BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang
menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan hidup sehat dan kurangnya sarana kesehatan ditambah lagi
perubahan cuaca dan iklim, tingkat pengetahuan serta tingkat ekonomi yang
lemah membuat Indonesia sulit mengeliminasi penyakit infeksi. Statistik
kesehatan dunia yang dikeluarkan organisasi kesehatan dunia (WHO, 2011)
menunjukkan prevalensi dan jumlah kasus penyakit infeksi di Indonesia lebih
tinggi dibandingkan negara ASEAN dan memiliki banyak kasus antara lain difteri,
lepra, malaria, campak, batuk rejan (pertusis), dan campak Jerman (rubella) dan
diperkirakan jumlah penderitanya akan meningkat setiap tahunnya. Penyakitpenyakit itu sudah jarang ditemukan di negara maju, tetapi banyak ditemukan di
negara berkembang seperti negara Indonesia.
Salah satu tindakan pencegahan dari penyakit infeksi dengan cara
meningkatkan kesehatan pada sistem kekebalan yang spesifik (antibodi) dengan
vaksinasi dan nonspesifik (fagositosis makrofag). Makrofag merupakan salah satu
sel yang berperan penting dalam respon imun dengan cara membunuh kuman atau
bakteri dengan cara fagositosis dan sebagai antigen presenting cells (APC).
Makrofag peritoneal dari sistem fagositik mononuklear memiliki aktivitas
fagositosis yang tahan lama, sehingga akan terbentuk tanggap kebal (Tizard,
1977). Penurunan sel limfosit T akan berdampak pada penurunan sistem imun
tubuh, karena memiliki peran penting dalam sistem imun adaptif yang
menghasilkan dan meregulasi respon imun terhadap antigen dan membunuh
mikroba patogen (Arnold et al., 2006).
Faktor lain dari keberhasilan penanganan penyakit infeksi yaitu penggunaan
obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Sifat obat yang biasa digunakan
oleh masyarakat ada yang bersifat sintetik maupun alamiah. Obat sintetik
mempunyai efek samping yang besar dan berisiko terhadap tubuh bila digunakan
dalam jangka waktu yang panjang. Berbeda dengan obat alami, yaitu lebih aman
dan risiko efek samping kecil bahkan hampir tidak ada bila dikonsumsi sesuai
takaran dosis yang telah ditentukan (Kinho et al., 2011). Potensi obat-obatan
alamiah ini mampu memberikan peranannya dalam upaya pemeliharaan,
peningkatan, dan pemulihan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Salah satu bahan alami yang berkhasiat sebagai obat adalah tanaman awarawar (Ficus septica Burm. f). Secara empiris tanaman ini berkhasiat untuk
mengatasi infeksi kulit, radang usus buntu, bisul, gigitan ular berbisa, dan sesak
nafas (Kinho et al., 2011). Sebagian besar penelitian saat ini untuk melihat efek
sitotoksik daun awar-awar terhadap sel kanker, belum ada yang melihat efek daun
awar-awar
sebagai
imunomodulator.
Imunomodulator
digunakan
untuk
memperbaiki sistem imun dengan cara menstimulasi (imunostimulan) pada
kondisi defisiensi imun dan menekan (imunosupresan) atau menormalkannya
pada saat reaksi imun berlebihan (Karnen et al., 2003). Hal inilah yang
melatarbelakangi
penelitian
ini
menggunakan
daun
awar-awar
dengan
mengevaluasi aktivitas imunomodulator dilihat dari aktivitas fagositosis makrofag
terhadap latek dan proliferasi sel limfosit dari ekstrak daun awar-awar (Ficus
septica Burm. f). Mekanisme daun awar-awar sebagai imunomodulator
dikarenakan kandungan yang terdapat didalamnya. Kandungan kimia pada daun
awar-awar antara lain senyawa flavon fenolik, genistein, kumarin, senyawa
fenolik, dan beberapa jenis alkaloid (Wu et al., 2002, Yang et al., 2005, Damu et
al., 2005). Akan tetapi, yang berperan dalam peningkatan sistem imun adalah
alkaloid dan flavonoid fenoliknya.
