga sahamnya berfluktuaktif, namun besaran nilai fluktuaktifnya tidak terlalu besar. Saham TLKM cenderung lebih stabil, saham ini merupakan perusahaan milik pemerintah, sehingga nilai saham pada perusahaan tersebut cenderung lebih stabil. Meskipun hasil dari return dan risiko tiap aset sudah diketahui, namun tahap ini belum menyelesaikan persoalan secara keseluruhan dan bukan merupakan suatu hasil akhir yang pasti karena dalam anailisis portofolio juga sangat penting untuk mengetahui korelasi antar aset yang akan diportofoliokan. Korelasi Dalam teori portofolio, menunjukkan bahwa secara umum risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa aset tunggal ke dalam bentuk portofolio dengan syarat return untuk masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif. 24 Dengan koefisien korelasi yang cenderung negatif dapat dikatakan bahwa ada manfaat yang terdapat dalam portofolio yang dibuat. Manfaat yang dapat diperoleh adalah pengurangan risiko tingkat keuntungan portofolio. Untuk itu perlu dipilih kombinasi antar aset yang mempunyai koefisien korelasi yang paling rendah, karena semakin rendah efek diversifikasi akan semakin terlihat. Dalam penelitian ini, akan dicari korelasi paling negatif antara saham-saham yang ada pada LQ-45. Perhitungan hasil korelasi emas dan saham dalam LQ-45 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: 25 Tabel 4. Korelasi Emas dan Saham dalam LQ-45 Periode Januari 2011-Desember 2011 AALI EMAS EMAS ADRO ANTM ASII 0.337696 0.282542 0.397262 0.321462 ENRG 0.28154 0.41962 BBTN 0.15715 0.288823 0.365485 0.384102 0.354811 0.298375 0.140987 LPKR LSIP SMCB BDMN BMRI BNBR BUMI 0.43463 0.338013 0.245487 0.325714 0.120083 0.192978 ELTY PTBA INDF BBRI 0.264213 PGAS INCO BBNI DOID MEDC GGRM BBCA INDY SMGR INTP TINS EMAS 0.218918 0.388181 0.358085 0.154752 0.220361 0.240539 0.146818 0.378614 Sumber: Data sekunder yang diolah (2012), Lampiran 6 ISAT ITMG JSMR KLBF 0.11347 0.244176 0.136217 0.408611 TLKM -0.02325 UNSP UNTR 0.322882 0.291839 UNVR -0.0291 26 Dari data diatas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat dua saham yang berkorelasi negatif dengan emas, saham TLKM sebesar -0,02302 dan saham UNVR (PT. Unilever Indonesia Tbk.) sebesar -0,02881. Portofilo yang paling baik dan tepat dapat dilihat dengan melihat korelasi investasi yang paling negatif. Dalam penelitian ini, saham UNVR merupakan saham yang layak untuk dapat diportofoliokan dengan emas, karena memiliki korelasi paling negatif dengan emas Saham UNVR, merupakan saham dari perusahaan yang memproduksi barangbarang konsumsi masyarakat. Perusahaan ini memproduksi barang kebutuhan masyrakat, sehingga dalam kondisi negara seperti apapun, perusahaan ini tetap akan mendapatkan keuntungan karena masyarakat pasti membutuhkan produknya. Oleh sebab itu, saham UNVR layak untuk diportofoliokan dengan emas, karena produk perusahaan UNVR tidak memiliki keterkaitan dengan emas dan merupakan saham yang aman bagi investasi (devensife stock). Return dan Risiko Portofolio Return portofolio merupakan keuntungan yang diharapkan oleh investor dari portofolio yang dilakukan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa emas berkorelasi negatif dengan saham UNVR, yang berarti emas dapat diportofoliokan dengan saham tersebut. Pembentukan portofolio antara emas dan saham UNVR perlu juga diperhatikan return yang akan diperoleh investor, agar investor dapat menerima return yang tinggi. Return dari portofolio emas dan saham UNVR ini diharapakan dapat lebih tinggi dibandingkan dengan return dari SBI, yang merupakan investasi bebas risiko. Tidak hanya itu, portofolio ini diharapkan juga dapat memberikan return diatas dari return IHSG, yang merupakan gabungan dari semua saham yang ada di Indonesia. Dengan memiliki return diatas SBI dan IHSG berarti return dari portofolio emas dan saham UNVR dapat lebih tinggi dibandingkan dengan return pasar. 