SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

advertisement
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Deny Utomo, M. Noer Fadli Hidayat
Jurusan Teknik Informatika – STT Nurul Jadid Paiton
Abstrak
Supply chain adalah suatu jaringan fasilitas dan saluran distribusi yang meliputi
pengadaan dari bahan baku, produksi, perakitan dan pengiriman produk atau melayani
kepada pelanggan. Supply Chain Management sebagai manajemen rantai pasokan atau
manajemen organisasi yang saling berkaitan dan saling berintegrasi satu sama lain baik
dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu proses untuk menghasilkan nilai produk
dan jasa bagi konsumen
Teknologi informasi memberikan suatu kerangka kerja untuk kerjasama antar mitra
bisnis melalui media elektronik baik maupun komunikasi, sehingga dapat memberikan
manfaat datam meningkatkan keunggulan kompetitif, menurunkan biaya operasional, dan
mencapai kerjasama dan koordinasi yang lebih baik diantara mitra bisnis dalam rantai
pasokan.
Kata Kunci : Teknologi Informasi, Supply Chain Management
I. TECHNOLOGY
Teknologi manufaktur dan teknologi informasi merupakan faktor penting
yang mewarnai bisnis saat ini. Teknologi didesain untuk melengkapi kemampuan
sumber daya manusia (SDM) dan membantu seseorang untuk mengaplikasikan
pengetahuan mereka, sehingga adopsi teknologi dapat mendukung keterampilan
seseorang dan bukan menggantikannya.
Teknologi merupakan fasilitator yang diadopsi demi tercapainya tujuan
bisnis suatu organisasi dan pencapaian keunggutan kompetitif. Beberapa faktor
kompetitif organisasi secara umum meliputi kualitas, delivery lead time, time to
market, delivery reliabitity, design flexibility, volume flexibility, cost/price,
innovation, thrustwortiness (Anatan dan Lena, 2008). Masing-masing organisasi
harus menyusun strategi dan memilih dimensi kompetitif yang diprioritaskan.
Perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis terjadi menuntut perusahaan
untuk dapat melakukan pembenahan kegiatan operasional perusahaan, sehingga
mereka mampu memenuhi keinginan pelanggan, mengembangkan produk tepat
waktu, mengeluarkan biaya rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan
produk. Dalam kondisi ini, perusahaan dituntut untuk mencari cara baru dalam
meningkatkan kinerja operasional melalui peningkatan produktivitas dan
memperbaiki pelayanan konsumen. Harga, mutu dan pelayanan merupakan faktorfaktor kunci yang harus dipertimbangkan perusahaan agar tetap dapat bertahan
(Anatan dan Lena, 2008).
Supply chain management merupakan strategi alternatif yang memberikan
solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan
kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen
dan kepuasan konsumen.
Supply chain management menawarkan suatu mekanisme yang mengatur
proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional
21
perusahaan. Lee & Whang (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan
sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang
rnemberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen
dan karyawan.
Melalui supply chain, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui
penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan barang
maupun jasa bagi konsumen secara efisien (D'Amours et al., 1999). Salah satu hal
terpenting dalam manajemen rantai pasokan adatah saling berbagi informasi, oleh
karena itu dalam aliran material, aliran kas, dan aliran informasi merupakan
keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang pertu diintegrasikan (Chen et al.,
2004). Untuk memfasilitasi proses pembagian informasi disepanjang rantai pasokan,
peran teknologi informasi sangat diperlukan.
Aplikasi Teknologi Informasi sangat mendukung dalam perpindahan produk
dan informasi produk yang tidak ada dalam supply chain. Contohnya, identifikasi
produk dengan bar code yang menggunakan metode elektronik.
II. TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BISNIS
Pilihan teknologi melalui penggunaan komputer merupakan metode
fundamental untuk menetapkan strategi dan keunggutan kompetitif. Hal ini
dikarenakan piLihan teknotogi akan mempengaruhi semua keputusan dalam
kegiatan operasi dan semua fungsi-fungsi datam bisnis.
Penggunaan teknologi informasi dalam aktivitas perusahaan merupakan
alternatif peluang bagi perusahaan karena melalui aplikasi teknologi perusahaan bisa
menghemat biaya dan waktu operasi perusahaan, menciptakan produktivitas kerja
yang tinggi, mempercepat pengiriman produk dan jasa pada pelanggan, serta
kemampuan menghasilkan nilai produk dan jasa bagi pelanggan (Laudon, 1994).
