Meningkatkan Minat Investasi Melalui Peer-to-Peer Lending

advertisement
“Meningkatkan Minat Investasi Melalui Peer-to-Peer Lending”
Oleh Benedicto Haryono
Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan Co-Founder KoinWorks
Mayoritas masyarakat Indonesia masih cenderung takut untuk berinvestasi. Mereka lebih memilih
untuk menabung di deposito ketimbang berinvestasi1. Hal ini terbukti dari fakta sekitar 60 juta
penduduk yang memiliki rekening tabungan di Indonesia, baru terdapat 3,8 juta rekening deposito
(Januari 2017), dan 1 juta akun investor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, proporsi investor lokal di Indonesia merupakan
salah satu yang paling rendah.
Singapore
Malaysia
Thailand
Philippines
Indonesia
% population who have an
investment account
31.81%
10.85%
4.90%
1.17%
0.59%
Adult population
(mio)
5.0
23.0
39.4
63.3
170.9
Sumber: Data KoinWorks (2017)
Terdapat tiga alasan utama penyebab masyarakat Indonesia enggan berinvestasi, yaitu tidak
mengerti tujuan berinvestasi; tidak memiliki uang lebih dari penghasilan; serta belum bisa
membedakan antara investasi dengan menabung2
Rendahnya minat investasi masyarakat Indonesia juga dipengaruhi minimnya pengetahuan
mengenai instrumen investasi, terutama yang berkaitan dengan pasar modal. Untuk itu, masyarakat
perlu mendapatkan edukasi dasar mengenai pentingnya investasi dan jenis instrumen investasi
yang tersedia, sehingga memudahkan dalam memilih investasi yang cocok, baik dari segi
keuntungan maupun risiko.
P2P Lending sebagai Awal Berinvestasi
Fintech dengan skema peer-to-peer (p2p) lending dapat menjadi media awal berinvestasi yang patut
dicoba dengan kelebihan akses layanan yang semakin mudah dan nilai yang terjangkau. Masyarakat
pun dapat belajar dasar-dasar investasi melalui kegiatan ini.
Masyarakat Indonesia Masih Takut Investasi di Pasar Modal,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/10/150500126/Masyarakat.Indonesia.Masih.Takut.Investasi.di.Pasa
r.Modal diakses pada tanggal 22 Maret 2017 pukul 11:35 WIB.
2
Ini Tiga Alasan Masyarakat Indonesia Ogah Investasi Reksa Dana,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/24/130932226/Ini.Tiga.Alasan.Masyarakat.Indonesia.Ogah.Investasi
.Reksa.Dana diakses pada tanggal 22 Maret 2017 pukul 12:23 WIB.
1
Disiapkan oleh
Perusahaan p2p lending menyediakan platform teknologi yang terintegrasi secara digital, dimana
masyarakat yang memiliki sejumlah modal dapat menyalurkannya dalam bentuk investasi kepada
peminjam.
Return on Investment (ROI) dari Investasi di Amerika dan Indonesia
Sumber: NYU Stern, LendingClub, dan data KoinWorks (2017)
Salah satu faktor yang membuat investasi di p2p lending menarik adalah imbal balik yang
kompetitif dengan tingkat volatilitas yang lebih rendah. Normalnya, tingkat imbal balik dan risiko
p2p lending berada di antara saham dan obligasi negara. Tahun 2016, tingkat imbal balik (net) yang
dihasilkan oleh 4 perusahaan p2p lending di tanah air (KoinWorks, Investree, Modalku & Amartha)
berkisar antara 17 persen sampai 20 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat ROI
Indeks Saham Gabungan di 2016.
Berinvestasi lewat p2p lending juga relatif lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat. Nominal
investasi bervariasi antara Rp 100.000 sampai dengan Rp 1.000.000, dan seringkali tanpa
keharusan untuk memelihara portofolio pada nilai minimum tertentu, serta tidak adanya minimum
fee.
Keuntungan lain adalah kemudahan dalam mengelola aktivitas investasi. Investor memiliki
keleluasaan untuk berinvestasi secara pasif maupun aktif. Jika investor memilih untuk lebih pasif,
p2p lending menyediakan fitur investasi otomatis (auto invest) sesuai dengan preferensi, sehingga
investor tidak perlu berpartisipasi dalam setiap kegiatan peminjaman dana secara manual. Investor
dapat mengakses investasi secara berkala saja untuk memonitor portofolio mereka.
Platform p2p lending juga membantu melakukan analisa resiko, sehingga investor hanya perlu
memperhatikan dua hal; pertama, memilih jenis peminjaman dana dengan profil yang sesuai
dengan tingkat toleransi risiko dan imbal hasil yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat risiko
investasi, semakin tinggi pula keuntungan yang dapat diperoleh. Risk vs return adalah prinsip yang
mutlak di dunia investasi.
Kedua adalah diversifikasi. Platform p2p lending aktif mengedukasi investor untuk menyebar
portfolio di berbagai pendanaan industri yang berbeda. Investor disarankan untuk berpartisipasi di
minimum 20 pinjaman, meski dengan jumlah investasi yang minim dalam portofolio yang
terdiversifikasi ini.
Disiapkan oleh
Investor juga akan belajar mengenai analisa keuangan dan kebiasaan berinvestasi. Mayoritas
perusahaan p2p lending menyertakan nilai peringkat risiko atas suatu pinjaman, serta fact sheet
yang berisi ringkasan informasi mengenai usaha, keuangan, serta data pengembalian pinjaman
setiap peminjam. Berbekal informasi ini, investor dapat mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat risiko suatu usaha.
Berhubung pengembalian uang pinjaman terjadi setiap bulan, platform p2p lending memberi
notifikasi kepada investor untuk aktif menginvestasikan kembali uang pengembalian tersebut. Jika
tidak dilakukan, akan terdapat dana yang tidak produktif sehingga imbal balik yang didapat
menjadi lebih rendah. Pada kasus yang ekstrim, imbal balik yang diterima investor dapat berkurang
menjadi setengah dari potensi yang sebenarnya. Dengan melakukan ini, investor bisa mulai
mengapresiasi efek compounding (prinsip bunga berbunga), yang dampaknya sangat signifikan
setelah beberapa tahun.
Berinvestasi lewat p2p lending secara perlahan akan membantu masyarakat memahami dasar
fundamental dalam berinvestasi. Masyarakat akan terbiasa berinvestasi dan selanjutnya
meningkatkan pilihan ke instrumen investasi lain, seperti saham, reksadana, obligasi. Selain
menguntungkan berkat imbal balik yang kompetitif, fintech dengan skema p2p lending terbukti
membantu masyarakat dalam hal permodalan bisnis. Pada akhirnya berinvestasi akan membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara lebih merata.
Disiapkan oleh
Download