BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel Peneliti Terdahulu ALAT ANALISIS PENELITI JUDUL Rosita (2008) Analisis Portofolio Saham Melalui Model Indeks Tunggal sebagai Penilaian Expected Rates of Return & Standards Deviation (Sektor Perbankan) Periode 2005-2007 Model Indeks Tunggal Tingkat keuntungan yang diharapkan sebsear 1,68% dan risikonya sebesar 9% Mohammad Badrul Ulum (2009) Analisis Portofolio Saham yang Optimal Berdasarkan Metode Markowitz Efficient Frontier sebagai Dasar Penilaian Tingkat Risiko dan Pengembalian Saham pada 3 Saham Perbankan Periode 2005-2008 Metode Markowitz Efficient Frontier Saham yang optimal ketika proporsi saham BRI sebesar 55%, saham Mandiri sebesar 25% dan saham BNI sebesar 20%. Dwi Ratna Furi (2010) Analisis Kinerja Portofolio Saham Kategori JII Berdasarkan Indeks Sharpe, Treynor, & Jenses Periode 2007-2009 Model Indeks Sharpe, Treynor & Jensen Sharpe : PTBA dan UNVR(0,2590) Treynor : AALI dan UNVR(0,0413) Jensen: BUMI dan PTBA(0,0336) 6 HASIL Penelitian yang dilakukan oleh Rosita pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Portofolio Saham Melalui Model Indeks Tunggal sebagai Penilaian Expected Rates of Return & Standards Deviation (Sektor Perbankan) Periode 2005-2007. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya pada tiga sektor perbankan yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI dan mengambil sepertiga saham dari bank-bank tersebut, maka tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio saham tersebut sebesar 1,68% dan sebesar 9%. risikonya Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Badrul Ulum pada tahun 2009 dengan judul “Analisis Portofolio Saham yang Optimal Berdasarkan Metode Markowitz Efficient Frontier sebagai Dasar Penilaian Tingkat Risiko dan Pengembalian Saham pada 3 Saham Perbankan Periode 2005-2008”. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya dimana saham yang diteliti berjumlah 3 buah saham yaitu saham BRI, saham Mandiri dan saham BNI. Menurut penelitian beliau, saham yang optimal ketika proporsi saham BRI sebesar 55%, saham Mandiri sebesar 25% dan saham BNI sebesar 20%. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Furi pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Kinerja Portofolio Saham Kategori JII Berdasarkan Indeks Sharpe, Treynor, & Jensen Periode 2007-2009. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya terdapat hasil dengan menggunakan indeks sharpe diperoleh portofolio 10 (PTBA&UNVR) dengan nilai 0,2590, indeks treynor diperoleh portofolio 4 (AALI&UNVR) dengan nilai 0,0413, dan indeks Jensen diperoleh portofolio 6 (BUMI&PTBA) dengan nilai 0,0336. Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menganalisis portofolio saham agar menjadi sebuah portofolio yang optimal, sedangkan perbedaannya adalah: 7 1. Obyek penelitian saham perusahaan berbeda, saham perusahaan terus bergerak pada periode tertentu. 2. Periode penelitian mulai Januari 2009 sampai Desember 2011. 2.2 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, serta membantu dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan tersebut, bukan sekedar pendapat dari pengarang saja, melainkan teori yang sudah teruji kebenarannya (Riduwan, 2004). 2.2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham suatu perusahaan didaftarkan dibursa efek dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan. Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut. Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan. Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka panjang). Dividen 8 yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham. Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas suatu saham perusahaan dengan harga jual saham dilantai bursa. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain. Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian menjualnya lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.Selain keuntungan keuntungan berupa capital gain tersebut, pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus. Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana. Karena dikenal dengan karakteristik high risk – high return, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Risiko yang dapat dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, adalah seperti capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, investor mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk mengahindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah, yang disebut dengan cut loss. Di samping risiko capital loss, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko seperti perusahaan bangkrut atau dilikuidasi. Bila perusahaan tersebut bangkrut, maka otomatis berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut. 9 Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. Suatu saham yang didelist dari Bursa umunya memiliki kinerja yang buruk, misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia. Adanya risiko berupa di suspend alias dihentikannya perdagangan saham tertentu oleh otoritas Bursa juga merupakan ancaman lain bagi para investor. Bila saham tersebut telah di suspend, maka para investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas dari perusahaan tersebut, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa atau saham tersebut dapat diperdagangkan lagi seperti semula. 