IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA DUNIA 4.1. Pariwisata Dunia Pariwisata adalah merupakan kegiatan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan berbagai motivasi. Pelaku kegiatan ini disebut wisatawan. Jumlah penduduk dunia yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan GDP sebagian besar negara di dunia ikut mendorong peningkatan jumlah penduduk yang melakukan perjalanan baik di dalam negeri sebagai wisatawan domestik maupun keluar negeri sebagai wisatawan mancanegara. 600 500 JUtaan kunjungan 400 300 200 100 0 1990 1995 2000 2005 2006 2007 2008 Eropa 265 309.5 362.6 441.8 468.4 487.9 489.4 Asia Pasifik 55.8 82 110.1 153.6 166 182 184.1 Amerika 92.8 109 128.2 133.3 135.8 142.9 147 Afrika 15.1 20 27.9 37.3 41.5 45 46.7 9.6 13.7 24.9 37.9 40.9 46.6 55.1 Timur Tengah Gambar 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dunia Menurut Area, Tahun 1995-2008 Pada tahun 1990 jumlah wisatawan dunia mencapai 438.3 juta kunjungan meningkat 21.88 persen pada tahun 1995 menjadi 534.2 juta kunjungan. Peningkatan terbesar terjadi di Asia-Pasifik sebesar 46.95 persen yang memberikan porsi sebesar 12.73 persen dari total kunjungan wisatawan dunia. Lima tahun berikutnya jumlah wisatawan meningkat menjadi 683.7 juta 94 kunjungan atau meningkat 27.99 persen dibandingkan dengan tahun 1995. Negara penghasil minyak di Timur Tengah memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar jika dibandingkan dengan kawasan lainnya, yaitu sebesar 81.75 persen walaupun jumlah wisatawan di kawasan ini hanya 3.64 persen dari total kunjungan wisatawan dunia. Kontribusi wisatawan internasional di kawasan Eropa dan Amerika terhadap kunjungan wisatawan dunia dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1990 kontribusi mereka adalah 60.46 persen dan 21.17 persen menurun menjadi 53.06 persen dan 15.94 persen. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan regional di kawasan Asia-Pasifik, Afika, dan Timur Tengah dibandingkan dengan kedua kawasan Eropa dan Amerika. Berdasarkan data yang diolah oleh UNWTO menunjukkan bahwa ratarata pertumbuhan per tahun wisatawan dunia dari tahun 2000 sampai 2008 mencapai 3.8 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di kawasan Timur Tengah, yaitu sebesar 10.5 persen diikuti oleh kawasan Afrika dan Asia-Pasifik masing-masing sebesar 6.7 persen dan 6.6 persen. Sementara itu kawasan Eropa dan Amerika hanya tumbuh masing-masing 2.8 persen dan 1.7 persen. Devisa yang diciptakan dengan adanya perjalanan penduduk antarnegara pada tahun 2007 mencapai US$858 miliar atau mengalami pertumbuhan 5.4 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya jumlah devisa yang tercipta mengalami peningkatan menjadi US$944 miliar. Jika dilihat rata-rata pengeluaran per kunjungan pada tahun 2008 mencapai US$1,020 dengan pengeluaran terbesar terjadi di kawasan Amerika, yaitu US$1,280 diikuti 95 Asia-Pasifik sebesar US$1,120. Pengeluaran kunjungan terendah terjadi di kawasan Afrika yaitu sebesar US$650. Gejolak yang terjadi dalam suatu negara yang disebabkan oleh proses politik maupun krisis ekonomi akan mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara tersebut. Perkembangan terakhir pariwisata internasional pada tahun 2009 mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus mengalami penurunan sebesar 7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara absolut jumlah wisatawan internasional pada periode tersebut menurun menjadi 600 juta kunjungan dari 643 juta kunjungan tahun sebelumnya. Sementara jumlah kunjungan pada tahun 2007 mencapai 617 juta kunjungan. Semua benua mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawannya, kecuali Afrika. Dari 600 juta kunjungan wisatawan dunia, 53 persennya mengunjungi Eropa. Pada periode ini wisatawan yang berkunjung ke Eropa mengalami penurunan 8 persen, sementara yang berkunjung ke Asia Pasifik menurun sebesar 5 persen. Amerika mengalami penurunan kunjungan wisatawannya sebesar 7 persen. Sedangkan benua Afrika mengalami pertumbuhan positif sebesar 4 persen, dan ini diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2010 dengan diselenggarakannya World Cup di negara Afrika Selatan. Jika trend kunjungan pariwisata dunia masih seperti tiga bulan terakhir (Juni s.d Agustus 2009) maka diperkirakan pariwisata internasional masih mengalami penurunan antara -6 persen sampai dengan -4 persen (UNWTO, 2009). Penurunan ini disebabkan adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika pada 96 semester dua tahun 2008 berlanjut menjadi krisis global yang melanda beberapa negara di dunia. 4.1.1. Eropa Jumlah wisatawan di kawasan Eropa pada tahun 2006 mencapai 468.4 juta kunjungan dengan jumlah terbanyak terjadi di negara Perancis yang mencapai 78.9 juta kunjungan atau 16.8 persen dari total kunjungan wisatawan Eropa. Pada tahun 2007 wisatawan yang berkunjung ke Eropa meningkat menjadi 487.9 juta atau meningkat 4.1 persen. Peningkatan ini hampir terjadi di semua negara Eropa kecuali Bulgaria, Hungaria, dan Polandia yang mengalami penurunan masingmasing 0.1 persen, 6.7 persen, dan 4.4 persen. Jumlah devisa yang diperoleh pada tahun 2007 ini mencapai US$435.2 miliar. Krisis ekonomi global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 sudah mulai berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan di Eropa. Pada tahun ini jumlah wisatawannya mecapai 489.4 juta kunjungan atau meningkat hanya 0.3 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Devisa yang diperoleh mencapai US$473.7 miliar atau meningkat 4.5 persen jika dibandingkan tahun 2007. Kontribusi terbesar devisa pariwisata ini terjadi di negara Spanyol, yaitu sebesar 13.0 persen dari total devisa pariwisata di Eropa, diikuti oleh negara Perancis dan Italia masing-masing sebesar 11.7 persen dan 9.7 persen. Dampak krisis global kuartal ketiga dan keempat tahun 2008 masih terus berlanjut terhadap kunjungan wisatawan di Eropa, walaupun pada pada kuartal kedua dan ketiga sudah mulai ada perbaikan. Pada kuartal pertama tahun 2009 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Eropa menurun 13 persen dibandingkan 97 dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Selanjutnya kuartal kedua masih menurun 8 persen. Kuartal ketiga tercatat hanya pada bulan Juli dan Agustus yang menurun masing-masing 4 dan 5 persen. Berdasarkan data tahun 2008, puncak kunjungan wisatawan ke Eropa terjadi pada bulan Agustus, sementara tahun 2009 terjadi pada bulan Juli sehingga penurunan jumlah kunjungan bulan Agustus lebih besar jika dibandingkan dengan bulan Juli. 4.1.2. Amerika Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Amerika masih lebih besar jika dibandingkan dengan Eropa. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan Amerika mencapai 142.9 juta kunjungan atau meningkat 5.2 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Walaupun krisis ekonomi global awalnya mulai terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2008 ternyata kunjungan wisatawan ke kawasan ini masih mengalami peningkatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Eropa. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisatawan di Amerika mencapai 147.0 juta kunjungan atau meningkat sebesar 2.9 persen, sementara pada periode yang sama di Eropa hanya meningkat 0.3 persen. Jumlah kunjungan wisatawan di kawasan ini yang terbesar adalah Amerika Serikat yang mencapai 58.0 juta kunjungan pada tahun 2008 atau 39.5 persen dari jumlah kunjungan wisatawan di benua Amerika, diikuti oleh Mexico dan Canada yang masing-masing mencapai 22.6 juta kunjungan dan 17.1 juta kunjungan atau masing-masing memberikan kontribusi sebesar 15.4 persen dan 11.6 persen. Devisa yang diperoleh kawasan Amerika pada tahun 2006 sampai dengan 2008 terus mengalami peningkatan yang mencapai US$154.5 miliar pada 98 tahun 2006, US$171.3 miliar pada tahun 2007, dan US$188.4 miliar pada tahun 2008. Kontribusi devisa terbesar pada tahun 2008 ini diberikan oleh negara Amerika Serikat yaitu US$110.1 miliar atau 58.4 persen dari total devisa pariwisata yang tercipta di kawasan Amerika. 4.1.3. Afika Jumlah kunjungan wisman ke Afrika pada tahun 2007 mencapai 45.0 juta kunjungan, meningkat 8.4 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 41.5 juta kunjungan. Pertumbuhan wisman terbesar pada tahun 2007 ini terjadi di negara Angola, yaitu sebesar 60.4 persen diikuti oleh negara Reunion dan Sudan masing-masing 36.5 persen dan 32.9 persen. Sementara itu negara yang mengalami penurunan jumlah kunjungan wismannya adalah negara Lesotho dan Swaziland masing-masing -15.7 persen dan -0.4 persen. Negara yang paling banyak menerima kunjungan wisman di antara 26 negara yang ada di benua ini pada tahun 2007 adalah Afrika Selatan yang mencapai 9.1 juta kunjungan diikuti oleh negara Marocco dan Tunisia masingmasing 7.4 juta kunjungan dan 6.8 juta kunjungan. Dari ketiga negara ini memberikan porsi 51.7 persen dari total kunjungan wisman ke benua Afrika. Sejalan dengan benua lainnya, pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisman mengalami pertumbuhan yang menurun, yaitu dari 8.4 persen menjadi 3.7 persen. Nampaknya pengaruh krisis global yang terjadi pada paruh kedua tahun 2008 tidak hanya mempengaruhi kunjungan wisman di negara-negara maju (Amerika dan Eropa) tetapi juga berdampak pada kunjungan wisman di Afrika. Dari negara-negara di Afrika yang mengalami penurunan kunjungan wismannya 99 terdapat empat negara, yaitu Lesotho, Seychelles, Swaziland, dan Zambia masingmasing turun -2.5 persen, -1.4 persen, -13.3 persen, dan -9.5 persen. Jumlah kunjungan wisman di benua ini masih didominasi oleh tiga negara, yaitu Afrika Selatan, Marocco, dan Tunisia yang mecapai 52.5 persen dari total kunjungan wisman ke Afrika. Devisa yang masuk ke Afrika melalui wisman menunjukkan adanya peningkatan yang tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisman tetapi juga peningkatan rata-rata pengeluaran mereka selama berkunjung ke Afrika. Jumlah devisa yang masuk pada tahun 2006 mencapai US$24.9 miliar meningkat menjadi US$ 29.1 miliar pada tahun 2007, dan US$30.6 miliar pada tahun 2008. Sementara rata-rata pengeluaran mereka per kunjungan dari tahun 2006 sampai 2008 adalah US$599.4, US$646.2 dan US$655.5. 4.1.4. Timur Tengah Pada tahun 2006 jumlah kunjungan wisman ke Timur Tengah mencapai 40.9 juta kunjungan dengan jumlah kunjungan terbesar terjadi di negara Mesir, yaitu 8.65 juta kunjungan. Sementara Arab Saudi dengan jumlah kunjungan wismannya sebesar 8.62 merupakan terbesar kedua. Namun pada tahun 2007 Arab Saudi telah menjadi negara yang terbanyak dikunjungi oleh wisman jika dibandingkan dengan negara yang ada di kawasan Timur Tengah. Jumlah tersebut sebanyak 11.5 juta kunjungan, sementara Mesir hanya mencapai 10.6 juta kunjungan. Secara keseluruhan kawasan ini tumbuh paling besar jika dibandingkan dengan benua lainnya, di mana pada tahun 2007 meningkat sebesar 14.0 persen 100 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 jumlah kunjungannya meningkat lagi dari 46.6 juta kunjungan menjadi 55.1 juta kunjungan atau meningkat 18.1 persen. Negara-negara dengan sumber daya alam minyak terbesar di dunia berada di kawasan Timur Tengah. Pendapatan per kapita beberapa negara Timur Tengah yang cukup tinggi karena adanya minyak bumi mendorong penduduknya untuk melakukan perjalanan dalam lingkup regional maupun internasional. Namun demikian jumlah wisatawan yang mengunjungi Timur Tengah pada tahun 2008 hanya mencapai 55.1 juta kunjungan atau 6.0 persen dari total kunjungan wisatawan dunia. Jumlah terbesar kunjungan wisatawan internasional di kawasan ini adalah negara Saudi Arabia di mana secara rutin setiap tahun dikunjungi oleh wisatawan yang melaksanakan ibadah haji dari berbagai belahan dunia. Jumlah tersebut mencapai 14.8 juta kunjungan atau 26.8 persen terhadap kunjungan wisatawan internasional di Timur Tengah dengan devisa sebesar US$9.7 miliar. Walaupun Mesir merupakan negara dengan jumlah kunjungan wisatawan internasional terbesar kedua yang mecapai 12.3 juta kunjungan, namun devisa yang tercipta di negara ini adalah yang terbesar dibandingkan negara lainnya, yaitu US$11.0 miliar atau 24.1 persen terhadap total devisa pariwisata yang ada di Timur Tengah. 