BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemecahan saham (stock split) merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Stock split merupakan fenomena yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki di bidang ekonomi (Brigham dan Gapenski,1994). Hal ini ditunjukkan dengan adanya ketidakcocokan antara teori dan praktik. Secara teoritis, stock split hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah kesejahtraan Investor dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek split. Alasan pertama orang melakukan stock split supaya harga sahamnya tidak terlalu tinggi, sehingga dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham. Bila harga saham dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah permintaan akan berkurang. Sebaliknya bila pasar menilai bahwa harga saham terlalu rendah, jumlah permintaanya akan meningkat. Tingginya harga saham akan mengurangi 1 kemampuan Investor untuk membeli saham. Hukum permintaan dan penawaran kembali berlaku dan sebagai konsekuensinya harga saham yang tinggi akan menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru (Ewijaya, 1999). Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham berharga bagi pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEI, BAPEPAM dan IAI. Pelaku pasar modal khususnya Investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham. Beaver mengatakan bahwa harga saham penting bagi Investor, karena mempunyai konsekuensi ekonomi, secara umum perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi Investor (Ewijaya, 1999) Di Indonesia, penelitian mengenai stock split dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), menemukan reaksi pasar dalam stock split sebenarnya bukan karena respon terhadap tindakan pemecahan saham, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh pemecahan saham. Sinyal yang ditunjukkan dalam pemecahan saham adalah perusahaan melakukan pemecahan saham karena mempunyai kinerja yang baik. Marwata (2000) menguji perbedaan kinerja dan tingkat kemahalan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split dengan menggunakan uji ANOVA. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split yang diukur dengan laba bersih maupun laba per lembar saham (EPS) tidak lebih tinggi di banding perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiannya tidak mendukung signaling theory. Sedangkan ditinjau dari 2 kemahalan harga, rasio harga terhadap nilai buku (PBV) perusahaan yang melakukan stock split lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split, namun untuk rasio harga terhadap laba (PER), tidak ada perbedaan yang signifikan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Kemahalan Harga terhadap Stock Split dan Kaitannya dengan Likuiditas 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini: 1. Apakah kinerja perusahaan dan kemahalan harga saham berpengaruh terhadap keputusan stock split? 2. Apakah ada perbedaan likuiditas setelah perusahaan melakukan stock split? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian yang dilakukan ini bertujuan: 1. Menguji pengaruh kinerja keuangan dan kemahalan harga saham terhadap keputusan stock spilt. 2. Menguji perbedaan likuiditas setelah perusahaan melakukan stock split. 3 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Investor Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi Investor dalam pengambilan keputusan. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Dalam pasar modal, banyak informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split. Melalui penelitian ini diharapkan Investor dapat lebih bijaksana dalam membeli saham perusahaan yang melakukan stock spilt. 2. Perusahaan Perusahaan dapat mengetahui apakah dengan melakukan stock split sahamnya menjadi lebih diminati oleh Investor. 3. Peneliti lain Memberikan referensi tambahan kepada pihak lain yang berminat untuk melakukan penelitian sejenis. 4. Pemerintah Stock split dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar. Stabilitas pasar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat menciptakan stabiltas politik dan keamanan yang baik. 4 1.5 Batasan penelitian Agar penelitian memperoleh hasil yang maksimal, maka penelitian dibatasi pada: 1. Jenis perusahaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split periode 2000-2006. 2. Periode yang digunakan 2000-2006, untuk memperbanyak sampel yang digunakan dari penelitian sebelumnya dan hasil penelitian lebih valid. 3. Kinerja perusahaan diukur dengan Earning per Share(EPS), yaitu rasio antara tingkat laba per satu lembar saham. Tingkat kemahalan harga saham diukur dengan Price to Book Value(PBV), yaitu rasio harga saham dengan nilai buku, dan Price to Earning Ratio(PER), yaitu rasio harga saham terhadap laba bersih. 4. Likuiditas dilihat dari besarnya volume perdagangan, tujuh hari periode jendela yaitu 3 hari sebelum stock split dan 3 hari setelah stock split. 5