bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Peneliti Terdahulu
ALAT
ANALISIS
PENELITI
JUDUL
Rosita (2008)
Analisis Portofolio Saham
Melalui Model Indeks Tunggal
sebagai Penilaian Expected
Rates of Return & Standards
Deviation (Sektor Perbankan)
Periode 2005-2007
Model Indeks
Tunggal
Tingkat keuntungan yang
diharapkan sebsear 1,68%
dan risikonya sebesar 9%
Mohammad Badrul
Ulum (2009)
Analisis Portofolio Saham yang
Optimal Berdasarkan Metode
Markowitz Efficient Frontier
sebagai Dasar Penilaian Tingkat
Risiko dan Pengembalian Saham
pada 3 Saham Perbankan
Periode 2005-2008
Metode
Markowitz
Efficient
Frontier
Saham yang optimal
ketika proporsi saham
BRI sebesar 55%, saham
Mandiri sebesar 25% dan
saham BNI sebesar 20%.
Dwi Ratna Furi
(2010)
Analisis Kinerja Portofolio
Saham Kategori JII Berdasarkan
Indeks Sharpe, Treynor, &
Jenses Periode 2007-2009
Model Indeks
Sharpe,
Treynor &
Jensen
Sharpe : PTBA dan
UNVR(0,2590)
Treynor : AALI dan
UNVR(0,0413)
Jensen: BUMI dan
PTBA(0,0336)
6
HASIL
Penelitian yang dilakukan oleh Rosita pada tahun 2008 dengan judul “Analisis
Portofolio
Saham Melalui Model Indeks Tunggal sebagai Penilaian Expected Rates of
Return & Standards Deviation (Sektor Perbankan) Periode 2005-2007. Dengan hasil
penelitian yang dilakukannya pada tiga sektor perbankan yaitu Bank Mandiri, BNI,
dan BRI dan mengambil sepertiga saham dari bank-bank tersebut, maka tingkat
keuntungan yang diharapkan dari portofolio saham tersebut sebesar 1,68% dan
sebesar 9%.
risikonya
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Badrul Ulum pada tahun 2009
dengan judul “Analisis Portofolio Saham yang Optimal Berdasarkan Metode
Markowitz Efficient Frontier sebagai Dasar Penilaian Tingkat Risiko dan
Pengembalian Saham pada 3 Saham Perbankan Periode 2005-2008”. Dengan hasil
penelitian yang dilakukannya dimana saham yang diteliti berjumlah 3 buah saham
yaitu saham BRI, saham Mandiri dan saham BNI. Menurut penelitian beliau, saham
yang optimal ketika proporsi saham BRI sebesar 55%, saham Mandiri sebesar 25%
dan saham BNI sebesar 20%.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Furi pada tahun 2010 dengan judul
“Analisis Kinerja Portofolio Saham Kategori JII Berdasarkan Indeks Sharpe,
Treynor, & Jensen Periode 2007-2009. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya
terdapat hasil dengan menggunakan indeks sharpe diperoleh portofolio 10
(PTBA&UNVR) dengan nilai 0,2590, indeks treynor diperoleh portofolio 4
(AALI&UNVR) dengan nilai 0,0413, dan indeks Jensen diperoleh portofolio 6
(BUMI&PTBA) dengan nilai 0,0336.
Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang adalah sama-sama menganalisis portofolio saham agar menjadi sebuah
portofolio yang optimal, sedangkan perbedaannya adalah:
7
1. Obyek penelitian saham perusahaan berbeda, saham perusahaan terus
bergerak pada periode tertentu.
2. Periode penelitian mulai Januari 2009 sampai Desember 2011.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan,
serta membantu dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan
tersebut, bukan sekedar pendapat dari pengarang saja, melainkan teori yang sudah
teruji kebenarannya (Riduwan, 2004).
2.2.1
Pengertian Saham
Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham suatu
perusahaan didaftarkan dibursa efek dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk
ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan
yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan.
Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk
mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital gain yang diperoleh investor ketika
menjual kembali saham tersebut. Dividen adalah pembagian yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut
(Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham ditentukan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang ingin mendapatkan dividen
harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran
dividen dilakukan.
Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor berniat
menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka panjang). Dividen
8
yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai artinya
pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu
untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang
saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang
investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas suatu saham
perusahaan
dengan harga jual saham dilantai bursa. Capital gain terbentuk dengan
adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder. Umunya investor dengan
orientasi jangka pendek mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai
capital gain. Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian menjualnya
lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.Selain keuntungan
keuntungan berupa capital gain tersebut, pemegang saham juga dimungkinkan untuk
mendapatkan saham bonus. Saham bonus merupakan saham yang dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham.
Agio saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham tersebut
pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana. Karena dikenal
dengan karakteristik high risk – high return, saham merupakan surat berharga yang
memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Risiko
yang dapat dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, adalah seperti capital
loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham
dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, investor
mengalami capital loss.
Dalam jual beli saham, terkadang untuk mengahindari potensi kerugian yang
makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka seorang investor
rela menjual saham dengan harga rendah, yang disebut dengan cut loss. Di samping
risiko capital loss, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi
risiko seperti perusahaan bangkrut atau dilikuidasi. Bila perusahaan tersebut
bangkrut, maka otomatis berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut.
9
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, maka jika suatu
perusahaan
bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.
Suatu saham yang didelist dari Bursa umunya memiliki kinerja yang buruk,
misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian
beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa
tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di
Bursa Efek
Indonesia. Adanya risiko berupa di
suspend
alias dihentikannya
perdagangan saham tertentu oleh otoritas Bursa juga merupakan ancaman lain bagi
para investor. Bila saham tersebut telah di suspend, maka para investor tidak dapat
menjual sahamnya hingga suspend dicabut.
Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi
perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun
waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya
suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan
oleh krediturnya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan. Jika telah
didapatkan suatu informasi yang jelas dari perusahaan tersebut, maka suspend atas
saham tersebut dapat dicabut oleh bursa atau saham tersebut dapat diperdagangkan
lagi seperti semula.
2.2.2
Jenis Indeks Harga Saham
Jenis-jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia:
a.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks dimana satuan perubahan indeks dinyatakan
dengan satuan poin.
b.
Indeks Individual
Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang
sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar x 100% Dimana:
10
IHST = Indeks saham periode t
NPt = Nilai pasar pada hari ke-t
ND = Nilai Dasar
c.
Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEJ, indeks
sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor:
a.
Sektor-sektor primer (ekslaratif)
1. Pertanian
2. Pertambangan
b.
Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur)
1. Industri dasar dan kimia
2. Aneka Industri
3. Industri barang konsumen
c.
Sektor-sektor tertier (jasa)
1. Properti dan real estate
2. Transportasi dan infrastruktur
3. Keuangan
4. Perdagangan, jasa dan investasi
d.
Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan
mengacu kepada 2
variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi
pasar. Indeks ini terdiri dari 45 saham / emiten dengan likuiditas yang tinggi,
yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain
penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham tersebut juga mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.
Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk
masuk dalam LQ45:
11
1.
regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
2.
Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama
12 bulan terakhir).
3.
Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.
5.
Keadaan
keuangan
perusahaan
dan
prospek
pertumbuhannya,
frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
BEJ secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang
masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan
setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan
Agustus. Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai
Hari Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar
Juli 1993 – Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total
market kapitalisasi pasar dan 72,5 % dari nilai transaksi di pasar reguler.
e.
Indeks Jakarta Islamic (JII)
Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI, indeks ini
merupakan indeks yang mengakomodasikan syariat-syariat investasi dalam
islam atau indeks yang berdasarkan Syariah Islam. Dalam indeks ini terdapat
30 saham pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai
tolak ukur saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual beli saham.
2.2.3
JII (Jakarta Islamic Index)
Jakarta Islamic Index adalah indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah
Islam yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk
mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
investasi dalam ekuiti secara syariah.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak dewan pengawas syariah PT Danareksa Investment Management. Sedangkan
untuk menentukan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII telah
12
ditetapkan
peraturan
Bursa
Efek
Indonesia
dalam
Surat
Edaran
SE-
00003/BEI.PSH/04-2011
perihal tentang Pengawasan Perdagangan Waran di Bursa,
yang berisi sebagai berikut:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.
