BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan indikator utama untuk menilai kemakmuran suatu negara. PDB sendiri dapat diartikan sebagai nilai pasar semua barang dan jasa jadi dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2007:19). PDB juga diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi selama periode waktu tertentu. Besarnya angka PDB merupakan hal penting untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output pemuas permintaan para pelaku ekonomi. PDB juga digunakan untuk mengukur standar kehidupan antar negara. Selain hal tersebut, PDB merupakan indikator yang banyak digunakan oleh negara-negara untuk melakukan perencanaan dan memformulasikan kebijakan. Angka PDB menyediakan informasi mengenai gambaran negara tersebut secara keseluruhan bagi para investor. Pada kenyataannya, PDB bukanlah ukuran terbaik dalam mengukur kesejahteraan suatu negara karena beberapa nilai barang dan jasa tidak termasuk dalam perhitungannya. Hal tersebut terkait dengan adanya perekonomian bawah 1 tanah (underground economy). Jika ukuran perekonomian bawah tanah dapat konstan sepanjang waktu, maka PDB akan sangat berguna untuk membandingkan aktivitas perekonomian antar waktu. Agar PDB menjadi ukuran kemakmuran ekonomi yang baik, maka saat dihitung, pengaruh harga harus dikeluarkan. Ukuran inilah yang disebut dengan PDB riil. PDB riil berbeda dengan PDB nominal, karena sudah menghilangkan pengaruh harga di dalam perhitungannya. Angka PDB dapat diperoleh dengan menjumlahkan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto (bagi perekonomian terbuka). Berdasarkan rumusan tersebut, maka besarnya PDB dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan besarnya komponen pembentuk PDB itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan banyak penelitian mengenai faktor yang mempunyai kontribusi terhadap besarnya PDB. Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi PDB adalah variabel nilai tukar. Perekonomian Indonesia merupakan perekonomian terbuka karena ditandai dengan adanya perdagangan internasional dengan negara lainnya. Berdasarkan identitas awal perekonomian terbuka, besarnya output nasional dapat diperoleh dari penjumlahan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta net export. Variabel nilai tukar merupakan harga yang paling penting dalam perekonomian terbuka karena pengaruhnya terhadap net export dan variabel makro lainnya. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, mekanisme perdagangan internasional inilah yang nantinya membentuk nilai tukar mata uang kedua negara yang berdagang tersebut. 2 Oleh para ekonom, nilai tukar dibedakan menjadi dua, yakni nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal dapat diartikan sebagai harga relatif antara mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil diartikan sebagai harga relatif barang-barang di antara dua negara tersebut (Mankiw, 2007:128). Variabel nilai tukar ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi sektor riil melalui permintaan dalam negeri maupun permintaan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004:34). Ketika nilai tukar nominal melemah, maka harga ekspor suatu negara akan terlihat relatif lebih murah dan harga impornya relatif lebih mahal dibandingkan harga barang dalam negeri. Jika nilai ekspor melebihi nilai impornya, maka terciptalah net export, ceteris paribus yang dapat meningkatkan PDB. Akan tetapi perlu diingat jika sebagian besar produksi dalam negeri membutuhkan bahan baku impor, maka harga barang akhir meningkat dan mengurangi permintaan barang domestik tersebut. Berkurangnya permintaan terhadap barang dalam negeri juga bisa terjadi karena tidak dapat mensubstitusi barang impor. Akhirnya, depresiasi nilai tukar tersebut justru bisa menyebabkan kontraksi perekonomian. Hubungan antara nilai tukar dan PDB sudah pernah diteliti sebelumnya oleh para pengamat ekonomi. Duarte, Restuccia dan Waddle (2007) meneliti data perekonomian 36 negara dengan menggunakan teknik cross correlation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nominal effective exchange rates tidak berkorelasi dengan keseluruhan makroekonomi seperti output dan konsumsi pada beberapa negara maju seperti AS, tapi tidak demikian di negara yang lebih miskin. Di sisi lain, pergerakan nominal effective exchange rate berkorelasi dengan 3 pergerakan variabel makroekonomi lainnya dalam perekonomian sedang berkembang maupun perekonomian yang sudah maju. Penelitian semacam juga dilakukan oleh Thapa (2002) pada data perekonomian Nepal dengan menggunakan regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar riil beroperasi melalui saluran permintaan agregat. Depresiasi nilai tukar riil meningkatkan daya saing ekspor sehingga menciptakan net export dan akhirnya memperbesar PDB. Namun, dari sisi penawaran agregat, depresiasi nilai tukar riil meningkatkan biaya produksi. Gabungan dua hal tersebut menurunkan permintaan agregat dan menyebabkan perekonomian mengalami kontraksi. Choudhary dan Chaudhry (2007) meneliti data kuartalan perekonomian Pakistan menggunakan VAR/VECM. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu devaluasi mempunyai dampak yang positif terhadap output, tapi berdampak negatif pada tingkat harga dan keseluruhan hasil penelitian ini tidak mendukung terjadinya hipotesis contractionary devaluation. Indonesia pernah mengalami beberapa pergantian sistem nilai tukar sejak tahun 1945. Oleh pemerintah, pergantian sistem nilai tukar tersebut untuk melakukan penyesuaian terhadap keadaan makroekonomi Indonesia. Guna mempermudah analisis, periode pembahasan dibagi menjadi lima bagian, yaitu; (i)periode tahun kemerdekaan tahun 1945-1959, (ii)periode Ekonomi Terpimpin tahun 1959-1966, (iii)periode stabilisasi, rehabilitasi dan pembangunan ekonomi antara tahun 1966 hingga 1983, (iv)periode deregulasi ekonomi tahun 1983-1996, 4 (v) periode saat dan setelah krisis ekonomi dan moneter antara tahun 1997 hingga 2014 (Simorangkir dan Suseno, 2004:38-46). Di bawah ini merupakan gambar yang menyajikan grafik PDB riil berikut nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS selama periode 1971-2014. Gambar 1.1 Produk Domestik Bruto Riil Indonesia dan Nilai Tukar Nominal Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Periode 1971-2014 Sumber: diolah dari Worldbank, 2015 Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, produk domestik bruto Indonesia memiliki tren yang terus meningkat. Artinya kemampuan perekonomian untuk memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah semakin baik. Selama kurun waktu tersebut, PDB riil mencapai nilai rata-rata sebesar 194,09 milyar US$. Sampai pada tahun 1997, pergerakan nilai tukar nominal cenderung stabil karena saat itu masih berlaku sistem nilai tukar tetap yang kemudian digantikan dengan sistem nilai tukar 5 mengambang terkendali dan disempurnakan dengan pelebaran pita intervensi. Krisis Asia tahun 1997 membawa dampak yang buruk bagi Indonesia. Puncaknya saat terjadinya krisis 1998, tingkat PDB riil terlihat turun dengan angka PDB hanya sebesar 214,58 milyar US$ diikuti dengan lonjakan kurs yang sangat tajam hingga mencapai angka Rp10.013,62 per US$. Sebelumnya, di tahun 1997 kurs hanya sebesar Rp2.909,38 per US$. Sejak tanggal 14 Agustus 1997, pemerintah memutuskan untuk mengambangkan kurs rupiah. Setelah tahun 1998, tren PDB riil Indonesia terus mengalami peningkatan yang stabil, namun dibarengi dengan gejolak kurs rupiah karena pemerintah sudah menganut sistem nilai tukar mengambang bebas. Setelah periode krisis tersebut, nilai tukar nominal terus berfluktuasi dan pada tahun 2014 mencapai angka Rp11.865,21 per US$. Pertumbuhan ekonomi yang mengukur kenaikan tingkat PDB mencapai rata-rata 7 persen lebih pada masa diberlakukannya sistem nilai tukar tetap hingga sistem nilai tukar mengambang terkendali yang disempurnakan dengan pelebaran pita intervensi. Di sisi lain, sejak sistem nilai tukar mengambang bebas diberlakukan, rata-rata pertumbuhan ekonomi baru mencapai sekitar 4 persen meskipun trennya stabil. Kesimpulan sementara berdasarkan Gambar 1.1 di atas adalah, saat kurs diambangkan melalui mekanisme pasar, meskipun PDB riil terus meningkat, tapi rata-rata pertumbuhannya tidak setinggi saat kurs masih dikendalikan pemerintah. Di samping itu, ketika kurs mengalami peningkatan tajam, pada saat itu juga besaran PDB riil menjadi turun. Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain terkadang tidak mencerminkan nilainya yang sebenarnya, sehingga terkadang 6 over-valued atau bahkan under-valued. Hal ini dapat mengganggu neraca perdagangan Indonesia. Kemudian, apabila sistem yang dianut adalah nilai tukar mengambang, maka nilai tukar rupiah akan sering berfluktuasi karena mekanisme pasar dan kegiatan para spekulan (Simorangkir dan Suseno, 2004:15-27). Akibatnya, bisa mengarah ke depresiasi rupiah yang berlanjut pada inflasi dalam negeri. Kedua hal tersebut merupakan gambaran bahwa pemberlakuan sistem dan kebijakan nilai tukar mampu mempengaruhi perekonomian. Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan nilai tukar dan PDB riil telah menghasilkan temuan yang bermacam-macam. Penelitian ini mengangkat studi kasus di Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui apakah nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS mempunyai hubungan dengan besarnya PDB riil selama periode 1971-2014? Pola hubungan yang mungkin antara dua variabel tersebut yaitu: i) kedua variabel saling mempengaruhi, ii) hanya terdapat hubungan satu arah, atau iii) keduanya saling tidak mempengaruhi. Sesuai uraian yang telah dikemukakan di atas, nilai tukar mempunyai indikasi berpengaruh terhadap PDB riil Indonesia. Sehingga penulis tertarik mengangkat judul: “ANALISIS KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR NOMINAL RUPIAH DENGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO RIIL INDONESIA TAHUN 1971-2014”. 