BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan letak geografis pada 6°LU - 11°08'LS. Letak Indonesia di daerah khatulistiwa ini mengakibatkan Indonesia memiliki sun hour atau jam penyinaran matahari yang relatif lama. Suhu udara di Indonesia berkisar 24-35 derajat celcius pada musim kemarau. Efek rumah kaca yang terjadi akibat pemanasan global membuat suhu di Indonesia semakin memanas. Pada Oktober 2013, tercatat oleh BMKG suhu di Yogyakarta mencapai 37ºC ketika matahari tepat berada di atas [1]. Suhu yang tinggi tersebut juga berakibat meningkatnya suhu di dalam ruangan. Tingkat kenyamanan thermal manusia di suatu ruangan berkisar 19ºC - 26ºC. Suhu lingkungan yang tinggi mengakibatkan seseorang merasa tidak nyaman pada suatu ruangan sehingga mengganggu manusia dalam beraktivitas. Salah satu solusi menurunkan suhu ruangan hingga tingkat nyaman adalah memasang Air Conditioner (AC) pada ruangan. Akan tetapi penggunaan AC memiliki kerugian yang jika diabaikan akan menyebabkan masalah. Gas freon yang dibuang oleh AC dapat menyebabkan pemanasan global yang semakin parah. Jika dalam jumlah yang besar, hal ini mengakibatkan suhu lingkungan yang semakin meningkat. Peningkatan suhu secara global berefek pada mencairnya es di kutub utara dan selatan membuat permukaan air semakin meningkat. Saat ini tinggi permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20 dan diperkirakan akan naik menjadi 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Pulau-pulau yang mempunyai luas wilayah yang kecil dalam jangka panjang dapat tenggelam [2]. Selain itu AC menggunakan energi listrik yang cukup besar. 1 unit AC split 1 pk, membutuhkan daya listrik sebesar 700 W hingga 1500 W. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk satu unit AC split dalam satu bulan berkisar Rp 105.336,00. 1 2 Pada rumah tangga penggunaan energi listrik untuk AC mencapai kurang lebih 41% dari total energi listrik yang digunakan. Sedangkan pada perkantoran, instansi, hotel, hingga mall penggunaan daya untuk sistem pendingin udara mencapai 70% dari daya total yang digunakan. Pada tahun 1995 telah dipatenkan sebuah Clay Refrigerator yang mampu menjaga dan menurunkan suhu di dalam sebuah pot. Mohammad Bah Abba merupakan seseorang dibalik terciptanya Clay Refrigerator ini. Bah Abba membuat sebuah pot kecil di dalam pot besar (pot-in-pot) dan di antara pot bagian dalam dan luar diisi oleh pasir dan dibasahi air secara berkala. Cara kerja Clay Refrigator ini juga cukup sederhana, ketika air dalam media pasir basah berevaporasi, maka proses evaporasi tersebut menarik panas yang ada di dalam pot, sehingga suhu di dalam pot menjadi lebih dingin. Clay Refrigerator ini dapat menurunkan suhu hingga 14ºC dan menjaga sayur dan buah-buahan di dalamnya selama 3 minggu. Di belahan dunia lain, Felix Trombe dari Perancis mendesain sebuah tembok yang dapat menahan panas yang ada di dalam ruangan. Tembok ini menggunakan batu dan batako sebagai dinding untuk mengumpulkan panas di siang hari dan melepaskan panas tersebut secara perlahan di malam hari sehingga penghuni di dalamnya terasa nyaman karena suhu di dalam ruangan tersebut masih hangat. Tembok yang akhirnya dinamai Trombe Wall inilah yang kemudian menjadi dasar pembuatan desain pemanasan pasif [3]. Pada tahun 2013, penulis melakukan penelitian awal terhadap desain dinding melalui “Program Kreativitas Mahasiswa”. Dinding tersebut menggunakan gerabah sebagai material utama dan dibentuk seperti batu bata namun memiliki ukuran yang besar. Penelitian ini telah berhasil mengukur permukaan dinding bagian dalam dan didapatkan penurunan suhu sebesar 3ºC. Namun penelitian yang dilakukan ini hanya membandingkan satu sisi antara dinding dengan material yang umum digunakan dengan dinding yang telah direkayasa dan belum dilakukan secara menyeluruh untuk satu buah ruangan. Penelitian ini juga belum mengukur tingkat kenyamanan thermal di dalam ruangan [4]. 3 Dari penemuan dan penelitian yang telah ada saat ini, dapat dimungkinkan untuk membuat desain sebuah tembok yang mampu menjaga suhu di dalam ruangan seperti Trombe Wall dan mampu membuang panas dari dalam ruangan seperti Clay Refrigerator. Desain dari dinding ini menggunakan sebuah medium penyerap air dan sebuah lapisan evaporatif di luarnya sehingga memungkinkan terjadinya evaporasi pada dinding dan mampu menurunkan suhu ruangan di dalamnya. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya desain dinding yang mampu menurunkan suhu. Dilakukan pula pemodelan matematis dan simulasi pada komputer dari desain yang telah dibuat. Dari hasil desain dan simulasi, dibuat prototipe desain dan dilakukan uji coba dengan membangun sebuah ruangan agar didapatkan hasil dalam kondisi yang sebenarnya. I.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana desain pendingin udara alami dengan sistem passive cooling ? 2. Apakah desain pendingin udara tersebut dapat memberikan rasa nyaman kepada penghuni ruangan tersebut ? Dalam pelaksanaannya, penelitian ini memiliki batasan masalah sebagai berikut: 1. Perpindahan panas yang terjadi hanya pada dinding 2. Parameter kuantitatif yang digunakan adalah suhu dan kelembaban I.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi desain dinding yang mampu menurunkan suhu ruangan dan nyaman secara termal. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai inovasi desain awal pendingin ruangan alami dan membuka studi lebih lanjut tentang penelitian pendingin ruangan evaporatif.