BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Sebuah
perusahaan
pastilah
memerlukan
pencatatan
keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar
perusahaan dapat
mengontrol
dan mengevaluasi
aktivitas
bisnisnya dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
Transaksi tersebut pada umumnya akan dicatat ke dalam jurnaljurnal sesuai kelompok transaksi dan selanjutnya diposting ke
buku besar. Akhir dari pencatatan keuangan perusahaan ini
nantinya akan menghasilkan laporan keuangan.
Menurut Munawir (2004:2) laporan keuangan pada
dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas suatu perusahaan
tersebut.
Laporan
perusahaan
mengungkapkan
bagaimana
perusahaan memperoleh sumber dayanya (pendanaan), dimana
dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan (investasi), dan
8
seberapa efektif penggunaan sumber daya tersebut(profitabilitas
operasi). Banyak individu dan perusahaan menggunakan laporan
keuangan untuk meningkatkan keputusan bisnis (Subramanyam
dan Wild,2010:7).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dari
laporan keuangan sebuah perusahaan nantinya akan diperoleh
informasi-informasi penting terkait keuangan perusahaan yang
dapat digunakan untuk membuat keputusan bisnis oleh pihakpihak yang terkait dengan perusahaan.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan agar perusahaan
dapat mengetahui posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam
periode waktu tertentu. Dalam bukunya, Martani,dkk (2012: 9)
laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Secara umum tujuan laporan keuangan untuk :
1. memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang
bermanfaat
bagi
sejumlah
pengambilan keputusan ekonomi;
besar
pemakai
dalam
9
2. menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) dan pertanggungjawaban sumber daya yang
dipercayakan kepadanya;
3. memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai;
4. menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu.
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut PSAK 1(2009 dalam Martani,dkk, 2012) Laporan
keuangan yang dihasilkan menurut PSAK 1 sebagai berikut :
a. Laporan Posisi Keuangan adalah daftar yang sistematis
dari aset, utang, dan modal pada tanggal tertentu, yang
biasanya dibuat pada akhir tahun. Dalam laporan posisi
keuangan dapat diketahui berapa jumlah kekayaan entitas,
kemampuan
entitas
membayar
kewajiban
serta
kemampuan entitas memperoleh tambahan pinjaman dari
pihak luar. Selain itu juga dapat diperoleh informasi
tentang jumlah utang entitas kepada kreditor dan jumlah
investasi pemilik yang ada di dalam entitas tersebut.
b. Laporan
Laba
Rugi
Komprehensif
adalah
ikhtisar
mengenai pendapatan dan beban suatu entitas untuk
periode tertentu, sehingga dapat diketahui laba yang
diperoleh dan rugi yang dialami.
10
c. Laporan Arus Kas, dengan adanya laporan ini, pemakai
laporan keuangan dapat mengevaluasi perubahan aset neto
entitas, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuan entitas untuk menghasilkan
kas di masa mendatang.
d. Laporan
Perubahan
Ekuitas
adalah
laporan
yang
menunjukkan perubahan ekuitas untuk periode tertentu,
bisa satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan
modal, pembaca laporan dapat mengetahui sebab-sebab
perubahan ekuitas selama periode tertentu.
e. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang
berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam
empat laporan diatas. Laporan ini memberikan penjelasan
atau rincian pos-pos yang disajikan dalam laporan keuagan
dan informasi mengenai pos-pos yang disajikan dalam
laporan keuangan dan informasi mengenai pos-pos yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.
