studi empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return saham

advertisement
STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND
BEVERAGES
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh
Roey Sandi
NIM: 105081002540
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010M
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa
:
Roey sandi
NIM
:
105081002540
Jurusan
:
Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 24 Maret 2010
(Roey Sandi)
2
STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND
BEVERAGES
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Roey Sandi
NIM : 105081002540
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj.Pudji Astuty,SE.,MM
Titi Dewi Warninda,SE.,MSi
NIP.031 106 5804
NIP.19731221 200501 2002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010M
3
STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND
BEVERAGES
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Roey Sandi
NIM : 105081002540
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj.Pudji Astuty,SE.,MM
Titi Dewi Warninda,SE.,MSi
NIP.031 106 5804
NIP.19731221 200502002
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM
Hemmy Fauzan,SE.,MM
NIP.19690203 200112 1003
NIP.19760822 200701 1014
4
Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah
diajukan Ujian Komprehensif atas nama Roey Sandi NIM :15081002540 dengan
judul Skripsi ”STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND
BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama N.SE.,MAB
Suhendra, S.Ag.,MM
Ketua
Sekretaris
Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM
Penguji Ahli
5
Skripsi ini kupersembahkan untuk keluargaku
tercinta dan orang-orang terdekatku
Yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup
anak-anaknya dalam iringan doa dan untaian kasih saying
serta memfasilitasi putra – putranya tanpa membeda-bedakan
dan selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
dari awal dan akhir yang penuh perjuangan dan pengorbanan.
Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberi dukungan anakanaknya demi kesuksesannya
Teman-temanku tercinta yang selalu membeikan dukungan
dan meluangkan waktuny pada saat aku memerlukan bantuan .
Serta Dosen Pembimbing yang sampai saat ini memberikan
jalan terang untuk tercapainya pembuatan skripsi ini
Terima kasih
Aku Sangat Menyayangi Kalian
6
ROEY SANDI
Jl.Juraganan 1. Rt 02/Rw 012 No.15
Kelurahan Grogol Utara Kebayoran Lama
Jakarta Selatan 12210
Email : [email protected]
HP
: 085691849757 / 087882242263
Tempat / Tanggal Lahir
Agama
Tinggi / Berat Badan
Status
: Yogjakarta, 17 September 1987
: Islam
: 176cm / 55kg
: Belum Menikah
Pendidikan Formal
Tahun
1993 - 1999
1999 – 2002
2002 – 2005
2005 - 2010
Lembaga Pendidikan
SDN Grogol Utara 08 Petang
SLTPN 16 Palmerah
SMU Negeri 29 Kebayoran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan
LULUS
LULUS
LULUS
IPK 3,14
Seminar dan Pelatihan
Tahun
2006
Bidang
Seminar Nasional Quo Vadis
Perekonomian Indonesia
Lembaga
BEMF FEIS UIN
Jakarta
Keterangan
Sertifikasi
Pengalaman Kerja
2008
: Koperasi Visiana Bakti TVRI
7
ABSTRACT
In decision making for investors must be careful to invest their fund at various
financial assets. Recently, Some companies that listed in Indonesia Stock
Exchange have already more abundant to many sectors like Trade Company,
Service Company, Investment, Property, Food and Beverage, and other sectors. In
this research are factors that influence return of stock investment like Debt to
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Asset (ROA), and
systematic risk then Economic Value Added (EVA) as moderating variable can
influence the relationship of DER, PER, ROA, and systematic risk to share return
in the period 2005 to 2008.
The objective of this research is to prove that factors above have strong effect
to share return and the purpose can be obtained.
The population of this research is food and beverage listed in Indonesian
Stock Exchange in 2005 to 2008 with the method of proportional random
sampling based on their kind of business. The analysis model applied is multiple
regression analysis. The data was analyzed by using EViews version 5.0.
The result of research shows that simultaneously independent variable of Debt
to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Return on Assets, systematic risk, and
Economic Value Added have significant effect to share return at the companies
taken as samples for the period of 2005 to 2008.
Key words : economic value added, food and beverage company, Indonesia
Stock Exchange
8
STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND
BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Roey sandi
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Dalam pengambilan sebuah keputusan para pemegang saham (investor) harus
lebih teliti untuk menginvestasikan dananya pada berbagai aset keuangan. Dewasa
ini beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah banyak dari
beberapa sektor dari industri perdagangan, jasa, investasi, Manufaktur, Properti,
makanan dan minuman dan lainnya. Dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi return saham seperti Debt to Equity Ratio (DER), Price
Earning Ratio (DER), Return On Asset (ROA), dan Beta serta bagaimana
pengaruh Economic Value Added (EVA) sebagai variabel moderat dapat
mempengaruhi hubungan DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham
tersebut periode 2005 sampai dengan 2008
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa faktor-faktor di
atas dapat berpengaruh terhadap return saham
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005 sampai dengan 2008 dengan
sampel diambil secara proporsional random sampling berdasarkan jenis usaha
yang akan diteliti. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Data diolah dengan bantuan EViews 5.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas Debt to
Equtiy Ratio, Price Earning Ratio, Return On Asset, dan beta berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Kata kunci : nilai tambah ekonomis, perusahaan makanan dan minuman,
Bursa Efek Indonesia
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat Beriring salam tak
lupa penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan
kita yang telah membimbing Ummatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis mencoba untuk mencari bukti empiris apakah rasio-rasio keuangan
dapat mempengaruhi return saham, serta apakah EVA dapat memperkuat faktorfaktor yang mempengaruhi itu terhadap return. Atas dasar itulah maka disusun
skripsi dengan judul : STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD
AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI), Penyusunan
skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk mencapai derajat Sarjana
Ekonomi jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak, penulisan hasil laporan penelitian ini tidaklah akan terwujud
dengan baik, karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan dan
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta, Ibu dan Ayah yang telah memberikan dukungan
moral dan materiil demi kebelangsungan pendidikan dan kesuksesan
anak-anaknya, serta untaian doanya selama ini,sehingga penulisan
skripsi ini dapat terlesaikan.
2. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid,MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial beserta Pembantu Dekan I,II,II Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof Dr.Ahmad Rodoni,MM, Pudek Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
10
memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan
skripsinya.
4. Bapak Indoyama N,SE.,MAB, Ketua Jurusan Manajemen yang telah
banyak
membantu
dan
mengingatkan
penulis
untuk
segera
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Leis Suzanawaty, SE.,M.Si, Sekretaris Jurusan Manajemen yang
telah membantu penulis secara administratif.
6. Ibu Dr.Hj.Puji Astuty,SE.,MM, Dosen Pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bantuan ,ilmunya, serta masukan-masukan secara
detail dalam penulisan skripsi kepada penulis hingga selesai.
7. Ibu Titi Dewi Warninda,SE.,M.Si, Dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmunya serta masukan
secara detail dalam penulisan skripsi kepada penulis hingga selesai.
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis selama berada di bangku kuliah.
9. Keluarga besar di Jakarta dan Jogjakarta, yang selalu memberi
dukungan untuk mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi
dan menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabatku yang suka hang out di Sky Gilang, kakak Juan, Juan,
Novriansyah, (Coky), Jessica, Mimi, Vadiel, Kaka dirga, Legita
wilmanda dan semua teman-temanku yang selalu mengiringi hidupku
serta Facebookers dan Twitters yang setia selama ini selalu
memberikan motivasi dan support supaya skripsi ini dapat terlesaikan.
11. Sahabatku Brianditya, Ferina “Erin”, Robin, Egy, Ncuz, Diyar, Yuli
Thea, dan Dumas, serta Ex Be Happy Management yang selalu
menemaniku dan memberi support dan doa agar skripsi ini dapat
terlesaikan.
12. Semua teman-temanku di Gemilang Management, dan mba Nini yang
dulu memberi semangatku dalam menjalankan kuliah, dan semoga
menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan Negara. Amin.....
11
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen angkatan 2005, Kak
Yusuf Ardy (Mr.Kocak), Enny Safitri (Si Pendiam), Lesda Mutiaroh
(Ms.Repot), Ibrahim Putra (Cianjur pisan), Rahmawati Apriliana
(Ms.Deborah), Faizah (Ms.Ngemil), Yeny Fauziah (Ms. Rumpi),
Muhibah (Ms.Lumpia), Susy Anggreini (Guruku Cantik Sekali),
Wisudowati Ayu Sugito (Ms. Brilliant), Ninol (Imut-Imut), Fitriawati
(Ms.Silent), Rina Apriliana (Ms.Molor), Selvina (Ms.Imut), Siti Qoriah
(Ibu O’i), Mia (Ustadzah Gaul), Mitha (Ibu Ustadzah), Nurjanah (Ibu
Mahasiswi), Polo (Sang Kapten), Bang Ridwan (Sang Ustad), Ahmad
Dahlan (Lelaki Tangguh), Idel (Mr.Ngeres), Andry, Uyet, Marcos, Ifin,
Rozak, Harry, Bang Wirawan, Iin, Q-Baqiah, Fauzi, Jody, Ustad, Here,
Atel, Feby dan semua alumni Manajemen Keuangan 6A dan
Manajemen D yang dulu sama-sama menjadi teman di bangku kuliah,
semoga kita sukses di masa depan, amin............
14. Serta teman-teman kecil ku dulu yang sampai saat ini mendukungku,
dan sahabatku di SMA Brian, dan Alumni Rohis SMU 29 yang selalu
memberi motivasi aku untuk menjalani hidup dan selalu ingat Allah.
Semua Pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih
atas dukungannya dan bantuan yang tulus serta doa yang diberikan penulis selama
ini demi kelancaran dalam pembuatan skripsi ini. Pada Akhirnya pada Allah SWT
semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun
materiil dengan balasan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga hasil
penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, khususnya
pribadi penulis, serta yang Maha Kuasa senantiasa memberikan taufik dan
hidayahnya kepada kita semua.
12
Amin ya rabbal’alamin..
Jakarta, 12 Maret 2010
Penulis
13
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GRAFIK
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi masalah
7
C. Batasan masalah
8
D. Perumusan Masalah
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
11
a. Pengertian Pasar Modal
13
b. Analisis Laporan Keuangan
14
c. Debt to Equity Ratio
15
d. Peranan Economic Value Added (EVA)
15
e. Return Saham
18
f. Price Earning Ratio
22
g. Return On Asset (ROA
23
B. Penelitian Terdahulu
24
C. Hubungan Antar Variabel
29
D. Kerangka Berpikir
31
E. Perumusan Hipotesis
33
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
36
B. Metode Penentuan Sampel
36
C. Metode Pengumpulan Data
39
D. . Metode Analisis
40
a. Menghitung Return
41
b. Menghitung Debt to Equity Ratio
41
c. Menghitung Price Earning Ratio
42
d. Menghitung Return On Asset
43
e. Menghitung Beta
44
f. Menghitung EVA
45
E. Operasional Variabel Penelitian
BAB IV
55
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
58
a. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
58
b. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
62
B. Analisis Variabel
77
a. Analisis Deskripsi Return Saham
78
b. Analisis Deskripsi Debt to Equity Ratio
82
c. Analisis Price Earning Ratio
85
d. Analisis Return On Asset
89
e. Analisis Deskripsi beta
92
f. Analisis Deskripsi Economic Value Added
96
C. Penemuan
99
a. Pengujian Model 1
99
1. Pengujian Asumsi Klasik
99
a) Uji Normalitas
100
b) Uji Autokorelasi
101
c) Uji Multikolinieritas
103
d) Uji Heteroskedastisitas
104
15
2. Pengujian Hipotesis
a) Uji t
105
b) Uji F
108
c) Uji Regresi Linier Berganda
109
b. Pengujian Model 2
111
1. Pengujian Asumsi Klasik
111
a) Uji Normalitas
112
b) Uji Autokorelasi
114
c) Uji Multikolinieritas
115
d) Uji Heteroskedastisitas
117
2. Pengujian Hipotesis
118
a) Uji t
118
b) Uji F
124
c) Uji Regresi Linier Berganda
126
D. Pembahasan
BAB V
105
128
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
134
B. Implikasi
135
C. Saran
136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
1
Daftar Perusahan
38
2
Return Saham
78
3
Debt To Equity Ratio
82
4
Price Earning Ratio
85
5
Return On Assets
89
6
Beta (Risiko Sistematik)
92
7
Economic Value Added (EVA)
96
8
Uji Autokorelasi
101
9
Uji Multikolineritas
103
10
Uji Heterokedastisitas
104
11
Uji Regresi Berganda
110
12
Uji Autokorelasi
114
13
Uji Multikolineritas
116
14
Uji Heterokedastisitas
117
15
Uji Regresi Berganda
126
17
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Hal
1.1
Return Saham Sebelum Transformasi
79
1.2
Return Saham Sesudah Transformasi
80
2.1
(DER) Sebelum Transformasi
83
2.2
(DER) Sesudah Transformasi
83
3.1
(PER) Sebelum Transformasi
86
3.2
(PER) Sesudah Transformasi
87
4.1
(ROA) Sebelum Transformasi
90
4.2
(ROA) Sesudah Transformasi
90
5.1
(Risiko Sistematik) Sebelum Transformasi
93
5.2
(Risiko Sistematik) Sesudah Transformasi
93
6.1
(EVA) Sebelum Transformasi
97
6.2
(EVA) Sesudah Transformasi
98
18
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
7
Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1)
100
8
Uji Normalitas Data (Pengujian Model 2)
113
19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005
i
2
Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006
ii
3
Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007
iii
4
Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
iv
5
Pengujian Menggunakan Eviews
v
6
Data Perusahaan Tahun 2005 (Setelah Transformasi LOG)
xii
7
Data Perusahaan Tahun 2006 (Setelah Transformasi LOG)
xiii
8
Data Perusahaan Tahun 2007 (Setelah Transformasi LOG)
xiv
9
Data Perusahaan Tahun 2008 (Setelah Transformasi LOG)
xv
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan lahan empuk bagi investor untuk menanamkan modal
untuk diinvestasikan dalam berbagai bentuk sekuritas. Sehingga tidak salah lagi
perusahaan berbagai aspek dan jenis menjadi bagian dalam pasar bursa. Pasar
modal Indonesia merupakan salah satu dari emerging market, yaitu pasar modal
yang baru berkembang diantara Negara-negara sedang berkembang atau Negara
industri baru dengan pertumbuhan yang fantastis. Pada tahun 1996 lalu Bursa
Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang terbaik di Asia
Tenggara. Selama 1 tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia tumbuh 24.01 % atau naik 123.582 poin menjadi 637.432..
Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) bagian berdasarkan jenis industri yaitu
pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang
makanan/konsumsi, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi,
keuangan, sektor perdagangan, jasa dan investasi. Di dalam era globalisasi
ekonomi dunia yang tengah berlangsung dewasa ini setiap Negara merupakan
bagian dari tatanan ekonomi dunia. Krisis moneter yang hingga saat ini masih
berlangsung membawa dampak pada hampir semua aktivitas di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari menurunnya kinerja
Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti terjadi penurunan IHSG, nilai kapitalisasi
21
pasar maupun jumlah perusahaan yang akan listing di bursa. Harga saham-saham
di Bursa Efek Indonesia mengalami koreksi sepanjang semester kedua tahun 1997
akibat krisis moneter. Hampir semua sektor terkoreksi akibat krisis moneter,
kecuali sektor pertambangan yang mencatat gain sebesar 19.74%. Departemen
Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target pertumbuhan sektor industri
rata-rata 8 persen per tahun untuk periode 2005-2009. Selain itu, ditetapkan empat
kelompok industri prioritas, yaitu industri berbasis pertanian atau agro
(pengolahan kelapa sawit, pengalengan ikan, karet, kayu, cokelat, dan lain-lain),
industri
alat-alat
transportasi
(kendaraan
bermotor,
perkapalan,
dan
kedirgantaraan), industri telematika (informasi dan telekomunikasi) dan
manufaktur (tekstil, alas kaki, keramik, elektronik, konsumsi kertas, dan ban)
(http//www.kompas.co id).
Faktor utama yang menentukan kapasitas produksi suatu industri adalah modal
investasi awal, perkembangan industri, ketersediaan SDM, teknologi sumber daya
alam, dan sektor-sektor pendukung. Salah satu sektor pendukung untuk
kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah yang
dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham kepada publik di
pasar modal. Pasar modal di Indonesia, yaitu BEI dapat menjadi media pertemuan
antara investor dan industri. Khusus untuk industri (manufacture) terdapat 153
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan industri makanan
dan minuman ada sebanyak 20 perusahaan (ICMD, 2004). Masih sedikitnya
industri makanan dan minuman yang mencari dana melalui pasar modal membuka
kesempatan luas bagi perusahaan sejenis lainnya untuk mencari dana di BEI. Bagi
22
perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal perlu memperhatikan syarat-syarat
yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai regulator pasar modal. Selain itu,
perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai perusahaan sehingga terjadi
peningkatan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor
adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat
memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang
akan diperolehnya.
