Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... PENINGKATAN

advertisement
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING
Fitriati1 dan Jazuli2
Abstrak
Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika menjadi perhatian utama
semua pihak pada saat ini. Hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor seperti kemampuan guru,
kesiapan siswa dan metode belajar yang digunakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan intense nya penggunaan metode problem solving karena
penyelesaian masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika,
karena prosedur penyelesaian masalah dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan
untuk menghadapi masalah yang ditemuinya baik dalam pembelajaran matematika maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi dan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika, dimana materi
yang dibahas dalam penelitian ini adalah bilangat bulat. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII-4 SMP N 18 Banda Aceh dengan jumlah siswa sebayak 25 orang.Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus pertama terdiri atas 2 kali pertemuan dan siklus kedua 1 kali
pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi pelaksanaan
pembelajaran dengan metode problem solving, tes disetiap siklus untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika, danangket motivasi siswai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII-4 SMP Negeri 18 Banda Aceh
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan
pemecahan masalah siswa yaitu dengan rata-rata skor pada siklus Isebesar 52.53% termasuk dalam
kategori sedang dan skor pada siklus II 68.93% termasuk dalam kategori tinggi dan didukung dengan
meningkatnya tingkat ketuntasan siswa yaitu 16% pada tes pra siklus meningkat 48% pada siklus I
dan meningkat sampai 80% padasiklus II yang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil tersebut juga
didukung dari hasil angket Motivasi belajar terhadap pembelajaran matematika denga persentase ratarata 2.8% tergolong dalam kategori „termotivasi” yang telah dilakukan dengan metode problem
solving.
Kata kunci: Motode Problem Solving, Motivasi Siswa, Kemampuan Pemecahkan Masalah
Matematika
1
Fitriati, Prodi Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Email:
[email protected]
2
Jazuli, Prodi Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Email:
[email protected]
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |48
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
Berdasarkan
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu cabang
ilmu
pengetahuan
perkembangan
yang
ilmu
banyakmendasari
pengetahuan
lain,
pengamatan
yang
dilakukan peneliti terhadap siswa SMP Negeri
18
Banda
Aceh
pembelajaran
khususnya
dalam
matematika,
diperoleh
memiliki peranan penting dalamkehidupan
keterangan bahwa dalam proses pembelajaran,
manusia.
sehari-hari,
siswa kurangmampu untuk memahami dan
untukmemecahkan
menyelesaikan masalah yang ada dalam buku
masalah yang dihadapi oleh manusia. Sudah
paket. Sementara itu bahan ajar yang dipakai
menjadi gejala umumbahwa mata pelajaran
hanya dari buku yang ada diperpustakaan saja
matematika kurang disukai oleh kebanyakan
dan jumlah yang terbatas. Hal ini berefek pada
siswa.Ketidaksenangan
rendahnya kemampuan dan hasil belajar siswa.
Dalam
matematika
pelajaran
kehidupan
digunakan
terhadap
matematika
mata
dapat
berpengaruh
belajar
matematika
demikian
perbaikan
Masalah (Problem Solving) Melalui Lembar
penyelenggaraan proses pembelajaran menjadi
Kerja Siswa (LKS) Untuk Meningkatkan
hal yang menarik untuk ditelaah.
Kompetensi Matematika Siswa Kelas VIII b
terhadapkeberhasilan
siswa,
dengan
Salah satu faktor penyebab kurangnya
motivasi
siswa
belajar
Menurut
“Implementasi
SMP
Negeri
Asikin
(2011:19)
Pendekatan
Pemecahan
1
Watumalang”
dapat
matematika
meningkatkan kopetensi matematika siswa
kemungkinan adalah metode mengajar guru
dengan cara, peneliti memberikan LKS kepada
yang kurang sesuai dengan kondisi siswa
kelompok siswa serta petunjuk pemecahan
maupun pokok bahasan yang disampaikan.