3. Memilih 60 saham dari susunan diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
4. Memilih urutan berdasarkan tingkat likuiditas nilai perdagangan reguler
selama satu tahun terakhir.
Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan prinsip seperti:

Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.

Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.

Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.

Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
13
2.2.4
Investasi
Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada
dua faktor yang dipertimbangkan dalam pangambilan keputusan, yaitu tingkat
pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal sangat memerlukan pengetahuan
yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana saja
dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki.
yang akan
Investasi juga merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik
melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih
berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal (Downes
dan Goodman dalam warsono, 2001:1)
Pada dasarnya investor sangat menyukai investasi yang menghasilkan
pengembalian tertinggi, tetapi tidak menyukai adanya risiko. Tingkat pengembalian
yang tinggi, akan selalu diikuti risiko yang tinggi. Jadi, tidaklah tepat bahwa tujuan
investasi adalah untuk mendapat tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya,
karena hal ini akan diikuti oleh risiko yang tinggi pula.
Dalam rangka untuk menyeimbangkan antara tingkat pengembalian dan risiko
ini diperlukan pengelolaan investasi, sehingga akan memperoleh investasi yang
rasional, dalam arti dengan risiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh tingkat
pengembalian tertentu, atau dengan risiko tertentu akan memperoleh tingkat
pengembalian yang sebesar-besarnya.
Menurut Tandelilin (2000 : 5), beberapa alasan seseorang melakukan
investasi, antara lain:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.
Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu, atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
14
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
2.2.5 Investasi dalam Pandangan Islam
Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehensif memberikan pedoman
kepada manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia dengan tujuan
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Islam merupakan way of life
yang tidak saja berisi urusan manusia dengan Tuhannya, melainkan juga urusan
manusia dengan lingkungannya. Tuhan menciptakan manusia untuk saling berbagi
karena tangan
diatas lebih baik daripada tangan di bawah.
Adapun
salah
salah
satu
dalil
yang
mendukung
manusia
untuk
menginvestasikan hartanya terdapat dalam Surat At-Taubah ayat 34-35, yang
berbunyi sebagai berikut:
‫ِﻞ‬
ِ ‫ﱠﺎس ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃ‬
ِ ‫َال اﻟﻨ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا إِ ﱠن َﻛﺜِ ًﲑا ِﻣ َﻦ ْاﻷَ ْﺣﺒَﺎ ِر وَاﻟﱡﺮْﻫﺒَﺎ ِن ﻟَﻴَﺄْ ُﻛﻠُﻮ َن أَْﻣﻮ‬
‫ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
ِ ‫ﻀﺔَ وََﻻ ﻳـُْﻨ ِﻔﻘُﻮﻧـَﻬَﺎ ِﰲ َﺳﺒ‬
‫َﺐ وَاﻟْ ِﻔ ﱠ‬
َ ‫ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ ۗ◌ وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳَ ْﻜﻨِﺰُو َن اﻟ ﱠﺬﻫ‬
ِ ‫ﺼﺪﱡو َن َﻋ ْﻦ َﺳﺒ‬
ُ َ‫َوﻳ‬
‫َاب أَﻟِﻴ ٍﻢ‬
ٍ ‫ﻓَـﺒَ ﱢﺸ ْﺮُﻫ ْﻢ ﺑِ َﻌﺬ‬
‫ۖ◌ َٰﻫﺬَا ﻣَﺎ‬
.‫ُﺴ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺬُوﻗُﻮا ﻣَﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻜﻨِﺰُو َن‬
ِ ‫ْﰎ ﻷَِﻧْـﻔ‬
ُْ‫َﻛﻨـَﺰ‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah
15
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
2.2.6
Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan
dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:(Halim, 2005:4)
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (risk
of rate), dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan.
b. Melakukan analisis
Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar proporsi masing-masing saham dalam portofolio optimal.
Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
1)
Pendekatan fundamental. Pendekatan ini berdasarkan pada informasiinformasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa
efek.
2)
Pendekatan teknikal. Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan)
harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga
saham di masa mendatang.
c. Membentuk portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang
akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masingmasing efek tersebut.
d. Mengevaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun
terhadap tingkat risiko yang ditanggung.
16
e. Merevisi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio.
