AIR UNTUK KEHIDUPAN MANUSIA SUMBER AIR Ø Kebutuhan air : A S : 189 liter/kapita/hari, Indonesia 100 liter/kapita/hari. Ø Sumber air 3 macam : 1) Air angkasa/ atmosfir : Ø air hujan, air embun, salju Ø menyerap bau, gas ataupun materi-materi berbahaya seperti gas methane, hidrogen sulfida Ø dapat mudah menimbulkan karat/ merusak logam. 2) Air permukaan : Ø semua sumber air yang terdapat di permukaan tanah, (air sungai, kolam, danau, laut) Ø mudah terkontaminasi, baik secara fisik, kimiawi, mikrobiologis maupun radiologis. Ø bersifat kotor, mengandung bakteri, kaya akan O2 dan CO2 3) Air tanah : Ø semua jenis air yang terletak di bawah tanah, air sumur Ø memiliki mutu lebih baik, bersih, bebas dari bakteri Ø mengandung mineral cukup besar (sulfat dan nitrat), sehingga sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa yang tidak nyaman KRITERIA MUTU AIR Ø Syarat air minum harus memenuhi 4 kriteria: yakni 1) kriteria fisik, 2) kimiawi, 3) bakteriologis dan 4) radiologis. Kriteria Fisik Ø air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Ø salah satu syarat fisik tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar air tersebut tidak sehat (zat kimia, 1 zat organik dapat merubah warna, bau, rasa dan kejernihan air). Ø semua syarat fisik terpenuhi, belum tentu baik untuk diminum, kemungkinan mengandung zat atau bibit penyakit yang membahayakan. Kriteria Kimiawi Ø untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya bahanbahan kimia atau mineral yang bersifat racun, serta beberapa bahan yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyediaan air pipa (piped water). Ø Syarat kimiawi meliputi derajat keasaman (pH), jumlah zat padat (total dissolved solids), kesadahan air, dan bahan kimia lainnya. Ø Kesadahan air disebabkan oleh terdapatnya garam kalsium dan atau magnesium. Ø Air sadah mengakibatkan : 1) terbentuknya lapisan atau pengerakan pada alat pengolah, terutama alat pemanas, 2) Meningkatkan jumlah sabun yang harus digunakan dan mempercepat rusaknya baju (warna abu-abu dan merusak tekstur kain). 3) dapat menurunkan kualitas produk spesifik karena mempengaruhi bau dan rasa, misalnya pada minuman berkarbonat (soft drink) dan bir. 4) memperpendek umur pipa dan perlengkapannya, Ø kandungan kalsium karbonat, 1 mEq/L setara dengan 50 mg kalsium karbonat (50 ppm) Tabel 1. Tingkat Kesadahan Air Tingkat Kesadahan Jumlah komponen terlarut mEq /L mg/L Lunak (soft) <1 < 50 Cukup Lunak 1–3 50 – 150 (moderately hard) Tinggi (hard) 3–6 150 – 300 Sangat tinggi (very >6 > 300 hard) 2 Ø Kesadahan dapat dibedakan menjadi 2: 1) kesadahan sementara /karbonat Ø kesadahan air yang disebabkan oleh terdapatnya garam karbonat atau bikarbonat dari garam kalsium dan magnesium. Ø dapat dihilangkan perlakuan fisika (memanaskan air) 2) kesadahan tetap/ permanen/ non karbonat. v adanya garam magnesium atau kalsium dari sulfat atau klorida, v dapat dihilangkan dengan cara kimia. v Untuk mengurangi kesadahan air sadah dapat dilakukan pelunakan dengan soda kapur, pelunakan dengan pertukaran ion, penghilangan mineral, elektrodialisis, destilasi, penyaringan membran dan pembekuan. v Cara ekonomis dg pelunakan dengan soda kapur karena lebih murah, mudah didapat Kriteria Bakteriologis o untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya organisme yang merupakan petunjuk adanya pencemaran kotoran atau tinja (faeces) dalam air. o Escherichia coli (E. coli), dan bakteri dari kelompok koliform. o Koliform digunakan sebagai indikator dengan alasan : 1) Koliform tidak secara normal terdapat di dalam air, diekskresikan dalam jumlah besar dari usus manusia, kontaminasi feses. 2) Koliform mudah dideteksi dalam media kultur 3) Daya tahan hidupnya lebih lama dibanding bakteri patogen lainnya 4) Resistensi lebih besar dalam proses pemurnian air. 3 Tabel 2. Klasifikasi Kualitas Air Kelas Kriteria No. Jumlah Koliform/ 100 ml air 1. 0-1 1 2. 3. 4. 2 3 4 1–2 3 - 10 > 10 Sangat memuaskan (highly satisfactory) Memuaskan (satifactory) Meragukan (doubtful) Tidak memuaskan (unsatisfactory) Sumber : Roday (1999) Kriteria Radiologis o harus dijaga sekecil mungkin. o Sisa-sisa radioaktif tidak boleh ada sama sekali dalam sumber-sumber yang digunakan untuk persediaan air minum. o berasal dari instalasi energi atom dari industri, lembaga-lembaga penelitian atau industri obat-obatan. o dihilangkan dengan resin penukar kation, resin penukar anion, koagulasi fosfat, atau dengan penyulingan. WHO menetapkan 5 kriteria kualitas air : 1) Cemaran/Polutan mikroba : a) Sepanjang tahun, 95% sampel tidak mengandung satupun bakteri koliform dalam 100 ml air b) Sampel tidak mengandung E. coli dalam 100 ml air c) Sampel tidak mengandung lebih dari 10 koliform dalam 100 ml air d) Koliform tidak terdeteksi dalam 100 ml dalam dua sampel