II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Motif 1. Pengertian

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Motif
1. Pengertian Motif
Secara
morfologi,
dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
memberikan pengertian motif dan motivasi yaitu,
“Motif”
merupakan kata benda yang artinya “pendorong”, sedangkan
“Motivasi” adalah kata kerja yang artinya “mendorong”. Dengan
kata lain, motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi merupakan
dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu
dalam
mencapai
suatu
tujuan
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php/akses
tertentu.
pada
tanggal
17/10/2013/07:15pm)
Menurut Davidoff (1991:4), motif atau motivasi dipakai untuk
menunjukan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari
adanya suatu kebutuhan yang mengaktifkan atau membangkitkan
perilaku untuk memenuhi kebutuhan tadi.
Sedangkan
Sardiman
(2007: 73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya
12
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Berdasarkan definisi
dari beberapa pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan, bahwa motif merupakan suatu pengertian yang
mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku
manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Motif-motif manusia
dapat bekerja secara sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri
manusia. Dalam perilaku remaja hedonis memiliki dorongan untuk
mengikuti rasa emosional semata dan ada juga secara refleks
melakukan hal tersebut karena adanya dorongan dari luar, pengaruh
lingkungan
pergaulan
menuntut
mereka
untuk
memikirkan
kesenangan tanpa memikirkan dampak dan resikonya kelak. Melalui
penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memberikan pengarah dan
pemahaman tentang motif atau kebutuhan yang dilakukan gaya hidup
remaja hedonis dalam berbusana.
13
2. Jenis-Jenis Motif
Setiap manusia memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan
tindakan sebagai
arah
tujuan hidupnya. Winardi
(1995:43),
memberikan pengertian motif sebagai keinginan yang terdapat pada
seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan. Adapun
faktor yang mempengaruhi motif seseorang adalah:
1. Kebutuhan-kebutuhan pribadi
2. Tujuan dan persefsi orang atau kelompok yang bersangkutan
3. Dengan cara apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan tersebut
akan direalisasikan
Berikut ini merupakan uraian Mc. Clelland (1967) mengenai jenisjenis motif yang ada pada manusia sebagai faktor pendorong dari
prilaku manusia, yaitu :
1. Motif Fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis umumnya berakar pada keadaan
jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,
dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar.
Dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk
melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Motif ini
sering disebut juga sebagai motif dasar (basic motives) atau motif
primer (primary motives), karena motif atau dorongan ini
berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan.
2. Motif Sosial
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan
sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Motif ini
dipelajari dalam kelompok sosial (social group), walaupun
menurut Kunkel dalam diri manusia ada dorongan alami
berhubungan dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk
berhubungan dengan orang lain itu berbeda-beda, maka dengan itu
memahami motif sosial adalah hal yang paling penting agar kita
mendapatkan gambaran tentang perilaku individu dan kelompok.
McClelland membedakan motif sosial dalam (1) motif berprestasi
(achievement motivation) atau juga disebut need for achievement
14
(n-achievement); (2) motif berafiliasi atau juga disebut kebutuhan
afiliasi; (3) motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa.
3. Motif Eksplorasi dari Woodworth dan Marquis
Eksplorasi ini adalah motif ingin tahu (curiousity motive). Pada
dasarnya manusia terdorong ingin mengetahui tentang segala
sesuatu yang ada disekitarnya, disamping itu juga adanya motif
untuk mendapatkan perubahan dari stimulasi sensoris.
Menurut Woodworth dan Marquis (1957) terdapat adanya
bermacam-macam motif, yaitu (1) motif yang berkaitan dengan
kebutuhan organis; (2) motif darurat (emergence motive); dan (3)
motif objektif dan minat (interest).
4. Motif kompetensi (competance motive)
Motif kompetensi ini ialah berkaitan dengan motif intrinsik, yaitu
kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan sendiri
dalam kaitan dengan lingkungannya.Disebut intrinsik karena
tujuannya ialah perasaan internal mengenai kompetensi dan selfdeterminasi.
