Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING Fitriati1 dan Jazuli2 Abstrak Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika menjadi perhatian utama semua pihak pada saat ini. Hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor seperti kemampuan guru, kesiapan siswa dan metode belajar yang digunakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan intense nya penggunaan metode problem solving karena penyelesaian masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena prosedur penyelesaian masalah dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah yang ditemuinya baik dalam pembelajaran matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika, dimana materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah bilangat bulat. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMP N 18 Banda Aceh dengan jumlah siswa sebayak 25 orang.Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus pertama terdiri atas 2 kali pertemuan dan siklus kedua 1 kali pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem solving, tes disetiap siklus untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika, danangket motivasi siswai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII-4 SMP Negeri 18 Banda Aceh mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu dengan rata-rata skor pada siklus Isebesar 52.53% termasuk dalam kategori sedang dan skor pada siklus II 68.93% termasuk dalam kategori tinggi dan didukung dengan meningkatnya tingkat ketuntasan siswa yaitu 16% pada tes pra siklus meningkat 48% pada siklus I dan meningkat sampai 80% padasiklus II yang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil tersebut juga didukung dari hasil angket Motivasi belajar terhadap pembelajaran matematika denga persentase ratarata 2.8% tergolong dalam kategori „termotivasi” yang telah dilakukan dengan metode problem solving. Kata kunci: Motode Problem Solving, Motivasi Siswa, Kemampuan Pemecahkan Masalah Matematika 1 Fitriati, Prodi Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Email: [email protected] 2 Jazuli, Prodi Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Email: [email protected] ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |48 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... Berdasarkan PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan perkembangan yang ilmu banyakmendasari pengetahuan lain, pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap siswa SMP Negeri 18 Banda Aceh pembelajaran khususnya dalam matematika, diperoleh memiliki peranan penting dalamkehidupan keterangan bahwa dalam proses pembelajaran, manusia. sehari-hari, siswa kurangmampu untuk memahami dan untukmemecahkan menyelesaikan masalah yang ada dalam buku masalah yang dihadapi oleh manusia. Sudah paket. Sementara itu bahan ajar yang dipakai menjadi gejala umumbahwa mata pelajaran hanya dari buku yang ada diperpustakaan saja matematika kurang disukai oleh kebanyakan dan jumlah yang terbatas. Hal ini berefek pada siswa.Ketidaksenangan rendahnya kemampuan dan hasil belajar siswa. Dalam matematika pelajaran kehidupan digunakan terhadap matematika mata dapat berpengaruh belajar matematika demikian perbaikan Masalah (Problem Solving) Melalui Lembar penyelenggaraan proses pembelajaran menjadi Kerja Siswa (LKS) Untuk Meningkatkan hal yang menarik untuk ditelaah. Kompetensi Matematika Siswa Kelas VIII b terhadapkeberhasilan siswa, dengan Salah satu faktor penyebab kurangnya motivasi siswa belajar Menurut “Implementasi SMP Negeri Asikin (2011:19) Pendekatan Pemecahan 1 Watumalang” dapat matematika meningkatkan kopetensi matematika siswa kemungkinan adalah metode mengajar guru dengan cara, peneliti memberikan LKS kepada yang kurang sesuai dengan kondisi siswa kelompok siswa serta petunjuk pemecahan maupun pokok bahasan yang disampaikan. masah Hal ini terlihat dari keluhan siswa tentang Adapunpembelajaran pelajaran matematika yang terkesan sulit, tidak pendekatan pemecahan masalah terdiri dari 4 