2.2.2 Jenis Indeks Harga Saham Jenis-jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia: a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks dimana satuan perubahan indeks dinyatakan dengan satuan poin. b. Indeks Individual Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar x 100% Dimana: 10 IHST = Indeks saham periode t NPt = Nilai pasar pada hari ke-t ND = Nilai Dasar c. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEJ, indeks sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor: a. Sektor-sektor primer (ekslaratif) 1. Pertanian 2. Pertambangan b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) 1. Industri dasar dan kimia 2. Aneka Industri 3. Industri barang konsumen c. Sektor-sektor tertier (jasa) 1. Properti dan real estate 2. Transportasi dan infrastruktur 3. Keuangan 4. Perdagangan, jasa dan investasi d. Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Indeks ini terdiri dari 45 saham / emiten dengan likuiditas yang tinggi, yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk masuk dalam LQ45: 11 1. regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar 2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan. 5. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. BEJ secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus. Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai Hari Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993 – Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72,5 % dari nilai transaksi di pasar reguler. e. Indeks Jakarta Islamic (JII) Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI, indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasikan syariat-syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan Syariah Islam. Dalam indeks ini terdapat 30 saham pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai tolak ukur saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual beli saham. 2.2.3 JII (Jakarta Islamic Index) Jakarta Islamic Index adalah indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak dewan pengawas syariah PT Danareksa Investment Management. Sedangkan untuk menentukan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII telah 12 ditetapkan peraturan Bursa Efek Indonesia dalam Surat Edaran SE- 00003/BEI.PSH/04-2011 perihal tentang Pengawasan Perdagangan Waran di Bursa, yang berisi sebagai berikut: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 4. Memilih urutan berdasarkan tingkat likuiditas nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 13 2.2.4 Investasi Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang dipertimbangkan dalam pangambilan keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal sangat memerlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana saja dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki. yang akan Investasi juga merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal (Downes dan Goodman dalam warsono, 2001:1) Pada dasarnya investor sangat menyukai investasi yang menghasilkan pengembalian tertinggi, tetapi tidak menyukai adanya risiko. Tingkat pengembalian yang tinggi, akan selalu diikuti risiko yang tinggi. Jadi, tidaklah tepat bahwa tujuan investasi adalah untuk mendapat tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya, karena hal ini akan diikuti oleh risiko yang tinggi pula. Dalam rangka untuk menyeimbangkan antara tingkat pengembalian dan risiko ini diperlukan pengelolaan investasi, sehingga akan memperoleh investasi yang rasional, dalam arti dengan risiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh tingkat pengembalian tertentu, atau dengan risiko tertentu akan memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya. Menurut Tandelilin (2000 : 5), beberapa alasan seseorang melakukan investasi, antara lain: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu, atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. 14 c. Dorongan untuk menghemat pajak. 