27 Dalam penelitian ini, perhitungan return portofolio antara emas dan saham UNVR dihitung berdasarkan masing-masing skenario pembobotan. Perhitungan return portofolio dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 5 Return dan Risiko Portofolio Emas dan Saham UNVR, SBI serta IHSG Periode Januari 2011-Desember 2011 PORTOFOLIO EMAS EMAS RETURN RISIKO UNVR 10% 0.004423 0.041103 90% 20% 0.00434 0.037066 80% 30% 0.004257 0.03364 70% 40% 0.004174 0.031031 60% 50% 0.004091 0.029455 50% 60% 0.004008 0.02908 40% 70% 0.003925 0.029953 30% 80% 0.003842 0.031971 20% 90% 0.003759 0.034935 10% SBI RETURN RISIKO 0,0014 0 IHSG RETURN RISIKO 0,00143 0.02998 Sumber : Data sekunder yang diolah (2012) lampiran 7 Dari tabel return dan risiko diatas, nampak bahwa skenario pembobotan 10% emas dan 90% saham UNVR merupakan saham dengan return yang tinggi, namun juga memberi risiko yang tinggi pula. Sedangkan skenario pembobotan yang paling memberikan risiko paling rendah dihasilkan dengan pembobotan investasi 60% emas dan 40 % saham UNVR, namun return yang diterima lebih kecil. Keunggulan dari investasi emas adalah harga emas yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Walaupun harga emas sempat mengalami penurunan, namun dapat dikatakan tetap mengalami kenaikan, karena harga terakhir selalu berada diatas harga awal tahun. Sedangkan karakteristik dari saham UNVR adalah saham yang bersifat defensive stock, itu berarti saham ini dinilai aman dan dapat bertahan dalam segala kondisi perekonomian Negara. Karena memiliki sifat defensive stock, saham UNVR 28 banyak digemari oleh para investor. Oleh sebab itu, harga saham UNVR cenderung lebih stabil atau bahkan dapat mengalami kenaikan dan dapat memberikan return yang tinggi pula. Keunggulan dari investasi emas dan saham UNVR inilah yang menyebabkan kedua asset tersebut tepat untuk diportofoliokan dan dapat menghasilkan return yang tinggi. Dari tabel risk dan return portofolio diatas, Nampak bahwa portofolio emas dan saham UNVR dapat menghasilkan return yang tinggi disertai dengan risikonya. Dari beberapa skenario pembobotan diatas, nampak bahwa return dari semua scenario pembobotan portofolio emas dan saham UNVR dapat memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan return pada aset risk free rate, dalam hal ini adalah SBI yang hanya menghasilkan return sebesar 0,0014 tiap minggunya. Selain itu, portofolio antara emas dan saham UNVR juga dapat memberikan return diatas return investasi pada IHSG. Return IHSG sebesar 0,00143 disertai dengan risiko sebesar 0,02998. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa portofolio emas dan saham UNVR merupakan portofolio yang tepat dan sesuai, karena memiliki korelasi negatif, sehingga dapat meminimalkan risiko dan memberikan return yang tinggi. Dapat diartikan bahwa dengan pembobotan skenario seperti apapun, investor akan tetap mendapatkan return yang tinggi, namun pasti akan tetap ada risiko yang harus ditanggung. Pemilihan pembobotan investasi sesuai dengan tipe investor yang melakukan investasi, yaitu: risk seeker, risk natural, ataupun risk averse. Dari skenario pembobotan investasi di atas, dapat dilihat bahwa risiko tertinggi dicapai saat investor mengivestasikan dananya sebanyak 10% di emas dan 90% di perusahaan UNVR. Seorang investor yang memiliki kecenderungan risk seeker, akan lebih suka untuk mengambil investasi pembobotan seperti tersebut. Seorang investor dengan tipe risk seeker, lebih berani untuk mengambil risiko yang 29 tinggi, karena mereka yakin jika risiko tinggi, maka akan mendapatkan return yang tinggi pula, seperti prinsip ekonomi “high risk, high return” Risiko terendah, dapat dicapai dengan posisi skenario pembobotan 60% emas, dan 40% saham UNVR. Tipe investor risk averse akan lebih cenderung suka mengambil pembobotan investasi ini. Tipe risk averse merupakan tipe investor yang cenderung tidak suka dengan risiko. Investor akan memilih risiko investasi paling rendah, berepapun return yang akan dia dapatkan. Skenario pembobotan dengan tingkat risiko rata-rata, dicapai dengan skenario pembobotan investasi sebesar 30% emas dan 70% saham UNVR. Skenario pembobotan ini cocok untuk tipe investor risk natural, dimana tipe investor ini tidak terlalu suka dengan risiko tinggi, namun mengharapkan return yang cukup tinggi. Yang dicari dari investor dengan tipe risk natural adalah rasa aman jika suatu saat terjadi kondisi yang tidak diharapkan. Dengan risiko yang tidak terlalu besar, investor akan mendapatkan return yang tidak terlalu tinggi juga. Skenario pembobotan ini, sesuai dengan pembobotan investasi yang biasanya disarankan oleh PT. Firstate Future, untuk para investor yang akan menginvestasikan dananya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari persoalan penelitian yang didasarkan pada hasil analisis dan bahasan analisis. 