BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Keuntungan Sewa 1. Pengertian Sewa Sewa atau lease berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) paragraf 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Diparagraf 6 PSAK 30 (Revisi 2007) juga menyebutkan bahwa definisi sewa termasuk kontrak untuk menyewa asset dengan pemberian opsi kepada penyewa untuk memperoleh hak milik atas aset dengan memenuhi ketentuan yang disepakati. Kontrak ini sering disebut kontrak sewa-beli. Menurut Stice, Stice and Skousen (2009:288) lease adalah sebuah kontrak yang merinci persyaratan-persyaratan dimana pemilik properti yaitu lessor (yang menyewakan) mentransfer hak penggunaan properti kepada lessee (penyewa). Lease menurut Kieso, Weygandt and Warfield (2011:1121) adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee dimana memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan aktiva khusus yang dimiliki oleh lessor 7 sesuai jangka waktu yang disepakati, sebagai gantinya lessee melakukan serangkaian pembayaran kepada lessor. Lease menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran angsuran. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Sewa adalah perjanjian untuk penyerahan hak guna atas aktiva atau barang modal yang dimiliki oleh lessor (yang menyewakan) kepada lessee (penyewa) dengan serangkaian pembayaran secara berkala sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan berbagai pilihan alternatif pada saat masa sewa berakhir, yaitu berpindah kepemilikan atau hanya berakhir masa sewa nya saja. 2. Keuntungan Sewa lessor dan lessee mempunyai keuntungan dari transaksi sewa. Berikut tiga keuntungan utama bagi lessee menurut Stice, Stice and Skousen (2009:289) : 8 1. Tanpa Uang Muka Perjanjian Sewa sering kali disusun sedemikian rupa sehingga 100% nilai properti didanai melalui Sewa, meskipun banyak juga lease yang mengharuskan pembayaran dimuka, seperti pada lease kendaraan. 2. Menghindari Resiko Kepemilikan Terdapat banyak resiko yang terkait dengan kepemilikan aktiva tetap. Seperti kerugian karena kecelakaan, keusangan, perubahan kondisi ekonomi, dan kemerosotan nilai fisik. 3. Fleksibilitas Jika suatu aset disewa guna usaha, sebuah perusahaan akan dengan mudah mengganti aktiva yang lama dengan aktiva yang baru. Fleksibilitas ini khususnya penting dalam bisnis yang melibatkan inovasi dan perubahan teknologi yang mengakibatkan ketidak pastikan akan manfaat dari beberapa peralatan dan fasilitas. Masih menurut Stice, Stice and Skousen ( 2009 : 290) lessor juga mempunyai beberapa keuntungan dari transaksi Sewa sebagai berikut : 1. Meningkatkan Penjualan Bagi perusahaan yang tidak mampu membeli aktiva tetap merupakan keuntungan utama bagi lessor untuk menawarkan ke pelanggan potensial dengan pilihan sewa guna usaha. Hal ini akan berdampak peningkatan penjualan bagi produsen atau penyalur. 9 2. Hubungan yang Berkelanjutan dengan Lessee Dalam situasi sewa guna usaha, lessor dan lessee menjaga hubungan melewati suatu periode waktu hubungan bisnis jangka panjang 3. Mempertahankan Nilai Sisa Dalam perjanjian sewa guna usaha dengan operating lease, memungkinkan lessor dapat memperoleh keuntungan apabila kondisi ekonomi menghasilkan nilai sisa yang signifikan pada akhir periode sewa sehingga lessor dapat menyewakan aktiva tetap ke lessee lain atau menjualnya dan mendapatkan keuntungan segera. Selain berbagai keuntungan yang didapatkan dari leasing, terdapat pula beberapa kelemahan, diantaranya : Leasing relatif lebih mahal dibandingkan dengan pembiayaan kredit 1. dari Bank, mengingat sumber dana biasanya diperoleh dari Bank 2. Akan timbul masalah prestise antara memiliki aktiva dengan modal sendiri dibandingkan dengan Sewa Lessor akan menanggung resiko lebih besar dalam lease property jika 3. terjadi kebakaran atau kerusakan