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja
keuangan yang mendasar pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur
akuntansi konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama
yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah
suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja
suatu perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA). Peningkatan kemakmuran
pemegang saham antara lain dapat diukur dengan metode Economic Value Added
(EVA). Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G.
Bennet Steward, III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya
“The Quest For Value” (Harper Business, 1991). Konsep EVA menjadi sistem
manajemen keuangan yang hangat dewasa ini. Menurut majalah Economist (2
Agustus 1997) lebih dari 300 perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem
berbasis EVA. Metode ini diperkenalkan sekitar tahun 90-an oleh Stern Stewart
dan Co’s, sebuah perusahaan konsultan dari New York. EVA adalah salah satu
cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA merupakan indikator
23
tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif
menunjukkan perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik
perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan
nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan
pemegang saham. Peningkatan kemakmuran pemilik diarahkan pada penciptaan
nilai perusahaan yang diatur melalui peningkatan nilai pasar saham. Perusahaan
saham dapat memahami kegiatan-kegiatan yang akan dapat menciptakan nilai
secara terus-menerus, sehingga dapat memaksimalkan kekayaan pemilik. Selama
ini pengukuran kinerja manajerial umumnya dilakukan dengan menganalisa
laporan keuangan standar. Namun laporan keuangan sendiri mempunyai
kelemahan jika digunakan sebagai perangkat analisis dan jarang digunakan
pengukuran kinerja dengan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya
modal yang ditanamkan.
Sebelum mengenal jauh tentang EVA ada beberapa analisis data yang
diperoleh tentang kontribusi EVA pada perusahaan. Mencermati perhitungan
EVA tahun ini banyak hal yang menarik. Secara keseluruhan terjadi penurunan
jumlah perusahaan yang berhasil mencetak EVA. Tahun ini, hanya 24 perusahaan
public nonbank dan lembaga keuangan yang mampu mencetak EVA positif,
sedangkan tahun lalu ada 34 perusahaan. Berarti, hanya 10.9% dari Total
perusahaan terbuka non bank dan lembaga keuangan lain yang berhasil
menciptakan value bagi shareholder-nya. Hasil ini cukup menarik, karena di kala
suku bunga SBI makin rendah atau turun menjadi 15.24% dibanding tahun 2001
yang sebesar 16.41%, perusahaan publik di Indonesia justru semakin sedikit yang
24
membukukan nilai EVA positif. Padahal, penurunan SBI ini dapat dipergunakan
sebagai indikator sederhana bahwa cost of capital yang ditanggung perusahaan
seyogyanya lebih ringan. Penjelasan mengenai hal ini sebenarnya bisa dilihat
sejalan dengan investasi baru yang dilakukan, sedangkan laba usaha setelah pajak
(NOPAT/net operating profit after tax) cenderung tidak banyak peningkatan,
bahkan dibeberapa industri, terutama perdagangan, tampak mengalami penurunan
NOPAT. Sementara itu, industri barang konsumsi didominasi perusahaan blue
chips tampil sebagai industri yang mampu menghasilkan perusahaan value creator
terbanyak di Indonesia selama tiga tahun terakhir.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar
Produk Domestik Bruto, yakni 64,7%,dan tumbuh cukup kuat (4.7% selama
2002), membuka peluang perusahaan yang melayani kebutuhan konsumsi
menciptakan value bagi pemegang sahamnya. Jadi, bukanlah sesuatu yang aneh,
sama seperti tahun-tahun sebelumnya, jika Top Ten Value Creator tahun 2003 pun
masih didominasi emiten dari industri ini dan sayangnya, PT Unilever Indonesia
Tbk harus mengakui keunggulan PT Telkom Indonesia yang memang
performanya meningkat sangat bagus. Aset besar terbukti tetap merupakan salah
satu unsur yang berperan penting dalam penciptaan EVA yang tinggi.
Dikarenakan, Unilever yang dikenal sebagai perusahaan yang sangat efisien
dalam mengutilisasi asetnya, berhasil membukukan diri sebagai peraih spread
EVA tertinggi (18,78%) dalam peringkat SWA100 tahun ini. Pada tahun 2002,
sekali lagi sub industri rokok benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Keempat
perusahaan di industri ini dapat bertahan sebagai perusahaan SWA100, bahkan
25
HM Sampoerna dan Gudang Garam tetap bercokol di deretan elite perusahaan
value creator. Sayang, tidak semua perusahaan rokok berhasil membukukan EVA
positif. Penurunan NOPAT yang dialami PT Bentoel International Investasi
berkode RMBA dan PT BAT Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya
mempertahankan peringkat yang telah mereka capai tahun sebelumnya. Sementara
itu, di subindustri makanan dan minuman, PT Indofood Sukses Makmur, PT
SariHusada, PT Multi Bintang Indonesia, PT Aqua Golden Mississippi yang tahun
lalu masuk dalam Top Ten Value Creator, sekarang kembali merajai peringkat
SWA100.
Berdasarkan data pada JSX Fact book tahun 1997, nilai perdagangan sektor
industri makanan dan minuman menempati urutan kedua di bawah industri dasar
dan kimia. Hal ini akan menyebabkan industri pada sektor ini sebenarnya tidak
akan banyak terpengaruh siklus ekonomi makro, karena dalam keadaan resesi
maupun booming masyarakat pasti akan selalu membutuhkan komoditi ini.
Seorang investor akan dihadapkan dua macam risiko yaitu risiko fundamental dan
risiko pasar. Risiko fundamental dapat diketahui dengan melihat kebijakan
keuangan emiten yaitu leverage keuangannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menulis proposal
penelitian ini dengan judul “Studi Empiris Tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food And Beverage Di Bursa Efek
Indonesia”.
26
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005 sampai dengan 2008,
sedangkan penelitian sebelumnya adalah perusahaan non konsumsi dan
properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Pada penelitian ini ditambah variabel moderat yaitu Economic Value Added
(EVA).
3. Pada penelitian ini membuktikan bahwa terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi return, dan adanya hubungan Economic Value Added (EVA)
terhadap Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return
On Assets (ROA), dan risiko sistematis atau beta terhadap return saham.
4. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian sebelumnya
dilakukan pada tahun 2003.
B. Identifikasi masalah
Peneliti ingin menguji apakah dengan adanya peningkatan return saham pada
tahun 2005-2008 dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat
pengembalian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan
kelanjutan dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sudarto, Krishnoe
Rachmi Fitrijati, Tohir, Bambang Sunarko, dan I Putu Yadnya dengan maksud
untuk menguji apakah memang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi return
saham dan adanya rasio profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang go public
sehingga dapat dilihat bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
27
return saham dan apakah EVA dapat memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap
return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
pengukuran profitabilitas perusahaan, yaitu pengukuran profitabilitas perusahaan
dari tingkat Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on
Asset (ROA), Risiko Sistematis (Beta), dan Economic Value Added (EVA).
C. Batasan masalah
Penelitian hanya meliputi perusahaan yang tergabung dalam IHSG yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan dari tahun
2005 sampai dengan 2008 dan penelitian hanya menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi return seperti DER, PER, ROA, dan beta serta menguji apakah
Economic Value Added (EVA) dapat memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap
return saham baik secara parsial maupun simultan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
diatas
maka
dapat
dirumuskan
pokok
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On
Asset (ROA), dan Risiko Sistematis (Beta) berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah Economic Value Added (EVA) dapat memperkuat hubungan Debt to
equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), dan
28
Risiko Sistematis (Beta) terhadap return saham pada perusahaan food and
beverage di Bursa Efek Indonesia?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji DER, PER, ROA, dan Risiko Sistematis (Beta) secara
empiris tentang pengaruhnya terhadap return saham perusahaan food and
beverage di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menguji dan membahas pengaruh EVA dengan hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terhadap return saham
perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.
Adapun hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain pihak-pihak berikut.
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
keadaan atau kondisi return saham di pasar modal terutama di Indonesia
dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya serta hubungan
nilai tambah ekonomis untuk memperkuat rasio keuangan terhadap
return
sehingga
perusahaan
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan atau pemikiran dalam mengambil keputusan.
2. Bagi penulis
Penelitian ini menjadi media bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan
dan mengembangkan ilmu yang selama ini peneliti dapat dari mengikuti
29
perkuliahan di jurusan manajemen keuangan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi
dan penyedia informasi sehingga dalam mengambil keputusan investasi
di pasar modal khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi return
saham.
4. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan, khususnya yang
ingin mendalami dan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi return saham serta hubungan EVA dalam memperkuat
DER, PER, ROA, dan risiko sistematis terhadap return saham.
5. Bagi masyarakat
Penelitian ini bagi masyarakat secara umum diharapkan berguna sebagai
salah satu pengetahuan mengenai investasi pada pasar modal Indonesia.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pasar modal merupakan salah satu fasilitas untuk menyalurkan dana dari
lenders (pihak yang memiliki kelebihan dana) kepada borrowers (pihak yang
membutuhkan dana). Dengan menginvestasikan dana yang dimiliki di sisi lenders
berharap mendapat imbalan dari penyerahan dana tersebut dan sebaliknya dari sisi
borrowers tersedianya dana dari pihak luar yang memungkinkan mereka
melakukan investasi tanpa menggganggu tersedianya dana dari hasil operasi
perusahaan. Dengan proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi
sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran
(Husnan, 2001). Ukuran yang sangat lazim dipakai dalam penelitian suatu
perusahaan untuk menilai kinerjanya dinyatakan dalam rasio keuangan yang
dibagi dalam empat kategori utama (Martono dan Agus Harjito, 2004 : 53), yaitu :
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)
Rasio likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas
perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang
mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan
persediaan.
31
2. Rasio Aktivitas (activity ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi
perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. Dengan
kata lain, rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan
secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan
standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan tidak solvabel bila total utang lebih besar daripada
total aset. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka panjang,
sehingga rasio ini berfokus pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio
solvabilitas, antara lain rasio total utang terhadap total aset, rasio time interest
earned, dan rasio fixed charges coverage.
4. Rasio keuntungan (profitability ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka panjang,
rasio profitabilitas dapat digunakan untuk melihat keuntungan yang benar-benar
akan diterima dalam bentuk deviden. Rasio ini akan dibahas tersendiri, karena
merupakan bagian dari penelitian. Kemampuan perusahaan untuk menghaslkan
laba dalam kegiatan operasinya (profitabilitas) merupakan fokus utama dalam
penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indikator
32
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat dana perusahaan (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009).
Sebagaimana layaknya kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik apabika
didukung oleh maraknya kegiatan di pasar.Demikian pula halnya dengan aktivitas
yang berlangsung di pasar modal oleh perilaku di pasar modal oleh perilaku pasar,
baik menurut emiten, broker, maupun investor. Menurut Sunariyah (2000:7) peran
pasar modal dapat dilihat dari lima aspek berikut :
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara penjual dan pembeli sekuritas
dengan berbagai kemudahan melalui sistem komputerisasi.
b. Dapat memberikkan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil
(return) yang diharapkan.
c. Operasi pasar modal dapat menghindari ketidakpastian (uncertainty) pada
masa yang akan datang.
d. Pasar
modal
menciptakan
kesempatan
kepada
masyarakat
dalam
pengembangan perekonomian dengan melakukan nvestasi melalui pasar
modal.
33
2. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi. Horigan (1965) dalam (Tuasikal, 2001)
menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan
keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan
pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja
masa lalu dan masa mendatang. Rasio keuangan yang berasal dari laporan
keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan
dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public
diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).
Analisis laporan keuangan tidak saja dilakukan dalam periode tertentu, tetapi
diperlukan adanya suatu analisis komparatif sehinnga dapat dilihat suatu
hubungan keuangan atau kecendrungan yang bersifat signifikan. Laporan
keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan
dengan eksisitensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat
komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut.
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’
34
equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan
jangka penjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Secara
sistematis debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Debt
DER
=
____________________
Total Shareholders’equity
4. Peranan Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya
operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) (Amin Tunggal
Widjaja, 2008). Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang ini, tujuan
perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan.
Sebaliknya tujuan perusahaan untuk meningkatkan Economic Value Added,
karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungkan
langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen.
Menurut David Young (2000:32) EVA merupakan pengukur kinerja yang
dapat dihitung di tingkar divisi.Menurut teori EVA dapat dihitung untuk setiap
35
kesatuan,departemen,segmenbisnis,secara
geografis,dan
sebagainya.Pebedaan
secara pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional dalah EVA
merupakan laba ekonomis, kebalikan dari laba akuntansi. Brigham (2001:53)
mengatakan bahwa EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah
perusahaan telah memberikan nilai tambah kepda pemegang saham.Oleh karena
itu, jika manajer memfokuskan pada EVA maka hal ini dapat membantu
memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham.
Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan dan dipatenkan oleh
Stewart & Company, sebuah konsultan manajemen terkemuka adalah salah satu
varian value based management (Stewart 1991). EVA menghitung economic
profit dan bukan accounting profit. Pada dasarnya, EVA mengukur nilai tambah
dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan
memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara
matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital
tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan.
Sebelum munculnya konsep EVA, tolok ukur lain yang banyak digunakan oleh
para analis untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, antara lain adalah arus kas
yang dihasilkan dari aktivitas operasi (operating cash flows), earnings before
extraordinary income, residual income dan lain sebagainya. EVA didasarkan pada
konsep residual income, dengan menambahkan adanya penyesuaian akuntansi
(accounting adjustment). Menurut Stewart & Company, earnings dan earnings
36
per share adalah pengukuran yang keliru untuk kinerja perusahaan. Pengukuran
kinerja yang terbaik adalah economic value added (Stewart 1991).
Ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan yang
lain (McDaniel, Gadkari dan Fiksel 2000) yaitu : EVA tidak dibatasi oleh prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Pengguna
EVA bisa menyesuaikan dengan
kondisi spesifik, EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah
perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit
bisnis, dan Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan oleh
bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum
untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan.
Pertumbuhan EVA merupakan tanda-tanda yang baik bahwa suatu saham
harganya akan membumbung tinggi. Penciptaan nilai bukan sematamata untuk
kepentingan pemegang saham, tetapi untuk manajer, pelanggan, pekerja pemasok,
komunitas dimana perusahaan beralokasi. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA
yang positif dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah
menciptakan nilai (creating value) sebaliknya, apabila nilai EVA negatif,
dinamakan distructing atau destroying value.
5. Return Saham
Return adalah keuntungan yang diperoleh dari perusahaan individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Irham Fahmi dan Yovi
Lavianti Hadi, 2009). Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara
pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang
37
diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi
dengan risiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha
menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan
konsep investasi yang memadai. Investor melakukan investasi baik pada asset riil
maupun asset keuangan. Mengharapkan pengembalian (return). Menurut
Jogiyanto (2000:107) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
Pendapatan (return) saham dinyatakan sebagai berikut :
Pit – Pi (t-1) + Dit
Rit
=
__________________
Pi (t-1)
Keterangan :
Rit
=
Return saham periode t untuk perusahaan I
Pit
=
Harga saham pada periode t
Pt-1
=
Harga saham pada periode t-1
38
Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan
dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda
dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya
belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Komponen return meliputi:
a. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual)
yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam
presentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim, 2003).
Berikut ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi return saham diantaranya
adalah :.
a.
Risiko dan Return Saham
Risk dan return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi
dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu
periode akuntansi (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Dalam
berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu adanya risiko.
Menurut Reilly et al. (2000:III) risiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that
an investment will earn its expected rate of return” dari pengertian tersebut
39
dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas investasi yang akan
diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan..
Menurut Scottet al. (2000:182) “Risk the chance that an out come other than
expected will occur”. Hal tersebut didukung oleh pendapat Brigham et al.
(1999:192) ‘Risk can be defined as the chance that some unfavorable event will
occur”. Keown etal. (2002:469) mendefinisikan “Risk the likely variability
associated with expected revenue or income streams”. Dari beberapa pengertian
dapat disimpulkan bahwa risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual
return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan
(expected return).
b. Risiko Sistematis (Beta)
Risiko Sistematis (Systematic Risk) adalah risiko
yang tidak bisa
didiversifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara
menyeluruh (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Risiko sistematis atau
risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan risiko
pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum,
misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga,
risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Parameter yang
digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta.
