BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Arsitektur Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan manusia dan berkaitan dengan segi kehidupan, yaitu : seni, teknik, ruang, letak/geografi dan sejarah. Jika ditinjau dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan, seperti bentuk dan dekorasinya. Dari segi teknik, arsitektur dapat diartikan sebagai sistem dalam mendirikan sebuah bangunan, baik dalam proses perancangan, konstruksi dan struktur, maupun nilai estetikanya. Sedangkan dari segi ruang, arsitektur adalah upaya dalam memenuhi kebutuhan ruang manusia untuk melakukan berbagai aktifitas. Jika ditinjau dari segi sejarah dan letak/geografi, arsitektur adalah peninggalan sejarah pada suatu daerah dalam batasan waktu dan tempat tertentu. (Sumalyo,1997), sehingga arsitektur memiliki berbagai pengertian dan berkembang pada banyak sisi kehidupan, baik seni, teknik, ruang, maupun sejarah. Perkembangan arsitektur dipengaruhi dengan adanya perkembangan budaya, sehingga arsitektur selalu berkembang ataupun mengalami perubahan bentuk pada kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk hidup yang memiliki budaya. Perkembangan arsitektur menuju bentuk yang lebih kompleks sejalan dengan perkembangan peradaban, yaitu mencakup ruang dan waktu. Menurut Sumalyo (1997), sejarah perkembangan arsitektur di dunia berdasarkan ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural dibagi menjadi empat, yaitu: primitif, 9 Universitas Sumatera Utara 10 tradisional, klasik barat, dan modern. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah arsitektur modern. 1.2 Arsitektur Modern Arsitektur modern sudah mulai muncul di Eropa pada abad ke-16 yaitu pada masa Renaissance yang ditandai dengan terjadinya percampuran antara arsitektur Renaissance dengan Gotik sampai pada masa Neo-Klasik. Masa berakhirnya arsitektur klasik sejak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke-19, sehingga terjadi revolusi sosial dan ekonomi yang mendunia. Munculnya revolusi industri disebabkan karena terjadi perang dunia pada awal abad ke-19, sehingga pasca perang dunia I membutuhkan kecepatan dalam pembangunan karena banyak bangunan yang hancur dan membutuhkan pembangunan kembali dalam jumlah yang sangat besar. Pada saat ini, timbul lah gaya bangunan yang lebih mengutamakan fungsi dan teknologi karena mempertimbangkan kualitas bangunan dan banyak bangunan yang harus didirikan,sehingga melakukan sistem pabrikasi. Ciri-ciri umum arsitektur modern internasional pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, yaitu: asimetris, semua sisi bangunan dalam komposisi dan kesatuan bentuk, yaitu : kepala, badan, dan kaki bangunan menyatu dalam komposisi bangunan, dan tanpa ornamen. Universitas Sumatera Utara 11 Menurut Sumalyo (1997), pada arsitektur modern terdapat aliran-aliran seni, yaitu: 1. Art and Craft Revolusi industri terjadi menyebabkan berbagai jenis barang kebutuhan dibuat secara pabrikasi namun, kualitasnya menurun. Sebagai reaksi dari keadaan ini, timbul sebuah gerakan yaitu Art and Craft yang dipelopori oleh John Ruskin (1819-1900) dan William Morris (18341896). Pada gerakan ini tidak setuju dengan proses produksi secara pabrikasi karena mengasilkan produk yang terstandarisasi. Ruski merasa seniman tidak lagi merasakan proses produksi karena pelaksanaan yang terstandarisasi, sehingga menghambat kreativitas para seniman. Gerakan ini menginginkan setiap produk yang dihasilkan merupakan buatan tangan hasil kreativitas para seniman, mulai dari sistem strukturnya sampai pada ornamen-ornamennya. Gambar 2.1 Holy Trinity, Red House, dan Horniman Museum (Sumber : Wikipedia, visitlondon, saatchigallery ) 2. Nieuwe Kunts Aliran ini bermula dari Perancis dan Belgia, pada akhir abad ke-19. Pelopor aliran ini adalah HP. Berlage (1856-1934). Aliran ini memiliki tiga prinsip utama, yaitu orisinalitas, spiritualitas, dan rasionalitas. Universitas Sumatera Utara 12 Menurut Berlage, rasionalitas lebih mengarah ke desain, menekankan fungsi dan konstruksi dalam menciptakan bentuk pada bangunan. Aliran ini juga mulai meninggalkan ciri-ciri klasik yang realistis, natural dan statis dalam bentuk baru, penyederhanaan bentuk tumbuhan, lengkungan, dan bentuk geometris lainnya. Pada tahun 1915, Nieuwe Kunts terpecah menjadi dua bagian, yaitu: 2.1 Amsterdam School Amsterdam School merupakan gerakan arsitektural dan bagian dari gerakan ekspresionisme yang berkembang di Amsterdam pada tahun 1915-1930. Karya-karya Amsterdam School menekankan pada buah pikiran dari si perancang secara pribadi bukan pada estetika universal (Handinoto, 2010). Gerakan ini tidak setuju jika mesin digunakan sebagai alat penggandaan hasil karya, karena mereka sangat menghargai hasil karya estetika pribadi. Menurut de Wit (1983:29) dalam Handinoto (2010), ciri-ciri arsitektur Amsterdam School adalah secara umum terbuat dari batu bata hasil kerajinan tangan (brick expressionism), plastisitas yang besar dalam bentukannya, menggunakan ornamen pahatan, dan perbedaan pewarnaan pada aneka ragam “bata, lantai, dan kayu” memainkan peran tambahan dalam desain serta bentuk-bentuk yang sangat ekspresif, distorsi, dan bentuk yang melengkung lebih penting dibandingkan pelajaran yang rasional tentang kebutuhan perumahan untuk membawa kepada pembangunan atau pengembangan tipe ground plan yang baru. Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 2.2 Museum Het Schip, Het Sieraad, dan De Dageraad (Sumber : hetschip, straatkaart, iamsterdam) 2.2 De Stijl De Stijl merupakan aliran yang melakukan gerakan modernisasi dalam seni. Kelahiran dan perkembangan inovatif dalam seni dipelopori oleh kelompok De Stijl yang ada di Belanda dan sama halnya di tempat lain, yang awalnya dari seni lukis. Nama kelompok ini diambil dari nama sebuah majalah yang terbit pertama pada tahun 1917. Pada aliran seni, De Stijl dipelopori oleh Piet Modrian dan Van Doesburg. Tahun 1920, dalam majalah De Stijl berkonsentrasi pada idenya Modrian, kemudian mulai memuat pemikiran mengenai arsitektur. Arsitek utama dalam kelompok De Stijl adalah J.J.P Oud, Jan Wils, Robert Van’t Hoff, Gerrit Rietveld, dan Cornelis Van Eesteren. De Stijl mendapat pengaruh dari aliran kubisme yang mana pada masa itu berkembang aliran kubisme. Konsep De Stijl dalam bentukan yang murni, sehingga tercipta aliran Purism yang merupakan sifat teguh terhadap peraturan dari orang Belanda. Terdapat ungkapan yang mengatakan bersih dan murni adalah indah, sehingga menjadi hal yang penting dalam seni De Stijl. Konsep De Stijl juga menekankan terutama pada keharmonisan, kemudian keselarasan Universitas Sumatera Utara 14 dan keseimbangan yang hanya dapat digambarkan dalam bentuk abstrak dan dalam komposisi tidak dipengaruhi oleh hubungan antara objek dan dunia luar. Teori mengenai warna dan ruang merupakan dasar pada aliran De Stijl. Warna bukan hanya sekedar untuk dekorasi, tetapi juga untuk mendapatkan ruang. Warna dasar pada aliran ini adalah merah, biru, dan kuning dan warna tambahan adalah abu-abu dan hitam. Gaya arsitektur De Stijl tidak hanya berbentuk kubus, balok, dan dinding luar menyatu dengan dinding dalam, sehingga ruang luar dan dalam menyatu, tetapi juga menginginkan adanya pemisah antara dinding luar dan dinding dalam, sehingga ruang luar dan dalam terpisah. Gambar 2.3 Café De Unie, Schroder House, dan Henny House (Sumber : Pinterest, Wikipedia, Pinterest) 3. Art Deco Pada awal abad ke-20, aliran ini diterapkan dalam bentuk bangunan, terutama pada dekorasi bangunan dengan bentuk yang geometris. Aliran ini menunjukkan kesan mewah dan romantisme pada bentuk bangunan, menggunakan bahan yang mahal dan jarang digunakan pada gaya lain, mempunyai bentuk yang masif, kuat dan kokoh, sehingga Universitas Sumatera Utara 15 dapat bertahan lama. Aliran ini juga menggambarkan kemegahan dari sebuah bangunan. Gambar 2.4 Zoroastrian Centre, Grundtvig Church, dan Hotel Breakwater (Sumber : Pinterest, Commons.wikimedia, Architecturestyles) 4. Fungsionalisme, Rasionalisme, dan Cubisme Aliran fungsionalisme adalah aliran yang anti pada pengulangan bentuk-bentuk lama dengan menggunakan teknologi baru. Aspek keindahan tidak lagi dihubungkan dengan adanya ornamen atau dekorasi, tetapi keindahan timbul karena adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan. Arsitek pada aliran ini memandang tabu jika menciptakan hiasan atau ornamen dan bagian serta bentuk bangunan yang tidak memiliki fungsi. Aliran ini sering juga disebut rasionalisme karena didasari oleh rasional atau cara berpikir yang logis. Arsitek aliran ini juga menginginkan bentuk baru yang murni tanpa dekor, sehingga aliran ini sering disebut aliran arsitektur purism, yang mana ingin mewujudkan bangunan yang sederhana berupa komposisi bidang, balok, dan kubus serta memandang bangunan merupakan satu kesatuan bentuk, sehingga aliran ini sering disebut sebagai arsitektur kubisme. Universitas Sumatera Utara 16 Aliran kubisme merupakan gerakan paling revolusioner dalam seni rupa yang berkembang mula-mula di Perancis pada tahun 1907-1920an. Dalam dunia arsitektur aliran ini berkembang pada tahun 1917-1920an. Sejak munculnya aliran ini, unsur utama dan aspek yang paling dominan pada arsitektur adalah ruang, kedua adalah pencahayaan. Ruang dalam dan luar dibuat menyatu dan adanya hubungan antara ruang atas dan bawah, dan ruang-ruang yang bersebelahan, sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Dan yang ketiga adalah material. Gambar 2.5 Sekolah Bauhaus, Lovell House, dan Villa Savoye (Sumber : Wikipedia, Evermotion, Studyblue) 2.3 Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Nieuwe Bouwen di Belanda Nieuwe Bouwen merupakan arsitektur modern Belanda yang dipelopori oleh arsitek H.P Berlage. Arsitektur Nieuwe Bouwen lahir sejak akhir abad 19 dan berkembang pada abad 20 di Belanda (Handinoto,2010), namun istilah “Nieuwe Bouwen” diperkenalkan di Belanda sesudah tahun 1920 setelah perang dunia pertama. Bersamaan dengan penggunaan istilah Nieuwe Bouwen, istilah “Nieuwe Zakelijkheid” atau Objekvitas Baru juga digunakan, tetapi pada umumnya menggunakan istilah Nieuwe Bouwen yang berarti meninggalkan masa lalu dengan cara menyebarkan arsitektur kepada masyarakat baru dengan budaya baru untuk orang-orang yang telah dibebaskan sesudah perang dunia pertama. Universitas Sumatera Utara 17 Kesadaran bahwa aliran baru sudah muncul membuat masyarakat memberi permintaan sebuah solusi baru yang radikal untuk masalah ekonomi, sosial, dan budaya. Mereka yakin bahwa kelompok arsitek dan seniman akan membuat kontribusi yang aktif dalam proses pembaharuan. Istilah Nieuwe Bouwen hanya digunakan di negara Belanda, sedangkan di negara-negara yang menggunakan bahasa Jerman menggunakan istilah Neues Bauen atau Neue Sachlichkeit. Istilah Neue Sachlichkeit pertama kali digunakan pada tanggal 18 Mei 1923 di sebuah surat edaran oleh G.F Hartlaub, direktur dari Galeri Seni Mannheim. Arsitektur Nieuwe Bouwen banyak diterapkan terutama pada perencanaan kota dan perumahan, karena kota dan perumahan merupakan kebutuhan primer dan memiliki peran yang penting, serta saat itu mengalami proses pembaharuan karena sudah mengalami kerusakan akibat terjadinya perang dunia 1. Tidak hanya diterapkan pada perencanaan kota dan perumahan, melainkan juga diterapkan pada rumah kelas menengah, pabrik, kantor, restoran, bioskop, dan fasilitas umum (Kras, 1983; Kusno, 2009). Pada arsitektur Nieuwe Bouwen terdapat dua kelompok arsitek yang tidak homogen, yaitu kelompok arsitek Opbouw merupakan kelompok yang berasal dari Rotterdam dan kelompok arsitek De 8 yang berasal dari Amsterdam yang mana kedua kelompok ini kemudian bersatu menjadi De 8 in Opbouw setelah pertemuan CIAM di Swiss pada tahun 1928. Keduanya merupakan pilar utama Universitas Sumatera Utara 18 yang mendukung gerakan Nieuwe Bouwen di Belanda (Rebel, 1983). Berikut adalah penjelasan mengenai kelompok arsitek Opbouw dan De 8. 