KORUPSI VERTIKAL dan KEWIBAWAAN NEGARA

advertisement
PENEGAKAN HUKUM dan KEADILAN: ANTARA
CITA dan FAKTA
Oleh:
DR.Artidjo Alkostar, SH, LLM
Hakim Agung/Ketua Muda
Pidana Mahkamah Agung RI.
Dosen Hukum Pidana Universitas Islam
Indonesia (UII).
I. Hak Asasi Manusia, Keadilan dan Peradaban.
Kesaksian sejarah menyatakan setiap ada krisis HAM selalu ada
revolusi sosial. Setelah ada revolusi sosial selaku diikuti munculnya
dokumen HAM,
seperti: Charters, Documents, Declarations,
Treaties yang berkolerasi dengan krisis HAM.
Munculnya dokumen-dokumen HAM sebagai manifestasi dari
kosmos, merupakan konsekuensi etis dari adanya Chaos, berupa
pelanggaran HAM, konflik politik, revolusi sosial dan sejenisnya.
Setelah itu lalu diperlukan adanya logos berupa perangkat hukum.
Kemudian muncul kebutuhan tentang norma bagaimana hukum itu
dilaksanakan yang berupa teknologos.
1
Skema
Hubungan antara Chaos, Cosmos, Logos, Teknologos
dan
Aneka Realita Kehidupan
Chaos
- revolusi sosial politik
- disorder
Cosmos
Logos
Technologos
- konstitusi
- dokumen
- kesepakatan/dklarasi
- Perangkat Hukum
- hukum acara
- bagaimana cara melaksanakan aturan hukum material
- kenyataan
kehidupan sosial politik
Real everyday
life
Kaya aneka
Dokumen-dokumen Sejarah tentang HAM:
- PiagamMadinah
: 632
- Magna Charta
: 1225
- Declaration of Indepedence
: 1776
- Declaration L’Homme Et du Citoyen : 1789
- UUD 1945
: 1945
- Deklarasi Umum HAM-PBB
: 1948
2
Kota Yatsrib sesudah hijrah Rasulullah s.a.w.ke sana menjadi
pusat Islam dan kaum Muslimin serta terkenal dengansebutan
Madinatun Nabi (Kota Nabi) seperti yang kita kenalsekarang
dengan nama Madinah atau Al Madinah Al Munawwarah karena di
sana terdapat makam Rasulullah s.a.w.
Kaum Muslimin telah menjadikan tahun kepindahan(hijrah)
Rasulullah s.a.w.dari Makkah ke Madinah ini sebagaipermulaan
tahun bagi mereka dan sebagai peringatan atasperistiwa besar
tersebut. Sementara mereka sebelumnya menjadikan kalender tahun
terjadinya peristiwa yang dialamimereka dengan tahun gajah ('Am
Al Fil).
Dengan hijrahnya beliau ke Madinah komposisi pendudukdi
sana menjadi terdiri dari tiga kelompok masyarakat, yaitu :
3
Pertama
:
Kaum
Muhajirin.
Mereka
adalah
orang-orang
muhajiryang pindah ke sana dari Makkah demi menyelamatkan
agama-nya.
Kedua
:
Kaum
Anshar.
