dampak asap terhadap perekonomian sektor riil

advertisement
Boks.1
MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN
PENDAHULUAN
Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam
bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa Indonesia sebagai negara
produsen timah terbesar ke-2 di dunia, tembaga terbesar k-4, nikel terbesar ke-5,
emas terbesar ke-7, serta produksi batubara terbesar ke-8 di dunia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, pada
tahun 2004 komoditas tambang batubara memiliki sumber daya yang paling banyak
untuk dieksplorasi dibandingkan dengan komoditas mineral tambang lainnya yaitu
sebesar 50 miliar ton, dengan cadangan 5 miliar ton dan tingkat produksi sebesar 160
juta ton. Sedangkan potensi dari produksi mineral lainnya seperti emas dan timah pada
tahun 2004 memiliki cadangan berturut-turut sebesar 2.570,27 ribu ton dan 399,84
ribu ton. Keadaan tersebut menunjukkan Indonesia memiliki potensi pendapatan
batubara yang sangat besar, dan memberikan peluang yang cukup besar bagi para
investor baik asing maupun domistik untuk berinvestasi di sektor tambang batubara.
Secara geologis, wilayah Indonesia memiliki potensi endapan-endapaan
batubara yang sangat luas. Namun batubara yang bernilai ekonomis untuk
dikembangkan hanya terkonsentrasi pada cekungan-cekungan tersier tertentu di Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Kandungan sumber daya batubara di Pulau Sumatera dan
Kalimantan memiliki jumlah yang sangat besar, dengan persentase masing-masing
sebesar 46,68% dan 52,67% dari jumlah sumber daya batubara di Indonesia,
sedangkan sisanya sebesar 0,65% terdapat di Pulau Jawa, Sulawesi dan Papua
(Suherman, Triswan, dkk, 2006).
Propinsi Jambi sebagai salah produsen batubara di Sumatera juga memiliki
potensi ekonomis yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari data Jambi Dalam Angka
Tahun 2010, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 1. Produk Pertambangan menurut jenis barang tahun 2005-2010
Kondisi lain yang menunjukkan besarnya potensi ekonomis batubara adalah
bahwa Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada
tahun 2011 meningkat sebesar 8,5% dibanding tahun 2010. Peningkatan ini didukung
oleh semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 23,1%. Pertumbuhan terkecil terjadi pada
sektor Jasa-jasa dengan laju sebesar 3,8%.
Sejalan dengan hal tersebut, bahwa laju pertumbuhan ekonomi Porvinsi Jambi
tahun 2011 yang sebesar 8,5% tersebut didukung oleh sumber pertumbuhan utama
pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,8%, diikuti oleh sektor Pertanian
sebesar 1,8%.
Tabel 2. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2011 dan
Laju Pertumbuhan PDRB tahun 2011
Sektor
Pertambangan
dan
Penggalian
pada
tahun
2011
mengalami
pertumbuhan sebesar 23,1%, jauh diatas laju pertumbuhan tahun 2010 yang hanya
sebesar 14,5%. Sementara itu, pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas
tumbuh 29,8%. Masih tingginya laju pertumbuhan subsektor ini antara lain karena
masih tingginya produksi batubara di beberapa kabupaten seperti Bungo, Tebo,
Sarolangun, dan Batang Hari.
Batubara merupakan salah satu produk pertambangan yang terbesar di daerah
Provinsi Jambi. Potensi batubara tersebar di beberapa kabupaten di Propinsi Jambi
sekitar hampir 1,5 miliar yaitu: Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batang Hari,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo serta
Kabupaten Muaro Jambi. Adapun , menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral
Provinsi Jambi, jumlah bagi hasil dari batubara untuk Provinsi Jambi pada tahun 2010
sebesar Rp55 miliar (Investor Daily Indonesia, 2012)
Potensi dan pertumbuhan pertambangan batubara pada saat ini terjadi karena
meningkatkan demand kebutuhan batu bara di luar negeri. Hal ini dipicu oleh
melonjaknya harga batubara itu sendiri serta semakin banyaknya pembangunan PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di luar negeri yang menggunakan bahan bakar
batubara. Potensi dan pertumbuhan permintaan batubara tersebut akan memberikan
dampak positif bagi Povinsi Jambi sebagai salah satu eksportir batubara dari Indonesia.
Kontribusi batu bara yang signifikan dalam pembangunan di Provinsi Jambi,
ternyata memiliki dampak yang negatif. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
kegiatan pertambangan batubara secara tidak langsung juga telah memberikan
dampak negatif bagi masyarakat. Hal ini terlihat dari dampak kerusakan lingkungan
disekitar area tambang yang berupa kerusakan permukaan tanah, sumber daya air,
serta udara disekitar tambang. Selain itu, pendistribusian batubara dari area tambang
ke pelabuhan laut telah memberikan kerusakan pada ruas jalan dan pencemaran udara
di sekitar jalur distribusi batubara tersebut. Oleh sebab itu, apabila dampak negatif ini
tidak dikelola dengan baik maka keberlangsungan pertambangan batubara tersebut
akan terganggu, karena akan adanya penolakan oleh masyarakat, yang dalam jangka
panjang akan mempengaruhi perekonomian Provinsi Jambi.
Batubara merupakan komoditi yang berorientasi ekspor dan tidak memberikan
nilai tambah bagi negara, melainkan hanya menghasilkan devisa. Apabila pemerintah
mampu mengurangi ekspor batubara dan mengutamakan untuk kebutuhan dalam
negeri, tentu dapat menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar. Kebutuhan
dalam negeri tersebut dapat berupa sumber energi PLTU sebagai industri listrik yang
selanjutnya listrik tersebut dapat dijual ke negara lain. Begitu pula industri semen
dalam negeri dapat memanfaatkan batubara dimana hasilnya dapat diekspor ke
negara lain.