menarik dan membosankan. Permasalahan ini tahapan yaitu (1) memahami masalah, (2) tentu bermuara pada implementasi perhitungan merencanakan yang rumit dan rumus-rumus yang sulit, menyelesaikan masalah sesuai rencana, (4) sehingga tidak memeriksa hasil penyelesaian masalah.Setelah dalam dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan menimbulkan menyenangkan untuk rasa yang anak-anak yang akan diselesaikan matematika penyelesaian dengan masalah, (3) mempelajarinya. Materi Bilangan Bulat yang langkah-langkah diberikan kepada siswa kelas VII semester matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 ganjil Sekolah Menengah Pertama merupakan Watumalang salah satu materi yang dianggap sulit dimata Peningkatan pelajaran matematika. Menurut Komariah meningkatnya (2011:184)” Kendala yang masih dihadapi matematika siswa sebesar 4,29% yaitu dari adalah 68,52% pada siklus I, meningkat pada siklus II materi kurangnya kemampuan siswa dalam apersepsi penyelesaian masalah” ISSN 2355-0074 yang mendukung menjadi diatas, siswa. mengalami tersebut peningkatan. ditunjukkan rata-rata 72,81% kompetensi yang dengan kompetensi termasuk dalam kategori tinggi. Volume 4. Nomor 1. April 2017 |49 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... guru Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan Matematika kemampuan pemecahan masalah siswa. Sistem dalam meningkatkan dapat meningkatkan pembelajaran siswa kelas VII-4 SMP Negeri 18 Banda Aceh menjadikan pembelajaran lebih efisien, efektif dengan pembelajaran menggunakan Poblem dan relevan. Dengan demikian, atas dasar Solving yang Peneliti kembangkan diharapkan pemikiran dan fenomenal diatas peneliti mampu mengatasi kelemahan yang melekat tertarik untuk mengkaji masalah tersebut lewat pada pengajaran matematiaka kususnya pada satu penelitian PTK, sebagai upaya dalam materi Bilangan Bulat, seperti yang dilihat meningkatkan sebelumnya, hanya siswa yang pandai saja pemecahan Masalah dengan Menggunakan yang mampu memahami materi dalam jangka Metode Problem Solving pada materi bilangan waktu yang ditetapkan. Akan tetapi siswa yang bulat smp n 18 banda aceh kelas VIII. kurang pandai dan membutuhkan waktu yang KAJIAN TEORI dan akan kemampuan Pembelajaran matematika merupakan kegiatan Adapun upaya yang akan dilakukan Motivasi ini 1. Pembelajaran Matematika memecahkan suatu permasalahan pada materi yang diajarkan. Solving dan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah lama untuk mempelajari, memahami dan Poblem motivasi yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan oleh peneliti dalam meningkatkan Motivasi yang dan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan mencerdaskan siswa menggunakan Metode Problem Solving pada kepribadian serta SMP Negri 18 anda Aceh yaitu, dengan ketrampilan siswa. Ini mengarahkan perhatian memberi berbagai motivasi terhadap siswa, pada pengajaran nilai-nilai dalam kehidupan sehingga dengan adanya motivasi belajar melalui terhadap siwa maka akan tercipta keadaan Suherman (2001: 18) istilah matematika belajaryang kondusif, dengan demikian siswa diambil dari bahasa Yunani, mathematike, akan mudah untuk diajak kerjasama dengan yang berarti ”relating to learning”. Perkataan kelompok-keompok dalam itu mempunyai akar kata ”mathema” yang menyelesaikan suatu masalah yang diberikan berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan oleh guru. mathematike berhubungan sangat erat dengan Dengan menggunakan tertentu adanya Poblem pembelajaran Solving siswa ditetapkan. matematika. Matematika dan dapat membentuk mengembangkan Menurut Erman sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu ”mathenein” yang mengandung arti belajar diharapkan mudah dalam memahami materi atau berpikir. Jadi matematika dapat diartikan yang diajarkan dengan teknik-teknik tertentu. sebagai ”ilmu pengetahuan yang diperoleh Pembelajaran dengan menggunakan Poblem lewat berpikir atau bernalar”. Matematika Solving diharapkan membantu siswa yang merupakan salah satu ilmu yang menjadi dasar belum menguasai bahan pelajaran yang telah untuk melatih kemampuan berpikir logis dan diberikan oleh guru pada waktu sebelumnya kreatif. ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |50 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... Matematika manusia timbul karena yang berhubungan pikiran dengan ide, proses, penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas, yaitu: aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Oberdorf (2007: Bamberger xvii-xix) tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep and menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menambahkan mengaplikasikan konsep, secara luwes, bahwa pembelajaran matematika adalah proses akurat, membelajarkan pemecahan masalah. siswa matematika, agar memiliki efisien, dan tepat, dalam kemampuan untuk berpikir matematis serta 2. Menggunakan penalaran pada pola dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar sifat, melakukan manipulasi matematika matematika, dimana proses tersebut meliputi dalam membuat generalisasi, menyusun pemecahan bukti, atau menjelaskan gagasan dan masalah penalaran (problem (reasoning), (communication), hubungan komunikasi penelusuran (connection), (representation). dan Skemp solving), pola atau representasi (1971:36) yang pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami merancang model masalah, matematika, dikutip oleh syarif, menyatakan bahwa dalam menyelesaikan model dan menafsirkan belajar solusi yang diperoleh. matematika meskipun kita telah membuat semua konsep itu menjadi baru 4. Mengomunikasikan gagasan dengan dalam pikiran kita sendiri, kita hanya bisa simbol, tabel, diagram, atau media lain melakukan semua ini dengan menggunakan untuk memperjelas keadaan atau masalah. konsep yang kita capai sebelumnya. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Berdasarkan hal tersebut dalam matematika matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan dasar untuk memahami topik atau konsep minat dalam mempelajari matematika, selanjutnya. dalam serta sikap ulet dan percaya diri dalam mempelajari matematika, konsep sebelumnya pemecahan masalah. (Permen No. 22 Th harus 2006 - Standar Isi) . Dengan benar-benar demikian dikuasai agar dapat dalam kehidupan, yaitu memahami konsep-konsep selanjutnya. Hal ini Dari berbagai uraian di atas dapat tentu saja membawa akibat kepada bagaimana disimpulkan bahwa pembelajaran matematika terjadinya adalah proses membelajarkan siswa agar proses belajar mengajar atau pembelajaran matematika. Oleh karena itu memiliki dalam pembelajaran matematika tidak dapat matematis serta memiliki pengetahuan dan dilakukan ketrampilan dasar matematika, yang meliputi secara melompat-lompat tetapi kemampuan pemecahan berpikir harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman pemahaman ide dan konsep yang sederhana (problem solving), penalaran, komunikasi dan sampai kejenjang yang lebih kompleks, hal sikap. ISSN 2355-0074 konsep, untuk masalah Volume 4. Nomor 1. April 2017 |51 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... 2. Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam penentu keberhasilan belajar siswa. Menurut Winkel dalam Imran, motivasi belajar adalah belajar. c. keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri Adanya harapan dan cita-cita di masa yang akan datang. yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin d. Adanya penghargaan dalam belajar kelangsungan belajar demi mencapai satu e. Adanya kegiatan yang menarik dalam tujuan. belajar Motivasi belajar dapat dikatakan f. sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam Adanya lingkungan belajar yang kondusif diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, 3. Kemampuan Pemecahan Masalah yang menjamin kelangsungan dari kegiatan Matematika belajar dan yang memberikan arah pada Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen kegiatan belajar sehingga tujuan yang Nomor 506/C/PP/2004 dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat 2009:14) tercapai. merupakan Dalam kegiatan Shadiq, pemecahan kompetensi masalah strategik yang peranan ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan pendekatan dan strategi pemecahan masalah, yang tidak mudah patah untuk mencapai dan sukses meskipun dihadang oleh beberapa menyelesaikan kesulitan. (dalam Motivasi belajar, bahwa (dalam yang tinggi dapat menyelesaikan masalah. model untuk Menurut Polya Simanullang,2008:1) pemecahan meningkatkan aktivitas belajar siswa dan masalah adalah usaha mencari jalan keluar membuat dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan siswa merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dipelajarinya. Dalam menilai motivasi pada siswa diperlukan dimensi pengukuran. yang tidak dengan segera dapat dicapai. Dari uraian di atas maka dapat Menurut disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan Aritonang, motivasi belajar siswa meliputi masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh beberapa dimensi, yaitu: siswa dalam usaha untuk mencari jalan keluar a. Ketekunan dalam belajar dari suatu permasalahan yang tidak rutin b. Ulet dalam menghadapi kesulitan dengan c. Minat dan ketajaman perhatian dalam memilih pendekatan dan strategi pemecahan belajar masalah, dan menyelesaikan model untuk d. Berprestasi dalam belajar menyelesaikan permasalahan. e. Mandiri dalam belajar Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa yakni: ISSN 2355-0074 cara memahami permasalahan, Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen 2004 (dalam Wardhani, 2010:22) indikator pemecahan masalah yaitu : Volume 4. Nomor 1. April 2017 |52 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... 1. Menunjukan pemahaman masalah. dicontohkan ataupun dengan suatu Siswa dikatakan memiliki pemahaman model yang lebih sederhana misalnya masalah yang baik jika siswa dapat gambar. mengidentifikasi apa yang diketahui, strategi ini banyak masalah dalam apa yang ditanyakan dari permasalahan, kehidupan melakukan simbolisasi sampai dengan digunakan sebagai tema atau konteks penyelesian masalah. masalahnya. 2. Mengorganisasi informasi data yang dan memilih relevan Untuk 6. Membuat dalam dikatakan memiliki membuat mengorganisasi dalam menafsirkan dapat model memiliki dan kemampuan menafsirkan model matematika dari suatu masalah yang dalam baik jika siswa sudah menemukan pemecahan masalah yang baik jika strategi pemecahan masalah dan dalam siswa dapat mengelompokan data dan menyelesaikan masalah dapat sesuai memilih penyelesaiannya sesuai realita. dengan penyelesaian. yang dan dan yang memilih informasi data seharihari matematika dari suatu masalah. Siswa pemecahan masalah. Siswa dikatakan kemampuan memperkenalkan relevan 3. Menyajikan masalah secara matematika 7. Menyelesaikan dalam berbagai bentuk. Siswa dikatakan rutin. memiliki kemampuan masalah kemampuan secara menyajikan matematika dalam pada dapat matematika memiliki menyelesaikan masalah permasalahan yang dalam secara penyelesaiannya tidak diperoleh secara dalam berbagai bentuk langsung. pendekatan Menurut Sumardyono (2010:2) kendala dan metode pemecahan masalah. Siswa dikatakan memiliki dikatakan masalah model matematika. 4. Memilih Siswa yang tidak rutin jika siswa dihadapkan berbagai bentuk yang baik jika siswa menyajikan masalah yang tidak kemampuan memilih yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah : a. Ketidakcermatan dalam membaca pendekatan dan metode pemecahan membaca soal tanpa perhatian yang kuat masalah yang baik jika siswa dapat pada makna pengertiannya. memilih pendekatan Berpikir logis b. terhadap data-data yang dimiliki. Tidak membaca kembali bagian yang sulit. 5. Mengembangkan strategi pemecahan c. masalah. Siswa dikatakan memiliki Memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut kemampuan mengembangkan strategi d. Ketidakcermatan dalam berpikir pemecahan masalah yang baik jika e. Mengabaikan akurasi (mendahulukan siswa dalam cara Berpikir siswa dengan menggunakan ISSN 2355-0074 objek konkrit kecepatan) yang Volume 4. Nomor 1. April 2017 |53 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... f. Tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar. 1. Mampu memahami istilah dan konsep matematika. g. Bekerja terlalu cepat. 