Pengertian beta menurut Jones (2000:178) adalah “Beta a measure of
valatility, orrelative systematic risk”. Dimana pengertian volatilitas adalah
sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika
40
fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka
beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar
5%, maka investor akan menghargapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5%
pula.Scott et al. (2000:201) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s
volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et.
al.(2001:290) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the
return on the market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. (2003:431) beta
adalah “The amount of systematic risk present a particular risky asset relative to
that in an average risky asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur
volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Secara matematis menurut Budie
et al.(1999:166) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NΣXY – (ΣX )(ΣY)
β
=
__________________
NΣX2 - (ΣX) 2
Keterangan:
X
=
Return pasar (Rm)
Y
=
Return saham (Ri)
N
=
Jumlah data
β
=
Beta saham
Atau dapat dinyatakan dengan rumus: Ross et al. (2003 : 285)
Cov (Ri.Rm)
βi = Var (Rm)
41
Keterangan
βI
=
Beta saham
Var
=
Varians
Ri
=
Return saham
Rm
=
Return Pasar
6. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai harga saham,
oleh karena itu rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu
jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.Rumus yang dipergunakan
yaitu :
Harga saham
PER
= ________________
Laba bersih per saham
Rasio PER tersebut di atas biasanya dibandingkan dengan rasio perubahan
sejenis di pasar. Model PER sering digunakan oleh peminjam emisi efek (under
writer ) guna menentukan harga saham di pasar perdana dengan cara mengalikan
PER industri sejenis berlaku di pasar sekunder dengan proyeksi laba bersih per
saham. Model yang digunakan Harga saham = PER industri x Proyeksi Laba
Bersih per Saham Atau Po = PER industri x EPS.
42
7. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui besarnya laba
bersih yang dapat diperoleh dari opersional perusahaan dengan menghitungnya
menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada
pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi
dari opersional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisiensi dari opersional
perusahaan dan sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya
asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu
banyak, kelebihan uang kertas, dan aktiva tetap beroperasi dibawah normal.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan
(operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka
panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio
keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif
disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini
43
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
belum mampu untuk menghasilkan laba.
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di
dalam menghsilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA dapat dihitung dengan :
EBIT
ROA
=
__________________
Total Asset
Keterangan EBIT
=
Laba bersih sebelum bunga dan pajak
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Sani Uyara dan Askam Tuasikal (2002)
yang berjudul “ Moderasi Aliran Kas Bebas Terhadap Hubungan Rasio
Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal dengan Earning Response
Coefficients”.Hasil peneltitan menunjukkan semakin besar rasio pembayaran
dividen, ERC semakin besar terutama perusahaan yang mempunyai aliran kas
bebas yang tinggi, sedangkan pengeluaran modal tinggi tidak signifikan
dengan penurunan ERC ( Earning response coefficients )
2. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Made Dharma Hartawan ( 2001 )
dengan judul ” Studi Economic Value Added ( EVA) Dua Kelompok
Perusahaan Go Public yang Mengeluarkan Obligasi “.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa EVA mampu membedakan kinerja keuangan yang baik
44
dan tidak baik secara signifikan dengan model analisis diskriminan.Rasio
keuangan yang paling membedakan kinerja keuangan yang baik dan tidak baik
dua kelompok perusahaan go public yang mengeluarkan obligasi tahun 1999
adalah Book Value (BV),kemudian PER,dan Operating Profit Margin (OPM)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq Hermansyah “ Pengaruh Perubahan
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Return Saham Pada Bursa
Efek Jakarta ” bertujuan untuk mengetahui pengaruh reaksi harga saham di
Bursa Efek Jakarta terhadap event perubahan Sertifikat Bank Indonesia
melalui return yang diperoleh pemegang saham dan mengetahui pengaruh
perubahan Sertifikat Bank Indonesia pada saham terhadap abnormal return
pada sebelum dan sesudah peristiwa. Dalam penelitian ini digunakan data
sekunder yaitu data perusahaan yang merupakan kumpulan informasi data
pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang telah dipublikasikan dan sumber data
diperoleh dari BEJ dan Bank Indonesia. Populasi berupa saham-saham
perusahaan anggota BEJ, sedangkan pengambilan sampel digunakan sampling
jenuh yaitu 45 saham-saham perusahaan BEJ yang termasuk dalam LQ_45
saham teraktif dan listing data perdagangan BEJ.Analisis data menggunakan
analisis event study. Dari hasil analisis dengan berdasarkan hasil uji
signifikansi pada saat perubahan Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) diperoleh
(t
hitung
= 2,7147 > t
tabel
= 2,4468), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima
yang memberikan makna bahwa return saham perusahaan secara signifikan
terpengaruhi oleh event. Pernyataan ini dapat ditunjukkan dengan adanya
respon pelaku pasar sehingga mereka memperoleh abnormal return yang
45
positif pada t = 0 karena investor beranggapan bahwa informasi yang masuk
dalam pasar modal relevan dalam hal pengambilan keputusan untuk
berinvestasi. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
diduga ada rata-rata abnormal return yang positif akibat adanya pengumuman
perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap return pemegang
saham diterima. Hasil analisis data mengenai uji signifikasi sebelum dan
sesudah return diperoleh (t
hitung
= 2,2467 < t
tabel
= 2,4468), hal ini berarti
bahwa H0 diterima yang memberikan makna bahwa tidak ada perbedaan
abnormal return antara sebelum dan sesudah perubahan suku bunga SBI.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa diduga ada
pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah
adanya perubahan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak
diterima.Dalam penelitian ini, disarankan bahwa untuk mendapatkan
keuntungan sesuai target yang diharapkan, maka pada kondisi harga mulai
turun segera lakukan pembelian saham, untuk memperhitungkan apakah harga
akan naik atau turun, perlu dilakukan analisis fundamental maupun analisis
teknikal yang bertujuan untuk melihat pengaruh pergerakan harga, dan
sebaiknya untuk memperoleh return, investor perlu memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham diantaranya suku bunga Bank
Indonesia (SBI), hukum penawaran dan permintaan, valas, kondisi
fundamental emiten, IHSG, news rumors, kebijakan-kebijakan pemerintah dan
faktor politik serta keamanan.
46
4. Penelitian yang dilakukan oleh Njo Anastasia Staf Pengajar Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Petra Yanny Widiastuty Gunawan Imelda Wijiyanti
Alumni, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra “ Analisis
Faktor
Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ
“. Properti merupakan salah satu sektor yang terpuruk sejak krisis ekonomi.
Hal ini mengakibatkan harga saham properti di bursa efek juga terpuruk.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor
fundamental dan risiko sistematik yang mempengaruhi harga saham di sektor
properti.Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
method. Dari tiga puluh tiga perusahaan, hanya diambil tiga belas perusahaan,
karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996-2001. Hasil
penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang
mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan factor fundamental
yang lainnya tidak berpengaruh.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarto,Krishnoe Rachmi Fitrijati,Tohir,dan
Bambang Sunarko dengan judul “Analisis return saham dan Faktor – Faktor
yang Mempengaruhinya ( studi di BEJ ) “.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa return saham dapat diperoleh dengan menjumlahkan capital gain (loss)
dan dividen. Return masing-masing saham perusahaan dapat dilihat melalui
nilai return saham selama tiga tahun adalah positif.Leverage dalam penelitian
ini diwakili oleh debt to equity ratio (DER).DER menunjukkan masing –
masing perusahaan objek penelitian dan rata – rata.Secara keseluruhan dapat
47
disimpulkan bahwa hubungan antara return dengan DER negatif dan tidak
signifikan sedangkan return dengan beta positif dab signifikan.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Gary C Biddle,Robert M.bowen,dan James
S.Wallace dengan judul “ Does EVA Beat Earnings ? Evidence On
Associations With Stock Return And Firm Values”This study test assertions
that EVA is more higly associated with stock returns and firm values than
accural eranings and evaluates which components of EVA.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Ign Danang Priyambodo dan Showam
Masjhuri dengan judul “ Analisis Harga Saham Perusahaan Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta “ Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam periode penelitian yaitu dari tahun 1993 sampai
dengan tahun 1997, harga saham dari perusahaan industri makanan dan
minuman yang terdaftar di BEJ ternyata kurang “wajar”.Dari sampel
penelitian 50 % underpriced, 37,5 % overpriced, dan hanya 12,5%
menunjukkan harga yang wajar.
8. Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Yadnya dengan judul “ Pengaruh
Beberapa Rasio Keuangan Dan Nilai Tambah Ekonomis Teehadap Return
Saham Dan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”.Hasil penelitian
menunjukkan Variabel bebas debt to equity ratio (DER), price earnings ratio
(PER),dan return on asset (ROA) secara bersama sama berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham bpada perusahaan sampel periode 1997 –
2001 .Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan uji F prtobabilitasnya
sebesar 0,0009 atau 0.9 % dengan nilai R-square sebesar 14%.
48
C. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan antara return saham dengan Debt to Equity Ratio(DER), Price
Earnings Ratio (PER), Return On Asset (ROA) , dan Beta (sysmatic risk)
Return saham sangat dipengaruhi oleh beberapa rasio-rasio keuangan seperti
debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER),return on asset (ROA),
harga saham ,dan Beta (sysmatic risk), sehingga return saham dapat menjadi tolak
ukur dalam sekuritisasi Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham
diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai
saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan
undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau
nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya.. Untuk menghitung beta
digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi beta suatu sekuritas dengan
menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return
pasar sebagai variabel bebas. Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model
teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis
teknikal. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada
pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan
diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Pada penjelasan tersebut
membuktikan bahwa semua variabel independen, DER, PER, ROA, dan beta
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham.
49
b. Hubungan Economic Value Added (EVA) dalam Menguatkan DER, PER,
ROA, dan beta terhadap return.
Peranan nilai tambah ekonomis (Economic Value Added), yang disingkat EVA
diduga dapat mempengaruhi return perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja
financial baru yang digunakan perusahaan,dan EVA merupakan pendekatan yang
lebih baru dalam penilaian saham karena melalui EVA keberhasilan manajemen
perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan terlihat. Tujuan
corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan ini bisa
menyimpan konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika
perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan
meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan (dana kreditur) tidak
terpengaruh. Sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian atau bahkan
kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan
menurun drastis. Pada penjelasan itu membuktikan dari penelitian sebelumnya
dan berdasarkan teori terdapat hubungan antara EVA dengan rasio keuangan
untuk memperkuat rasio tersebut terhadap return. Pernyataan yang menguatkan
yaitu pada penjelasan dimana faktor-faktor tersebut seperti yang dijelaskan saling
mempengaruhi.
50
D. Kerangka Berpikir
1. Pengujian Model 1
Perusahaan Food And Beverage yang
Terdaftar di BEI
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Return saham
DER
PER
ROA
Analisa Regresi
Risiko
sistematis
Uji t
Hasil Analisis
Interpretasi
Uji F
51
2. Pengujian Model 2
Perusahaan Food And Beverage yang
Terdaftar di BEI
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Return saham
DER
PER
ROA
Risiko
Sistematis
EVA
Analisis Regresi
Uji t
Hasil Analisis
Interpretasi
Uji F
52
E. Perumusan Hipotesis
1. Perumusan Hipotesis Model I
Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
Ha1
= Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan
mempengaruhi return saham.
Ho1
= Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan
mempengaruhi return saham.
Ha2
= Price Earning Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi return saham.
Ho2
= Price Earning Ratio tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi return saham
Ha3
= Return On Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi return saham.
Ho3
=
Return On Asset tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi return saham.
Ha4
= Beta memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi return
saham.
Ho4
= Beta tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi
return saham.
Ha5
=
DER, PER, ROA, dan beta memiliki pengaruh yang signifikan
mempengaruhi return saham.
53
Ho5
=
DER, PER, ROA, dan beta tidak memiliki pengaruh yang signifikan
mempengaruhi return saham.
2. Perumusan Hipotesis Model II
Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
Ha1
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel DER terhadap return.
Ha2
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel PER terhadap return.
Ha3
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel ROA terhadap return.
Ha4
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel beta terhadap return.
Ha5
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel DER.EVA terhadap return.
Ha6
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel PER.EVA terhadap return.
Ha7
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel ROA.EVA terhadap return.
Ha8
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel beta.EVA terhadap return.
54
Ha9
= Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan
memperkuat variabel DER, PER, ROA, beta, DER.EVA, PER.EVA,
ROA.EVA, beta.EVA terhadap return.
Sedangkan hipotesis nol dari masing-masing hipotesis alternatif tersebut
adalah tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi return saham pada industri perusahaan makanan dan minuman
yang telah go public di BEI, dan hubungan EVA dalam memperkuat DER, PER,
ROA, dan Risiko sitematis (beta) terhadap return, serta analisisnya maka akan
diperlukan beberapa pengujian terhadap variabel dependen dan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen yang
dimaksud adalah return saham, yaitu suatu indikator yang digunakan dalam
menilai return saham beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu terdiri
dari Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset
(ROA), beta, dan Economic Value Added (EVA) sebagai variabel moderat.
B. Metode Penentuan Sampel
Prosedur penelitian sampel dalam penelitian ini dilakukan mula-mula dengan
menetapkan bahwa dari 19 perusahaan industri makanan dan minuman yang
sampai saat ini telah listed di BEI hanya akan diambil 14 Perusahaan saja
berdasarkan tahun terakhir go public yaitu tahun 2008. Berikut ini penjelasan
tentang subjek dan populasi penelitian, dan sampel penelitian.
56
a. Subjek dan Populasi Penelitian
Populasi adalah semua individu atau unit –unit yang menjadi objek penelitian,
sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari populasi disebut
sampel. Ada beberapa alasan yang dapat dijelaskan mengapa penelitian dilakukan
hanya terdapat sampel saja, yaitu :
1. Terbatasnya dana yang tersedia.
2. Individu atau unit-unit dalam populasi bersifat homogen.
3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti
menjadi cacat atau rusak.
4. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian.
5. Ukuran populasi sangat besar dan tak terhingga.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005-2008.
b. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk bergerak pada
industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2005 sampai dengan 2008, yang berjumlah 14 perusahaan. Karena dari
semua perusahaan yang terdaftar di BEI ada hanya 14 perusahaan yang bergerak
di bidang tersebut yang memiliki kelengkapan data.
Perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah :
57
TABEL 1
Daftar Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian
No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
FAST
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
MYOR
4
ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Tbk
5
AQUA
PT Aqua Gollden Mississipi
6
UNVR
PT Unilever Indonesia
7
PSDN
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
SKLT
PT Sekar Laut Tbk
9
SMAR
PT Smart Tbk
10
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
11
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
12
MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
13
STTP
PT Siantar Top Tbk
14
AISA
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
PT Mayora Indah Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Dipilihnya perusahaan yang tergabung dalam IHSG karena perusahaan
tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Sampel diambil menggunakan probability sampling dengan metode
proportional random sampling dengan bantuan Eviews versi 5.0
58
2.
Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa.
3. Keberadaan emiten di Bursa pada tahun 2005 sampai dengan 2008, dan
4. Merupakan perusahaan pada sektor makanan dan minuman.
Dari populasi berdasarkan bidang usahanya, setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama diambil sebagai sampel, dan diambil sampel
dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan Yang dijadikan objek dalam
penelitian ini adalah saham industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 – 2008. Oleh karena keterbatasan
kelengkapan data yang diperlukan maka penulis hanya meneliti 14 perusahaan.
Semua jenis data bersifat kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar
Modal di BEJ meliputi harga saham individual bulanan, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), dan laporan keuangan tahunan periode 2005-2008.).
Perusahaan makanan dan minuman tersebut distrata berdasarkan bidang usahanya
sehingga sampel ditentukan sebesar 10% dari populasi yang ada. Sampel diambil
menggunakan probability sampling dengan metode proportional random
sampling.
C. Metode Pengumpulan Data
Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai
literatur, seperti penelitian lain, referensi pasar modal Indonesia, buku-buku
tentang manajemen keuangan dan investasi. Dalam menghitung return saham (Y)
menggunakan data harga saham individual bulanan dari tahun 2005-2008. Debt to
59
equity ratio, Price Earning Ratio, dan Return On Assets menggunakan data
laporan keuangan dari masing-masing emiten. Dalam perhitungan beta digunakan
harga saham bulanan dan Indeks Harga Saham Gabungan. Setelah ditentukan
variabel dependen dan variabel independen yang akan diuji, selanjutnya adalah
menentukan metode penelitian yang akan menjelaskan hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen tersebut.
Jenis data yang digunakan berdasarkan sumbernya dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu dari instansi atau lembaga tertentu seperti jurnal,
www.jsx.co.id dan hasil penelitian sebelumnya. Data juga diambil dari buku
(sumber) yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Metode yang digunakan
untuk mengumpilkan data dalam penelitian ini adalah observasi pada berbgai
sumber data seperti laporan tahunan dan www.idx.co.id
D. Metode Analisis
Apabila seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini telah lengkap maka
data-data tersebut diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti oleh penulis. Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda
dan Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif diolah dengan bantuan Eviews
versi 5.0.
a. Menghitung Return Saham
Menurut Jogiyanto (2000), Return merupakan pengembalian dari suatu
investasi dalam suatu periode yang tertentu.Return terdiri dari capital gain (loss).
60
Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang
relative dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan
kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Return
saham sebagai variabel dependen adalah keuntungan yang diterima dari investasi
saham selama periode pengamatan yang secara matematis.
