7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan dapat mengontrol dan mengevaluasi aktivitas bisnisnya dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Transaksi tersebut pada umumnya akan dicatat ke dalam jurnaljurnal sesuai kelompok transaksi dan selanjutnya diposting ke buku besar. Akhir dari pencatatan keuangan perusahaan ini nantinya akan menghasilkan laporan keuangan. Menurut Munawir (2004:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas suatu perusahaan tersebut. Laporan perusahaan mengungkapkan bagaimana perusahaan memperoleh sumber dayanya (pendanaan), dimana dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan (investasi), dan 8 seberapa efektif penggunaan sumber daya tersebut(profitabilitas operasi). Banyak individu dan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk meningkatkan keputusan bisnis (Subramanyam dan Wild,2010:7). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dari laporan keuangan sebuah perusahaan nantinya akan diperoleh informasi-informasi penting terkait keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan bisnis oleh pihakpihak yang terkait dengan perusahaan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan tujuan agar perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu. Dalam bukunya, Martani,dkk (2012: 9) laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Secara umum tujuan laporan keuangan untuk : 1. memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah pengambilan keputusan ekonomi; besar pemakai dalam 9 2. menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) dan pertanggungjawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya; 3. memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai; 4. menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu. 3. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut PSAK 1(2009 dalam Martani,dkk, 2012) Laporan keuangan yang dihasilkan menurut PSAK 1 sebagai berikut : a. Laporan Posisi Keuangan adalah daftar yang sistematis dari aset, utang, dan modal pada tanggal tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Dalam laporan posisi keuangan dapat diketahui berapa jumlah kekayaan entitas, kemampuan entitas membayar kewajiban serta kemampuan entitas memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang entitas kepada kreditor dan jumlah investasi pemilik yang ada di dalam entitas tersebut. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu entitas untuk periode tertentu, sehingga dapat diketahui laba yang diperoleh dan rugi yang dialami. 10 c. Laporan Arus Kas, dengan adanya laporan ini, pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi perubahan aset neto entitas, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan entitas untuk menghasilkan kas di masa mendatang. d. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas untuk periode tertentu, bisa satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal, pembaca laporan dapat mengetahui sebab-sebab perubahan ekuitas selama periode tertentu. e. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam empat laporan diatas. Laporan ini memberikan penjelasan atau rincian pos-pos yang disajikan dalam laporan keuagan dan informasi mengenai pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. 4. Pengguna Laporan Keuangan Palikhatun dan Nugrahaningsih (2007:4) mengemukakan bahwa pengguna laporan keuangan secara dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu : umum bisa 11 a. Pemakai Internal Pemakai internal adalah pihak manajemen yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan harian jangka pendek dan juga jangka panjang. Pemakai informasi akuntansi internal bisa memperoleh baik laporan keuangan yang dipublikasikan, serta informasi non-keuangan lainnya yang relevan (Palikhatun dan Nugrahaningsih , 2007:4). b. Pemakai Eksternal Pemakai eksternal adalah terdiri dari banyak pihak meliputi investor atau calon investor (pembeli atau calon pembeli saham atau obligasi, kreditur atau bank, pemasok (supplier), pelanggan (customer), dan pemakai lain seperti karyawan, analis keuangan, pialang saham, pemerintah (berkaitan dengan pajak), dan Bapepam (berkaitan dengan perusahaan yang go-public) (Palikhatun dan Nugrahaningsih , 2007:4). B. Kinerja Keuangan Pengertian kinerja keuangan menurut Irham Fahmi(2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. 12 C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Dalam bukunya Harahap (2007:190) analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Palikhatun dan Nugrahaningsih (2007:6) analisis laporan keuangan berarti melakukan penelaahan atau memepelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:56) analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. 13 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Hanafi & Halim (2007:68) sebagai berikut : a) Investasi pada Saham Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan(apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham. Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan (return) yang diharapkan untuk masa-masa mendatang relatif terhadap risiko perusahaan tersebut. Yang paling menarik tentu saja adalah perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang rendah. b) Pemberian Kredit Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut. 14 c) Kesehatan Pemasok Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerjasama yang terus menerus, analis menganalisis keuangan, dari pihak profitabilitas kemampuan perusahaan perusahaan untuk akan berusaha pemasok, menghasilkan kas kondisi untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pengetahuan akan kondisi keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan supplier. d) Kesehatan Pelanggan Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis yang dilakukan akan tergantung pada besarnya kredit, jangka waktu kredit, jenis usaha pelanggan, besar kecilnya usaha pelanggan dan lain-lain. e) Kesehatan Perusahaan ditinjau dari Karyawan Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis keuangan perusahaan untuk memastikan apakah 15 keuangan perusahaan atau perusahaan yang dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang dapat dianalisis anatara lain provitabilitas perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan menghasilkan kas dari perusahaan(cash generating ability). f) Pemerintah Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri. Bagi industri yang diatur (regulated industry), tingkat keuntungan biasanya ditentukan oleh pemerintah dengan menambahkan sejumlah presentase tertentu diatas biaya modalnya. Apabila perusahaan akan menjual sahamnya ke pasar modal, maka pemerintah (dalam hal ini Bapepam) akan menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan layak tidaknya perusahaan tersebut untuk go public. g) Analisis Internal Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan memerlukan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis evaluasi prestasi manajemen. Bagi pihak manajemen, informasi keuangan tentu bisa digunakan sebagai dasar pengambilan 16 keputusan, untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi perubahan strategi. h) Analisis Pesaing Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi merebut pangsa pasar, atau keputusan-keputusan lainnya. i) Penilaian Kerusakan Analisis keuangan juga bisa dipakai untuk menentukan besarnya kerusakan/kerugian yang dialami perusahaan. Misalnya, pihak perusahaan asuransi menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami perusahaan dan ganti rugi yang dibayarkan kepada perusahaan. 