1. Saham anggota Indeks LQ-45 yang sesuai dan layak untuk diportofoliokan dengan emas adalah saham UNVR (PT. Unilever Tbk.). Hal ini ini ditunjukkan dari korelasi antara emas dan saham UNVR yang berkorelasi negatif terbesar diantara saham-saham lainnya. Selain itu, saham UNVR merupakan saham yang aman (defensive stock), karena saham UNVR merupakan saham dari perusahaan yang 30 memproduksi bararang-barang konsumsi yang dibutuhkan masyarakat, dimana setiap orang pasti membutuhkan barang yang diproduksi untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Jadi, saham UNVR dianggap aman, dalam kondisi negara seperti apapun, kondisi saham UNVR masih dianggap aman. 2. Risk dan return yang terbentuk dari portofolio investasi emas dan saham UNVR dengan skenario pembobotan tertentu dapat dilihat dalam hasil analisis data. Hasil return terbesar diperoleh dari skenario pembobotan investasi 10% emas dan 90% saham UNVR. Dengan pembobotan tersebut investor akan mendapatkan return yang tinggi, namun investor juga akan memperoleh risiko yang besar pula, sesuai dengan istilah ekonomi “high risk, high return”. Sedangkan skenario pembobotan yang paling memberikan risiko paling rendah dihasilkan dengan pembobotan investas 60% emas dan 40 % saham UNVR, namun return yang diterima lebih kecil. 3. Semua skenario pembobotan investasi emas di pasar derivatif dan saham UNVR merupakan pembobotan yang menghasilkan tingkat risk dan retun yang paling baik. Jadi, dengan semua skenario pembobotan investor akan tetap mendapatkan return yang tinggi, namun tergantung dengan tipe investor tersebut. Jika investor tersebut memiliki tipe risk seeker, maka ia disarankan mengambil pembobotan investasi 10% emas dan 90% saham UNVR. Jika investor tersebut memiliki tipe risk averse, maka ia disarankan mengambil pembobotan investasi 60% emas dan 40% saham UNVR. Tapi jika investor tersebut memiliki tipe risk natural, maka ia disarankan mengambil pembobotan investasi 30% emas dan 70% saham UNVR, seperti saran pembobotan investasi yang dilakukan oleh PT. Firstate Future. Implikasi Dengan dihasilkannya kesimpulan diatas, kiranya hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor yang ingin berinvestasi untuk membentuk portofolio dari 31 beberapa aset yang dapat memberikan return yang paling baik, dengan disertai risiko yang dapat diminalisasi. Portofolio investasi emas di pasar derivatif dan saham UNVR merupakan portofolio yang tepat selama periode Januari-Desember 2011. Portofolio ini akan mampu menghasilkan return yang paling baik, sesuai dengan tipe investor tersebut. Pada investor yang cenderung risk seeker, disarankan untuk bernvestasi dengan pembobotan 10% emas dan 90% saham UNVR, karena memiliki tingkat pengembailan yang tinggi, namun setara dengan tingkat risiko yang dihadapi. Investor yang cenderung risk natural, disarankan utuk berinvestasi dengan pembobotan 30% emas dan 70% saham UNVR, karena pembobotan ini dianggap pembobotan yang cukup aman, dengan memberikan risiko yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk investor dengan tipe risk averse, disarankan untuk memilih investasi dengan pembobotan 60% emas dan 40% saham UNVR, karena risiko yang dihadapai merupakan risiko yang terendah. Untuk masa yang akan datang, portofolio emas dan saham UNVR dapat menjadi alternatif investasi yang tepat, karena keunggulan dari emas dan saham UNVR dapat memberikan tingkat return yang tinggi. Namun, untuk investasi di masa yang akan mendatang, return dan risiko tidak dapat sepenuhnya sama seperti penelitian ini, karena harus menyesuaikan kondisi perekonomian dan harga dari emas dan saham UNVR pada tahun tersebut. Keterbatasan dan Saran Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan ini hendaknya ditindaklanjuti sehingga penelitian dapat menjadi lebih mendalam. Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah perhitungan portofolio yang terlalu sederhana dan hanya melihat dari aspek harga tanpa melihat aspek perhitungan pasar. Beranjak dari keterbatasan tersebut, disarankan untuk penelitian selanjutnya 32 perlu diperhatikan bagaimanakah keterkaitan investasi dengan kondisi pasar, agar lebih tepat dalam menganalisa portofolio yang terbentuk. Selain itu, penelitian ini dapat dikembangkan dalam hal anggota portofolio, yaitu dengan mengubah objek penelitian dengan aset lain sebagai salah satu alternatif investasi. 