2. Mampu h. Mengambil kesimpulan dipertengahan mengenali keserupaan, perbedaan, dan analogi. jalan tanpa pemikiran yang matang. 3. Mampu mengindentifikasi bagian yang i. Kelemahan dalam analisis masalah penting serta mampu memilih prosedur j. Gagal dan data yang tepat. masalah menggunakan bagian-bagian untuk memahami masalah secara keseluruhan. k. relevan. Tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba memahamai ide-ide yang kurang jelas. l. 4. Mampu mengenali detail yang tidak 5. Mampu memperkirakan dan memvisualkan dan menganalisis. 6. Mampu Tidak menggunakan rumus atau sumber mengintepretasi fakta dan hubungan yang lainnya kuantitatif. saat diperlukan untuk memahami masalah. 7. Mampu Ada kalanya kita kurang memahami karakteristik (problem seorang solving) pemecah yang baik, masalah sehingga melakukan generalisasi dari beberapa contoh. 8. Mampu mengaitkan metode-metode dengan mudah. seringkali identifikasi kita hanya terfokus pada 9. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri hasil (apa yang ditemukan siswa, jawaban yang tinggi, dengan tetap memiliki siswa), hubungan baik dengan rekan-rekannya. atau penyelesaian pada suatu kecocokan masalah. proses Dengan mengenali karakteristik pemecah masalah, 10. Tidak cemas terhadap ujian atau tes. 4. Pemecahan Masalah dalam maka kita dapat melihat potensi apa yang Pembelajaran Matematika dimiliki oleh siswa serta apa yang harus kita Penyelesaian atau pemecahan masalah lakukan untuk meningkatkan kemampuan adalah bagian dari proses berpikir.Sering siswa dalam memecahkan masalah. Ada dianggap merupakan proses paling kompleks banyak literatur dan pendapat mengenai ciri- di antara semua fungsikecerdasan, pemecahan ciri seorang pemecah masalah (yang baik). masalah telah didefinisikan sebagai proses Suydam (1980:36) telah menghimpun dan kognitiftingkat menyaring ciri-ciri pemecah masalah yang modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan- baik dengan mengacu pada berbagai sumber keterampilanrutin atau dasar. Proses ini terjadi (Dodson, Hollander, Krutetskii, Robinson, jika suatu organisme atau system kecerdasan Talton dan lain-lain) menjadi 10 macam ciri. buatan tidak mengetahui bagaimana untuk Berikut ini kesepuluh macam ciri pemecah bergerak dari suatu kondisiawal menuju masalah tersebut: kondisi yang dituju.Sumarmo (dalam Kasah, 2012), ISSN 2355-0074 tinggi yang memaparkan memerlukan beberapa Volume 4. Nomor 1. April 2017 |54 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... indikatorpemecahan masalah matematik yang diharapkan penelitian bisa berjalan dengan dapat digunakan sebagai berikut: baik. 1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, dalam penelitian ini mencakup (1) tahap 2) Membuat model matematis dari suatu situasi atau Adapun rancangan yang dilaksanakan masalah sehari-hari perencanaan dan (2) tahap pelaksanaan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. danmenyelesaikannya, Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3) Memillih dan menerapkan strategi untuk 18 Banda Aceh dengan subjek penelitian siswa menyelesaikan masalahmatematika dan kelas VII-4 SMP N 18 Banda Aceh dengan atau di luar matematika, jumlah 4) Menjelaskan hasil atau sesuai sertamemeriksa menginterpretasikan permasalahan asal kebenaran hasil atau jawaban, dan siswa sebayak dikumpulkan kegiatan melalui 25 lembar pembelajaran, pemecahan masalah, orang, observasi tes angket Data kemampuan siswa, dan wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya 5) Menerapkan matematika secara bermakna. diolah dengan rumus persentase an kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. METODELOGI PENELITIAN Penelitian Penelitian Penelitian PTK ini diawali dengan tes pra Tindakan Kelas (classroom action research), siklus untuk mengetahui tingkat kemapuan dengan siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu jenis ini termasuk HASIL PENELITIAN metode Poblem Solving. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penggunaaan metode proses Berdasarakan hasil investigasi menemukan dan terkendali memecahkan untuk masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara siklus solving. pra sikuls kemudian pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus dengan setiap siklus terdiri 1) dengan tujuan untuk Motivasi dan pemecahan masalah di kelas tertentu (Sa‟adun Akbar, problem Perencanaan, di kegiatan ini peneliti menyusun RPP, LKS dan Soal Tes 2) 2010:28). Pelaksanaan, yaitu menjalankan proses pembelajaran sesuia dengan rencana Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang telah disusun yang meliputi guru hanya berperan sebagai anggota tim kegiatan awal, kegiatan inti, penutup peneliti yang berfungsi untuk melaksanakan dan diakhiri dengan uji kemampuan tindakan seperti yang telah dirancang oleh pemecahan masalah. peneliti (Sanjaya, 2010:59). Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru 3) Observasi, Peneliti bersama guru matematika yang bertindak sebagai matematika kelas VII-4 SMP N 18 Banda pengamat Aceh. observasi terhadap keseluruhan aktivitas Dengan ISSN 2355-0074 adanya kolaboratif ini (observer) melakukan Volume 4. Nomor 1. April 2017 |55 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... yang terjadi selama berlangsungnya 4) 4) Melihat kembali ketika jawaban atau proses pembelajaran di kelas. sulusi sudah ditemukan (memeriksa Refleksi, hasil penyelesaian masalah). menilik kembali proses pembelajaran dengan yang telah dilakukan Dalam pembelajaran matematika yang setiap dilakukan di kelas VII-4 SMP Negeri 18 memaparkan keberhasilan yang telah dicapai dan Banda mengevaluasi menggunakan metode pemecahan masalah kembali setiap kekurangan yang ada peneliti tertarik untuk (problem solving) melalui guna meningkatkan 1. Kemampuan Pemecahan Masalah motivasi dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pembelajaran dengan metodeProblem Siswa Penyelesaian kegiatan Aceh, yang masalah sangat merupakan penting dalam Solving ini terdiri dari empat tahap yaitu memahami masalah, merencanakan pembelajaran matematika, karena prosedur penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah penyelesaian sesuai masalah dapat melatih rencana, dan memeriksa hasil kemampuan analisis siswa yang diperlukan pemecahan masalah. Dalam Bahan ajar yang untuk menghadapi masalah yang ditemuinya peneliti susun ini, terdapat rumusan-rumusan baik dalam pembelajaran matematika maupun masalah yang harus diselesaikan oleh para dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Problem siswa. Sesuai dengan makna pembelajaran Solving, biasanya permasalahan-permasalahan dengan Metode Problem solving (pemecahan tidak masalah) dimana belajar merupakan suatu tersajikan dalam peristilahan matematika. Permasalahan yang digunakan proses dapat diangkat dari permasalahan kehidupan menyelesaikan nyata (real life situation) yang pemecahannya matematika dalam membangun makna atau memerlukan ide matematika sebagai sebuah pemahaman. alat pembelajaran (tool). Menurut (Posamentier,1990:110) George urutan Polya pemecahan kegiatan aktif suatu Setelah dengan siswa untuk permasalahan diterapkannya Metode Problem Solvingtersebut terjadi peningkatan Motivasi masalah secara sistematis terdiri dari empat dan tahap yaitu: Matematika siswa kelas VII-4. Peningkatan 1) Mengetahui masalah (memahami masalah). 