2.2.5 Investasi dalam Pandangan Islam Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehensif memberikan pedoman kepada manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia dengan tujuan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Islam merupakan way of life yang tidak saja berisi urusan manusia dengan Tuhannya, melainkan juga urusan manusia dengan lingkungannya. Tuhan menciptakan manusia untuk saling berbagi karena tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah. Adapun salah salah satu dalil yang mendukung manusia untuk menginvestasikan hartanya terdapat dalam Surat At-Taubah ayat 34-35, yang berbunyi sebagai berikut: ِﻞ ِ ﱠﺎس ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃ ِ َال اﻟﻨ َ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا إِ ﱠن َﻛﺜِ ًﲑا ِﻣ َﻦ ْاﻷَ ْﺣﺒَﺎ ِر وَاﻟﱡﺮْﻫﺒَﺎ ِن ﻟَﻴَﺄْ ُﻛﻠُﻮ َن أَْﻣﻮ ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﻀﺔَ وََﻻ ﻳـُْﻨ ِﻔﻘُﻮﻧـَﻬَﺎ ِﰲ َﺳﺒ َﺐ وَاﻟْ ِﻔ ﱠ َ ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ ۗ◌ وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳَ ْﻜﻨِﺰُو َن اﻟ ﱠﺬﻫ ِ ﺼﺪﱡو َن َﻋ ْﻦ َﺳﺒ ُ ََوﻳ َاب أَﻟِﻴ ٍﻢ ٍ ﻓَـﺒَ ﱢﺸ ْﺮُﻫ ْﻢ ﺑِ َﻌﺬ ۖ◌ َٰﻫﺬَا ﻣَﺎ .ُﺴ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺬُوﻗُﻮا ﻣَﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻜﻨِﺰُو َن ِ ْﰎ ﻷَِﻧْـﻔ َُْﻛﻨـَﺰ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah 15 harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". 2.2.6 Proses Investasi Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:(Halim, 2005:4) a. Menentukan tujuan investasi Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (risk of rate), dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan. b. Melakukan analisis Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar proporsi masing-masing saham dalam portofolio optimal. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 1) Pendekatan fundamental. Pendekatan ini berdasarkan pada informasiinformasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. 2) Pendekatan teknikal. Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. c. Membentuk portofolio Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masingmasing efek tersebut. d. Mengevaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. 16 e. Merevisi kinerja portofolio Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Investasi dalam aktiva keuangan dapat dilakukan dengan investasi langsung ataupun investasi tidak langsung (Jogiyanto, 2000:7). a. Investasi Langsung Investasi langsung adalah investasi yang dilakukan dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan yang diperjualbelikan. Aktiva keuangan bisa berupa tabungan dan deposito. Serta investasi langsung yang dapat diperjualbelikan berupa surat berharga pendapatan tetap dan saham. b. Investasi Tidak Langsung Investasi tidak langsung adalah suatu investasi yang dilakukan melalui pembelian dari perusahaan investasi dimana perusahaan investasi merupakan perusahaan yang mengelola dana investasi yang mempunyai aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain. Untuk perusahaan investasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi Unit Investment Trust, Closed-end Investment companies dan Open-end Investment Companies. (Jogiyanto, 2000:10) 2.2.7 Return dan Risiko Investasi Setiap investasi memiliki return dan risiko masing-masing. Investor harus memperhatikan hubungan antara kedua hal tersebut, untuk itu peneliti membahas tentang return dan risiko investasi. a. Return Investasi Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut (Jogiyanto, 2003; 109) dapat dibedakan menjadi: 1) Return Realisasi (realized return) Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa mendatang. 17 Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Adapun rumus return realisasi menurut (Jogiyanto, 2003; 111) adalah: Ri Pt Pt 1 Dt Pt 1 (Jogiyanto, 2003; 111) Keterangan: Ri : return saham Pt : harga saham pada saat t Pt-1 : harga saham pada saat t-1 Dt : dividen kas pada akhir periode 2) Return Ekspektasi (Expected Return) Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu: a. Pendekatan Peramalan Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai berikut (Jogiyanto, 2003;126): n E ( Ri ) ( Rij .Pj ) j 1 Keterangan: E (Ri) : Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i Rij : Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i Pj : Probabilitas hasil masa depan ke j 18 b. Pendekatan Historis Yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata- rata return yang telah terjadi dengan rumus sebagai berikut; E (Ri) = (R ) i n b. Risiko Investasi Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. 