Mereka
adalah
penduduk
asli
Madinahhendaki sikap dan perlakuan yang makruf dan adil di
tengah sesama kaum Mukminin. Bani 'Auf juga sebagai penganut
Islam sama merupakan orang-orang yang dikenai hukum diyat dan
dituntut darahnya seperti kaum Muhajirin. Setiap kelompok adalah
pihak yang harus disikapi dan diperlakukan dengan makruf dan adil
di tengah sesama kaum Mukminin.Orang mukmin tidak dibenarkan
bersekutu dengan selain orang mukmin. Sesungguhnya orang-orang
bertakwa kepada orang yang durhaka, atau berlaku zhalim, atau
berbuat dosa, atau bersikap memusuhi, atau berbuat kerusakan di
kalangan kaum Mukminin, mereka seluruhnya berkewajiban
memberantasnya walaupun ia anaknya sendiri. Seorang mukmin
tidak dibenarkan membunuh orang beriman karena membela orang
kafir dan ia tidak dibenarkan menolong orang kafir karena hendak
memojokkan orang beriman. Sesungguhnya perlindungan Allah
adalah satu sehingga orang yang paling rendah di antara sesama
manusia harus tetap mendapat perlindungan dari sesame.Dan
sesungguhnya orang-orang beriman satu sama lain harus bergotong
royong. Sesungguhnya orang yang mengikuti kita dari kalangan
Yahudi, maka baginya berhak memperoleh pertolongan dan berhak
menjadi teladan, tanpa teraniaya.Sesungguhnya penahanan kaum
Mukminin hanyasatu, sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin
menahansesama mukmin dalam perang di jalan Allah kecuali
denganadil di antara mereka. Sesungguhnya setiap pasukan
4
perangyang telah berperang bersama kita satu sama lain diberi
pahala.Sesungguhnya orang-orang bertakwa satu sama lain di
jalanAllah darahnya harus dilindungi. Sesungguhnya orangorangberiman yang bertakwa berada pada sebaik-baik petunjuk dan
sekokohnya yang masuk Islam yang terdiri dari masyarakat Arab
suku Aus dan suku Khazraj.Mereka dinamai kaum Anshar karena
men-jadi penolong Nabi s.a.w.atas orang-orang musyrik Quraisy.
Ketiga : Kaum Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang eksistensinya di Jazirah Arab berakhir secara bertahap karena terusir
sebagai buah dari sikap dan perbuatannya kepada Nabi s.a.w.dan
kaum Muslimin.
Rasulullah
s.a.w.
dengan
gemilang
meraih
sukses
dalam
menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk Madinah, karena
dalam waktu yang relatif singkat beliau mendapat peng-ikut yang
sangat banyak dari mereka. Sebagaimana keberadaan beliau di
Madinah juga telah berhasil menghapus perselisihan yang selama
ini terjadi di antara mereka, di samping berhasil menanamkan
perdamaian di antara sesama keluarga penduduk asli Madinah dan
mengikat perjanjian damai di antara kaum Muslimin yang terdiri
dari kaumMuhajirin dan kaum Anshar dengan orang-orang Yahudi.
Ibnu Hisyam telah mengemukakan (Jilid 2. hal. 119 - 123)
gambaran
perjanjian
damai
inisebagai
perlindungan
bagi
kelangsungan orang-orang Yahudi di Madinah, sebagai ketetapan
terhadap kebebasan mereka untuk tetap memeluk agama Yahudi,
dan bahwa harta benda mereka tetap terjamin. Hal ini sebagaimana
tertulis dalam pia-gam perdamaian tersebut yang berbunyi:
5
Bismillahirrahmanirrahim. Ini adalah pernyataan dari Muhammad,
An Nabi, (s.a.w.) sebagai piagam antara kaum Mukminin dan kaum
Muslimin yang terdiri dari orang-orang Quraisy dan orang-orang
Yatsrib serta para pengikut mereka sehingga mereka bergabung dan
berjihad bersama mereka; bahwasanya mereka adalah umat yang
satu tanpa memandang perbedaanYaitu kaum Muhajirin yang terdiri
dari orang-orang Quraisy sebagai pendatang yang beragama Islam
yang dikenai hukum diyat dan dituntut darahnya karena sebagai
penganut Islam mengingat mereka adalah sebagai orang-orang
merdeka.
Kajian-kajian tentang HAM tersebut dapat memberikan umpan
balik bagi eksistensi dan peran dokumen sejarah bagi rakyat di
suatu Negara dan masyarakat bangsa-bangsa di dunia.Peradaban
selalu berkolerasi dengan :Penegak Hukum yang Agung, seperti:
Hammurabi (± 1750 SM), Solomon (± 1000SM), Confucius (±500
SM), Agustus (44 M), Mohammad (567-632 M), Charlemagne
(724-814), King John (1199-1216), St. Louis (1226-1270),
Blackstone (1723-1780), (Kluger:Simple Justice, hlm.564).