2) Menentukan Kemampuan Pemecahan Masalah tersebut terlihat dari hasil tes siswa dan angket yang memuat indikator indikator kompetensi (membuat matematika. Penelitian ini dilaksanakan dalam perencanaan penyelesaian pemecahan dua siklus. Pada tahap siklus I terdiri dari satu masalah). pertemuan, sedangkan pada tahap siklus dua 3) Melakukan rencana rencana (menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana). ISSN 2355-0074 terdiri dari dua pertemuan dan tiap siklus terdiri dari satu kali tes. Volume 4. Nomor 1. April 2017 |56 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... Berdasarkan analisis tes pada pra kemampuan pemecahan masalah matematika siklus, siklus I dan tes siklus II, dapat dilihat siswa. bahwa pemecahan masalah siswa. pembelajaran matematika dengan Berikut persentase kemampuan metode Problem Solvingdapat meningkatkan Tabel 1.Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa Tuntas/Tidak Tuntas dan skor rata-rata Ketuntasan Ketidaktuntasan Skor rata-rata No 1 2 3 Dari tabel diatas terlihat Pra siklus 16% 84% 30.8% bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa terjadi Tes Siklus Siklus I 48% 52% 52.53% Siklus II 80% 20% 68.93% persentase apabila disajikan dalam bentuk grafik. peningkatan dari siklus I ke siklus II, berikut 90 80 70 60 50 Tidak tuntas 40 Tuntas 30 Skor rata-rata 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 1. Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa Berdasarkan analisis tes pra siklus, Secara umum dapat disimpulkan bahwa siklus I dan tes siklus II, terjadi peningkatan pembelajaran matematika kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan Metode Problem solving dapat siswa dengan skor rata-rata 68.93% yang dapat meningkatkan dilihat dengan meningkat nya ketuntasan nilai Pemecahan Masalah Matematis. siswa kelas matematika siswa sebesar 48 %, pada siklus I VII-4 SMP Negri 18 Banda aceh dalam materi dan pada siklus II sebesar 80%. Berdasarkan Operasihitung pokok bahasan Bilangan Bulat. Motivasi dan dengan Kemampuan kualifikasi termasuk dalam kategori tinggi. ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |57 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... Motivasi belajar, siswa sangat tertarik dalam 2. Motivasi Siswa Angket yang digunakan yaitu angket mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Motivasi Belajar siswa. Angket Motivasi metode belajar siswa disusun untuk mengetahui tersebut mempunyai tiga proses pembelajaran seberapa besar Motivasi belajar siswa terhadap utama yaitu diskusi siswa dengan anggota pembelajaran kelompoknya matematika dengan problem solving. untuk Pembelajaran menyelesaikan menggunakan metode Problem Solving. Dari permasalahan yang diberikan guru, presentasi hasil analisis angket Motivasi belajar siswa siswa terdapat 9 siswa tergolong dalam kategori kelompoknya dan menyimpulkan materi yang sangat termotivasi, 14 siswa yang tergolong telah dalam kategori termotivasi dan satu siswa memberikan pendapatnya masing-masing baik yang tidak dalam forum kelompok maupun dalam forum termotivasi dengan persentase rata rata 2.8% kelas yang terjadi pada saat proses tanya jawab dan berdasarkan pedoman kategori tingkat setelah presentasi berlangsung. Berikut table mativasi hal tersebut termasuk dalam kategori kategori tingkat Motivasi belajar siswa. tergolong dalam kategori tentang dipelajari. hasil diskusi Sehingga siswa dengan dapat termotivasi. Berdasarkan analisis hasil angket Tabel 2. Kategori tingkat Motivasi belajar siswa NO 1 2 1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ISSN 2355-0074 Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Tingkat Motivasi 2.6 3.6 2.4 2.4 2.9 3.2 2.7 3.1 2.4 2.5 2.7 1.5 2.6 3.6 2.8 2.9 3.1 3.2 2.9 3.1 3.1 2.9 2.6 3.2 Kategori Termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Termotivasi Termotivasi Tidak termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Sangat termotivasi Termotivasi Termotivasi Sangat termotivasi Volume 4. Nomor 1. April 2017 |58 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... termasuk dalam kategori tinggi dan didukung KESIMPULAN Berdasarkan dan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan siswa analisis data yang diperoleh. Peneliti dapat yaitu 16% pada tes pra siklus meningkat 48% menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan pada siklus I dan meningkat 80% padasiklus