Rit
Rit =
=
Pt − Pt −1
Pt −1
Return saham yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada hari
ke-t
Pt =
Harga penutupan pada hari t
Pt-1 =
Harga penutupan di hari sebelum t.
b. Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio Laverage. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya. Rasio laverage dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca,
yaitu dari pos-pos aktiva dan pos-pos hutang. Menurut Slamet (2003:35) DER
adalah perbaandingan antara total utang dengan total modal. DER digunakan
untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity
yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Rasio ini juga menunjukkan pentingnya
dari sumber modal pinjaman (relative importance of borrowed fund) dan tingkat
keamanan yang dimilki kreditor. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil
61
jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan (Slamet,
2003:35).
Total Debt
DER =
_______________________
Total shareholder’s equity
Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi
karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan
modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan. Apabila perusahaan
tersebut masih membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang
dihasilkan oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman
modal, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang
memiliki DER yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara
absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya
akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan.
c. Menghitung Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan
oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas
ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat
keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Brigham & Gapenski
(1996) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER
menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap
dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan.
62
Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba
per saham (Earning per Share).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Harga Saham
PER
=
_____________________
Laba Per Lembar Saham
d. Menghitung Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di
dalam menghsilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang ada. Setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan untuk
mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Fokus ROA adalah profitabilitas, dan
independen terhadap biaya modalnya.
ROA dapat dihitung dengan :
EBIT
ROA
=
________________
Total Asset
Keterangan EBIT = Laba bersih sebelum bunga dan pajak.
63
e. Menghitung Beta
Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko
sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk
menghitung Beta portofolio, maka Beta masing-masing rata-rata tertimbang dari
Beta masing-masing sekuritas. Beta dapat dihitung berdasarkan data historis
return saham dan proyeksinya serta return pasar saham. Beta saham positif berarti
mempunyai hubungan positif dengan kondisi pasar, bila return negatif maka pasar
naik dan return saham juga naik dan sebaliknya. Nilai dari beta ( ß) tersebut dapat
dihitung dengan rumus Budie Et.al (1999:166)
ß = N Σ XY – (Σ X) ( Σ Y)
Keterangan :
X
= Return Pasar (Rm)
Y
= Return Saham (Ri)
N
= Jumlah data
ß
= Beta Saham
Beta saham juga dapat diperoleh dengan teknik CAPM ( Capital Asset Pricing
Model) yang merupukan hubungan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu
asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang
seimbang (equilibrium). Dalam kondisi equilibrium tingkat keuntungan yang
64
diharapkan oleh pemodal akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Menurut
teori CAPM tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
E (Ri) = Rf + ßi { E (Rm) – Rf }
Keterangan :
E (Ri)
=
Tingkat pencapaian yang diharapkan dari sekuritas i
Rf
=
Tingkat pendapatan bebas risiko
E ( Rm )
=
Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar
ßi
=
Risiko sekuritas i
f. Menghitung Economic Value Added (EVA)
1. Menghitung Ongkos Modal Hutang (Kd)
Kd dihitung dengan cara membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun
tersebut dengan total utang awal tahun yang penjumlahan antara hutang jangka
panjang dan jangka pendek pada awal tahun perusahaan. Pajak atau ongkos modal
hutang (Kd) yang digunakan dalam penelitian ini disimbolkan dengan t laba
perusahaan sebelum pajak dikenakan pajak. Perhitungan ongkos modal hutang
setelah pajak (Kd*) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
65
Biaya Total
Kd
=
___________________
Total Hutang
2. Menghitung Ongkos Modal Saham (Ke)
Pada penelitian ini tanpa mengurangi keakurasian data digunakan pendekatan
Company’s bond yield. Untuk menghitung Ke dengan menjumlahkan nilai Kd
masing-masing perusahaan yang telah dihitung dengan premi risiko. Premi risiko
merupakan asumsi premi risiko atau tambahan risiko atau tambahan risiko yang
harus ditanggung oleh pemilik ekuitas yang digunakan rata-rata di Indonesia dan
dapat diterima di pasar modal.
Ke
= Company’s own bond yield + risk premium
3. Menghitung Struktur Modal Perusahaan
Adanya perusahaan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko
yang terkandung dalam saham biasa perusahaan yang pada akhirnya
mempengaruhi harga saham. Perusahaan yang menetapkan struktur modal yang
optimal akan menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian
sehingga memaksimalkan harga saham.
Struktur Modal (Kapital Awal Perusahaan)
Hutang jangka pendek
xxx
Hutang jangka panjang
xxx
66
Ekuitas/Modal saham
xxx
Struktur modal
xxx
Menghitung proporsi atau komposisi masing-masing komponen :
Hutang
Wd
=
_______________
Struktur Modal
Modal
We
=
________________
Struktur Modal
4. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
WACC atau C* yaitu penjumlahan hasil kali antara hasil tertimbang atas
komponen hutang dan komponen modal perusahaan dengan prosentase masingmasing biaya hutang (ongkos modal hutang/Kd) dan biaya modal ekuitas (ongkos
modal saham/Ke) yang perumusannya sebagai berikut :
WACC = { (Kd x Wd) + (Ke x We) }
5. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)
Net Operatng After Tax (NOPAT) adalah laba bersih/ earning after tax (EAT)
yang dijumlahkan dengan biaya bunga dan dikurangkan dengan penghematan
pajak.
67
6. Menghitung Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added atau (EVA) Merupakan keuntungan operasional
setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. Economic Value Added (EVA)
merupakan selisih antara tingkat pengembalian modal ( r = rate of return on
capital ) dengan biaya modal ( c = cost of capital ) dan dikalikan dengan buku
ekonomis dari modal (capital).Formula dasar
Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut :
EVA = NOPAT – WACC x Capital
EVA = (r-c) x Capital
=
r x Capital – c x Capital
Formula di atas menunjukan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah
bahwa suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor –
faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value).
Dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah untuk memecahkan
permasalahan yang diteliti, yaitu :
1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif
Analisis
Statistik
Deskriptif
Statistik
deskriptif
variabel
penelitian
dimaksudkan untuk memberi penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya yaitu dengan
menjelaskan statistik deskriptif variabel utama yang diteliti. Statistik deskriptif
berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil
peringkasan data tersebut. Data-data statistik, yang bisa diperoleh dalam
penelitian ini masih acak dan tidak terorganisir dengan baik. Data-data tersebut
68
harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau persentasi
grafis, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan.
2. Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji
asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala
ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno, 2008). Jika analisis menggunakan
metode parametrrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data
berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal atau
jumlah sampel sedikit jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang
digunakan adalah statistik non parametrik. Pada eviews digunakan uji Jarque beta
yaitu uji normalitas data residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari
metode yang disumbangkan oleh Jarque-Beta. Metode Jarque Beta ini didasarkan
pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic. Uji statistik dari J-B ini
menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis.
Jika suatu variabel didistribusikan secara normal maka nilai koefisien S = 0
dan k = 3. Oleh karena itu, jika residual terdistribusi secara normal maka
diharapkan nilai statistik J-B akan sama dengan nol. Jika nilai probabilitas dari
statistik J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari J-B ini tidak
signifikan maka kita menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi
normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas
69
dari statistik J-B kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual
mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B tidak sama dengan nol.
3. Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi
digunakan
untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi
Priyatno, 2008).
Sebagaimana di SPSS, pada Eviews juga tersedia
Uji
autokorelasi dengan uji Durbin Watson untuk mengetahui ada atau tidaknya
autokorelasi. Akan tetapi, uji ini mempunyai kelemahan, yaitu ketika nilai yang
didapat terletak Pada daerah yang tidak dapat memberikan kesimpulan tentang
ada tidaknya autokorelasi. Khususnya dalam Eviews keterbatasan tersebut dapat
ditanggulangi karena tersedianya fasilitas pengujian autokorelasi dengan
menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Uji ini dikembangkan oleh BreuschGodfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test.
Perhatikan kembali model persamaan berikut :
Yt = ß0 + ß1 X1 + ut
Pada uji ini diasumsikan bahwa u t mengikuti model otoregresif ordo
p(AR(p))1
Dengan bentuk sebagai berikut :
ut = ρ1 ut-1 + ρ2 ut-2 + ρ3 ut-3 + ……………………+ ρp ut-p + et
Adapun hipotesis yang digunakan :
H0 : ρ1 = ρ2 = ………………….. = ρ3 = 0
70
H1 : Tidak demikian
Dengan demikian bila kita tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak
hipotesis, maka : ut = et, berarti tidak ada korelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Mendeteksi multikolinieritas berdasarkan uji formal dengan menggunakan
Eviews ternyata tidak banyak fasilitasnya, sebagaimana telah ditunjukkan oleh
SPSS. Disamping itu, deteksi yang dapat dilakukan juga tidak mudah atau
sederhana, yang di dalam Eviews tinggal “klik” saja. Hal ini dimungkinkan karena
pada dasarnya Eviews lebih diperuntukkan bagi data time series yang umumnya
mengandung autokorelasi. Sedangkan teknik menghilangkan autokorelasi dan
multikolinieritas pada data time series sama, yaitu dengan pembedaan. Salah satu
teknik yang mudah untuk melakukan deteksi multikolinieritas pada Eviews adalah
dengan melihat korelasi antara kedua variabel bebas (Nahrowi D Nahrowi, 2006).
5. Uji Heteoskedastisitas
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa di dalam Eviews menyediakan fasilitas
mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan Uji White.Ada dua jenis yang
ditawarkan, yaitu White Heteroscedasticity (cross term). Untuk model regresi
yang banyak menggunakan variabel bebas disarankan menggunakan White
Heteroscedasticity (no cross term), sedangkan untuk regresi yang lebih sedikit
menggunakan variabel bebas menggunakan White Heteroscedasticity (cross
term).
71
6. Uji Parsial (t-)
Uji Parsial atau Uji t- bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel-variabel
dalam penelitian secara parsial. Pengujian ini dirumuskan dengan uji t dengan
rumusan sebagai berikut : (Gujarati,1997) :
bi
th
=
_____
s bi
Keterangan :
th
= t hitung
bi
= Koefisien regresi varabel bebas
s bi
= Standar deviasi bi
Dimana probabilitas tingkat kesalahan t – hitung lebih kecil dari tingkat
signifikansi tertentu ( 5% ). Apabila probabilitas tingkat kesalahan t – hitung lebih
kecil dan tingkat signifikansi 5% berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Dengan demikian apabila ;
t-hitung > 5% maka Ho di terima
t-hitung < 5% maka Ho ditolak
Dari hipotesis di atas apabila probabilitas tingkat kesalahan t-hitung lebih
kecil dari 5% berarti terdapat pengaruh secara parsial yang positif antara variabel
bebas terhadap return saham.
72
7. Uji Simultan (F-)
Uji simultan atau Uji F bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel-variabel
dalam peneltian secara simultan atau bersama-sama. Untuk melakukan pengujian
hipotesis ini dilakukan Uji F. Uji F dapat dirumuskan sebagai berikut
(Supranto,2001) :
R² / ( k -1 )
F=
_______________
1- R / ( n- k )
Keterangan :
R²
= Koefisien Determinasi
K
= Banyaknya variabel
N
= Jumlah Sampel
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Ho ditolak jika F hitung ≥ F tabel
Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel
8. Uji Regresi berganda.
Model Regresi berganda yaitu Model regresi yang terdiri dari lebih dari satu
variable independen.Analisis ini dipakai untuk mengetahui ketergantungan
variabel terikat dengan variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderate.
Selanjutnya analisis ini digunakan untuk memprediksi arah dan besaranya
hubungan tersebut serta untuk mengukur signifikansi hubungan antara variabel
terikat dengan variabel bebas.
73
Bentuk dari kedua model persamaan regresi linier berganda secara matematis
adalah sebagai berikut :
Model 1 : Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + β4 X4 + εi
Model 2 : Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + β4 X4 + β1 X1. X5 + β2 X2 X5 + β3 X3
X5 +
β4 X4X5 + εi
Keterangan :
Y
=
Return saham
X1
=
Debt to equity ratio
X2
=
Price earnings ratio
X3
=
Return on asset
X4
=
beta
X5
=
Economic value added
α
=
Konstanta
β1β8
=
Koefisien regresi
εi
=
Komponen pengganggu.
Model 1 digunakan untuk mengetahui pengaruh DER, PER, ROA, dan beta
terhadap return saham.
Model 2 digunakan untuk mengetahui dan menguji pengaruh hubungan EVA
dalam memperkuat DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham.
E. Operasional Variabel Penelitian
Mengacu pada pokok masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang telah
disampaikan di atas,maka variabel-variabel yang dianalisis sebagai berikut :
74
a. Variabel terikat atau dependend variable (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah return saham
b. Variabel bebas atau independend variable (X), merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dalam
peneltian ini menjadi variabel bebas adalah :
Debt to Equity ratio = X1
Price earning ratio = X2
Return on asset = X3
Beta = X4
c. Variabel
moderator
(X5),
adalah
variabel
yang
memperkuat
atau
memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel moderating juga sering disebut sebagai variabel bebas kedua dan
sering dipergunakan dalam analisis regresi linear, atau pada structural
equation modeling. Sebagai contoh, kompensasi memperkuat pengaruh antara
kepuasan kerja terhadap kinerja. Artinya kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerja, dan adanya kompensasi yang tinggi maka pengaruh antara kepuasan
kerja terhadap kinerja menjadi lebih meningkat. Dalam hal ini, kompensasi
bisa saja berpengaruh terhadap kinerja bisa saja tidak. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel moderatornya adalah Economic Value Added (EVA).
75
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Return saham (Y) merupakan pendapatan yang diterima oleh investor atau
calon investor yang berupa capital gain. Hal ini diukur dengan rasio harga
saham tahun tertentu atau periode t dibandingkan dengan harga saham
tahun sebelumnya atau periode (t-1) dari perusahaan-perusahaan sampel
pada tahun 2005-2008.
b. Debt to Equity Ratio (X1) adalah perbandingan antara utang jangka dan
modal saham perusahaan,yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah
modal saham perusahaan yang menjadi jaminan atas utang jangka panjang
perusahaan tersebut. Ini diukur dalam rasio atau perbandingan pada
perusahaan perusahaan sampel selama periode 2005-2008.
c. .Price Earning Ratio (PER) atau X2 adalah indicator yang dapat digunakan
untuk menentukan tinggi rendahnya harga saham perusahaan.PER ini
merupakan perbandingan antara harga saham dengan earning per share
(EPS). Pada penelitian ini yang diukur adalah price earning ratio per
tahun selama periode tahun 2005- 2008.
d. Return On Asset (X3) merupakan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan hasil atau keuntungan dengan pemanfaatan aktiva yang
dimilikinya. Hal ini yang diukur dari perbandingan antara laba bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total assets pada saham-saham
perusahaan sampel pada tahun 2005-2008, adapun satuan ukur yang
digunakan adalah angka rasio per tahun pada tahun 2005-2008.
76
e. .Beta ( X4) merupakan risiko yang memerhatikan risiko pasar saham yang
menjelaskan tentang return saham yang diharapkan,untuk membuat
perkiraan seberapa besar tingkat risiko yang tidak bisa diversifikasikan
(systematic risk) digunakan metode CAPM.dengan asumsi risk free
interest rate tetap maka beta perusahaan food and beverage dapat dihitung
berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya serta return pasar
saham.
f. Economic value added (EVA) atau X5 adalah proses penciptaan nilai
tambah ekonomi yang diperoleh dari net operating profit after tax
(NOPAT) dikurangi total capital dikalikan dengan biaya modal rata-rata
tertimbang (WACC).EVA perusahaan sampel diukur dalam satuan rupiah
pada periode tahun 2005-2008.
Dalam penelitian ini EVA digunakan sebagai variable moderator.
77
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selalu lebih menarik, begitu kata
pemodal yang sudah lama membenamkan dananya di pasar modal Indonesia.
Pernyataan pemodal tersebut memang tidak salah, mengingat "data dan angka"
yang ada selama ini selalu membuktikan hal itu. Dari sisi keuntungan misalnya,
dari tahun ke tahun pengembangan modal (growth) yang diperoleh pemodal selalu
naik puluhan persen. Sementara dari sisi produk yang ada di BEI juga kian variatif
dengan seluruh produk yang ditawarkan selalu marketable, alias mudah diperoleh
dan mudah dijual. Aspek marketable, dan tingkat keuntungan yang maksimal ini
merupakan dua faktor utama yang selalu menjadi perhatian seorang investor
sebelum memulai investasi.
