JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 PENGARUH TINGKAT PAPARAN TIMBAL (Pb) TERHADAP PROFIL DARAH IKAN NILA (Oreochromis nilloticus) The Influence Of The Level Of Lead (Pb) Exposure On The Blood Profiles Of Tilapia Fish (Oreochromis nilloticus) Muhammad Fauzan1, Rosmaidar2, Sugito3, Zuhrawati3, Muttaqien4, azhar5 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2 Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 3Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 4 Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 5 Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala [email protected] 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat konsentrasi timbal yang berpengaruh terhadap profil darah ikan nila. Penelitian ini menggunakan 12 ekor ikan nila dengan kriteria sehat, bobot badan 15 – 18 gram, umur ± 2 bulan, jenis kelamin jantan. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan, P0 sebagai kontrol ikan hanya diberi pakan pelet, P1 diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet, P2 diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet dan P3 diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor ikan nila. Perlakuan dilakukan selama 30 hari dan Penghitungan profil darah ikan dilakukan pada hari ke 31. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah. Pengambilan darah melalui vena caudalis dengan spuit 1 ml sebanyak 0,5 ml, kemudian sampel darah ditempatkan pada tabung tube yang berisi EDTA. Darah diperiksa menggunakan hematology analyzer. Parameter yang diamati adalah jumlah leukosit total, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah leukosit total P0 (148,20±64,54), P1 (139,03±44,81), P2 (101,67±4,46), dan P3 (111,90±0,85). Rata-rata jumlah eritrosit P0 (1,53±0,80), P1 (1,81±0,48), P2 (1,19±0,10), dan P3 (1,39±0,41). Rata-rata kadar hemoglobin P0 (6,13±3,10), P1 (8,53±1,46), P2 (5,00±0,36), dan P3 (5,93±2,02). Rata-rata nilai hematokrit P0 (23,90±15,37), P1 (24,47±14,38), P2 (21,60±2,94), dan P3 (23,70±9,49). Kesimpulan dari penelitian bahwa konsentrasi timbal 0 mg/L; 6,26 mg/L; 12,53 mg/L dan 25,06 mg/L yang dipaparkan selama 30 hari tidak mempengaruhi profil darah ikan nila. Kata kunci: Timbal, Profil Darah, Ikan nila. ABSTRACT The aims of this research was to find out and to determine the level of Lead (Pb) concentration that affect blood profile of tilapia (Oreochromis nilloticus). This study used 12 tilapia with criteria healthy; body weight 15 – 18 gram; age ± 2 month; male. This study used 4 treatment groups, P0 as control, fish fed only pellets, P1 was given lead exposure 6,26 mg/L and pellet, P2 was given lead exposure 12,53 mg/L and pellet and P3 was given lead exposure 25,06 mg/L and pellet. Each treatment consists of 3 tilapia. Treatment was done for 30 days and counted blood fish profile done on day 31. The design used was a complete randomized design (RAL) of unidirectional pattern. Blood taking through vena caudalis with 1 ml sryringe as much as 0,5 ml, then the blood sample is placed on a tube containing EDTA. Blood is examined using a hematology analyzer. Parameter observed were total leukocyte count, total erythrocytet, hemoglobin levels and hematocrit value. The results showed the average of total leukocyte count P0 (148,20±64,54), P1 (139,03±44,81), P2 (101,67±4,46), and P3 (111,90±0,85). Average of total erythrocytet P0 (1,53±0,80), P1 (1,81±0,48), P2 (1,19±0,10), and P3 (1,39±0,41). Average of hemoglobin levels P0 (6,13±3,10), P1 (8,53±1,46), P2 (5,00±0,36), and P3 (5,93±2,02). Average of hematocrit value P0 (23,90±15,37), P1 (24,47±14,38), P2 (21,60±2,94), and P3 (23,70±9,49). The conclusion of research showed that the concentration of lead 0 mg/L; 6,26 mg/L; 12,53 mg/L and 25,06 mg/L exposed for 30 days do not effect the blood profile of the tilapia. Key word: Lead, the blood profiles, Tilapia fish 702 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 PENDAHULUAN Latar Belakang Logam berat dalam air mudah terserap dan tertimbun dalam fitoplankton yang merupakan titik awal dari rantai makanan, yang selanjutnya sampai ke organisme lainnya (Fardiaz, 1992). Kadar logam berat dalam air selalu berubah-ubah tergantung pada saat pembuangan limbah, tingkat kesempurnaan pengelolaan limbah dan musim. Logam berat yang terikat dalam sedimen relatif sukar untuk lepas kembali melarut dalam air, sehingga