6
Perjalanan umat manusia tidak bisa dilepaskan dari peran para
“Great Lawgiver” tersebut di atas.Dalam buku Great Religions of
The World yang mengelaborasi Hinduism, Buddhism, Judaism,
Islam dan Christianity.Dikupas kearifan-kearifan agama dalam
mengarahkan
kehidupan
manusia.Perkembangan
HAM;
menyangkut kedaulatan Negara dan yuridiksi otoritas lembaga
internasional.Dalam krisis HAM di suatu negara yang diikuti upaya
mengadili penguasa yang melanggar HAM selalu dimuncul-kan
isu nasionalisme atau kedaulatan negara secara sempit. Dalam
posisi ini secara jernih dari perguruan tinggi, pesantren, sekolah,
madrasah, akan sangat membantu memberikan pemahaman
kedaulatan Negara bagi rakyat banyak.
Seperti halnya dokumen sejarah lainnya, Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia, merupakan akibat adanya “chaos” revolusi dunia
berupa Perang Dunia II. Penegakan Hak Asasi Manusia sejatinya
merupakan
penegakan
keadilanyang
berkorelasi
dengan
tegaknya peradaban, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia.
ISLAM sebagai agama keadilan menjunjung tinggi tegaknya
keadilan. Dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 56 ayat yang
menyebut
dan
memerintahkan
untuk
MENEGAKKAN
KEADILAN.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian pelakupelaku
keadilan
dan
saksi-saksi
7
yang
benar
karena
Allah, walaupun terhadap diri-diri kalian atau terhadap kedua
orang tua kalian dan kaum kerabat.” (Q.S.an Nisa’ : 135);
Allah Yang Mahasuci menciptakan hak-hak tertentu atas
yang lain-Iainnya. Ia membuatnya sedemikian rupa sehingga
sebanding antara satu sama lainnya. Beberapa darihak-hak ini
menimbulkan hak-hak lain. Beberapa hak adalahsedemikian
rupa sehingga mereka tidak menambah kecualidengan yang
lain-lainnya. (Imam All bin Abi Thalib.NahjuI Balaghah.
Khotbah 215);
Dalam bukunya The Rights of Allah and Human Rights
Abdurrehnan Shad mengelaborasi tentang Hak Allah Swt dan Hak
asasi manusia. Dan beberapa penulis lain memaparkan Hak Asasi
Manusia dalam perspektif Islam.
HAKTERBESAR ALLAH SWT
Hak Terbesar Allah SWT
HAK-HAK TUBUH
Hak-hak Tubuh
Hak Lidah
Hak Pendengaran
Hak Penglihatan
Hak Tangan
Hak Kaki
Hak Perut
8
HAK-HAK IBADAH
Hak Salat
Hak Puasa
Hak Haji
Hak Sedekah
Hak Persembahan(Kurban Hari Raya)
HAK-HAK PARA PEMIMPIN
Hak Penguasa
Hak Guru
Hak Pemimpin dengan Kepemilikan
HAK-HAK YANG DIPIMPIN
Hak Rakyat
Hak Murid
Hak Istri
Hak Budak
HAK-HAK ANGGOTA KELUARGA
Hak Ibu
Hak Bapak
Hak Anak
Hak Saudara (Kakak/Adik)
HAK-HAK LAINNYA
Hak Majikan atas Budak yang TelahDibebaskan
9
Hak Budak yang Dibebaskanoleh Majikannya
Hak Mereka yang TelahBerbuat Baik Kepadamu
Hak Pengumandang Azan (Muazin)
Hak Pemimpin (Imam) Salat Berjemaah
Hak Teman Bicara
Hak Tetangga
Hak Sahabat
Hak Rekan Usaha
Hak Harta
Hak Pemberi Hutang
Hak Teman Sejawat
Hak Pengaju Tuntutan (Lawan)
Hak yang Dituntut
Hak Pencari Nasihat
Hak Pemberi Nasihat
Hak Pencari Bimbingan
Hak Pemberi Bimbingan
Hak Orang yang Lebih Tua
HakOrang yang Lebih Muda
Hak Orang yang Seiman
Hak Orang yang di BawahPerlindungan Islam
Konsep hak asasi manusia yang berasal dari “Barat” kurang
lengkap
dan
bisa
menyesatkan.Misalnya
tentang
aborsi,
euthanasia. dlsb. Konsep Hak Asasi yang sekuler tidak dapat
membedakan antara hak asasi dan keinginan, sehingga dapat
menimbulkan
KOMPLIKASI
10
SOSIAL.Karena
hak
dan
kebebasan itu sendiri memiliki paradox KONSEKUENSINYA.