masalah matematika siswa kelas VII-4 SMP II yang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil Negeri tersebut juga didukung dari hasil angket 18 Banda hasil penelitian Aceh mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan Motivasi dengan meningkatnya kemampuan pemecahan matematika denga persentase rata-rata 2.8% masalah siswa yaitu dengan rata-rata skor pada tergolong dalam kategori „termotivasi” yang siklus I 52.53% termasuk dalam kategori telah dilakukan dengan metode Problem sedang dan skor pada siklus II 68.93% solving. ISSN 2355-0074 belajar terhadap pembelajaran Volume 4. Nomor 1. April 2017 |59 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya. Asikin. 2011.implementasi pendekatan pmecahan masalah (problem Solving) untuk Meningkatkan kompetensi Matematika Siswa.Disertai. yogyakarta. UNY Azwar, Saifuddin. 2010. Motivasi dalam belajar. Diambil tanggal http://azwar.staff.ugm.ac.id/files/2010/05/Motivasi-dalambelajar1.pdf 16 mei 2014. Bell Frederick. 1978. Teaching And Learning Mathematics The Secondary School. Lowa : Wm C. Brown Company Publisher Bamberger and Oberdorf. 2007. Introduction to Connection: Grades 3-5. PortSmouth: Heinemann‟s Math Process Standards Series . Dimayanti dan Mujino. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Erman Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI Hamzah 2003. Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika SiswaSekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung melalui PendekatanPengajuan Masalah. Bandung: Disertasi SPs UPI. Kisworo, A. 2000. Pembelajaran Pemecahan Masalah pada PembelajaranGeometri di Kelas I SMU Petra 5 Surabaya. Tesis. Surabaya : PPS Mathematics Through Problem solving. Dalam http://www.mathgoodies.com/articles/. diakses April 2016. Margarani. 2014. Upaya meningkatkan Motivasi dan Kemampuan pemecahan masalah matematika dengan contextualteaching & learning siswa kelas VII eSMP N 1 Srandakan. Disertai. Universitas PGRI Yogyakarta. Mawaddah, Anisah. 2015. Kemampuan pemecahan masalah Matematis siswa pada pembelajaranMatematika dengan menggunakan model pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP. Disertai. Universitas Lambung Mangkurat. Novita, R. 2012. “Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Matematika Model Pisa Level Moderate Dan Most Difficult Untuk Siswa Sekolah Dasar”. Disertai. Universitas Sriwijaya Kemp, Jerold E. 1977. Instructional Design. California: David S Lake Publishers Komariah, K. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem SolvingModel Polya Untuk MeningkatkanKemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas Ix JDi Smpn 3 Cimahi” disertai., Universitas Negeri Yogyakarta Polya, G. 1990. How To Solve It second edition. New Jersey: Princeton University Press. Primandari. 2010. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas viiia SMP N 2 Nanggulandalam pembelajaran Matematika pokok bahasanbangun ruangmenggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pair-square. Disertai. Universitas negeri yogyakarta ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |60 Fitriati dan Jazuli, Peningkatan Motivasi dan... Suydam, M. N. “Untangling clues from research on problem solving” dalam Krulik, S. & Reys, R. E. (editor). 1980. Problem solving in school mathematics. New York: the National Council of Teachers of Mathematics, Inc. Sumardyono. Kepala Unit Litbang atau R&D pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika). Kandidat Doktor Matematika UGM. Suharsimi Arikunto, Aksara dkk . 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Depdiknas Dirjen Dikdasmen PPPGMatematika. Yogyakarta. Turmudi. 2008. Pemecahan Masalah Matematika pdf diakses pada tanggal 4 april 2016, dari: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_Matematika/196101121987 031-Turmudi/. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasi Pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana . ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |61