jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker

advertisement
26-10-2017
1/3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id
JIKA TIDAK DIKENDALIKAN 26 JUTA ORANG DI DUNIA MENDERITA KANKER
DIPUBLIKASIKAN PADA : SENIN, 26 APRIL 2010 04:50:08, DIBACA : 86.900 KALI
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh
kematian disebabkan oleh kanker dan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular.
WHO dan Bank Dunia, 2005 memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak
dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih
cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer /UICC, 2009).
Hal itu disampaikan Direktur Pengenadalian Penyakit Tidak Menular dr. Yusharmen D. Comm. H, MSc, saat membuka seminar sehari memperingati Hari Kanker
Sedunia Tahun 2010, di Jakarta (26/4). Seminar diikuti pegawai dan Dharma Wanita dari 16 kementerian dan lembaga negara, organisasi profesi, dan LSM.
Materi yang dibahas antara lain Faktor Risiko Kanker: Dikenal untuk Dihindari, Kanker Paru dan Pencegahannya, Cegah Kanker Leher Rahim melaui Metode IVA,
Deteksi Dini Kanker Payudara serta testimoni penderita kanker.
Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari. Peringatan tahun ini mengangkat tema Cancer can be Prevented too dan untuk Indonesia menjadi
Kanker Dapat Dicegah. Tema Hari Kanker Sedunia tahun 2010 mengisyaratkan upaya bersama mencegah kanker dengan menghindari faktor risiko.
Pencegahan dilakukan dengan cara tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Menghindari paparan sinar ultraviolet berlebih, mencegah
obesitas dengan diet sehat (mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari) dan aktivitas fisik 30 menit sehari. Juga melakukan deteksi dini secara berkala di
fasilitas-fasilitas kesehatan. Hal ini perlu dipromosikan secara terus menerus.
Menurut Prof. Tjandra Yoga, di Indonesia prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah
stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal, dan DM (Riskesdas, 2007).
Sedangkan berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh
RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 2002.
Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher
rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. Menurut data SIRS 2007, kasus kanker bronchus dan paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8% dari seluruh jenis
kanker.
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2/3
26-10-2017
Kejadian penyakit kanker dipengaruhi banyak faktor risiko, seperti merokok dan atau terkena paparan asap rokok, mengkonsumsi alkohol, paparan sinar
ultraviolet pada kulit, obesitas, diet tidak sehat, dan kurang aktifitas fisik. Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan mengurangi dan
menghindari faktor risiko tersebut , ujar Prof. Tjandra Yoga.
Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umum penduduk berusia ? 15 tahun
pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak
12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8%. Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2% (data Riskesdas tahun 2007).
Menurut Prof. Tjandra Yoga, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor, organisasi profesi, LSM, perguruan tinggi, dan masyarakat telah dan
akan terus mengembangkan program pengendalian kanker. Program diprioritaskan pada penyakit kanker yang tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara,
kanker leher rahim, dan kanker paru.
Program ini untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serta meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, tegas dr. Tjandra.
Ditambahkan, sejak tahun 2007, proyek percontohan pengendalian kanker leher rahim dan payudara melaui deteksi dini telah dikembangkan. Kegiatan ini
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) dan pemeriksaan klinis payudara oleh petugas terlatih (Clinical Breast Examination /CBE). Pilot
proyek tersebut dilaksanakan di 6 Kabupaten pada 6 Provinsi. Sampai sekarang, dengan dukungan pemerintah daerah, kegiatan tersebut telah berkembang
menjadi 11 Kabupaten/Kota. Pada tahun 2010 ini, kegiatan akan direplikasikan ke 4 provinsi lainnya.
Pada tahun ini juga, program pengendalian kanker paru menjadi salah satu program yang akan dikembangkan. Pengendalian kanker paru dilaksanakan melalui
pencegahan primer (promosi dan edukasi), sekunder (penemuan dini dan pengobatan segera), dan tersier (perawatan paliatif). Pengendalian yang paling efektif
dan efisien adalah dengan pencegahan primer, yaitu menerapkan gaya hidup sehat, jelas Prof. Tjandra.
Dirjen P2PL menyambut baik seminar kanker sebagai rangkaian kegiatan memperingati Hari Kanker Sedunia. Selain seminar, pada bulan Mei 2010 akan
dilaksanakan skrining (deteksi dini) kanker leher rahim dan payudara di 6 Kementerian. Kementerian tersebut adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Keuangan, Kementerian Agama, Kementerian Komunkasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dalam kesempatan itu Prof. Tjandra menyampaikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penanggulangan kanker di Indonesia
seperti Female Cancer Program (FCP), Yayasan Kanker Indonesia (YKI), BKKBN, dan pemerintah daerah.
Prof. Tjandra berharap, dengan adanya berbagai kegiatan peringatan Hari Kanker Sedunia, kesadaran masyarakat semakin meningkat dalam mencegah kanker
dengan menghindari faktor risiko, sehingga angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini dapat terus diturunkan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor
telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail [email protected], [email protected],
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- 2 -
Printed @ 26-10-2017 13:10
26-10-2017
3/3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
[email protected].
3
Download