Studi Mengenai Stres dan Coping Stres pada Ibu Rumah Tangga

advertisement
Studi Mengenai Stres dan Coping
Stres pada Ibu Rumah Tangga yang
Tidak Bekerja
Karya Ilmiah
Dini Maisya (NPM. 190110070038)
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Abstrak. Dalam menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga, ibu rumah tangga seringkali
menghadapi tuntutan-tuntutan yang dirasakan tidak seimbang dengan kemampuan yang
dimilikinya yang menyebabkan stres dapat muncul. Stres merupakan suatu hubungan antara
manusia dengan lingkungan yang dinilai manusia sebagai suatu hal yang menguras atau melebihi
sumber daya yang dimilikinya atau membahayakan kesejahteraannya (Lazarus & Folkman,
1984). Ibu rumah tangga melakukan coping stres untuk mempertahankan keseimbangan dalam
diri sehingga dapat mempertahankan well-being-nya. Coping stres merupakan upaya perubahan
kognitif dan tingkah laku yang secara terus menerus untuk mengatasi tuntutan eksternal dan/atau
internal tertentu dinilai membebani atau melebihi sumber daya individu (Lazarus & Folkman,
1984). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini
melibatkan 60 ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
stres yang dimodifikasi peneliti dari alat ukur derajat stres Linda Daniel (2009) yang berdasarkan
teori stres Lazarus dan Folkman (1984) serta kuesioner coping stres yang dimodifikasi peneliti
dari The Revised Ways of Coping (Folkman & Lazarus, 1985). Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar ibu rumah tangga dengan derajat stres rendah tidak memiliki kecenderungan yang
spesifik untuk menggunakan salah satu bentuk coping stres, baik problem-focused coping
maupun emotion-focused coping, untuk mengatasi stres yang dirasakannya (25%).
Kata kunci: ibu rumah tangga, stres, coping stres
Pendahuluan
Seorang wanita yang sudah menikah memiliki peran sebagai istri, ibu, dan
homemaker (pekerja rumah tangga). Walaupun wanita yang sudah menikah memilih
untuk tetap bekerja, tugas utama sebagai wanita yang sudah menikah tetap harus
menjalankan tugasnya sebagai istri, ibu, dan homemaker (pekerja rumah tangga). Nilai
sosial budaya menuntut wanita yang sudah menikah untuk mencurahkan waktu yang
dimilikinya terutama untuk menjalankan tugas sebagai istri, ibu, dan homemaker. Oleh
karena itu, sebagian besar wanita lebih memilih untuk tidak bekerja dan hanya menjadi
ibu rumah tangga untuk menghindari konflik peran ganda dan tuntutan sosial budaya
sebagai wanita.
Tugas sebagai ibu rumah tangga antara lain mengurus dan mengatur kebutuhan
sehari-hari suami dan anak, mendidik dan merawat anak, dan melakukan pekerjaan
rumah tangga. Dalam menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga terdapat kesulitankesulitan yang sering dihadapi yaitu banyaknya tugas rumah tangga yang dikerjakan dan
harus diselesaikan setiap harinya, kesulitan mengatur keuangan keluarga yang tidak
cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga, tidak ada anggota keluarga yang
membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, munculnya tugas rumah tangga yang
baru sebelum tugas terdahulunya sempat diselesaikan, dan kurangnya waktu dan tenaga
untuk mengurus anak-anaknya dan pekerjaan rumah tangga.
Dengan berbagai macam kesulitan yang dihadapi ibu rumah tangga membuat sang
ibu merasa tugas rumah tangga menjadi tuntutan yang membuat sang ibu merasa
tertekan, terancam dan menghadapi konflik dalam penyelesaian tugas rumah tangga.
Tuntutan tugas rumah tangga tersebut dianggap sang ibu melebihi sumber daya yang
dimilikinya karena semua tugas rumah tangga dikerjakan seorang diri yang mana
membutuhkan keterampilan, waktu, dan tenaga yang banyak. Ketidakseimbangan antara
tuntutan dengan sumber daya yang dimiliki menyebabkan sang ibu berada dalam kondisi
stres yang dirasakan membahayakan kesejahteraan sang ibu.
Stres yang dialami oleh ibu rumah tangga terjadi karena sang ibu menilai bahwa
tugasnya membawa kerugian pada dirinya sehingga dirasakan membebani oleh sang ibu.
Penilaian sang ibu terhadap tugas ibu rumah tangga menentukan derajat stres yang
dirasakannya. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), penilaian primer terhadap apa yang
dipertaruhkan dan penilaian sekunder mengenai pilihan coping menentukan derajat stres
seseorang.