masah
Hal ini terlihat dari keluhan siswa tentang
Adapunpembelajaran
pelajaran matematika yang terkesan sulit, tidak
pendekatan pemecahan masalah terdiri dari 4
menarik dan membosankan. Permasalahan ini
tahapan yaitu (1) memahami masalah, (2)
tentu bermuara pada implementasi perhitungan
merencanakan
yang rumit dan rumus-rumus yang sulit,
menyelesaikan masalah sesuai rencana, (4)
sehingga
tidak
memeriksa hasil penyelesaian masalah.Setelah
dalam
dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan
menimbulkan
menyenangkan
untuk
rasa
yang
anak-anak
yang
akan
diselesaikan
matematika
penyelesaian
dengan
masalah,
(3)
mempelajarinya. Materi Bilangan Bulat yang
langkah-langkah
diberikan kepada siswa kelas VII semester
matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
ganjil Sekolah Menengah Pertama merupakan
Watumalang
salah satu materi yang dianggap sulit dimata
Peningkatan
pelajaran matematika. Menurut Komariah
meningkatnya
(2011:184)” Kendala yang masih dihadapi
matematika siswa sebesar 4,29% yaitu dari
adalah
68,52% pada siklus I, meningkat pada siklus II
materi
kurangnya kemampuan siswa dalam
apersepsi
penyelesaian masalah”
ISSN 2355-0074
yang
mendukung
menjadi
diatas,
siswa.
mengalami
tersebut
peningkatan.
ditunjukkan
rata-rata
72,81%
kompetensi
yang
dengan
kompetensi
termasuk
dalam
kategori tinggi.
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |49
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
guru
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
dan
Matematika
kemampuan pemecahan masalah siswa. Sistem
dalam
meningkatkan
dapat
meningkatkan
pembelajaran
siswa kelas VII-4 SMP Negeri 18 Banda Aceh
menjadikan pembelajaran lebih efisien, efektif
dengan pembelajaran menggunakan Poblem
dan relevan. Dengan demikian, atas dasar
Solving yang Peneliti kembangkan diharapkan
pemikiran dan fenomenal diatas peneliti
mampu mengatasi kelemahan yang melekat
tertarik untuk mengkaji masalah tersebut lewat
pada pengajaran matematiaka kususnya pada
satu penelitian PTK, sebagai upaya dalam
materi Bilangan Bulat, seperti yang dilihat
meningkatkan
sebelumnya, hanya siswa yang pandai saja
pemecahan Masalah dengan Menggunakan
yang mampu memahami materi dalam jangka
Metode Problem Solving pada materi bilangan
waktu yang ditetapkan. Akan tetapi siswa yang
bulat smp n 18 banda aceh kelas VIII.
kurang pandai dan membutuhkan waktu yang
KAJIAN TEORI
dan
akan
kemampuan
Pembelajaran matematika merupakan
kegiatan
Adapun upaya yang akan dilakukan
Motivasi
ini
1. Pembelajaran Matematika
memecahkan suatu permasalahan pada materi
yang diajarkan.
Solving
dan
motivasi dan kemampuan pemecahan masalah
lama untuk mempelajari, memahami dan
Poblem
motivasi
yang
menggunakan
matematika
sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan
oleh peneliti dalam meningkatkan Motivasi
yang
dan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan
mencerdaskan
siswa
menggunakan Metode Problem Solving pada
kepribadian
serta
SMP Negri 18 anda Aceh yaitu, dengan
ketrampilan siswa. Ini mengarahkan perhatian
memberi berbagai motivasi terhadap siswa,
pada pengajaran nilai-nilai dalam kehidupan
sehingga dengan adanya motivasi belajar
melalui
terhadap siwa maka akan tercipta keadaan
Suherman (2001: 18) istilah matematika
belajaryang kondusif, dengan demikian siswa
diambil dari bahasa Yunani, mathematike,
akan mudah untuk diajak kerjasama dengan
yang berarti ”relating to learning”. Perkataan
kelompok-keompok
dalam
itu mempunyai akar kata ”mathema” yang
menyelesaikan suatu masalah yang diberikan
berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan
oleh guru.
mathematike berhubungan sangat erat dengan
Dengan
menggunakan
tertentu
adanya
Poblem
pembelajaran
Solving
siswa
ditetapkan.
matematika.
Matematika
dan
dapat
membentuk
mengembangkan
Menurut
Erman
sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
”mathenein”
yang mengandung arti belajar
diharapkan mudah dalam memahami materi
atau berpikir. Jadi matematika dapat diartikan
yang diajarkan dengan teknik-teknik tertentu.
sebagai ”ilmu pengetahuan yang diperoleh
Pembelajaran dengan menggunakan Poblem
lewat berpikir atau bernalar”. Matematika
Solving diharapkan membantu siswa yang
merupakan salah satu ilmu yang menjadi dasar
belum menguasai bahan pelajaran yang telah
untuk melatih kemampuan berpikir logis dan
diberikan oleh guru pada waktu sebelumnya
kreatif.