atas property yang di Sewa B. Kriteria Klasifikasi Sewa Terdapat empat kriteria umum Sewa bagi lessee dan lessor yaitu pengalihan kepemilikan, opsi pembelian, umur ekonomis, dan nilai pasar yang wajar. Kriteria klasifikasi sewa guna usaha dapat dijabarkan dalam bagan sebagai berikut : 10 Sewa Guna Usaha Modal Sewa Guna Usaha Operasi Ya Penyerahan Kepemilikan? Tidak Ya Opsi Pembelian Murah? Tidak Ya Masa Sewa Guna Usaha ≥ 75% Masa Manfaat Tidak Ya Nilai Sekarang Pembayaran ≥ 90% Nilai Wajar? Tidak Tambahan kriteria pengakuan pendapatan yang dapat diterapkan oleh lessor : 1) Ketertagihan dari pembayaran minimum sewa guna usaha dapat diprediksikan secara memadai 2) Tidak ada ketidakpastian yang penting tentang jumlah biaya yang belum dikeluarkan yang harus dibayar oleh lessor Lessee : sewa guna usaha modal jika salah satu kriteria terpenuhi Lessor : sewa guna usaha modal jika satu kriteria umum terpenuhi dan kedua kriteria pengakuan pendapatan terpenuhi Sumber : Stice, Stice and Skousen, Akuntansi Intermediate (2009:298) 11 Berikut penjelasan bagan kriteria klasikasi umum sewa guna usaha untuk lessee dan lessor : 1. Penyerahan Kepemilikan Jika perjanjian Sewa terdapat klausul yang menyatakan mentransfer penuh kepemilikan aktiva tetap kepada lessee pada akhir masa sewa maka terpenuhi kriteria sebagai sewa guna usaha modal atau finance lease. Kriteria klasifikasi transfer kepemilikan ini merupakan kriteria yang paling objektif dan dapat diterapkan dengan mudah dalam praktik. 2. Opsi Pembelian Murah Kriteria ini terpenuhi sebagai finance lease jika terdapat ketentuan dalam perjanjian Sewa yang memungkinkan lessee untuk membeli aktiva tetap yang disewa guna usaha dengan harga yang relatif lebih murah dari pada nilai pasar wajar yang diharapkan pada tanggal opsi tersebut dapat dilaksanakan. 3. Masa Sewa Guna Usaha ≥ 75% Masa Manfaat Jika masa Sewa sama dengan atau lebih dari 75% masa manfaat aktiva tetap yang disewa 4. Nilai Sekarang Pembayaran ≥ 90% Nilai Wajar Jika pada permulaan masa sewa guna usaha, nilai sekarang pembayaran Sewa minimum sama dengan atau lebih besar dari 90% dari nilai pasar wajar aktiva tetap yang di sewa guna usaha, maka termasuk finance lease. 12 Klasifikasi Sewa menurut PSAK 30 (Revisi 2007) paragraf 8 menyebutkan bahwa suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Contoh dari situasi secara individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan sesuai Paragraf 10 PSAK 30 (Revisi 2007) adalah : 1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa 2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, 3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset 4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan 5. aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material Masih menurut PSAK 30 (Revisi 2007) pada Paragraf 11 menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikasi dari situasi yang secara sendiri-sendiri maupun gabungan dapat juga menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan (finance lease) sebagai berikut: 13 1. jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee 2. laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee 3. lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa atau periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar Dari penjabaran mengenai kriteria klasifikasi Sewa tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan klasifikasi Sewa tidak tergantung pada bentuk legal perjanjian atau kontrak nya melainkan substansi seluruh resiko dan manfaat aktiva yang di Sewa kan. C. Jenis Sewa Setelah mengetahui kriteria pengklasifikasian transaksi Sewa, maka dapat diketahui beberapa jenis sewa bagi lessee menurut Kieso,Weygandt and Warfield (2011:1125) sebagai berikut: 1. Finance lease (Sewa Pembiayaan) Apabila kriteria transaksi sewa yang dilakukan oleh lessee memenuhi salah satu kriteria klasifikasi yaitu adanya transfer kepelimilikan pada akhir sewa, adanya opsi pembelian, masa sewa untuk sebagian besar masa manfaat aktiva, dan nilai kini pembayaran sewa minimum secara substansi mendekati nilai wajar maka dapat dikategorikan sebagai finance lease. 