Industri teksitil dapat memanfaatkan batu bara sebagai bahan bakar
batubara sehingga dapat menekan biaya produksi, dan meningkatkan daya saing di
tingkat internasional. Sedangkan untuk skala kecil, batubara dengan rekayasa
teknologi dapat menghasilkan briket batubara sebagai sumber bahan bakar. Dengan
demikian pengurangan ekspor batubara pada umumnya dapat meningkatkan kinerja
industri dalam negeri.
Dari sudut pandangan ekonomi, produksi batubara memberikan manfaat besar
untuk pembangunan perekonomian di Provinsi Jambi. Manfaat tersebut berasal dari
besarnya nilai investasi yang diperoleh, biaya atas ijin yang diberikan, royalti dan pajak
pendapatan yang harus disetor investor, serta memperluas lapangan pekerjaan. Akan
tetapi dari dimensi sosial, kegiatan pertambangan batubara ternyata tidak memberikan
manfaat yang optimal kepada masyarakat di sekitar kawasan tambang. Dengan
demikian, konflik usaha sering terjadi antara pengelola tambang dengan penduduk
lokal. Sedangkan dari dimensi lingkungan, kegiatan dan pedistribusian batubara
memberikan kerusakan lingkungan, seperti kerusakan sumber daya air dan udara.
Sektor pertambangan dalam pembangunan yang berkelanjutan harus
merupakan integrasi dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun dalam
kenyataannya, sektor tambang batubara belum memberikan dampak yang positif dari
aspek sosial dan lingkungan, karena masih seringnya ditemukan permasalahan yang
menyangkut kesejahteraan sosial masayarakat dan kerusakan lingkungan sebagai
dampak aktivitas tambang batubara tersebut.
Oleh sebab itu, pertambangan batubara di Jambi memerlukan tatakelola yang
komprehensif sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi semua pihak.
Pertama, dari sisi pola pikir. Setiap pihak yang berkepentingan dengan kegiatan
pertambangan sepatutnya mempunyai pemahaman bahwa kegiatan pertambangan
selayaknya
memberikan
manfaat
yang
sebesar-besarnya
untuk
kepentingan
masyarakat dan daerah. Sementara itu, peran pemerintah terbatas sebagai pembuat
aturan dalam kegiatan pertambangan dan bukan sebagai pemain. Dengan demikian
kebijakan yang dibuat akan memberikan keadilan dan manfaat bagi semua pihak, baik
pemerintah, pengelola tambang maupun masyarakat. Di sisi lain, pihak pengelola
tambang sudah selayaknya memiliki pemahaman bahwa kegiatan pertambangan ini
harus memberikan positive multiplier efect bagi masyarakat, pemerintah daerah
maupun pusat. Sedangkan bagi masyakat sudah selayaknya memiliki pemahaman
bahwa mereka wajib mendukung semua kegiatan pembangunan yang memberikan
manfaat besar bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk itu, upaya pendidikan dan pelatihan perlu diberikan kepada masingmasing pihak tersebut. Pendidikan dan pelatihan bermanfaat dalam memberikan
pemahaman dan pengembangan pola pikir dalam program pengembangan kegiatan
pertambangan yang bermanfaat dan berkelanjutan.
Upaya ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan usaha pertambangan ini
dapat akan terus berjalan (sustainability) serta mencegah adanya penolakan dari
masyarakat. Selama ini, kegiatan pertambangan baru berpengaruh pada lapangan
usaha perdagangan, hotel dan restoran dengan skala kecil, seperti pedagang rokok
dan kebutuhan sehari-hari, penginapan dan losmen serta warung atau rumah makan.
Dari sisi lingkungan, usaha pertambangan harus meminimalisasi dampak lingkungan
dari proses ekplorasi dan penyulingan hingga reklamsi melalui manajemen lingkungan
yang efektif.
Salah satu upaya pihak pengelola tambang untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya untuk masyarakat adalah melalui program corporate social
responsibility (CSR). Adapun program CSR bagi masyarakat sekitar tambang dapat
berupa: (i) memberikan program beasiswa pendidikan dan pelatihan, (ii) membangun
fasilitas sosial seperti sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan jalan, (iii) membentuk
usaha-usah kecil dan menengah yang mandiri.
Kedua, dari sisi sistem atau aturan main. Pemerintah sebagai “wasit” dalam kegiatan
pertambangan ini sepatutnya membuat aturan main yang transparan, memberikan
manfaat lebih banyak bagi banyak pihak ketimbang sebagian golongan, memberikan
reward and punishment system yang jelas. Dengan demikian, sistem dan regulasi
tersebut dapat diterima oleh semua pihak, baik pengelola tambang maupun
masyarakat.
Ketiga, dari sisi komitmen dan konsisten. Pada tahapan ini, semua pihak seyogyanya
mempunyai komitmen dan konsiten dalam menjalankan aturan main yang telah
disepakati bersama.
KESIMPULAN
Suppy-demand
batubara
di
Provinsi
Jambi
yang
terus
meningkat
mengharuskan pemerintah daerah mempunyai model tatakelola yang komprehensif
dalam pengelolaan industri batubara ini yang mengintegrasikan sisi ekonomi, sosial
dan lingkungan.
Referensi
Berita Resmi Statistik Provinsi Jambi No. 11 /02/215/Th.VI , 6 Februari 2012
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral. 2004
Jambi Dalam Angka 2010
Suherman, Ijang; Suseno Triswan, dkk (2006). Kajian Batubara Nasional. tekMIRA.
Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Website Pemerintah Provinsi Jambi
Oleh: Dr. Tona Aurora Lubis, Universitas Jambi
Download