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |50
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
Matematika
manusia
timbul
karena
yang berhubungan
pikiran
dengan
ide,
proses, penalaran yang terbagi menjadi empat
wawasan yang luas, yaitu: aritmatika, aljabar,
geometri
dan
analisis.
Oberdorf
(2007:
Bamberger
xvii-xix)
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran
matematika itu sendiri yaitu agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami
konsep
and
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
menambahkan
mengaplikasikan konsep, secara luwes,
bahwa pembelajaran matematika adalah proses
akurat,
membelajarkan
pemecahan masalah.
siswa
matematika,
agar
memiliki
efisien,
dan
tepat,
dalam
kemampuan untuk berpikir matematis serta
2. Menggunakan penalaran pada pola dan
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar
sifat, melakukan manipulasi matematika
matematika, dimana proses tersebut meliputi
dalam membuat generalisasi, menyusun
pemecahan
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
masalah
penalaran
(problem
(reasoning),
(communication),
hubungan
komunikasi
penelusuran
(connection),
(representation).
dan
Skemp
solving),
pola
atau
representasi
(1971:36)
yang
pernyataan matematika.
3. Memecahkan
masalah
yang meliputi
kemampuan
memahami
merancang
model
masalah,
matematika,
dikutip oleh syarif, menyatakan bahwa dalam
menyelesaikan model dan menafsirkan
belajar
solusi yang diperoleh.
matematika
meskipun
kita
telah
membuat semua konsep itu menjadi baru
4. Mengomunikasikan
gagasan
dengan
dalam pikiran kita sendiri, kita hanya bisa
simbol, tabel, diagram, atau media lain
melakukan semua ini dengan menggunakan
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
konsep
yang
kita
capai
sebelumnya.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
Berdasarkan hal tersebut dalam matematika
matematika
terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
dasar untuk memahami topik atau konsep
minat dalam mempelajari matematika,
selanjutnya.
dalam
serta sikap ulet dan percaya diri dalam
mempelajari matematika, konsep sebelumnya
pemecahan masalah. (Permen No. 22 Th
harus
2006 - Standar Isi) .
Dengan
benar-benar
demikian
dikuasai
agar
dapat
dalam
kehidupan,
yaitu
memahami konsep-konsep selanjutnya. Hal ini
Dari berbagai uraian di atas dapat
tentu saja membawa akibat kepada bagaimana
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
terjadinya
adalah proses membelajarkan siswa agar
proses
belajar
mengajar
atau
pembelajaran matematika. Oleh karena itu
memiliki
dalam pembelajaran matematika tidak dapat
matematis serta memiliki pengetahuan dan
dilakukan
ketrampilan dasar matematika, yang meliputi
secara
melompat-lompat
tetapi
kemampuan
pemecahan
berpikir
harus tahap demi tahap, dimulai dengan
pemahaman
pemahaman ide dan konsep yang sederhana
(problem solving), penalaran, komunikasi dan
sampai kejenjang yang lebih kompleks, hal
sikap.
ISSN 2355-0074
konsep,
untuk
masalah
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |51
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor
a.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b.
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
penentu keberhasilan belajar siswa. Menurut
Winkel dalam Imran, motivasi belajar adalah
belajar.
c.
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri
Adanya harapan dan cita-cita di masa
yang akan datang.
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
d.
Adanya penghargaan dalam belajar
kelangsungan belajar demi mencapai satu
e.
Adanya kegiatan yang menarik dalam
tujuan.
belajar
Motivasi
belajar
dapat
dikatakan
f.
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
Adanya
lingkungan
belajar
yang
kondusif
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
Matematika
belajar dan yang memberikan arah pada
Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen
kegiatan
belajar
sehingga
tujuan
yang
Nomor
506/C/PP/2004
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
2009:14)
tercapai.
merupakan
Dalam
kegiatan
Shadiq,
pemecahan
kompetensi
masalah
strategik
yang
peranan
ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih
motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan
pendekatan dan strategi pemecahan masalah,
yang tidak mudah patah untuk mencapai
dan
sukses meskipun dihadang oleh beberapa
menyelesaikan
kesulitan.