14 2. Operating lease (Sewa-Menyewa Biasa) Jika tidak memenuhi salah satu dari empat kriteria klasifikasi maka dikategorikan sebagai operating lease atau sewa menyewa biasa Selain jenis sewa bagi lessee, lessor juga mempunya beberapa jenis sewa menurut Kieso,Weygandt and Warfield (2011:1136) sebagai berikut. 1. Finance lease - Sales type leases (Sewa penjualan) Sewa jenis ini merupakan sewa pembiayaan (finance lease) bagi lessor di mana tidak terdapat selisih antara nilai wajar dengan nilai buku aktiva lessor, jadi keuntungan yang diperoleh dari keuntungan pendapatan sewa. selisih ini merupakan laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang menggunakan leasing sebagai cara untuk memasarkan produk. 2. Finance lease – Direct Financing Method Sewa jenis ini merupakan sewa pembiayaan (finance lease) bagi lessor di mana terdapat selisih antara nilai wajar dengan nilai buku aktiva lessor, jadi terdapat dua keuntungan yang diperoleh lessor dari transaksi sewa jenis ini yaitu keuntungan atau kerugian langsung dari selisih harga nilai wajar dan nilai buku aktiva yang di sewa dan yang kedua keuntungan pendapatan bunga. 3. Operating lease 15 Seperti jenis sewa bagi lessee, bagi lessor juga sama apabila tidak memenuhi salah satu dari empat kriteria klasifikasi maka dikategorikan sebagai operating lease atau sewa menyewa biasa D. Pihak yang Terlibat dalam Sewa Sewa melibatkan beberapa pihak, dan semua pihak saling berkaitan dengan ikatan perjanjian. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi sewa menurut Kieso,Weygandt and Warfield (2011:1121) sebagai berikut : 1. Lessee (Penyewa) Merupakan pihak yang menyewa dan mempunyai hak untuk menggunakan aktiva tetap baik sewa pembiayaaan maupun sewa operasi dari lessor. 2. Lessor (yang menyewakan) Merupakan pihak yang memberikan jasa sewa baik untuk sewa pembiayaan maupun sewa operasi kepada lessee. Lessor pada prakteknya merupakan pihak ketiga antara lessee dengan supplier. Lessor terdapat tiga kategori : a. Bank Bank adalah pemain terbesar sebagai lessor dalam usaha leasing dikarenakan mempunyai dana dengan suku bunga rendah dibandingkan dengan perusahaan pembiayaan lainnya. b. Captive Leasing Companies Merupakan perusahaan leasing sebagai anak perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha utamanya untuk mendukung usaha 16 perusahaan induk. Pada prakteknya seperti yang terjadi pada bisnis kendaraan Toyota, maka Toyota Astra Financial Services (TAFS) merupakan perusahaan leasing yang bisnis utamanya adalah mendukung leasing kendaraan Toyota. c. Independents Merupakan perusahaan leasing yang selalu mengembangkan inovasi terhadap kontrak-kontrak yang dilakukannya dengan lessee. Mereka memulai usahanya sebagai Captive Finance untuk beberapa perusahaan yang tidak mempunyai anak perusahaan leasing. E. Akuntansi Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee 1. Sewa Pembiayaan (finance lease) Transaski sewa pembiayaan (finance lease) yang dilakukan oleh lessee lebih mirip dengan transaksi pembelian sebuah aset dengan persyaratan kredit. Aktiva tetap dan hutang dicatat sebesar nilai sekarang dari pembayaran minimum sewa di masa depan. PSAK 30 (Revisi 2007) mengatur bahwa pada awal masa sewa lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aktiva tetap sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum apabila nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Dan yang perlu diperhatikan, transaksi harus dicatat dan disajikan sesuai 17 substansi dan realitas keuangannya bukan selalu mengikuti bentuk legalnya. Jika transaksi atas sewa tidak dicantumkan dalam neraca lessee, maka sumber daya ekonomi dan tingkat kewajiban perusahaan menjadi terlalu rendah (understated). Maka dari itu, sewa pembiayaan diakui dalam neraca sebagai aktiva dan kewajiban untuk pembayaran dimasa depan. Pembayaran atas sewa minimum yang dilakukan oleh lessee harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban. Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodic yang konstan atas saldo kewajiban. Transaksi sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aktiva tetap yang dapat disusutkan dan beban keuangan dalam setiap periode akuntansi. Kebijakan penyusutan untuk aktiva tetap yang disewa harus konsisten dengan penyusutan aktiva tetap sendiri, dan perhitungan penyusutan harus berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang aset tetap. Penyusutan dari aktiva tetap sewa dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama perkiraan masa penggunaan dengan dasar yang sistematis dan konsisten dengan kebijakan penyusutan yang dimiliki. 18 Lessee juga harus mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan sewa pembiayaaan sesuai ketentuan dalam PSAK No. 30 (Revisi 2007) sebagai berikut : a. Jumlah netto tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal neraca b. Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal neraca c. Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut, dimana yang dimaksud dengan rental kontinjen adalah bagian dari pembayaran sewa yang jumlahnya tidak tetap tetapi didasarkan pada perubahan faktor tertentu di masa depan d. Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal neraca. e. Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material 2. Sewa Operasi (operating lease) Sewa operasi diatur dalam PSAK 30 (Revisi 2007) paragraf 29 dan 31, dimana dapat dijelaskan sebagai berikut : pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar metode garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati 19 pengguna. Didalam sewa operasi, pembayaran sewa yang dilakukan tidak termasuk biaya jasa seperti biaya asuransi dan pemeliharaan. 3. Ilustrasi Metode Finance Lease Contoh penerapan metode finance lease berdasarkan buku Stice, Stice and Skousen (2009:304) sebagai berikut : Sebuah lessee company menyewa guna usaha peralatan dari lessor company dengan persyaratan sebagai berikut : a. Periode sewa guna usaha : 5 tahun, dimulai 1 Januari 2008, tidak dapat dibatalkan b. Jumlah sewa guna usaha : $65.000 pertahun dibayar dimuka, termasuk $5.000 untuk biaya pelaksanaan c. Perkiraan umur ekonomis peralatan : 5 tahun d. Nilai sisa peralatan yang diharapkan pada akhir periode sewa guna usaha : tidak ada e. Suku bunga 10% f. Pembayaran sewa dilakukan setiap tanggal 31 Desember dan pada akhir masa sewa peralatan menjadi hak milik lessee Penyelesaian : 1. Penentuan Klasifikasi Sewa Sewa ini memenuhi kriteria sewa pembiayaan karena sudah memenuhi kriteria International Accounting Standard (IAS) 17 : Leases paragraf 10 atau apabila di Indonesia sudah tercantum 20 dalam PSAK No. 30 tentang Sewa paragraf 10 yaitu sewa mengalihkan kepemilikan peralatan kepada lessee pada akhir masa sewa dan masa sewa sama dengan umur ekonomi peralatan. 