1) Pengelompokan Risiko Risiko adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa, baik itu peristiwa yang menguntungkan ataupun merugikan. Risko dapat dikelompokkan berdasarkan: a) Risiko tidak Sistematis ( ei 2 ) Merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui diversifikasi (diverfiable). Risiko yang termasuk dalam kelompok ini adalah risiko kegagalan karena kondisi intern perusahaan, risiko kredit atau financial, risiko manajemen atau convertability risk. b) Risiko sistematik (βi) Merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham dipasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, inflasi, devaluasi, dan resesi. Besarnya nilai risiko dapat dicari dengan menghitung standar deviasi, atau dengan menghitung besarnya varian. Standar deviasi adalah ”a 19 statistical measure of the variability of a distribution around its mean. It is the square root of the variance”. (Horne and Wachowizc, 1998) c) Hubungan Risiko Tidak Sistematis dan Risiko Sistematis Gambar 2.1 Hubungan Systematic Risk & Unsystematic Risk (Total Risk) Gambar 2.1 di atas menjelaskan hubungan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tersebut digambarkan melalui risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko sistematis (Systematic risk) dan risiko tidak sistematis (Unsystematic risk). Risiko tersebut dipergunakan karena dapat mengukur secara garis besar tingkat risiko secara keseluruhan. 2) Pengukuran Risiko a) Pengukuran risiko sistematis/Beta saham Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Volatilitas 20 dapat diartikan fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003;193). Adapun rumus beta sekuritas (Jogiyanto, 2003;201): i im m 2 Keterangan: βi : Beta sekuritas σm : Kovarian return antara sekuritas ke i dengan return pasar Σm2 : varian return pasar Beta juga dapat dihitung dengan menggunakan teknik persamaan regresi. Teknik regresi untuk mengestimasikan beta suatu sekuritas sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variable independent (Jogiyanto, 2003: 233). Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasikan beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal: Ri = αi + βi.Rm + ei b) Pengukuran risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan bagian dari risiko saham yang tidak dapat dipengaruhi oleh pergerakan pasar. Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residu atau abnormal return (ei). Adapun rumus risiko tidak sistematis (Jogiyanto, 2003;238): ei i i . m 2 2 2 2 Keterangan: ei 2 : Risiko tidak sistematis 21 i 2 : varian residu i 2 : Beta saham m 2.2.8 2 : Varian pasar Hubungan Return dan Risiko Investasi Secara teknis, semakin besar hasil pengembalian yang diharapkan maka risiko yang dihadapi oleh investor juga semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Trade-off Risk and Return Gambar 2.2 menunjukan adanya hubungan positif antara risiko dan return. Garis vertikal dalam gambar 1 menunjukan besarnya tingkat hasil yang diharapkan yang layak, sedangkan garis horizontal memperlihatkan risiko yang ditanggung investor. Titik Rf pada gambar menunjukan return bebas risiko (risk-free rate). Rf pada gambar di atas menunjukan satu pilihan investasi yang menawarkan return sebesar Rf dengan risiko sebesar nol (0). Kesimpulan dari pola hubungan antara 22 risiko dan return adalah, bahwa risiko dan return mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin tinggi risiko suatu aset semakin tinggi pula return dari aset tersebut, demikian juga sebaliknya. 2.3 Teori Portofolio Arti portofolio adalah sekumpulan surat-surat atau sekumpulan kesempatan investasi. Menurut Tandelilin (2001;456) berpendapat bahwa aspek pokok teori portofolio adalah konsep leader risiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam suatu portofolio akan berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri. Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi, instrumen pasar uang atau jenis investasi yang dimiliki seseorang atau badan yang biasanya disusun sedemikian rupa dalam rangka penyebaran risiko. Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk adverse). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan diharapkan yang sam dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001;63). Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Portofolio optimal adalah portofolio yang efisien yang memberikan manfaat maksimal bagi investor (Reilly 2003:278). Menurut Fabozzi (1995:60), portofolio optimal “given choise of efficient portfolio from which an investor can select, an optimal portfolio is the one that is most preferred”. Pengertian lain dari portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal. 23 2.4 Analisis Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset financial yang dimiliki oleh investor. Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan jalan diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif (Halim,2005:54). Investor dapat menentukan kombinasi efek-efek untuk membentuk portofolio, efisien maupun yang tidak efisien. Suatu portofolio dapat dikatakan efisien baik yang apabila memenuhi dua kriteria yaitu: (Halim,2005:54) a. Memberikan ER terbesar dengan risiko yang sama. b. Memberikan risiko terkecil dengan ER yang sama. Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal. Sedangkan untuk membentuk portofolio yang optimal kita harus menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan prevensinya (Halim, 2002:59). 2.5 Risiko Portofolio Risiko adalah kerugian yang dihadapi oleh para investor (Fabozzi, 1995). Risiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan (Brigham and Weston, 1990). Besarnya risiko dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Interest Rate Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga. 2. Market Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi pasar secara keseluruhan. 3. Inflation Risk, adalah risiko yang mempengruhi seluruh saham yang diquote dalam mata uang tertentu. 24 4. Business Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena melakukan investasi pada industri atau lingkungan tertentu. 5. Financial Risk, adalah risiko yang timbul karena perusahaan menggunakan instrumen uang. 6. Liquidity Risk, adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder dimana instrumen investasi tersebut diperdagangkan. 7. Exchange Rate Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain apabila investor melakukan investasi ke berbagai negara (diversifikasi internasional). 8. Country Risk, adalah risiko yang terkait dengan risiko atau keadaan politik suatu negara tempat berinvestasi. 2.6 Model Indeks Portofolio Model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian sutau efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau indeks. Sebagai proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model indeks berusaha untuk mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara sistematis dapat menggerakkan harga saham untuk semua efek. Secara implisit, dalam kontruksi model indeks terdapat asumsi bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi (Halim,2005:82). Suatu pernyataan formal mengenai hubungan itu adalah model indeks atau model faktor dari tingkat pengembalian efek. Hasilnya, dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk menghitung ER, varians, dan kovarians setiap efek sehingga dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik sensitivitas portofolio terhadap perubahan faktor atau indeks (Halim,2005:82). Ada dua model indeks yang dapat digunakan untuk menghitung portofolio optimal: a. Model indeks tunggal 25 Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Faktor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Halim,2005:82). Tujuan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan perhitungan portofolio model Markowitz. Pada portofolio model Markowitz dibutuhkan parameter-parameter input berupa: 1) Tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham. 2) Variance masing-masing saham. 3) Covariance antar saham-saham. Perhitungan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara ekses return dengan beta (excess return to beta). (Jogiyanto,2000:225). b. Model Indeks Ganda (Multi-Index Models) Multi-index models lebih berpotensi dalam upaya untuk mengestimasi expected return, standar deviasi dan kovarians efek secara akurat. Karena pengembalian aktual efek tidak hanya sensitif terhadap perubahan IHSG, artinya terdapat kemungkinan adanya lebih dari satu faktor yang dapat mempengaruhinya. Multi index models menganggap bahwa ada faktor lain selain IHSG yang dapat mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek, misalnya tingkat bunga bebas risiko(Halim; 2005:86). Model tersebut sebenarnya merupakan model regresi linier berganda, dimana tingkat pengembalian efek i akan dipengaruhi oleh banyak variabel bebas. Tingkat pengembalian efek i yang tidak dapt dijelaskan oleh variabel-variabel bebas tersebut dinyatakan dengan i dan ei. Dalam hal ini i merupakan rata-rata dari tingkat pengembalian yang tidak dipengaruhi oleh variabel bebas dalam model. Sedangkan ei 26 merupakan tingkat pengembalian unik yang bersifat acak dan diasumsikan rataratanya bernilai 0. 2.7 Model Indeks Tunggal Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz, selanjutnya mengalami banyak perkembangan dan penyederhanan yang membawa dampak besar pada implementasi teori tersebut. Model tersebut adalah model indeks tunggal yang dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto, 2003;161). a. Return dan Risiko Saham Model Indeks Tunggal Return suatu saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Ri = ai + βt . Rm (Jogiyanto, 2003;232) Keterangan: Ri : return sekuritas ke i ai : suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke i yang independent terhadap kinerja pasar βt : beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Rt : akibat dari perubahan Rm Rm : tingkat return dari indeks pasar juga