2.3.1 Opbouw Kelompok arsitek ini berasal dari Rotterdam dan didirikan oleh arsitek W.Kromhout dan M. Brinkman dan beranggotakan L.C Van der Vlugt, W.H Gispen, J.J.P Oud, M.A Stam, C. Van Eesteren, J.B Van Loghem, W. Van Tijen dan P. Zwart. Opbouw merupakan sebuah kelompok yang mana arsitek dan seniman menempatkan ide-ide mereka yang beranekaragam pada kelompok ini. Kelompok Opbouw juga menolak peran estetika yang dominan. Masuknya J.J.P Oud, Van Tijen dan Van Eesteren, terutama melalui pengaruh radikalisasi dari M.A Stam dan Van Loghem, perhimpunan ini menjadi sebuah pusat penyebaran arsitektur Nieuwe Bouwen. 2.3.2 De 8 Kelompok ini berasal dari Amsterdam didirikan pada tahun 1927 oleh B.Merkelbach, Ch. Karsten, J.Van den Bosch, J. Groenewegen, H Van de Pauwert dan P. Verschuyl. Kelompok De 8 merupakan sekelompok arsitek muda yang pragmatis dalam masyarakat yang mencoba melakukan perbaikan dalam arsitektur. Prinsip dari kelompok ini adalah anti estetika, tidak dramatis, tidak romantis, dan kubisme. Selain itu, kelompok ini berlawanan dengan konsep ekspresionisme arsitektur Amsterdam School dan lebih terkait dengan fungsionalisme dan idenya H.P Berlage mengenai perumahan dan kesederhanaan bentuk. Pada tahun 1928, A Boeken, J. Duiker, dan J.G Wiebenga menjadi anggota kelompok De 8. Prinsip dari De 8 adalah dalam pembangunan perumahan Universitas Sumatera Utara 19 dan perkotaan perlunya cahaya, udara, penghijauan, dan keamanan. Area hijau merupakan akomodasi untuk bangunan-bangunan publik seperti sekolah, gereja, ruang baca, restoran, dan lain sebagainya. (Dietz, et al, 1995) Kelompok Opbouw dan De 8 membentuk dasar untuk gerakan Nieuwe Bouwen Fungsionalisme di Belanda. Kedua kelompok ini menciptakan kontribusi yang kuat untuk penciptaan sebuah konsep arsitektural yang sesuai dengan budaya baru yang mana masyarakat menaruh kepercayaan mereka sesudah terjadi bencana perang dunia 1. Realisasi konsep tersebut terlihat jelas pada sejumlah bangunan pada tahun 1920an. Pada tahun 1928, setelah pertemuan awal dari CIAM (Congres Internationaux d’Architecture Moderne) di La Sarraz, Swiss gerakan Nieuwe Bouwen menjadi gerakan yang kuat melalui penggabungan kelompok fungsionalis Amsterdam, yaitu De 8 dengan kelompok Opbouw. Formasi ini disebut De 8 in Opbouw, yang tetap aktif sebagai sayap CIAM dari Belanda sampai tahun 1943 (Frampton, 1994). Pada tahun 1932, majalah De 8 en Opbouw diedarkan. Majalah ini sangat penting bagi gerakan Nieuwe Bouwen dan merupakan sarana untuk mengembangkan ide-ide pada arsitektur. Pada artikel yang ada di dalam majalah tersebut terdapat serangan terhadap Amsterdam School dan mengekspresikan pandangan politik yang terang-terangan, padahal menurut Merkelbach dan Duiker, arsitektur tidak ada hubungannya dengan politik (Dietz,et al, 1995). Universitas Sumatera Utara 20 2.4 Konsep Nieuwe Bouwen Nieuwe Bouwen merupakan sebuah arsitektur baru yaitu : material baru (beton, kaca, dan baja), struktur baru, dan metode produksi yang baru. Kata “baru” menjadi kata kunci untuk gerakan ini. Konsep dari Nieuwe Bouwen adalah sebuah arsitektur yang fleksibel, cahaya, transparan, kesehatan dan higienis (Muller, 2011). Yang terpenting dan merupakan slogan utama arsitektur Nieuwe Bouwen adalah cahaya, udara, dan ruang (Ibelings,1995). Konsep ini disebarkan di kongres CIAM (Rebel, 1983). Bentuk universal dari arsitektur ini adalah kubus dan silinder. Beberapa arsitek utama dari Arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu J.J.P Oud, Rietveld, dan Van Eesteren berasal dari arsitektur De Stijl yang mana arsitektur ini bagian dari arsitektur Nieuwe Bouwen. Selain itu, arsitektur ini juga dipengaruhi oleh kubisme karena bangunan ini dibangun atas tradisi dari Berlage (Ibelings,1995) yang cenderung mengikuti aliran kubisme (Sumalyo, 1997). Namun, pada tahun 1920an J.J.P Oud, Rietveld, dan Van Eesteren meninggalkan De Stijl dan bergabung dengan kelompok Opbouw. Dalam memulai sebuah gerakan, prinsip pertama dari gerakan Nieuwe Bouwen dalam perumahan adalah arsitek berpusat pada kesejahteraan pengguna. Van Loghem merupakan salah satu wakil terkemuka dari gerakan ini telah merumuskan prinsip dari gerakan ini. Dia mengatakan bahwa kelompok ini merupakan tindakan penciptaan yang tidak lahir dari keinginan untuk mempercantik bangunan secara berlebihan, tetapi dorongan untuk mengekspresikan terutama berfokus pada pemenuhan kebutuhan spiritual (psikis) Universitas Sumatera Utara 21 dan kebutuhan material (fisik) manusia. Hal ini merupakan kebutuhan primer yang penting untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak (Dietz,et al, 1995). Pengguna bangunan diberi tempat yang dominan dalam pikiran arsitek dalam mendesain sebuah bangunan. Arsitek akan memperhatikan kebutuhan dari pengguna bangunan untuk memberikan rasa nyaman. Cahaya, udara, dekat dengan area hijau, sarana olahraga, dan keamanan menjadi tujuan baru dalam arsitektur ini. Bangunan menggunakan jendela yang besar pada fasad. Makna keterbukaan ini tidak hanya sebagai simbol dari pembebasan, tetapi juga sebagai simbol dari kehigienisan/kesehatan (Dietz,et al, 1995). Hal ini dikarenakan cahaya matahari dan udara segar yang masuk ke dalam ruangan diperlukan untuk memperoleh hidup yang sehat. Selain itu, pada arsitektur Nieuwe Bouwen penggunaan warna bukan sebagai hiasan, tetapi sebagai sarana ekspresi, seperti pada umumnya penggunaan warna putih pada bangunan Nieuwe Bouwen sebagai ekspresi dari kehigienisan. Di dalam arsitektur ini, industrialisasi dan standarisasi berperan (Akihary, 1990). Industrialisasi yang dilakukan adalah sistem pembangunan yang mampu menyediakan perumahan dalam jumlah besar karena melakukan sistem pabrikasi, sehingga para arsitek Nieuwe Bouwen fungsionalisme sangat menentang arsitektur Amsterdam School karena menggunakan keahlian dalam membuat ornamen-ornamen pada fasadnya. Sedangkan standardisasi merupakan menyesuaikan bentuk dengan bentuk