Konsep tentang HAK sejatinya berasal dari konsep ISLAM. Islam
secara lengkap membedakan antaraHAK ALLAH Swt , HAK
RASULULLAH Saw, dan Hak asasi manusia. Islam mengatur
secara jelas tentang Hak asasi dan KEWAJIBAN ASASI yaitu
kewajiban manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan
manusia khalifah di muka bumi.
Secara konstitusional, UUD
1945 dengan Amandemennya,
menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dengan tegas:
1. Hak untuk hidup, mempertahankan kehidupan (28 A).
2. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan (28 B,1)
3. Hak anak untuk berkembang serta perlindungan dari kekerasan
dan tanpa diskriminasi (28 B,2).
4. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan hak kolektif (28 C).
5. Hak jaminan perlindungan dan persamaan dihadapan hukum,
hak untuk bekerja dengan imbalan yang layak, dalam
pemerintahan dan status kewarganegaraan (28 D).
6. Hak untuk bebas beragama, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali; meyakini kepercayaan, kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat (28 E).
7. Hak
untuk
berkomunikasi
dan
menyampai-kan informasi (28 F).
11
memperoleh
informasi,
8. Hak untuk perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda; bebas dari penyiksaan dan mendapatkan suaka politik dari Negara lain (28 G).
9. Hak untuk hidup sejahtera dan pelayanan kesehatan, jaminan
sosial, mempunyai hak milik (28 H).
10. Hak absolut: hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, beragama, tidak diperbudak, dihadapan hukum, tidak
diberlakukan hukum yang berlaku surut; bebas dari perlakuan
diskriminatif; identitas budaya dan masyarakat tradisional;
perlindungan
HAM
tanggungjawab
negara,
terutama
pemerintah; jaminan pelaksanaan HAM diatur dalam peraturan
perundang-undangan (28 I).
11. Kewajiban menghormati hak orang lain; menjalankan hak dan
kebebasan sesuai dengan moral, agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam masyarakat demokratis (28 J).
12. Selain ketentuan yang berada dalam ranah kosmos tersebut di
atas, telah banyak peraturan perundang-undangan dalam domain
logos danteknologos yang memuat nilai-nilai HAM.
12
Bentuk dan isi UDHR (Universal Declaration of Human Right atau
Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia), oleh Cassin digambarkan
sebagai berikut:
pasal 28-30
Tanggungjawabkeamanan
Pasal
3-11
Pasal
12-17
Pasal
18-21
Pasal
22-27
Hidup,
kebebasan
Personal
Hak
masyrakat
sipil
Hak
politik
Hak ekonomi
sosial dan
budaya
PEMBUKAAN
Martabat
Kemerdekaan
Persalimaan
Cassin’s Portico
13
Persaudaraan
II. Entitas Penegakan Hukum.
Proses penegakan hukum selalu terkait dengan beberapa
variabel yaitu substansi hukum, hukum acara, kondisi sosial
politik,tingkat kesadaran hukum masyarakat, para aparat
hukumnya, tersedianya fasilitas bantuan hukum. Peradilan
pidana
suatu
14okum14,
termasuk
di
Indonesiamencerminkan kewibawaan negara,baik secara
nasional maupun di mata internasional.Misiperangkat
14okumpidana, tidakakan memiliki daya penjeraan dan
prevensi bagi masyarakat luas, jika pejabat negara dan warga
masyarakat yang mempunyai potensi korupsi masih memiliki
persepsi bahwa proses penegakan hukum di Indonesia rentan
diintervensi. Baik intervensi kekuasaan politik maupun
kekuatan uang suap dengan bebagai modus operandi-nya.