air berturutan 2) Zat beracun : arsenik tidak lebih dari 0,05 mg/l, kadmium tidak lebih dari 0,005 mg/l, timbal tidak lebih dari 0,05 mg/l, merkuri tidak lebih dari 0,001 mg/l, selenium tidak lebih dari 0,01 mg/l 4 3) Zat spesifik yang dapat mempengaruhi kesehatan, seperti tingkat fluorid antara 0,5 – 0,8 mg/l. 4) Sifat yang mempengaruhi daya terima: dipengaruhi oleh berbagai zat yang menyebabkan perubahan warna (discolouration), bau, rasa, garam terlarut dan pH. Semua hal tersebut dibatasi sesuai dengan syarat WHO. 5) Zat radioaktif : pencemaran air oleh zat radioaktif sedang dalam perkembangan dan WHO mepunyai batas yang dapat diterima. INDIKATOR PENCEMARAN AIR 1) Adanya perubahan suhu air. v kegiatan industri menimbulkan panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. v dihilangkan dengan proses pendinginan air v dibuang ke lingkungan, yang akan mengakibatkan air di dalam lingkungan (air sungai) menjadi panas. v meningkatkan rasa dan bau karena reaksi biokimia akan berjalan lebih cepat, v daya larut oksigen menjadi berkurang serta akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme lainnya. 2) Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen v pH normal berkisar 6,5 – 7,5. v peningkatan keasaman air buangan: (asam-asam organik, asam mineral, besi sulfur (FeS2) v dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air v korosif terhadap logam yang mengakibtkan karat 3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. o bahan anorganik dan bahan organik dapat larut ke dalam air maka terjadi perubahan warna air. o zat-zat yang beracun belum tentu mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga tetap tampak jernih 5 o industri kertas menghasilkan limbah logam berat yakni Hg, Cr, Cu, Pb, Ni dan Zn, air sungai berwarna hitam pekat dan menyebabkan penurunan produksi udang yang cukup drastis. o Bahan buangan pengolahan bahan makanan (protein) dapat menimbulkan bau yang sangat menyengat hidung. o Adanya rasa pada air akan diikuti perubahan pH air. 4) Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut o Buangan padat tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang larut sebagian akan menjadi koloidal. o menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air, yang mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat berlangsung, mengganggu kehidupan organisme. o bahan anorganik yang dapat larut dalam air akan menambah. ion-ion logam berat ke dalam air yang bersifat racun, seperti kadmium (Cd), krom (Cr) dan Timbal (Pb). o berkurangnya oksigen terlarut o menyebabkan kekeruhan pada air. 5) Adanya mikroorganisme o Buangan yang didegradasi cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut berkembang biak, tms mikroba patogen. o Faktor-faktor yang mepengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yaitu : 1) Sumber air, Air permukaan yang tercemar oleh kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri E. coli, Sterptococci fecal dan Clostridium perfringens. 2) Komponen nutrien dalam air, mikroorganisme saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. 6 3) Komponen beracun, Asam-asam organik dan anorganik serta klorin dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan hewan 4) Organisme air, protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri. 5) Faktor fisik (suhu, tekanan osmotik, aerasi, penetrasi sinar mathari) 6) Komponen polutan, tanaman dan bangkai hewan mengadung bakteri koliform, sedangkan sampah organik akan menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio. 6) Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) o Semakin tinggi tingkat pencemaran air, semakin berkurang kadar oksigen terlarut dalam air. o kadar oksigen terlarut mininum 5 ppm. o Air permukaan yang sudah jenuh terhadap oksigen terlarut dapat ditumbuhi oleh alga biru hijau dan berbau. o Tumbuh organisme anaerob yang menguraikan limbah organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang menimbulkan bau busuk. o Pencemaran udara oleh CO2 dari asap pabrik atau kendaraan bermotor akan mengurangi jumlah sinar matahari sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan oksigen di permukaan bumi termasuk di dalam air. 7) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan o tenaga nuklir untuk kedokteran, farmasi, biologi, pertanian, pertambangan, industri akan menghasilkan zat radioaktif o kerusakan biologis 7 PENGELOLAAN AIR MINUM Berdasarkan perlu atau tidaknya pengelolaan, air dibedakan atas : a. Air yang tidak membutuhkan pengelolaan, yaitu air tanah yang tidak terkontaminansi. b. Air yang membutuhkan tindakan desinfeksi, yaitu air dalam tanah atau air permukaan yang diperkirakan hampir tidak terkontaminasi, warna jernih dan jumlah E. coli tidak lebih dari 50 /100 ml air. c. Air yang membutuhkan