3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga data lebih mudah dimengerti. Pertama-tama penganalisis harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan sehingga data menjadi lebih berarti (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9). Metode analisis yang digunakan yaitu : 17 a) Analisis Vertikal Apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9). b) Analisis Horizontal Analisa dengan melakukan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9). Sedangkan teknik analisis dibagi menjadi : a) Analisis laporan keuangan komparatif Dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perusahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun. Perbandingan laporan selama beberapa periode dapat menunjukkan arah, kecepatan, dan jangkauan jarak sebuah tren (Subramanyam dan Wild, 2010:34). 18 b) Analisis laporan keuangan common-size Analisis common-size disusun dengan jalam menghitung tiap-tiap rekening dalam Laporan Laba/Rugi dan Neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk Laporan Laba/Rugi) atau dari total aktiva (untuk Neraca). Analisis common-size dihitung dengan menghitung persentase setiap item dalam Neraca terhadap total aktiva (dalam common-size Neraca), atau menghitung persentase setiap item Laporan Laba/Rugi terhadap penjualan (dalam common-size Laporan Laba/Rugi) (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9-10). c) Analisis rasio Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Meskipun perhitungan rasio hanyalah merupakan operasi aritmatika sederhana, namun hasilnya memerlukan interpretasi yang tidak mudah. Agar hasil perhitungan rasio menjadi bermakna, sebuah rasio sebaiknya mengacu pada hubungan ekonomis yang penting. Rasio harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena faktorfaktor yang memepengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor-faktor yang memengaruhi penyebut (Hery, 2012:163). 19 4. Jenis-jenis Rasio Keuangan Secara garis besar, rasio keuangan dibagi menjadi : a) Rasio Likuiditas Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus memiliki tingkat ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset lancar lainnya yang juga dapat dengan segera dikonversi atau diubah menjadi kas (Hery, 2015:175). 1) Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2012:134). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar : 20 2) Rasio Sangat Lancar Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang (Munawir, 2004:74). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar : 3) Rasio Kas Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka kemampuan pendek. Rasio perusahaan yang ini menggambarkan sesungguhnya dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang ada (Hery, 2015:183). 21 Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kas : b) Rasio Solvabilitas Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Irham Fahmi,2012: 62). 1) Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio) Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antar total utang dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Membandingkan antara jumlah utang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan 22 sejauh mana dana yang dipinjam telah digunakan untuk membeli aset (Hery, 2015:195) . Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap aset : 2) Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetauhi berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang (Hery, 2015:198). Rumus untuk menghitung rasio utang terhadap modal : 23 3) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio) Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan dihitung sebagai hasil bagi antara laba sebelum bunga dan pajak dengan besarnya beban bunga yang dibayarkan. Kemampuan perusahaan membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak (Hery, 2015:201). Rumus rasio kelipatan bunga yang dihasilkan : 4) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to Liabilities Ratio) Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Kemapuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba operasional. Rasio laba operasional terhadap kewajiban dihitung sebagai hasil bagi antara laba 24 operasional dengan total kewajiban. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana laba operasional boleh menurun tanpa mengurangi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban (Hery, 2015:203). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio laba operasional terhadap kewajiban : 5) Rasio Fixed Charge Coverage Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa. Rasio ini memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemmapuan hutang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:34). Rumus Rasio Fixed Charge Coverage : 25 c) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentalibilitas. Disamping bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, pengunaan aset, maupun penggunaan modal (Hery, 2015:226-227). 1) Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets) Hasil pengembalian aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset (Hery, 2015:228). 26 Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset : Hasil Pengembalian Atas Aset = 2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity) Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas (Hery, 2015:230). Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas : Hasil Pengembalian atas Ekuitas = 3) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung 27 sebagai hasil pengurangan antara penjualan. Yang dimaksud dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan penjualan (Hery, 2015:231). Rumus : Margin Laba Kotor = 4) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin) Margin laba operasional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi (Hery, 2015: 233). Rumus : Margin Laba Operasional = 5) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung 28 sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan (Hery, 2015:235). Rumus yang digunakan untuk mrnghitung margin laba bersih : Margin Laba Bersih = d) Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan menilai efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Rasio ini juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio ini akan dapat diketahui mengenai kinerja manajemen yang sesungguhnya dalam mengelola aktivitas perusahaan (Hery, 2012:209). 1) Rasio Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn Over) Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata 29 penagihan piutang usaha. Rasio ini menggambarkan seberapa cepat piutang usaha berhasil ditagih menjadi kas (Hery, 2015:211-212). Rumus untuk menghitung rasio perputaran piutang usaha : 2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual. Rasio ini menggambarkan seberapa cepat persediaan barang dagang berhasil dijual kepada pelanggan (Hery, 2015:214-216). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran persediaan : 30 3) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya penjualan (tunai maupun kredit) dengan rata – rata aset lancar (Hery, 2015:218). Rumus untuk menghitung rasio Perputaran Modal Kerja : 4) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over) Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi menciptakan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya penjualan dengan rata – rata setiap aset (Hery, 2015:219-220). 31 Rumus untuk menghitung rasio perputaran aset tetap : 5) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over) Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara besarnya penjualan dengan rata – rata total aset (Hery, 2015:221). Rumus untuk menghitung rasio perputaran total aset :