Investasi dalam aktiva keuangan dapat dilakukan dengan investasi langsung
ataupun investasi tidak langsung (Jogiyanto, 2000:7).
a. Investasi Langsung
Investasi langsung adalah investasi yang dilakukan dengan pembelian
langsung aktiva keuangan suatu perusahaan yang diperjualbelikan. Aktiva
keuangan bisa berupa tabungan dan deposito. Serta investasi langsung yang
dapat diperjualbelikan berupa surat berharga pendapatan tetap dan saham.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung adalah suatu investasi yang dilakukan melalui
pembelian dari perusahaan investasi dimana perusahaan investasi merupakan
perusahaan yang mengelola dana investasi yang mempunyai aktiva-aktiva
keuangan dari perusahaan lain. Untuk perusahaan investasi sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi Unit Investment Trust, Closed-end Investment
companies dan Open-end Investment Companies. (Jogiyanto, 2000:10)
2.2.7
Return dan Risiko Investasi
Setiap investasi memiliki return dan risiko masing-masing. Investor harus
memperhatikan hubungan antara kedua hal tersebut, untuk itu peneliti membahas
tentang return dan risiko investasi.
a.
Return Investasi
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut
(Jogiyanto, 2003; 109) dapat dibedakan menjadi:
1) Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data
historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa mendatang.
17
Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total
merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
Adapun rumus return realisasi menurut (Jogiyanto, 2003; 111) adalah:
Ri 
Pt  Pt 1  Dt
Pt 1
(Jogiyanto, 2003; 111)
Keterangan:
Ri
: return saham
Pt
: harga saham pada saat t
Pt-1
: harga saham pada saat t-1
Dt
: dividen kas pada akhir periode
2) Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa
mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua
analisis yaitu:
a. Pendekatan Peramalan
Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan,
yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai
berikut (Jogiyanto, 2003;126):
n
E ( Ri )   ( Rij .Pj )
j 1
Keterangan:
E (Ri)
: Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i
Rij
: Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i
Pj
: Probabilitas hasil masa depan ke j
18
b. Pendekatan Historis
Yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata-
rata return yang telah terjadi dengan rumus sebagai berikut;
E (Ri) =
 (R )
i
n
b. Risiko Investasi
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
1) Pengelompokan Risiko
Risiko adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa, baik itu
peristiwa
yang
menguntungkan
ataupun
merugikan.
Risko
dapat
dikelompokkan berdasarkan:
a) Risiko tidak Sistematis (  ei 2 )
Merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang
umumnya
dapat
dihindari
atau
diperkecil
melalui
diversifikasi
(diverfiable). Risiko yang termasuk dalam kelompok ini adalah risiko
kegagalan karena kondisi intern perusahaan, risiko kredit atau financial,
risiko manajemen atau convertability risk.
b) Risiko sistematik (βi)
Merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua
saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin
dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Risiko ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga
saham dipasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian,
iklim politik, peraturan perpajakan, inflasi, devaluasi, dan resesi.
Besarnya nilai risiko dapat dicari dengan menghitung standar deviasi,
atau dengan menghitung besarnya varian. Standar deviasi adalah ”a
19
statistical measure of the variability of a distribution around its mean. It
is the square root of the variance”. (Horne and Wachowizc, 1998)
c) Hubungan Risiko Tidak Sistematis dan Risiko Sistematis
Gambar 2.1
Hubungan Systematic Risk & Unsystematic Risk (Total Risk)
Gambar 2.1 di atas menjelaskan hubungan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Risiko tersebut digambarkan melalui risiko total yang merupakan
penjumlahan dari risiko sistematis (Systematic risk) dan risiko tidak sistematis
(Unsystematic risk). Risiko tersebut dipergunakan karena dapat mengukur
secara garis besar tingkat risiko secara keseluruhan.
2) Pengukuran Risiko
a)
Pengukuran risiko sistematis/Beta saham
Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (volatility) return
suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Volatilitas
20
dapat diartikan fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio dalam
suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003;193).
Adapun rumus beta sekuritas (Jogiyanto, 2003;201):
i 
 im
m 2
Keterangan:
βi
: Beta sekuritas
σm
: Kovarian return antara sekuritas ke i dengan return pasar
Σm2
: varian return pasar
Beta juga dapat dihitung dengan menggunakan teknik persamaan
regresi. Teknik regresi untuk mengestimasikan beta suatu sekuritas
sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variable independent
(Jogiyanto, 2003: 233).