Sang ibu yang berada dalam kondisi stres akan mencari cara untuk mengatur stres
yang dialaminya agar bisa menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan optimal. Usaha
mencari cara-cara untuk mengatur stres biasa disebut dengan coping stres. Coping stres
merupakan upaya perubahan kognitif dan tingkah laku secara terus menerus untuk
mengatasi tuntutan eksternal dan/atau internal tertentu dinilai membebani atau melebihi
sumber daya individu (Lazarus & Folkman, 1984). Coping stres memiliki dua fungsi
penting, yaitu terkait dengan mengatasi permasalahan yang menyebabkan stres dan
mengatasi respon emosional yang timbul karena permasalahan.
Dengan demikian, maka dilakukanlah penelitian dengan rumusan masalah dalam
pertanyaan penelitian: “bagaimana gambaran stres dan coping stres pada ibu rumah
tangga yang tidak bekerja?”
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris mengenai stres
dan coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Sedangkan tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai
gambaran derajat stres dan coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Metode
Variabel yang akan diteliti adalah stres dan coping stres pada ibu rumah tangga.
Stres adalah suatu hubungan antara manusia dengan lingkungan yang dinilai sebagai
suatu hal yang menguras atau melebihi sumber daya yang dimilikinya atau
membahayakan kesejahteraannya (Lazarus & Folkman, 1984). Sedangkan coping stres
adalah upaya perubahan kognitif dan tingkah laku yang secara terus menerus untuk
mengatasi tuntutan eksternal dan/atau internal tertentu dinilai membebani atau melebihi
sumber daya individu (Lazarus & Folkman, 1984).
Definisi operasional stres adalah suatu penilaian ibu rumah tangga terhadap
tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang dinilai sebagai suatu hal yang menguras atau
melebihi sumber daya yang dimilikinya atau membahayakan kesejahteraannya. Derajat
stres terbentuk dari primary appraisal (penilaian primer) ibu rumah tangga terhadap
tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan secondary appraisal (penilaian sekunder) untuk
mengatasi masalah yang berhubungan dengan tugas sebagai ibu rumah tangga. Derajat
stres diukur dari jumlah penilaian primer dan penilaian sekunder yang dilaporkan oleh
ibu rumah tangga melalui skor total penilaian primer dan sekunder yang dialami ibu
rumah tangga. Alat ukur ini terdiri dari dua dimensi yaitu penilaian primer dan penilaian
sekunder. Penilaian primer terdiri dari subdimensi penilaian loss, penilaian challenge,
penilaian threat. Sedangkan penilaian sekunder terdiri dari subdimensi penilaian atas
sumber daya pendukung coping dan penilaian konsekuensi coping.
Sedangkan, definisi operasional coping stres adalah upaya perubahan kognitif dan
tingkah laku yang dilakukan oleh ibu rumah tangga secara terus menerus untuk mengatasi
tugas sebagai ibu rumah tangga yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya ibu
rumah tangga. Bentuk coping stres terdiri dari problem-focused coping dan emotionfocused coping. Kecenderungan tipe coping stres yang digunakan antara problem-focused
coping atau emotion-focused coping atau keduanya (emotion-focused coping dan
problem-focused coping) atau tidak ada kecenderungan spesifik pada salah satu bentuk
coping yang dilihat dari seberapa sering ibu rumah tangga menggunakan cara-cara
menghadapi situasi yang menimbulkan stres yang berkaitan dengan tugas ibu rumah
tangga. Problem-focused coping terdiri dari subdimensi planful problem solving dan
confrontative coping. Sedangkan emotion-focused coping terdiri dari subdimensi selfcontrol, distancing, positive reappraisal, accepting responsibility, seeking social support,
dan escape-avoidance.