5. Motif aktualisasi diri (self-actualization) dari Maslow
Motif aktualisasi diri merupakan motif yang berkaitan dengan
kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang
ada pada diri individu. Hal ini bervariasi dari orang satu dengan
yang lain. Seseorang ingin mengaktualisasi dibidang politik, yang
lain dalam bidang ilmu, sedangkan yang lain lagi dalam bidang
yangberbeda.Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah kebutuhan yang
tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow. Jika diurutkan kebutuhan tersebut, maka kebutuhan yang
paling tinggi adalah aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan
seperti kebutuhan akan prestige, sukses, dan harga diri; kebutuhan
belonging dan kasih sayang, seperti misalnya kebutuhan akan
afeksi, afiliasi, identifikasi, kebutuhan rasa aman, seperti tenteram,
teratur, kepastian; kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang
pertama dan utama, sedangkan kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang paling tinggi.
(http://dodidnurianto.blogspot.com/2010/06/jenis-jenis
motif
pada manusia.html/akses pada tanggal 6/08/2013/09:37pm)
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti memiliki pendapat sebagai
pisau analisanya dalam penelitian ini bahwa jenis motif di atas
merupakan suatu motif yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial
manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan dalam setiap tingkah
laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif dan berdasarkan jenis-
15
jenis motif yang dijelaskan saling berkaitan satu dengan yang lainya
juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial manusia.
B. Tinjauan Tentang Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja menurut Stanley Hall (2003:16), perkembangan remaja,
di anggap sebagai topan badai dan stress ( storm and stress ), karena
mereka ingin memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasip diri
sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang
individu yang memiliki rasa tanggung jawab tetapi kalau tidak
terbimbing, maka ia bisa menjadi seseorang yang tidak memiliki
masa depan yang baik.
Istilah remaja atau adolescence itu sendiri berasal dari kata latin
adolescere, yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Remaja mampu berfikir secara abstrak. Pemikiran mereka lebih
fleksibel dan dapat menyesuaikan diri sehingga remaja mulai
memperhatikan pendapat orang lain. Rasa ingin mandiri dan mencari
identitas diri terkadang membuat remaja melakukan petualangan
dengan mencoba hal-hal yang baru untuk membuat mereka diterima
dan dihargai oleh kelompok sebayanya (Hurlock, 1990:206).
16
Remaja adalah generasi yang menarik untuk di kaji karena banyak
dan rumitnya persoalan yang ada didalamnya. Sesuai yang
diungkapkan oleh Kunto (1999:87) bahwa remaja adalah generasi
yang paling mudah terpengaruh oleh era globalisasi atau era modern.
Pada saat ini dampak yang modernisasi telah banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sarwono (1988:24-25) yang menyatakan bahwa dalam proses
penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap pengembangan
remaja, yaitu :
a. Remaja Awal
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
b. Remaja Madya
Pada tahap ini remaja lebih membutuhkan kawan-kawan.
Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu, individu berada dalam kondisi
kebingungan.
c. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
17
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum
Berdasarkan dengan pernyataan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa
remaja adalah seseorang yang berada pada masa perkembangan dari
perubahan-perubahan fisik maupun psikologis menuju kedewasaan,
dimana pada masa remaja tersebut mengalami motivasi seksual, rasa
keingintahuan yang besar terhadap hal-hal baru, menginginkan suatu
sistem nilai atau kaidah yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, serta kebutuhan untuk mendapatkan identitas diri.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja. Masa remaja mempunyai
ciri
tertentu
yang
membedakan
dengan
periode
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992:113), antara lain :
sebelumnya,
18
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahanperubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya.
2. Masa
remaja
sebagai
periode
pelatihan.
Disini
berarti
perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap
sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda
dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang
mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan
akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya
dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan
demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang
baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu,
melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan
dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
19
7. Masa
remaja
sebagai
masa
dewasa.
