PENEGAKAN HUKUM dan KEADILAN: ANTARA CITA dan FAKTA Oleh: DR.Artidjo Alkostar, SH, LLM Hakim Agung/Ketua Muda Pidana Mahkamah Agung RI. Dosen Hukum Pidana Universitas Islam Indonesia (UII). I. Hak Asasi Manusia, Keadilan dan Peradaban. Kesaksian sejarah menyatakan setiap ada krisis HAM selalu ada revolusi sosial. Setelah ada revolusi sosial selaku diikuti munculnya dokumen HAM, seperti: Charters, Documents, Declarations, Treaties yang berkolerasi dengan krisis HAM. Munculnya dokumen-dokumen HAM sebagai manifestasi dari kosmos, merupakan konsekuensi etis dari adanya Chaos, berupa pelanggaran HAM, konflik politik, revolusi sosial dan sejenisnya. Setelah itu lalu diperlukan adanya logos berupa perangkat hukum. Kemudian muncul kebutuhan tentang norma bagaimana hukum itu dilaksanakan yang berupa teknologos. 1 Skema Hubungan antara Chaos, Cosmos, Logos, Teknologos dan Aneka Realita Kehidupan Chaos - revolusi sosial politik - disorder Cosmos Logos Technologos - konstitusi - dokumen - kesepakatan/dklarasi - Perangkat Hukum - hukum acara - bagaimana cara melaksanakan aturan hukum material - kenyataan kehidupan sosial politik Real everyday life Kaya aneka Dokumen-dokumen Sejarah tentang HAM: - PiagamMadinah : 632 - Magna Charta : 1225 - Declaration of Indepedence : 1776 - Declaration L’Homme Et du Citoyen : 1789 - UUD 1945 : 1945 - Deklarasi Umum HAM-PBB : 1948 2 Kota Yatsrib sesudah hijrah Rasulullah s.a.w.ke sana menjadi pusat Islam dan kaum Muslimin serta terkenal dengansebutan Madinatun Nabi (Kota Nabi) seperti yang kita kenalsekarang dengan nama Madinah atau Al Madinah Al Munawwarah karena di sana terdapat makam Rasulullah s.a.w. Kaum Muslimin telah menjadikan tahun kepindahan(hijrah) Rasulullah s.a.w.dari Makkah ke Madinah ini sebagaipermulaan tahun bagi mereka dan sebagai peringatan atasperistiwa besar tersebut. Sementara mereka sebelumnya menjadikan kalender tahun terjadinya peristiwa yang dialamimereka dengan tahun gajah ('Am Al Fil). Dengan hijrahnya beliau ke Madinah komposisi pendudukdi sana menjadi terdiri dari tiga kelompok masyarakat, yaitu : 3 Pertama : Kaum Muhajirin. Mereka adalah orang-orang muhajiryang pindah ke sana dari Makkah demi menyelamatkan agama-nya. Kedua : Kaum Anshar. Mereka adalah penduduk asli Madinahhendaki sikap dan perlakuan yang makruf dan adil di tengah sesama kaum Mukminin. Bani 'Auf juga sebagai penganut Islam sama merupakan orang-orang yang dikenai hukum diyat dan dituntut darahnya seperti kaum Muhajirin. Setiap kelompok adalah pihak yang harus disikapi dan diperlakukan dengan makruf dan adil di tengah sesama kaum Mukminin.Orang mukmin tidak dibenarkan bersekutu dengan selain orang mukmin. Sesungguhnya orang-orang bertakwa kepada orang yang durhaka, atau berlaku zhalim, atau berbuat dosa, atau bersikap memusuhi, atau berbuat kerusakan di kalangan kaum Mukminin, mereka seluruhnya berkewajiban memberantasnya walaupun ia anaknya sendiri. Seorang mukmin tidak dibenarkan membunuh orang beriman karena membela orang kafir dan ia tidak dibenarkan menolong orang kafir karena hendak memojokkan orang beriman. Sesungguhnya perlindungan Allah adalah satu sehingga orang yang paling rendah di antara sesama manusia harus tetap mendapat perlindungan dari sesame.Dan sesungguhnya orang-orang beriman satu sama lain harus