(dalam
Motivasi
belajar,
bahwa
(dalam
yang
tinggi
dapat
menyelesaikan
masalah.
model
untuk
Menurut
Polya
Simanullang,2008:1)
pemecahan
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
masalah adalah usaha mencari jalan keluar
membuat
dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
siswa
merasa
optimis
dalam
mengerjakan setiap apa yang dipelajarinya.
Dalam menilai motivasi pada siswa
diperlukan
dimensi
pengukuran.
yang tidak dengan segera dapat dicapai.
Dari
uraian
di
atas
maka
dapat
Menurut
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
Aritonang, motivasi belajar siswa meliputi
masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh
beberapa dimensi, yaitu:
siswa dalam usaha untuk mencari jalan keluar
a.
Ketekunan dalam belajar
dari suatu permasalahan yang tidak rutin
b.
Ulet dalam menghadapi kesulitan
dengan
c.
Minat dan ketajaman perhatian dalam
memilih pendekatan dan strategi pemecahan
belajar
masalah, dan menyelesaikan model untuk
d.
Berprestasi dalam belajar
menyelesaikan permasalahan.
e.
Mandiri dalam belajar
Adapun indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur motivasi belajar siswa yakni:
ISSN 2355-0074
cara
memahami
permasalahan,
Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen 2004
(dalam
Wardhani,
2010:22)
indikator
pemecahan masalah yaitu :
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |52
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
1. Menunjukan
pemahaman
masalah.
dicontohkan
ataupun
dengan
suatu
Siswa dikatakan memiliki pemahaman
model yang lebih sederhana misalnya
masalah yang baik jika siswa dapat
gambar.
mengidentifikasi apa yang diketahui,
strategi ini banyak masalah dalam
apa yang ditanyakan dari permasalahan,
kehidupan
melakukan simbolisasi sampai dengan
digunakan sebagai tema atau konteks
penyelesian masalah.
masalahnya.
2. Mengorganisasi
informasi
data
yang
dan
memilih
relevan
Untuk
6. Membuat
dalam
dikatakan
memiliki
membuat
mengorganisasi
dalam
menafsirkan
dapat
model
memiliki
dan
kemampuan
menafsirkan
model
matematika dari suatu masalah yang
dalam
baik jika siswa sudah menemukan
pemecahan masalah yang baik jika
strategi pemecahan masalah dan dalam
siswa dapat mengelompokan data dan
menyelesaikan masalah dapat sesuai
memilih penyelesaiannya sesuai realita.
dengan penyelesaian.
yang
dan
dan
yang
memilih
informasi
data
seharihari
matematika dari suatu masalah. Siswa
pemecahan masalah. Siswa dikatakan
kemampuan
memperkenalkan
relevan
3. Menyajikan masalah secara matematika
7. Menyelesaikan
dalam berbagai bentuk. Siswa dikatakan
rutin.
memiliki
kemampuan
masalah
kemampuan
secara
menyajikan
matematika
dalam
pada
dapat
matematika
memiliki
menyelesaikan
masalah
permasalahan
yang
dalam
secara
penyelesaiannya tidak diperoleh secara
dalam berbagai
bentuk
langsung.
pendekatan
Menurut Sumardyono (2010:2) kendala
dan
metode
pemecahan masalah. Siswa dikatakan
memiliki
dikatakan
masalah
model matematika.
4. Memilih
Siswa
yang tidak rutin jika siswa dihadapkan
berbagai bentuk yang baik jika siswa
menyajikan
masalah yang tidak
kemampuan
memilih
yang
dihadapi
untuk
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah adalah :
a.
Ketidakcermatan
dalam
membaca
pendekatan dan metode pemecahan
membaca soal tanpa perhatian yang kuat
masalah yang baik jika siswa dapat
pada makna pengertiannya.
memilih
pendekatan
Berpikir
logis
b.
terhadap data-data yang dimiliki.
Tidak membaca kembali bagian yang
sulit.
5. Mengembangkan strategi pemecahan
c.
masalah. Siswa dikatakan memiliki
Memulai menyelesaikan soal sebelum
membaca lengkap soal tersebut
kemampuan mengembangkan strategi
d.
Ketidakcermatan dalam berpikir
pemecahan masalah yang baik jika
e.