penyaringan pasir cepat dilanjutkan dengan klorinasi secara tetap, yaitu air yang mengandung E. coli lebih dari 5.000/100 ml dari 20 % sampel yang diperiksa setiap bulan. d. Air yang memerlukan pengolahan tambahan, selain pengelolaan di atas, yaitu pre-sedimentasi atau penyimpanan selama 30 hari. Air mengandung E. coli pada 20 % sampel yang diperiksa dua bulan sekali sebanyak > 5.000 MPN/100 ml , tetapi kurang dari 20.000 MPN/100 ml pada 5 % sampel. e. Air yang membutuhkan pengelolaan air istimewa, boleh digunakan bila terpaksa, dengan kandungan E. coli > 250.000 MPN/100 ml. Tahap pengelolaan air yaitu 1) penyimpanan dan pengendapan, 2) koagulasi dan penyaringan serta 3) klorinasi. Penyimpanan dan pengendapan. o Air dibiarkan sehingga terjadi koagulasi dari partikelpartikel yang ada dan membentuk endapan, sehingga akan menjernihkan air o 24 jam sekitar 90 % partikel akan mengendap, amonia bebas berkurang, kandungan nitrat bertambah karena terjadi oksidasi bakteri aerobik. o Sekitar 90 % jumlah bakteri berkurang dalam waktu 5 – 7 hari pengendapan, optimum selama 10 – 14 hari. o lebih dari 14 hari terjadi pertumbuhan alga yang menyebabkan perubahan bau dan warna air. 8 Koagulasi dan Filtrasi Koagulasi dan filtrasi dapat menghilangkan 98-99 % bakteri dan cemaran air lainnya, dan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 1) Saringan pasir lambat (slow sand filter) di mana aliran air hanya berdasarkan gaya gravitasi. 2) Saringan pasir cepat (rapid sand filter) di mana aliran air berdasarkan tekanan dan perlu penambahan zat koagulan atau proses sedimentasi sebelumnya. Tahapan saringan pasir cepat adalah : 1) Koagulasi (Coagulation). o Zat koagulan yaitu zat kimia yang berguna untuk mempercepat terjadinya proses koagulasi/penggumpalan. o alum Al2 (SO4)3.14 H2O, copperas FeSO4.7H2O, ferri sulfat Fe2(SO4)3, ferri klorida FeCl3, silika yang diaktifkan dan tanah liat. Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 2) Pencampuran cepat (rapid mixing). 3) Flokulasi (flocculation). Pemutaran secara lambat selama 30 menit menghasilkan pengendapan flokulan/flok dari amonium hidroksida. 4) Pengendapan (Sedimentation). Air dijaga tetap tenang selama 2 – 6 jam agar terjadi pengendapan flok, impuritis dan bakteri. Filtrasi (Filtration). Ukuran dari butiran pasir antara 0,6 – 2 mm dan laju filtrasi 5 – 15 m3/jam/m2 luas. Klorinasi (Chlorination) v proses desinfeksi untuk menginaktifkan bakteri dan virus patogen, asal kotoran manusia, seperti Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Bacillus shigella dan Vibrio cholerae. v untuk mengendalikan pertumbuhan ganggang, mengendalikan bakteri pembentuk lendir dalam air, 9 v untuk mengikat partikel besi. v Kadar klor yang diperbolehkan ada dalam air minum adalah antara 0,2 – 0,5 ppm. v Zat desinfektan yang dapat digunakan selain klor adalah : 1) Ozon. Ozon dapat menghilangkan bau dan rasa, memiliki pengaruh kuat yang tidak diinginkan dan agen oksidasi yang sangat kuat. Kelemahannya tidak berpengaruh pada germisida 2) Sinar Ultra Violet. Ultra violet efektif terhadap banyak virus dan mikroorganisme, Radiasi ultra violet memiliki kelemahan a) sangat mahal, b) tidak berpengaruh pada germisida, dan c) warna dan kekeruhan air mengurangi efektivitas UV. Dua tahap lanjutan yaitu : 1) Pengaliran udara/aerasi/aeration. v untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, v menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan seperti CO2, methane, hidrogen sulfida, v menaikkan derajat keasaman air v menambah gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air. 2) Pemanasan air hingga mendidih. Pemanasan bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air, dan pendidihan selama 5 – 10 menit. Pengolahan air di instalasi air minum, biasanya menggunakan proses sebagai berikut : 1. Pengaliran air melalui pipa atau dipompa. 2. Pengendapan beberapa saat kemudian dialirkan ke instalasi penyaringan. 3. Pengendapan di bak pertama 4. Pengaliran melalui tempat pembubuhan zat koagulan berupa aluminium sulfat dan kapur kalsium karbonat. 5. Pencampuran zat kimia melalui dua cara, yaitu 1) menerjunkan air dan 2) mengalirkan air melalui parit berkelok-kelok (mixing device). 10 6. Pengaliran air ke dalam bak pengendapan ke dua (dortmund tank/ ascelerator). Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih. 7. Pengaliran air melalui saringan pasir cepat 8. Pengaliran air ke chlorinator, dengan pembubuhan klor. 9. Air yang sudah bersih kemudian dialiri udara (aerasi) dan ditampung untuk siap didistribusikan PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik dan kimiawi; 2. mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar; 3. menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan. 4. Mempergunakan sumber daya air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik, juga berarti sebagai penyimpan energi dan materi. v memperhatikan fungsi ganda air, yakni fungsi sosial, ekonomi dan ekologi v mencakup aspek ketersediaan, kualitas dan distribusi. 