bergotong royong. Sesungguhnya orang yang mengikuti kita dari kalangan Yahudi, maka baginya berhak memperoleh pertolongan dan berhak menjadi teladan, tanpa teraniaya.Sesungguhnya penahanan kaum Mukminin hanyasatu, sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin menahansesama mukmin dalam perang di jalan Allah kecuali denganadil di antara mereka. Sesungguhnya setiap pasukan 4 perangyang telah berperang bersama kita satu sama lain diberi pahala.Sesungguhnya orang-orang bertakwa satu sama lain di jalanAllah darahnya harus dilindungi. Sesungguhnya orangorangberiman yang bertakwa berada pada sebaik-baik petunjuk dan sekokohnya yang masuk Islam yang terdiri dari masyarakat Arab suku Aus dan suku Khazraj.Mereka dinamai kaum Anshar karena men-jadi penolong Nabi s.a.w.atas orang-orang musyrik Quraisy. Ketiga : Kaum Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang eksistensinya di Jazirah Arab berakhir secara bertahap karena terusir sebagai buah dari sikap dan perbuatannya kepada Nabi s.a.w.dan kaum Muslimin. Rasulullah s.a.w. dengan gemilang meraih sukses dalam menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk Madinah, karena dalam waktu yang relatif singkat beliau mendapat peng-ikut yang sangat banyak dari mereka. Sebagaimana keberadaan beliau di Madinah juga telah berhasil menghapus perselisihan yang selama ini terjadi di antara mereka, di samping berhasil menanamkan perdamaian di antara sesama keluarga penduduk asli Madinah dan mengikat perjanjian damai di antara kaum Muslimin yang terdiri dari kaumMuhajirin dan kaum Anshar dengan orang-orang Yahudi. Ibnu Hisyam telah mengemukakan (Jilid 2. hal. 119 - 123) gambaran perjanjian damai inisebagai perlindungan bagi kelangsungan orang-orang Yahudi di Madinah, sebagai ketetapan terhadap kebebasan mereka untuk tetap memeluk agama Yahudi, dan bahwa harta benda mereka tetap terjamin. Hal ini sebagaimana tertulis dalam pia-gam perdamaian tersebut yang berbunyi: 5 Bismillahirrahmanirrahim. Ini adalah pernyataan dari Muhammad, An Nabi, (s.a.w.) sebagai piagam antara kaum Mukminin dan kaum Muslimin yang terdiri dari orang-orang Quraisy dan orang-orang Yatsrib serta para pengikut mereka sehingga mereka bergabung dan berjihad bersama mereka; bahwasanya mereka adalah umat yang satu tanpa memandang perbedaanYaitu kaum Muhajirin yang terdiri dari orang-orang Quraisy sebagai pendatang yang beragama Islam yang dikenai hukum diyat dan dituntut darahnya karena sebagai penganut Islam mengingat mereka adalah sebagai orang-orang merdeka. Kajian-kajian tentang HAM tersebut dapat memberikan umpan balik bagi eksistensi dan peran dokumen sejarah bagi rakyat di suatu Negara dan masyarakat bangsa-bangsa di dunia.Peradaban selalu berkolerasi dengan :Penegak Hukum yang Agung, seperti: Hammurabi (± 1750 SM), Solomon (± 1000SM), Confucius (±500 SM), Agustus (44 M), Mohammad (567-632 M), Charlemagne (724-814), King John (1199-1216), St. Louis (1226-1270), Blackstone (1723-1780), (Kluger:Simple Justice, hlm.564). 