Terutama dalam kasus-kasus korupsi yang berdimensi
vertikal, yaitu korupsi level bawah yang langsung maupun
tidak langsung mempunyai hubungan kausal dengan jaringan
yang lebih tinggi.
Korupsi politik telah menjadi kendala dalam upaya
mencapai Visi bangsa Indonesia__masyarakat demokratis,
egaliter,
berkeadilan
dalam
bingkai
kedaulatan
14hukum.Untuk selanjutnya mencapai dataran idaman
masyarakat yang adil dan makmur. Proses pencapaian
masyarakat
yang
berkeadilan
dan
berkemakmuran
berprasyarat
adanya
perubahanHUKUM
YANG
BERSUKMA KEADILAN dan berspirit kerakyatan dan
14
sistem
pendistribusian
kekayaan
negara
yang
berkeadilan.Tidak semua warga negara dan rakyat Indonesia
menyadari kewajiban negara untuk menegakkan pilar-pilar
tegaknya kewibawaan negara tersebut.Tiang negara
adalah__negara harus member makan rakyatnya, harus
menydiakan sarana kesehatan dan transportasi bagi rakyatnya,
harus menegakkan keadilan bagi segenap warga negara, dan
negara harus dapat menjaga territorial wilayahnya. Tanpa
bisa menegakkan 4 pilar tersebut, negara akan kehilangan
kewibawaannya di mata rakyatnya dan masyarakat dunia
internasional.Ideologi pembangunan pemerintahan orde baru,
tidak ternyata dapatmenegakkan keadilan yang menjadi
perekat
kohesi
sosial
masyarakat
bangsa.Ternyata
memprioritaskan
stabilitas
berakibat
menimbulkan
pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam perspektif perangkat hukum, meskipun telah ada
perubahan dalam ranah konstitusi (Kosmos) yaitu dijaminnya
hak-hak asasi warga negara dalam hubungannya dengan
penegakan hukum, tetapi KUHP (nomologos) dan KUHAP
(teknologos) paradigmanya belum berubah.Kesenjangan
ideologi hukum yang ada dalam perangkat hukum ini telah
menimbulkan berbagai fenomena ketidakadilan hukum dan
kesenjangan sosial.
15
Skema
Hubungan antara Chaos, Cosmos, Logos, Teknologos
dan Aneka Realita Kehidupan
Chaos
- revolusi sosial politik
- reformasi l998.
Cosmos
Logos
Technologos
- konstitusi
UUD l945dan amandemennya
- KUHP warisan Belanda
- KUHAP buatan tahun l981
- bagaimana cara melaksanakan KUHP
Real everyday life - kenyataan:kasus kakao, pisang, sandal, piring,dll
Kaya aneka
TegaknyaKEADILANmerupakanKEBUTUHAN
POKOK ROKHANIAH bagi setiap insan, masyarakat,
dan negara. karena paradigma KUHP dan KUHAP belum
berubah, belum mengadopsi prinsip Restorative Justice, Plea
bargaining,Saksi Mahkota dan proses penyelesaian perkara
kecil melalui penyelesaian prosedur informal, serta mediasi
16
penal. Sehingga kelompok masyarakat yang rentan secara
politik dan lemah secara ekonomi menjadi sulit memperoleh
keadilan.
1.
2.
3.
4.
5.
Komponen Restorative Justice: antara lain:
The victim has to agree.
The violence has to stop.
The perpetrator has to take responsibility.
The perpetrator is the only to blame-not to victim.
The process only goes ahead with the agreement of the
victim.
Dalam perspektif Islam, Islam restoratif justice atau
keadilan restoratif yang memperhatikan hak-hak korban
kejahatan ini merupakan ISLAH.
Dari struktur dan korelasi perangkat perangkat hukum
tersebut di atas terlihat bahwa nilai dasar HAM, sustansi
hukum (justice) dan asas persamaan di hadapan hukum
(equality before the law) yang ada dalam ranah UUD 1945
dan amandemennya sejak reformasi belum ditransformasi ke
ranah praxis penegakan hukum sehingga rakyat yang rentas
secara politik dan ekonomi sulit memperoleh keadilan hukum
(access to justice) padahal elemen tersebut merupakan
determinan dalam proses pembangunan yang inklusif.