Remaja
mengalami
kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan
pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minumminuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perilaku seks.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih kriteria remaja berusia 18-22
tahun, karena menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa
(1988:123) pada masa ini remaja dalam persiapan diri menuju
kedewasaan dan konsep diri. Pada usia ini umumnya terjadi pada akhir
SMU dan Universitas sampai individu mencapai persiapan dalam
kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan sosialnya,
memiliki identitas personal dalam relasinya dengan orang lain,
mengetahui peran sosial, sistem nilai, dan menentukan konsep diri
dalam hidupnya. Pada tahap ini, dalam berinteraksi dengan lingkungan
sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan
berusaha untuk dapat berinteraksi dengan banyak orang, sehingga
terkadang mudah dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang
baru dalam ruang lingkup pergaulanya agar mudah beradaptasi dan
diterima dalam kelompok sosial tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada masa remja
merupakan awal mula dimana penemuan dan perubahan baru dapat
cepat di tangkap oleh remaja, sehingga mereka mudah sekali
20
terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat semu. Dalam hal ini, peneliti
beranggapan bahwa penelitian ini akan berguna dalam mengungkap
fenomena-fenomena yang telah terjadi dalam ruang lingkup pergaulan
remaja sesuai dengan latar belakang masalah, dimana banyak sekali
remaja yang pada saat ini meniru gaya hidup hedonis khususnya dalam
hal berbusana yang mereka lihat dari lingkungan pergaulannya. Jenis
remaja yang dipilih dalam penelitian ini di lihat dari tingkat status
sosial, sifat konsumerisme yang dimiliki remaja dan lingkungan sosial
sebagai alat ukur atau indikator dalam penelitian.
Peneliti ingin
memberikan pengarahan dan pemahaman yang lebih relevan pada
remaja dalam fenomena gaya hidup hedonis dalam berbusana serta
mengetahui bagaimana proses gaya hidup hedonis ini terjadi
C. Hedonis pada Remaja
1. Konsep Hedonis dan Sosialita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, edisi ketiga. 2001),
Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan
kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Hedonisme
berasal dari bahasa Yunani “Hedone” yang berarti kesenangan,
hedonisme adalah pandangan moral bahwa hal yang baik hanya
kesenangan.
Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus
(341-270 SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM). Mereka
21
berdualah
yang dikenal
sebagai
perintis
paham
Hedonisme.
Sebenarnya, dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Bila
Aristippus lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad
seperti makan, minum, seksualitas, maka Epicurus lebih menekankan
kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia,
tenang batin, dan lain sebagainya. Namun, kedua-duanya berpendapat
sama yaitu kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang bersifat
privat atau pribadi. (http://eramadina.com/hedonisme-di-kalanganmahasiswa/akses pada tanggal 28/08/2013/3:45pm)
Menurut Susanto (2011:181), mendefinisikan hedonis sebagai sesuatu
yang dianggap baik bila mengandung kenikmatan bagi manusia.
Namun,
kaum
hedonis
memiliki
kata
kesenangan
menjadi
kebahagiaan.
Sedangkan sosialita menurut Inti Soebagio dalam Roesma (2013:363),
bahwa “socialite” diambil dari “social” dan “elite” yang selalu
mendapatkan pelayannan VVIP, sebagai kaum elite mereka tidak
perlu merasakan bekerja, berkeringat ataupun mengantri, kehadiran
merekapun dipuja dan diharapkan. Mereka memiliki prestasi dari segi
sosial seperti memiliki yayasan, tidak bermodalkan darah biru dan
keturunan bangsawan saja. Menurut (Gromada, 2009 : 78), seseorang
yang disebut sebagai sosialita juga dikaitkan dengan kemampuan
intelegensia yang tinggi dan terpelajar.
22
Berdasarkan penjelasan di atas, pada saat ini yang sangat
mempengaruhi gaya hidup hedonis adalah remaja, hampir di setiap
kota para remaja sekarang ini berlomba-lomba untuk menunjukan
bahwa dirinya bisa mengikuti mode berbusana yang sekarang sedang
menjadi trend. Dalam masalah berbusana para remaja masa kini selalu
dikaitkan dengan perkembangan zaman. Perilaku hedonis saat ini
sudah sangat melekat pada sebagian remaja, terutama remaja yang
tinggal dikota-kota besar. Dimana perilaku hidup seperti ini bersifat
negatif karena hanya mementingkan kenikmatan, kesenangan dan
kepuasaan yang semuanya bersifat duniawi.