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di
mulai pada abad ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh
verreniging voor den effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah
berlangsung sejak 1880, pada tanggal 14 Desember 1912, amserdamse
effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat asia bersa
efek tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan
Tokyo. Aktivitas yang sekarang di identikkan sebagai aktivitas pasar modal sudah
78
di mulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh
orang-orang Belanda, di Batavia yang di kenal sebagai Jakarta sekarang. Sekitar
awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari
para penabung yang telah di kerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut
terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainya yang penghasilannya sangat
jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka
pemerintah kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan
persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 yang bernama
Vereniging Voor De Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai
perdagangan.Efek yang di perdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi
perusahaan milik perusahaan Belanda serta pemerintah Hindia Belanda. Bursa
Batavia dihentikan pada perang dunia yang pertama dan di buka kembali pada
tahun 1925 dan menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel
di Surabaya dan Semarang. Dan aktivitas ini terhenti pada perang dunia
kedua.Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada
tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah.
Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia.
Didahului dengan terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September
1951, yang kelak ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang
bursa, pemerintah RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni
1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada
79
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 Bank
Negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai
penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara
mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956.
Para pembeli obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun
badan hukum.Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen
Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan keringanan atas
pajak perseroan sebesar 10% - 20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang
bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham
melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital again, pajak
atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai saham / bukti
penyertaan modal. Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor
keuangan dan
perbankan
termasuk pasar
modal,
yang
mempengaruhi
perkembangan pasar modal yaitu antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakdes 20
tahun 1988.Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham di swastanisasi menjadi PT
Bursa Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Dalam sejarah
pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di mulai pada abad
ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh verreniging voor den
effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880, pada
tanggal 14 Desember 1912, amserdamse effectenbueurs mendirikan cabang bursa
80
efek di Batavia. Di tingkat asia bersa efek tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada
tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa
ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan
terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September 1951, yang kelak
ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa, pemerintah
RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah
terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 Bank Negara dan
beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan
pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956. Para pembeli
obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di
bursa. Hal ini disebabkan oleh politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI
terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua Negara dan
mengakibatkan banyak warga Negara belanda meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan RI
dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya. Dan memuncaknya aksi
pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia.sesuai dengan Undangundang Nasional No 86 Tahun 1958. Kemudian disusul oleh Badan Nasional
81
Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960 yaitu mengeluarkan larangan bagi
bursa efek untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yang
beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah
Departemen Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan
keringanan atas pajak perseroan sebesar 10% - 20% selama 5 tahun sejak
perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang
membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas
capital again, pajak atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai
saham / bukti penyertaan modal.
2. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup
penting. Pasar modal dapat diibaratkan dengan mall atau pusat perbelanjaan,
hanya saja yang membedakannya adalah barang-barang yang diperjualbelikan.
Jika pusat perbelanjaan umum menyediakan berbagai macam barang kebutuhan
hidup, maka pasar modal hanya menjajakan produk-produk pasar modal, seperti
obligasi dan efek. Jadi pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar ini berfungsi untuk
menghubungkan
investor,
perusahaan
dan
institusi
pemerintah
melalui
perdagangan instrumen keuangan jangka panjang.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor.
Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan
82
melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di
pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan
dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal
memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu.
Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan
yang transparan. Ini tentu saja akan mendorong menuju terciptanya good
corporate governance.
Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian
nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan
perekonomian nasional. Dukungan sector swasta menjadi kekuatan nasional
sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Pun demikian, di Indonesia,
ternyata pasar modal masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar
modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal.
Pasar modal Indonesia masih dianalogikan dengan arena judi, bukan sebagai
sarana investasi. Akibatnya, hal ini menyebabkan peningkatan fluktuasi dan
merugikan investor minoritas. Indonesia memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang masing-masing dijalankan
oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, Bursa Efek Jakarta dan Surabaya
digabungkan (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui merger ini
diharapkan dapat makin memberikan peluang bagi perusahaan ke pasar modal.
Melalui penggabungan ini, biaya pencatatan menjadi lebih murah, karena hanya
mencatatkan saham secara single listing, sudah terakreditasi pada BEI. Sementara
83
itu, bagi anggota bursa, dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI,
akan langsung menembus pasar. Bagi investor penggabungan ini menjadikan
makin banyaknya pilihan investasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES
dan BEJ, karena produk investasi ditawarkan dalam satu atap, BEI.
Berikut ini adalah objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis :
a. PT Fast Food Indonesia, Tbk
PT Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di
Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama
yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi
restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta, dan
sukses outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di
Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia
antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado.
Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek menjadikan KFC
sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia.
Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan
pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai
emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong
pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6%
dengan pendistribusian 43,8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group, dan
35,8% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara saham
minoritas (20,4%) didistribusikan kepada Publik dan Koperasi.
84
b. PT Aqua Golden Mississippi Tbk
PT Aqua Golden Mississippi Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta
notaris Tan Thong Kie, SH No. 24 tanggal 23 Pebruari 1973. Akta pendirian ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/213/22
tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84
tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali
mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris Lindasari Bachroem, SH No.
25 tanggal 12 Mei 1997 dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No. 1
tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang – Undang Pasar Modal No. 8
tahun 1995. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat
Keputusan No.C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 21 Oktober 1997. Perusahaan
bergerak dalam industri pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan.
Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974 Perusahaan
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Pulo Lentut No. 3, Kawasan
Industri Pulogadung, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup
dan Mekarsari, Jawa Barat. Induk Perusahaan adalah PT Tirta Investama dan
induk utama Perusahaan adalah Groupe Danone, sebuah Perusahaan yang berdiri
dan berkedudukan di Perancis.
c. PT Delta Djakarta Tbk
Pendirian dan Informasi Umum Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932
dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari
85
pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta
Djakarta pada tahun 1970. PT Delta Djakarta Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam
rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah
diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35
tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya
No. J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971. Anggaran dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 4 tanggal 4
Mei 2006 dari P. Sutrisno A. Tampubolon, SH., M.Kn., notaris publik di Jakarta,
mengenai perubahan susunan dan anggota dewan komisaris dan direksi
Perusahaan. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat,
Bekasi Timur – Jawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan Perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan
menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San
Miguel”, “Kuda Putih” dan “San Mig Light”. Perusahaan juga memproduksi dan
menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice”.
Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan diluar negeri. Perusahaan
mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak
perusahaan pada tanggal 31 Maret 2008 dan 2007 masing-masing 499 orang dan
497 orang.
86
d. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik
Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma
berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992.
Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, yang
terakhir sehubungan dengan perubahan salah satu anggota Dewan Direksi yang
diaktakan dalam akta notaris No. 06 tanggal 2 Juni 2006 dari notaris yang sama.
Perubahan tersebut telah didaftarkan dan diterima oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia (sebelumnya Menteri Kehakiman) berdasarkan suratnya No. CUM.02.01.10592 tanggal 26 Juni 2006. Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi
mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan
pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie
dan penggilingan tepung terigu. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Gedung
Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl. H.R. Rasuna Said X-2, Kav. 5, Jakarta, Indonesia,
sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun
1990.
87
e. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische
Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan
perusahaan Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang
dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang
menguasai lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama
dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah
melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994, perusahaan
memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang,
Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang dan
sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki
pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan
kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total
produksi 60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
150.000.000.000 pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke
Jepang dan Australia Utara.
f. PT Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17
Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo,
88
S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari
1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal
15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008
dari Saifudin Arief, S.H., notaris di Tangerang, mengenai perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam
bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan
menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit.
Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Perusahaan
memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat
Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta,
sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.
g. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Aneka
Bumi Asih berdasarkan akta Notaris Paul Tamara No. 7 tanggal 16 April 1974.
Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974 dan
diumumkan dalam Tambahan No. 2488 dari Berita Negara No. 37 tanggal 10 Mei
1994. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.
89
Akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 38 dan akta Perubahan No.
39 tanggal 29 Desember 1993 mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan,
perubahan pemegang saham dan penggantian nama Perusahaan menjadi PT
Prasidha Aneka Niaga telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3792.HT.01.04.TH.94 tanggal 1 Maret
1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2678 dan Berita Negara No. 40
tanggal 20 Mei 1994. Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No. 127
tanggal 10 Mei 1994 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan
dalam rangka penawaran umum saham telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10.238.HT.01.04.TH.94
tanggal 5 Juli 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 6079 dari Berita
Negara No. 58 tanggal 21 Juli 1995, dan yang terakhir dengan akta Notaris Ny.
Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 7 tanggal 10 April 1997 mengenai perubahan
Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang
Perseroan Terbatas No. 1 tahun 1995 dan Undang-undang Pasar Modal No. 8
Tahun 1995 berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya serta perubahan nilai
nominal saham dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham, yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No. C2-3797.HT.01.04.TH.97 tanggal 15 Mei 1997 dan diumumkan dalam
Tambahan No. 2135 dari Berita Negara No. 43 tanggal 30 Mei 1997. Perubahan
terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No.10 tanggal
20 Oktober 2008 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk
menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
90
Terbatas dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-97905.AH.01.02. Tahun
2008 tanggal 18 Desember 2008 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
No.9 tanggal 30 Januari 2009. Perusahaan berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman
No. 47 Jakarta Selatan dan pabriknya berlokasi di Jalan Ki Kemas Rindho,
Kertapati, Palembang. Perusahaan saat ini bergerak dalam bidang pengolahan dan
perdagangan hasil bumi.Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1974.
h. PT Sekar Laut Tbk
PT Sekar Laut Tbk adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di
Indonesis. yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa
Efek Indonesia sejak tanggal 4 Juli 1990. Pada tahun 2000, perusahaan ini
menerima kredit modal kerja dari Bank Bira dan Bank Universal. dengan jumlah
pokok Rp 3,582 milyar dan bunga tertunggak serta denda Rp 2,331 milyar.
i. PT SMART Tbk
PT SMART Tbk didirikan tahun 1962 dan sejak itu terus berkembang menjadi
salah satu produsen minyak sawit terbesar didunia. Dengan lebih dari 300 ribu
hektar perkebunan sawit yang tersebar di Indonesia dan operasional yang
terintegrasi menjadikan PT SMART Tbk sebagai pemain utama di bisnis minyak
sawit. Cakupan bisnis meliputi perkebunan sawit sampai ke pengolahan produk-
91
produk turunan sawit seperti minyak goreng, margarin dan shortening serta
specialty fats. PT SMART Tbk telah mengimplementasikan sistem informasi
terintegrasi lewat SAP dan mendapatkan sertifikasi manajemen mutu ISO
9001:2000 serta sertifikasi keamanan pangan HACCP untuk fasilitas produksi
(refinery) di Surabaya dan Belawan.
j. PT. Tunas Baru Lampung Tbk
PT. Tunas Baru Lampung Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No.
23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di Teluk
Betung. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999,
Tambahan No. 3194. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No 05 Tanggal 09
Januari 2009 dari Ny. Kartuti Suntana Sastraprawira, S.H., notaries di Jakarta,
mengenai perubahan Anggaran Dasar yang disesuaikan dengan Undang-undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar ini
telah disetujui kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat No. AHU – 12894.A.H.01.02 Tahun 2009 Tanggal 15 April 2009.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan terutama meliputi bidang perkebunan, pertanian dan perindustrian,
termasuk bertindak sebagai pedagang eksportir dan importir. Saat ini, Perusahaan
terutama bergerak dalam bidang produksi minyak goreng sawit, minyak goreng
92
kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO) dan sabun, serta
bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida. Perusahaan mulai menjalankan
kegiatan produksi CPO pada bulan September 1995 dan minyak goreng pada
bulan Oktober 1996. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan ke luar negeri.
k. PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal
12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta
perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta
pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-5873.HT.01.01.Th.88
tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 104 tanggal 28 Desember 1993, Tambahan No. 6226. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No.
31 tanggal 6 Agustus 2001 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., notaris di
Surabaya, mengenai perubahan nilai nominal saham dari Rp 500 per saham
menjadi Rp 100 per saham, sehingga jumlah seluruh saham yang beredar
Perusahaan adalah 1.310.000.000 lembar saham dan modal dasar
3.000.000.000 lembar saham. Akta perubahan ini telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat
Keputusannya No. C-09574.HT.01.04.Th.2001 tanggal 1 Oktober 2001. Sesuai
dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack
noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Perusahaan berdomisili di
93
Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan
(Sumatera Utara), dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di
Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo.
l. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi makanan yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1985. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan
makanan Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga
yang nantinya berkembang menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPSFood). Sebuah Bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama
Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sampai hari ini,
kultur manajemen yang erat seperti sebuah keluarga adalah salah satu nilai yang
terus dipertahankan oleh generasi ketiga dari sang pendiri. Untuk memenuhi
permintaan pasar akan produk-produk makanan yang terus tumbuh, PT. Tiga Pilar
Sejahtera didirikan pada tahun 1992 dan menjadi perusahaan publik pada 2003.
m. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., selanjutnya disebut
"Induk Perusahaan", didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 Nopember 1971 jo
Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan Komar
Andasasmita, S.H., Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat
94
persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.
Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313, dan mulai
beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Anggaran Dasar Induk
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan
terakhir yang dilakukan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini dilakukan dengan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk. No. 43 tanggal 18 Juli 2008 dibuat oleh
Fathiah Helmi, SH., Notaris di Jakarta, yang disetujui oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. AHU-56037.AH.01.02.
Tahun 2008 tanggal 27 Agustus 2008.Induk Perusahaan memiliki kantor pusat
dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten
Bandung Barat 40552.
n. PT Unilever Indonesia, Tbk
PT Unilever Indonesia, Tbk Perseroan”) didirikan pada tanggal 5 Desember
1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No. 23 Mr. A.H. van
Ophuijsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van
Nederlandsch-Indie dengan No.14 tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di
Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan
diumumkan dalam Tambahan No. 3 pada Javasche Courant tanggal 9 Januari
1934. Nama Perseroan diubah menjadi “ PT Unilever ” dengan akta notaris Ny.
Kartini Muljadi SH No. 171 tanggal 22 Juli 1980. Selanjutnya perubahan nama
95
Perseroan menjadi “ PT Unilever Indonesia, Tbk”, dilakukan dengan akta Tn.
Mudofir Hadi SH No. 92 tanggal 30 Juni 1997. Akta ini disetujui oleh Menteri
Kehakiman dalam surat keputusan No. C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23
Pebruari 1998 dan diumumkan dalam Tambahan No. 39 Berita Negara No. 2620
tanggal 15 Mei 1998. Pada tanggal 16 Nopember 1981 Perseroan mendapat izin
Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 untuk
menawarkan 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 24 Juni
2003, para pemegang saham menyetujui untuk melakukan pemecahan saham
(stock split) dengan merubah nilai nominal saham dari Rp 100 menjadi Rp 10 per
lembar saham. Perubahan ini diaktakan dengan akta notaris Singgih Susilo SH
No. 46 tanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C-17533 HT.01.04TH.2003. Kegiatan usaha Perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen,
margarin, minyak nabati dan makanan berinti susu, es krim, minuman dengan
bahan pokok teh dan produk-produk kosmetik.
B. Analisis Variabel
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Eviews dan
Microsoft Excel. Data yang diolah adalah : Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Harga Saham Individual bulanan dari setiap emiten selama 4 tahun pada
periode 2005-2008, dan laporan keuangan tahunan seluruh emiten. Dalam
penelitian ini penulis membahas perusahaan di sektor makanan dan minuman
96
(food and beverage), tetapi dari 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) hanya ada 14 Perusahaan yang memenuhi kelengkapan data yaitu
PT Aqua Gollden Mississipi (AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI),
PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN), PT
Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Smart Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA), PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST),
PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), PT Siantar Top Tbk (STTP), dan PT
Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)
Data yang dibutuhkan untuk perhitungan variabel independent perubahan
PER, perubahan DER, perubahan ROA, perubahan beta dan perubahan EVA yaitu
data laporan keuangan perusahaan sampel 2005-2008. Sedangkan untuk
perhitungan variabel dependen Return diperoleh dari perubahan harga saham
penutupan pada hari tanggal publikasi masing-masing perusahaan pada peirode
amatan. Sebelum kita menggunakan metode regresi berganda terlebih dahulu
dilakukan suatu pengujian normalitas data dan uji asumsi klasik, untuk
memastikan agar model regesi tidak menunjukkan bisa dan dapat digunakan
sebagai alat analisis yang reprentatif.
Jika seluruh tahapan pengujian asumsi klasik telah dilakukan dan model
regresi dinyatakan lolos pengujian maka proses selanjutnya adalah melakukan
analisis regresi berikut pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F.
Berikut ini adalah deskriptif statistik atas variabel dependen return dan
variabel independen (PPER, PDER, PROA, PBETA, PEVA) :
97
1.
Analisis Deskripsi Return Saham/Variabel dependen (Y)
Return Saham seperti tampak pada Tabel 1, digunakan untuk menngambarkan
hasil atau tingkat pengembalian yang diperoleh investor setelah melakukan
investasi atas saham. Return Saham merupakan tingkat pengembalian yang
diperoleh sebuah perusahaan dan melalui analisis berikut ini kita dapat
membandingkan tingkat pengembalian suatu emiten yang satu dengan yang lain.
