8 BAB II LANDASAN TEORI A. Earning Per Share (EPS) 1. Pengertian Earning Per Share (EPS) “Earnings Per Share menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa” (Kieso dkk, 2007:379). “ Dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share” (Nachrowi (2006:71). EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya Earning Per Share (EPS) dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus : Laba setelah pajak - Deviden saham preferen EPS = Jumlah saham biasa yang beredar 2. Hubungan antara Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang paling sering digunakan untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Semakin 9 besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemilikny maka semakin profitable dan menarik investasi pada perusahaan tersebut . Hal ini akan memberikan efek positif pada harga saham (Susilo, 2005) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividend atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Dwiatma,2011). Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham . Hal ini 10 akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. B. Return On Assets (ROA) 1. Pengertian Return On Assets (ROA) “ROA merupakan suatu indikator keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki perusahaan” (Hendy M Fakhruddin, 2008: 170). “ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi” (Mardiyanto,2009:196). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ROA adalah alat ukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan sumber daya (asset) . Rumus Return On Assets adalah : Laba Bersih ROA = x 100% Total Aset 2. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Harga Saham ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. 11 Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Almas, 2007). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. C. Financial Leverage (FL) 1. Pengertian Financial Leverage (FL) “Financial Leverage merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan.” (Brigham ,2009:299). Semakin banyak perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang, akan menambah resiko pada saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage keuangan. Rumus Financial Leverage adalah : Total hutang FL = Total aset 12 2. Hubungan Financial Leverage Dengan Harga Saham Financial Leverage menurut Sartono (2008:263) adalah sebagai berikut: Penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Pengertian diatas menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan melalui Financial Leverage bertujuan untuk meningkatkan return bagi pemegang saham , tetapi Financial Leverage juga berpotensi terhadap besarnya resiko yang dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus dibayar perusahaan atas hutang – hutangnya lebih besar dari laba yang diperolehnya. Sehingga Financial Leverage perusahaan yang tinggi cenderung membuat harga saham turun sedangkan Financial Leverage yang rendah akan membuat harga saham cenderung naik (Iswadi,2006). D. Saham 1. Pengertian Saham “Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan atau perseroan terbatas”(Situmorang,2008:5). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas 13 karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. 2. Jenis-jenis Saham Saham yang beredar di masyarakat terdapat berbagai jenis. Adapun maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367) saham dapat dibedakan menjadi ; a. Berdasarkan Cara Pengalihannya 1) Saham atas Unjuk (Bearer Stock) Diatas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik sham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. 2) Saham atas Nama (Registered Stock) Diatas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. b. Berdasarkan Jenisnya 1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan. Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Adapun karakteristik saham biasa ; a) Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti. Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen kepada investor bergantung pada kebutuhan manajemen perusahaan yang 14 menyangkut kondisi dan rencana perusahaan dimasa yang akan datang b) Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum pemegang saham yang merupakan pemegang kekuasaaan tertinggi dalam suatu perusahaan. Hak suara yang dimilki pemegang saham adalah sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan demikian setiap pembelian saham dapat berperan untuk menentukan masa depan perusahaan. c) Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan demikian emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya. Berbeda dengan obligasi, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan baik itu berupa bunga atau nominalnya. 2) Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. 3. Keuntungan Kepemilikan Saham Pada dasarnya, ada keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu (Tjiptono, 2011: 6); a. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi atau dana pension dan lainlain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital Gain Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di 15 pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian. 4. Risiko Kepemilikan Saham Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain ) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun seiring dengan fluktuasi harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian. Resiko tersebut antara lain (Tjiptono, 2011: 8): a. Tidak Mendapat Dividen Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi. perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen. b. Capital Loss Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan kerugian (Capital Loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut. c. Perusahaan Bangkrut dan Dilikuidasi Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemgang obligasi , artinya setelah semua asset perusahaan yang dilkuidasi tersebut dijual , terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. d. Saham di-delist dari Bursa Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umunya karena kinerja yang buruk . Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan Pencatatan Efek di Bursa. e. Saham di-suspend 16 Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak sempat menjual sampai suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan oleh kreditornya. 5. Harga Saham “Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya.” (Rusdin,2006;68) Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai nominal (nilai pari), nilai dasar dan nilai pasar. . Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain : Right issue, Stock split, waran dan lain-lain. Nilai pasar dari suatu surat berharga adalah harga pasar dari surat berharga tersebut. Bagi surat berharga yang aktif diperdagangkan, nilai pasarnya adalah harga pasar terakhir yang dilaporkan saat surat berharga tersebut dijual. 17 Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham. Contoh kasus perhitungan harga saham; Harga saham pentupan PT Indofood Sukses Makmur Tbk bulan Januari sampai Desember selama tahun 2005 adalah sebagai berikut (dalam Rupiah): 870, 930, 1160, 1020, 1200,1100. 1090, 790, 730, 820, 850, 910. Berapa harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk untuk tahun 2005? 870+930+1160+1020+1200+1100+1090+790+730+820+850+910 = 12 = Rp 956,Jadi, Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2005 sebesar Rp 956,-. 18 6. Analisis Saham Dalam konteks teori untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yakni : a. Analisis Teknikal Menurut Sunariyah (2006:168) mengenai analisis teknikal adalah sebagai berikut : Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknik Analisis teknikal meliputi studi harga saham untuk untuk meramalkan gerakan harga saham dimasa datang. Mula-mula, harga saham di masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola pergerakan harga, lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi tren atau pola yang cocok dengan masa lalu. Dengan mengidentifikasikan pola yang muncul, analisis berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan harga saham di masa depan. Analisis teknikal menggunakan grafik maupun berbagai indikator teknik. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan hal utama untuk dianalisis. Hal ini berkaitan dengan erat dengan hokum permintaan dan penawaran. Peningkatan atau penurunan harga saham 19 biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume perdagangan saham. Analisis teknikal juga dapat digunakan untuk menentukan saat yang tepat untuk membeli saham dan saat untuk melepas saham dengan melihat pola perubahan harga saham melalui grafik. Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut. Indikator-indikator yang biasa digunakan dalam membaca grafik pergerakan saham antara lain adalah Simple Moving Average (SMA) dan Weighted Moving Average (WMA). Simple Moving Average adalah indikator analisis teknikal yang paling sederhana cara perhitungannya, dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan hari. Weighted Moving Average menghasilkan nilai yang hamper sama dengan SMA. Perbedaannya adalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap bobot untuk setiap harga saham di masa lalu adalah sama, maka dalam perhitunganWMA menganggap bahwa harga saham datu hari yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham harihari sebelumnya (Dedhy,2007) 20 Kasus Analisis Tekhnikal : Gambar 2.1 Grafik Pergerakan Harga Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) 1. Garis biru menunjukkan grafik pergerakan saham MEDC selama setahun terakhir. 