17
Skema
Faktor-faktor yang Terlibat dalam Proses Penegakan
Hukum
Kondisi Sosial
Politik
- Partisipasi
Masyarakat
- Tingkat
Pendidikan
- Fasilitas Bantuan
Hukum
- Advokasi Masyarakat
Hukum
- Substansi
- Karakter
Penegakan Hukum
Keadilan
Hukum Acara
- Pembuktian
Terbalik
- Pre-trial
Penegakan Hukum
- Mental
- Institusi
- Knowledge
- skill
Dari konstelasi tujuan untuk mencapai keadilan, terlihat
masih ada kelemahan dalam ranah substansi hukum yaitu
ideologi hukum yang termuat dalam KUHP dan KUHAP
mengandung beberapa kendala untuk pencapaian keadilan.
18
dan budaya hukum berupa kesadaran kolektif bangsa yang
sejatinya merupakan perangkat lunak (software) sistem
hukum. Begitu pula struktur hukum, belum memberikan
fasilitas lorong keadilan bagi segenap warga negara. Apalagi
dimensi keadilan semakin bertambah, antara lain: Total
Justice, Global Justice, Cosmic Justice, dll.
III. Hukum yang bersukma keadilan.
Pembaharuan hukum menuntut adanya pembaharuan
substansi hukum yaitu sistem nilai yang dijadikan spirit dalam
perangkat hukum tersebut. Ideologi hukum yang ada dalam
pemerintahan Kolonial Belanda, Orde Lama, Orde Baru,
sangat berbeda dengan ideologi hukum perangkat perundangundangan pada masa setelah Era Reformasi. Produk hukum
pemerintah otoriter yang berideologi kekuasaan berbeda
dengan produk hukum yang berideologi nilai Hak Asasi
Manusia (HAM), berspirit kerakyatan dan egalitarian.
Dalam Implementasinya, hukum yang bersukma
keadilan dan berspirit kerakyatan itu menuntut konsistensi
muatan nilai-nilai yang ada dalam ranah kosmos, nomo-logos,
teknologos, dan realita kehidupan masyarakat (ormas,
lemabaga pendidikan, sekolah, pesantren, madrasah, lsm,
pers, perguruan tinggi) selalu dituntut partisipasi aktifnya
dalam menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap
memberikan pencerahan dalam realita kehidupan masyarakat
dan memberi arah bagi perjalanan peradaban bangsa.
Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu menyediakan
bahan bakar kebenaran dan keadilan yaitu kejujuran dan
keberanian agar perjalanan masyarakat dan negara tidak
19
menyimpang dari tujuan bersama. Tujuan negara Indonesia
adalah untuk dataran idaman masyarakat yang adil dan
makmur.
Skema
Hukum yang berisi nilai-nilai dan ada hubungan dengan
aspek kehidupan lainnya.
Kosmos
Sosial
Yuridis Formal
Budaya
Nilai:
Logis Etis
Estetis
Ekonomi
Politik
Hukum yang selalu bergerak secara sentrifugal dengan
faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Hukum sebagai
norma juga memiliki hubungan sentripetal dengan nilai-nilai
yaitu nilai logis, nilai etis. dan nilai estetis. Untuk untuk
hukum yang bersukbersukma keadilan harus selalu
dihidupkan, sehingga memiliki fungsi protektif melindungi
martabat kemanusiaan.Hukum tidak pernah lepas dari
struktur rokhaniah masyarakat pendukungnya karena
merupakan kaidah yang tidak lepas dengan lingkungannya
20
dan sekaligus merupakan entitas yang berisi nilai-nilai
kehidupan manusia.
Dengan demikian, sejatinya hukum itu mempunyai jiwa
keadilan dan kebenaran, sehingga di atas hukum ada hukum
yaitu kepantasan, the golden rule, akal semesta.Manakala
perangkat undang-undang tidak memiliki postulat moral
tentang akal sehat atau common sense, maka pelaksanaan
perangkat aturan hukum itu akan mengganggu suasana bathin
masyarakat, misalnya ada aparat pemarintahan dalam
status tahanan korupsi yang melantik atau dilantik di
dalam tahanan.