11 PENGARUH TDK LANGSUNG AIR THD KESEHATAN No. 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 3. Sumber-sumber Pengotoran Badan air Sumber Jenis Pengotoran pengotoran Sumber alamiah Udara Mineral terlarut Tumbuhan/hewan busuk Tumbuhan air Air hujan Sumber pertanian Erosi Kotoran hewan Pupuk Pestisida Air irigasi Air buangan Pemukiman Industri Air hujan kota Kapal/perahu Pengolahan limah Waduk Lumpur Tumbuhan akuatik Lain-lain Industri konstruksi Pertambangan Air tanah Sampah Sumber : Slamet (1996) 12 Zat Pengikat Oksigen # zat kimia organik banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan dibutuhkan untuk pertumbuhannya. # zat –zat anorganik dan gas. # memerlukan oksigen terlarut # meningkatkan BOD air. # Ikan yang sensitif akan mati pada kadar oksigen kurang dari 3 – 5 mg/l. # Pengaruh zat-zat pengikat oksigen terhadap kesehatan : 1. kematian mata rantai makanan (ikan) 2. alasan estetika. 3. dayaguna air menurun. Pupuk Tanaman # terjadi pertumbuhan yang berlebihan di perairan. # mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air. # musnahnya rantai makanan yang bersifat aerob. # anyir dan berbau, # menurunkan nilai estetika. Material Tersuspensi # materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul atau ion yang terlarut. # ada dua, yaitu zat padat an koloid. # Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang, atau mengapung apabila sangat ringan dan dapat disaring. # koloid sulit mengendap (perlu waktu sekitar 63 tahun untuk dapat mengendap) dan tidak dapat disaring dengan saringan air biasa. # menyebabkan : 1. kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air, 2. organisme yang butuh cahaya akan mati. 3. pembentukan lumpur dapat mengganggu aliran 13 dalam saluran, pendangkalan dapat terjadi (delta). Buangan Panas # berasal dari proses pendinginan pada industri besar (seperti industri pembangkit tenaga listrik) yang dibuang secara langsung ke perairan akan meningkatkan suhu air. # menyebabkan meningkatnya rasa dan bau, karena reaksi biokimia akan berjalan lebih cepat. # mematikan ikan yang sensitif, atau proses produksinya terganggu . # meningkatkan sifat toksisitas zat kimia yang secara tidak langsung akan mempengaruhi biota akuatik dan kesehatan manusia. # di negara beriklim dingin buangan panas untuk penghangatan, irigasi (waktu bercocok tanam dapat diperpanjang) dan peternakan ikan serta kerang. Pengaruh Langsung Air terhadap Kesehatan Zat-zat kimia persisten # zat yang tidak dapat diuraikan untuk jangka waktu lama dalam kondisi perairan yang normal. # akan terjadi akumulasi di dalam air maupun di dalam organisme air. # Contoh : 1. pembuangan deterjen : tidak dapat terurai, menimbulkan busa 2. DDT (dichloor-diphenyl-trichloroetan) nyamuk dan pemberantasan hama tanaman, sangat persisten. Zat Radioaktif # efek terhadap kesehatan. Penyebab Penyakit # Adanya berbagai zat atau senyawa atau mikroba di air dapat menjadi penyebab penyakit yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan. 14 Penyakit Menular Air sebagai Penyebar Mikroba Patogen. # penyakit bawaan air atau water-borne diseases. Tabel 20. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Pembawanya Pembawa/Jenis Mikroba Virus : Rotavirus V. Hepatitits A V. poliomyelitis Bakteri : Vibrio cholerae Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysentriae Protozoa : Entamoeba histolytica Balantidia coli Giardia lamblia Metazoa : Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Diphyllobothrium latum Taenia saginata/solium Schistosoma Sumber : Slamet, 1996 Penyakit Diare pada anak Hepatitis A Polio (myelitisanterior acuta) Cholera Diare/Dysenterie Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie Dysenterie amoeba Balantidiasis Giardiasis Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis 15 Air sebagai Sarang Insekta Penyebar Penyakit/ vektor penyakit Tabel 21.Beberapa Penyakit dengan Vektor Nyamuk Vektor Culicines : C. fatigans/pipiens C. fatigans/pipiens Aedes : A. aegypti A. aepypti Anophelinie : Anopheles spp Penyakit Penyebab Penyakit Encephalitis Filariasis/kaki gajah Virus encephalitis Filaria Bancrofti/Malayi Dengue Dengue haemorhagic fever (demam berdarah) Demam Cikungunya Virus dengue Virus DHF Malaria Protozoa Kaki gajah Penyakit demam berdarah atau Dengue haemorhagic fever (DHF): demam dan perdarahan. wabah terutama pada pergantian musim. Di Jawa: awal Januari, puncak bulan April – Mei 3 M, yakni 1) menutup, menguras (seminggu sekali) tempat penampungan air 2) membakar, mengubur atau membuang kaleng bekas, botol, tempurung dan sampah lain, 3) memberi abate (abatisasi). Demam chikungunya atau demam tulang atau flu tulang # alphavirus. # Nyamuk DB yaitu Aedes aegypti. # mendadak demam yang tinggi selama lima hari, ‘demam lima hari’. 