standard yang telah ditetapkan karena penggunaan elemen bangunan yang standard memungkinkan untuk mengganti bagian-bagian bangunan dalam menanggapi perubahan yang temporal Universitas Sumatera Utara 22 berdasarkan fungsinya. Oleh sebab itu, industrialisasi dan standarisasi berperan dalam arsitektur ini. Tidak hanya industrialisasi dan standarisasi berperan pada arsitektur ini, rasionalisasi juga berperan karena pembangunan dilakukan dengan teknik yang canggih dan mengutamakan ilmu pengetahuan, sehingga sistem konstruksi bersifat rasional. Pada tahun 1930an, bangunan Nieuwe Bouwen tidak lagi seperti Van Nelle Factory yang sebagian besar elemen bangunan terdiri dari kaca, beton, dan baja karena pada saat itu terjadi krisis ekonomi. Selain itu, saat itu terdapat beberapa bangunan yang bentuknya menerapkan konsep tradisional tetapi menggunakan material modern, seperti kaca, baja, dan beton. Sebagai contoh adalah the Amstel Brewery di Amsterdam, yang mana Eschauzier sebagai arsitek melengkapi interior dengan perabotan modern. Selain itu, pada rumah sakit de Joodsche Invalide di Amsterdam dan toko pakaian Schunk di Heerlen menggunakan kolom concrete mushroom dan dinding glass curtain yang mana pada tahun 1920an, arsitektur Nieuwe Bouwen memperkenalkan penggunaan kolom concrete mushroom dan dinding glass curtain. Namun, pada tahun 1935 Mart Stam mengklaim bahwa modernisasi tidak tergantung pada material, tetapi tergantung pada letak dimana material itu digunakan. Oleh karena itu, kayu, bata, dan material lainnya dapat terlihat seperti modern. Stam mengungkapkan hal ini setelah dia kembali dari Siberia yang mana pada kondisi yang sangat primitif dia bekerja pada konstruksi kota industri baru (Ibelings, 1995). Universitas Sumatera Utara 23 2.5 Jenis-Jenis Nieuwe Bouwen 2.5.1 Nieuwe Bouwen Ekspresionisme Nieuwe Bouwen Ekspresionisme merupakan arsitektur baru (aliran baru) yang bergaya ekspresionisme seperti Amsterdam School yang berkembang di Belanda pada tahun 1915 sampai 1930an. Arsitektur ini muncul akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang ingin membangun tempat tinggal yang layak untuk pekerja di kota Amsterdam. Para arsitek Amsterdam School ingin memberikan kualitas hidup yang baik pada para buruh sehingga mereka mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Para arsitek pun ingin meninggalkan bentuk lama dan mengeksplorasi bentuk-bentuk yang baru yang menekankan pada sisi artistik dari arsitektur. Gerakan ini juga diterapkan pada bangunan pemerintahan dan sekolah. Arsitektur ini menerapkan konsep ekspresionisme. Ekspresionis dalam arsitektur merupakan salah satu aliran arsitektur yang menggunakan bentuk sebagai alat untuk mengekspresikan pengalaman ataupun perasaan si perancang, sehingga memiliki bentuk yang berbeda dengan bangunan lainnya (ekspresif dan distorsi). Hal ini menunjukkan keoriginalitasan karya dari si perancang. Arsitektur ini biasanya terdiri dari susunan bata yang dikerjakan dengan keahlian yang tinggi serta bentuknya sangat plastis (mudah dibentuk). Selain itu, juga menggunakan ornamen hias walaupun dalam skala yang kecil dan tidak dominan. Walaupun arsitek dan ahli kerajinan tangan sering bekerja sama, mereka menganggap bahwa arsitektur adalah unsur yang paling utama, sehingga harus dapat mengatur semua seni (Sumalyo, 2010). Universitas Sumatera Utara 24 Amsterdam School juga sering disebut sebagai “Rationalist as Expressionist” dan H.P Berlage memiliki peran yang besar dalam gerakan ini, sehingga pada dasarnya Amsterdam School tetap memegang dasar rasionalis pada karyanya, walaupun aliran ini menekankan ekspresi pada bentuknya. Salah satu contoh bangunan yang menerapkan arsitektur Amsterdam School, yaitu Het Schip dibangun pada tahun 1917 di Amsterdam. Het Schip Het Schip dirancang oleh Michael de Klerk, yang merupakan seorang tokoh utama dalam arsitektur Amsterdam School. Bangunan ini merupakan apartemen yang terdiri dari 102 rumah untuk para pekerja, terdapat ruang rapat, dan kantor pos. Bangunan ini menerapkan brick expressionism yang disusun dengan keahlian tangan yang tinggi dan bentuk yang sangat plastis. Bentuk yang unik dan ekspresif membuat bangunan ini memiliki nilai orisinalitas yang tinggi yang mana desain bangunan berbeda dengan yang lainnya. Pada bangunan juga terdapat menara yang memiliki bentuk yang ekspresif. Selain itu, terdapat bentuk yang melengkung pada bangunannya dan adanya ornamen pada bangunan. Gambar 2.6 Bangunan Het Schip yang dilihat dari courtyard dan dari luar (Sumber : Het Schip) Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 2.7 Menara pada bangunan (Sumber : Het Schip) Adanya menara yang memiliki bentuk yang ekspresif dan terdapat elemen hias pada menara. Selain itu, adanya ornamen hias pada fasad bangunan seperti ukiran manusia memegang panah yang mana ukiran ini dipercayai sebagai simbol dari kelas pekerja. Walaupun memiliki unsur dekorasi yang tetap sederhana dan bersih pada bentuk bangunannya, dinding fasad bangunan menggunakan berbagai macam batu bata dibuat oleh para pekerja dengan keahlian yang tinggi. Dengan kata lain, menerapkan brick expressionism pada bangunan ini. Gambar 2.8 Bentuk bangunan yang ekspresif dan unsur dekorasi yang sederhana pada bangunannya (Sumber : Het Schip) Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 2.9 Adanya ornamen geometris dan pahatan pada bangunan (Sumber : Amsterdo) Department Store De Bijenkorf Department Store De Bijenkorf merupakan bangunan yang penting di pusat kota Den Haag. Bangunan ini dibangun karena De Bijenkorf ingin membuka cabang kedua di kota ini dan mengadakan kompetisi untuk menemukan arsitek yang tepat untuk proyek ini. Terdapat enam arsitek terkenal yang mengirimkan sketsanya, yaitu : Piet Kramer, Michael de Kerk, J.F Staal, kakak beradik J.G. dan A.D.N. van Gendt, J.M. Luthmann, A.P.B. Otten, dan W. Hamdorff. Dengan juri adalah H.P Berlage, J. Gratama dan A. Steeman. Desain yang terpilih adalah