Dengan demikian, Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang
mencari kesenangan seperti, banyak menghabiskan waktu diluar
rumah, lebih banyak bermain, senang membeli barang-barang yang
berharga mahal dan bermerek branded hanya mementingkan
kebutuhan pribadi di atas segalanya, berbeda dengan sosialita mereka
terlahir kaya yang dianut golongan kelas atas dengan membentuk
sebuah komunitas gaya hidup yang serba mewah dan disertai
kekayaaanya itu untuk kegiatan yang bersifat sosial seperti, berkecimpung
dalam dunia sosial dan membentuk sebuah yayasan sosial yang
bertujuan untuk membantu banyak orang yang berekonomi sulit atau
yang membutuhkan bantuan.
23
2. Karakteristik Remaja Hedonis
Karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis menurut
Swastha (1999:54) adalah suka mencari perhatian, cenderung impulsif,
kurang rasional, cenderung follower dan mudah dipengaruhi.
Sedangkan menurut Rahardjo dan Silalahi (2007:34) ada beberapa
karakteristik gaya hidup hedonis yaitu :
1. Pada umumnya hidup dan tinggal di kota besar, dimana hal ini
tentu saja berkaitan dengan kesempatan akses informasi, secara
jelas akan mempengaruhi gaya hidup.
2. Memiliki pandangan gaya instan, memperoleh sesuatu keinginan
atau tujuannya tanpa melalui proses dan menghalalkan segala cara
untuk mendapatkanya.
3. Menjadi pengejar modernitas fisik
4. Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi.
Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah
masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun
baginya itu tidak enak.
5. Memenuhi banyak keinginan- keinginan spontan yang muncul.
Dalam penjabaran benteng penahan kesenangan yang sangat
sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu harus segera
dipenuhi. Artinya, tidak ada pertimbangan secara luas sebelum
menentukan apakah keinganannya tersebut harus dipenuhi atau
tidak.
24
6. Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit
dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah
dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut.
7. Berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena
banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup.
8. Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalahmajalah
mode agar dapat mengetahui perkembangan mode
terakhir yang gampang diikuti.
9. Umumnya memiliki penampilan yang modis, dandy dan sangat
memperhatikan penampilan.
Pada dasarnya, setiap remaja berhak menentukan ke arah mana
mereka memilih tujuan hidupnya. Baik atau buruk perilaku setiap
remaja semua itu tergantung dalam diri individu mereka. Berikut ini
merupakan ciri-ciri remaja ideal yang tidak selalu termakan zaman
dengan gaya hidup hedonis :
1. Kreatif dan inovatif, tidak boleh mudah merasa puas akan
kelebihan yang ia miliki dan harus memiliki misi dalam hidupnya
untuk terus menjadi remaja yang lebih kreatif lagi.
2. Rasionalis dan realistis, tidak menjadi remaja yang terbawa arus
akan perkembangan zaman yang semakin modern, melainkan
menjadi remaja yang lebih keritis dan memiliki pendirian sendiri
dalam hidupnya.