Dalam bernegara hukum yang baik dan benar, jangan
dibiarkan perangkat undang-undang dibuat oleh orang yang
tidak bijak dan tidak jujur serta ditafsirkan sepenuhnya untuk
kepentingan pragmatis sesaat.
IV. Tantangan penegakan hukum.
Proses penegakan hukum dituntut untuk memenuhi
variabel-variabel secara positif, dalam arti substansi hukum
harus bersukma keadilan dan berspirit kerakyatan, hukum
acara dituntut untuk dapat memenuhi hak-hak konstitusional
rakyat, mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dan
meratifikasi konvensi-konvensi internasional, kondisi sosial
politik harus kondusif bagi pemenuhan hak-hak strategis
rakyat. Masyarakat yang berkemampuan harus memiliki
empati bagi rakyat yang memerlukan bantuan.Inilah yang
dalam konsep Islam dikenak sebagai bagian dari
KEWAJIBAN ASASI karena merupakan IBADAH dalam
21
menuju derajat TAQWA.
Dalam perkara korupsi vertikal di mana hanya tingkat
bawah yang ajukan ke pengadilan, sedangkan yang level
menengah dan atas tidak pernah dibawa ke proses pengadilan,
maka skeptisisme masyarakat akan terus muncul. Defisit
kewibawaan penegakan hukum korupsi vertikal akan semakin
bertimbun, jika korupsi yang berteganganpolitiktinggi, tidak
dituntut dan dibawa ke pengadilan, sehingga menimbulkan
kabut diskriminasi hukum. Korupsi politik berpotensi
menimbulkan berbagai bentuk oligarki.Pemberdayaan
masyarakat melalui regulasi, advokasi, litigasi dan
ajudikasi (RALA), bertujuan untuk merubah tatanan sosial
yang
tidak
adil
ke
arah
tatanan
masyarakat
Madanimasyarakat yang adil-makmurdan egaliter.
Peran masyarakat madani dalam menghadapi korupsi
vertikal saat ini dan kendala-kendala penegakan hukum, tidak
boleh terpojok menjadi pengeluh yang kronis.Potensi
intelektual, moral dan spiritualkomponen masyarakat madani
harus selalu digerakkan dan diefektifkan dalam posisi sosial
bersama dengan stakeholder (pemangku kepentingan)
tegaknya keadilan sosial.Ruang gerak pelaku korupsi vertikal,
oligarki, pelanggar HAM akan semakin sempit, jika sikap
kritis dan spirit para komponen masyarakat madaniselalu
terhubung dengan gelombang sinyal bathinmartabat
rakyat miskin yang terkoyak martabat kemanusiaannya
akibat korupsi dan pelanggaran HAM. Alangkah malangnya
republik ini, jika penegak hukum dan masyarakat ( ORMAS,
PONDOK PESANTREN, MADRASAH, SEKOLAH, PERS,
PERGURUAN TINGGI) kalah pintar dari koruptor dan
22
pelanggar HAM.
Senjatainsan pejuang keadilan dan komponen
masyarakat madani antikorupsi, LSM lainnya adalah
kebenaran moral dan konsistensi dan persistensi sikap
menentang segala bentuk ketidakadilan. Pelanggar HAM dan
koruptor politik dan potensial koruptor sangat takut
dengancahaya kebenaran transparansi, kecaman publik dan
sanksi hukum yang tegas.
Referensi :
Alkostar, Artidjo, Peran dan Tantangan Advokat Dalam Era
Globalisasi, FH UII Press, Yogyakarta, 2010.
Alkostar, Artidjo, Negara Tanpa Hukum, Catatan Pengacara
Jalanan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.
Miller, Arthur R, Miller’s Court, A Plume Book, New York,
1982.
Parker, Christine & Evan Adrian, Inside Lawyer’s Ethics,
Cambridge University Press, New York, 2007.
23
Spencer, JR, Jackson’s Machinery of Justice, Cambidge
University Press, 1995.
24
Download