Selain itu, teknotogi lnformasi juga membantu merubah proses bisnis (O' Brien ,
1996). Aplikasi teknologi informasi digunakan untuk mendukung aktivitas utama
dan aktivitas penunjang datam organisasi. Pada aktivitas utama, teknologi informasi
digunakan dalam proses otomatisasi pergudangan untuk membantu menyimpan
bahan-bahan yang masuk di perusahaan, misalnya aplikasi Computer Aided
Manufacturing (CAM) bertujuan untuk membantu proses produksi. Pada aktivitas
penyimpanan barang jadi dan pengiriman, aplikasi System on Line Order Entry
berfungsi mengatasi pengiriman barang untuk memenuhi pesanan petanggan.
Decision Support Systems (DSS) dapat digunakan untuk menganalisis kondisi pasar
potensiat pada aktivitas pemasaran dan penjuatan. Sedangkan Diagnostic Expert
System digunakan untuk membantu memperbaiki pelayanan pada pelanggan pada
aktivitas pelayanan. pada aktivitas penunjang, teknologi informasi seperti automated
office system, digunakan untuk membantu aktivitas manajemen dan pelayanan
administratif seperti penggunaan e-mail, word processing, dan database
management sistem. Employee Skill Database System, digunakan untuk membantu
aktivitas manajemen sumber daya manusia, untuk menempatkan dan menugaskan
karyawan pada posisi dan pada proyek-proyek penting, teknologi ini dikenal dengan
nama system informasi SDM (Human Resources Information System / HRlS).
Computer Aided Design (CAD), digunakan untuk membantu aktivitas
mengotomatisasikan disain produk dan berbagai pemrosesan sebagai bagian dari
pengembangan teknologi informasi. Electronic Data lnterchange (EDl) system,
digunakan untuk membantu memperbaiki perolehan sumber daya
dengan
22
menyajikan telekomunikasi yang menghubungkan antara perusahaan, suppliers,
bahkan pelanggan (Anatan dan Lena, 2008).
Perkembangan teknologi informasi disatu sisi memang menguntungkan
tetapi disisi lain dapat menimbulkan beberapa masatah karena adopsi teknologi
informasi diperlukan biaya yang tinggi, pengetahuan dan kemampuan teknis, selain
itu sistem dan teknologi informasi dapat diterima oteh orang-orang yang
menggunakannya. Jika perkembangan teknologi informasi tidak diterima, maka
dapat menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan yaitu adanya resistance to
change (penolakan terhadap perubahan). Selain itu, kejahatan-kejahatan teknotogi
informasi, misalnya pencurian data perusahaan dapat mengakibatkan kelangsungan
hidup perusahaan terancam (Turban et al., 2004)
Berbagai permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan
komunikasi, program pembetajaran, melibatkan karyawan atau individu, penerapan
peraturan dan prosedur-prosedur yang baru (Turban et al., 2004). Dilain pihak usaha
meningkatkan investasi teknologi informasi harus didukung untuk menunjang
kesuksesan perusahaan melalui peningkatan kinerja perusahaan.
III. TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN
Supply chain yang kadang disebut sebagai jejaring logistik (logistics
network), terdiri dari para pemasok (suppliers), pusat-pusat manufaktur, warehouses,
pusat-pusat distribusi, dan penjual retail dimana bahan baku,
work-inprocess dan produk jadi mengalir dari satu fasilitas ke fasilitas yang lain (Lin et al.,
2006). Sebuah supply chain dikembangkan, karena keinginan satu atau beberapa
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi
keinginan permintaan dari para konsumen dan merupakan kesatuan yang saling
membutuhkan dengan cara kerja sama (Hult et al., 2007).
Supply chain
dapat terdiri tidak hanya manufaktur atau produsen dan supplier, tetapi termasuk
juga material para penyalur, fasilitas produksi, pusat distribusi dan pelanggan (Fox
et al., 2000).
Teknologi informasi memberikan suatu kerangka kerja untuk kerjasama
antar mitra bisnis melalui media elektronik baik maupun komunikasi, sehingga
dapat memberikan manfaat datam meningkatkan keunggulan kompetitif,
menurunkan biaya operasional, dan mencapai kerjasama dan koordinasi yang lebih
baik diantara mitra bisnis dalam rantai pasokan.
Pengembangan sistem informasi interorganisasional telah menggeser peran
teknologi informasi dari senjata kompetitif menjadi senjata untuk mencapai
kerjasama yang baik (Lee at al., 1997). Oleh karena itu implementasi teknologi
informasi sangat penting untuk memfasilitasi pertukaran informasi dalam aliran
informasi baik dalam hal penjadwalan, produksi, perkiraan permintaan, maupun
perkiraan penjualan.