25
3. Menjadi pioneer dan trendsetter, menjadi remaja yang menghargai
waktu dan kesempatan untuk menghasilkan kreasi-kreasi baru agar
dapat menjadi contoh banyak orang
4. Berani dan teguh akan pendirian, menjadi remaja yang memiliki
keberanian dan mental yang tidak mudah untuk dipatahkan
5. Positive thinking dan pantang menyerah, selalu berusaha dalam
kondisi apapun, jangan jadikan kegagalan sebagai suatu alasan
yang tidak mungkin bagi dirinya
6. Bersyukur dan menikmati hidup, menjadi remaja yang selalu
menerima situasi dan kondisi dalam dirinya, selalu menikmati dan
bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki
(http://rohisalkautsar.wordpress.com/2011/02/04/wowternyatakitasuda
hremaja/akses pada tanggal 20/10/2013/09:45pm)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
remaja yang memiliki gaya hidup hedonis bisa kita lihat dari berbagai
atribut yang suka mencari perhatian, mementingkan kualitas dalam
berbusana dibandingkan kualitas pengetahuan, pemikiranya kurang
rasional, cenderung follower dan mudah dipengaruhi. Karakteristik ini
dianggap sesuai dengan karakteristik yang dimiliki gaya hidup remaja
hedonis yang selalu meprioritaskan kesenangan semata.
26
D. Motif dan Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana
1. Motif Remaja Hedonis dalam Berbusana
Gaya hidup hedonis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang
diungkapkan oleh Branden (2001:11) yang mengungkapkan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis, antara lain :
a. Konsep diri.
Apa dan siapa sebenarnya diri kita baik secara sadar atau tidak
sadar, serta kekurangan dan kelebihan individu. Konsep diri
sangat berkaitan dengan sikap, karena konsep diri mempengaruhi
semua pilihan dan keputusan yang kita buat, dan dengan adanya
konsep diri akan membentuk ragam kehidupan yang akan
diciptakan untuk diri indvidu itu sendiri
b. Kepercayaan Diri
Adanya keyakinan terhadap diri sendiri yang dapat menolong
individu untuk mengambil keputusan.
c. Harga Diri
Akan membawa rasa percaya diri, sehingga individu dapat
mengambil keputusan untuk menentukan sikap.
Ungkapan tersebut didukung Menurut Soekanto Reksohadjiprojo dan
T. Hari Handoko (1992:52) mengemukakan bahwa motif dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Motif Internal, menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan
yang timbul dari dalam diri seseorang. Kekuatan ini akan
mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Keinginan yang membuat
dia senang, mengharapkan pujian atau penghargaan dari orang lain
dan memiliki kepuasan tersendiri tanpa paksaan dari pihak luar.
2. Motif Eksternal, menjelaskan karena adanya pegaruh-pengaruh
dari luar atau orang lain tentang kekuatan-kekuatan yang ada
dalam diri seseorang yang di pengaruhi oleh faktor interen.
Keinginan untuk sebuah eksistensi, terlihat lebih menarik dari
pada orang lain, gengsi, gank arena ikut-ikutan teman
pergaulannya.
Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan,
bahwa motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua
penggerak,
alasan,
atau
dorongan
dalam
diri
manusia
yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motif. Motif-motif manusia dapat bekerja secara
27
sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia. Dalam perilaku
remaja hedonis memiliki dorongan untuk mengikuti rasa emosional
semata dan ada juga secara refleks melakukan hal tersebut karena
adanya dorongan dari luar, pengaruh lingkungan pergaulan menuntut
mereka untuk memikirkan kesenangan tanpa memikirkan dampak dan
resikonya kelak. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk
memberikan pengarah dan pemahaman tentang motif atau kebutuhan
yang dilakukan gaya hidup remaja hedonis dalam berbusana.
2. Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana
Kata busana diambil dari bahasa Sansekerta ”Bhusana”, namun dalam
bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti busana menjadi padanan
pakaian. Menurut Ernawati (2008:31), busana merupakan segala
sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan
acesories) dan tata riasnya sedangkan pakaian merupakan bagian dari
busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan
busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh.
Perkembangan zaman yang semakin maju membuat remaja melakukan
kebiasaan dan perilaku yang modern, seperti dalam berbusana pada
remaja yang memiliki banyak perkembangan dalam setiap zamannya.
Dalam berbusana remaja hedonis memiliki motif tersendiri untuk
menentukan cara mereka mengaplikasikannya, remaja hedonis
28
biasanya memilih busana yang selalu terlihat lebih fashionable dan
selalu ingin tampil lebih menarik dalam lingkunganya.