16 # ngilu dan nyeri pada tulang terutama tulang persendian, rasa ngilu pada otot, mual sampai muntah, bercak-bercak merah di kulit, perdarahan. Malaria # Ada tiga (3) gejala yaitu: menggigit (stadium frigoris), panas (stadium caloris), dan berkeringat (stadium sudoris). # protozoa, yakni Plasmodium Malariae (1) Plasmodium Vivax : malaria tertiana, paling berbahaya, komplikasi penyakit kuning, payah ginjal dan radang otak, Angka kematian mencapai 10% atau lebih (2) Plasmodium Malariae : quartana, (3) Plasmodium Flaciparum :tropica, dan (4) Plasmodium Ovale : ovale. # penderita menjadi reservoir yang baik (tahunan) # Sarang nyamuk Anopheles: ada yang di air tawar, air payau, dan genangan air pada cabang pohon besar. Penyediaan Air Bersih yang Kurang 1. Trachoma # penyakit yang menyerang selaput lendir dan selaput bening mata: # virus trachoma, # seluruh dunia, lingkungan kurang saniter. # terjadi peradangan. # Bila tidak segera diobati (virus dapat dibunuh dengan antibiotika) dapat cacat pada selaput lendir maupun selaput bening mata (keruhnya kornea). # Infeksi yang sering berulang : kebutaan. # Penularan secara langsung dari mata penderita ke mata oang lain melalui tangan atau sapu tangan. Scabies atau penyakit kudis # gejala kulit terasa sangat gatal pada malam hari, vesikula kecil-kecil berisi cairan bening. # Penularan : langsung dari orang ke orang atau pakaian. 17 Penyakit Tidak Menular Tabel 22. Kontaminan Logam Berat dan Efek Keracunan Logam Efek Keracunan No. Berat 1. Merkuri Merusak sistem syaraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus 2. Timbal Merusak sistem syaraf, kemunduran mental, sistem pembekuan darah, ginjal, sistem reproduksi dan sistem endokrin 3. Cadmium Kelelahan, sakit kepala, mual, anemia, gagal ginjal, hilangnya indera penciuman 4. Aluminium Kerusakan urat syaraf dan otak 5. Khromium Kanker paru-paru dan kerusakan ginjal 6. Kobalt Nausea, mual, anoreksia, telinga berdenging, kerusakan syaraf, penyakit pernafasan Sumber : Anwar (2004) Berbagai logam berat tersebut sangat berbahaya, dalam jumlah kecil dapat menyebabkan keracunan yang fatal. Untuk menjaga keamanan pangan maka perlu ditentukan tingkat kandungan logam berbahaya tersebut dalam bahan pangan (tabel 23). Berbagai aturan penentuan batas kandungan logam untuk bahan aditif makanan adalah : 1) Bahan yang bersifat kumulatif diberlakukan aturan Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) 2) Bahan yang bersifat esensial tetapi dapat menjadi toksik dan bahan yan nonesensial dan bersifat toksik diberlakukan aturan Provisional Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI) 3) Bahan bahan yang nonesensial dan bersifat toksik diberlakukan aturan Provisional Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI) 18 4) Bahan esensial yang selalu ada (tidak apat dihindari) dengan Maximum Tolerable Daily Intake (MTDI) Tabel 23. Batas Kandungan Logam yang Direkomendasikan untuk Konsumsi Menurut Ketentuan FAO/WHO Batas Kandungan Jenis Loagm Ketentuan mg/orang µg/kg BB Hg (total) PTWI 0,3 5,0 Hg (metil) PTWI 0,2 3,3 Pb PTWI 3,0 50 Cd PTWI 0,5 8,3 Cu PMTDI 50 - 500 P MTDI 70.000 Sn PMTDI 2.000 (inorganik) Zn PMTDI 300 - 1.000 Sumber : Veltorazzi (1982) dalam Darmono (1995) Nitrat Kandungan nitrat yang tinggi dalam air minum merupakan masalah yang memprihatinkan karena bisa mempunyai konsekuensi serius, dan bahkan fatal pada balita di bawah enam bulan. Nitrat direduksi menjadi nitrit, setelah diabsorpsi bergabung dengan haemoglobin untuk membentuk methaemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen, sehingga tidak mampu mengirim oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Akibatnya adalah cyanosis pada bayi (sindrom bayi biru), yang dapat mengakibatkan kematian ketika methaemoglobin dalam darah naik di atas 20 % dari total konsentrasi haemoglobin. Orang dewasa dan anak-anak sekolah tidak akan sakit jika minum air yang konsentrasi nitrat dan nitritnya cukup tinggi. Nitrit yang terbentuk melalui reduksi nitrat bisa berikatan dengan substansi lain untuk menghasilkan nitrosamin dan senyawa penyebab kanker. Ekspos jangka panjang nitrat dapat meningkatkan insiden beragam bentuk kanker (misal kanker gastrik), tetapi sampai saat 19 ini belum diperkuat dengan studi epidemiologi. Nitrit juga akan dibahas dalam bab 6. Keracunan Air Raksa (Hg) Kasus keracunan air raksa yang terkenal adalah penyakit Minamata yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi. Keracunan ini berlansung selama tujuh tahun (1953 – 1960) disebabkan pabrik plastik membuang air raksa ke dalam perairan. Ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27 – 102 ppm berat kering. Keracunan air raksa menyebabkan 111 orang cacat, 43 diantaranya meninggal, dan 19 bayi lahir cacat. Kadar merkuri ditemukan di rambut dan adanya kerusakan-kerusakan jaringan. Kasus serupa terjadi pula di Irak (1961), Pakistan Barat (1963), Guatemala (1966), Nigata-Jepang (1968). Kasus pencemaran merkuri juga terjadi di Indonesia. Sungai-sungai Di Kalimantan Tengah diperkirakan setiap tahun tercemar 10 ton merkuri atau limbah air raksa sisa penambangan emas tradisional. Kegiatan tersebut telah mengakibatkan pencemaran sungai di Kalimantan cukup serius, karena sudah di atas ambang batas (Kompas, 26 Juli 1999). Kondisi tersebut terjadi pula di daerah Amazon di Brasil (WHO, 2000). Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk merkuri telah ditemukan pula di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat (Kompas, 16 Juni 1999). Penggunaan merkuri yang tidak terkontrol menyebabkan tersebarnya merkuri melalui perairan laut dan sungai. Di dalam air, merkuri mengalami metilasi oleh jasad renik dan menjadi sangat beracun. Monometilmerkuri larut dalam air dan mudah terserap oleh ikan dan dari ikan terakumulasi dalam tubuh manusia yang memakan ikan. Merkuri anorganik merusak ginjal dan hati. Metilmerkuri menganggu fungsi otak dan metabolisme sistem syaraf serta membentuk ikatan yang kuat dengan gugus sulfur dalam protein dan enzim sehingga menganggu berbagai sistem enzim dan 20 mekanisme sintetik. Menurut catatan WHO (2000) prevalensi penyakit akibat kerja yang berupa keracunan merkuri sebesar 2,6 – 37 %. Penggunaan merkuri oleh industri berpotensi untuk mencemari lingkungan baik melalui air buangan maupun melalui ventilasi udara. Selain ikan yang dapat terkontaminansi limbah merkuri, kerang juga dapat mengumpulkan merkuri di dalam rumahnya. Apabila ikan-ikan dan hewan air yang telah terkontaminasi merkuri dikonsumsi oleh manusia maka manusia dapat mengumpulkan merkuri di dalam tubuhnya. Berikut digambarkan diagram alir merkuri. Ikan & kerang Limbah Sungai, Danau, Ikan & kerang Air Minu m Dikonsumsi Usus Gambar 27. Diagram Alir Merkuri (Sunu, 2001) Proses transformasi ion metil merkuri dalam sistem rantai makanan mengalami pelipatgandaan. Konsentrasi ion metil merkuri yang masuk dan terakumulasi dalam jaringan biota terus meningkat seiring dengan peningkatan strata atau posisi dari biota tersebut dalam sistem rantai makanan; sehingga biota seperti ikan besar yang makanannya ikan-ikan kecil yang telah terkontaminasi merkuri mempunyai kandungan metil merkuri yang lebih besar dalam tubuhnya. Pelipatgadaan akumulasi merkuri dalam jaringan biota perairan ini sesuai pula dengan proses biomagnifikasi yang terjadi dalam lingkungan perairan. Akhirnya manusia yang menempati posisi puncak dari semua sistem rantai 21 makanan akan mengkonsumsi metil merkuri yang lebih besar dari organisme lainnya. Penelitian pada gandum yang diberi perlakuan dengan merkuri ditemukan sekitar 0,03 ppm Hg pada bijinya, sedangkan pada tanaman kontrol hanya sekitar 0,014 ppm Hg. Pada telur ayam yang diberi makanan dengan gandum yang diberi perlakuan merkuri mengandung sekitar 0,022 –0,029 ppm Hg, sedangkan pada telur ayam yang diberi gandum lainnya mengandung sekitar 0,008 – 0,012 ppm Hg (Palar, 1994). Hasil penelitian Suwirna (1981) dalam Darmono (2001) terhadap kandungan logam merkuri pada ikan di tempat pelelangan ikan Kali Baru Jakarta tahun 1976 – 1977, talah menemukan kandungan merkuri yang cukup tinggi, walaupun masih di bawah batas rekomendasi untuk konsumsi manusia yakni 0,5 mg/kg. Kandungan merkuri pada ikan bawal 0,31 mg/kg, ikan kembung 0,36 mg/kg dan ikan tongkol 0,38 mg/kg. Penelitian serupa dilakukan oleh Kariada (1998) pada ikan yang hidup di Sungai Kaligarang Semarang menemukan kandungan merkuri sekitar 0,011 – 0,031 mg/L. Ikan yang diperoleh di danau kecil di Pinchi, Columbia mengandung merkuri 10 ppm dan danau St Clair mengandung 7,03 ppm (Philp,1995). Menurut Darmono (2001) secara alamiah kandungan merkuri dalam ikan air tawar hanya sekitar 0,1 – 0,2 ppm, tetapi pada daerah yang terkontaminasi kandungannya dapat meningkat sampai mencapai 9 – 22 ppm. Darmono (2001) menyatakan jumlah akumulasi logam dari yang besar ke yang kecil berturut-turut ialah Hati > ginjal > insang > daging. Sedangkan kekuatan penetrasi logam ke dalam jaringan berturut-turut ialah Cd > Hg > Pb > Zn > Ni. Sedangkan Darmono (1995) menyatakan bahwa urutan toksisitas logam dari yang paling tinggi ke paling rendah adalah Hg > Cd > Ag > Ni > Pb > As > Cr > Sn > Zn. Hal tersebut menunjukkan bahwa merkuri memiliki toksisitas paling tinggi terhadap manusia. Derajat toksisitas tergantung pada diet per 22 harinya, lama mengkonsumsi dan umur penderita. Anakanak lebih peka terhadap toksisitas metilmerkuri daripada orang dewasa. Mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, namun untuk daya racunnya dapat dijelaskan sebagai berikut (Sunu, 2001): 1) Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri pada umumnya permanen. 2) Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik yang berbeda seperti daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan, dan waktu retensinya (penyimpanan) di dalam tubuh. 3) Semua komponen merkuri dalam jumlah relatif tinggi akan beracun terhadap tubuh. 4) Merkuri dapat menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari sel akan rusak karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu. 5) Transformasi biologi dapat terjadi pada lingkungan atau di dalam tubuh, di mana komponen merkuri diubah menjadi bentuk lain. Triad klasik pada keracunan kronik uap merkuri adalah eretisme, tremor, dan stomatitis. Gejala-gejala neurologis dan psikis adalah yang paling karakteristik. Gejala non spesifik (anoreksia, penurunan berat badan, sakit kepala) diikuti gangguan-gangguan yang lebih spesifik : iritabilitas meningkat, gangguan tidur (sering terbangun, insomnia), mudah terangsang, kecemasan, depresi, gangguan daya ingat, dan kehilangan kepercayaan diri. Tremor merkuri adalah tipe campuran, yaitu tremor menetap dan intensional. Pertama kali tampak sebagai tremor halus kelopak mata yang tertutup, bibir dan lidah serta jari-jari. Tulisan tangan menjadi kacau, tidak teratur dan sering tidak terbaca. Tremor berlanjut ke lengan dan akhirnya seluruh tubuh. Keracunan berat berakibat kelainan bicara terutama mengenai pengucapan. Tanda-tanda neurologis lain termasuk kulit bersemu merah, perspirasi meningkat dan 23 dermatografia. Gingivitis kronik sering terjadi dan dapat menyebabkan hilangnya gigi. Sistem syaraf pusat adalah target organ dari toksisitas metilmerkuri, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan syaraf. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut: 1) Gangguan saraf sensoris : paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha. 2) Gangguan syaraf motorik : lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat, dan sulit berbicara. 3) Gangguan lain : gangguan mental, sakit kepala, dan hipersalivasi (Darmono, 2001). Waktu paruh dari metilmerkuri pada tubuh manusia sekitar 70 – 90 hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur, sedangkan akumulasinya dapat dengan mudah menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi merkuri dalam darah sekitar 10 –20 µg% biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada konsentrasi sekitar 50 – 100 µg% akan mulai menunjukkan gejala keracunan. Terjadinya perubahan pola menu makanan dari daging sapi yang banyak mengandung kolesterol ke daging ikan yang sedikit mengandung kolesterol dan tinggi protein, di satu sisi sangat menguntungkan. Namun di sisi lain karena telah terkontaminasinya sumbersumber penghasil ikan, baik sungai, tambak dan laut oleh logam-logam berat termasuk merkuri cukup mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat merupakan sumber meluasnya problem toksisitas merkuri. Timbal (Plumbum/ Pb) Polusi timbal atau timah hitam dapat terjadi di air, udara dan tanah. Dalam industri, timbal digunakan dalam pembuatan batere (40 %), industri pengolahan minyak bumi (10 %) dan industri lainnya seperti amunisi, pelapis 24 kabel, pipa dan solder (untuk kemasan kaleng), pewarna cat dan pelapis keramik. Sumber polusi timbal ke dalam makanan dapat berasal dari 1) perobohan gedung-gedung, 2) pembakaran bensin dari kendaraan bermotor, 3) pipa saluran air, 4) pematrian kemasan kaleng, 5) zar warna tekstil yang digunakan untuk makanan, dan 6) alat-alat dapur yang terbuat dari kuningan atau tembaga yang dilapisi timah hitam atau timah putih.. Konsentrasi timbal di udara di daerah perkotaan kemungkinan mencapai 5 - 50 kali lebih besar daripada di daerah pedesaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keracunan timbal cukup tinggi terutama di kota-kota besar. Di Bandung sekitar 30 - 46 % pengemudi, polisi dan 50 % pedagang kakilima telah memiliki kadar timbal di atas normal dalam darahnya, yakni lebih besar dari 40 µg/100 ml darah. Kontaminasi timbal telah terjadi di dalam makanan. Makanan yang memiliki kadar timbal tinggi adalah makanan kaleng (50 - 100 µg/kg), jeroan hati, dan ginjal ternak (150 µg/kg), ikan (150 µg/kg), dan kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan dan udang-udangan dengan kandungan timbal lebih dari 250 µg/kg. Sedangkan pada tanaman sayuran, buah-buahan dan bijibijian tergolong rendah sekitar 15- 20 µg/kg, sedangkan pada daging sekitar 50 µg/kg. Hasil tanaman yang berasal dari daerah dekat jalan raya atau highway memiliki 10 kali lebih tinggi kandungan timbalnya