2. Pencatatan lessee pada awal periode sewa Nilai sekarang dapat dihitung dengan menambahkan jumlah pembayaran pertama ke nilai sekarang dari anuitas empat tahun pembayaran yang tersisa, perhitungan sebagai berikut : = = $60.000 + ($60.000 x 3.1699) = $250.192 a) Jurnal untuk mencatat pengakuan peralatan atas sewa pembiayaan pada tanggal 1 Januari 2008 Peralatan – Lease $250.192 Kewajiban – Lease $250.192 b) Jurnal untuk mencatat pembayaran pertama sewa pembiayaan termasuk biaya pelaksanaan $5.000 pada tanggal 1 Januari 2008 Beban Lease $ 5.000 Kewajiban – Lease $60.000 Kas $ 65.000 21 3. Pencatatan lessee pada tanggal 31 Desember 2008 a. Pencatatan penyusutan peralatan Beban Penyusutan Peralatan – Lease $ 50.038 Akum. Peny. Peralatan – Lease $ 50.038 Perhitungan penyusutan : $ 250.192 / 5 = $50.038 b. Pencatatan pembayaran kedua Biaya dibayar dimuka – Peralatan Lease $ 5.000 Kewajiban – Lease $40.981 Beban Bunga $19.019 Kas $ 65.000 Perhitungan bunga tahun ke-2 = ($ 250.192 - $60.000 ) x 10% = $19.019 22 4. Tabel skedul pembayaran lease Tanggal Deskripsi Jumlah 01/01/2008 Saldo awal 01/01/2008 Pembayaran 1 $60.000 31/12/2008 Pembayaran 2 $60.000 31/12/2009 Pembayaran 3 31/12/2010 31/12/2011 Beban Pokok Kewajiban Bunga Kewajiban - Lease $250.192 $60.000 $190.192 $19.019 $40.981 $149.211 $60.000 $14.921 $45.079 $104.132 Pembayaran 4 $60.000 $10.413 $49.587 $ 54.546 Pembayaran 5 $60.000 $ 5.455 $54.545 5. Neraca (sebagian) lessee company per 31 Desember 2008 Lessee Company Neraca (sebagian) Per 31 Desember 2008 Aktiva Hutang Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Biaya dibayar dimuka – peralatan lease Kewajiban Tidak Lancar $250.192 kurang : akum. peny $ 50.038 Nilai bersih $45.079 $ 5.000 Aktiva Tetap Peralatan – Lease Kewajiban – lease $200.154 23 Kewajiban – lease $104.132 6. Laporan Laba Rugi (sebagian) lessee company untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008 Lessee Company Laporan Laba Rugi (sebagian) Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2008 Pendapatan Beban Usaha : Beban lease $ 5.000 Beban Peny. Peralatan Lease $50.038 $55.038 Pendapatan/Beban Lain-lain Beban bunga $19.019 7. Pencatatan lessee pada akhir masa lease untuk mengalihkan kepemilikan Peralatan Lease menjadi peralatan lessee company Peralatan $250.192 Akum.Peny. Peralatan Lease $250.192 Peralatan lease $250.192 Akum.Peny. Peralatan $250.192 24 F. Akuntansi Sewa dalam Laporan Keuangan Lessor 1. Sewa Pembiayaan Lessor mengakui aktiva yang di sewa kan sebagai piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto aktiva tersebut. Penerimaan piutang sewa diperlakukan lessor sebagai pembayaran pokok dan penghasilan pembiayaan (finance income) yang diterima sebagai penggantian dan imbalan atas investasi dan jasanya. Hal ini dikarenakan semua resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan legal atas aktiva dialihkan dari lessor kepada lessee. Lessor mengakui penghasilan atas sewa pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan. Pembayaran sewa dalam suatu periode, diluar biaya jasa, dikurangkan dari investasi sewa bruto untuk mengurangi pokok dan penghasilan pembiayaan tangguhan. Aktiva dalam sewa pembiayaan lessor yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam suatu kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual), maka perlakuan akuntansi untuk aset tersebut sebagai berikut : a. Disajikan sebagai aktiva tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya terutama dapat dipulihkan melalui transaksi penjualan dari pada penggunaan lebih lanjut 25 b. Diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai wajar setelah dikurangi beban penjualan aktiva tersebut, c. Diungkapkan dalam laporan keuangan unmtuk memungkinkan evaluasi dampak keuangan dari adanya perubahan penggunaan aktiva Lessor (yang menyewakan aktiva) dapat dilakukan oleh pabrikan atau dealer, karena sudah sering ditemui pabrikan atau dealer seringkali menawarkan pilihan untuk membeli atau menyewakan aktiva kepada para pelanggannya. Sewa pembiayaan yang dilakukan oleh lessor pabrikan atau dealer atas aset yang dimiliknya memberikan dua jenis penghasilan yaitu : a. Laba atau rugi yang ekuivalen dengan laba atau rugi dan penjualan biasa atas aktiva yang disewakan pada harga normal setelah dikurangi potongan penjualan, jika ada, dan b. Penghasilan pembiayaan selama masa sewa Lessor pabrikan atau dealer mengakui pendapatan penjualan diawal masa sewa sebesar nilai wajar aset, atau jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum yang dihitung pada tingkat bunga pasar. Biaya penjualan di awal sewa adalah biaya perolehan dari aktiva sewaan dikurangi nilai kini dari nilai residu yang tidak dijamin. Perbedaan antara pendapatan penjualan dan biaya penjualan adalah laba penjualan yang diakui sesuai kebijakan entitas terhadap penjualan biasa. 