BAB II DASAR TEORI

advertisement
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Pengertian Jalan
Jalan adalah suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat
kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain
(Tenriajeng 2012:2). Dalam Transportasi jalan terdapat unsur pergerakan
(move-move), dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah
perpindahan orang tanpa alat angkut.
Konstruksi jalan adalah suatu struktur pada jalan yang terdiri dari lapislapis perkerasan utuk menopang beban traffic diatasnya.
2.2
Struktur Perkerasan
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course)
gambar 2. 1 Lapisan Perkerasan Jalan
sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya)
Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
II - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).
2.3
Perkerasan Lentur
2.3.1 Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.
2.3.2 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya
(CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan
tanah dasar dibedakanatas :
 Lapisan tanah dasar, tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari
sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut :

Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu
lintas.

Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar
air.

Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan
sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan
pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
II - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.3.3 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas
lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
ke tanah dasar.

Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi atas.

Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat
(akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal
pelaksanaan pekerjaan.

Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama
hujan.
2.3.4 Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi
sebagai :

Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa
hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak
angkut bahan ke lapangan.
2.3.5 Lapisan Permukaan (Surface Course)
II - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan
beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan
(lapis aus).

Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga
dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air
dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
2.4
Perkrasan Kaku
Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di
Indonesia. Ia lebih di kenal pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton.
Perkerasan tipe ini sudah sangat lama di kembangkan di negara – negara maju
seperti Amerika, Jepang, Jerman dll.
Gambar 2.2 Susunan Lapisan Perkerasan kaku
Sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya)
II - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.4.1 Definisi
Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi
perkerasan di mana sebagai lapisan atas digunakan pelat beton yang terletak di
atas pondasi atau di atas tanah dasar pondasi atau langsung di atas tanah dasar
(subgrade).
2.4.2 Sejarah
Pada mulanya plat perkerasan kaku hanya di letakkan di atas tanah tanpa
adanya pertimbangan terhadap jenis tanah dasar dan drainasenya. Ukuran saat
itu hanya 6 – 7 inch. Seiring dengan perkembangan jaman, beban lalu lintas
pun bertambah terutama saat sehabis Perang Dunia ke II, para engineer
akhirnya mulai menyadari tentang pentingnya pengaruh jenis tanah dasar
terhadap pengerjaan perkerasan terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya
pumping pada perkerasan. Pumping merupakan proses pengocokan butiran –
butiran subgrade atau subbase pada daerah – daerah sambungan (basah atau
kering) akibat gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas yang
mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.
Gambar 2.3 Susunan Lapisan Perkerasan kaku
Sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya)
2.4.3 Jenis-jenis Perkerasan Kaku
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku,
perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan
untuk kendali retak.

Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan
plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh
II - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya
tulangan dowel.

Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan
beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif
cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang
menerus. Dalam konstruksinya, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton pada bagian atasnya
yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
mendistribusikan beban dari atas menuju ke bidang tanah dasar yang cukup
luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari
plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada
tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk
pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
2. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade
reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of
composite reaction).
3. Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat.
4. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa
konstruksi.
II - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
5. Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus
tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian
pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton
karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di
bawah pelat.
2.5
Persyaratan Umum Perkerasan
2.5.1
Tanah Dasar
Untuk daya dukung tanah ditentukan oleh CBR in site sesuai dengan SNI
03-1731-1989 atau CBR Laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
masing – masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan
jalan baru. Di sini apabila tanah dasar memiliki nilai CBR di bawah 2% maka
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus setebal 15 cm
sehingga tanah dianggap memiliki CBR 5%.
2.5.2
Pondasi Bawah
Untuk bahan pondasi bawah biasanya digunakan :
2.5.3

Bahan Berbutir

Stabilisasi atau dengan beton giling padat (Lean Rolled Concrete)

Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)
Beton Semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur (flexural,
strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan
pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5
Mpa (30-50 kg/cm2).
Beton juga bisa di perkuat dengan serat baja (stell fibre) untuk
memperkuat kuat tarik lenturnya serta mengendalikan retak pada plat
khususnya bentuk tak lazim.
II - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.5.4
Lalu Lintas
Untuk penentuan beban lalu lintas rencana pada perkerasan beton semen
dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga sesuai dengan konfigurasi
sumbu pada lajur rencana selama umur rencana.
Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu
lintas dan konfigurasi sumbu menggunakan data terakhir atau data 2 tahun
terakhir. Untuk kendaraan yang ditinjau memiliki berat total minimum 5 ton.
2.5.5
Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa
lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen.
Nah, pada pedoman yang dimaksud dengan Bahu beton semen adalah bahu
yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50
m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m yang juga
mencakup saluran dan trotoar.
2.5.6
Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton berfungsi sebagai :

Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh
penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu lintas.

