BAB II LANDASAN TEORI A. Earning Per Share (EPS) 1. Pengertian

advertisement
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Earning Per Share (EPS)
1. Pengertian Earning Per Share (EPS)
“Earnings Per Share menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap
lembar saham biasa” (Kieso dkk, 2007:379).
“ Dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperlihatkan
berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share” (Nachrowi
(2006:71). EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba
perusahaan. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan,
karena itu para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya
Earning Per Share (EPS) dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi
nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar
laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus :
Laba setelah pajak - Deviden saham preferen
EPS =
Jumlah saham biasa yang beredar
2. Hubungan antara Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang paling sering
digunakan untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Semakin
9 besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per
lembar saham bagi pemilikny maka semakin profitable dan menarik investasi
pada perusahaan tersebut . Hal ini akan memberikan efek positif pada harga
saham (Susilo, 2005)
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh dividend atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham
dimasa datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik
dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Dwiatma,2011).
Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada
pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan
tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS
yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS
menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran
investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal
yang ditanamkan pada perusahaan.
Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham . Hal ini
10 akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik,
sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
B. Return On Assets (ROA)
1. Pengertian Return On Assets (ROA)
“ROA merupakan suatu indikator keuangan yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang
dimiliki perusahaan” (Hendy M Fakhruddin, 2008: 170).
“ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi”
(Mardiyanto,2009:196).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ROA adalah alat ukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
dengan memanfaatkan sumber daya (asset) .
Rumus Return On Assets adalah :
Laba Bersih
ROA =
x 100%
Total Aset
2. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Harga Saham
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional
perusahaan.
11 Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin
efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah
pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif
kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap
perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan
yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan
semakin besar (Almas, 2007). Minat yang besar dari investor berdampak
terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
C. Financial Leverage (FL)
1. Pengertian Financial Leverage (FL)
“Financial Leverage merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai
sumber pembiayaan perusahaan.” (Brigham ,2009:299). Semakin banyak
perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang, akan menambah resiko
pada saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage
keuangan.
Rumus Financial Leverage adalah :
Total hutang
FL =
Total aset
12 2. Hubungan Financial Leverage Dengan Harga Saham
Financial Leverage menurut Sartono (2008:263) adalah sebagai
berikut:
Penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar
daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan
yang tersedia bagi pemegang saham.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan
melalui Financial Leverage bertujuan untuk meningkatkan return bagi
pemegang saham , tetapi Financial Leverage juga berpotensi terhadap
besarnya resiko yang dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus
dibayar perusahaan atas hutang – hutangnya lebih besar dari laba yang
diperolehnya. Sehingga Financial Leverage perusahaan yang tinggi
cenderung membuat harga saham turun sedangkan Financial Leverage yang
rendah akan membuat harga saham cenderung naik (Iswadi,2006).
D. Saham
1. Pengertian Saham
“Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan atau
perseroan terbatas”(Situmorang,2008:5). Sifat dasar investasi saham adalah
memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap
pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka
berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas
13 karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya
setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
2. Jenis-jenis Saham
Saham yang beredar di masyarakat terdapat berbagai jenis. Adapun
maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik
saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367) saham
dapat dibedakan menjadi ;
a. Berdasarkan Cara Pengalihannya
1) Saham atas Unjuk (Bearer Stock)
Diatas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan
pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk
mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya
mirip dengan uang. Pemilik sham atas unjuk ini harus berhati-hati
membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang,
maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.
2) Saham atas Nama (Registered Stock)
Diatas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang
saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
b. Berdasarkan Jenisnya
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim
berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi
likuidasi, pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas
paling akhir dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan.
Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan
keuntungan yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan
perusahaan yang bersangkutan. Adapun karakteristik saham biasa ;
a) Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan
pasti. Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen kepada
investor bergantung pada kebutuhan manajemen perusahaan yang
14 menyangkut kondisi dan rencana perusahaan dimasa yang akan
datang
b) Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum
pemegang saham yang merupakan pemegang kekuasaaan tertinggi
dalam suatu perusahaan. Hak suara yang dimilki pemegang saham
adalah sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan
demikian setiap pembelian saham dapat berperan untuk
menentukan masa depan perusahaan.
c) Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan
demikian emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar
kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya.
Berbeda dengan obligasi, perusahaan memiliki kewajiban untuk
mengembalikan baik itu berupa bunga atau nominalnya.
2) Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila
perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham
preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas
penjualan asset.
3. Keuntungan Kepemilikan Saham
Pada dasarnya, ada keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu (Tjiptono, 2011: 6);
a. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen
merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi
jangka panjang, misalnya investor institusi atau dana pension dan lainlain.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam
jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen
saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah
saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih
harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di
15 pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital
gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi
dibandingkan harga saham pada saat pembelian.