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasikan beta
dapat didasarkan pada model indeks tunggal:
Ri
= αi + βi.Rm + ei
b) Pengukuran risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis merupakan bagian dari risiko saham yang
tidak dapat dipengaruhi oleh pergerakan pasar. Risiko tidak sistematis
diukur dengan varian residu atau abnormal return (ei). Adapun rumus
risiko tidak sistematis (Jogiyanto, 2003;238):
 ei   i   i . m
2
2
2
2
Keterangan:
 ei
2
: Risiko tidak sistematis
21
i
2
: varian residu
i
2
: Beta saham
m
2.2.8
2
: Varian pasar
Hubungan Return dan Risiko Investasi
Secara teknis, semakin besar hasil pengembalian yang diharapkan maka risiko
yang dihadapi
oleh investor juga semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Trade-off Risk and Return
Gambar 2.2 menunjukan adanya hubungan positif antara risiko dan return.
Garis vertikal dalam gambar 1 menunjukan besarnya tingkat hasil yang diharapkan
yang layak, sedangkan garis horizontal memperlihatkan risiko yang ditanggung
investor. Titik Rf pada gambar menunjukan return bebas risiko (risk-free rate). Rf
pada gambar di atas menunjukan satu pilihan investasi yang menawarkan return
sebesar Rf dengan risiko sebesar nol (0). Kesimpulan dari pola hubungan antara
22
risiko dan return adalah, bahwa risiko dan return mempunyai hubungan yang searah
dan linier.
Artinya semakin tinggi risiko suatu aset semakin tinggi pula return dari
aset tersebut, demikian juga sebaliknya.
2.3
Teori Portofolio
Arti portofolio adalah sekumpulan surat-surat atau sekumpulan kesempatan
investasi. Menurut Tandelilin (2001;456) berpendapat bahwa aspek pokok teori
portofolio adalah konsep leader risiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam
suatu portofolio akan berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri.
Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi, instrumen pasar uang
atau jenis investasi yang dimiliki seseorang atau badan yang biasanya disusun
sedemikian rupa dalam rangka penyebaran risiko.
Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai
perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah
investor cenderung menghindari risiko (risk adverse). Investor penghindar risiko
adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan
diharapkan yang sam dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi
dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001;63).
Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka
portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Portofolio optimal adalah
portofolio yang efisien yang memberikan manfaat maksimal bagi investor (Reilly
2003:278). Menurut Fabozzi (1995:60), portofolio optimal “given choise of efficient
portfolio from which an investor can select, an optimal portfolio is the one that is
most preferred”. Pengertian lain dari portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih
dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai
portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal.
23
2.4
Analisis Portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik
berupa aset riil maupun aset financial yang dimiliki oleh investor. Hakikat
pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan jalan diversifikasi,
yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang
berkorelasi negatif (Halim,2005:54).
Investor dapat menentukan kombinasi efek-efek untuk membentuk portofolio,
efisien maupun yang tidak efisien. Suatu portofolio dapat dikatakan efisien
baik yang
apabila memenuhi dua kriteria yaitu: (Halim,2005:54)
a.
Memberikan ER terbesar dengan risiko yang sama.
b.
Memberikan risiko terkecil dengan ER yang sama.
Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio
yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal.
Sedangkan untuk membentuk portofolio yang optimal kita harus menawarkan return
yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan prevensinya (Halim, 2002:59).
2.5
Risiko Portofolio
Risiko adalah kerugian yang dihadapi oleh para investor (Fabozzi, 1995).
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan
(Brigham and Weston, 1990). Besarnya risiko dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1.
Interest Rate Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh perubahan
tingkat suku bunga.
2.
Market Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi pasar
secara keseluruhan.
3.
Inflation Risk, adalah risiko yang mempengruhi seluruh saham yang diquote
dalam mata uang tertentu.
24
4.
Business Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena melakukan investasi
pada
industri atau lingkungan tertentu.
5.
Financial Risk, adalah risiko yang timbul karena perusahaan menggunakan
instrumen uang.
6.
Liquidity Risk, adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder
dimana instrumen investasi tersebut diperdagangkan.