Mengabaikan akurasi (mendahulukan
siswa dalam cara Berpikir siswa dengan
menggunakan
ISSN 2355-0074
objek
konkrit
kecepatan)
yang
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |53
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
f.
Tidak memeriksa rumus atau prosedur
saat merasa ada yang tidak benar.
1. Mampu memahami istilah dan konsep
matematika.
g.
Bekerja terlalu cepat.
2. Mampu
h.
Mengambil kesimpulan dipertengahan
mengenali
keserupaan,
perbedaan, dan analogi.
jalan tanpa pemikiran yang matang.
3. Mampu mengindentifikasi bagian yang
i.
Kelemahan dalam analisis masalah
penting serta mampu memilih prosedur
j.
Gagal
dan data yang tepat.
masalah
menggunakan
bagian-bagian
untuk memahami
masalah
secara keseluruhan.
k.
relevan.
Tidak menggunakan pengetahuan atau
konsep
utama
untuk
mencoba
memahamai ide-ide yang kurang jelas.
l.
4. Mampu mengenali detail yang tidak
5. Mampu
memperkirakan
dan
memvisualkan
dan
menganalisis.
6. Mampu
Tidak menggunakan rumus atau sumber
mengintepretasi fakta dan hubungan yang
lainnya
kuantitatif.
saat
diperlukan
untuk
memahami masalah.
7. Mampu
Ada kalanya kita kurang memahami
karakteristik
(problem
seorang
solving)
pemecah
yang
baik,
masalah
sehingga
melakukan
generalisasi
dari
beberapa contoh.
8. Mampu
mengaitkan
metode-metode
dengan mudah.
seringkali identifikasi kita hanya terfokus pada
9. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri
hasil (apa yang ditemukan siswa, jawaban
yang tinggi, dengan tetap memiliki
siswa),
hubungan baik dengan rekan-rekannya.
atau
penyelesaian
pada
suatu
kecocokan
masalah.
proses
Dengan
mengenali karakteristik pemecah masalah,
10. Tidak cemas terhadap ujian atau tes.
4. Pemecahan
Masalah
dalam
maka kita dapat melihat potensi apa yang
Pembelajaran Matematika
dimiliki oleh siswa serta apa yang harus kita
Penyelesaian atau pemecahan masalah
lakukan untuk meningkatkan kemampuan
adalah bagian dari proses berpikir.Sering
siswa dalam memecahkan masalah. Ada
dianggap merupakan proses paling kompleks
banyak literatur dan pendapat mengenai ciri-
di antara semua fungsikecerdasan, pemecahan
ciri seorang pemecah masalah (yang baik).
masalah telah didefinisikan sebagai proses
Suydam (1980:36) telah menghimpun dan
kognitiftingkat
menyaring ciri-ciri pemecah masalah yang
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-
baik dengan mengacu pada berbagai sumber
keterampilanrutin atau dasar. Proses ini terjadi
(Dodson, Hollander, Krutetskii, Robinson,
jika suatu organisme atau system kecerdasan
Talton dan lain-lain) menjadi 10 macam ciri.
buatan tidak mengetahui bagaimana untuk
Berikut ini kesepuluh macam ciri pemecah
bergerak dari suatu kondisiawal menuju
masalah tersebut:
kondisi yang dituju.Sumarmo (dalam Kasah,
2012),
ISSN 2355-0074
tinggi
yang
memaparkan
memerlukan
beberapa
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |54
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
indikatorpemecahan masalah matematik yang
diharapkan penelitian bisa berjalan dengan
dapat digunakan sebagai berikut:
baik.
1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk
pemecahan masalah,
dalam penelitian ini mencakup (1) tahap
2) Membuat model matematis dari suatu
situasi
atau
Adapun rancangan yang dilaksanakan
masalah
sehari-hari
perencanaan dan (2) tahap pelaksanaan, (3)
Observasi dan (4) Refleksi.
danmenyelesaikannya,
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
3) Memillih dan menerapkan strategi untuk
18 Banda Aceh dengan subjek penelitian siswa
menyelesaikan masalahmatematika dan
kelas VII-4 SMP N 18 Banda Aceh dengan
atau di luar matematika,
jumlah
4) Menjelaskan
hasil
atau
sesuai
sertamemeriksa
menginterpretasikan
permasalahan
asal
kebenaran hasil atau
jawaban, dan
siswa
sebayak
dikumpulkan
kegiatan
melalui
25
lembar
pembelajaran,
pemecahan
masalah,
orang,
observasi
tes
angket
Data
kemampuan
siswa,
dan
wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya
5) Menerapkan
matematika
secara
bermakna.