4.1.5. Asia Pasifik Sebagai negara dengan wilayah terluas di dunia serta pertumbuhan ekonominya yang maju pesat, Cina juga berhasil menarik wismannya terbanyak di kawasan Asia Pasifik, mulai dari tahun 2006 sampai 2008 jumlah wisman yang berkunjung ke negara ini mencapai masing-masing 50.0 juta kunjungan, 54.7 juta 101 kunjungan, dan 53.0 juta kunjungan. Selain itu Hongkong yang merupakan bagian dari negara Cina menduduki peringkat ketiga dari sisi jumlah kunjungan wismannya yaitu 15.8 juta kunjungan pada tahun 2006, 17.2 juta kunjungan pada tahun 2007, dan 17.3 juta kunjungan pada tahun 2008. Malaysia dengan wilayah negara yang relatif kecil dengan berbagai promosi melalui media elektronik maupun media cetak berupaya menarik wisman sebanyak-banyaknya ke negara tersebut dengan motto ”Trully Asia”. Upaya ini cukup berhasil menarik kunjungan wismannya yang mencapai jumlah terbesar kedua setelah Cina. Namun demikian jumlah wisman yang dihitung oleh negara ini berbeda dengan konsep wisman yang telah ditentukan oleh UNWTO. Mereka memasukkan pelintas batas (border crosser) sebagai wisman sehingga jumlahnya menjadi over estimate, sementara negara lainnya pelintas batas tidak dimasukkan sebagai wisman. Indonesia yang mempunyai potensi pariwisata lebih banyak jika dibandingkan dengan Malaysia masih belum mampu menarik wisman lebih banyak untuk berkunjung ke berbagai obyek wisata yang menyebar di wilayah Indonesia. Hanya Bali yang menjadi ”icon” pariwisata Indonesia sudah cukup dikenal oleh banyak wisman. Namun beberapa tahun yang lalu dari segi keamanan masih mengkhawatirkan untuk dikunjungi dengan adanya bom yang membawa korban jiwa. Upaya pemulihan citra tentang Indonesia setelah peristiwa Bom Bali I sudah cukup mendongkrak kunjungan wisman ke Indonesia. Namun demikian terjadi kembali Bom di Bali pada tahun 2006 yang dikenal dengan Bom Bali II menambah citra keamanan di Indonesia menjadi menurun lagi. Minat wisman untuk berkunjung ke Indonesia menjadi berkurang. Ini ditunjukkan oleh 102 jumlah kunjungan wisman yang terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 4.9 juta kunjungan atau menurun 2.6 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5.0 juta kunjungan. Penurunan jumlah kunjungan wisman di Indonesia pada tahun 2006 ini tidak setajam penurunan yang terjadi pada tahun 2003 saat terjadinya Bom Bali I. Hal ini terjadi sebagai dampak pemulihan citra keamanan di Indonesia oleh pemerintah dengan memburu gembong teroris secara serius selain promosi melalui peningkatan event budaya dan pariwisata untuk menarik kunjungan wisman. Hasilnya mulai terlihat dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman pada tahun 2007 dan 2008 yang meningkat masing-masing sebesar 13.0 persen dan 13.2 persen. Pertumbuhan ini cukup menggembirakan karena melampaui pertumbuhan wisman Asia Pasifik yang mencapai 9.6 persen pada tahun 2007 dan 1.2 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 6.2 juta kunjungan yang memberikan kontribusi 3.4 persen terhadap total kunjungan wisman ke Asia Pasifik. Namun jika dilihat dalam konteks wisman dunia, kunjungan wisman ke Indonesia ini hanya memberikan kontribusi 0,68 persen. Jumlah devisa yang diperoleh Indonesia pada tahun 2008 mencapai US$7.4 miliar atau 3.6 persen dari jumlah devisa yang masuk ke Asia Pasifik yang mencapai US$206.0 miliar. Jika dibandingkan dengan devisa pariwisata dunia, Indonesia hanya memberikan kontribusi 0.72 persen dari US$1,020 miliar. 4.2. Pariwisata Internasional di Indonesia Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal 103 maupun faktor eksternal. Sebagai negara yang memiliki potensi pariwisata dengan keberagaman budaya, adat, dan obyek wisata menjadikan sektor ini sebagai salah satu penggerak ekonomi negara. Penduduk luar negeri yang datang ke Indonesia sebagai wisatawan bisa memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai salah satu kebijakan untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perekonomian adalah memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya. Implementasi dari kebijakan ini antara lain adalah meningkatkan sebanyak mungkin jumlah kunjungan wisman ke Indonesia diikuti dengan pengeluarannya selama mereka berada di Indonesia. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memperbaiki sarana dan prasarana pariwisata, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang pariwisata, dan meningkatkan intensitas promosi ke beberapa negara pasar pariwisata Indonesia. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pertama kali menembus angka 5 juta, yaitu 5.03 juta terjadi pada tahun 1996. Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah pada tahun ini adalah pemberian Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) kepada beberapa negara. Tahun berikutnya meningkat hanya 3 persen menjadi 5.19 juta kunjungan di mana pada pertengahan tahun ini terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia. Krisis ini berlanjut pada dua tahun berikutnya di mana jumlah kunjungan wisman menjadi di bawah 5 juta kunjungan. Penurunan drastis terjadi pada tahun 1998, yaitu dari 5.19 juta pada tahun 1997 menjadi 4.61 juta pada tahun 1998 atau turun 11 persen. Dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan 2007 jumlah kunjungan wisman diharapkan 5 juta kunjungan lebih setiap tahunnya. Namun demikian bom yang terjadi di pulau Bali pada tahun 2002 dan 2006 mengakibatkan anjloknya 104 jumlah kunjungan wisman menjadi di bawah 5 juta di tahun 2003 dan 2006. Penurunan ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang mengandalkan usahanya di sektor pariwisata yang semula sebagai faktor penggerak ekonomi masyarakat menjadi terganggu adanya peristiwa bom ini. Untuk mengatasi faktor keamanan yang disebabkan oleh teroris, pemerintah memperketat pengawasan terhadap lalu lintas penduduk antarwilayah khususnya yang menuju ke pulau Bali. Hal ini perlu dilakukan karena pulau Bali menjadi barometer pariwisata di Indonesia. Terpuruknya pariwisata di Bali sama dengan terpuruknya pariwisata Indonesia. Dengan