Memudahkan pelaksanaan.

Mengakomodasi gerakan pelat.
Pola sambungan beton semen memiliki batas – batas tersendiri diantaranya
:

Panel diusahakan sepersegi mungkin dengan perbandingan
maksimum panjang dan lebarnya 1,25.

Jarak maksimum sambungan memanjangnya 3-4 m.

Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal plat,
maksimum 5 m.

Antar sambungan harus terhubung dengan satu titik untuk
menghindari terjadinya retak refleksi pada lajur bersebelahan.
II - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

Sudut dari sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus
dihindari dengan mengatur 0.5 m panjang terakhir dibuat tegak
lurus terhadap tepi perkerasan.

Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari
perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm meliputi
keseluruhan tebal plat
2.5.7
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan dua model
kerusakan yaitu :
1. Retak fatik tarik lentur pada plat.
2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh
lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang
direncanakan
2.6
Proyek
Secara umum proyek adalah suatu kelompok aktivitas yang bersifat
sementara dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil produk atau jasa dalam
suatu produk tertentu. Tetapi lain halnya dengan pendapat ahli tentang definisi
proyek yang antara lain:
a. Proyek merupakan suatu aktivitas yang memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki
tujuan
yang terdefinisi jelas, melibatkan semua lini atau lintas
departemen di dalam perusahaan, memiliki aktivitas yang unik dibatasi
oleh waktu yang bersifat sementara, memiliki sponsor pendukung yang
kuat, dan memiliki sifat ketidakpastian (Widjaya, 2013).
b. Proyek adalah waktu yang ada awal dan akhirnya, secara temporer untuk
mencapai tujuan yang unik (Sabarguna, 2011).
c. The Project Management Body of Knowledge
(PMBOK,
1996)
mendefinisikan proyek adalah sebuah usaha yang bersifat sementara
untuk menciptakan produk unik atau layanan berbeda (Burke, 2008).
d. Secara umum proyek merupakan kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1995).
II - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa fitur utama dari sebuah proyek (Burke, 2000), meliputi:
a. Awal dan akhir
adalah bagian kemungkinan sulit untuk ditetapkan
dalam periode waktu tertentu.
b. Siklus kehidupan (life-cycle) yang mengawali dan mengakhiri dengan
sejumlah fase yang berbeda-beda diantaranya.
c. Anggaran biaya terkait dengan arus kas.
d. Aktivitas yang memiliki dasar unik dan tidak berulang.
e. Penggunaan sumber daya yang berasal dari departemen berbeda serta
memerlukan koordinasi.
f. Titik pertanggungjawaban (single point of responsibility)
g. Peran tim serta hubungan yang dapat berubah sehingga perlu untuk
dikembangkan.
2.7
Manajemen Proyek
Nilai dari proyek sangat bergantung dari tujuan yang jelas saat proyek
tersebut diprioritaskan untuk dijalankan oleh manajemen puncak perusahaan.
Untuk itu perlu dipahami dengan jelas pengertian dari manajemen proyek
tersebut. Pengertian Manajemen Proyek yang dijelaskan oleh beberapa ahli,
yaitu:
a. Manajemen proyek adalah suatu pengetahuan tentang aplikasi,
keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin suatu aktivitas
proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan
yang dibutuhkan oleh proyek (Widjaya, 2013).
b. Manajemen
proyek
merupakan
aplikasi
dari
pengetahuan,
keterampilan, alat dan teknik dalam rangka menjalankan aktivitas
proyek sehingga memenuhi kebutuhan proyek (Sabarguna, 2011).
c. Peter Morris (1997) mendeskripsikan manajemen proyek adalah
sebuah
proses
yang mengintegrasikan segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam perkembangan proyek melalui siklus hidupnya
dalam memenuhi tujuan proyek (Burke, 2000).
d. Manajemen proyek adalah usaha merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, dan mengkoordinasi serta mengawasi proyek sesuai
II - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
tujuan (anggaran yang dialokasikan, jadwal yang tepat serta mutu