Dan Contoh yang diambil yaitu Industri food and beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Selma periode 2005 – 2008.
Analisis deskripsi dari return saham dapat digambarkan melalui tabel berikut :
TABEL 2
Return Saham (R¡) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
0.020
0.050
0.007
0.080
INDF
0.030
0.040
0.050
(0.070)
MYOR
(0.020)
0.060
0.020
(0.040)
ULTJ
(0.020)
(0.020)
(0.020)
(0.020)
AQUA
0.050
0.060
0.030
(0.010)
UNVR
0.007
(0.002)
0.040
0.030
PSDN
0.100
0.200
0.240
0.200
SKLT
0.002
(0.010)
(0.080)
0.200
SMAR
0.002
0.140
0.060
(0.040)
TBLA
(0.050)
0,09
0.060
0.007
DLTA
0.130
0.040
(0.060)
0.070
MLBI
0.040
0.010
(0.001)
0.010
98
STTP
(0.010)
0.040
0.060
-0,06
AISA
0.020
0.050
0.200
(0.040)
AVERAGE
0.021
0.047
0.043
0.027
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
Ri = Rata rata
FAST
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
-3.91
-3.51
-3.91
-3.91
-3.00
-4.96
-2.30
-6.21
-6.21
-3.00
-2.04
-3.22
-4.61
-3.91
-3.9
-3.0
-3.22
-2.81
-3.91
-2.81
-6.21
-1.61
-4.61
-1.97
-4.61
-3.22
4.61
-3.22
-3.0
-2.8
-4.96
-3.0
-3.91
-3.91
-3.50
-3.21
-1.43
-2.52
-2.81
-2.81
-2.81
-6.91
-2.81
-1.61
-2.9
-2.53
-2.65
-3.21
- 3.912
- 4.61
-3.51
-1.61
-1.61
-3.22
-4.96
-2.66
-4.61
-2.81
-3.22
-3.22
-3.6
-3.01
-3.46
-3.91
-3.48
-4.48
-1.74
-3.74
-3.55
-3.85
-1.28
-2.53
-3.36
-2.93
Sumber : Data Yang Diolah
FAST
25
INDF
20
MYOR
15
ULTJ
10
AQUA
5
UNVR
0
PSDN
-5
SKLT
SMAR
-10
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
GAMBAR 1.1 Grafik Return Saham Sebelum Transformasi
99
FAST
6
INDF
4
MYOR
2
ULTJ
0
AQUA
-2
UNVR
PSDN
-4
SKLT
-6
SMAR
-8
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
GAMBAR 1.2 Grafik Return Saham Sesudah Transformasi
Dari Gambar di atas dapat dilihat return saham rata-rata selama 4 tahun dari
masing-masing perusahaan dimana menunjukkan mayoritas return saham bernilai
positif antara lain adalah PSDN, AISA, DLTA, SMAR, FAST, dan AQUA.
Gambar 2.1 menjelaskan tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut
dalam grafik. Bila Return menunjukkan nilai yang positif maka return tersebut
menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan pada saham perusahaan tersebut
akan menguntungkan. Sedangkan return saham yang menggambarkan nilai yang
negatif maka hal tersebut dapat merugikan investor bilamana melakukan investasi
contohnya pada ULTJ menunjukkan nilai negatif yaitu -0,02. Hal ini
menunjukkan berarti tidak menguntungkan bila investor melakukan investasi pada
PT ULTJ. Dari perusahaan tersebut hanya ada beberapa perusahaan yang
memiliki return lebih tinggi dari return rata-rata seluruh perusahaan yaitu PSDN,
FAST, AQUA, SKLT, SMAR, DLTA, AISA, UNVR, dan TBLA.
Setelah dilakukan transformasi di atas dapat dilihat return saham rata-rata
selama 4 tahun dari masing-masing perusahaan dimana menunjukkan return
saham bernilai negatif antara lain adalah UNVR, ULTJ, TBLA, SMAR, dan
100
MYOR. Gambar 2.2 menjelaskan tingkat pengembalian (return) perusahaan
tersebut dalam grafik. Bila Return menunjukkan nilai yang positif maka return
tersebut menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan pada saham perusahaan
tersebut akan menguntungkan. Sedangkan return saham yang menggambarkan
nilai yang negatif maka hal tersebut dapat merugikan investor bilamana
melakukan investasi contohnya pada UNVR -4.48 menunjukkan nilai negatif
yaitu Hal ini menunjukkan berarti tidak menguntungkan bila investor melakukan
investasi pada PT UNVR.
2. Analisis Deskripsi Debt To Equity Ratio/Variabel Independen ( X1 )
Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio Laverage. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya. Rasio laverage dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca,
yaitu dari pos-pos aktiva dan pos-pos hutang.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang
dengan total ekuitas dari pemegang saham.Dengan demikian, Debt to Equity Ratio
juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang
(leverage) terhadap total modal sendiri (shareholders’equity) yang dimiliki
perusahaan.
101
Berikut ini adalah hasil perhitungan Debt To Equity Ratio (DER) pada 14
Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008.
TABEL 3
Debt To Equity Ratio (DER) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
0.66
0.68
0.66
0.64
INDF
2.56
2.33
1.86
2.72
MYOR
0.61
0.58
0.68
1.04
ULTJ
3.44
1.37
0.57
0.46
AQUA
0.78
0.77
0.72
0.78
UNVR
0.76
0.95
0.79
0.9
PSDN
0.22
1.86
2.07
1.94
SKLT
4.45
3.03
0.84
0.95
SMAR
1.38
1.06
1.2
1.05
TBLA
1.83
1.37
1.47
1.5
DLTA
0.32
0.31
0.24
0.28
MLBI
1.64
2.08
2.22
1.68
STTP
0.45
0.36
0.37
0.72
AISA
2.76
2.82
3.36
1.46
AVERAGE
1.56
1.4
1.21
1.15
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
FAST
INDF
2005
-0.42
0.94
2006
-0.39
0.85
2007
-0.42
0.62
2008
-0.45
1.00
Ri = Rata-rata
-0.42
0.85
102
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
-0.49
1.23
-0.25
-0.27
-1.51
1.49
0.32
0.60
-1.14
0.49
-0.79
1.02
0.09
-0.54
0.31
-0.26
-0.05
0.62
1.11
0.06
0.31
-1.17
0.73
-1.02
1.04
0.11
-0.39
-0.56
-0.33
-0.24
0.73
-0.17
0.18
0.39
-1.43
0.80
-1.00
1.21
-0.04
0.04
-0.78
-0.25
-0.11
0.66
-0.05
0.05
0.41
-1.27
0.52
-0.33
0.38
-0.01
-0.35
0.05
-0.27
-0.17
0.12
0.59
0.15
0.43
-1.25
0.64
-0.79
0.91
Sumber : Data Yang Diolah
Tingkat Penurunan Dan Kenaikan Debt To Equity Ratio (DER) dapat dilihat
melalui grafik berikut ini :
FAST
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
GAMBAR 2.1 GRAFIK Debt To Equity Ratio (DER) Sebelum Transformasi
FAST
1.5
INDF
1
MYOR
0.5
ULTJ
0
-0.5
AQUA
-1
UNVR
-1.5
PSDN
-2
2005
2006
2007
2008
SKLT
SMAR
TBLA
GAMBAR 2.2 GRAFIK Debt To Equity Ratio (DER) Sesudah Transformasi
103
Dari Tabel 2 dan gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa Debt To Equity Ratio
(DER) rata-rata dari 14 Perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun 1.33. Dan dari 14 perusahaan
tersebut ada 7 perusahaan yang memiliki ratio di atas rata-rata perusahaan di
sektor Food and Beverages yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT
AISA, PT INDF, PT SKLT, PT MLBI, PT TBLA, PT PSDN dan PT ULTJ. PT
Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki Debt To Equity Ratio (DER)
paling tinggi.
Setelah dilakukan transformasi pada gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwa
Debt To Equity Ratio (DER) rata-rata dari 14 Perusahaan di sektor Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun 1.33. Dan
dari 14 perusahaan tersebut ada 7 perusahaan yang memiliki ratio di atas rata-rata
perusahaan di sektor Food and Beverages yang listed di Bursa Efek Indonesia
(BEI), yaitu PT AISA, PT INDF, PT MLBI, PT SKLT, PT TBLA, PT PSDN dan
PT ULTJ. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki Debt To Equity
Ratio (DER) paling tinggi.
3. Analisis Deskripsi Price Earning Ratio (PER)/ Variabel Independen ( X2 )
Rasio ini sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai harga saham,
oleh karena itu rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu
jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Price Earning Ratio
merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (Earning per
Share).
104
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Harga Saham
PER
=
_________________
Laba Per Lembar Saham
Berikut ini adalah hasil perhitungan Price Earning Ratio (PER) pada 14
Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008
TABEL 4
Price Earning Ratio (PER) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
10.31
8.99
12.27
11.66
INDF
63.72
14.02
26.69
5.39
MYOR
16.06
8.83
8.71
4.7
ULTJ
5.14
2.56
36.17
5.12
AQUA
10.35
23.45
24.47
25.63
UNVR
21.56
20.74
24.51
21.81
PSDN
0.91
8.75
13.33
7.7
SKLT
3.04
53.61
15.93
10.59
SMAR
5.94
13.47
15.99
2.59
TBLA
58.01
10.6
37.48
2.18
DLTA
1.39
1.91
6.07
4.58
MLBI
11.01
14.71
18.3
4.9
STTP
19.34
13.28
35.69
12.94
105
AISA
62.36
13.33
47.12
17.5
AVERAGE
20.65
14.88
23.05
9.80
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
FAST
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
2005
2.33
4.15
2.78
1.64
2.34
3.07
-0.09
1.11
1.78
4.06
0.33
2.40
2.96
4.13
2.36
2006
2.20
2.64
2.18
0.94
3.15
3.03
2.17
3.98
2.60
2.36
0.65
2.69
2.59
2.59
2.41
2007
2.51
3.28
2.16
3.59
3.20
3.20
2.59
2.77
2.77
3.62
1.80
2.91
3.57
3.85
2.99
2008
2.46
1.68
1.55
1.63
3.24
3.08
2.04
2.36
0.95
0.78
1.52
1.59
2.56
2.86
2.02
Ri = Rata-rata
2.37
2.94
2.17
1.95
2.98
3.10
1.68
2.56
2.03
2.71
1.08
2.40
2.92
3.36
Sumber : Data Yang Diolah
FAST
7000
6000
INDF
MYOR
5000
4000
ULTJ
3000
2000
AQUA
1000
0
PSDN
UNVR
2005
2006
2007
2008
SKLT
SMAR
GAMBAR 3.1 GRAFIK Price Earning Ratio (PER) Sebelum Transformasi
106
FAST
5
INDF
4
MYOR
3
ULTJ
2
AQUA
1
UNVR
0
PSDN
-1
SKLT
2005
2006
2007
2008
SMAR
TBLA
GAMBAR 3.2 GRAFIK Price Earning Ratio (PER) Sesudah Transformasi
Dari tabel 3 dan gambar 3.1 di atas dapat diketahui bahwa Price Earning
Ratio (PER) yang dapat diperoleh dari laporan keuangan masing-msing
perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) memiliki rata-rata dari 14 perusahaan selama periode 2005-2008 sebesar
21,45. Ada 5 perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio di atas rata-rata
dari 14 perusahaan tersebut, yaitu PT AISA, PT INDF, PT TBLA, PT UNVR, dan
PT AQUA. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki nilai Price
Earning Ratio (PER) yang paling tinggi yaitu 35.08 Total Rata-rata Harga Saham
Per Laba Bersih Per saham Periode 2005-2008.
Setelah dilakukan transformasi dapat dilihat pada tabel dan gambar 3.2 di atas
dapat diketahui bahwa Price Earning Ratio (PER) yang dapat diperoleh dari
laporan keuangan masing-msing perusahaan di sektor Food and Beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki rata-rata dari 14 perusahaan
selama periode 2005-2008 sebesar 21,45. Ada 5 perusahaan yang mempunyai
Price Earning Ratio di atas rata-rata dari 14 perusahaan tersebut, yaitu PT AISA,
PT UNVR, PT AQUA, PT INDF, dan PT STTP. PT Tiga Pilar Sejahtera food
TBK (AISA) memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang paling tinggi yaitu
107
3.36. Total Rata-rata Harga Saham Per Laba Bersih Per saham Periode 20052008.
4. Analisis Deskripsi Return On Assets (ROA)/Variabel Independen ( X3 )
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui besarnya laba
bersih yang dapat diperoleh dari opersional perusahaan dengan menghitungnya
menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada
pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi
dari opersional perusahaan.
Semakin tinggi ROA semakin efisiensi dari opersional perusahaan dan
sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan
yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan
uang kertas, dan aktiva tetap beroperasi dibawah normal. Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghsilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Berikut ini adalah hasil perhitungan Return On Assets pada 14 Perusahaan di
Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 2005-2008.
108
TABEL 5
Return On Assets (ROA) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
0.11
0.14
0.16
0.16
INDF
0.01
0.04
0.03
0.03
MYOR
0.03
0.06
0.07
0.07
ULTJ
0.47
0.34
0.02
0.17
AQUA
0.09
0.06
0.07
0.08
UNVR
0.37
0.37
0.37
0.37
PSDN
0.42
0.04
0.03
0.04
SKLT
0.97
0.05
0.03
0.02
SMAR
0.07
0.12
0.12
0.1
TBLA
0.004
0.03
0.04
0.02
DLTA
0.1
0.07
0.08
0.12
MLBI
0.15
0.12
0.14
0.24
STTP
0.02
0.03
0.03
0.008
AISA
0.1
0.36
0.02
0.03
AVERAGE
0.21
0.13
0.09
0.10
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
FAST
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
2005
-2.21
-4.61
-3.51
-0.76
-2.41
-1.00
2006
0.04
0.05
0.04
0.05
0.04
0.05
2007
-1.83
-3.51
-2.66
-3.91
-2.66
-1.00
2008
-1.83
-3.51
-2.66
-1.77
-2.53
-1.00
Ri = Rata-rata
-1.96
-3.71
-2.91
-1.88
-2.60
-1.00
109
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
-0.87
-0.03
-2.66
-5.52
-2.30
-1.89
-3.91
-2.30
-2.43
0.03
0.05
0.03
0.05
0.05
0.05
0.04
0.04
-2.43
-3.51
-3.51
-2.12
-3.22
-2.53
-1.97
-3.51
-3.91
-2.84
-3.22
-3.91
-2.30
-3.91
-2.12
-1.43
-4.83
-3.51
-2.75
-2.70
-2.61
-2.30
-4.04
-2.40
-1.85
-3.94
-2.69
Sumber : Data Yang Diolah
FAST
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
Gambar 4.1 Grafik Return On Assets (ROA) Sebelum Transformasi
FAST
0
INDF
-1
MYOR
-2
ULTJ
-3
AQUA
UNVR
-4
PSDN
-5
SKLT
-6
2005 2006 2007 2008
SMAR
TBLA
Gambar 4.2 Grafik Return On Assets (ROA) Sesudah Transformasi
Dari tabel 4 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Return On Assets
(ROA) rata-rata dari 14 perusahaan di sektor Food and Beverages selama 4 Tahun
sebesar 13% dan dari 14 Perusahaan tersebut ada 5 perusahaan yang mempunyai
Return On Assets (ROA) di atas rata-rata perusahaan di sektor Food and
110
Beverages , yaitu PT UNVR, PT SKLT, dan PT MLBI. PT Unilever Indonesia
Tbk (UNVR) memilik nilai Return On Assets (ROA) paling tinggi yaitu 37%.
Setelah dilakukan transformasi dari tabel dan gambar 4.2 di atas dapat
diketahui bahwa Return On Assets (ROA) rata-rata dari 14 perusahaan di sektor
Food and Beverages selama 4 Tahun sebesar -2.61% dan dari 14 Perusahaan
tersebut ada 5 perusahaan yang mempunyai Return On Assets (ROA) di atas ratarata perusahaan di sektor Food and Beverages , yaitu PT UNVR, PT MLBI, PT
ULTJ, PT FAST, dan PT SMAR. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki
nilai Return On Assets (ROA) paling tinggi.
5. Analisis Deskripsi Beta (Risiko Sistematik)/Variabel Independen ( X4 )
Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan),
disebut juga dengan risiko pasar. Beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko
sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi
yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.Beta historis
dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return
sekuritas dan return pasar).
Berikut ini adalah hasil perhitungan) Beta (Risiko Sistematik) pada 14
Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008.