rasa aman yang mulai pulih di pulau Bali maka kunjungan wisman ke Indonesia mulai meningkat kembali. Pada tahun 2007 jumlah wisman ke Indonesia mencapai 5.51 juta kunjungan atau meningkat 13 persen. Bahkan pada tahun berikutnya dengan peningkatan yang hampir sama dengan 2007, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia telah menembus angka 6 juta, tepatnya 6.23 juta. Secara rinci jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2008 paling banyak berasal dari Singapura, yaitu 22.41 persen dari 6.23 juta kunjungan. Dominasi ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya karena faktor geografis dan hubungan bisnis penduduknya antar dua negara. Berdasarkan kawasan, negara anggota ASEAN masih merupakan sumber utama wisman di Indonesia, kontribusi ini mencapai 44.82 persen. Wisman yang berasal dari Eropa juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan, yaitu 14.83 persen, sementara yang berasal dari Amerika dan Timur Tengah masing-masing sebesar 3.84 persen dan 1.08 persen. Banyaknya tenaga kerja Indonesia di Malaysia berdampak pada jumlah kunjungan wisman asal Malaysia ke Indonesia. Pada tahun 2008 jumlah wisman 105 asal Malaysia mencapai 1.12 juta kunjungan atau 17.92 persen dari jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia. Penyusunan disertasi ini dalam analisisnya dipilih 6 negara yang bisa mewakili beberapa kawasan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap kunjungan wisman. Selain Singapura dan Malaysia yang telah disebut di atas, empat negara lainnya yang dipilih adalah Jepang (8.77 persen), Australia (7.22 persen), Amerika Serikat (2.80 persen), dan Inggris (2.41 persen). Keenam negara ini telah memberikan kontribusi kunjungan wisman pada tahun 2008 sebesar 61.53 persen. 4.2.1. Wisatawan Mancanegara Singapura Singapura sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia dengan mudah dijangkau oleh penduduk antar kedua negara baik melalui udara maupun laut. Sejak tahun 1995 jumlah wisman asal Singapura yang berkunjung ke Indonesia selalu di atas 1 juta kunjungan. Puncaknya terjadi pada tahun 2004 dengan jumlah kunjungan 1.64 juta kunjungan. Adanya krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998 jumlah kunjungan wisman asal Singapura menurun 7.86 persen, yaitu dari 1.45 juta kunjungan pada tahun 1997 menjadi 1.33 juta kunjungan pada tahun 1998. Moda transportasi terbanyak yang digunakan penduduk Singapura menuju ke Indonesia adalah melalui pelabuhan laut Batam karena jarak terdekat antar dua negara. Salah satu daya tarik di pulau Batam awalnya karena adanya tempat judi. Namun setelah tempat-tempat judi tersebut diberantas maka mulai terjadi penurunan kunjungan wisman melalui Batam.Upaya untuk tetap menarik wisman dari luar negeri melalui pintu masuk Batam, khususnya wisman dari 106 Singapura maka pemerintah daerah Batam mengembangkan tempat olah raga golf sehingga penurunan wisman melalui Batam sudah mulai meningkat kembali walaupun tidak seperti saat tempat-tempat perjudian masih ada. Gambar 13. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Singapura, Tahun 19962008 Berdasarkan data tahun 2008 sebagian besar wisman asal Singapura berkunjung ke Indonesia dengan tujuan untuk berlibur, yaitu 59.86 persen dari 1.4 juta kunjungan. Wisman pada kelompok ini tidak hanya mengunjungi pulau Batam tetapi menyebar melalui pintu-pintu pasuk lainnya. Karena jaraknya yang cukup dekat dengan Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya, maka lama tinggal mereka adalah yang paling singkat. Pada tahun 2008 rata-rata lama tinggal mereka di Indonesia hanya 5.01 hari. Singkatnya tinggal di Indonesia wisman asal Singapura ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pengeluaran mereka selama melakukan perjalanan. Hal ini terlihat bahwa rata-rata pengeluaran wisman asal Singapura pada tahun 2008 107 mencapai US$818.07, sementara wisman asal Srilanka dengan rata-rata lama tinggal di Indonesia 7.65 hari, rata-rata pengeluarannya per kunjungan hanya mencapai US$783.35. Dengan jumlah penduduk yang tidak mencapai 5 juta dan pendapatan domestik brutonya yang tinggi, Singapura memang menjadi salah satu pasar utama pariwisata Indonesia.Tanpa adanya promosi yang intens pun jumlah mereka yang berkunjung ke Indonesia cukup banyak. Dari hasil Passanger Exit Survey sebagian besar wisman asal Singapura datang ke Indonesia bukan yang pertama kali, sementara informasi mereka tahu tentang Indonesia sebagian besar berasal dari teman atau keluarga mereka yang pernah mengunjungi Indonesia sebelumnya sehingga tanpa promosi pun akan terjadi ”gethok tular” antar mereka. Devisa yang masuk dari Singapura yang dibawa oleh wisman dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi yang dipengaruhi oleh jumlah kunjungannya maupun rata-rata pengeluarannya. Pada tahun 2004 jumlah devisa yang berasal dari Singapura mencapai US$752.94 juta dan menurun menjadi US$689.73 juta pada tahun 2005. Dalam hal ini penurunan devisa disebabkan oleh penurunan jumlah kunjungan wisman sementara rata-rata pengeluarannya meningkat, yaitu dari US$457.79 pada tahun 2004 menjadi US$507.78 pada tahun 2005. Pada tahun 2007 jumlah devisa yang diperoleh mencapai US$802.01 juta meningkat 12.7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya rata-rata pengeluaran mereka selama di Indonesia, sementara jumlah wismannya sendiri menurun 3.5 persen, yaitu dari 1.40 juta kunjungan menjadi 1.35 juta kunjungan. 108 Gambar 14. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Singapura Per Kunjungan, Tahun 1996 - 2008 Dalam upaya meningkatkan dampak ekonomi pariwisata internasional terhadap perekonomian Indonesia, jumlah devisa yang diterima menjadi lebih penting dibandingkan dengan jumlah kunjungannya. Sehingga upaya untuk lebih mendapatkan devisa yang maksimal bisa dilakukan dengan menyediakan fasilitas kepariwisataan yang beragam sehingga mereka akan tinggal di Indonesia lebih lama dengan pengeluarannya yang lebih besar jika dibandingkan dengan lama tinggal yang lebih pendek. 