2. Garis merah menunjukkan Simple Moving Average (SMA) dengan periode lebih panjang yaitu 50 hari 3. Garis hijau menunjukkan SMA dengan periode lebih pendek yaitu 20 hari Setiap kali garis hijau dan garis merah saling bersilangan dimana posisi garis merah menjadi di atas garis hijau, maka MEDC berpeluang menguat, . Sebaliknya, setiap kali garis hijau dan merah saling bersilangan dimana posisi garis merah menjadi di bawah garis hijau , maka MEDC berpeluang melemah. 21 Pada lingkaran no. 1 tampak bahwa garis merah menjadi di atas garis hijau. Dan tidak lama kemudian MEDC menguat signifikan. Beberapa saat kemudian, garis hijau yang terus bergerak naik sehingga menyalip garis merah (lingkaran no.2). Saat itulah MEDC mulai bergerak turun. Tidak berselang lama kemudian, garis merah kembali menyalip garis hijau (lingkaran no 3), dan saat itulah MEDC kembali naik meski sempat turun telebih dahulu dan seterusnya. b. Analisis Fundamental “Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha” (Situmorang,2008;45). Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar , siklus bisnis dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data seperti yang tersebut, analisis fundamental menghasilkan hasil analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalue, saham tersebut dianggap dinilai lebih dari yang seharusnya oleh para pelaku pasar. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak 22 dibelli atau dijual jika investor memilikinya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya, saham itu layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah. Analisis ini memiliki horizon jangka panjang. Karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi di masa mendatang , dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Kasus perhitungan fundamental : 1. PT ABC memiliki data keuangan (dalam Rupiah) sebagai berikut : total hutang sebesar 8345, laba bersih 802 dan total aset sebesar 12698. Hitung berapa besarnya financial leverage (FL) dan Return On Asset (ROA) PT ABC! Total hutang FL = Total aset 8345 FL = = 0.66 12698 Setiap Rp 0.66 hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1 aset perusahaan. 23 Laba Bersih ROA = x 100% Total Aset 802 ROA = x 100% = 6.32 % 12698 Nilai ROA sebesar 6.32% berarti setiap Rp 1 dari nilai aset perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.06,2. Perusahaan Haley mempunyai laba bersih sebesar $1200000 pada tahun 2008. Selama tahun 2008, Haley membayar deviden sebesar $2 per saham atas 100000 lembar saham preferen. Selama tahun 2008, Haley mempunyai 250000 saham biasa yang beredar. Hitunglah Laba per lembar saham tahun 2008 untuk Haley! Laba bersih-deviden saham preferen EPS = Jumlah saham biasa yang beredar $ 1200000 – ($2x200000) EPS = 250000 lembar EPS = $ 4 per lembar 24 E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 2006 Madichah Pengaruh Earning Per Uji t = Share (EPS), Deviden Hanya variabel Financial Per Share (DPS) dan leverage Financial Leverage Inflasi dan yang Tingkat memiliki (FL) terhadap Harga pengaruh signifikan pada saham pada harga saham secara parsial. perusahaan LQ-45 di Uji F= Bursa Efek Jakarta Secara simultan Akuntansi, leverage inflasi Laba Financial dan Tingkat berpengaruh terhadap harga saham. 2009 Ester Irawaty Farida Pengaruh Earning Per Uji t = Share (EPS), Return Hanya variabel EPS yang On Assets (ROA), dan mempunyai Financial pengaruh Leverage signifikan terhadap harga (FL) terhadap harga saham secara parsial. saham pada ROA,ROE,EPS, dan BEP Perusahaan Rokok di mempunyai pengaruh yang Bursa Efek Indonesia signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama. 25 2009 Anik Yuliati Pengaruh Earning Per Uji t= Share (EPS), Return Hanya variabel EPS yang On Assets (ROA), dan memiliki pengaruh Leverage signifikan terhadap harga Financial (FL) terhadap harga saham secara parsial. saham pada Uji F= Perusahaan Rokok di Earning Per Share (EPS), Bursa Efek Indonesia Return On Assets (ROA), dan Financial (FL) Leverage secara serentak berpengaruh terhadap harga saham 2010 Angrawit Analisis Pengaruh Uji t = Kusumawardani EPS, PER, ROE, FL, Hanya variabel EPS, PER, DER, CR, dan ROA ROE, DER, dan ROA yang pada Harga Saham memiliki pengaruh pada dan Dampaknya harga saham, serta harga terhadap Perusahaan Kinerja saham juga LQ-45 pengaruh memiliki yang sangat yang terdaftar di BEI signifikan terhadap kinerja. periode 2005-2009. Uji F = Secara serentak EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2011 Dwiatma Analisis Pengaruh Uji t = EPS,ROE, dan DER EPS secara signifikan 26 terhadap harga saham berpengaruh pada perusahaan terhadap Wholesale an Retail ROE postif harga secara Trade yang terdaftar berpengaruh saham, signifikan terhadap di BEI periode 2006- harga saham, sedangkan 2008 DER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uji F= Secara serentak EPS, ROE, dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sumber : Data diolah tahun 2011