7. Exchange Rate Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena perubahan nilai
tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain apabila investor
melakukan investasi ke berbagai negara (diversifikasi internasional).
8.
Country Risk, adalah risiko yang terkait dengan risiko atau keadaan politik
suatu negara tempat berinvestasi.
2.6
Model Indeks Portofolio
Model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian
sutau efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau indeks. Sebagai
proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model indeks berusaha untuk
mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara sistematis dapat menggerakkan
harga saham untuk semua efek. Secara implisit, dalam kontruksi model indeks
terdapat asumsi bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan
berkorelasi (Halim,2005:82).
Suatu pernyataan formal mengenai hubungan itu adalah model indeks atau
model faktor dari tingkat pengembalian efek. Hasilnya, dapat memberikan informasi
yang diperlukan untuk menghitung ER, varians, dan kovarians setiap efek sehingga
dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik sensitivitas portofolio terhadap
perubahan faktor atau indeks (Halim,2005:82).
Ada dua model indeks yang dapat digunakan untuk menghitung portofolio
optimal:
a.
Model indeks tunggal
25
Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau
lebih akan
berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama
terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Faktor atau
indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Halim,2005:82).
Tujuan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan
perhitungan portofolio model Markowitz. Pada portofolio model Markowitz
dibutuhkan
parameter-parameter input berupa:
1)
Tingkat
keuntungan yang diharapkan masing-masing saham.
2)
Variance masing-masing saham.
3)
Covariance antar saham-saham.
Perhitungan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada
sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke
dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara ekses return
dengan beta (excess return to beta). (Jogiyanto,2000:225).
b.
Model Indeks Ganda (Multi-Index Models)
Multi-index models lebih berpotensi dalam upaya untuk mengestimasi
expected return, standar deviasi dan kovarians efek secara akurat. Karena
pengembalian aktual efek tidak hanya sensitif terhadap perubahan IHSG, artinya
terdapat kemungkinan adanya lebih dari satu faktor yang dapat mempengaruhinya.
Multi index models menganggap bahwa ada faktor lain selain IHSG yang dapat
mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek, misalnya tingkat bunga bebas
risiko(Halim; 2005:86).
Model tersebut sebenarnya merupakan model regresi linier berganda, dimana
tingkat pengembalian efek i akan dipengaruhi oleh banyak variabel bebas. Tingkat
pengembalian efek i yang tidak dapt dijelaskan oleh variabel-variabel bebas tersebut
dinyatakan dengan
i dan
ei. Dalam hal ini
i merupakan
rata-rata dari tingkat
pengembalian yang tidak dipengaruhi oleh variabel bebas dalam model. Sedangkan ei
26
merupakan tingkat pengembalian unik yang bersifat acak dan diasumsikan rataratanya bernilai 0.
2.7
Model Indeks Tunggal
Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz, selanjutnya
mengalami banyak perkembangan dan penyederhanan yang membawa dampak besar
pada implementasi teori tersebut. Model tersebut adalah model indeks tunggal yang
dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini dapat digunakan
untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto, 2003;161).