desainnya J.F Staal. Namun, De Bijenkorf mengatakan bahwa nilai estetika terlalu sedikit untuk bangunan Department Store sehingga memutuskan untuk memilih desain Piet Kramer. Bangunan ini dirancang oleh Piet Kramer yang dibangun pada tahun 1925. Dia adalah murid dari Eduard Cuypers dan salah satu arsitek penting dari Amsterdam school. Dalam desain akhir dan pelaksanaan hampir dua puluh seniman yang terlibat. Piet Cuypers mendesain bangunan ini terinspirasi dari bentuk monumental bulat. Dinding bangunan disusun dari batu bata berwarna merah jingga, dan Universitas Sumatera Utara 27 terdapat bentuk yang ekspresif pada dindingnya. Selain itu, juga terdapat jendela kaca besar yang memanjang ke bawah dengan bingkai jendela terbuat dari baja berwarna perunggu. Pada dinding bagian atas terdapat pahatan. Gambar 2.10 Department Store De Bijenkorf dan bentuk ekspresif pada dinding luar bangunan (Sumber : Panoramio, Denhaagfm) Gambar 2.11 Elemen hias pada dinding bangunan (Sumber : Amsterdamse-school) Bentuk ekspresionis tidak hanya berbentuk distorsi, tetapi ada juga arsitek yang mengungkapkan ekspresinya dengan bentuk geometris, yaitu Willem Marinus Dudok yang merupakan seorang arsitek Nieuwe Bouwen (Harmans, 2011) yang dipengaruhi oleh arsitektur ekspresionisme (Samuels, et al.,2004) dan Universitas Sumatera Utara 28 menerapkan konsep kubistis ekspresionisme pada karyanya (Kolman, et al., 1997). Contoh bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe Bouwen ekspresionis yang menerapkan konsep kubistis ekspresionisme adalah Town Hall Hilversum. Town Hall Hilversum Bangunan ini merupakan kantor balai kota Hilversum yang sangat memperhatikan kenyamanan dan ketentraman saat pengguna bangunan berada di bangunan ini. Selain itu, arsitek sangat memperhatikan aspek cahaya, udara dan ruang yang mana ketiga aspek ini merupakan slogan utama arsitektur Nieuwe Bouwen. Pada bangunan ini komposisi, keselarasan, dan keseimbangan disusun sepenuhnya, sehingga elemen-elemen bangunan semuanya menyatu (Sumalyo, 1997). Selain itu, arsitek dipengaruhi oleh H.P Berlage dalam mendesain bangunan ini yaitu dipengaruhi oleh arsitektur rasionalisme yang mana berbentuk sederhana berupa komposisi bidang balok dan kubus. Material yang digunakan pada bangunan ini adalah bata ekspose yang merupakan salah satu material utama pada arsitektur ekspresionisme (Tietz,et.al, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa bangunan ini menerapkan konsep kubistis ekspresionisme. Gambar 2.12 Town Hall Hilversum Dilihat dari Courtyard (Sumber: Commons.wikimedia) Gambar 2.13 Tampak Samping Town Hall Hilversum (Sumber: Mimoa) Universitas Sumatera Utara 29 Selain itu, terdapat ornamen berbentuk geometri tidak seperti ornamen yang terdapat pada bangunan klasik, elemen penghias berbentuk balok pada jendela yang tidak berfungsi sebagai elemen struktur yang mana melambangkan bahwa ruang yang ada di dalamnya adalah ruang dewan, serta menara memiliki bentuk yang ekspresif dan penggunaan menara mengekspresikan status yang luar biasa dari bangunan ini yaitu merupakan kantor balai kota Hilversum (Bergeijk & Dudok, 2001). Bangunan ini juga mengutamakan individualisme (Ibelings, 1995) yang mana arsitektur ekspresionisme menekankan pada individulisme (Gruttemeier,et.al, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh arsitektur ekspresionisme pada bangunan ini. Gambar 2.14 Ornamen Geometris pada Menara (Sumber : Pinterest) Gambar 2.15 Elemen Penghias berbentuk balok pada jendela (Sumber : Flickr) Gambar 2.16 Bentuk menara yang ekspresif dan bentuk balkon yang tidak umum/distorsi (Sumber : Greatbuildings) Universitas Sumatera Utara 30 2.5.2 Arsitektur Nieuwe Bouwen Fungsionalisme Arsitektur Nieuwe Bouwen fungsionalisme merupakan bangunan /arsitektur baru yang bergaya fungsionalisme di Belanda. Kelompok arsitek yang menganut arsitektur Nieuwe Bouwen Fungsionalisme adalah kelompok De 8 in Opbouw yang terbentuk setelah kongres CIAM di Swiss tahun 1928. Kelompok ini menganut aliran fungsionalisme radikal dan pada tahun 1932, mereka mengemukakan kritik kepada arsitektur Amsterdam School dalam majalah Opbouw en De 8 (Dietz,et al, 1995). Pada tahun 1932 sampai 1942 merupakan periode majalah Opbouw en De 8 yang merupakan juru bicara yang paling penting dari arsitektur Nieuwe Bouwen. Kemudian, pada tahun 1943 publikasi majalah ini dihentikan. Aliran fungsionalisme merupakan anti pengulangan bentuk-bentuk lama dengan menggunakan teknologi baru, anti terhadap ornamen, dekorasi tanpa fungsi adalah hal yang sangat tidak diinginkan untuk dibuat karena aliran ini mengutamakan rasional dalam membangun, bentuk yang sederhana yang terdiri dari bentuk geometri yang mana bentuk geometri dihasilkan dari pemikiran yang rasional (Wahid & Alamsyah, 2013). Bentuk geometri yang paling dominan pada arsitektur fungsionalisme adalah kubus dan balok yang merupakan satu kesatuan bentuk, sehingga aliran ini sering disebut arsitektur kubisme (Sumalyo, 1997). Perumahan Weissenhofsiedlung ( J.J.P Oud) Perumahan Weissenhofsiedlung adalah perumahan yang dibangun untuk pameran Deutscher Werkbund di Stuttgart pada tahun 1927. Perumahan ini terdiri dari 60 tempat tinggal dengan 5 diantaranya didesain oleh J.J.P Oud, yaitu rumah Universitas Sumatera Utara 31 ke-5 sampai rumah ke-9. Oud menggunakan beton untuk pertama kalinya pada rumah - rumah ini. Selain beton, material yang digunakan adalah baja. Tangga dan pintu terbuat dari baja. Gambar 2.17 Tampak Depan dan Perspektif Bangunan (Sumber : Alamy Stock Photo dan Wikipedia) Bangunan ini memiliki bentuk yang kaku dan sederhana yaitu berbentuk balok dan mengutamakan rasionalitas. Bentuk ini merupakan bentuk dari international style (Sheumaker & Wajda, 2008) yang mana arsitektur Nieuwe Bouwen merupakan penganut dari aliran internasional style (Handinoto, 1996). Adanya balkon sebagai penghubung antara ruang dalam dan ruang luar. Pada bagian luar bangunan terdapat taman sehingga udara