Penelitian ini tergolong dalam rancangan penelitian non-eksperimental dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini tidak menguji hipotesis
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang
diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai stres dan coping
stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Terdapat dua kuesioner yang digunakan oleh peneliti, yaitu kuesioner derajat stres
dan kuesioner coping stres. Kuesioner pertama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner derajat stres yang dimodifikasi peneliti dari alat ukur derajat stres Linda
Daniel (2009) yang berdasarkan teori stres Lazarus dan Folkman (1984). Kuesioner
kedua yang digunakan adalah kuesioner coping stres yang dimofifikasi peneliti dari The
Revised Ways of Coping (Folkman & Lazarus, 1985). Kuesioner stres terdiri dari 44 item
pernyataan, dengan pilihan jawaban: Sangat tidak sesuai; Tidak sesuai; Sesuai; Sangat
sesuai. Kuesioner coping stres terdiri dari 41 item pernyataan, dengan pilihan jawaban:
Tidak pernah; Jarang; Kadang-kadang; Sering. Subjek penelitian ini adalah ibu rumah
tangga yang tidak bekerja, berusia 20-30 tahun, memiliki anak tertua dengan usia antara
2-6 tahun. Lokasi penelitian dilakukan di Jatinangor. Penelitian dilakukan selama bulan
Mei hingga bulan Juni 2014.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian
mengenai studi deskriptif mengenai stres dan coping stres pada ibu rumah tangga yang
tidak bekerja, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
 Mayoritas ibu rumah tangga dengan derajat stres rendah tidak memiliki
kecenderungan spesifik pada salah satu bentuk coping stres, baik problem-focused
coping
maupun
emotion-focused
coping,
untuk
mengatasi
stres
yang
dirasakannya. Walaupun tidak memiliki kecenderungan spesifik pada salah satu
bentuk coping stres tersebut, ibu rumah tangga masih menggunakan bagian dari
kedua coping stres tersebut dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan
dengan kelompoknya.
 Derajat stres yang dirasakan oleh ibu rumah tangga menyebar pada berbagai
macam coping stres yang sering digunakan oleh ibu rumah tangga. Oleh karena
itu, tidak dapat dikatakan bahwa derajat stres tertentu cenderung menggunakan
salah satu bentuk coping stres.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan,
untuk
melengkapi
dan
mengembangkan penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut, maupun bagi aplikasi praktis untuk ibu rumah
tangga, yaitu:

Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu dapat dilakukan penelitian lain dengan
menggunakan berbagai metode penelitian yang ada untuk melihat hubungan
antara stres dan coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Sehingga bisa diketahui hubungan stres dengan kecenderungan coping stres
yang sering digunakan oleh ibu rumah tangga dalam menghadapi situasi rumah
tangga. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan pada karakteristik sampel
yang berbeda seperti ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan part-time, pada
tahap perkembangan dewasa madya, dan usia anak yang berbeda.

Saran untuk ibu rumah tangga, ibu rumah tangga yang merasakan derajat stres
yang cukup tinggi sebaiknya melakukan evaluasi kembali terhadap coping stres
yang sudah dilakukan agar coping stres yang digunakan menjadi lebih efektif
untuk mengatasi stres yang dirasakan. Ibu rumah tangga yang hanya
menggunakan salah satu bentuk coping stres saja sebaiknya mencoba untuk
menggunakan kedua bentuk coping stres agar coping stres yang dilakukan dapat
lebih efektif dalam mengatasi stres.
Referensi:
Sumber Buku:
Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita (Jilid 1): Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung:
Alumni Penerbit
Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Lazarus, R. S. And Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer
Publishing Company
Lazarus, R. S. 1976. Patterns of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional, PT
Nazir, Moh, Ph.D., 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Scanzoni, J. H. 1975. Sex Roles, Life Styles, and Childbearing. New York: The Free Press
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Taylor, Shelley E. 2006. Health Psychology. Singapore: McGraw-Hill Education
Turner, J. S. and Helms, D. B. 1995. LifeSpan Development. Fort Worth: Harcourt Brace
Sumber Skripsi
Daniel, Linda. 2009. Studi Diferensial Mengenai Derajat Stres pada Perempuan Dewasa yang
Berlatih Hatha Yoga Selama Kurang Dari dan Lebih Enam Bulan. Skripsi, tidak
diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Purba, Sartika S. 2012. Hubungan Antara Self Efficacy dengan Derajat Stres pada Mahasiswa
yang Sedang Menyusun Skripsi di Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Skripsi, tidak
diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Sumber Lainnya
Dube, Rebecca. 2013. Mom Survey Says: Three is the Most Stressful Number of Kids.
http://www.today.com/moms/mom-survey-says-three-most-stressful-number-kids6C9774150 diakses pada hari Selasa, 22 April 2014 pukul 18.22
Gottlieb, Andrew. 2012. Gallup Survey Shows Stay-At-Home Moms Are More Depressed.
http://www.psychologylounge.com/2012/05/23/gallup-survey-shows-stay-at-homemoms-are-more-depressed/ diakses pada hari Kamis, 17 April 2014 pukul 14.40
Rizzo, K. 2012. Stay at Home Mothers More Unhappy Than Those Who Work.
http://www.telegraph.co.uk/health/healthnews/9381449/Stay-at-home-mothers-moreunhappy-than-those-who-work.html diakses pada hari Kamis, 17 April 2014 pukul 14.42
Download