Teknologi informasi merupakan media yang berperan penting dalam
penciptaan nilai dalam jejaring bisnis (Upton dan Mc. Affe, 1996; Anatan dan Lena,
2008). Transaksi dalam kemitraan bisnis mencakup pertukaran informasi baik antara
pemasok, penjual maupun distributor yang mencakup manajemen pemesanan,
persediaan dan sharing document.
Teknologi informasi menjadi tulang punggung proses pendistribusian
informasi dari satu pihak ke pihak lain dalam implementasi manajemen rantai
pasokan seperti dijelaskan melalui Gambar 1. Aplikasi teknologi informasi dalam
23
manajemen rantai pasokan meliputi internet, intranet, dan ekstranet (Turban et al.,
2004). lnternet merupakan jaringan komputer global yang terdiri atas beberapa sub
jaringan yang ada diseluruh dunia yang dapat diakes oleh siapapun, dimanapun dan
kapanpun.
Gambar 3.1. Proses Pendistribusian Informasi
lnternet menjadi suatu sarana informasi milik umum (public domain
facilities). Bagi perusahaan terutama yang terlibat datam rantai pasokan internet
bermanfaat sebagai media untuk menjalin hubungan dengan para pelanggan pada
berbagai lapisan masyarakat. Melalui internet perusahaan memperoleh keuntungan,
yaitu memperluas cakupan pasar dan meningkatkan kualitas potensi petanggan bagi
perusahaan. lntranet merupakan jaringan yang menghubungkan seluruh karyawan
dalam suatu perusahaan tanpa mengenal batas geografis. Aplikasi intranet datam
suatu perusahaan memiliki manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
proses komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi. Misalnya, suatu perusahaan dengan
kantor pusat di Jakarta dan memiliki kantor-kantor cabang di Surabaya, Yogyakarta,
Semarang dan Bandung tergabung dalam satu jaringan komputer dibawah aplikasi
intranet. Ekstranet merupakan jaringan komputer yang menghubungkan sistem
jaringan perusahaan (intranet misalnya) dengan sistem jaringan mitra bisnisnya
(pemasok dan vendor).
Dengan mengadopsi sistem ekstranet perusahaan dapat memperoleh
keuntungan yaitu mempercepat proses pengadaan suatu barang dan menurunkan
biaya-biaya yang tidak diperlukan seperti biaya penyimpanan dan biaya transportasi.
Aplikasi ekstranet, internet, maupun intranet dapat mempermudah perusahaan dalam
menciptakan dan mendistribusikan informasi ke pihak-pihak lain tanpa batasan
wilayah geografis.
Berkembangnya teknologi informasi yang pesat memberikan banyak
peluang bagi terselenggaranya aktivitas bisnis terutama yang berbasis etektronik
misalnya, e-commerce, e-customer dan e-market yang merupakan manifestasi ideide bisnis dalam perekonomian digital (Turban et al., 2004). Salah satu bentuk
24
manifestasi aplikasi teknologi informasi dalam manajemen rantai pasokan adalah
munculnya konsep e-supply chain management.
Strategi e-SCM merupakan konsep manajemen dimana pemanfaatan intenet
dan teknologi informasi dalam perusahaan diimplementasikan untuk
mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, khususnya datam hal sistem
pemasokan bahan-bahan dan sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Aplikasi e-SCM memerlukan manajemen informasi, kepercayaan antar mitra bisnis
dan masalah pengambilan keputusan dalam manajemen rantai pasokan (Williamson
et al., 2004).
Manajemen informasi harus memperhatikan kapan waktu yang tepat,
informasi relevan apa yang harus dimiliki dan seberapa detail informasi yang
dibutuhkan. Selain itu, aspek pengambilan keputusan dan kepercayaan antar mitra
bisnis sangat diperlukan, karena kerjasama berbasis teknologi informasi bukanlah
kerjasama dan transaksi bisnis secara fisik. Untuk mencapai kesuksesan kerjasama
berbasis teknologi informasi, perusahaan harus memiliki kepercayaan dan keyakinan
bahwa retasi antar mitra bisnis mereka merupakan aset strategis perusahaan yang
harus dibina dengan serius (Kothandarama dan Wilson, 2001). Dalam kondisi ini,
kepercayaan dan sikap profesionalisme harus dijaga dengan baik untuk
menghasilkan kinerja yang saling menguntungkan antar berbagai pihak (win-win
solution).