Piliang (2004: 306), mengatakan bahwa fashion merupakan salah satu
bentuk
gaya
hidup
yang
dapat
dicoba,
dipertahankan,
atau
ditinggalkan. Kecenderungan pada trend busana baru lebih dimotifasi
oleh sebuah pemikiran bagaimana mengespresikan diri lewat pakaian
yang mereka pakai.
Gaya hidup sekarang ini sering disalahartikan oleh remaja, apalagi para
remaja yang berada dalam kota metropolitan. Berikut ini Novianti
Langgersari Elsari (2009:18), mengemukakan beberapa karakteritik
tentang gaya berbusana remaja hedonis :
1. Berusaha untuk memperbaharui penampilannya sesuai dengan
trend yang sedang berlaku (up date)
2. Mengutamakan
kualitas
produk
bermerek,
tanpa
memperdulikan harga produk tersebut
3. Memiliki sifat konsumtif yang berlebihan
4. Membeli
barang
kepentingan
hanya
karena
produk
bukan
karena
29
E. Landasan Teori
Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian
pemecahan
masalah
yang akan ditemukan pemecahannya melalui
pembahasan-pembahasan secara teoritis. Dalam penelitian ini, bila di
lihat dari permasalahan-permasalahan fenomena gaya berbusana di
kalangan remaja hedonis, peneliti memakai teori dari Abraham Maslow
(1943 - 1970).
Abraham Maslow (1998:158), menyatakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkan kebutuhan
dapat di kelompokan ke dalam jenjang (hirarki) tertentu. Kebutuhan itu
sendiri bergerak dari motivasi yang didasari oleh kebutuhan yang lebih
“rendah” ke arah motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
“tinggi”. Kebutuhan yang lebih rendah merupakan kebutuhan yang harus
lebih dahulu dipenuhi sebelum meningkat pada kebutuhan yang lebih
tinggi. Pengkelompokan yang di kemukakan Maslow adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (phishicological needs), yaitu kebutuhan dasar
seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar
lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman (sefty needs), yaitu jaminan kerja, jaminan
kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan
lainnya
30
3. Kebutuhan akan cinta kasih dan kebutuhan untuk memiliki dan di
miliki (belongness and love needs), yaitu rasa dicintai dan dimiliki
oleh keluarga, teman, sahabat dan kerabat
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) yaitu harga diri, rasa
percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai.
5. Aktualisasi diri (self aktualitation), yaitu kebutuhan akan kebebasan
bertingkah
laku,
tanpa
hambatan-hambatan
dari
luar
untuk
menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya
Berdasarkan teori Maslow peneliti menyimpulkan bahwa setiap manusia
memiliki kebutuhan masing-masing sesuai dengan kepentingannya.
Dalam fenomena ini dapat kita lihat bahwa perilaku remaja hedonis
kurang
memahami
mana
kebutuhan
yang
paling
penting
bagi
kehidupannya, bagi mereka dengan berbusana mahal dan selalu mengkuti
siklus perkembangan busana sesuai zaman, mereka akan terlihat lebih
menarik tanpa memikirkan apakah hal itu penting atau tidak bagi
kelangsungan hidupnya kedepan. Menurut remaja hedonis dengan
berbusana yang selalu mengikuti trend, mereka akan mudah masuk dan di
terima oleh kelompok-kelompok sosial tertentu, serta menjaga image
eksistensinya agar lebih menunjang di lingkungan pergaulannya.
31
F. Kerangka Berfikir
Gaya
hidup menggambarkan
“keseluruhan
diri
seseorang”
yang
berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002:8). Saat
ini yang rentan terpengaruh oleh gaya hidu adalah remaja, karena remaja
merupakan generasi yang menarik untuk dikaji dan banyak persoalan
yang ada di dalamnya. Lewin dan Calon ( dikutip Monks dkk, 1998:253)
mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu masa marjinal, remaja
belum memperoleh status dewasatetapi tidak lagi memiliki status anakanak.