semakin banyak jumlah sedimen maka semakin besar kandungan logam berat di dalamnya. Unsur-unsur logam berat dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan, minuman, pernafasan dan kulit. Peningkatan kadar logam berat dalam air akan diikuti oleh peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan biota lainnya, sehingga pencemaran air oleh logam berat akan mengakibatkan ikan yang hidup di dalamnya tercemar. Pemanfatan ikan-ikan ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia (Purnomo dan Muchyiddin, 2007). Timbal (Pb) merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan karena bersifat sangat toksik dan tergolong sebagai bahan buangan beracun dan berbahaya (Purnomo dan Muchyiddin, 2007). Pengaruh logam Pb yang terdapat pada daging/tubuh ikan yang dibudidaya tidak akan terlihat secara kasat mata, akan tetapi mempengaruhi fisiologis dan pertumbuhan tubuhnya. Timbal (Pb) yang masuk ke dalam tubuh ikan memberikan efek toksik yang dapat menyebabkan kenaikan stres oksidatif, kerusakan organ, dan perubahan profil biokimia darah yang mengindikasikan metabolisme dalam tubuh terganggu. Gangguan metabolisme akan mempengaruhi pertumbuhan ikan yang dibudidaya. (Permatasari, 2015). Pengaruh negatif timbal di dalam ikan antara lain dapat menyebabkam terjadinya penurunan hematologi, sistem saraf pusat, dan ginjal awal yang muncul akibat keracunan timbal dalam tubuh adalah berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah atau anemia. Timbal mempengaruhi fungsi enzim koproporfirinogen oksidase dalamsintesis hemoglobin (Palar, 2004). Timbal akan meningkatkan kadar asam amino levulinat (ALA) yang diperlukan dalam proses sintesis heme untuk membentuk porphobilinogen sebagai prekursor hemoglobin. Peningkatan kadar ALA akan mempengaruhi pembentukan porfobilinogen serta protoforfirin-9. Protoporpyrin-9 yang terakumulasi dalam sel darah merah dapat menyebabkan penurunan jumlah seldarah merah dan pengurangan umur sel darah merah. Seiring dengan fenomena tersebut maka sintesis Hb akan terhambat (Musthapia dan Sunarno, 2006). MATERIAL DAN METODE PENELITIAN Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Akuatik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala dan penghitungan profil darah ikan dilakukan di Laboratorium klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Alat dan bahan yang digunakan adalah ikan nila, PbCl2, air, Pelet, detergen, arang, tanah, akuarium berukuran 60x40x50 cm, alat tulis, tali plastik, gayung, timba, selang, plastik hitam, saringan, aerator, tabung tube, gunting, scalpel, ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA), spuit 1 ml, dan hematologi analyzer. Ikan nila yang digunakan sebanyak 12 ekor diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, berjenis kelamin jantan, berumur ± 2 bulan dan berat badan 15 – 18 gram. Perlakuan dibagi atas 4 kelompok yaitu, P0 sebagai kontrol ikan hanya diberi pakan pelet, P1 diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet, P2 diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet, P3 diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet. Ikan nila yang telah diaklimasi selanjutnya dimasukkan kedalam akuarium berisi 60 liter air yang telah diberi paparan timbal menurut kelompok perlakuan. Ikan diberi pakan pelet dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Perlakuan dilakukan selama 30 hari dan pergantian air 703 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 dilakukan setiap 5 hari sekali. Pengambilan darah melalui vena caudalis dengan spuit 1 ml. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke 31 dengan mengambil 3 ekor ikan nila dari setiap perlakuan. Darah diambil menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml, kemudian sampel darah ditempatkan pada tabung tube yang telah berisi antikoagulan ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Selanjutnya, sampel darah diperiksa darah rutin dengan alat hematology analyzer. Parameter yang diamati adalah jumlah leukosit total, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dengan bantuan SPSS 17. Jika hasil ANAVA menunjukkan pengaruh perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sel Darah Putih (leukosit) Dari hasil penelitian pengaruh paparan timbal terhadap profil darah ikan nila dengan perlakuan pemberian timbal dengan berbagai konsentrasi pada ikan nila diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 1. Hasil penelitian jumlah leukosit total pada ikan nila bekisarantara 101,67-148,20 x103/µL. Tabel 1. Rata – rata (±SD) jumlah leukosit total (x103/µL) ikan nila Perlakuan Rata – rata jumlah leukosit total (x103/µL) ± SD 148,20 ± 64,5 4a P0 139,03 ± 44,81 a P1 101,67 ± 4, 46 a P2 111,90 ± 40,08 a P3 Keterangan: Huruf superskipt yang sama pada kolam yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata P0 = Kontrol, ikan hanya diberi pakan pelet. P1 = Diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet. P2 = Diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet . P3 = Diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet. Berdasarkan hasil analisis varian tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap jumlah leukosit ikan nila. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah leukosit total terendah ditemukan pada kelompok P2 yaitu 101,67 x103/µL dan jumlah leukosit total tertinggi ditemukan pada kelompok P0 yaitu 148,20 x103/µL. Hasil penelitian ini masih menunjukkan rata-rata jumlah leukosit ikan nila masih dalam jumlah normal. Menurut Sasongko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan nila bekisar antara 20.000150.000 sel/mm3. Jumlah leukosit yang masih dalam angka normal tersebut menunjukkan bahwa proses hematopoiesis masih terjadi pada ikan nila walaupun sudah terpapar timbal klorida. Jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis atau spesies, umur dan aktivitas otot (Salasia, 2001). Menurut Sugito dkk. (2013) leukosit akan menurun jika ikan dalam kondisi stress, contohnya stress panas. Leukosit akan meningkat saat ikan terinfeksi sebagai bentuk respon imunitas tubuh dalam melawan mikroorganisme. Afrianto dkk. (2015) menyatakan perubahan kondisi lingkungan perairan, perubahan kualitas air dan kekurangan pakan alami dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit pada ikan sehingga menyebabkan penurunan produksi antibodi, ketahanan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit. Sel Darah Merah (eritrosit) Dari hasil penelitian pengaruh paparan timbal terhadap profil darah ikan nila dengan perlakuan pemberian timbal dengan berbagai konsentrasi pada ikan nila diperoleh hasil 704 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Hasil penelitian jumlah eritrosit pada ikan nila bekisarantara 1,19-1,81 x106/µL. Tabel 2. Rata – rata (±SD) jumlah eritrosit (x106/µL) ikan nila Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rata – rata jumlah eritrosit (x106/µL) ± SD 1,53±0,80a 1,81±0,48a 1,19±0,10a 1,39±0,41a Keterangan: Huruf superskipt yang sama pada kolam yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata P0 = Kontrol, ikan hanya diberi pakan pelet. P1 = Diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet. P2 = Diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet . P3 = Diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet. Berdasarkan hasil analisis varian tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadapjumlah eritrosit ikan nila. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah eritrosit terendah ditemukan pada kelompok P2 yaitu 1,19 x106/µL dan jumlah eritrosit tertinggi ditemukan pada kelompok P1 yaitu 1,81 x106/µL. Hasil penelitian masih menunjukkan rata – rata jumlah eritrosit ikan nila masih dalam jumlah normal. Menurut Hartika dkk. (2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila bekisar antara 20.000 – 3.000.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit yang masih dalam angka normal tersebut menunjukkan bahwa proses hematopoiesis masih terjadi pada ikan nila walaupun sudah terpapar timbal klorida. Faktor yang mempengaruhi nilai eritrosit ikan antara lain umur, jenis kelamin, lingkungan, nutrisi, dan kondisi kekurangan oksigen (Yanto dkk., 2015). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh suhu air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit. Selain itu jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh penyakit dan nafsu makan. Ikan yang terkena penyakit atau nafsu makannya menurun, maka nilai hematokrit darahnya menjadi tidak normal dan diikuti dengan jumlah eritrosit yang juga rendah (Bastiawan dkk., 1995). Rendahnya jumlah eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit mengindikasi bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977). Hemoglobin Dari hasil penelitian pengaruh paparan timbal terhadap profil darah ikan nila dengan perlakuan pemberian timbal dengan berbagai konsentrasi pada ikan nila diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Hasil penelitian kadar hemoglobin pada ikan nila bekisarantara 5,00-8,53 g/dL. Tabel 3. Rata – rata (±SD) kadar hemoglobin (g/dL) ikan nila Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rata – rata nilai hemoglobin (g/dL)± SD 6,13±3,10a 8,53±1,46a 5,00±0,36a 5,93±2,02a Keterangan: Huruf superskipt yang sama pada kolam yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata P0 = Kontrol, ikan hanya diberi pakan pelet. P1 = Diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet. P2 = Diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet . P3 = Diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet. 705 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 Berdasarkan hasil analisis varian tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadapkadar hemoglobin ikan nila. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin terendah ditemukan pada kelompok P2 yaitu 5,00 g/dL dan kadar hemoglobin tertinggi ditemukan pada kelompok P1 yaitu 8,53 g/dL.Hasil penelitian menunjukkan rata – rata kadar hemoglobin ikan berada dibawahkadar normal. Menurut Wedemeyer dan Yasutake (1977) kadar hemoglobin normal pada ikan nila bekisar antara 10 – 11,1 g/dL. kadar hemoglobin yang berada dibawah kadar normaltersebut menunjukkan bahwa proses hematopoiesis pada ikan nila mulai terganggu atau terhambat dikarenakan adanya paparan dari timbal klorida. Paparan tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kadar Hemoglobin darah. Hal ini kemungkinan terjadi karena paparan timbal di dalam tubuh baru sampai pada tahap menghambat kerja enzim yang berperan pada sintesis hemoglobin belum sampai menyebabkan anemia. Kadar Pb dalam darah 0,3 menghambat kerja enzim ALAD. Setelah kadar timbal lebih tinggi dari 0,8 ppm mengakibatkan anemia karena sudah terjadi keracunan dalam tubuh (Mardani dkk., 2005). Menurut Matofani dkk. (2013) hemoglobin berkaitan erat dengan eritrosit, semakin sedikit kadar hemoglobin maka ikan tersebut diduga mengalami anemia. Hemoglobin menentukan tingkat ketahanan tubuh pada ikan dikarenakan hubungannya yang sangat erat dengan adanya daya ikat oksigen oleh darah (Nirmala dkk., 2012). Kemampuan mengikat oksigen dalam darah tergantung pada jumlah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. Rendahnya kadar hemoglobin menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah (Bastiawan dkk., 1995). Efek utama timbal adalah mempengaruhi sintesa hemeyang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan pada darah. Pengamatan terhadap kadar Hemoglobin darah dapat memberikan informasi mengenai fungsi fisiologis hemoglobin dengan kadar logam berat timbal (Mardani dkk., 2005). Hematokrit Dari hasil penelitian pengaruh paparan timbal terhadap profil darah ikan nila dengan perlakuan pemberian timbal dengan berbagai konsentrasi pada ikan nila diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Hasil penelitian nilai hematokrit pada ikan nila bekisarantara 21,60-24,37 %. Tabel 4. Rata – rata (±SD) nilai hematokrit (%) ikan nila Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rata – rata nilai hematokrit (%)± SD 23,90±15,37a 24,47±14,38a 21,60±2,94a 23,70±9,49a Keterangan: Huruf superskipt yang sama pada kolam yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata P0 = Kontrol, ikan hanya diberi pakan pelet. P1 = Diberikan paparan timbal 6,26 mg/L dan pakan pelet. P2 = Diberikan paparan timbal 12,53 mg/L dan pakan pelet . P3 = Diberikan paparan timbal 25,06 mg/L dan pakan pelet. Berdasarkan hasil analisis varian tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadapnilai hematokrit ikan nila. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai hematokrit terendah ditemukan pada kelompok P2 yaitu 21,60% dan nilai hematokrit tertinggi ditemukan pada kelompok P1 24,47%. Hasil penelitian menunjukkan rata – rata nilai 706 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 hematokrit ikan pada kelompok P2 masih berada dibatas normal, sementara untuk P0, P1 dan P3 nilai hematokrit ikan berada diatas kadar normal. Menurut Royan dkk. (2014) nilai hematokrit normal pada ikan nila bekisar antara 21,00 % - 22,67 %.Nilai hematokrityang berada diatas kadar normal tersebut menunjukkan bahwa proses hematopoiesis pada ikan nila mulai terganggu dikarenakan adanya paparan dari timbal klorida. Penghitungan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin mencerminkan oksigen yang membawa daya muat dalam darah. Nilai yang rendah dapat disebabkan karena kerusakan insang atau osmoregulasi yang cacat, sementara nilai yang tinggi menunjukkan naiknya permintaan oksigen atau tekanan yang akut (Dewi, 2012). Apabila ikan terkena infeksi, nafsu makan ikan akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Pada kasus seperti anemia mikrositik, jumlah dan ukuran sel darah merah berkurang, sehingga nilai hematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Jawad dkk., 2004). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi timbal (Pb) 25,06 mg/l ke dalam air selama 30 hari tidak mempengaruhi profil darah ikan nila (Oreochromis nilloticus). DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E., E. Liviawaty, Z. Jamaris dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Bastiawan, D., M. Taukhid, Alifudin dan T.S. Dermawati. 1995. Perubahan hematologi dan jaringan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diinfeksi cendawa Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(2):106-115. Dewi, N.K. 2012. Biomarker Pada Ikan Sebagai Alat Monitoring Pencemaran Logam Berat Kadmium, Timbal dan Merkuri di Perairan Kaligarang Semarang. Thesis. Universitas Diponegoro. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta. Hartika, R., Mustahal, A.N. Putra. 2014. Gambaran darah ikan nila (Oreochromisniloticus) dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):259-267. Jawad, L.A., M.A. Al-Mukhtar and H.K. Ahmed. 2004. therelationship between haematocrit and some biological parameters of the indian shad, Tenualosailisha(Family Clupeidae). Anim. BiodConserv. 27(2):47-52. Mardani, T.R, P. Setiyono, dan S. Listyawati. 2005. Kadar timbal (pb) dalam darah dan hubungannya dengan kadar hb darah akibat emisi kendaraan bermotor pada petugas DLLAJ di kota surakarta. BioSMART. 7(1): 60-65. Matofani, A. S., S. Hastuti dan F. Basuki. 2013. Profil darah ikan nila kunti (Oreochromisniloticus)yang diinjeksi Streptococcus agalactiae dengan kepadatan berbeda. J. Aquac. Manage. Tech. 2(2):64-72. Musthapia, I dan M.T. D. Sunarno. 2006. Dampak polutan timbal pada ikan dan manusia. Seminar Nasional Limnologi Widya Graha LIPI Jakarta. 1-12. Nirmala, K., Y.P Hastuti, dan V. Yuniar. 2012. Toksisitas merkuri (hg) terhadap tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, gambaran darah dan kerusakan organ pada ikan nila(Oreochromisniloticus). Jurnal Akuakultur Indonesia. 11(1):38-48. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. RinekaCipta, Jakarta. 707 JIMVET. 01(4):702-708 (2017) ISSN : 2540-9492 Permatasari, S. 2015. Evaluasi penambahan vitamin E pada pakan terhadap status kesehatan dan kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus yang terpapar timbal (pb). Tesis. Sekolah Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purnomo, T. Dan Muchyiddin. 2007. Analisa kandungan timbal (Pb) pada ikan bandeng (Chanoschanos) di tambak Kecamatan Gresik. Neptunus. 14(1): 69–77. Royan, F., S. Rezeki dan A. H. C. Haditomo. 2014. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap profil darah ikan nila (Oreochromisniloticus). J. Aquac. Manage. Tech. 3(2): 109-117. Salasia, S.I.O., D. Sulanjari, A. Ratnawati. 2001. Studi hematologi ikan air tawar. Biologi. 2 (12): 710-723 Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam sistem resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan : gambaran darah. Tesis. Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugito, Nurliana, D. Aliza, danSamadi. 201. Efek suplementasi tepung daun jaloh dalam pakan terhadap diferensial leukosit dan ketahanan hidup pada uji tantang Aeromonas hydrophila ikan nila yang diberi stress panas. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 509-518. Wedemeyer, G.A and W.T. Yasutke. 1977. Clinical methods for the assessment on the effect of enviromental stress on fish health. Technical Paper of The US Departement of The Interior Fish and the Wildlife Service. 89 : 1-17. Yanto, H., H. Hasan, dan Sunarto. 2015. Studi hematologi untuk diagnosa penyakit ikan secara dini di sentra produksi budidaya ikan air tawar sungai kapuas Kota Pontianak. Jurnal akuatika. 6(1): 11- 20. 708