Editorial KARSINOMA BASO SKUAMOSA: TINJAUAN VISMODEGIB SEBAGAI SALAH SATU TERAPI Karsinoma baso skuamosa (KBS) adalah karsinoma sel basal (KSB) dengan metaplasia skuamosa. Merupakan varian histologik KSB dengan gambaran klinis yang tidak khas, bersifat lebih agresif dan destruktif serta lebih mudah menyebar dan rekuren. Tipe ini merupakan kanker kulit yang jarang walaupun metastasisnya lebih tinggi dari KSB yang lain yaitu sekitar 9,7%.1,2 Walaupun jarang akan tetapi karena sifatnya yang lebih ganas dari tipe KSB yang lain, maka penyakit ini perlu dipelajari secara mendalam baik etiologi, epidemiologi maupun gambaran klinis dan tatalaksananya. Insidens selama lima tahun terakhir yaitu tahun 20112015 di Departemen llmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit (RS) Dr. Wahidin Makassar, RS Dr Cipto Mangunkusumao (RSCM), RS Kanker Dharmais (RSKD), Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, RS Muhamad Husin Palembang, RS M. Djamil Padang dan RS Adam Malik Medan berturut-turut 5, 2, 4, 0, 0, 2 kasus.3 Dengan data tersebut dapat dikatakan bahwa KBS jarang ditemukan (di Indonesia). Penelitian tentang KBS juga tidak banyak yang mungkin disebabkan insidens yang kecil. Salah satu etiologi pada KSB adalah adalah adanya mutasi pada jalur Sonic Hedgehog.4 Maria dkk (2015) meneliti Gli1 yang bekerja pada jalur tersebut dan mendapatkan gli1 terekspresi 58,8% pada KSB di RS Kanker Dharmais (10 dari 17 kasus).5 Pertanyaan berikutnya adalah apakah Gli1 juga bekerja dan terekspresi lebih banyak pada penderita KBS di Indonesia. Jawaban tersebut diperlukan mengingat inhibitor Gli1 yaitu vismodegib akan dipasarkan di Indonesia. Obat tersebut digunakan pada KSB rekuren, lanjut lokal maupun yang bermetastasis.6 Diperlukan penelitian lebih lanjut apakah Gli1 terkespresi pada KBS di Indonesia dan apakah memberikan respons yang baik pada pemberian vismodegib sehingga terapi tersebut dapat menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas penyakit ini. Aida SD Hoemardani Departemen IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia/ RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo - Jakarta DAFTAR PUSTAKA 1 Carucci JA, Leffell DJ, Pettersen JS. Basal cell carcinoma. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick’s. Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill Co. 2012.h.1294-319. 2 Cockerel CJ, Tran KT, Carucci J, Tierney E, Lang P, Maize JC, dkk. Basal cell carcinoma. Dalam: Darrell DJ, Robinson JK, Ross M, Friedman RJ, Cockerell CJ, Lim HW, dkk, penyunting. Cancer of the skin. Edisi ke-2. New York: Elsevier.2011.h.99-123. 3 Anwar AI, Sampurna AM, Suzanna E, Agusni YH, Toruan TL, Yahya YF, Lestari S, Siregar, R. Data karsinoma baso skuamosa di Departemen llmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit (RS) Dr. Wahidin Makassar, RS Dr Cipto Mangunkusumao (RSCM), RS Kanker Dharmais (RSKD), Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, RS Muhamad Husin Palembang, RS M. Djamil Padang dan RS Adam Malik Medan 4 Von Hoff DD, LoRusso PM, Rudin CM, Reddy JC, Yauch RL, Tibes R, dkk. Inhibition of the hedgehog pathway in advanced basal cell carcinoma. N Engl J Med. 2009;361:1164-72. 5 Sambuaga MK, Suriadiredja ASD, Sinuraya ES. Hubungan ekspresi factor transkripsi GLI1 sebagai komponen jalur Sonic Hedgehog dengan aggresivitas pola pertumbuhan subtype histologi karsinoma sel basal. Tesis. FKUI, 2015. 6 Axelson M, Liu K, Jiang X, He K, Wang J, Zhao H, Kufrin D, dkk. US Food and Drug administration approval: Vismodegib for recurrent, locally advanced, or metastatic Basal cell carcinoma. Clin Cancer Res. 2013;19(9): 2289-93.c2013 AACR. 1