26 Berikut hal-hal yang harus diungkapkan oleh lessor untuk sewa pembiayaan sesuai PSAK No. 30 (Revisi 2007): a. Rekonsiliasi antara investasi bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum pada tanggal neraca. b. Penghasilan pembiayaan tangguhan c. Nilai residu yang tidak dijamin yang diakru sebagai laba lessor d. Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa minimum e. Rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan f. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material. 2. Sewa Operasi Aktiva untuk sewa operasi disajikan oleh lessor di neraca sesusai sifat aset tersebut, apakah termasuk aktiva berwujud lancar atau tidak lancar. Sedangkan untuk pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu manfaat penggunaan aset sewaan menurun. Pendapatan sewa diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa walaupun penerimaan sewa tidak dengan dasar hal tersebut. Selain pendapatan, biaya-biaya termasuk biaya penyusutan yang terjadi untuk memperoleh pendapatan 27 sewa diakui sebagai beban. Biaya langsung awal yang telah dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa. Lessor harus mengungkapan hal-hal berikut ini dalam sewa operasi : 1) Jumlah keseluruhan pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak dapat dibatalkan 2) Total rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan 3) Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor G. Laporan Laba Rugi 1. Definisi Laba Kieso, Weygandt and Warfield (2008: 140) mendefinisikan Laporan Laba-Rugi sebagai laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Entitas usaha menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Informasi yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah infomasi mengenai laba dengan sebelumnya melihat aktivitas pendapatan dan biaya. Pendapatan dapat 28 ditunjukan dari sektor penjualan sedangkan aktivitas biaya ditunjukkan beberapa komponen biaya seperti harga pokok penjualan sebagai pembentuk atas laba kotor penjualan, dan biaya-biaya yang terjadi selama aktivitas satu periode. Laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan mempunyai unsur subyektifitas dikarenakan adanya ketentuan bahwa beban-beban yang disajikan diklasifikasikan berdasar pada sifat atau fungsi beban tersebut di dalam perusahaan. Unsur utama laporan laba rugi ada 4 hal menurut Kieso, Weygandt and Warfield (2008: 143) sebagai berikut: a. Pendapatan Merupakan arus kas masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman hasil produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan b. Beban Merupakan arus kas keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang 29 merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. c. Keuntungan Merupakan kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi yang berasal dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. d. Kerugian Merupakan penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. Perbedaan antara pendapatan dengan keuntungan dan antara beban dengan kerugian sangat bergantung pada aktivitas normal perusahaan, dengan kata lain bahwa pendapatan dan beban merupakan bagian dari operasi normal perusahaan sedangkan keuntungan dan kerugian bukan berasal dari bagian operasi normal perusahaan. Peraturan standar akuntansi keuangan di Indonesia memungkinkan tiap-tiap perusahaan