4.2.2. Wisatawan Mancanegara Malaysia Sebagai salah satu negara tertangga terdekat dengan Indonesia dan mempunyai kesamaan rumpun suku yang sama, Malaysia adalah sumber utama wisman terbesar kedua setelah Singapura. Jumlah kunjungan wisman asal Malaysia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terlihat dalam 109 Gambar 15 jumlah kunjungan wisman asal Malaysia pada tahun 1996 mencapai 393 ribu kunjungan meningkat menjadi 467 ribu pada tahun 2003. Mulai pada tahun 2005 meningkat cukup tajam sampai tahun 2008. Puncaknya terjadi pada tahun 2008 yang telah menembus lebih dari satu juta kunjungan. Gambar 15. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia, Tahun 1996 2008 Sejak krisis global yang terjadi pada tahun 1998 perekonomian Malaysia terus mengalami peningkatan. GDP negara ini mencapai US$78.7 miliar pada tahun 1998 dan meningkat menjadi US$152.7 miliar pada tahun 2008. Peningkatan pada periode tersebut yang terendah adalah 0.52 persen pada tahun 2001 dan tertinggi 13.30 persen pada tahun 2007. Salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Malaysia adalah ekspornya. Namun demikian peningkatan ekspor Malaysia juga diikuti dengan peningkatan impor tetapi dari sisi neraca perdagangan Malaysia masih tetap mengalami surplus. Pada tahun 2003 ekspor Malaysia mencapai US$112.4 miliar dan meningkat 110 menjadi US$178.1 miliar pada tahun 2008 dengan peningkatan berkisar antara 4.48 persen sampai dengan 15.20 persen yang terjadi pada tahun 2004. Di sisi lain impor Malaysia pada kurun waktu yang sama juga mengalami peningkatan berkisar antara 1.37 persen sampai 19.97 persen yang terjadi pada tahun 2008, yaitu dari US$132.1 miliar pada tahun 2007 menjadi US$158.4 miliar pada tahun 2008. Sebagai negara dengan penduduk yang relatif kecil dan pendapatannya yang cukup besar Malaysia memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak untuk membangun negaranya. Sebagai salah satu negara pengekspor komoditi crude palm oil (CPO) terbesar di dunia memerlukan banyak tenaga kerja di sektor perkebunan, selain di sektor konstruksi di mana Malaysia juga terus meningkatkan pembanguan infrastrukturnya. Salah satu sumber tenaga kerja asing di Malaysia adalah berasal dari Indonesia. Dengan banyaknya tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang menetap lebih dari 6 bulan menjadikan salah satu sumber devisa pariwisata Indonesia. Saat warga negara Indonesia yang telah menjadi penduduk Malaysia pulang ke Indonesia mereka dicatat sebagai wisman sesuai dengan konsep UNWTO. Ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah kunjungan wisman asal Malaysia pada dekade tahun 2000an. Tetapi wisman asal Malaysia yang berkebangsaan Malaysia juga terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan warga negara Malaysia. Sejalan dengan perkembangan jumlah kunjungan wisman asal Malaysia yang mengalami fluktuasi naik turun maka jumlah devisa yang masuk ke Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang positif maupun negatif, demikian 111 juga halnya dari sisi pengeluaran mereka per kunjungan selama berada di Indonesia. Jumlah devisa pariwisata asal Malaysia pada tahun 1999 US$195.78 juta atau mengalami penurunan 12.32 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena jumlah wisman asal Malaysia yang berkunjung ke Indonesia menurun 10.45 persen dan pengeluaran mereka juga menurun dari US$454.23 per kunjungan menjadi US444.75 atau menurun 2.09 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah devisa terbesar dari Malaysia terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar US$765.30 juta atau meningkat 46.52 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini selain dipicu oleh peningkatan jumlah kunjungan wisman tetapi juga oleh pengeluaran mereka selama berada di Indonesia yang masing-masing meningkat sebesar 25.37 persen dan 16.87 persen. Rata-rata Pengeluaran Wisman Asal Malaysia Per Kunjungan Tahun 1996 – 2008 1000 900 828.03 800 870 698.13 700 US$ 600 526.81 589.05 500 400 684.86 616.01 454.23 444.75 482.61 585.99 511.58 474.8 300 200 100 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 16. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia Per Kunjungan, Tahun 1996 - 2008 112 4.2.3. Wisatawan Mancanegara Jepang Jepang adalah salah satu negara maju di Asia maupun dunia, merupakan suatu negara kepulauan dengan jumlah sekitar 6,800 pulau dengan 5 pulau besar yaitu Hokkaido, Hanshu, Shikoki, Kyushu dan Okinawa. Luas wilayah negara ini mencapai 377,930 kilometer persegi dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 mencapai 127.97 juta jiwa, yang merupakan penduduk yang terbanyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Jepang selama kurun waktu dua puluh tahun terakhir selalu meningkat dengan peningkatan di bawah 1 persen, hal ini menggambarkan keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk. Semenjak sebelum krisis terjadi sampai dengan tahun 1998, nilai ekspor negara Jepang cenderung mengalami peningkatan, hanya pada tahun-tahun tertentu nilai ekspor menurun. Pada saat krisis tahun 1998 dan 1999 nilai ekspor mengalami penurunan masing-masing sebesar 0.58 persen dan 6.11 persen. Nilai ekspor sempat mengalami peningkatan di tahun 2000 namun kembali menurun pada tahun berikutnya. Setelah itu nilai ekspor terus mengalami peningkatan dengan peningkatan tertinggi terjadi pada 2006 yang mencapai 15.17 persen. Pada tahun 2007 nilai ekspor mencapai angka 82.4 triliun yen Jepang yang berarti meningkat 8.91 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat volume ekspor sejak tahun 2000, volume ekspor cenderung mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2001 volume ekspor mengalami penurunan. Nilai impor barang dan jasa ke Jepang selama sebelum krisis ekonomi cenderung berfluktuasi dengan nilai impor terbesar pada tahun 1997 yaitu sebesar 40.96 triliun yen Jepang. Pada saat krisis nilai impor turun cukup tinggi yaitu 113 sebesar 10.51 persen dan turun lagi sebesar 3.77 persen pada tahun 1999. Setelah itu nilai impor cenderung meningkat dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yang mencapai 18.57 persen, antara lain akibat meningkatnya volume impor. Volume impor pada tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun kalau dilihat nilainya, akan terjadi peningkatan nilai impor hingga mencapai 72.85 triliun yen Jepang. Kunjungan Wisman Asal Jepang Tahun 1996 – 2008 800 706.94 700 Ribuan Kunjungan 606.1 600 665.71 615.72 611.31 643.79 546.71 620.72 500 400 517.88 469.41 508.82 463.09 419.21 300 200 100 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 17. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Jepang, Tahun 1996 2008 Pada tahun 2007 jumlah wisatawan asing (wisman) asal Jepang yang berkunjung ke Indonesia mencapai 508 820 orang (9.24 persen). Angka ini meningkat 21.38 persen dibandingkan keadaan tahun 2006 yang mencapai 419 213 orang. Jumlah wisman asal Jepang yang berkunjung ke Indonesia terbanyak terjadi pada tahun 1997 yang mencapai 706 942 orang atau 13.63 persen dari total wisman yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 2007 wisman asal Jepang sebagian besar masuk ke Indonesia melalui bandara Ngurah Rai yang mencapai 114 hampir 70 persen dari total wisman Jepang. Berlibur adalah tujuan utama mereka datang ke Indonesia (77.65 persen) dengan Bali sebagai daerah tujuan wisatanya. Dilihat karakteristiknya, wisman asal Jepang didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan, pada kelompok umur 25-34 tahun, dengan pekerjaan utama sebagai sales/karyawan/teknisi dan selama di Indonesia mereka tinggal di akomodasi. Rata-rata pengeluaran wisman asal Jepang selama di Indonesia pada tahun 2007 sebesar US$741 dengan rata-rata lama tinggal 6.13 hari. 4.2.4. Wisatawan Mancanegara Australia Secara geografis letak Australia lebih dekat ke Indonesia jika dibandingkan dengan Amerika, Eropa maupun Afrika. Kedekatan ini menjadikan Australia sebagai salah satu petensi pasar utama Indonesia di sektor pariwisata dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan diikuti dengan peningkatan pendapatan. Mulai dari tahun 1984 jumlah kunjungan wisman Australia ke Indonesia terus mengalami peningkatan. Puncaknya terjadi pada tahun 1997, yaitu sebanyak 539 ribu kunjungan atau lima kali lipat lebih jika dibandingkan dengan kunjungan pada tahun 1984. Terjadinya krisis ekonomi yang berlanjut dengan krisis multidimensi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak pada kunjungan wisman ke Indonesia, khususnya wisman asal Australia. Pada tahun ini jumlah kunjungan wisman asal Australia turun drastis sebesar 26.82 persen, yaitu dari 539 ribu kunjungan menjadi 395 ribu kunjungan pada tahun 1998. Upaya pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa terus dilakukan semenjak terjadinya krisis ekonomi baik melalui 115 promosi langsung di negara asal wisman maupun melalui media elektronik. Pada tahun 1999 telah mulai nampak hasilnya, salah satunya adalah meningkatnya kembali jumlah kunjungan wisman asal Australia. Pada tahun ini jumlah kunjungan wisman asal Australia meningkat sebesar 34.64 persen, yaitu dari 395 ribu kunjungan menjadi 531 ribu kunjungan. 600 539.16 531.21 Ribuan Kunjungan 500 450.18 459.99 400 380.48 300 200 406.39 397.98 394.54 391.86 346.25 314.43 268.54 226.98 100 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 18. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Australia, Tahun 1996 2008 Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia mengalami pasang surut terutama dengan lepasnya propinsi Timor Timur menjadi negara sendiri melalui proses referendum di mana Australia menjadi salah satu negara yang mendukung dilakukannya referendum yang berujung pada lepasnya propinsi termuda di Indonesia pada waktu itu untuk menjadi negara yang berdaulat. Hubungan antar dua negara ini berpengaruh terhadap kunjungan wisman asal Australia ke Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2003 jumlah wisman asal Australia terus mengalami penurunan. Puncaknya terjadi pada tahun 2003 di mana 116 pada bulan Oktober 2002 terjadi Bom Bali I yang dilakukan oleh kelompok teroris dengan korban terbanyak wisman asal Australia. Sementara pada tahun 2002 sendiri dampaknya belum begitu terasa karena hanya terjadi di dua bulan terakhir tahun tersebut. Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh sektor pariwisata mengalami kelesuan ekonomi yang cukup mendalam dengan adanya peristiwa Bom Bali ini. Upaya pemerintah dengan mendirikan crisis center berkaitan dengan Bom Bali I ini adalah untuk meyakinkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia akan menjamin keamanan di pulau Bali baik kepada warga negara Indonesia sendiri maupun warga negara asing. Guna mendongkrak perekonomian Bali diawali dengan promosi kepada penduduk Indonesia untuk berwisata ke Bali bahwa situasi di pulau Bali telah aman untuk dikunjungi. Pada tahun 2004 upaya pemerintah ini cukup memberikan dampak yang positif terhadap jumlah kunjungan wisman ke Bali. Wisman asal Australia yang berkunjung ke Indonesia melalui pintu masuk bandara Ngurah Rai di Bali adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan wisman dari negara lainnya. Sehingga peristiwa Bom Bali I ini banyak mengurungkan minat wisman asal Australia untuk mengunjungi Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Namun keindahan alam dan budaya di Bali yang menjadi daya tarik utama mereka menjadi salah satu pendorong untuk tetap berkunjung ke Bali. Mereka juga menyadari bahwa kejadian serupa bisa terjadi di mana saja. Pada tahun 2004 jumlah wisman asal Australia menjadi 406 ribu kunjungan atau meningkat 51.33 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 117 Jumlah kunjungan wisman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keamanan di negara yang akan dikunjungi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti adanya wabah penyakit. Pada tahun 2005 muncul wabah penyakit flu burung di kawasan Asia Tenggara sehingga banyak wisman dari berbagai negara untuk menunda atau mengalihkan perjalanannya ke negara yang tidak terkena wabah tersebut. Salah satu akibatnya adalah menurunnya jumlah kunjungan wisman asal Australia ke Indonesia yang menurun menjadi 392 ribu kunjungan atau turun 3.57 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dampak ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan faktor keamanan saat terjadinya bom beberapa tahun sebelumnya. 