111
TABEL 6
Beta (Risiko Sistematik) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
1.010
1.040
1.050
0.930
INDF
1.010
1.050
1.040
0.940
MYOR
1.020
1.040
1.050
0.940
ULTJ
1.020
1.050
1.050
0.940
AQUA
1.010
1.040
1.050
0.940
UNVR
1.020
1.050
1.050
0.930
PSDN
1.000
1.030
1.020
0.920
SKLT
1.020
1.050
1.060
0.920
SMAR
1.020
1.030
1.040
0.940
TBLA
1.020
1.050
1.040
0.940
DLTA
1.010
1.050
1.060
0.930
MLBI
1.010
1.050
1.050
0.940
STTP
1.020
1.040
1.040
0.940
AISA
1.010
1.040
1.020
0.940
AVERAGE
1.01
1.05
1.04
0.93
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
FAST
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
2005
0.01
0.01
0.02
0.02
0.01
0.02
2006
0.04
0.05
0.04
0.05
0.04
0.05
2007
0.05
0.04
0.05
0.05
0.05
0.05
2008
-0.07
-0.06
-0.06
-0.06
-0.06
-0.07
Ri = Rata-rata
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
112
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
0
0.02
0.02
0.02
0.01
0.01
0.02
0.01
0.01
0.03
0.05
0.03
0.05
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
0.02
0.06
0.04
0.04
0.06
0.05
0.04
0.02
0.04
-0.08
-0.08
-0.06
-0.06
-0.07
-0.06
-0.06
-0.06
-0.07
-0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0
Sumber : Data Yang Diolah
FAST
110
INDF
MYOR
105
ULTJ
100
AQUA
UNVR
95
PSDN
SKLT
90
SMAR
85
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
Gambar 5.1 Grafik Beta (Risiko Sistematik) Sebelum Transformasi
FAST
0.06
INDF
0.04
MYOR
0.02
ULTJ
0
AQUA
-0.02
UNVR
-0.04
PSDN
SKLT
-0.06
SMAR
-0.08
2005
2006
2007
2008
TBLA
DLTA
Gambar 5.2 Grafik Beta (Risiko Sistematik) Sesudah Transformasi
Dalam pembahasan sebelumnya kepekaan return saham terhadap perubahan
pasar biasa disebut dengan beta atau beta investasi. Beta dapat dihitung
berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya serta return pasar saham.
Beta saham positif berarti mempunyai hubungan positif dengan kondisi pasar, bila
113
return negatif maka pasar naik dan return saham juga naik dan sebaliknya. Nilai
dari beta ( ß) tersebut dapat dihitung dengan rumus Budie Et.al (1999:166)
ß = N Σ XY – (Σ X) ( Σ Y)
Keterangan :
X
= Return Pasar (Rm)
Y
= Return Saham (Ri)
N
= Jumlah data
ß
= Beta Saham
Beta saham juga dapat diperoleh dengan teknik CAPM ( Capital Asset Pricing
Model) yang merupukan hubungan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu
asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang
seimbang (equilibrium). Dalam kondisi equilibrium tingkat keuntungan yang
diharapkan oleh pemodal akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Menurut
teori CAPM tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
E (Ri) = Rf + ßi { E (Rm) – Rf }
Keterangan :
E (Ri)
=
Tingkat pencapaian yang diharapkan dari sekuritas i
Rf
=
Tingkat pendapatan bebas risiko
E ( Rm )
=
Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar
ßi
=
Risiko sekuritas i
114
Dari rumus di atas dapat diketahui perhitungan beta selama 4 tahun periode
2005-2008. Dari rumus di atas dapat diketahui perhitungan beta selama 4 tahun
periode 2005-2008. Hasil perhitungan koefisien beta (systematic risk) dari tiap
saham selama 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5. Pada tabel dan
gambar tersebut menunjukkan bahwa semua saham perusahaan mempunyai beta
positif. Dari hasil perhitungan beta tersebut dapat dilihat bahwa terdapat saham
yang lebih besar dari 1 ( ß > 1 ) yaitu PT FAST, PT INDF, PT MYOR, PT ULTJ,
PT AQUA, PT UNVR, PT SKLT, PT SMAR, PT TLBA, PT DLTA, PT MLBI,
dan PT STTP. Oleh karena itu, saham yang mempunyai beta lebih besar dari satu
lebih berisiko daripada saham perusahaan lain yang dapat dikategorikan sebagai
saham agresif, berarti tingkat pengembalian saham berubah melalui proporsi dan
kelebihan return pasar.
Setelah dilakukan transformasi dapat diketahui hasil perhitungan koefisien
beta (systematic risk) dari tiap saham selama 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 5
dan Gambar 5.2 Pada tabel dan gambar tersebut menunjukkan bahwa semua
saham perusahaan mempunyai beta positif. Dari hasil perhitungan beta tersebut
dapat dilihat bahwa semua saham yang lebih kecil dari 1 ( ß < 1 ). Oleh karena itu,
saham yang mempunyai beta lebih kecil dari satu dapat dikategorikan sebagai
saham lemah atau defensif stock, berarti kelebihan return saham berubah di bawah
proporsi dari kelebihan return pasar meningkat 5%, maka return saham akan lebih
kecil dari 5 %.
115
6. Analisis Deskripsi Economic Value Added (EVA)/Variabel Independen ( X5 )
EVA dapat ditentukan untuk divisi serta untuk perusahaan secara keseluruhan
EVA dapat dihitung sebagai laba operasi sesudah pajak (NOPAT) dikurangi biaya
modal. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan
dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of
capital/WACC). Sebaliknya WACC adalah jumlah biaya dari setiap kompomen
modal
baik
utang
maupun
ekuitas
ditimbang
berdasarkan
proporsi
relatifnya,dalam struktur modal perusahaan nilai pasar.jadi EVA= NOPAT - biaya
kapital atau EVA = NOPAT – (ex capital).Berikut ini adalah hasil perhitungan)
Economic Value Added (EVA) pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages
selama 4 tahun pada periode 2005-2008.
TABEL 7
Economic Value Added (EVA) Periode 2005-2008
a. Sebelum Transformasi
Emiten
2005
2006
2007
2008
FAST
33,276,588.20
55,501,585.20
121,863,560
91,867,410.70
INDF
-343,482.26
568,480.54
434,189.08
1,611,580.43
MYOR
36,116,718,405.60
18,214,266.90
94,215,459.70
116,723,572
ULTJ
6,781,328,203
-10,091,167
-3,474,505.10
199,002,174
AQUA
32,754,067
13,428,778.60
13,776,816.80
183,212,393
UNVR
1,300,160.08
1,695,433.43
1,933,114
2,207,335.10
PSDN
-1,283,659,690
-15,083,977
-298,872,827
4,831,809.70
SKLT
90,488,404.10
45,214,109.90
7,430,050.90
-12,765,476
SMAR
172,170,812,050
-63,963.78
577,793.94
983,915,878
116
TBLA
28,514.60
36,977.82
2,660.60
10,205.06
DLTA
2,657,399.10
43,859,420
82,377,718.80
143,485,147
MLBI
71,382.78
71,291.65
84,456
229,985.14
STTP
25,442,431
-16,385,292
-12,534,235
6,591,371.04
AISA
-35,510,182
-12,226,753
-67,462,606
7,979,485.36
AVERAGE
15281097447
8909942.233
-4260596.663
123493062.2
Sumber : Data Yang Diolah
b. Sesudah Transformasi
Emiten
FAST
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
TBLA
DLTA
MLBI
STTP
AISA
AVERAGE
2005
17.32
12.75
24.31
23
17
14.08
21
18.32
26
10.26
14.79
11.18
17
17
17.44
2006
17.83
13.25
16.72
16
16.41
14.34
17
17.63
11.07
10.52
18
11.17
17
16
15.15
2007
19
12.98
18.36
15.06
16.44
14
20
15.82
13.27
7.89
18.23
11
16
18
15.45
2008
18.34
14.29
19
19
19
14.61
15.39
16
21
9.23
19
12.35
15.70
15.89
16.31
Ri = Rata-rata
18.03
13.31
19.49
18.23
17.30
14.38
18.10
17.04
17.73
9.47
17.35
11.51
16.42
16.91
Sumber : Data Yang Diolah
FAST
600
500
400
300
200
100
0
-100
-200
-300
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
SMAR
2005
2007
TBLA
DLTA
Gambar 6.1 Economic Value Added (EVA) Sebelum Transformasi
117
FAST
80
70
60
50
40
30
20
10
0
INDF
MYOR
ULTJ
AQUA
UNVR
PSDN
SKLT
2005
2007
SMAR
TBLA
Gambar 6.2 Economic Value Added (EVA) Sesudah Transformasi
Dari tabel 6 dan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Economic
Value Added (EVA) selama 4 tahun periode 2005-2008 pada masing-masing
perusahaan sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menunjukkan mayoritas positif, antara lain PT PT Aqua Gollden Mississipi
(AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Mayora Indah Tbk
(MYOR), PT Sari Husada Tbk (SHDA), PT Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Smart
Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Ultra Jaya Milk Tbk
(ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), dan PT Siantar Top Tbk (STTP).
Bila EVA positif, menunnjukkan aset besar dan ekspansi usaha yangdilakukan
malah akan mempercantik kinerja perusahaan Namun, ketika spread EVA negatif,
aset besar malah dapat semakin memperburuk kinerja perusahaan ,dan ini
pertanda saat yang tepat bagi perusahaan mempertimbangkan mendivestasi
asetnya itu yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), dan PT
Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN).
Setelah dilakukan transformasi Dari tabel 6 dan gambar 6.2 dapat dilihat
bahwa rata-rata nilai Economic Value Added (EVA) selama 4 tahun periode 2005-
118
2008 pada masing-masing semua perusahaan sektor Food and Beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan mayoritas positif, antara lain PT
PT Aqua Gollden Mississipi (AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI),
PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Sari Husada Tbk (SHDA), PT Sekar Laut
Tbk (SKLT), PT Smart Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT
Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT Siantar
Top Tbk (STTP), PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), dan PT Prashida
Aneka Niaga Tbk (PSDN) Bila EVA positif, menunnjukkan aset besar dan
ekspansi usaha yang dilakukan malah akan mempercantik kinerja perusahaan
Namun, ketika spread EVA negatif, aset besar malah dapat semakin
memperburuk kinerja perusahaan ,dan ini pertanda saat yang tepat bagi
perusahaan mempertimbangkan mendivestasi asetnya itu.
C. Penemuan
1. Pengujian Model 1
a. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum digunakan dalam analisis penelitian ini dilakukan pengujian
persyaratan analisis data terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas data, uji
autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas Namun untuk
mengatasi masalah- masalah asumsi klsik seperti no multicolinearity, no
autocorrelation, dan no heteroscedasticity, penulis menerapkan metode
generalized
least
square
cross
section
weight,
dan
metode
white
119
heteroscedasticity consistent covariance dalam mengestimasi persamaan kedua
treatment tersebut sudah disediakan dalam software EViews dengan transformasi
logaritma. Dalam pengujian pada penelitian ini diterapkan variabel-variabel
independent seperti DER, PER, ROA, dan beta. Return saham sebagai variabel
dependent (Y) Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian terhadap variabelvariabel
independent
yaitu
uji
normalitas
data,
uji
autokorelasi,
uji
multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Berikut ini pengujian yang diterapkan
1) Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji
asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala
ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno, 2008). Setelah dilaksanakan uji
normalitas data, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 7. berikut ini :
GAMBAR 7
Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1)
6
Series: Residuals
Sample 1 14
Observations 13
5
4
3
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.21e-16
0.185258
0.540917
-1.062991
0.476316
-0.867093
2.813408
Jarque-Bera
Probability
1.647867
0.438703
1
0
-1.0
-0.5
0.0
0.5
Sumber : Output EViews
120
Dari penjelasan gambar di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan fasilitas pada Eviews maka semua variabel
pada pengujian model 1 menunjukkan bahwa penelitian di atas berdistribusi
normal k atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Jarque Beta pada penelitian ini sebesar 1.648
Berdasarkan uji statistik Jarque beta, nilai statistiknya sebesar 1.648 dengan
probabilitasnya 43.87 % dimana probabilitas lebih dari ά = 0.05. Oleh karena itu
kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan menunjukkan bahwa penelitian tersebut
berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas
dapat dipenuhi.
2) Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi
digunakan
untuk
mengetahui
ada
suatu
tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi
Priyatno, 2008). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
bentuk model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-l (Ghozali,2001:67) Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui hasil uji autokorelasi dengan metode Uji Breusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test yaitu :
121
TABEL 8
Uji Autokorelasi Menggunakan
Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.105397
1.239525
Probability
Probability
0.974460
0.871549
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:31
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
C
RESID(-1)
RESID(-2)
RESID(-3)
RESID(-4)
-0.032706
0.261379
-0.032364
-35.55973
-0.301393
-0.957952
0.030007
0.538557
1.067257
0.530814
0.539556
0.315172
63.37496
1.274022
0.880051
0.755837
0.751937
0.990820
-0.061615
0.484434
-0.102686
-0.561101
-0.236568
-1.088519
0.039700
0.716227
1.077146
0.9538
0.6534
0.9232
0.6047
0.8246
0.3376
0.9702
0.5134
0.3420
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.095348
-1.713956
0.784687
2.462937
-7.632834
0.841996
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-5.21E-16
0.476316
2.558898
2.950016
0.052699
0.999618
Sumber : Output EViews
Dari hasil output di atas menunjukkan bahwa nilai Obs*R Squared
mempunyai probabilita sebesar 0.8715 dimana probabilitas lebih dari ά = 0.05
atau 5 %. Berarti probabilitas tersebut memberikan putusan untuk tidak dapat
menolak hipotesis. Dengan hipotesis :
122
Ho
:
Tidak ada autokorelasi
H1
:
Tidak demikian
Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan sudah tidak mengandung
autokorelasi lagi. Sedangkan pada bagian merupakan persamaan yang digunakan
dalam LM Test untuk menguji autokorelasi, sebagaimana yang telah dipelajari.
Terlihat bahwa residual tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel residual
lag 1 dan residual lag 1, residual lag 2, residual lag 3, dan residual lag 4, juga oleh
variabel LOG(DER), LOG(PER), LOG)(ROA), dan LOG (Beta). Dengan kondisi
demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model sudah tidak mengandung
autokorelasi.
3) Uji Multikolineritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independent dalam model regresi. Uji tentang multikolinieritas ini
dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang
linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variabel bebas
(independent) yang lain.(Sudarmanto,2005). Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui hasil uji multikolinieritas dengan metode Melihat Korelasi Antara
Kedua Variabel Bebas yaitu
123
TABEL 9
Uji Multikolineritas dengan
Metode Melihat Korelasi antara Kedua Variabel Bebas
VARIABEL
LOG(RETURN)
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER)
1.000000
-0.027634 -0.322032
-0.027634
1.000000
0.588472
-0.322032
0.588472
1.000000
0.445627
0.138791 -0.177527
-0.759771
-0.257624
0.115771
LOG(ROA)
0.445627
0.138791
-0.177527
1.000000
-0.125846
LOG(BETA)
-0.759771
-0.257624
0.115771
-0.125846
1.000000
Sumber : Output EViews
Dari hasil kolerasi diatas menunujukkan bahwa LOG (DER) mempunyai
korelasi sebesar -0.027634, LOG (PER) sebesar -0.322032 , LOG (ROA) sebesar
0.445627, dan LOG (Beta) sebesar -0.759771. Pada semua variabel menunjukkan
korelasi yang tidak kuat dalam arti besarnya kurang dari 0.8, bahwa diduga semua
variabel tidak terjadi multikolilieritas.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Duwi Priyatno,
2008). Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji
heterokedastisitas
sebagai
berikut :
124
TABEL 10
Uji Heterokedastisitas dengan Metode White Heteroskedasticity Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.367484
5.507065
Probability
Probability
0.893550
0.702257
Sumber : Output EViews
Dari output yang dihasilkan dapat dilihat bahwa setelah diuji dengan White
Heteroscedasticity (no cross term) nilai probabilitas R*Obs Squared sebesar
0.702. Hasilnya dapat dilihat bahwa probabilitas lebih besar dari ά = 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial, yaitu menguji masing masing
pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER),
Return On Assets (ROA), dan beta dengan menggunakan uji t dan dengan menguji
secara serempak dengan uji F, serta uji regresi linear berganda. Berikut ini adalah
pengujian hipotesis yang dilakukan beserta hasilnya :
1) Uji t
Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y). Dalam sub bab ini diuraikan bahwa
hasil pengujian hipotesis dari hasil uji t dengan melalui langkah-langkah yang
125
telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Berikut hasil pengujian hipotesis pada
model 1 :
a) Variabel Debt to Equity Ratio (DER)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Debt
to Equity Ratio (DER) sebesar 0.2574 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά
= 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -1.2119596.
Ho 1 diterima atau Ha1 ditolak karena P.LOG (DER) > ά, artinya bahwa
statistik variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham.
Koefisien regresi variabel LOG DER (X1) sebesar -0.426926, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER) mengalami kenaikan 1
%, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -0.426926.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (DER) dan
LOG Return saham, semakin naik LOG (DER) maka semakin turun LOG return
saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel DER menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent DER terhadap variabel dependen
return saham.