diolah dengan rumus persentase an kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian
Penelitian
Penelitian PTK ini diawali dengan tes pra
Tindakan Kelas (classroom action research),
siklus untuk mengetahui tingkat kemapuan
dengan
siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu
jenis
ini
termasuk
HASIL PENELITIAN
metode
Poblem
Solving.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penggunaaan
metode
proses
Berdasarakan
hasil
investigasi
menemukan
dan
terkendali
memecahkan
untuk
masalah
pembelajaran di kelas, proses pemecahan
masalah tersebut dilakukan secara siklus
solving.
pra sikuls
kemudian
pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus
dengan setiap siklus terdiri
1)
dengan tujuan untuk Motivasi dan pemecahan
masalah di kelas tertentu (Sa‟adun Akbar,
problem
Perencanaan, di kegiatan ini peneliti
menyusun RPP, LKS dan Soal Tes
2)
2010:28).
Pelaksanaan, yaitu menjalankan proses
pembelajaran sesuia dengan rencana
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
yang
telah
disusun
yang
meliputi
guru hanya berperan sebagai anggota tim
kegiatan awal, kegiatan inti, penutup
peneliti yang berfungsi untuk melaksanakan
dan diakhiri dengan uji kemampuan
tindakan seperti yang telah dirancang oleh
pemecahan masalah.
peneliti (Sanjaya, 2010:59). Dalam penelitian
ini
peneliti
berkolaborasi
dengan
guru
3)
Observasi,
Peneliti
bersama
guru
matematika yang bertindak sebagai
matematika kelas VII-4 SMP N 18 Banda
pengamat
Aceh.
observasi terhadap keseluruhan aktivitas
Dengan
ISSN 2355-0074
adanya
kolaboratif
ini
(observer)
melakukan
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |55
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
yang terjadi selama berlangsungnya
4)
4) Melihat kembali ketika jawaban atau
proses pembelajaran di kelas.
sulusi sudah ditemukan (memeriksa
Refleksi,
hasil penyelesaian masalah).
menilik kembali proses
pembelajaran
dengan
yang
telah
dilakukan
Dalam pembelajaran matematika yang
setiap
dilakukan di kelas VII-4 SMP Negeri 18
memaparkan
keberhasilan yang telah dicapai dan
Banda
mengevaluasi
menggunakan metode pemecahan masalah
kembali
setiap
kekurangan yang ada
peneliti
tertarik
untuk
(problem solving) melalui guna meningkatkan
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
motivasi dan kemampuan pemecahan masalah
siswa. Pembelajaran dengan metodeProblem
Siswa
Penyelesaian
kegiatan
Aceh,
yang
masalah
sangat
merupakan
penting
dalam
Solving ini terdiri dari empat tahap yaitu
memahami
masalah,
merencanakan
pembelajaran matematika, karena prosedur
penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah
penyelesaian
sesuai
masalah
dapat
melatih
rencana,
dan
memeriksa
hasil
kemampuan analisis siswa yang diperlukan
pemecahan masalah. Dalam Bahan ajar yang
untuk menghadapi masalah yang ditemuinya
peneliti susun ini, terdapat rumusan-rumusan
baik dalam pembelajaran matematika maupun
masalah yang harus diselesaikan oleh para
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Problem
siswa. Sesuai dengan makna pembelajaran
Solving, biasanya permasalahan-permasalahan
dengan Metode Problem solving (pemecahan
tidak
masalah) dimana belajar merupakan suatu
tersajikan
dalam
peristilahan
matematika. Permasalahan yang digunakan
proses
dapat diangkat dari permasalahan kehidupan
menyelesaikan
nyata (real life situation) yang pemecahannya
matematika dalam membangun makna atau
memerlukan ide matematika sebagai sebuah
pemahaman.
alat
pembelajaran
(tool).
Menurut
(Posamentier,1990:110)
George
urutan
Polya
pemecahan
kegiatan
aktif
suatu
Setelah
dengan
siswa
untuk
permasalahan
diterapkannya
Metode
Problem
Solvingtersebut terjadi peningkatan Motivasi
masalah secara sistematis terdiri dari empat
dan
tahap yaitu:
Matematika siswa kelas VII-4. Peningkatan
1) Mengetahui
masalah
(memahami
masalah).