Pada saat ini gaya hidup yang semakin marak terjadi di masa remaja yaitu
gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis merupakan pandangan hidup
yang hanya mencari dan memikirkan kebahagiaan sebanyak mungkin
sebagai tujuan hidup dan tindakan manusia. Dapat kita lihat banyak sekali
fenomena kehidupan remaja sekarang yang menyimpang dari aturanaturan yang ada, khususnya dalam berbusana. Hal disebabkan adanya
perkembangan
zaman
yang
semakin
moden,
sehingga
mudah
mempengaruhi masyarakat terutama remaja. Perkembangan busana yang
semakin pesat dan siklus mode berputar silih berganti seiring dengan
perkembangan zaman. Di dukung dengan perkembangan teknologi yang
semakin mengglobal, membuat gaya busana cepat berkembang, sehingga
mode yang sedang menjadi trend di negara lain dapat segera di adaptasi
oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja di bidang teknologi.
32
Menurut Susanto (2001:5), remaja yang memiliki kecenderungan gaya
hidup hedonis biasanya akan berusaha agar sesuai dengan status sosial
hedon, melalui gaya hidup yang tercermin dengan simbol-simbol tertentu,
seperti merek-merek yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan
segala sesuatu yang berhubungan serta dapat menunjukkan tingkat status
sosial yang tinggi.
Perilaku remaja hedonis pada dasarnya dalam bertindak dan melakukan
sesuatu memiliki motif. Motif merupakan suatu alasan atau dorongan
yang menggerakan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan
yang diinginkan, dan didalamnya terdapat motivasi sebagai daya gerak
yang
membangkitkan motif dalam mencapai kepuasan atau tujuan
hidupnya. Menurut Soekanto Reksohadjiprojo dan T. Hari Handoko
(1992:52) mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Motif Internal, menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan
yang timbul dari dalam diri seseorang. Kekuatan ini akan
mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Keinginan yang
membuat dia senang, mengharapkan pujian atau penghargaan dari
orang lain dan memiliki kepuasan tersendiri tanpa paksaan dari
pihak luar.
2. Motif Eksternal, menjelaskan karena adanya pegaruh-pengaruh
dari luar atau orang lain tentang kekuatan-kekuatan yang ada
33
dalam diri seseorang yang di pengaruhi oleh faktor interen.
Keinginan untuk sebuah eksistensi, terlihat lebih menarik dari
pada
orang
lain,
gengsi
dan
arena
ikut-ikutan
teman
pergaulannya.
Berdasarkan dengan adanya dua faktor internal dan eksternal tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja hedonis memiliki motif-motif
tertentu dalam bertindak sebagai tujuan hidupnya. Gaya berbusana
bagi remaja hedonis merupakan salah satu hal yang terpenting untuk
menunjukan eksistensi mereka dalam lingkungan pergaulannya,
dengan semakin up to date dan trendsetter cara berbusana mereka,
maka akan semakin tinggi pula tingkat eksistensinya. Mereka pun rela
mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membeli pakaian
berserta aksesorisnya yang cukup mahal dan bermerek, hanya untuk
menunjang penampilanya dalam bergaul. Dalam penelitian ini,
peneliti memiliki indikator sebagai alat ukur penelitian dalam gaya
berbusana di kalangan remaja hedonis. Indikator tersebut dapat dilihat
dari tingkat status sosial, sifat konsumerisme yang dimiliki remaja
hedonis tersebut, dan lingkungan sosial.
34
G. Bagan Kerangka Pikir
Remaja
Motif
Motif Internal
1. Mengharapkan Pujian
2. Kepuasaan Diri
3. Aktulalisasi Diri
Motif Eksternal
1. Lingkungan Sosial
2. Eksistensi Diri
3. Gengsi
Gaya Hidup
Gaya Berbusana
1. Memperbaharui penampilannya sesuai dengan trend yang sedang
berlaku (up date)
2. Mengutamakan kualitas produk bermerek
3. Memiliki sifat konsumtif yang berlebihan
4. Cenderung berbusana dan memakai aksesoris mahal
Remaja Hedonis
Gambar 2.1
Download