6 Perjalanan umat manusia tidak bisa dilepaskan dari peran para “Great Lawgiver” tersebut di atas.Dalam buku Great Religions of The World yang mengelaborasi Hinduism, Buddhism, Judaism, Islam dan Christianity.Dikupas kearifan-kearifan agama dalam mengarahkan kehidupan manusia.Perkembangan HAM; menyangkut kedaulatan Negara dan yuridiksi otoritas lembaga internasional.Dalam krisis HAM di suatu negara yang diikuti upaya mengadili penguasa yang melanggar HAM selalu dimuncul-kan isu nasionalisme atau kedaulatan negara secara sempit. Dalam posisi ini secara jernih dari perguruan tinggi, pesantren, sekolah, madrasah, akan sangat membantu memberikan pemahaman kedaulatan Negara bagi rakyat banyak. Seperti halnya dokumen sejarah lainnya, Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia, merupakan akibat adanya “chaos” revolusi dunia berupa Perang Dunia II. Penegakan Hak Asasi Manusia sejatinya merupakan penegakan keadilanyang berkorelasi dengan tegaknya peradaban, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. ISLAM sebagai agama keadilan menjunjung tinggi tegaknya keadilan. Dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 56 ayat yang menyebut dan memerintahkan untuk MENEGAKKAN KEADILAN. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian pelakupelaku keadilan dan saksi-saksi 7 yang benar karena Allah, walaupun terhadap diri-diri kalian atau terhadap kedua orang tua kalian dan kaum kerabat.” (Q.S.an Nisa’ : 135); Allah Yang Mahasuci menciptakan hak-hak tertentu atas yang lain-Iainnya. Ia membuatnya sedemikian rupa sehingga sebanding antara satu sama lainnya. Beberapa darihak-hak ini menimbulkan hak-hak lain. Beberapa hak adalahsedemikian rupa sehingga mereka tidak menambah kecualidengan yang lain-lainnya. (Imam All bin Abi Thalib.NahjuI Balaghah. Khotbah 215); Dalam bukunya The Rights of Allah and Human Rights Abdurrehnan Shad mengelaborasi tentang Hak Allah Swt dan Hak asasi manusia. Dan beberapa penulis lain memaparkan Hak Asasi Manusia dalam perspektif Islam. HAKTERBESAR ALLAH SWT Hak Terbesar Allah SWT HAK-HAK TUBUH Hak-hak Tubuh Hak Lidah Hak Pendengaran Hak Penglihatan Hak Tangan Hak Kaki Hak Perut 8 HAK-HAK IBADAH Hak Salat Hak Puasa Hak Haji Hak Sedekah Hak Persembahan(Kurban Hari Raya) HAK-HAK PARA PEMIMPIN Hak Penguasa Hak Guru Hak Pemimpin dengan Kepemilikan HAK-HAK YANG DIPIMPIN Hak Rakyat Hak Murid Hak Istri Hak Budak HAK-HAK ANGGOTA KELUARGA Hak Ibu Hak Bapak Hak Anak Hak Saudara (Kakak/Adik) HAK-HAK LAINNYA Hak Majikan atas Budak yang TelahDibebaskan 9 Hak Budak yang Dibebaskanoleh Majikannya Hak Mereka yang TelahBerbuat Baik Kepadamu Hak Pengumandang Azan (Muazin) Hak Pemimpin (Imam) Salat Berjemaah Hak Teman Bicara Hak Tetangga Hak Sahabat Hak Rekan Usaha Hak Harta Hak Pemberi Hutang Hak Teman Sejawat Hak Pengaju Tuntutan (Lawan) Hak yang Dituntut Hak Pencari Nasihat Hak Pemberi Nasihat Hak Pencari Bimbingan Hak Pemberi Bimbingan Hak Orang yang Lebih Tua HakOrang yang Lebih Muda Hak Orang yang Seiman Hak Orang yang di BawahPerlindungan Islam Konsep hak asasi manusia yang berasal dari “Barat” kurang lengkap dan bisa menyesatkan.Misalnya tentang aborsi, euthanasia. dlsb. Konsep Hak Asasi yang sekuler tidak dapat membedakan antara hak asasi dan keinginan, sehingga dapat menimbulkan KOMPLIKASI 10 SOSIAL.Karena hak dan kebebasan itu sendiri memiliki paradox KONSEKUENSINYA. Konsep tentang HAK sejatinya berasal dari konsep ISLAM. Islam secara lengkap membedakan antaraHAK ALLAH Swt , HAK RASULULLAH Saw, dan Hak asasi manusia. Islam mengatur secara jelas tentang Hak asasi dan KEWAJIBAN ASASI yaitu kewajiban manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan manusia khalifah di muka bumi. Secara konstitusional, UUD 1945 dengan Amandemennya, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dengan tegas: 1. Hak untuk hidup, mempertahankan kehidupan (28 A). 2. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan (28 B,1) 3. Hak anak untuk berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan tanpa diskriminasi (28 B,2). 4. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan hak kolektif (28 C). 5. Hak jaminan perlindungan dan persamaan dihadapan hukum, hak untuk bekerja dengan imbalan yang layak, dalam pemerintahan dan status kewarganegaraan (28 D). 6. Hak untuk bebas beragama, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali; meyakini kepercayaan, kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (28 E). 7. Hak untuk berkomunikasi dan menyampai-kan informasi (28 F). 11 memperoleh informasi, 8. Hak untuk perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda; bebas dari penyiksaan dan mendapatkan suaka politik dari Negara lain (28 G). 9. Hak untuk hidup sejahtera dan pelayanan kesehatan, jaminan sosial, mempunyai hak milik (28 H). 10. Hak absolut: hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran dan hati nurani, beragama, tidak diperbudak, dihadapan hukum, tidak diberlakukan hukum yang berlaku surut; bebas dari perlakuan diskriminatif; identitas budaya dan masyarakat tradisional; perlindungan HAM tanggungjawab negara, terutama pemerintah; jaminan pelaksanaan HAM diatur dalam peraturan perundang-undangan (28 I). 11. Kewajiban menghormati hak orang lain; menjalankan hak dan kebebasan sesuai dengan moral, agama, keamanan dan ketertiban umum dalam masyarakat demokratis (28 J). 12. Selain ketentuan yang berada dalam ranah kosmos tersebut di atas, telah banyak peraturan perundang-undangan dalam domain logos danteknologos yang memuat nilai-nilai HAM. 12 Bentuk dan isi UDHR (Universal Declaration of Human Right atau Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia), oleh Cassin digambarkan sebagai berikut: pasal 28-30 Tanggungjawabkeamanan Pasal 3-11 Pasal 12-17 Pasal 18-21 Pasal 22-27 Hidup, kebebasan Personal Hak masyrakat sipil Hak politik Hak ekonomi sosial dan budaya PEMBUKAAN Martabat Kemerdekaan Persalimaan Cassin’s Portico 13 Persaudaraan II. Entitas Penegakan Hukum. Proses penegakan hukum selalu terkait dengan beberapa variabel yaitu substansi hukum, hukum acara, kondisi sosial politik,tingkat kesadaran hukum masyarakat, para aparat hukumnya, tersedianya fasilitas bantuan hukum. Peradilan pidana suatu 14okum14, termasuk di Indonesiamencerminkan kewibawaan negara,baik secara nasional maupun di mata internasional.Misiperangkat 14okumpidana, tidakakan memiliki daya penjeraan dan prevensi bagi masyarakat luas, jika pejabat negara dan warga masyarakat yang mempunyai potensi korupsi masih memiliki persepsi bahwa proses penegakan hukum di Indonesia rentan diintervensi. Baik intervensi kekuasaan politik maupun kekuatan uang suap dengan bebagai modus operandi-nya. Terutama dalam kasus-kasus korupsi yang berdimensi vertikal, yaitu korupsi level bawah yang langsung maupun tidak langsung mempunyai hubungan kausal dengan jaringan yang lebih tinggi. Korupsi politik telah menjadi kendala dalam upaya