IV. TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI FASILITATOR DALAM SCM
Supply chain management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh Oliver &
Weber pada tahun 1982 (Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Kalau supply
chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
mengelola bahan baku, memproduksi barang, dan menginformasikan aliran bahan
baku ke supplier, dan mengirimkannya ke pemakai akhir (Thomas and Griffin,
1996), SCM adalah metode, alat, atau pendekataan pengelolaanya. Sedangkan
Williamson et al. (2004) mendefinisikan SCM sebagai manajemen rantai pasokan
atau manajemen organisasi yang saling berkaitan dan saling berintegrasi satu sama
lain baik dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu proses untuk
menghasilkan nilai produk dan jasa bagi konsumen.
Supply chain management merupakan wujud implementasi strategi sistem
jejaring bisnis dalam membangun hubungan antar perusahaan yang berbasis pada
koordinasi. Dua alasan utama dibangunnya hubungan antar perusahaan dalam suatu
jejaring bisnis berbasis koordinasi adalah:
1. Untuk menghadapi perbedaan atau ketidaksesuaian antar produk dalam jejaring
bisnis yang berbeda yang mempengaruhi konsumen dan untuk melengkapi
sistem bersaing satu sama lain. Peningkatan persaingan antara standar dan
implementasi kesuksesan menentukan kesuksesan kemitraan tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi pemasok dalam mengembangkan strategi yang
efektif sehingga tidak berdampak negatif pada kualitas dan reliabilitas produk.
Penciptaan nilai dalam jejaring bisnis dapat mencapai kesuksesan jika ada
koordinasi antar semua pihak yang terlibat dalam kemitraan.
Koordinasi antar pihak dalam suatu mata rantai pasokan sangat diperlukan
khususnya datam kegiatan pengelolaan aliran entitas antar perusahaan yang
bekerjasama datam suatu jejaring bisnis (Anatan dan Lena , 2008).
25
Aliran entitas yang harus dikelola dengan baik dalam suatu perusahaan
meliputi aliran produk dan jasa, aliran uang, dan aliran dokumen. Esensi
pengelolaan ketiga aliran entitas tersebut terletak pada pengelolaan data dan
informasi perusahaan yang melekat pada masing-masing entitas yang berasal dari
hulu menuju hilir rantai pasokan, sehingga manajemen atau pengelolaan data dan
informasi harus saling berhubungan dan terintegrasi dengan baik.
Setiap perusahaan yang terlibat dalam rangkaian rantai pasokan tersebut
harus saling berkolaborasi dalam suatu kemitraan strategik dengan menghubungkan
sistem masing-masing sehingga tercipta sistem korporat terpadu (Boubekri, 2001).
Sistem informasi interorganisasional merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
berbagai komponen data, aplikasi, dan teknologi yang saling berkaitan untuk
mendukung kebutuhan informasi perusahaan. lntegrasi proses bisnis dipertukan
untuk mendukung koordinasi jangka panjang dan kemampuan untuk bersaing dalam
persaingan (Power et al., 2001).
Pentingnya integrasi antar mitra bisnis datam suatu rantai pasokan
dikemukakan oleh Speakman et al. (1998) dalam Kim dan Narasimhan (2000) yang
menyarankan suatu model bisnis yang lebih terintegrasi dan kolaboratif dengan
pendelegasian proses-proses inti dalam bisnis. Pengintegrasian ini diharapkan
seperti memberikan keunggulan kompetitif dan meningkatkan kinerja perusahaan
secara keseluruhan dalam rantai pasokan.
D'Amours et al. (1996) mengemukakan bahwa teknologi informasi (Tl) dan
sistem-sistem yang terkait telah menstransformasi cara perusahaan dalam
menggunakan rantai pasokan, sehingga memberikan perbedaan dalam prioritas
kompetitif. Menurutnya, persaingan akan berubah, tidak lagi perusahaan bersaing
dengan perusahaan tetapi rantai pasokan bersaing dengan rantai pasokan. Hal ini
memberikan tantangan yang menarik ketika perusahaan mengintegrasikan sistem
rantai pasokan intraorganisasional maupun interorganisasional.
Dalam persaingan bisnis saat ini, perusahaan tidak lagi dipandang sebagai
suatu perusahaan secara individu melainkan sekumpulan partner dalam perdagangan
yang melakukan kontrak dengan perusahaan, perusahaan logistik, dan organisasi
distribusi. Untuk tetap bertahan hidup dalam persaingan saat ini, integrasi proses
bisnis secara komprehensif baik dalam aplikasi intra maupun interorganisasional
dapat diperlukan untuk mendukung koordinasi jangka panjang, pertumbuhan, dan
kemampuan untuk bersaing dalam persaingan (Anatan dan Lena, 2008).