yang masuk ke dalam ruangan merupakan udara segar. Adanya pintu dan jendela yang menghadap ke taman, sehingga dapat berhubungan langsung ke taman yang ada di halaman belakang rumah. Gambar 2.18 Tampak Belakang dan Pekspektif Bangunan (Sumber : Alamy Stock Photo dan Wikipedia) Universitas Sumatera Utara 32 Van der Leeuw House Van der Leeuw House merupakan rumah milik salah satu direktur pabrik Van Nelle yang bernama C.H Van der Leeuw. Rumah ini dirancang oleh Leendert Van der Vlugt pada tahun 1928. Bangunan ini menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen fungsionalisme karena bangunan ini menerapkan konsep Nieuwe Bouwen, yaitu keterbukaan dan dipengaruhi oleh arsitektur kubisme yang merupakan konsep dari arsitektur fungsionalisme (Sumalyo, 1997). Selain itu, pada bangunan tidak terdapat ornamen ataupun elemen hias yang mana arsitektur fungsionalisme anti terhadap dekorasi. Pada bangunan ini terdapat balkon agar ruang dalam dan luar dapat menyatu dan udara maupun cahaya dapat masuk memenuhi ruang dalam. Tangga berada di luar bangunan sehingga dapat menghubungkan ruang dalam dan ruang luar. Gambar 2.19 Tampak Depan, Perspektif, dan Tangga pada Bagian Belakang Rumah (Sumber : Wikipedia, Functionmag.tumblr, dan Alamy Stock Photo) Rumah Sonnoveld Rumah Sonnoveld didesain oleh Brinkman dan Van der Vlugt pada tahun 19291933. Rumah ini merupakan milik dari salah satu direktur Van Nelle, yaitu Albertus Sonnoveld. Universitas Sumatera Utara 33 Gambar 2.20 Tampak Depan dan perspektif bangunan (Sumber: Nai) Bentuk bangunan ini menerapkan bentuk geometri dengan kubus sebagai bentuk yang dominan. Dengan kata lain, bangunan memiliki bentuk yang kaku karena mengutamakan rasionalitas dan tidak terdapat ornamen pada bangunan yang mana arsitektur fungsionalisme anti terhadap dekorasi. Selain itu, bangunan ini menggunakan material dan teknologi bangunan modern, seperti beton dan rangka baja. Penggunaan teknologi dan material modern akan menciptakan bangunan yang efisien dan higienis. Arsitek menginginkan bangunan yang transparan, sehingga menciptakan lingkungan hidup yang sehat karena udara segar dan cahaya matahari masuk ke dalam seluruh ruangan melalui jendela horizontal pada fasad bangunan. Dinding luar harus terlihat seperti tirai karena berbahan kaca. Gambar 2.21 Tampak Belakang Bangunan dan Perspektif Belakang Bangunan (Sumber: Nai dan Flickr) Universitas Sumatera Utara 34 Tidak hanya udara dan cahaya menjadi slogan utama dari arsitektur Nieuwe Bouwen, ruang juga merupakan hal yang penting dalam arsitektur Nieuwe Bouwen, sehingga dalam arsitektur Nieuwe Bouwen ruang yang diciptakan adalah ruang yang memberikan kenyamanan bagi penghuninya yang mana kenyaman itu berasal dari kehangatan, terang, dan cahaya yang diberikan oleh udara dan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang. Banyaknya pintu terbuka menuju taman atau balkon mendorong penggunaan ruang sekitarnya yang intensif karena banyaknya penghubung antar ruang dalam dan ruang luar. Balkon dan taman pada atap didesain agar ruang dalam dapat terbuka ke ruang luar. Dengan kata lain, ruang dalam dan ruang luar dapat terhubung. Pada ruang luar terdapat area hijau sehingga menghasilkan udara yang segar karena tujuan utama mereka adalah lingkungan hidup yang sehat. 2.5.3 Arsitektur Nieuwe Bouwen Lokal Arsitektur Nieuwe Bouwen Lokal merupakan arsitektur Nieuwe Bouwen yang mendapat pengaruh dari aliran arsitektur tradisional. Arsitektur ini mulai muncul sesudah perang dunia pertama yang mana arsitek H.P Berlage merupakan pelopor arsitektur modern di Belanda dan perantara antara tradisional dan modern (Singelenberg, 1972), sehingga dalam beberapa karyanya mengandung unsur tradisional. Selain itu, arsitektur ini mulai berkembang pada tahun 1930an saat terjadi krisis ekonomi di Belanda, sehingga bangunan Nieuwe Bouwen tidak lagi seperti pabrik Van Nelle dengan material utamanya adalah kaca, baja, dan beton. Universitas Sumatera Utara 35 Arsitektur Tradisional merupakan arsitektur yang sesuai dengan tradisi dari daerah atau negaranya. Konsep ini mengarah kepada arsitektur dengan bentuk tradisional yang sederhana, dibangun dengan material tradisional (Ibelings, 1995). Arsitektur tradisional Belanda ditandai dengan bangunan dengan skala monumental, adanya gevel, cerobong asap, jendela berukuran kecil, ornamen hias ataupun patung, gevel, dan atap pelana (Ibelings, 1995). Awalnya arsitek tradisionalis menentang arsitektur fungsionalisme pada tahun 1930an, namun pada akhirnya, mereka melakukan pembangunan secara produksi massal, fabrikasi, dan berdamai dengan beberapa arsitek fungsionalis. Pada periode yang sama, bangunan Nieuwe Bouwen mulai dirancang dengan skala monumental dengan gaya tradisional (Ibelings, 1995). Ada tiga contoh bangunan yang menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen lokal, yaitu : Amsterdam Exchange, kantor Amstel Brewery, dan rumah susun Zuidplein. Amsterdam Exchange Bangunan ini adalah bursa efek yang dibangun di Damrak, pusat kota Amsterdam oleh seorang arsitek bernama H.P Berlage pada tahun 1897 – 1903. Keberadaan bangunan ini sebagai tanda perubahan dalam sistem ekonomi yang mana sebelumnya terjadi perkembangan dalam bidang industri. Tujuan H.P Berlage dalam membangun gedung ini adalah untuk menggabungkan gaya modern dengan gaya tradisional dan bangunan ini menjadi tanda perubahan pola pemikiran dan konsep perancangan dari tradisional ke modern. Universitas Sumatera Utara 36 Amsterdam Exchange menggunakan konstruksi bata merah tanpa diplester yang mana konstruksi ini menjadi ciri khas arsitektur tradisional Belanda dan pada atap bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai rangka atapnya dan menggunakan kaca sebagai atapnya sehingga seluruh ruang yang ada di bawahnya dipenuhi cahaya matahari. Tidak hanya pada atap, pada fasad bangunan juga terdapat jendela kaca yang disusun berderet horizontal dan vertikal, sehingga banyaknya cahaya