mencapai Visi bangsa Indonesia__masyarakat demokratis, egaliter, berkeadilan dalam bingkai kedaulatan 14hukum.Untuk selanjutnya mencapai dataran idaman masyarakat yang adil dan makmur. Proses pencapaian masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran berprasyarat adanya perubahanHUKUM YANG BERSUKMA KEADILAN dan berspirit kerakyatan dan 14 sistem pendistribusian kekayaan negara yang berkeadilan.Tidak semua warga negara dan rakyat Indonesia menyadari kewajiban negara untuk menegakkan pilar-pilar tegaknya kewibawaan negara tersebut.Tiang negara adalah__negara harus member makan rakyatnya, harus menydiakan sarana kesehatan dan transportasi bagi rakyatnya, harus menegakkan keadilan bagi segenap warga negara, dan negara harus dapat menjaga territorial wilayahnya. Tanpa bisa menegakkan 4 pilar tersebut, negara akan kehilangan kewibawaannya di mata rakyatnya dan masyarakat dunia internasional.Ideologi pembangunan pemerintahan orde baru, tidak ternyata dapatmenegakkan keadilan yang menjadi perekat kohesi sosial masyarakat bangsa.Ternyata memprioritaskan stabilitas berakibat menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia. Dalam perspektif perangkat hukum, meskipun telah ada perubahan dalam ranah konstitusi (Kosmos) yaitu dijaminnya hak-hak asasi warga negara dalam hubungannya dengan penegakan hukum, tetapi KUHP (nomologos) dan KUHAP (teknologos) paradigmanya belum berubah.Kesenjangan ideologi hukum yang ada dalam perangkat hukum ini telah menimbulkan berbagai fenomena ketidakadilan hukum dan kesenjangan sosial. 15 Skema Hubungan antara Chaos, Cosmos, Logos, Teknologos dan Aneka Realita Kehidupan Chaos - revolusi sosial politik - reformasi l998. Cosmos Logos Technologos - konstitusi UUD l945dan amandemennya - KUHP warisan Belanda - KUHAP buatan tahun l981 - bagaimana cara melaksanakan KUHP Real everyday life - kenyataan:kasus kakao, pisang, sandal, piring,dll Kaya aneka TegaknyaKEADILANmerupakanKEBUTUHAN POKOK ROKHANIAH bagi setiap insan, masyarakat, dan negara. karena paradigma KUHP dan KUHAP belum berubah, belum mengadopsi prinsip Restorative Justice, Plea bargaining,Saksi Mahkota dan proses penyelesaian perkara kecil melalui penyelesaian prosedur informal, serta mediasi 16 penal. Sehingga kelompok masyarakat yang rentan secara politik dan lemah secara ekonomi menjadi sulit memperoleh keadilan. 1. 2. 3. 4. 5. Komponen Restorative Justice: antara lain: The victim has to agree. The violence has to stop. The perpetrator has to take responsibility. The perpetrator is the only to blame-not to victim. The process only goes ahead with the agreement of the victim. Dalam perspektif Islam, Islam restoratif justice atau keadilan restoratif yang memperhatikan hak-hak korban kejahatan ini merupakan ISLAH. Dari struktur dan korelasi perangkat perangkat hukum tersebut di atas terlihat bahwa nilai dasar HAM, sustansi hukum (justice) dan asas persamaan di hadapan hukum (equality before the law) yang ada dalam ranah UUD 1945 dan amandemennya sejak reformasi belum ditransformasi ke ranah praxis penegakan hukum sehingga rakyat yang rentas secara politik dan ekonomi sulit memperoleh keadilan hukum (access to justice) padahal elemen tersebut merupakan determinan dalam proses pembangunan yang inklusif. 