4. Pengguna Laporan Keuangan
Palikhatun dan Nugrahaningsih (2007:4) mengemukakan
bahwa
pengguna
laporan
keuangan
secara
dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu :
umum
bisa
11
a. Pemakai Internal
Pemakai
internal
adalah
pihak
manajemen
yang
bertanggungjawab terhadap pengelolaan harian jangka pendek
dan juga jangka panjang. Pemakai informasi akuntansi internal
bisa memperoleh baik laporan keuangan yang dipublikasikan,
serta
informasi
non-keuangan
lainnya
yang
relevan
(Palikhatun dan Nugrahaningsih , 2007:4).
b. Pemakai Eksternal
Pemakai eksternal adalah terdiri dari banyak pihak
meliputi investor atau calon investor (pembeli atau calon
pembeli saham atau obligasi, kreditur atau bank, pemasok
(supplier), pelanggan (customer), dan pemakai lain seperti
karyawan, analis keuangan, pialang saham, pemerintah
(berkaitan dengan pajak), dan Bapepam (berkaitan dengan
perusahaan yang go-public) (Palikhatun dan Nugrahaningsih ,
2007:4).
B. Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja keuangan menurut Irham Fahmi(2011:2) kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
12
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Dalam bukunya Harahap (2007:190) analisa laporan keuangan
berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara
data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Palikhatun dan Nugrahaningsih (2007:6)
analisis laporan keuangan berarti melakukan penelaahan atau
memepelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:56) analisis laporan
keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan
keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur
tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,
dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang
baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
13
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Hanafi & Halim (2007:68) sebagai berikut :
a) Investasi pada Saham
Sertifikat
saham
merupakan bukti
kepemilikan suatu
perusahaan. Investor bisa menahan, dan kemudian menjual saham
tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki
perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun
juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan(apabila
rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan perusahaan
dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham.
Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat
keuntungan
(return)
yang
diharapkan
untuk
masa-masa
mendatang relatif terhadap risiko perusahaan tersebut. Yang
paling menarik tentu saja adalah perusahaan yang mempunyai
tingkat keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang
rendah.
b) Pemberian Kredit
Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai
kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang
diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.
Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari
bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut.
14
c) Kesehatan Pemasok
Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan
mempunyai kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan
ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan bisa
bertahan terus. Dengan kemungkinan kerjasama yang terus
menerus,
analis
menganalisis
keuangan,
dari
pihak
profitabilitas
kemampuan
perusahaan
perusahaan
untuk
akan
berusaha
pemasok,
menghasilkan
kas
kondisi
untuk
memenuhi operasi sehari-harinya, dan kemampuan membayar
kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pengetahuan akan kondisi
keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam
melakukan negosiasi dengan supplier.
d) Kesehatan Pelanggan
Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit
kepada pelanggan maka perusahaan memerlukan informasi
keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis
yang dilakukan akan tergantung pada besarnya kredit, jangka
waktu kredit, jenis usaha pelanggan, besar kecilnya usaha
pelanggan dan lain-lain.
e) Kesehatan Perusahaan ditinjau dari Karyawan
Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik
menganalisis keuangan perusahaan untuk memastikan apakah
15
keuangan perusahaan atau perusahaan yang dimasuki tersebut
mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor
yang dapat dianalisis anatara lain provitabilitas perusahaan,
kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan menghasilkan
kas dari perusahaan(cash generating ability).
f) Pemerintah
Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk
menentukan besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan
tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri. Bagi industri
yang diatur (regulated industry), tingkat keuntungan biasanya
ditentukan oleh pemerintah dengan menambahkan sejumlah
presentase tertentu diatas biaya modalnya. Apabila perusahaan
akan menjual sahamnya ke pasar modal, maka pemerintah
(dalam hal ini Bapepam) akan menganalisis keuangan
perusahaan untuk menentukan layak tidaknya perusahaan
tersebut untuk go public.
g) Analisis Internal
Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen)
akan memerlukan informasi mengenai kondisi keuangan
perusahaan untuk menentukan sejauh mana perkembangan
perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis
evaluasi prestasi manajemen. Bagi pihak manajemen, informasi
keuangan tentu bisa digunakan sebagai dasar pengambilan
16
keputusan, untuk perencanaan atau untuk
mengevaluasi
perubahan strategi.
h) Analisis Pesaing
Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan
untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing.
Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan strategi
perusahaan seperti strategi harga, strategi merebut pangsa pasar,
atau keputusan-keputusan lainnya.
i) Penilaian Kerusakan
Analisis keuangan juga bisa dipakai untuk menentukan
besarnya
kerusakan/kerugian
yang
dialami
perusahaan.
Misalnya, pihak perusahaan asuransi menggunakan informasi
akuntansi untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami
perusahaan dan ganti rugi yang dibayarkan kepada perusahaan.
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk
menyederhanakan data sehingga data lebih mudah dimengerti.
Pertama-tama
penganalisis
harus
mengorganisir
atau
mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur, kemudian
menganalisis dan menginterpretasikan sehingga data menjadi
lebih berarti (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9). Metode
analisis yang digunakan yaitu :
17
a) Analisis Vertikal
Apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi
satu
periode
atau
satu
saat
saja,
yaitu
dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya
dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu
saja (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9).
b) Analisis Horizontal
Analisa
dengan
melakukan
perbandingan
laporan
keuangan untuk beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9).
Sedangkan teknik analisis dibagi menjadi :
a) Analisis laporan keuangan komparatif
Dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba
rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke
periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perusahan
saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa
tahun. Perbandingan laporan selama beberapa periode dapat
menunjukkan arah, kecepatan, dan jangkauan jarak sebuah
tren (Subramanyam dan Wild, 2010:34).
18
b) Analisis laporan keuangan common-size
Analisis common-size disusun dengan jalam menghitung
tiap-tiap rekening dalam Laporan Laba/Rugi dan Neraca
menjadi proporsi dari total penjualan (untuk Laporan
Laba/Rugi) atau dari total aktiva (untuk Neraca). Analisis
common-size dihitung dengan menghitung persentase setiap
item dalam Neraca terhadap total aktiva (dalam common-size
Neraca), atau menghitung persentase setiap item Laporan
Laba/Rugi terhadap penjualan (dalam common-size Laporan
Laba/Rugi) (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9-10).
c) Analisis rasio
Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan
keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Meskipun perhitungan
rasio hanyalah merupakan operasi aritmatika sederhana,
namun hasilnya memerlukan interpretasi yang tidak mudah.
Agar hasil perhitungan rasio menjadi bermakna, sebuah rasio
sebaiknya mengacu pada hubungan ekonomis yang penting.
Rasio harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena faktorfaktor yang memepengaruhi pembilang dapat berkorelasi
dengan faktor-faktor yang memengaruhi penyebut (Hery,
2012:163).
19
4. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara garis besar, rasio keuangan dibagi menjadi :
a) Rasio Likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera
jatuh tempo. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus
memiliki tingkat ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset
lancar lainnya yang juga dapat dengan segera dikonversi atau
diubah menjadi kas (Hery, 2015:175).
1)
Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir,
2012:134).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar :
20
2)
Rasio Sangat Lancar
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan
persediaan,
karena
persediaan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir
menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera
dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin
persediaan
lebih
likuid
daripada
piutang
(Munawir, 2004:74).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat
lancar :
3)
Rasio Kas
Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar
utang
jangka
kemampuan
pendek.
Rasio
perusahaan
yang
ini
menggambarkan
sesungguhnya
dalam
melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh
tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang
ada (Hery, 2015:183).
21
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kas :
b) Rasio Solvabilitas
Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang.
Penggunaan
utang
yang
terlalu
tinggi
akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk
dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit
untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai
untuk membayar utang (Irham Fahmi,2012: 62).
1) Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)
Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antar total utang
dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pembiayaan aset. Membandingkan antara jumlah utang
dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan
22
sejauh mana dana yang dipinjam telah digunakan untuk
membeli aset (Hery, 2015:195) .
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang
terhadap aset :
2) Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap
modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang
dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya
perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh
kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetauhi berapa bagian dari setiap rupiah modal yang
dijadikan sebagai jaminan utang (Hery, 2015:198).