a. Return dan Risiko Saham Model Indeks Tunggal
Return suatu saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ri = ai + βt . Rm
(Jogiyanto, 2003;232)
Keterangan:
Ri
: return sekuritas ke i
ai
: suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari
return sekuritas ke i yang independent terhadap kinerja
pasar
βt
: beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Rt
: akibat dari perubahan Rm
Rm
: tingkat return dari indeks pasar juga merupakan variable
acak
Variabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return
pasar. Variable ai dapat dipecah menjadi nilai yang ekspektasi (expected
value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai berikut:
ai = αi + ei
27
Persamaan return suatu saham, sekarang bisa ditulis menjadi:
Ri = αi + βi . Rm + ei
Keterangan:
Αi
: nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen
terhadap return pasar
ei
: kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan
1)
nilai ekspektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0
Sedangkan return pasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rm 
2)
IHSGt  IHSGt 1
IHSGt 1
(Jogiyanto, 2003; 232)
Risiko (varian return) sekuritas dapat dirumuskan sebagai berikut:
 i   i . m   ei
2
2
2
2
Keterangan:
3)
i
2
: risiko sekuritas
i
2
: beta sekuritas
m
2
: varian dari return pasar
 ei
2
: varian dari kesalahan residu
Covarian return antar sekuritas i dan j
 ij   i . j . m
2
b. Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal
Return ekspektasi dari suatu portofolio yang merupakan rata-rata
tertimbang dari return sekuritas ekspektasi individual sekuritas. Adapun
rumusnya sebagai berikut:
E(Rp) = αp + βp.E(Rm)
28
Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai masing-
masing
sekuritas:
n
 p   wi  i
i 1
Keterangan:
p : beta portofolio
wi
: proporsi sekuritas
i
: beta sekuritas
Sedangkan rumus Alpha sekuritas sebagai berikut:
n
p   wi i
i 1
Keterangan:
p
: alpha portofolio
wi
: proporsi portofolio
i
: alpha sekuritas
Rumus dari risiko portofolio adalah:
n
 p   p  m   ( wi . ei ) 2
2
2
2
2
(Jogiyanto,2003;248)
i 1
c. Penentuan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal
Rumus yang digunakan:
ERB 
E ( Ri )  Rf
i
Keterangan:
ERB
: Excess Return to Beta (kelebihan pengembalian)
29
E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
Βi
: perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan
dari saham i
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003;254), Cut-Off Rate (Ci) adalah
merupakan pembatas pada tingkat tertentu, dengan rumus:
m
 E ( Ri)  Rf  i 

2
 ei
j 1 

2
i 
 
2
1 m   i 2 
j 1 
 ei 
2
Ci 
i
 
Keterangan:
Ci
: Cut-Off Rate (pembatas pada tingkat tertentu)
E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
m
2
: Varians pasar
 ei
2
: Varian ei (Unsystematic risk)
Ketentuan yang berlaku untuk masuk dalam portofolio optimal adalah:
E ( Ri )  Rf
 Ci
i
Atau
ERB>Ci
Menurut Jogiyanto (2003;258), penentuan besarnya proporsi tiap-tiap
saham dapat dihitung dengan rumus:
Wi 
Zi
n
 ZJ
j 1
30
Keterangan:
Wi
: proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
Zi
: skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
ZJ
: total skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
Dimana:
Zi 

 i  E ( Ri )  Rf
 C *
2 
i
 ei 

Keterangan:
Zi
: skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
i
: perubahan tingkat pengembalian yangdiperkirakan
dari nilai saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
C*
: Cut-off Rate optimal portofolio
 ei
: Varian ei (Unsystematic risk)
2
d. Hasil yang diharapkan untuk saham individual
Menurut Jogiyanto (2003;234), Expected return sekuritas individual
dengan model indeks tunggal dapat menggunakan rumus:
E ( Ri)   i   i .E ( Rm)
Keterangan:
E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
i
: Expected Return (nilai yang diperkirakan)
i
: perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari
saham i
E (Rm) : return ekspektasi dari indeks pasar
31
2.8 Kerangka
Pemikiran
Kerangka pemikiran atau disebut juga kerangka konseptual merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suatu kerangka pemikiran akan
memberikan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah penelitian.
Peneliti dalam hal ini mengungkapkan bagaimana proses, logika atau
rasionalitas
kemungkinan terjadinya portofolio saham yang optimal pada saham-
saham Jakarta Islamic Index. Seorang investor yang rasional dalam menentukan
keputusan investasi pasti akan memilih berinvestasi pada saham portofolio optimal
karena saham ini mempunyai tingkat risiko rendah dengan tingkat pengembalian
tertentu. Untuk membentuk suatu portofolio saham yang optimal seorang investor
dapat menggunakan model indeks tunggal sebagai alternatif dari model Markowitz
untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih sederhana. Hasil
perhitungan yang didapat dengan menggunakan model indeks tunggal akan
menghasilkan saham portofolio optimal yang nantinya dapat digunakan investor
sebagai bahan pertimbangan apakah nantinya akan melakukan investasi pada saham
tersebut apakah tidak.
32
Gambar 2.3
Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal
Saham-saham
Jakarta Islamic Index
Investor
Analisis Portofolio
Optimal
Model Indeks Ganda
Model Indeks Tunggal
Proses Analisis
Portofolio Optimal
Keputusan Investasi
Sumber : Data diolah
33
Download