BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes

advertisement
1
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah
satu masalah kesehatan di dunia. DM merupakan penyakit kelainan sistem endokrin
utama yang dapat menimbulkan kematian (Hamden et al., 2009). Pada tahun 2000,
terdapat sekitar150 juta orang menderita diabetes di seluruh dunia dengan prediksi
jumlah ini akan meningkat pada tahun 2025 (Zimmet et al, 2004).
Berdasarkan pola pertambahan penduduk dan gaya hidup saat ini
diperkirakan jumlah penderita DM dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 206
jutajiwa. Indonesia menempati urutan keempat jumlah terbanyak penderita diabetes
mellitus setelah India, Cina dan Amerika Serikat (Departemen Kesehatan, 2001).
Wolrd Heatlh Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 8,4 juta jiwa menjadi 21,3 juta jiwa pada
tahun 2030. Prevalensi diabetes melitus sebesar 2,1 persen, prevalensi ini meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi di daerah
perkotaan daripada pedesaan (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Indonesia diperkirakan tahun 2030 prevalensi diabetes melitus pada
perkotaan sekitar 14,7% dan pedesaan 7,2% maka jumlah penderita diabetes
sebanyak 12 juta di perkotaan dan 8,1 juta di pedesaan (Perkeni, 2011).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik ditandai dengan adanya
perubahan homeostasis karbohidrat yaitu hiperglikemia akibat kekurangan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya.Kelaianan ini berakibat pada terganggunya
2
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Hiperglikemia kronis dari DM disertai
dengan kerusakan, disfungsi dan kegagalan pada organ terutama mata, ginjal, dan
pembuluh darah (ADA, 2012). DM juga mempengaruhi fungsi dari sistem
reprodukspria. Kondisi hiperglikemia berkaitan erat dengan meningkatnya
kerusakan jaringan dan gangguan fungsi organ reproduksi (Amaral et al., 2008).
Testis merupakan salah satu jaringan yang peka terhadap peningkatan ROS.
Akumulasi ROS dalam testis dapat menyebab kerusakan struktur dan fungsi sel-sel
fungsional didalamnya (Diemer et al., 2009).
Perubahan patologis pada siatem reproduksi pria akibat DM antara lain
perubahan pada sel Leydig, tubulus seminiferus, tunika albugenia dan testis (Karaca
et al.,2015). Peningkatan insidensi DM mellitus berhubungan dengan peningkatan
insiden dari disfungsi ereksi, hipogonadisme dan infertilitas (Irisawa et al., 1966).
Komplikasi DM pada organ reproduksi pria telah banyak ditemukan baik pada
penderita maupun hewan coba. Komplikasi yang terjadi ini akibat munculnya
gangguan aksis hyphotalamo-hypophyseo-gonadal system yang ditandai dengan
penurunan kadar Luteinizing Hormone (LH). Komplikasi ini juga menyebabkan
berbagai macam disfungsi seksual berupa disfungsi testikular, penurunan potensi
fertilitas dan ejakulasi retrogade (Amaral et al., 2008). Komplikasi ini juga
mengakibatkan gangguan spermatogenesis berupa penurunan jumlah dan kualitas
sperma. Selain itu terjadi degenerasi dan apoptosis sel-sel germinal (Cai et al.,
2000).
Pada beberapa penelitian disebutkan kerusakansuatu organ berasosiasi
dengan peningkatan rective oxygen species (ROS) dari suatu organ. Hiperglikemia
3
menyebabkan peningkatan ROS yang akan mengaktifkan jalur polyol, advanced
glycation end products (AGEs), Protein Kinase C(PKC) dan jalur heksosamin.
Keempat jalur ini akan menyebabkan kerusakan sel (Brownlee, 2005).
ROS diproduksi secara terus menerus di dalam mitokondria sel.
Peningkatan ROS terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
pembersihannya (scavenging) oleh antioksidan endogen yang menyebabkan
gangguan fungsi fisologis (Sikka, 1996).
Stresoksidatif memainkan peran pada terjadinya komplikasi DM. Pada
DM peroksidasi lipid yang diinduksi oleh glikasi protein dan autooksidasi glukosa
dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas utama antara lain
Superoksida( O2-), hydroksil (OH-) danperoksil (LOO-). Free radikal bebas ini
dapat menyebabkan kerusakan DNA, glikasi dan modifikasi reaksi protein, dan
modifikasi oksidasi lipid pada penderita diabetes. Kerusakan akibat radikal bebas ini
dapat diukur dengan pengukuran level MDA sebagai produk dari peroksidasi lipid.
Peningkatan ROS pada penderita DM menyebabkan gangguan testikular (Amaral et
al, 2008).