17 Skema Faktor-faktor yang Terlibat dalam Proses Penegakan Hukum Kondisi Sosial Politik - Partisipasi Masyarakat - Tingkat Pendidikan - Fasilitas Bantuan Hukum - Advokasi Masyarakat Hukum - Substansi - Karakter Penegakan Hukum Keadilan Hukum Acara - Pembuktian Terbalik - Pre-trial Penegakan Hukum - Mental - Institusi - Knowledge - skill Dari konstelasi tujuan untuk mencapai keadilan, terlihat masih ada kelemahan dalam ranah substansi hukum yaitu ideologi hukum yang termuat dalam KUHP dan KUHAP mengandung beberapa kendala untuk pencapaian keadilan. 18 dan budaya hukum berupa kesadaran kolektif bangsa yang sejatinya merupakan perangkat lunak (software) sistem hukum. Begitu pula struktur hukum, belum memberikan fasilitas lorong keadilan bagi segenap warga negara. Apalagi dimensi keadilan semakin bertambah, antara lain: Total Justice, Global Justice, Cosmic Justice, dll. III. Hukum yang bersukma keadilan. Pembaharuan hukum menuntut adanya pembaharuan substansi hukum yaitu sistem nilai yang dijadikan spirit dalam perangkat hukum tersebut. Ideologi hukum yang ada dalam pemerintahan Kolonial Belanda, Orde Lama, Orde Baru, sangat berbeda dengan ideologi hukum perangkat perundangundangan pada masa setelah Era Reformasi. Produk hukum pemerintah otoriter yang berideologi kekuasaan berbeda dengan produk hukum yang berideologi nilai Hak Asasi Manusia (HAM), berspirit kerakyatan dan egalitarian. Dalam Implementasinya, hukum yang bersukma keadilan dan berspirit kerakyatan itu menuntut konsistensi muatan nilai-nilai yang ada dalam ranah kosmos, nomo-logos, teknologos, dan realita kehidupan masyarakat (ormas, lemabaga pendidikan, sekolah, pesantren, madrasah, lsm, pers, perguruan tinggi) selalu dituntut partisipasi aktifnya dalam menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan pencerahan dalam realita kehidupan masyarakat dan memberi arah bagi perjalanan peradaban bangsa. Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu menyediakan bahan bakar kebenaran dan keadilan yaitu kejujuran dan keberanian agar perjalanan masyarakat dan negara tidak 19 menyimpang dari tujuan bersama. Tujuan negara Indonesia adalah untuk dataran idaman masyarakat yang adil dan makmur. Skema Hukum yang berisi nilai-nilai dan ada hubungan dengan aspek kehidupan lainnya. Kosmos Sosial Yuridis Formal Budaya Nilai: Logis Etis Estetis Ekonomi Politik Hukum yang selalu bergerak secara sentrifugal dengan faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Hukum sebagai norma juga memiliki hubungan sentripetal dengan nilai-nilai yaitu nilai logis, nilai etis. dan nilai estetis. Untuk untuk hukum yang bersukbersukma keadilan harus selalu dihidupkan, sehingga memiliki fungsi protektif melindungi martabat kemanusiaan.Hukum tidak pernah lepas dari struktur rokhaniah masyarakat pendukungnya karena merupakan kaidah yang tidak lepas dengan lingkungannya 20 dan sekaligus merupakan entitas yang berisi nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan demikian, sejatinya hukum itu mempunyai jiwa keadilan dan kebenaran, sehingga di atas hukum ada hukum yaitu kepantasan, the golden rule, akal semesta.Manakala perangkat undang-undang tidak memiliki postulat moral tentang akal sehat atau common sense, maka pelaksanaan perangkat aturan hukum itu akan mengganggu suasana bathin masyarakat, misalnya ada aparat