33 DAFTAR PUSTAKA Amenc, Noel dkk. 2002. Benefit and Risk of Alternatif investment strategies.Journal. 1-22 Anggrayni, Delvita D.P..2009.LQ45.Blog Univesritas Guna Darma. http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/2009/06/20/lq-45-2/ 17 Mei 2012 Davidson, S., R.Faff, dan D. Hillier. 2003. “Gold Factor Exposures in Internastional aset Pricing. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money 13(3), 271-289. Dempster, Natalie. 2008. Investing in Gold: The Strategic Case. World Gold Council, http://www.gold.org. 11 Oktober 2011. Dewi, Kumala. 2010. “Jenis pilihan investasi emas”. http://www.resep.web.id/bisniskeuangan/berikut-6-jenis-pilihan-investasi-emas.html 7 Oktober 2011 Dubey, Praded dkk. 2002. “Is Gold and Efficient Store of Value”. http://www.ssrn.com. 17 Oktober 2011 Firstate. 2010.Materi Pemasaran Produk Firstate. Surabaya: Firstate Feugere, Christope dan Van Erlach, Julian. 2005. “The Price of Gold: A Global Required Yield Theory” ”, http://www.ssrn.com. 17 Oktober 2011. Gilmore, Claire G.,dkk.2009. The Dynamics of Gold Price, Gold Mining Stock Price and Stock Market Prices Comovements. Research in applied economic. I:1-20 Hidayat, Teguh.2011.Analisis Saham Independen – Delta Dunia Makmur. http://teguhidx.blogspot.com/2011/06/delta-dunia-makmur.html diunduh pada 7 Mei 2012 jam 12.49 Husnan,Saud, 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Ananlisis Sekuritas, UPPAMP Hartono, Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi – Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta 34 Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi – Edisi Keenam. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta Kolb, Robert W. and James A. Overdahl. 2003. Financial Derivartives – third edition. United State Of America: John Eiley & Sons Inc. Lawrence, Collin. 2003. Why is Gold differnt from other asets? An Empirical investigation. www.gold.org/download/value/stats/research/pdf/C%2520Lawrence.pdf. 20 Oktober 2011 McCrown, John R dam Zimmerman, James R., 2006, “Is Gold a Zero Beta Aset? Analysis of the Investment Potential of Precious Metal”, http://www.ssrn.com. 17 Oktober 2011. Nurmalasari, Indah. 2009, Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Tehadap Harga Saham Emiten LQ-4 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008. Jurnal Universitas Gunadarma. Depok Palaloi, Mohammad Ihsan, dkk. 2006. Kemilau Investasi Emas, Science Research Foundation, Jakarta. Reilly, Frank K. dan Keith C. Brown. 1997. “Investment Analysis and Portofolio Management” – Fifth Edition. United States Of America, The Dryden Press. Sasongko, Noor Prio.-.Implementasi Teori Portofolio untuk Investasi pada Reksadana Saham.Jurnal.1-22. Siahaan, Hinsa. 2007. Analisa Risiko dan Pengembalian Satu Saham dan Analisa Portofolio dua saham. Jurnal. 1-16 Soenarko, Alvin. 2007. Analisis Komparasi Tingkat Risiko dan Return Dalam Investasi Berbasis Emas: Komoditas Emas Berjangka, Indeks Emas Berjangka dan Saham Perusahaan Penghasil Emas dan Dalam Perbandingannya terhadap 35 Sertifikat Bank Indonesia. Working Paper Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Suryaningrum, Tanding. 2005. Pembentukan Portofolio Optimal pada Saham Anggota Indeks LQ-45 periode Februari 2002 – Januari 2004 dengan Menggunakan Analisis Mean Varian. Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Tunali, Halil dan Ferda Y. Tatoglu. 2010. The Analysis of Factor Affecting Investment Choices of Households in Turkey with Multinominal Logit Model. International Reseach Journal of Finance and Economics. Vol 40: 186-202. Wisudana, Randy B. 2011. Materi Ajar Pasar Uang Pasar Modal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Worthington, A.C. dan Pahlavani,M. 2006. “Gold Investment as an inflationary hedge: Cointegration Evidence with Allowance for Endogenous Structural Break”. Journal University of Wollongong: 1:15 Widayanti, Rita dkk. 2009. Manajemen Keuangan: Edisi Revisi. Salatiga: Fakultas Ekonomi-UKSW http://moneymanagemnt.com.au 17 Oktober 2011 http://www.bappebti.go.id 17 Oktober 2011 http://www.e-mj.com 17 Januari 2011 http://www.gold-exchange.com 13 Oktober 2011 http://www.kebun-emas.info 7 Oktober 2011 http://www.scribd.com/doc/4509019/Tinjauan-Yuridis-Derivatif 13 Oktober 2011 http://www.uanganda.or.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=15 9:investasi-logam-mulia-emas&catid=28:topik-minggu-ini&Itemid=86 Oktober 2011 13