1.2 Rumusan Masalah Semakin terbukanya perekonomian Indonesia, akan semakin besar pula peran nilai tukar dalam transaksi perdagangan internasional yang terjadi. Keadaan 7 yang demikian juga dibarengi dengan beberapa kali perubahan sistem dan kebijakan nilai tukar di Indonesia yang turut berkontribusi pada perkembangan tingkat nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS. Kombinasi dua hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada output perekonomian, mengingat variabel nilai tukar merupakan hal yang berkaitan erat dengan perekonomian terbuka karena pengaruhnya terhadap net export dan permintaan dalam negeri. Akan tetapi, apakah nilai tukar mempunyai hubungan dengan besarnya angka PDB riil? Oleh karena itu, harus diadakan penelitian mengenai hubungan kausalitas antara nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS dengan besarnya PDB riil di Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan metode Granger Causality untuk mencari tahu pola hubungan di antara variabel yang diteliti. Di samping itu, juga menggunakan metode ateori untuk mendapatkan analisis dalam jangka pendek dan jangka panjang, sehingga dipilihlah model Vector Autoregressive (VAR). 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut : 1. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dengan besarnya PDB riil Indonesia? 2. Apakah error correction term (ECT) akan mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek PDB riil menuju keseimbangan jangka panjang? 8 3. Bagaimana pengaruh variabel nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada persamaan PDB riil dalam jangka panjang dan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam persamaan jangka pendek model VAR/VECM? 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan pernyataan yang membutuhkan pembuktian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan kausalitas searah dari nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menuju besarnya PDB riil Indonesia. 2. Error correction term (ECT) PDB riil bersifat negatif, sehingga terdapat peluang ketidakseimbangan jangka pendek PDB riil akan terkoreksi menuju keseimbangan jangka panjang. 3. Terdapat pengaruh positif dari nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada persamaan PDB riil dalam jangka panjang, dan pada jangka pendek terdapat pengaruh negatif dari variabel PDB riil dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS pada masing-masing persamaan variabel itu sendiri dalam model VAR/VECM. 9 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan PDB riil Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah error correction term (ECT) akan mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek PDB riil menuju keseimbangan jangka panjang. 3. Untuk mengetahui pengaruh dari nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada persamaan PDB riil dalam jangka panjang, dan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam persamaan jangka pendek model VAR/VECM. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca lainnya mengenai pengaruh nilai tukar nominal terhadap PDB riil. 2. Sebagai referensi empiris untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan kausalitas antara nilai tukar nominal dan PDB riil. 10 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ini terdiri atas lima bagian, yakni : Bab I Pendahuluan Pada bagian ini akan dipaparkan permasalahan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian mengenai analisis kausalitas antara nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS dengan Produk domestik Bruto riil Indonesia periode 1971-2014. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab dua akan dipaparkan topik penelitian mengenai PDB riil dan nilai tukar nominal, serta hubungan antara kedua variabel tersebut. Selain itu, bab ini akan dilengkapi studi literatur yang relevan mengenai penelitian terdahulu tentang hubungan nilai tukar dan produk domestik bruto. Bab III Metodologi Penelitian Pada bagian tiga akan dijelaskan data yang digunakan, deskripsi model VAR yang merupakan metode ateori terhadap teori ekonomi dan model kausalitas Granger serta bagaimana langkah-langkah pengolahan data. 11 Bab IV Analisis Hasil Estimasi Bagian empat pada penelitian ini menunjukkan analisis hasil estimasi sejak pertama kali data diolah hingga pengujian kausalitas Granger dan pemodelan VAR/VECM pada bagian tiga. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bagian ini, penelitian ditutup dengan menampilkan kesimpulan serta alasan dibalik hasil kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis penelitian. 12