Mekanisme alkaloid dan flavonoid fenolik sebagai imunomodulator pada
daun awar-awar kurang lebih sama seperti mekanisme pada tanaman yang
mengandung senyawa ini, yaitu meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi
limfosit (Hollman et al., 1996). Senyawa flavonoid fenolik genistein mampu
meningkatkan proliferasi limfosit pada tikus dengan kanker serviks (Ghaemi et
al., 2012). Senyawa fenolik termasuk didalamnya artocarpin dapat meningkatkan
sekresi imunoglobulin-G (IgG) (Campelo et al., 2000). Penelitian secara in vitro
menunjukkan adanya respon imun dari bahan alam berkaitan dengan kandungan
kimianya yaitu, flavonoid bergugus fenolik golongan flavon dan flavonol
(Hollman et al., 1996). Kebanyakan senyawa fenol telah diuji secara in vitro dan
in vivo mempunyai kemampuan antioksidan, antiinflamasi, antialergi, dan
antiinfeksi. Sedangkan senyawa yang mempunyai bioaktivitas sebagai agen
imunostimulan adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid, dan
polifenol (Wagner, 1985). Polisakarida, fenol, dan flavonoid dari Echinacea
purpurea L. dapat menstimulasi pelepasan TNF-α dari sel makrofag (Lee et al.,
2010). Penelitian Stefanova et al., (2007), kumarin mempengaruhi sekresi IL-12
dari makrofag yang diinduksi LPS (Lipopolysaccharide) secara in vitro. Dikaitkan
dengan spesies yang berbeda dari ficus yaitu ficus religiosa, pada penelitian
Chandrasekar et al., (2010), ficus religiosa mampu meningkatkan respon antibodi
sehingga diharapkan ficus septica yang satu genus juga memiliki aktivitas
imunomodulator yang sama pula.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah fraksi dari ekstrak daun awar-awar dapat meningkatkan aktivitas
fagositosis makrofag dan proliferasi limfosit secara in vitro?
2.
Seberapa besar potensi fraksi dari ekstrak daun awar-awar dalam
meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag dan proliferasi limfosit secara in
vitro?
3.
Berapakah persentase kadar relatif golongan senyawa flavonoid bergugus
fenolik, kadar fenolik dan flavonoid total pada daun awar-awar?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian efek fraksi dari ekstrak daun awar-awar terhadap fagositosis
makrofag pada latek dan proliferasi sel limfosit secara in vitro belum pernah
dilakukan oleh peneliti. Sampai saat ini, penelitian tanaman awar-awar banyak
mengacu pada efektivitasnya sebagai antitumor. Adapun penelitian daun awarawar yang pernah dilakukan yaitu ekstrak larut etanol dari daun awar-awar.,
mempunyai efek sitotoksik terhadap MCF-7 dengan kadar IC50 13 µg/mL (Mubarok
et al., 2008).
Selain itu, daun awar-awar juga sitotoksik terhadap sel T47D dengan
kadar IC50 6 µg/mL (Pratama et al., 2011). Selain itu, awar-awar juga mampu menginduksi
apoptosis dan menurunkan ekspresi dari protein Bcl-2 pada sel MCF-7 kanker payudara (Sekti et
al., 2010). Pada dosis 750 mg/kgBB ekstrak etanol daun awar-awar mampu menginduksi
apoptosis melalui jalur P53 pada kanker hati tikus yang diinduksi 7,12-dimethylbenz[a]nthrasen
(Septhea et al., 2011).
Ekstrak etanol daun
awar-awar yang terfraksi pada beberapa
tingkatan menunjukkan bahwa fraksi tidak larut n-heksana lebih poten efek
sitotoksiknya pada sel T47D dengan IC50 9 µg/mL (Nugroho et al., 2011). Fraksi
tersebut mampu meningkatkan apoptosis yang secara sinergis akan meningkatkan
efek sitotoksik dari doxorubisin (Nugroho et al., 2012).
Beberapa kandungan daun awar-awar yang kemungkinan mempunyai
aktivitas imunomodulator yaitu flavonoid, polifenol, dan alkaloid (Hollman et al.,
1996;
Wagner,
1985).
Penelitian
yang
berhubungan
dengan
aktivitas
imunomodulator terhadap tanaman awar-awar ini masih sangat sedikit sehingga
perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap aktivitas tersebut.
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui apakah
fraksi dari ekstrak daun awar-awar mempunyai efek fagositosis makrofag
terhadap latek dan proliferasi sel limfosit.
D. Urgensi Penelitian
Hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui efek fagositosis makrofag
terhadap latek dan proliferasi limfosit secara in vitro sehingga diharapkan mampu
digunakan sebagai alternatif pengobatan infeksi. Selain itu, untuk meningkatkan
nilai guna tanaman awar-awar meningkatkan kesehatan masyarakat dan
memanfaatkan tanaman awar-awar yang banyak terdapat di Indonesia.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui fraksi dari ekstrak daun awar-awar dapat meningkatkan
aktivitas fagositosis makrofag dan proliferasi limfosit secara in vitro.
2.
Untuk mengetahui potensi fraksi dari ekstrak daun awar-awar dalam
meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag dan proliferasi limfosit secara in
vitro.
3.
Untuk mengetahui persentase kadar relatif golongan senyawa flavonoid
bergugus fenolik, kadar fenolik dan flavonoid total dari daun awar-awar.
Download