BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buta warna adalah suatu kelainan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan bagian mata seseorang untuk mengenali warna tertentu. Seseorang dapat melihat karena bantuan photoreceptor yang terdiri dari sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang terletak di dalam retina. Sel-sel yang bertanggung jawab mengenali warna adalah sel-sel kerucut. Sel-sel kerucut ini terdiri dari tiga tipe yang dibedakan berdasarkan warna yang dapat dikenali, yaitu S-cones yang sensitif terhadap warna biru, M-cones yang sensitif terhadap warna hijau dan L-cones yang sensitif terhadap warna merah. Kehilangan salah satu atau semua tipe sel kerucut tersebut menyebabkan seseorang menderita buta warna. Tabel 1.1 menunjukkan prevalensi penderita buta warna di seluruh dunia. Jumlah penderita buta warna memiliki rasio 1 dari 12 pria , atau sekitar 8%, dan rasio 1 dari 200 wanita di dunia ini [1]. Dari jumlah tersebut, total penderita yang mengalami buta warna parsial adalah yang paling banyak , yaitu mencapai 99%. Buta warna total sendiri adalah kejadian yang sangat jarang ditemui di dunia ini, sehingga persentasenya hanya senilai 0,00002% . Tabel 1.1 Prevalensi buta warna di seluruh dunia Laki-laki Perempuan 0,00001% 0,00001% 2,4% 0,03% 1-1,3% 0,02% Monochromacy Rod monochromacy (buta warna total) Dichromacy Protanopia (tidak dijumpai L-cones) 1 Tabel 1.1 Prevalensi buta warna di seluruh dunia (lanjutan) Laki-laki Perempuan 1-1,2% 0,01% 0,001% 0,03% Anomali Trichromacy 6,3% 0,37% Protanomaly 1,3% 0,02% 5,0% 0,35% 0,01% 0,01% Deuteranopia (tidak dijumpai M-cones) Tritanopia (tidak dijumpai S-cones) (kerusakan pada L- cones) Deuteranomaly (kerusakan pada M- cones) Tritanomaly (kerusakan pada S-cones) Penderita buta warna akan mengalami berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan membedakan warna di traffic lights, membedakan warna buah yang masak atau belum, dan lain-lain. Selain di kehidupan sehari-hari, penderita buta warna ini juga mengalami masalah di bidang akademik dan pekerjaan dikarenakan ketidakmampuannya mengenali dan membedakan warna tertentu [2]. Bahkan di beberapa institusi pendidikan, syarat bebas buta warna diwajibkan bagi siswa yang ingin mendaftar. Meski menghadapi permasalahan-permasalahan di atas, biasanya penderita buta warna tidak mengerti apa yang sedang dialaminya. Penderita belum akan tahu pasti ia menderita buta warna jenis apa, sebelum melakukan sejumlah rangkaian tes yang melakukan pengujian untuk membuktikan apakah seseorang memiliki penglihatan normal atau menderita buta warna jenis tertentu. Penderita yang sejak dini memeriksakan kondisinya akan lebih memiliki kesempatan mendapatkan terapi yang berkelanjutan. 2 Terdapat berbagai macam tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna atau tidak. Salah satu tes tersebut adalah Ishihara plate test. Ishihara plate test merupakan tes yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis kelainan buta warna parsial. Ishihara plate test ini menggunakan pelat-pelat pseudoisochromatic. Tes dilakukan dengan cara menguji pasien apakah dapat melihat pola angka atau bentuk tertentu yang tersamar dalam bentuk dot, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Karakteristik jawaban dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahan buta warna [3]. Gambar 1.1 Pelat Ishihara test [4] Uji pelat ishihara dapat dilakukan melalui cara konvensional melalui booklet atau dengan menggunakan pengujian berbasis komputer. Telah banyak aplikasi yang tersedia di store yang menyediakan tes yang berbasis ishihara ini. Akan tetapi , tes yang ada masih terbatas pada penggunaan input konvensional seperti textbox untuk menangkap jawaban pengguna atau bahkan tanpa menggunakan input sama sekali sehingga pengguna langsung diberikan jawaban dan mencocokannya dengan angka yang pengguna lihat. Guna meningkatkan pengalaman pengguna dan menggantikan input konvensional yang sudah ada, diperlukan input yang intuitif dengan menggunakan cara alami manusia dalam berkomunikasi. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah input menggunakan ucapan atau speech. Pengenalan ucapan atau speech recognition telah banyak diimplementasikan dalam berbagai hal, seperti navigasi dan keperluan medis. 3 Oleh karena sebab di atas, diperlukan pengembangan sistem speech recognition yang kemudian diimplementasikan ke aplikasi uji buta warna. Setelah sebuah sistem speech recognition selesai dikembangkan, diperlukan integrasi dengan aplikasi uji buta warna agar aplikasi tersebut dapat mengenali angka melalui model yang telah dibuat. Pendekatan dengan menggunakan speech recognition diharapkan dapat menjadikan aplikasi tersebut lebih intuitif sehingga uji buta warna dalam aplikasi tersebut dapat dilakukan secara mandiri (self-assessment test). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diangkat di atas , dengan demikian rumusan masalah untuk penelitian ini adalah : 1. Sistem uji buta warna yang sudah ada kurang intuitif dalam menerima input jawaban dari pengguna. 2. Sistem uji buta warna yang sudah ada kurang memberikan kesimpulan yang komprehensif mengenai kondisi penglihatan pengguna setelah menggunakan aplikasi. 3. Belum adanya aplikasi uji buta warna di store yang mengimplementasikan teknologi speech recognition. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini mempunyai batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1. Aplikasi self assesment test diagnosis buta warna menggunakan speech recognition ini hanya berjalan di platform Windows Phone. 2. Kosakata yang dapat dikenali dalam aplikasi terbatas pada keperluan aplikasi ini saja, yaitu pengenalan angka. 3. Aplikasi hanya dapat mengenali suara manusia dengan menggunakan bahasa Inggris. 4. Pelat ishihara yang digunakan terdiri dari pelat yang menampilkan angka, bukan berupa pola. 4 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah membuat aplikasi self assessment test untuk mendeteksi buta warna dengan menggunakan metode Ishihara test menggunakan pendekatan speech recognition di platform Windows Phone. Input suara yang dapat dikenali dalam aplikasi adalah bahasa Inggris untuk kemudian aplikasi dapat menampilkan kesimpulan hasil tes berdasarkan input pengguna dari setiap pelat yang diberikan. 1.4.2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi implementasi nyata dari sistem speech recognition bahasa Inggris. Implementasi tersebut berupa aplikasi yang dapat membantu para pengguna terutama kalangan anak-anak dan remaja untuk dapat melakukan tes mandiri yang dapat mendeteksi apakah seseorang menderita buta warna parsial atau tidak. Dengan tes mandiri ini, diharapkan penderita buta warna parsial dapat mendeteksi kondisi penglihatannya sejak dini untuk dapat ditindak lanjuti melalui terapi-terapi dari dokter yang dapat mengurangi efek yang lebih lanjut. 5