standar yang harus dipenuhi). Atau dapat pula diartikan sebagai
penerapan fungsi-fungsi (prinsip-prinsip) manajemen dalam semua
kegiatan dalam proyek untuk semua tahapan proyek (Soeharto,
1995).
PMBOK (2011) mendeskripsikan manajemen proyek berdasarkan
sembilan area pengetahuan, yaitu:
a. Manajemen Lingkup Proyek (Project Scope Management)
b. Manajemen Lingkup Proyek meliputi proses yang meyakinkan
bahwa proyek meliputi semua pekerjaan yang dilakukan dan hanya
yang diperlukan untuk keberhasilan proyek.
c. Manajemen Waktu (Project Time Management)
d. Manajemen Waktu meliputi proses yang dilakukan dalam mengatur
waktu
yang berkaitan dengan proyek, interaksi antara, dan
termasuk diantaranya pengaturan tahap kegiatan.
e. Manajemen Biaya (Project Cost Management)
f. Manajemen Biaya terkait dengan estimasi, anggaran,
pengendalian.
dan
Aspek biaya menjadi penting karena perubahan
suku bunga, nilai tukar, dan
harga yang berubah pada barang
publik, seperti bensin dan listrik.
g. Manajemen Mutu (Project Control Management) Manajemen Mutu
merupakan proses aktivitas yang mempertimbangkan kebijakan,
prosedur, proses yang berusaha agar implementasi proyek dapat
mencapai tujuan dengan memuaskan seperti yang diharapkan
konsumen.
h. Manajemen Sumber Daya Manusia (Project Human Resource
Management) Manajemen Sumber Daya Manusia pada dasarnya
adalah penentu pokok pada keberhasilan proyek karena sumber
daya manusia
(SDM) merupakan pelaksana proyek dari awal
sampai akhir, proyek yang dibuat SDM untuk kepentingan manusia
secara umum, dan penentu akhir dari keputusan yang diambil.
i. Manajemen Komunikasi (Project Communications Management)
Manajemen Komunikasi meliputi hal-hal yang terkait dengan
II - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
pengumpulan,
distribusi,
penyimpanan,
pencarian,
disposisi
informasi yang tepat waktu dan berkesesuaian.
j. Manajemen Resiko (Project Risk Management) Manajemen Resiko
meliputi perencanaan, identifikasi, analisis, respons, permintaan
pengendalian yang terkait resiko.
k. Manajemen
Pengadaan
(Project
Procurement
Management)
Manajemen Pengadaan meliputi pengadaan barang dan jasa,
pengorganisasian tim dari pihak luar, serta pengaturan kontrak.
Hal tersebut penting karena berhubungan dengan sumber daya,
jadwal, dan, waktu yang harus berkesesuaian.
l. Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management)
Manajemen Integrasi Proyek merupakan proses atau aktivitas
mengidentifikasi
pengembangan,
tindakan
dan
integratif
pengendalian
dalam
proyek
perencanaan,
untuk
mencapai
keberhasilan pemenuhan kebutuhan pelanggan dan memenuhi
harapan.
Pada umumnya perusahaan dalam menjalankan sebuah proyek akan
membagi proyek dalam beberapa fase yang bertujuan untuk memberikan
pengendalian manajemen proyek terbaik. Pembagian fase proyek dinamakan
siklus kehidupan
proyek (Project Life Cycle). Bersamaan dengan siklus
kehidupan proyek maka digunakan beberapa teknik perencanaan dan
pengendalian manajemen proyek dalam meningkatkan proses (Burke, 2000),
seperti:
1.
Gantt Chart
2.
Network Diagrams
3.
Work Breakdown Structure (WBS)
4.
Critical Path Method
5.
Program Evaluation and Review Technique
6.
Resource Smoothing
7.
Earned Value
8.
Configuration Control
9.
II - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.8
Estimasi Biaya
Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi
untuk menjawab pertanyaan, “Berapa besar dana yang harus disediakan untuk
sebuah bangunan?”. Pada umumnya, biaya yang dibutuhkan dalam sebuah
proyek konstruksi berjumlah besar. Ketidaktepatan yang terjadi dalam
penyediaannya akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat
didalamnya (Ervianto, 2007).
Anggaran biaya suatu bangunan atau proyek merupakan perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan. Ibrahim (2008) menyatakan bahwa biaya atau anggaran
itu sendiri merupakan jumlah dari masing-masing hasil perkalian volume
dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan, disimpulkan bahwa rencana