dibanding dari daerah pedalaman di pedesaan. Batas yang diijinkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan sebesar 2 ppm (2 mg/kg bahan). Timbal yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh tidak seluruhnya akan tertinggal di dalam tubuh, dengan rincian 5 - 10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan dan 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi saluran pernafasan. Jumlah yang diabsorbsi dari saluran pernafasan tersebut hanya sekitar 5 - 30 % yang tertinggal di dalam tubuh. Timbal yang telah masuk ke 25 dalam tubuh akan bersifat racun kumulatif, yang dapat mengakibatkan efek yang terus menerus, terutama pada sistem haematopoietik, urat syaraf dan ginjal serta mempengaruhi perkembangan otak anak balita. Pada wanita hamil muda, kadar timbal yang tinggi dapat menybabkan keguguran atau kelahiran prematur, sedangkan pada kadar yang agak tinggi dapat menghambat pengembangan sistem syaraf dan otak janin dalam kandungan. Kadar timbal yang tinggi pada wanita lanjut usia dapat mengakibatkan terjadinya osteoporosis (rapuh tulang). Efek keracunan timbal pada anak-anak berdampak pada kecerdasan otak. Hasil penelitian pada anak umur 5 - 7 tahun yang memiliki kadar timbal lebih tinggi setelah remaja lebih banyak yang tidak lulus SMA, karena pada waktu kecilnya mendapat kesulitan membaca. Anak umur dua tahun yang memiliki kadar timbal 30 µg/dl memiliki skor IQ 3 point lebih rendah daripada anak dengan kadar timbal 10 µg/dl. Hasil penelitian yang dilakukan dengan mengukur kadar timbal pada gigi susu anak menghasilkan hal yang sama. Anak-anak yang memiliki kadar timbal tinggi pada gigi susunya bersifat mudah bosan, mudah terpengaruh dan sulit berkonsentrasi terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya, termasuk pelajaran di sekolah. Di samping itu anak-anak yang berkelakuan dan bersifat hiperaktif juga merupakan gejala keracunan timbal. Keracunan akut timbal dapat diobati dengan chelating agent yang mampu mengikat kelebihan timbal dalam darah dan menariknya keluar melalui air seni. Berbagai cara pencegahan kontaminasi timbal antara lain : 1) penggunaan sambungan kaleng untuk makanan tidak menggunakan bahan timbal tetapi diganti dengan electronic welding, 3) pembatasan kadar timbal maksimum yang terlepas dari alat-alat dapur dan alat makan dari keramik yang migrasi ke dalam makanan, yakni 1,7 mg/dm3 untuk wadah datar dan 2,5 - 5,0 mg/l untuk wadah cekung, 3) perlu ditanamkan kebiasaan mencuci tangan, 4) menghindari penggunaan cat pada dinding, alat 26 rumah tangga dan mainan anak-anak, 5) penggunaan bensin bertimbal diganti dengan bensin tidak menggunakan timbal. Keracunan Cadmium Cadminum (Cd) adalah logam yang berwarna putih keperakan, lunak, dan tahan korosi. Cadmium banyak dipakai dalam hampir semua proses bidang industri di antaranya pengolahan roti, minuman ringan, pencelupan tekstil, proses electroplating, pembuatan plastik polyvunil khlorida, dsb. Cadminum juga ditemukan pada berbagai pertambangan logam, seperti timah hitam dan seng. Cadmium banyak ditemukan di dalam perairan, baik di dalam sedimen maupun di dalam penyediaan air minum Berikut disajikan kandungan Cd dalam berbagai jenis air limbah. Tabel 24. Kandungan Cadmium dalam Beberapa Jenis Air Limbah Konsentrasi No. Jenis Industri Cd ( µ g L-1) 1. Pengolahan roti 11 2. Pengolahan ikan 14 3. Makanan lain 6 4. Minuman ringan 3 30 5. Pencelupan tekstil 6. Bahan kimia 27 7. Pengolahan lemak 6 8. Bakery 2 9. Minuman 5 10. Es cream 31 11. Pengolahan dan 115 pencelupan bulu binatang 12. Laundry 134 Cadmium merupakan logam asing yang tidak diperlukan dalam proses metabolisme manusia sehingga 27 cadminum dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah tidak terbatas. Apabila cadmium masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul di dalam gnjal, hati dan ada sebagian yang dikeluarkan melalui saluarn pencernaan. Hasil otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi cadmium dalam tubuh manusia secara rata-rata didapat 30 mg, dengan rincian 33 % di dalam ginjal, 14 % hati, 2 % di paru-paru and 0,3% di dalam pankreas. Kasus keracunan Cd secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok mengeluh sakit pinggang selama beberapa tahun, kemudian tulangtulang punggung terasa sangat nyei dan diikuti osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple. Penderita mengalami pelunakan seluruh kerangka, dan kematian diakibatkan gagal ginjal. Masyarakat yang kekurangan gizi lebih peka daripada oang normal. Sumber Cd di Toyama adalah tanah pertanian untuk menam padi, dimana di daerah hulu terdapat usaha pertambangan seng dan timah hitam yang membuang partikulat Cd. Kandungan Cd dalam padi sebesar 1,6 ppm, sedangkan pada tulang rusuk manusia sebesar 11.472 ppm. 28