Peningkatan integrasi otomatisasi proses bisnis akan membawa dampak
pada pengurangan tugas manual. Demikian juga infrastruktur teknologi informasi
yang terintegrasi akan menurunkan biaya terkait dengan biaya pemeliharaan,
manajemen, operasional dan mendukung pencapaian keunggulan kompetitif melalui
perbaikan real time respon.
Teknologi Electronic Data lnterchange (EDI) telah diaplikasikan sebagai
suatu alat yang memfokuskan pada upaya untuk rnemperbaiki proses otomatisasi
proses bisnis dan rantai pasok antar perusahaan. Dalam perkembangannya, teknologi
EDl, digantikan oleh teknologi enterprise resources planning (ERP) sebagai suatu
pendekatan terintegrasi dalam integrasi sistem. Meskipun banyak keuntungan dan
manfaat dari penggunaan EDl, peningkatan perkembangan persaingan dan
lingkungan bisnis, mereka beralih dalam penggunaan internet karena adanya
keterbatasan teknologi EDl. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah biaya tinggi
dan tidak fleksibel. Dilain pihak sistem ERP memberikan dukungan proses generik
26
yang dapat mengintegrasikan rantai pasokan. Pada level intraorganisasional,
integrasi dapat dicapai dengan lebih mudah, jika perusahaan mengadopsi sistem
ERP karena sistem ini memberikan perbaikan, kepuasan konsumen dan
meningkatkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anatan, L. dan Lena E. 2008. Supply Chain Management. Teori dan Aplikasi.
Penerbit Alfabeta. Bandung
Bouberki, N. 2001. Technology enablers for Supply Chain Management. Integrated
Manufacturing System, 16 (20). pp. 394-399
Chen, I. J., Paulraj, A. dan Lado, A. A. 2004. Strategic Purchasing, Supply
Management and Firm Performance. Journal Operations Management
22, pp.505 - 523.
D'Amours, S., Montreuil, B., Lefrancois., 1999 . Networked Manufacturing: The
Impact of Information Sharing. International Journal of Production
Economics 58, pp. 63-79
Fox, M.S., M. Barbyceanu and R. Teigen, 2000. Agent-oriented supply chain
management. International Journal of Flexible Manufactur System 1,
pp. 165-188.
Hult, G.T.M., D.J.K. Ketchen and M. Arrelti, 2007. Strategic supply chain
management: Improving performance through a culture of
competitiveness and knowledge development. Journal of Strategy
Management 28, pp. 1035-1052.
Kim, S.W. and Narasimhan, R. 2000. Information System Utilization in Supply
Chain Integration efforts. International Journal of Production Research.
40 (18). pp. 458-460.
Konthadarama, P. and Wilson, D.T. 2001. The Future of Competition : Value
Creating Networks. Industrial Marketing Management.
Kotler, Philip, 2000. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation
and Control. Prentice Hall Int, Inc., Millenium Edition, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Lambert, D. M. dan Cooper, M. C. 1998. Issues in supply chain management.
Journal Industrial Marketing Management 29 (1), pp. 65-83.
Laundon, Kenneth C. 1994. Management Information System : Organization and
Technology. Third Edition. Mc Milan College Publishing Company.
Inch. Nerw York.
Lee HL, Padmanabhan V, and Whang S .1997. Information Distortion in a Supply
Chain: The Bullwhip Effect. Journal Manage Science 43, pp. 546-558
Lee HL, Padmanabhan V, and Whang S .2000. Information Distortion in a Supply
Chain: The Bullwhip Effect. Journal Manage Science 43, pp. 546-558
Lin, C., T.H. Chiu and Y.H. Tseng, 2006. Agility evaluation using fuzzy logic.
International Journal of Production Economics 1, pp. 353-368.
O’Brien, JA. 1996. Management Information Systems, Managing for Information
Technology in the Networked Enterprise, Third Edition. Richard D.
Irwin. Company.
27
Spekman, R.E., Kamauff, J.W.,dan Salmond, D. J. 1999. Towards More Effective
Sourcing and Supplier Management. European Journal of Purchasing &
Supply Management 5, pp. 103 - 116.
Thomas D J, Griffin P M. 1996. Coordinated supply chain management. European
Journal of Operation Research, Vol. 94, No.1, pp. 1-15.
Williamson, E., Harrison, D.K., Jordan, M. 2004. Information Systems
Development within Supply Chain management. International Journal of
Information Management 24, pp. 375-385
28
Download