1,800.00 1,661.55 1,484.34 1,600.00 1,383.59 1,400.00 1,257.73 1,200.00 US$ 1,194.74 1,330.31 1,295.33 1,154.74 1,264.29 1,114.15 1,136.32 1,000.00 800.00 1,196.98 946.89 600.00 400.00 200.00 0.00 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 19. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Australia Per Kunjungan, Tahun 1996 - 2008 Pemerintah Indonesia dalam memerangi teroris terus dilakukan. Dengan tertangkapnya gembong teroris Dr. Ashari yang berkewarganegaraan Malaysia cukup melegakan pemerintah Indonesia walaupun tangan kanan Dr. Ashari, yaitu Noordin M. Top masih lolos dari penangkapan. Nampaknya intensitas teror ini 118 belum mereda karena kepemimpinan Dr. Ashari masih dilanjutkan oleh Noordin M. Top yang juga warga negara Malaysia. Ini terbukti bahwa pada tahun 2006 terjadi peristiwa Bom Bali II yang diotaki oleh Noordin M. Top sehingga wisman asal Australia turun kembali menjadi 227 ribu kunjungan yang merupakan jumlah terendah sejak tahun 1996. Berbagai upaya pemerintah untuk menangkap teroris tersebut terus dilakukan seiring dengan upaya pemulihan citra pariwisata Indonesia di mata internasional. Upaya ini mulai menampakkan hasilnya dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman asal Australia pada tahun 2007 dan 2008 berturut-turut menjadi 314 ribu orang dan 450 ribu orang. Salah satu tujuan mendatangkan wisman ke Indonesia adalah pemasukan devisa melalui uang yang dibelanjakan selama mereka berada di Indonesia. Selama periode 1996 sampai dengan 2008, rata-rata pengeluaran terendah wisman Australia yang berkunjung ke Indonesia terjadi pada tahun 2002 yaitu US$956.89 per kunjungan, sementara yang tertinggi mencapai US$1,661.55 terjadi pada tahun 2001. Fluktuasi tinggi rendahnya pengeluaran wisman ini tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap US$ tetapi juga dipengaruhi oleh lama tinggal mereka selama berada di Indonesia. Semakin lemah mata uang rupiah terhadap US$ akan semakin kecil uang yang mereka belanjakan karena harga di Indonesia menjadi lebih murah jika pembayarannya menggunakan mata uang US$. Sementara itu semakin lama mereka tinggal di Indonesia akan semakin besar pengeluaran mereka. 4.2.5. Wisatawan Mancanegara Amerika Serikat Jumlah kunjungan wisman asal Amerika Serikat ke Indonesia mulai sebelum krisis ekonomi global tahun 1996 sampai dengan tahun 2008 mengalami 119 pasang surut. Pada tahun 1996 jumlah wisman asal Amerika Serikat mencapai 197.92 ribu kunjungan menurun menjadi 171.71 ribu kunjungan pada tahun 1997 di mana pada pertengahan tahun ini krisis ekonomi mulai melanda kawasan Asia. Krisis yang terus berkepanjangan sangat dirasakan oleh penduduk di kawasan ini khususnya di Indonesia. Ketidakpercayaan masyarakat Indonesia terhadap kepemimpinan rejim orde baru yang telah berkuasa 32 tahun memicu demonstrasi yang domotori oleh mahasiswa hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia untuk meminta agar pemerintah segera mengatasi krisis ini. Intensitas demonstrasi terus meningkat dengan mengerahkan semakin banyak mahasiswa dan masyarakat. Puncaknya terjadi pada bulan Mei 1998 di mana terjadi penembakan oleh aparat terhadap mahasiswa yang memakan korban jiwa. Demonstrasi oleh mahasiswa yang ditujukan untuk meminta pemerintah agar segera menstabilkan perekonomian negara ternyata banyak ditunggangi oleh beberapa warga yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadilah kerusuhan dan penjarahan harta masyarakat yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Dengan situasi keamanan yang semakin mengkhawatirkan, para demonstran menuntut agar rejim orde baru segera mundur dengan menduduki gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) supaya MPR segera mengadakan sidang istimewa. Berita tentang kerusuhan dan penjarahan ini bisa dengan mudah diakses oleh penduduk luar negeri melalui media elektronik sehingga mereka tahu persis tentang situasi keamanan di Indonesia. Hal ini memberikan dampak negatif terhadap pariwisata Indonesia yang sedang berupaya terus untuk meningkatkan jumlah kunjungan wismannya dari luar negeri. Warga Amerika Serikat yang sangat mengutamakan keamanan dalam melakukan perjalanannya ke luar negeri 120 mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisman asal Amerika Serikat ke Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun ini jumlah wisman Amerika Serikat turun 14.4 persen yaitu dari 171.71 ribu kunjungan pada tahun 1997 menjadi 150.04 ribu kunjungan pada tahun 1998. Ribuan Kunjungan 250 200 197.92 177.87 171.71 151.76 150 176.38 174.33 153.27 160.98 155.65 157.94 150.04 130.28 130.96 100 50 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 20. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat, Tahun 1996 - 2008 Secara ekonomi kerusuhan pada tahun 1998 tidak hanya memakan korban jiwa serta eksodus warga keturunan ke luar negeri yang cukup banyak tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar dengan banyaknya kerusakan bangunan yang terbakar maupun dirusak oleh masyarakat yang sudah marah karena harga barang yang melambung cukup tinggi. Setelah rejim orde baru diganti dengan rejim reformasi pada tahun 1999 situasi keamanan mulai bisa terkendali. Jumlah wisman asal Amerika Serikat pada tahun 1999 sampai dengan 2001 terus meningkat. Namun dengan kejadian Bom Bali I pada akhir tahun 2002 wisman asal Amerika Serikat ini menurun secara berturut-turut 121 pada tahun 2002 dan 2003 yaitu dari 177.87 ribu kunjungan pada tahun 2001 menjadi 160.98 ribu kunjungan pada tahun 2002 dan 130.28 ribu kunjungan pada tahun 2003. Untuk memulihkan citra keamanan di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya pemerintah berusaha keras menangkap jaringan teroris yang ada di Indonesia. Setelah para pelaku Bom Bali I tertangkap dan dijatuhi hukuman mati situasi keamanan mulai kondusif. Jumlah wisman asal Amerika Serikat yang berkunjung ke Indonesia mulai meningkat lagi