2) Menentukan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
tersebut terlihat dari hasil tes siswa dan angket
yang memuat indikator indikator kompetensi
(membuat
matematika. Penelitian ini dilaksanakan dalam
perencanaan penyelesaian pemecahan
dua siklus. Pada tahap siklus I terdiri dari satu
masalah).
pertemuan, sedangkan pada tahap siklus dua
3) Melakukan
rencana
rencana
(menyelesaikan
masalah sesuai dengan rencana).
ISSN 2355-0074
terdiri dari dua pertemuan dan tiap siklus
terdiri dari satu kali tes.
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |56
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
Berdasarkan analisis tes pada pra
kemampuan pemecahan masalah matematika
siklus, siklus I dan tes siklus II, dapat dilihat
siswa.
bahwa
pemecahan masalah siswa.
pembelajaran
matematika
dengan
Berikut
persentase
kemampuan
metode Problem Solvingdapat meningkatkan
Tabel 1.Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa
Tuntas/Tidak Tuntas dan
skor rata-rata
Ketuntasan
Ketidaktuntasan
Skor rata-rata
No
1
2
3
Dari
tabel
diatas
terlihat
Pra siklus
16%
84%
30.8%
bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa terjadi
Tes Siklus
Siklus I
48%
52%
52.53%
Siklus II
80%
20%
68.93%
persentase apabila disajikan dalam bentuk
grafik.
peningkatan dari siklus I ke siklus II, berikut
90
80
70
60
50
Tidak tuntas
40
Tuntas
30
Skor rata-rata
20
10
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa
Berdasarkan analisis tes pra siklus,
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
siklus I dan tes siklus II, terjadi peningkatan
pembelajaran
matematika
kemampuan pemecahan masalah matematika
menggunakan Metode Problem solving dapat
siswa dengan skor rata-rata 68.93% yang dapat
meningkatkan
dilihat dengan meningkat nya ketuntasan nilai
Pemecahan Masalah Matematis. siswa kelas
matematika siswa sebesar 48 %, pada siklus I
VII-4 SMP Negri 18 Banda aceh dalam materi
dan pada siklus II sebesar 80%. Berdasarkan
Operasihitung pokok bahasan Bilangan Bulat.
Motivasi
dan
dengan
Kemampuan
kualifikasi termasuk dalam kategori tinggi.
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |57
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
Motivasi belajar, siswa sangat tertarik dalam
2. Motivasi Siswa
Angket yang digunakan yaitu angket
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
Motivasi Belajar siswa. Angket Motivasi
metode
belajar siswa disusun untuk mengetahui
tersebut mempunyai tiga proses pembelajaran
seberapa besar Motivasi belajar siswa terhadap
utama yaitu diskusi siswa dengan anggota
pembelajaran
kelompoknya
matematika
dengan
problem
solving.
untuk
Pembelajaran
menyelesaikan
menggunakan metode Problem Solving. Dari
permasalahan yang diberikan guru, presentasi
hasil analisis angket Motivasi belajar siswa
siswa
terdapat 9 siswa tergolong dalam kategori
kelompoknya dan menyimpulkan materi yang
sangat termotivasi, 14 siswa yang tergolong
telah
dalam kategori termotivasi dan satu siswa
memberikan pendapatnya masing-masing baik
yang
tidak
dalam forum kelompok maupun dalam forum
termotivasi dengan persentase rata rata 2.8%
kelas yang terjadi pada saat proses tanya jawab
dan berdasarkan pedoman kategori tingkat
setelah presentasi berlangsung. Berikut table
mativasi hal tersebut termasuk dalam kategori
kategori tingkat Motivasi belajar siswa.
tergolong
dalam
kategori
tentang
dipelajari.