Rumus untuk menghitung rasio utang terhadap modal :
23
3) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest
Earned Ratio)
Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan
sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Kemampuan perusahaan disini diukur dari
jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio kelipatan bunga
yang dihasilkan dihitung sebagai hasil bagi antara laba
sebelum bunga dan pajak dengan besarnya beban bunga yang
dibayarkan.
Kemampuan
perusahaan
membayar
bunga
pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak (Hery, 2015:201).
Rumus rasio kelipatan bunga yang dihasilkan :
4) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating
Income to Liabilities Ratio)
Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi seluruh kewajiban. Kemapuan perusahaan disini
diukur dari jumlah laba operasional. Rasio laba operasional
terhadap kewajiban dihitung sebagai hasil bagi antara laba
24
operasional dengan total kewajiban. Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana laba operasional boleh menurun tanpa
mengurangi
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajiban (Hery, 2015:203).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio laba
operasional terhadap kewajiban :
5) Rasio Fixed Charge Coverage
Rasio
ini
menghitung
kemampuan
perusahaan
membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa. Rasio ini
memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang,
tetapi
sewa
merupakan
beban
tetap
dan
mengurangi
kemmapuan hutang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap
tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga
(Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:34).
Rumus Rasio Fixed Charge Coverage :
25
c) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas dikenal
juga sebagai rasio rentalibilitas. Disamping bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk
mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan
penjualan, pengunaan aset, maupun penggunaan modal (Hery,
2015:226-227).
1) Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)
Hasil pengembalian aset merupakan rasio yang
menunjukkan
seberapa
besar
kontribusi
aset
dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap total aset (Hery, 2015:228).
26
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung
hasil
pengembalian atas aset :
Hasil Pengembalian Atas Aset =
2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas (Hery, 2015:230).
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung
hasil
pengembalian atas ekuitas :
Hasil Pengembalian atas Ekuitas =
3) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas
penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung
27
sebagai hasil pengurangan antara penjualan. Yang dimaksud
dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai
maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual
serta potongan penjualan (Hery, 2015:231). Rumus :
Margin Laba Kotor =
4) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin)
Margin laba operasional adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas
penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional
sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor
dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri
atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi
(Hery, 2015: 233). Rumus :
Margin Laba Operasional =
5) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan
bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung
28
sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak
penghasilan dengan beban pajak penghasilan (Hery,
2015:235).
Rumus yang digunakan untuk mrnghitung margin laba
bersih :
Margin Laba Bersih =
d) Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan menilai
efektivitas
perusahaan
dalam
menggunakan
aset
yang
dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Rasio ini juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari
hasil pengukuran rasio ini akan dapat diketahui mengenai
kinerja manajemen yang sesungguhnya dalam mengelola
aktivitas perusahaan (Hery, 2012:209).
1) Rasio Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn
Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar
dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata
29
penagihan piutang usaha. Rasio ini menggambarkan
seberapa cepat piutang usaha berhasil ditagih menjadi kas
(Hery, 2015:211-212).
Rumus untuk menghitung rasio perputaran piutang usaha :
2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu
periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata persediaan
tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual. Rasio ini
menggambarkan seberapa cepat persediaan barang dagang
berhasil dijual kepada pelanggan (Hery, 2015:214-216).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran
persediaan :
30
3) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn
Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan
modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil
bagi antara besarnya penjualan (tunai maupun kredit)
dengan rata – rata aset lancar (Hery, 2015:218).
Rumus untuk menghitung rasio Perputaran Modal Kerja :
4) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan
aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa
efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi menciptakan
penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara
besarnya penjualan dengan rata – rata setiap aset (Hery,
2015:219-220).
31
Rumus untuk menghitung rasio perputaran aset tetap :
5) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan
total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur berapa
jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung
sebagai hasil bagi antara besarnya penjualan dengan rata –
rata total aset (Hery, 2015:221).
Rumus untuk menghitung rasio perputaran total aset :
Download