pemarintahan dalam status tahanan korupsi yang melantik atau dilantik di dalam tahanan. Dalam bernegara hukum yang baik dan benar, jangan dibiarkan perangkat undang-undang dibuat oleh orang yang tidak bijak dan tidak jujur serta ditafsirkan sepenuhnya untuk kepentingan pragmatis sesaat. IV. Tantangan penegakan hukum. Proses penegakan hukum dituntut untuk memenuhi variabel-variabel secara positif, dalam arti substansi hukum harus bersukma keadilan dan berspirit kerakyatan, hukum acara dituntut untuk dapat memenuhi hak-hak konstitusional rakyat, mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dan meratifikasi konvensi-konvensi internasional, kondisi sosial politik harus kondusif bagi pemenuhan hak-hak strategis rakyat. Masyarakat yang berkemampuan harus memiliki empati bagi rakyat yang memerlukan bantuan.Inilah yang dalam konsep Islam dikenak sebagai bagian dari KEWAJIBAN ASASI karena merupakan IBADAH dalam 21 menuju derajat TAQWA. Dalam perkara korupsi vertikal di mana hanya tingkat bawah yang ajukan ke pengadilan, sedangkan yang level menengah dan atas tidak pernah dibawa ke proses pengadilan, maka skeptisisme masyarakat akan terus muncul. Defisit kewibawaan penegakan hukum korupsi vertikal akan semakin bertimbun, jika korupsi yang berteganganpolitiktinggi, tidak dituntut dan dibawa ke pengadilan, sehingga menimbulkan kabut diskriminasi hukum. Korupsi politik berpotensi menimbulkan berbagai bentuk oligarki.Pemberdayaan masyarakat melalui regulasi, advokasi, litigasi dan ajudikasi (RALA), bertujuan untuk merubah tatanan sosial yang tidak adil ke arah tatanan masyarakat Madanimasyarakat yang adil-makmurdan egaliter. Peran masyarakat madani dalam menghadapi korupsi vertikal saat ini dan kendala-kendala penegakan hukum, tidak boleh terpojok menjadi pengeluh yang kronis.Potensi intelektual, moral dan spiritualkomponen masyarakat madani harus selalu digerakkan dan diefektifkan dalam posisi sosial bersama dengan stakeholder (pemangku kepentingan) tegaknya keadilan sosial.Ruang gerak pelaku korupsi vertikal, oligarki, pelanggar HAM akan semakin sempit, jika sikap kritis dan spirit para komponen masyarakat madaniselalu terhubung dengan gelombang sinyal bathinmartabat rakyat miskin yang terkoyak martabat kemanusiaannya akibat korupsi dan pelanggaran HAM. Alangkah malangnya republik ini, jika penegak hukum dan masyarakat ( ORMAS, PONDOK PESANTREN, MADRASAH, SEKOLAH, PERS, PERGURUAN TINGGI) kalah pintar dari koruptor dan 22 pelanggar HAM. Senjatainsan pejuang keadilan dan komponen masyarakat madani antikorupsi, LSM lainnya adalah kebenaran moral dan konsistensi dan persistensi sikap menentang segala bentuk ketidakadilan. Pelanggar HAM dan koruptor politik dan potensial koruptor sangat takut dengancahaya kebenaran transparansi, kecaman publik dan sanksi hukum yang tegas. Referensi : Alkostar, Artidjo, Peran dan Tantangan Advokat Dalam Era Globalisasi, FH UII Press, Yogyakarta, 2010. Alkostar, Artidjo, Negara Tanpa Hukum, Catatan Pengacara Jalanan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000. Miller, Arthur R, Miller’s Court, A Plume Book, New York, 1982. Parker, Christine & Evan Adrian, Inside Lawyer’s Ethics, Cambridge University Press, New York, 2007. 23 Spencer, JR, Jackson’s Machinery of Justice, Cambidge University Press, 1995. 24