matahari dan udara yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela-jendela tersebut. Hal ini menunjukkan adanya unsur arsitektur Nieuwe Bouwen yaitu cahaya, udara, dan ruang. Gambar 2.22 Tampak Depan dan Perspektif Bangunan (Sumber : Commons.Wikimedia) Selain adanya unsur arsitektur Nieuwe Bouwen pada bangunan ini, adanya unsur tradisional seperti terdapat gevel berbentuk segitiga pada fasad, sebagian bangunan beratap pelana, dan terdapat menara yang tinggi sekitar 40m sehingga memberikan kesan monumental pada bangunan ini. Gambar 2.23 Menara dan interior bangunan Amsterdam Exchange (Sumber : Commons.Wikimedia) Universitas Sumatera Utara 37 Pada bangunan ini juga terdapat elemen dekorasi seperti ukiran dan patung namun kehadirannya tidak mencolok karena dalam bangunan ini, H.P Berlage menerapkan konsep kesederhanaan bentuk dan mengolah bagian-bagian bangunan dalam komposisi yang harmonis ( Sumalyo, 1997) Gambar 2.24 Patung dan ukiran pada fasad bangunan (Sumber : Commons.Wikimedia ) Kantor Amstel Brewery Keterbatasan arsitektur Tradisionalisme tidak cocok untuk tugas modern yang mana tidak memiliki batas referensi dalam sejarah. Kantor merupakan salah satu tipe bangunan modern yang mana tradisionalis mampu menciptakan sebuah bentuk untuknya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitek ingin menggabungkan arsitektur modern dan arsitektur tradisional dalam rancangannya. Contoh bangunan yang dimaksud adalah kantor Amstel Brewery di Amsterdam (Ibelings, 1995). Gambar 2.25 Aksonometri dan Perspektif Kawasan Amstel Brewery (Sumber : Amfi dan Anp-archief) Universitas Sumatera Utara 38 Kantor Amstel awalnya dibangun pada tahun 1870 di padang rumput tepi sungai agar dapat lebih mudah mengambil air dalam pembuatan bir dan sebagai jalur transportasi saat pengangkutan produk yang sudah jadi. Bangunan ini dirancang oleh Eschauzier pada tahun 1930. Pada fasad bangunan menggunakan material batu bata yang merupakan material tradisional dan terdapat pahatan pada pintu masuk. Terdapat ornamen pada area sekeliling jendela dan pintu. Interior bangunan diisi dengan perabotan yang menggunakan material modern yaitu baja tubular (Ibelings,1995). Gambar 2.26 Pekspektif dan Detail Pahatan yang Terdapat di Fasad Depan Bangunan (Sumber : Panoramio dan Amsterdam) Gambar 2.27 Detail Rangka Bangunan yang Terbuat dari Kayu dan Perabotan yang Terbuat dari Baja (Sumber : Iamsterdam) Universitas Sumatera Utara 39 Rumah Susun Zuidplein Rumah susun ini dirancang oleh Willem van Tijen pada tahun 1940 di Rotterdam. Departemen perkotaan memintanya untuk merancang rumah susun yang terdiri dari ratusan rumah. Dia selesai merancang pada akhir tahun 1940 dan akan dibangun pada tahun 1941, namun persiapan dihentikan karena terjadi perang dunia kedua. Penggunaan material batu bata pada bangunan ini karena kurangnya material kaca dan baja. Van Tijen mempertemukan arsitektur Tradisionalisme dan juga berusaha untuk arsitektur modern pada bangunannya yang ditandai dengan penggunaan material batu bata dan beton (Ibelings, 1995). Van Tijen dibantu oleh Grossman dan Rietveld dalam merancang bangunan ini. Pembangunannya dimulai pada akhir tahun 1946 setelah perang dunia kedua sampai tahun 1949. Gambar 2.28 Pekspektif Rumah Susun Zuidplein (Sumber : Pinterest dan Rijssenbeek) Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 2.29 Konstruksi dan Rangka Baja yang Ada Pada Fasad Bangunan (Sumber : Pinterest) 2.6 Perkembangan Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia Pada tahun 1920, arsitektur modern sampai ke Indonesia yang dibawa oleh arsitek Belanda yang berprofesi di Indonesia. Arsitektur ini disebut dengan arsitektur Nieuwe Bouwen (new building) yang berorientasi ke Belanda dengan melakukan penyesuaikan terhadap teknologi dan iklim setempat (Handinoto, 1996). Sama seperti arsitektur Barat lainnya, prinsip-prinsip arsitektur fungsionalisme di Indonesia tidak hanya disesuaikan dengan keadaan tetapi juga disesuaikan dengan kebutuhannya. Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia juga menggunakan bentuk umumnya yaitu kubus, silinder dan lengkungan (Akihary, 1990). Karya A.F Aalbert di Bandung merupakan karya yang paling ekspresif dari Nieuwe Bouwen di Indonesia. Bangunan yang dia desain adalah Hotel Savoy Homann, Denis Bank, dan “Driekleur” di Bandung. Gaya bangunan tersebut menunjukkan keterbukaan, garis fasad yang lembut, dan ruang luar memberikan pengaruh yang kuat pada ruang dalam (Akihary,1990). Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 2.30 Hotel Savoy Homann, Bank Denis, dan Driekleur (Sumber : bandungtourism, commons.wikimedia, dan Youtube) Selain A.F. Aalbert, arsitek yang menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen adalah C.P. Wolff Schoemaker. Salah satu bangunannya adalah: Villa Isola. Bentuk bangunan ini menggunakan bentuk silinder. Bangunan ini menunjukkan pengaruh yang kuat dari Arsitektur Nieuwe Bouwen dalam konstruksi rangka bajanya, jendela baja, dan beton bertulang. Gambar 2.31 Tampak Depan Villa Isola dan Perspektif Villa Isola (Sumber: Pinterest dan Sky-adventure) Pada akhir tahun 1920, banyak bangunan yang menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen karena para arsitek berkarya berpedoman pada gaya arsitektur ini. Bentuk bangunan menjadi lebih kaku dan tidak seperti bentuk sebelumnya. Gaya seperti ini menunjukkan peralihan awal menjadi gaya internasional. Contoh bangunan yang menerapkan gaya ini adalah gedung Internasional di Surabaya. Dibangun pada tahun 1927- 1931. Dirancang oleh Ir. Frans Johan Louwrens Universitas Sumatera Utara 42 Ghijsels, pemimpin biro AIA (Algemeen Ingenieurs en Architecten Bureau) (Handinoto, 2010). Gambar 2.32 Perspektif Gedung Internasional (Sumber: Liputanindonesianews dan Handinoto) Adaptasi Arsitektur 2.7 Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru. Menurut Rachmadanti dan Antaryama (2013), adaptasi secara arsitektural memiliki beberapa macam