pada tahun 2004 dan 2005 masingmasing menjadi 153.27 ribu kunjungan dan 157.94 ribu kunjungan. Namun demikian ternyata jaringan teroris di Indonesia masih terus bergentayangan dan mengancam keselamatan siapa saja baik penduduk Indonesia maupun wisman saat mereka melakukan teror dengan bom. Pada tahun 2006 terjadilah Bom Bali II yang juga memakan korban jiwa wisman dari beberapa negara namun dengan jumlah korban yang lebih sedikit dibanding dengan bom Bali I. Peristiwa ini juga berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisman asal Amerika Serikat, yaitu menjadi 130.96 kunjungan. Upaya penumpasan jaringan teroris yang tidak ada surutnya oleh pemerintah Indonesia disertai dengan promosi events pariwisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisman mulai terlihat dampaknya pada tahun 2007 dan 2008 di mana jumlah kunjungan wisman dari Amerika Serikat menjadi 155.65 ribu kunjungan dan 174.33 ribu kunjungan. Pengeluaran wisman Amerika Serikat selama mereka berkunjung ke Indonesia juga mengalami fluktuasi yang hampir sama dengan jumlah kunjungannya. Rata-rata pengeluaran per kunjungan terendah dalam kurun waktu 122 1996 sampai dengan 2008 terjadi pada tahun 1998, yaitu US$1,141.41 di mana saat itu nilai tukar rupiah adalah yang paling lemah dalam kurun waktu yang sama. Pada tahun 1999 nilai tukar rupiah mulai menguat dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungannya mulai meningkat pada tahun 1999 sampai 2001 masing-masing US$1,164.02, US$1,298.04, dan US$1,595.71. Pada tahun 2002 dan 2003 rata-rata pengeluaran wisman per kunjungannya menurun sejalan dengan penurunan jumlah kunjungan. Penurunan ini terjadi karena mereka tinggal di Indonesia lebih singkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 1,800.00 1,600.00 1,400.00 US$ 1,200.00 1,000.00 1,675.41 1,595.71 1,462.74 1,493.35 1,591.23 1,310.47 1,164.02 1,141.41 1,413.49 1,419.93 1,333.94 1,298.04 1,195.25 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 21. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat Per Kunjungan, Tahun 1996 - 2008 Penurunan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang diikuti dengan peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan yang lebih cepat, secara 123 ekonomi masih menguntungkan jika dilihat dari jumlah devisa yang masuk. Namun demikian jika peningkatan jumlah wisman diikuti pula dengan peningkatan pengeluaran per kunjungan akan sangat menguntungkan negara dari sisi pemasukan devisa. Hal ini terjadi pada wisman asal Amerika Serikat yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2004 dan 2005, jumlah wisman meningkat dan rata-rata pengeluarannya juga meningkat menjadi US$1,310.47 dan US$1,333.94, sementara pada tahun 2006 jumlah wisman menurun tetapi pengeluaran per kunjungannya meningkat menjadi US$1,462.74. Rata-rata pengeluaran tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu US$1,675.41 walaupun pada tahun ini terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat. 4.2.6. Wisatawan Mancanegara Inggris Walaupun tidak masuk dalam kelompok negara European Community (EC) dangan mata uang yang berbeda dengan EC, Inggris memberikan kontribusi kunjungan wisman terbesar pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan negara anggota EC, yaitu 18.65 persen. Pada tahun 1996 jumlah kunjungan wisman asal Inggris baru mecapai 145.27 ribu kunjungan. Krisis 1997-1998 yang terjadi di Indonesia hanya berpengaruh sedikit terhadap penurunan jumlah kunjungan wisman asal Inggris ini. Pada tahun tersebut turun masing-masing 2.14 persen dan 3.21 persen. Penurunan drastis terjadi karena dampak Bom Bali I dan II, yaitu masing-masing 38.21 persen dan 32.64 persen. Bahkan kunjungan wisman asal Inggris terendah selama 1996 sampai 2008 terjadi pada tahun 2003 setelah peristiwa Bom Bali I, yaitu sebesar 98.92 ribu kunjungan. 124 200 189.03 Ribuan Kunjungan 180 160 140 120 163.9 142.16 145.27 150.41 138.3 161.66 160.08 113.58 137.6 121.6 100 110.41 98.92 80 60 40 20 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 22. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Inggris, Tahun 1996 2008 Dampak krisis global yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 juga berpengaruh terhadap perekonomian Inggris. GDP negara ini mengalami penurunan hingga 6.52 persen jika dibandingkan pada tahun 2007. Sementara itu komponen GDP yang mengalami penurunan terbesar adalah investasi, yaitu 11.97 persen. Konsumsi yang memberikan kontribusi terbesar dalam GDP Inggris mengalami penurunan 6.32 persen. Dalam menghadapi krisis ini pemerintah Inggris menerapkan kebijakan fiskal dengan mengurangi pengeluaran pemerintah sebesar 5.27 persen yang merupakan persentase penurunan terendah jika dibandingkan dengan komponen GDP lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi krisis global. 125 1,600.00 1,452.55 1,456.84 1,504.78 1,400.00 1,284.36 1,179.65 1,350.13 1,200.00 1,175.32 1,164.87 US$ 1,000.00 1,067.03 1,246.45 1,354.18 1,169.95 1,087.22 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 23. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Inggris Per Kunjungan, Tahun 1996 -2008 Terjadinya krisis global juga berdampak pada jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi jumlah devisa yang mengalir ke Indonesia. Devisa yang dibawa oleh wisman asal Inggris pada tahun 2008 mencapai US$219.13 juta atau meningkat sebesar 33.11 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan yang cukup besar ini selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kunjungan wisman tetapi juga disebabkan oleh peningkatan pengeluaran wisman per kunjungannya, yaitu US$1,354.18 pada tahun 2007 menjadi US$1,456.84 pada tahun 2008. Sementara itu pada tahun 2006 saat terjadinya Bom Bali I pengeluaran wisman asal Inggris ini mengalami peningkatan sebesar 6.54 persen jika dibandingkan dengan tahun 2005. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang berkaitan dengan keamanan 126 yang tidak kondusif akan berpengaruh terhadap penurunan jumlah kunjungan wisman, sementara pengeluaran per kunjungannya tidak selalu terpengaruh.