merupakan variable acak Variabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return pasar. Variable ai dapat dipecah menjadi nilai yang ekspektasi (expected value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai berikut: ai = αi + ei 27 Persamaan return suatu saham, sekarang bisa ditulis menjadi: Ri = αi + βi . Rm + ei Keterangan: Αi : nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar ei : kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan 1) nilai ekspektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0 Sedangkan return pasar dapat dirumuskan sebagai berikut: Rm 2) IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1 (Jogiyanto, 2003; 232) Risiko (varian return) sekuritas dapat dirumuskan sebagai berikut: i i . m ei 2 2 2 2 Keterangan: 3) i 2 : risiko sekuritas i 2 : beta sekuritas m 2 : varian dari return pasar ei 2 : varian dari kesalahan residu Covarian return antar sekuritas i dan j ij i . j . m 2 b. Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal Return ekspektasi dari suatu portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari return sekuritas ekspektasi individual sekuritas. Adapun rumusnya sebagai berikut: E(Rp) = αp + βp.E(Rm) 28 Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai masing- masing sekuritas: n p wi i i 1 Keterangan: p : beta portofolio wi : proporsi sekuritas i : beta sekuritas Sedangkan rumus Alpha sekuritas sebagai berikut: n p wi i i 1 Keterangan: p : alpha portofolio wi : proporsi portofolio i : alpha sekuritas Rumus dari risiko portofolio adalah: n p p m ( wi . ei ) 2 2 2 2 2 (Jogiyanto,2003;248) i 1 c. Penentuan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal Rumus yang digunakan: ERB E ( Ri ) Rf i Keterangan: ERB : Excess Return to Beta (kelebihan pengembalian) 29 E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko Βi : perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari saham i Sedangkan menurut Jogiyanto (2003;254), Cut-Off Rate (Ci) adalah merupakan pembatas pada tingkat tertentu, dengan rumus: m E ( Ri) Rf i 2 ei j 1 2 i 2 1 m i 2 j 1 ei 2 Ci i Keterangan: Ci : Cut-Off Rate (pembatas pada tingkat tertentu) E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko m 2 : Varians pasar ei 2 : Varian ei (Unsystematic risk) Ketentuan yang berlaku untuk masuk dalam portofolio optimal adalah: E ( Ri ) Rf Ci i Atau ERB>Ci Menurut Jogiyanto (2003;258), penentuan besarnya proporsi tiap-tiap saham dapat dihitung dengan rumus: Wi Zi n ZJ j 1 30 Keterangan: Wi : proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i Zi : skala dari timbangan atas tiap-tiap saham ZJ : total skala dari timbangan atas tiap-tiap saham Dimana: Zi i E ( Ri ) Rf C * 2 i ei Keterangan: Zi : skala dari timbangan atas tiap-tiap saham E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i i : perubahan tingkat pengembalian yangdiperkirakan dari nilai saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko C* : Cut-off Rate optimal portofolio ei : Varian ei (Unsystematic risk) 2 d. Hasil yang diharapkan untuk saham individual Menurut Jogiyanto (2003;234), Expected return sekuritas individual dengan model indeks tunggal dapat menggunakan rumus: E ( Ri) i i .E ( Rm) Keterangan: E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i i : Expected Return (nilai yang diperkirakan) i : perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari saham i E (Rm) : return ekspektasi dari indeks pasar 31 2.8 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran atau disebut juga kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suatu kerangka pemikiran akan memberikan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah penelitian. Peneliti dalam hal ini mengungkapkan bagaimana proses, logika atau rasionalitas kemungkinan terjadinya portofolio saham yang optimal pada saham- saham Jakarta Islamic Index. Seorang investor yang rasional dalam menentukan keputusan investasi pasti akan memilih berinvestasi pada saham portofolio optimal karena saham ini mempunyai tingkat risiko rendah dengan tingkat pengembalian tertentu. Untuk membentuk suatu portofolio saham yang optimal seorang investor dapat menggunakan model indeks tunggal sebagai alternatif dari model Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih sederhana. Hasil perhitungan yang didapat dengan menggunakan model indeks tunggal akan menghasilkan saham portofolio optimal yang nantinya dapat digunakan investor sebagai bahan pertimbangan apakah nantinya akan melakukan investasi pada saham tersebut apakah tidak. 32 Gambar 2.3 Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal Saham-saham Jakarta Islamic Index Investor Analisis Portofolio Optimal Model Indeks Ganda Model Indeks Tunggal Proses Analisis Portofolio Optimal Keputusan Investasi Sumber : Data diolah 33