hasil
diskusi
Sehingga
siswa
dengan
dapat
termotivasi. Berdasarkan analisis hasil angket
Tabel 2. Kategori tingkat Motivasi belajar siswa
NO
1
2
1
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
ISSN 2355-0074
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Tingkat Motivasi
2.6
3.6
2.4
2.4
2.9
3.2
2.7
3.1
2.4
2.5
2.7
1.5
2.6
3.6
2.8
2.9
3.1
3.2
2.9
3.1
3.1
2.9
2.6
3.2
Kategori
Termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Tidak termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Sangat termotivasi
Termotivasi
Termotivasi
Sangat termotivasi
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |58
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
termasuk dalam kategori tinggi dan didukung
KESIMPULAN
Berdasarkan
dan
dengan meningkatnya tingkat ketuntasan siswa
analisis data yang diperoleh. Peneliti dapat
yaitu 16% pada tes pra siklus meningkat 48%
menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
pada siklus I dan meningkat 80% padasiklus
masalah matematika siswa kelas VII-4 SMP
II yang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil
Negeri
tersebut juga didukung dari hasil angket
18
Banda
hasil
penelitian
Aceh
mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan
Motivasi
dengan meningkatnya kemampuan pemecahan
matematika denga persentase rata-rata 2.8%
masalah siswa yaitu dengan rata-rata skor pada
tergolong dalam kategori „termotivasi” yang
siklus I 52.53% termasuk dalam kategori
telah dilakukan dengan metode Problem
sedang dan skor pada siklus II 68.93%
solving.
ISSN 2355-0074
belajar
terhadap
pembelajaran
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |59
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.
Asikin. 2011.implementasi pendekatan pmecahan masalah (problem Solving) untuk Meningkatkan
kompetensi Matematika Siswa.Disertai. yogyakarta. UNY
Azwar, Saifuddin. 2010. Motivasi dalam belajar. Diambil tanggal
http://azwar.staff.ugm.ac.id/files/2010/05/Motivasi-dalambelajar1.pdf
16
mei
2014.
Bell Frederick. 1978. Teaching And Learning Mathematics The Secondary School. Lowa : Wm C.
Brown Company Publisher
Bamberger and Oberdorf. 2007. Introduction to Connection: Grades 3-5. PortSmouth: Heinemann‟s
Math Process Standards Series .
Dimayanti dan Mujino. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Erman Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI
Hamzah 2003. Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika SiswaSekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung melalui PendekatanPengajuan Masalah.
Bandung: Disertasi SPs UPI.
Kisworo, A. 2000. Pembelajaran Pemecahan Masalah pada PembelajaranGeometri di Kelas I SMU
Petra 5 Surabaya. Tesis. Surabaya : PPS
Mathematics Through Problem solving. Dalam http://www.mathgoodies.com/articles/. diakses April
2016.
Margarani.
2014.
Upaya
meningkatkan
Motivasi
dan
Kemampuan
pemecahan masalah matematika dengan contextualteaching & learning siswa kelas VII eSMP
N 1 Srandakan. Disertai. Universitas PGRI Yogyakarta.
Mawaddah, Anisah. 2015. Kemampuan pemecahan masalah Matematis siswa pada
pembelajaranMatematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Generatif
(Generative Learning) di SMP. Disertai. Universitas Lambung Mangkurat.
Novita, R. 2012. “Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Matematika Model Pisa Level Moderate
Dan Most Difficult Untuk Siswa Sekolah Dasar”. Disertai. Universitas Sriwijaya
Kemp, Jerold E. 1977. Instructional Design. California: David S Lake Publishers
Komariah, K. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem SolvingModel Polya Untuk
MeningkatkanKemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas Ix JDi Smpn 3 Cimahi”
disertai., Universitas Negeri Yogyakarta
Polya, G. 1990. How To Solve It second edition. New Jersey: Princeton University Press.
Primandari.
2010.
Upaya
meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah
siswa kelas viiia SMP N 2 Nanggulandalam pembelajaran Matematika pokok bahasanbangun
ruangmenggunakan
model
pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Think-pair-square. Disertai. Universitas negeri yogyakarta
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |60
Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan...
Suydam, M. N. “Untangling clues from research on problem solving” dalam Krulik, S.
& Reys, R. E. (editor). 1980. Problem solving in school mathematics. New York:
the National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Sumardyono. Kepala Unit Litbang atau R&D pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika). Kandidat Doktor
Matematika UGM.
Suharsimi Arikunto,
Aksara
dkk
.
2007.
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Bumi
Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen PPPGMatematika. Yogyakarta.
Turmudi. 2008. Pemecahan Masalah Matematika pdf diakses pada tanggal 4 april 2016, dari:
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_Matematika/196101121987
031-Turmudi/.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasi Pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
.
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |61
Download