pendekatan, yaitu : Adaptasi terhadap lingkungan, seperti budaya dan teknologi bangunan sekitar Adaptasi terhadap iklim Adaptasi bentuk bangunan terhadap tempat bangunan tersebut berada Adaptasi fungsi bangunan terhadap kondisi lingkungan. Dari keempat pendekatan adaptasi berikut, yang akan dibahas adalah adaptasi terhadap iklim dan teknologi bangunan karena arsitektur Nieuwe Bouwen yang ada di Indonesia sepenuhnya berpedoman pada arsitektur Nieuwe Bouwen yang ada di belanda dengan melakukan adaptasi terhadap iklim dan teknologi setempat (Handinoto, 1996). Universitas Sumatera Utara 43 Bentuk adaptasi terhadap iklim dapat dilihat pada fasad bangunan karena fasad berasal dari bahasa latin yang merupakan sinonim dari kata face yang artinya “wajah” dan appearance yang artinya “penampilan”, sehingga dapat diartikan bahwa fasad merupakan bagian depan dan terluar bangunan (Krier,2001). Dengan demikian, fasad merupakan elemen yang paling awal menerima perubahan iklim (cuaca), sehingga pada fasad terdapat bentuk penyesuaian terhadap kondisi iklim. Menurut Krier (2001), wajah bangunan yang dikatakan fasad adalah wajah bangunan yang menghadap ke jalan. Adaptasi iklim pada fasad dapat dilihat pada atap, bukaan, dan dinding luar (Hardiman, 2013). Sedangkan teknologi bangunan berhubungan dengan material (Ramachandran, 1991). Sehingga, untuk mengetahui bentuk adaptasi arsitektur Nieuwe Bouwen pada bangunan kolonial Belanda di kota Medan, yaitu dengan memperhatikan atap, bukaan, ventilasi atap, dinding luar, dan bahan bangunan (material). 2.7.1 Adaptasi Iklim 1. Atap Atap merupakan bagian paling atas pada bangunan yang paling dekat dengan atmosfir (Krier, 2001). Sehingga, atap adalah elemen utama yang harus diperhatikan dalam mengatasi perubahan iklim pada suatu tempat. Untuk itu, yang harus diperhatikan adalah bentuk atap (Pujantara, 2013). Universitas Sumatera Utara 44 2. Bukaan Bukaan pada fasad terdiri dari ventilasi (ventilasi atap dan ventilasi dinding), jendela dan pintu. Hal yang perlu diperhatikan adalah besar- kecilnya bukaan dan letak bukaan ( Hardiman, 2013) 2. Dinding Luar Dinding luar adalah elemen yang penting untuk diperhatikan untuk mengatasi perubahan iklim karena dinding luar merupakan elemen bangunan yang paling dekat dengan ruang luar selain atap. Hal yang perlu diperhatikan adalah material dan warna dinding ( Pujantara, 2013). 2.7.2 Adaptasi Teknologi setempat Kecanggihan dan kualitas teknologi setempat mempengaruhi produksi bahan bangunan yang dapat dibuatnya (Ramachandran, 1991), sehingga yang perlu diperhatikan adalah penggunaan material pada bangunan. Universitas Sumatera Utara 45 2.8 Kerangka Teori Arsitektur Arsitektur Modern Sejarah perkembangan arsitektur di dunia berdasarkan ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural yang dibagi menjadi empat, yaitu : primitif, tradisional, klasik barat, dan modern (Sumalyo, 1997) Merupakan Awal dari perubahan secara revolusioner yang membuat perubahan pada pola pikir dan pola hidup manusia (Sumalyo, 1997). Arsitektur Nieuwe Bouwen Merupakan Arsitektur Modern Belanda yang dipelopori oleh H.P Berlage dan muncul pada tahun 1890. Istilah Nieuwe Bouwen mulai berkembang setelah tahun 1920. Karakter arsitektur ini disebarkan di kongres CIAM, Swiss. Konsep dari Nieuwe Bouwen adalah fleksibel, cahaya, transparan, kesehatan, dan higienis (Muller, 2011). Slogan utamanya adalah cahaya, udara, dan ruang (Ibelings, 1995). Nieuwe Bouwen ada tiga jenis, yaitu: Nieuwe Bouwen Ekspresionis Berbentuk kubus, melengkung dan silinder, serta adanya bentuk yang tidak umum/distorsi Menggunakan material bata yang tidak diplester dan ekspresif (brick expressionism) Adanya ornamen geometris dan hias, seperti pahatan, serta elemen hias pada fasad bangunan yang tak berfungsi sebagai struktur. Adanya menara yang memiliki bentuk yang ekspresif . Nieuwe Bouwen Fungsionalisme Bentuk dominan kubus dan balok (kaku dan sederhana) Menggunakan jendela horizontal yang panjang pada fasad. Anti terhadap ornamen, patung, dan elemen hias lainnya Dalam menciptakan bentuk hanya memikirkan fungsi dan rasionalitas Nieuwe Bouwen Lokal Bentuk bangunan yang kaku dan terdapat elemen yang berdasarkan pada gaya tradisional yang mempengaruhinya Adanya penggunaan material batu bata yang tidak diplester Adanya ornamen sculptural (pahatan) dan patung. Adanya menara Bangunan memiliki skala monumental Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia Arsitektur Niewue Bouwen tersebar di Indonesia karena dibawa oleh arsitek muda pada tahun 1920an. Arsitektur ini sangat popular dan diterima di Indonesia termasuk di Medan. Arsitektur ini sepenuhnya berpedoman pada arsitektur Nieuwe Bouwen yang ada di Belanda dengan melakukan adaptasi terhadap iklim dan teknologi setempat (Handinoto, 1996). Hal ini menyebabkan adanya perubahan antara bangunan Nieuwe Bouwen di Belanda dengan bangunan kolonial Belanda di kota Medan yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe Bouwen. Universitas Sumatera Utara 46 2.9 Kesimpulan Arsitektur modern merupakan awal dari perubahan secara revolusioner karena terjadinya revolusi industri pada awal abad ke-19, sehingga terjadi perubahan pada pola pikir & pola hidup manusia (Sumalyo, 1996). Salah satu arsitektur modern yang karakternya disebarkan di CIAM adalah arsitektur Nieuwe Bouwen (Rebel, 1983). Nieuwe Bouwen merupakan arsitektur modern di Belanda yang memiliki slogan utama yaitu : udara, cahaya, dan ruang (Ibelings,1995). Pada tahun 1920, arsitektur Nieuwe Bouwen masuk dan berkembang di Indonesia pada tahun 1920an dibawa oleh arsitek muda asal Belanda (Sumalyo, 1993: Handinoto, 1996 : 2010), sehingga pada tahun 1920an banyak bangunan yang dibangun dengan menerapkan gaya arsitektur Nieuwe Bouwen. Arsitek Belanda merancang bangunan dengan gaya arsitektur ini sepenuhnya berorientasi ke Belanda dengan menyesuaikan terhadap iklim dan teknologi setempat (Handinoto, 1996). Universitas Sumatera Utara