untuk memodifikasi pengelompokan pos pendapatan dan beban walaupun harus tetap dalam koridor materialitas dan fungsi dari klasifikasi pendapatan dan beban. Hal ini bukan hanya memberikan dampak positif terhadap laporan laba rugi yang dihasilkan karena laporan 30 akan lebih berkualitas dengan keleluasaan pengelompokan fungsi dari pos pendapatan dan beban tersebut, sedangkan dampak negatif dari keleluasaan ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang tidak bertanggung jawab untuk menyajikan laporan laba rugi yang telah dimodifikasi sesuai keperluan biasanya untuk memperkecil pajak perusahaan dan pengajuan kredit ke bank. 2. Tujuan Pelaporan Laba Rugi Laba merupakan pencapaian hasil akhir dari transaksi usaha, oleh karena itu laba mempunyai arti penting bagi perusahaan sehingga pelaporan laba harus dilakukan. Pelaporan laba biasanya bertujuan untuk: a. Mengetahui indikator dan efisiensi penggunaan sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian atas investasi; b. Mengukur prestasi atau kinerja manajemen; c. Dasar penentuan besarnya pajak tahunan perusahaan; d. Dasar perhitungan dan pembagian deviden; Pelaporan laba rugi pada dasarnya mempunyai dua bentuk yaitu bentuk langsung (single step income statement) dan bentuk bertahap (multiple step income statement). Perbedaanya terlihat jelas pada pengelompokan unsur-unsur pada laporan laba rugi, apabila bentuk langsung yang termasuk unsur pendapatan dikelompokan menjadi satu baik 31 yang berhubungan dengan operasi normal perusahaan maupun sampingan begitu juga dengan unsur beban. Laporan laba rugi bentuk bertahap (multiple step income statement) akan menyajikan sebagian atau semua bagian atau sub bagian berikut ini : a. Bagian Operasi Bagian yang melaporkan pendapatan dan beban dari operasi utama perusahaan 1) Bagian Penjualan atau Pendapatan Merupakan subbagian yang menyajikan penjualan, diskon dan retur penjualan dan informasi lainnya yang berhubungan dengan penjualan, tujuannya adalah untuk memperoleh jumlah bersih pendapatan penjualan. 2) Bagian Harga Pokok Penjualan Merupakan subbagian yang menunjukan harga pokok barang yang dijual untuk mendapatkan laba kotor penjualan 3) Beban Penjualan Merupakan subbagian yang menyajikan daftar beban-beban yang berasal dari usaha perusahaan untuk melakukan penjualan 4) Beban Administrasi atau Umum Merupakan subbagian administrasi umum. b. Bagian Non Operasi 32 yang melaporkan beban-beban Laporan pendapatan-beban, keuntungan-kerugian yang berasal bukan dari aktivitas utama perusahaan atau tambahan perusahaan. Pada umumnya pos dalam bagian ini terdiri dari dua subbagian utama sebagai berikut : 1) Pendapatan dan Keuntungan Lain Merupakan subbagian yang mencantumkan daftar pendapatan dan keuntungan yang terjadi dari transaksi non operasi yang umumnya berupa nilai bersih dari beban yang terkait. 2) Beban dan Kerugian Lain Merupakan subbagian yang melaporkan daftar beban dan kerugian yang terjadi dari transaksi non operasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari setiap pendapatan dan keuntungan yang berhubungan. c. Pajak Penghasilan Bagian yang melaporkan pajak penghasilan yang dikenakan atas laba bersih dari operasi perusahaan d. Operasi yang Dihentikan Keuntungan atau kerugian material yang berasal dari disposisi segmen bisnis. e. Pos-pos Luar Biasa Keuntungan atau kerugian material yang bersifat tidak biasa dan jarang terjadi. 33 f. Laba Per Saham Laba per lembar saham yang berhak diperoleh para pemegang saham atas laba bersih yang diperoleh perusahaan disesuaikan dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. 3. Manfaat Laporan Laba Rugi Manfaat laporan laba rugi menurut Kieso, Weygandt and Warfield (2008: 140) bahwa laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara yaitu: 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan 2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. Informasi mengenai kinerja masa lalu digunakan untuk menentukan kecenderungan penting untuk penyediaan informasi tentang kinerja masa depan. 3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba – pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian memperlihatkan hubungan antara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai risiko kegagalan perusahaan meraih tingkat arus kas tertentu dimasa depan. 34 H. Neraca 1. Definisi Neraca Neraca merupakan laporan sistematis yang memberikan informasi tentang assets (sumber daya atau resources), kewajiban (liabilities), dan modal (Owner’s Equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan, akhir 6 bulan atau akhir tahun, oleh karena itu Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan pada suatu waktu tertentu ( snapshot keuangan perusahaan). Neraca (balance sheet) menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2008:190) merupakan laporan posisi keuangan yang melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan ini menyajikan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Assets didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang, atau disebut juga sebagai sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau kemampuan untuk mengurangi kas keluar (cash outflow). Kewajiban (liabilities) merupakan hutang yang harus dipenuhi oleh perusahaan pada masa yang akan datang sebagai ganti atas manfaat atau jasa yang diterima oleh perusahaan pada masa lalu. Modal sendiri 35 (Owner’s Equity) terdiri dari jumlah yang disetor oleh pemegang saham ditambah dengan laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan akumulasi laba yang tidak dibagi sebagai deviden dari keuntungan tahun-tahun sebelumnya. 2. Kegunaan Neraca Informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tersajikan dalam Neraca menjadikan laporan ini mempunyai beberapa kegunaan (Kieso, Weygandt, dan Warfield (2008:190), diantaranya : a. Merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan b. Sebagai informasi untuk menilai risiko perusahaan dan arus kas masa depan diantaranya untuk menganalisis likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendek yang pada umumnya semakin tinggi likuiditas semakin kecil risiko kegagalan perusahaan, sedangkan solvensi merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya pada saat jatuh tempo. Apabila perusahaan memiliki utang jangka panjang yang tinggi terhadap aktiva, maka perusahaan memiliki solvensi lebih rendah dari pada perusahaan serupa yang memiliki utang jangka panjang yang rendah. Perusahaan yang mempunyai banyak utang lebih berisiko 36 karena aktivanya diperlukan untuk membayar kewajiban tetap seperti untuk pembayaran pokok dan bunga. I. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu masih menguji penerapan akuntansi sewa oleh lessee berdasar pada PSAK 30 (2004) mengenai Akuntansi Sewa Guna Usaha dimana PSAK ini telah diganti dengan PSAK 30 (Revisi 2007) tentang Sewa. Beberapa peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui dan membandingkan atas pencatatan atas transaksi sewa dan penyajian laporan keuangan lessee dengan standar akuntansi sewa yang berlaku, dan penelitian memberikan hasil bahwa masih ada perusahaan yang masih belum melakukan pencatatan dan pelaporan akuntansi sewa sesuai standar akuntansi keuangan berlaku sebagaimana kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Samudra, Ria Dwiyanti (2008: 98). Oleh karena itu perlu diteliti juga pencatatan dan pelaporan transaksi sewa yang dilakukan oleh perusahaan penyewa (lessee) lainnya, mengingat sekarang banyak sekali transaksi sewa terutama untuk penyediaan aktiva tetap seperti kendaraan operasional dan peralatan mesin-mesin yang di sewa-belikan dengan cara sewa. 37