4. Risiko Kepemilikan Saham
Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau
keuntungan (capital gain ) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun
seiring dengan fluktuasi harga saham, maka saham juga dapat membuat
investor mengalami kerugian. Resiko tersebut antara lain (Tjiptono, 2011: 8):
a. Tidak Mendapat Dividen
Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi.
perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian),
maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.
b. Capital Loss
Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan
pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat
menyebabkan kerugian (Capital Loss), hal ini terjadi apabila harga pada
saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saham saat
pembelian saham tersebut.
c. Perusahaan Bangkrut dan Dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika
suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham
perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi
tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah
dibanding kreditor atau pemgang obligasi , artinya setelah semua asset
perusahaan yang dilkuidasi tersebut dijual , terlebih dahulu dibagikan
kepada para kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset
perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan
kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa,
baru dibagikan kepada para pemegang saham.
d. Saham di-delist dari Bursa
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umunya karena kinerja
yang buruk . Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak
membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan
berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
e. Saham di-suspend
16 Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya
sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak sempat menjual sampai
suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham
mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan
oleh kreditornya.
5. Harga Saham
“Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar tersebut adalah
harga penutupannya.” (Rusdin,2006;68)
Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai nominal (nilai pari),
nilai dasar dan nilai pasar.
.
Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham
yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai
nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus
memiliki satu jenis nilai nominal.
Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat
saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan
dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham,
antara lain : Right issue, Stock split, waran dan lain-lain.
Nilai pasar dari suatu surat berharga adalah harga pasar dari surat
berharga tersebut. Bagi surat berharga yang aktif diperdagangkan, nilai
pasarnya adalah harga pasar terakhir yang dilaporkan saat surat berharga
tersebut dijual.
17 Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan
tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu
berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan
kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan
menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut
jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan
turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham
lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang
kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis
sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual
saham.
Contoh kasus perhitungan harga saham;
Harga saham pentupan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
bulan
Januari sampai Desember selama tahun 2005 adalah sebagai berikut (dalam
Rupiah): 870, 930, 1160, 1020, 1200,1100. 1090, 790, 730, 820, 850, 910.
Berapa harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk untuk tahun 2005?
870+930+1160+1020+1200+1100+1090+790+730+820+850+910
=
12
= Rp 956,Jadi,
Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2005 sebesar
Rp 956,-.
18 6. Analisis Saham
Dalam konteks teori untuk melakukan analisis dan memilih saham
terdapat dua pendekatan dasar yakni :
a. Analisis Teknikal
Menurut Sunariyah (2006:168) mengenai analisis teknikal adalah
sebagai berikut :
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham
tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini
menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham,
volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu,
serta faktor-faktor lain yang bersifat teknik
Analisis teknikal meliputi studi harga saham untuk untuk
meramalkan gerakan harga saham dimasa datang. Mula-mula, harga
saham di masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola
pergerakan harga, lalu harga saham sekarang dianalisis untuk
mengidentifikasi tren atau pola yang cocok dengan masa lalu. Dengan
mengidentifikasikan pola yang muncul, analisis berharap dapat
meramalkan dengan tepat gerakan harga saham di masa depan.
Analisis teknikal menggunakan grafik maupun berbagai indikator
teknik. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan hal
utama untuk dianalisis. Hal ini berkaitan dengan erat dengan hokum
permintaan dan penawaran. Peningkatan atau penurunan harga saham
19 biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume
perdagangan saham. Analisis teknikal juga dapat digunakan untuk
menentukan saat yang tepat untuk membeli saham dan saat untuk
melepas saham dengan melihat pola perubahan harga saham melalui
grafik.
Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan
saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa
harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap
saham tersebut.
Indikator-indikator yang biasa digunakan dalam membaca grafik
pergerakan saham antara lain adalah Simple Moving Average (SMA) dan
Weighted Moving Average (WMA).
Simple Moving Average adalah indikator analisis teknikal yang
paling sederhana cara perhitungannya, dihitung dari penjumlahan harga
saham x hari sebelumnya dibagi dengan hari. Weighted Moving Average
menghasilkan nilai yang hamper sama dengan SMA. Perbedaannya
adalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap
bobot untuk setiap harga saham di masa lalu adalah sama, maka dalam
perhitunganWMA menganggap bahwa harga saham datu hari yang lalu
memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham harihari sebelumnya (Dedhy,2007)
20 Kasus Analisis Tekhnikal :
Gambar 2.1
Grafik Pergerakan Harga Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC)
1. Garis biru menunjukkan grafik pergerakan saham MEDC selama
setahun terakhir.
2.
Garis merah menunjukkan Simple Moving Average (SMA) dengan
periode lebih panjang yaitu 50 hari
3. Garis hijau menunjukkan SMA dengan periode lebih pendek yaitu 20
hari
Setiap kali garis hijau dan garis merah saling bersilangan dimana
posisi garis merah menjadi di atas garis hijau, maka MEDC berpeluang
menguat, . Sebaliknya, setiap kali garis hijau dan merah saling bersilangan
dimana posisi garis merah menjadi di bawah garis hijau , maka MEDC
berpeluang melemah.
21 Pada lingkaran no. 1 tampak bahwa garis merah menjadi di atas garis
hijau. Dan tidak lama kemudian MEDC menguat signifikan. Beberapa saat
kemudian, garis hijau yang terus bergerak naik sehingga menyalip garis
merah (lingkaran no.2). Saat itulah MEDC mulai bergerak turun. Tidak
berselang lama kemudian, garis merah kembali
menyalip garis hijau
(lingkaran no 3), dan saat itulah MEDC kembali naik meski sempat turun
telebih dahulu dan seterusnya.
b. Analisis Fundamental
“Analisis
fundamental
adalah
analisis
sekuritas
yang
menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang
berhubungan dengan badan usaha” (Situmorang,2008;45). Data
fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar ,
siklus bisnis dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang
berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat
bunga, inflasi dan sejenisnya.
Dengan mempertimbangkan data-data seperti yang tersebut,
analisis fundamental menghasilkan hasil analisis berupa penilaian badan
usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak
dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalue, saham tersebut
dianggap dinilai lebih dari yang seharusnya oleh para pelaku pasar.
Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak
22 dibelli atau dijual jika investor memilikinya. Sementara jika yang terjadi
sebaliknya, saham itu layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah.
Analisis ini memiliki horizon jangka panjang. Karena selain
menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan)
analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi
pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi di masa
mendatang , dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat
mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha.
Kasus perhitungan fundamental :
1. PT ABC memiliki data keuangan (dalam Rupiah) sebagai berikut :
total hutang sebesar 8345, laba bersih 802 dan total aset sebesar
12698. Hitung berapa besarnya financial leverage (FL) dan Return
On Asset (ROA) PT ABC!
Total hutang
FL =
Total aset
8345
FL =
= 0.66
12698
Setiap Rp 0.66 hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1 aset perusahaan.
23 Laba Bersih
ROA =
x 100%
Total Aset
802
ROA =
x 100% = 6.32 %
12698
Nilai ROA sebesar 6.32% berarti setiap Rp 1 dari nilai aset perusahaan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.06,2. Perusahaan Haley mempunyai laba bersih sebesar $1200000 pada tahun
2008. Selama tahun 2008, Haley membayar deviden sebesar $2 per
saham atas 100000 lembar saham preferen. Selama tahun 2008, Haley
mempunyai 250000 saham biasa yang beredar. Hitunglah Laba per
lembar saham tahun 2008 untuk Haley!
Laba bersih-deviden saham preferen
EPS =
Jumlah saham biasa yang beredar
$ 1200000 – ($2x200000)
EPS =
250000 lembar
EPS =
$ 4 per lembar
24 E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
2006
Madichah
Pengaruh Earning Per Uji t =
Share (EPS), Deviden Hanya variabel Financial
Per Share (DPS) dan leverage
Financial
Leverage Inflasi
dan
yang
Tingkat
memiliki
(FL) terhadap Harga pengaruh signifikan pada
saham
pada harga saham secara parsial.
perusahaan LQ-45 di Uji F=
Bursa Efek Jakarta
Secara
simultan
Akuntansi,
leverage
inflasi
Laba
Financial
dan
Tingkat
berpengaruh
terhadap harga saham.
2009
Ester
Irawaty
Farida Pengaruh Earning Per Uji t =
Share (EPS), Return Hanya variabel EPS yang
On Assets (ROA), dan mempunyai
Financial
pengaruh
Leverage signifikan terhadap harga
(FL) terhadap harga saham secara parsial.
saham
pada ROA,ROE,EPS, dan BEP
Perusahaan Rokok di mempunyai pengaruh yang
Bursa Efek Indonesia
signifikan terhadap harga
saham perusahaan properti
secara bersama-sama.
25 2009
Anik Yuliati
Pengaruh Earning Per Uji t=
Share (EPS), Return Hanya variabel EPS yang
On Assets (ROA), dan memiliki
pengaruh
Leverage signifikan terhadap harga
Financial
(FL) terhadap harga saham secara parsial.
saham
pada Uji F=
Perusahaan Rokok di
Earning Per Share (EPS),
Bursa Efek Indonesia
Return On Assets (ROA),
dan
Financial
(FL)
Leverage
secara
serentak
berpengaruh
terhadap
harga saham
2010
Angrawit
Analisis
Pengaruh Uji t =
Kusumawardani
EPS, PER, ROE, FL, Hanya variabel EPS, PER,
DER, CR, dan ROA ROE, DER, dan ROA yang
pada Harga Saham memiliki pengaruh pada
dan
Dampaknya harga saham, serta harga
terhadap
Perusahaan
Kinerja saham
juga
LQ-45 pengaruh
memiliki
yang
sangat
yang terdaftar di BEI signifikan terhadap kinerja.
periode 2005-2009.
Uji F =
Secara
serentak
EPS,
PER, ROE, FL, DER, CR,
dan
ROA
berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
2011
Dwiatma
Analisis
Pengaruh Uji t =
EPS,ROE, dan DER EPS
secara
signifikan
26 terhadap harga saham berpengaruh
pada
perusahaan terhadap
Wholesale an Retail ROE
postif
harga
secara
Trade yang terdaftar berpengaruh
saham,
signifikan
terhadap
di BEI periode 2006- harga saham, sedangkan
2008
DER
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham.
Uji F=
Secara serentak EPS, ROE,
dan
DER
memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
Sumber : Data diolah tahun 2011
Download