Diabetes melitus memerlukan manajemen yang baik, salah satunya dengan
melakukan manajemen pada asupan makanan. Prinsip yang dapat dilakukan dalam
manajemen asupan makanan yaitu mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah dalam keadaan optimal; mengurangi faktor resiko penyakit kardiovaskular
termasuk dislipidemia dan hipertensi; serta asupan nutrisi yang seimbang (IDF,
2005).
4
Selain itu, penelitian klinis telah membuka pengetahuan baru mengenai
peran stres oksidatif dalam komplikasi DM. Hal ini mendorong pendekatan inovatif
dan berbeda yang memungkinkan penggunaan terapi antioksidan. Antioksidan ini
dapat mengurangi stres oksidatif pada penderita DM serta menangkap radikal bebas
(Widowati, 2008).
Pada
beberapa
penelitian
menyebutkan
bahwa
pemberian
obat
hiperglikemia oral akan menimbulkan berbagai efek samping. Oleh karena itu
pemberian antioksidan diharapkan dapat berperan dalam terapi DM dalam
melindungi jaringan dari kerusakan akibat stres oksidatif akibat peningkatan radikal
bebas. Kuersetin merupakan salah satu senyawa flavonol yang terdapat pada buah
dan sayuran yang mempunyai manfaat baik bagi kesehatan. Kuersetin potensial
sebagai senyawa antioksidan (Naidu et al., 2012). Kuersetin berperan sebagai
antiviral, anti bakterial, dan mempunyai efek anti inflamasi (Walle, 2004). Kuersetin
memiliki manfaat yang telah banyak diteliti antara lain pada bidang kardiovaskuler,
kanker, infeksi, penyakitalergi, obesitasdangangguan mood (Kelly, 2011).
5
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dirumuskan permasalahan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah rerata berat testis tikus model l DM tipe 2 yang diberi kuersetin dengan
berbagai dosis lebih tinggi dibandingkan dengan berat testis tikus DM tipe 2 yang
tidak diberi kuersetin?
2. Apakah kadar MDA testis tikus model DM tipe tipe 2 yang diberi kuersetin dengan
berbagai dosis lebih rendah dibandingkan dengan kadar MDA testis tikus DM tipe 2
yang tidak diberi kuersetin?
3. Apakah struktur histologi jaringan testis tikus model DM tipe 2 yang diberi kuersetin
dengan berbagai dosis lebih baik dibandingkan dengan struktur jaringan testis tikus
DM tipe 2 yang tidak diberi kuersetin?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian kuersetin terhadap stres oksidatif pada sistem reproduksi tikus wistar
jantan model DM tipe 2.
1.3.2 Tujuan khusus :
1. Mengkaji pengaruh pemberian kuersetin pada dosis tertentu terhadap berat
testis pada tikus wistar jantan model DM tipe 2.
2. Mengkaji pengaruh pemberian kuersetin pada dosis tertentu terhadap kadar
MDA testis pada tikus wistar jantan model DM tipe 2.
6
3. Mengkaji pengaruh pemberian kuersetin pada dosis tertentu terhadap struktur
histologi testis pada tikus wistar jantan model DM tipe 2.
1.4. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pemberian kuersetin terhadap sistem reproduksi tikus
wistar jantan model diabet tipe 2 belum pernah dilakukan.
Beberapa hasil
penelitian yang pernah dilakuan terkait kuersetin, diabetes melitus dan sistem
reproduksi antara lain menyimpulkan :
1. Irisawa et al., (1966) DM menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi lakilaki antara lain impotensi yang sering terjadi. Selain itu terjadi perubahan
histologi, histokimia dan perubahan biokimia pada kelenjar adenohipofisis,
tiroid, adrenal dan gonad.
2. Wright et al., (1982) pada tikus wistar diabetes terjadi atropi jaringan testis.
Atropi ini berkaitan erat dengan lama terjadinya diabetes
3. Taepongsorat et al., (2008) kuersetin memiliki pengaruh pada organ-organ
reproduksi dan kualitas sperma tergantung pada dosis dan lama penggunaan.
4. Cai et al., (2000) pada tikus yang diinduksi STZ terdapat peran Endotelin (ETs)
antagonis dalam apoptosis sel germinal dan kerusakan testikular. Pemberian
Bosentan mencegah penurunan berat testis, penurunan tubulus seminiferus,
peningkatan densitas vaskular dan peningkatan degenerasi dan apoptosis sel
germinal.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
terletak pada bahan uji kuersetin dalam berbagai dosis dan variabel yang
diamati.
7
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Memberikan informasi tambahan mengenai kuersetin terhadap jaringan testis
dan kadar MDA pada penderita diabetes tipe 2 sebagai salah satu gangguaan
akibat teerjadinya stress oksidatif.
2. Memberikan manfaat bagi masyarakat luas pengetahuan mengenai kuersetin
sebagai terapi tambahan pada penanganan infertilitas pria akibat komplikasi
DM tipe 2.
Download