anggaran biaya dari suatu pekerjaan terlihat dalam rumus :
RAB = Σ (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN)
Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja disetiap daerah berbeda-beda.
Sehingga dalam menentukan perhitungan dan penyusunan anggaran biaya
suatu pekerjaan harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga
kerja dipasaran dan lokasi pekerjaan. Dalam memperkirakan anggaran biaya
terlebih dahulu harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh
termasuk jenis dan kebutuhan alat, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi
biaya konstruksi. Selain faktor-faktor tersebut, ada faktor lain yang
mempengaruhi dalam pembuatan anggaran biaya yaitu:
a. Produktivitas tenaga kerja
b. Ketersediaan material
c. Ketersediaan peralatan
d. Cuaca
e. Jenis kontrak
f. Masalah kualitas
g. Etika
h. Sistem pengendalian
i. Kemampuan manajemen
II - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.9
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu sangat penting sebagai referensi dan
berkaitan dengan penlitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Berikut adalah tinjauan terdahulu yang penulis jumpai :
II - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
NO.
1
2
3
PENELITI
JUDUL
KEYWORD
Oktodelina Nur
Rahmi
perkerasan
lentur,
Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur
perkerasan kaku,
dan Perkerasan Kaku serta Analisis
Jalan Lingkar
Ekonominya pada Proyek Pembangunan
Mojoagung,
Jalan Lingkar Mojoagung
analisis
ekonomi.
Retna Hapsari
Kartadipura
perkerasan kaku,
Studi Perbandingan Biaya Perkerasan Kaku
perkerasan
dan Perkerasan Lentur Metode Annual
lentur, annual
Worth
worth
Muhamad Yodi
Aryangga
Perkerasan
Lentur,
Perbandingan Perkerasan Lentur dan
Perkerasan
Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya
Kaku, Analisa
pada Proyek Jalan Sindang Barang –
Ekonomi,
Cidaun, Cianjur.
Sindang BarangCidaun.
II - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
TAHUN
PEMBUATAN
TEMPAT
KESIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan tebal perkerasan
kaku dan perkerasan lentur, serta biaya yang
dibutuhkan dengan studi kasus penelitian pada
proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung.
2012
Surabaya
2011
Berdasarkan perhitungan Annual Worth,
perkerasan kaku lebih layak untuk digunakan
Banjarmasin pada daerah yang lalu lintasnya cukup tinggi,
dan dapat memberikan pelayanan lalu lintas
yang maksimal sampai akhir umur rencana.
2013
Cianjur
Pada penelitian ini mkenghasilkan bahwa jalan
Sindang Barang - Cidaun, Cianjur akan lebih
efisien jika menggunakan perkerasan kaku
dikarenakan volume lalu lintas yang padat dan
kendaraan berat yang akan melewati jalan
tersebut
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
NO.
4
5
PENELITI
Rudi Waluyo
Adi Rahman
Hidayat
JUDUL
Studi Perbandingan Biaya Konstruksi
Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
KEYWORD
Biaya
konstruksi,
perkerasan kaku,
perkerasan
lentur, volume,
harga satuan.
Biaya kontruksi,
metode
Evaluasi Perbandingan Biaya dan Metode pelaksanaan
Pelaksanaan Konstruksi Pada Pekerjaan
kontruksi,
Peningkatan Jalan Perkerasan Kaku Dengan perkerasan kaku,
Perkerasan Lentur
perkerasan
lentur, harga
satuan pekerjaan
TAHUN
PEMBUATAN
2008
2015
TEMPAT
KESIMPULAN
Palangka
Raya
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
kesimpulan bahwa perkerasan lentur akan
menghasilkan biaya yang lebih rendah darpida
perkerasan kaku
Boyolali
Perbedaan dari segi metode pelaksanaan antara
metode perkerasan kaku dan metode perkerasan
lentur terdapat perbedaan yang mendasar untuk
perkerasan kaku tanpa memerlukan pemadatan
sedangkan perkerasan lentur membutuhkan
proses pemadatan dengan 3 tahap yaitu
pemadatan awal, pemadatan antara, pemadatan
akhir. Untuk perkerasan kaku harus melakukan
pemasangan bekesting untuk penghamparan
material sedangkan perkarsaan lentur tanpa
pemasangan bekesting untuk penghamparan
material.
II - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download