126
b) Variabel Price Earning Ratio (PER)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Price
Earning Ratio (PER) sebesar 0.9744 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά =
5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 0.033159.
Ho 2 diterima atau Ha2 ditolak karena P.LOG (PER) > ά, artinya bahwa statistik
variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham.
Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar 0.011944, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan 1
%, maka return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.011944. Koefisien
bernilai positif antara LOG (PER) dan LOG return saham, semakin naik LOG
(PER) maka semakin meningkat LOG return saham
Hasil pengujian hipotesis variabel PER menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent PER terhadap variabel dependen
return saham.
c) Variabel Return On Asset (ROA)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Return
On Assets (ROA) sebesar 0.0617 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 2.171648.
Ho 3 ditolak atau Ha3 diterima karena P.LOG (ROA) > ά, artinya bahwa
statistik variabel Return On Assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
127
Koefisien regresi variabel LOG ROA (X3) sebesar 0.439660, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (ROA) mengalami kenaikan 1
%, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.439660.
Koefisien bernilai positif antara LOG (ROA) dan LOG return saham, semakin
naik ROA maka semakin meningkat return saham
Hasil pengujian hipotesis variabel ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent ROA terhadap variabel dependen
return saham.
d) Variabel beta
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG (beta)
sebesar 0.0028 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai
t hitung dari variabel ini -4.262325.
Ho 4 ditolak atau Ha4 diterima karena P.LOG (beta) < ά, artinya bahwa statistik
variabel beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar -138.2511, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan 1 %,
maka return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -138.2511. Koefisien
bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik LOG
(beta) maka semakin turun LOG return saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel beta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari variabel independent beta terhadap variabel dependen return
saham.
128
2) Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (X1 X2 X3,……
Xn).secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
Dari hasil olah data menggunakan Eviews di dapat nilai signifikan 0.010376,
Kriteria yang diterapkan untuk nilai probabilitas (signifikansi) adalah sebagai
berikut (Santoso,2003 :202) :
Ho ditolak jika profitabilitas < 0.05
Ho diterima jika profitabilitas > 0.05
Berdasarkan kriteria ini maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak atau variabel
variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dari 4 (empat) variabel bebas yang diteliti terdapat variabel
yang menunjukkan signifikansi terhadap return saham.
Pada Tabel 11 di atas besar R squared yaitu 0.775749. Semakin tinggi R² yang
disesuaikan atau adjusted R² akan semakin baik suatu model regresi, karena
variabel bebas bisa menjelaskan variabel terikat lebih besar. Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa 77.57 % return saham bisa dijelaskan oleh LOG (DER),
LOG (PER), LOG (ROA), dan LOG (beta). Sedangkan sisanya 22.43 %,
dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai
variabel bebas dalam penelitian ini.
129
3) Uji Regresi Linear Berganda
Analisis linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih
variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antar variabel independent dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independent berhubungan positif atau
negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabell independent mengalami kenaikan atau penurunan. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut :
TABEL 11
Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: LOG(RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/29/10 Time: 18:16
Sample: 1 14
Included observations: 13
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
C
-0.426926
0.011944
0.439660
-138.2511
-1.425050
0.350055
0.360200
0.202455
32.43560
0.889479
-1.219596
0.033159
2.171648
-4.262325
-1.602118
0.2574
0.9744
0.0617
0.0028
0.1478
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.775749
0.663623
0.583366
2.722524
-8.284166
2.302792
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-3.709175
1.005838
2.043718
2.261006
6.918572
0.010376
Sumber : Output EViews
Dari hasil output yang dihasilkan dapat dirumuskan persamaan, setelah
dilakukan transformasi maka regresi yang dihasilkan adalah
130
LOG (Y) = -1.425050- 138.2511 LOG (X4) + éi
Keterangan :
LOG (Y)
=
LOG (Return)
LOG (X4)
=
LOG (Beta)
α
=
konstanta
εi
=
Komponen pengganggu
Persamaan regresinya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar -1.425050; artinya jika LOG (X3), dan LOG (X4), nilainya
adalah 0, maka return saham LOG (Y) nilainya -1.425050
b. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar -138.2511, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan beta mengalami kenaikan 1 %,
maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -138.2511.
Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin
naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham.
2. Pengujian Model 2
a. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum digunakan dalam analisis penelitian ini dilakukan pengujian
persyaratan analisis data terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas data,
autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Namun untuk
mengatasi masalah- masalah asumsi klsik seperti no multicolinearity, no
autocorrelation, dan no heteroscedasticity, penulis menerapkan metode
131
generalized
least
square
cross
section
weight,
dan
metode
white
heteroscedasticity consistent covariance dalam mengestimasi persamaan kedua
treatment tersebut sudah disediakan dalam software Eviews dengan transformasi
logaritma.
Dalam pengujian pada penelitian ini diterapkan variabel-variabel independent
seperti DER, PER, ROA, beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta.EVA.
Return saham sebagai variabel dependent (Y), DER, PER, ROA, beta, DER.EVA,
PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta.EVA merupakan variabel independen,.EVA
dalam penelitian ini merupakan variabel moderat. Pengujian yang dilakukan yaitu
pengujian terhadap variabel-variabel independent yaitu uji normalitas data, uji
autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Berikut ini pengujian
yang diterapkan :
1) Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji
asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala
ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno,2008). Setelah dilaksanakan uji
normalitas data, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 8. berikut ini :
132
GAMBAR 8
Uji Normalitas Data
(Pengujian Model 2)
6
Series: Residuals
Sample 1 13
Observations 12
5
4
3
2
1
0
-0.3
-0.2
-0.1
-0.0
0.1
0.2
0.3
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.82e-14
-0.074266
0.336399
-0.229155
0.195414
0.665589
2.029799
Jarque-Bera
Probability
1.356662
0.507463
0.4
Sumber : Output EViews
Dari penjelasan gambar di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan fasilitas pada Eviews maka semua variabel
pada pengujian model 2 menunjukkan bahwa penelitian di atas berdistribusi
normal k atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Jarque Beta pada penelitian ini sebesar 1.3567.
Berdasarkan uji statistik Jarque beta, nilai statistiknya sebesar 1.3567 dengan
probabilitasnya 50.74 % dimana probabilitas lebih besar dari ά = 0.05 atau 5 %.
Oleh karena itu kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan menunjukkan bahwa
penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa
persyaratan normalitas dapat dipenuhi.
133
2) Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi
digunakan
untuk
mengetahui
ada
suatu
tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi
Priyatno, 2008). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
bentuk model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-l (Ghozali,2001:67) Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui hasil uji autokorelasi berikut ini :
TABEL 12
Uji Autokorelasi Menggunakan
Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.135238
2.554720
Probability
Probability
0.887190
0.278772
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:34
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
C
RESID(-1)
RESID(-2)
-0.350628
1.017441
-0.094961
-36.34512
0.214962
-1.023892
0.051182
0.767994
0.046245
0.584288
-1.591736
1.251373
8.684243
1.280584
94.40045
1.236357
9.176160
1.826206
7.431356
3.172226
3.208672
3.723092
-0.280195
0.117159
-0.074154
-0.385010
0.173867
-0.111582
0.028027
0.103345
0.014578
0.182096
-0.427531
0.8261
0.9258
0.9529
0.7660
0.8904
0.9293
0.9822
0.9344
0.9907
0.8853
0.7428
134
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.212893
-7.658173
0.575001
0.330626
4.522775
1.728212
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.82E-14
0.195414
1.079537
1.524035
0.027048
0.999881
Sumber : Output EViews
Dari hasil output di atas menunjukkan bahwa nilai Obs*R Squared
mempunyai probabilita sebesar 0.278772 dimana probabilitas lebih besar dari ά =
0.05 atau 5 %. Berarti probabilitas tersebut memberikan putusan untuk tidak dapat
menolak hipotesis. Dengan hipotesis :
Ho
:
Tidak ada autokorelasi
H1
:
Tidak demikian
Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan sudah tidak mengandung
autokorelasi lagi. Sedangkan pada bagian merupakan persamaan yang digunakan
dalam LM Test untuk menguji autokorelasi, sebagaimana yang telah dipelajari.
Terlihat bahwa residual tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel residual
juga oleh variabel LOG (DER), LOG (PER), LOG (ROA), LOG (Beta), LOG
(DER.EVA), LOG (PER.EVA), LOG (ROA.EVA), dan LOG (Beta.EVA).
Dengan kondisi demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model sudah
tidak mengandung autokorelasi.
3) Uji Multikolineritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar
135
variabel independent dalam model regresi. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan yang sempurna antara variabel dalam model
regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini maka
digunakan korelasi matriks. Uji tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk
membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel
bebas
(independent)
satu
dengan
variabel
bebas
(independent)
yang
lain.(Sudarmanto, 2005). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji
multikolinieritas dengan metode berikut ini :
TABEL 13
Uji Multikolineritas dengan
Metode Melihat Korelasi antara Kedua Variabel Bebas.
Variabel
LOG(RETURN)
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
Korelasi
1.000000
-0.140206
-0.478444
0.432122
-0.740202
-0.033743
-0.093942
0.133712
0.017046
Sumber : Output EViews
Dari hasil kolerasi diatas menunujukkan bahwa LOG (DER) mempunyai
korelasi sebesar -0.140206, LOG (PER) sebesar -0.478444, LOG (ROA)
0.432122, LOG (Beta) sebesar -0.740202, LOG (DER.EVA) sebesar -0.033743,
LOG (PER.EVA) sebesar -0.093942, LOG (ROA.EVA) sebesar 0.133712, dan
LOG (beta.EVA) sebesar 0.017046. Pada semua variabel menunjukkan korelasi
136
yang tidak kuat dalam arti besarnya kurang dari 0.8 bahwa diduga semua variabel
tidak terjadi multikolilieritas.
4) Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Duwi Priyatno,
2008). Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji
heterokedastisitas
sebagai
berikut :
TABEL 14
Uji Heterokedastisitas dengan Metode White Heteroskedasticity Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.624476
8.178963
Probability
Probability
0.744373
0.516217
Sumber : Output EViews
Dari output yang dihasilkan dapat dilihat bahwa setelah diuji dengan White
Heteroscedasticity (no cross term) nilai probabilitas R*Obs Squared sebesar
0.516217 Hasilnya dapat dilihat bahwa probabilitas lebih besar dari ά = 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas.
137
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial, yaitu menguji masing masing
pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return
On Assets (ROA), beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta,EVA
dengan menggunakan uji t dan dengan menguji secara serempak dengan uji F, dan
Uji regresi linear berganda. Berikut ini adalah pengujian hipotesis yang dilakukan
beserta hasilnya :
1) Uji t
Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y). Dalam sub bab ini diuraikan bahwa
hasil pengujian hipotesis dari hasil uji t dengan melalui langkah-langkah yang
telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Berikut hasil pengujian hipotesis pada
model 2 :
a) Variabel Debt to Equity Ratio (DER)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Debt
to Equity Ratio (DER) sebesar 0.3088 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά
= 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -1.222647.
Ho 1 diterima atau Ha1 ditolak karena P.LOG (DER) > ά, artinya bahwa
statistik variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham.
138
Koefisien regresi variabel LOG DER (X1) sebesar –0.9046415 , artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER) mengalami kenaikan 1
%, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar –0.9046415.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (DER) dan
LOG return saham, semakin naik LOG (DER) maka semakin turun LOG return
saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel DER menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent DER terhadap variabel dependen
return saham.
b) Variabel Price Earning Ratio (PER)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Price
Earning Ratio (PER) sebesar 0.0341 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά =
5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -3.707500.
Ho 2 ditolak atau Ha2 diterima karena P.LOG (PER) < ά, artinya bahwa statistik
variabel Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham.
Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar – 5.3985834, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan 1
%, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar – 5.3985834
Koefisien bernilai negatif antara LOG (PER) dan LOG return saham, semakin
naik LOG (PER) maka semakin menurun LOG return saham
139
Hasil pengujian hipotesis variabel PER menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent PER terhadap variabel dependen
return saham.
c) Variabel Return On Asset (ROA)
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Return
On Assets (ROA) sebesar 0.1755 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 1.766328.
Ho 3 diterima atau Ha3 ditolak karena P.LOG (ROA) > ά, artinya bahwa
statistik variabel Return On Assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
Koefisien regresi variabel LOG ROA (X3) sebesar 0.56323455, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap LOG (ROA) mengalami kenaikan 1 %,
maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.56323455.
Koefisien bernilai positif antara LOG (ROA) dan LOG return saham, semakin
naik LOG (ROA) maka semakin meningkat LOG return saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent ROA terhadap variabel dependen
return saham.
140
d) Variabel beta
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG (beta)
sebesar 0.0441 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai
t hitung dari variabel ini -3.252624
Ho 4 ditolak atau Ha4 diterima karena P.LOG (beta) < ά, artinya bahwa statistik
variabel beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar –87.544034, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan 1 %,
maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -87.544034.
Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik
LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham
Hasil pengujian hipotesis variabel beta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari variabel independent beta terhadap variabel dependen return
saham.
e) Variabel DER.EVA
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel
LOG (DER.EVA) sebesar 0.5013 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 0.762434.
Ho 5 diterima atau Ha5 ditolak karena P.LOG (DER.EVA) > ά, artinya bahwa
statistik variabel DER.EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham.
141
Koefisien regresi variabel DER.EVA (X1 X5) sebesar 0.57658919, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
0.57658919. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LOG
(DER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (DER.EVA) maka
semakin naik LOG return saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel DER.EVA menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent DER.EVA terhadap
variabel dependen return saham.
f) Variabel PER.EVA
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel
LOG (PER.EVA) sebesar 0.0369 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 3.594420.
Ho 6 ditolak atau Ha6 diterima karena P.LOG (PER.EVA) < ά, artinya bahwa
statistik variabel PER.EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Koefisien regresi variabel PER.EVA (X2 X5) sebesar 5.56309719, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
5.56309719. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LOG
(PER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (PER.EVA) maka
semakin naik LOG return saham.
142
Hasil pengujian hipotesis variabel PER.EVA menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent PER.EVA terhadap variabel
dependen return saham.
g) Variabel ROA.EVA
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel
LOG (ROA.EVA) sebesar 0.7435 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -0.358829
Ho 7 diterima atau Ha7 ditolak karena P.LOG (ROA.EVA) > ά, artinya bahwa
statistik variabel ROA.EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham.
Koefisien regresi variabel ROA.EVA (X3 X5) sebesar -0.16646075, artinya
jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (ROA.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0.16646075. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara
LOG (ROA.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (ROA.EVA) maka
semakin turun LOG return saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel ROA.EVA menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent ROA.EVA terhadap
variabel dependen return saham.
143
h) Variabel Beta.EVA
Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel
LOG (Beta.EVA) sebesar 0.0372 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5
%, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -3.58470.
Ho 8 ditolak atau Ha8 diterima karena P.LOG (Beta.EVA) < ά, artinya bahwa
statistik variabel Beta.EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Koefisien regresi variabel Beta.EVA (X4 X5) sebesar -6.0400004, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (Beta.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 6.0400004. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG
(Beta.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (Beta.EVA) maka
semakin turun LOG return saham.
Hasil pengujian hipotesis variabel Beta.EVA menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan dari variabel independent Beta.EVA terhadap variabel
dependen return saham.
2) Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (X1 X2 X3,……
Xn).secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
144
Dari hasil olah data menggunakan Eviews di dapat nilai signifikan 0.043682
Kriteria yang diterapkan untuk nilai probabilitas (signifikansi) adalah sebagai
berikut (Santoso,2003 :202) :
Ho ditolak jika profitabilitas < 0.05
Ho diterima jika profitabilitas > 0.05
Berdasarkan kriteria ini maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak atau variabel
variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dari 5 (lima) variabel yang diteliti tidak terdapat variabel yang
menunjukkan signifikansi terhadap return saham.
Pada Tabel 17.di atas besar R squared yaitu 0.962997. Semakin tinggi R² yang
disesuaikan atau adjusted R² akan semakin baik suatu model regresi, karena
variabel bebas bisa menjelaskan variabel terikat lebih besar. Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa 96.30 % return saham bisa dijelaskan oleh variabel LOG
(DER), LOG (PER), LOG (ROA), LOG (beta),
LOG (DER.EVA), LOG
(PER.EVA), LOG (ROA.EVA), dan LOG (Beta.EVA). Sedangkan sisanya 3.7
%, dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai
variabel bebas dalam penelitian ini.
3) Uji Regresi Linear Berganda
Analisis linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih
variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antar variabel independent dengan variabel
145
dependen apakah masing-masing variabel independent berhubungan positif atau
negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabell independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji regresi linear berganda
sebagai berikut :
TABEL 15
Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: LOG(RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:34
Sample (adjusted): 1 13
Included observations: 12 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
C
-0.904642
-5.398583
0.563235
-87.54403
0.576589
5.563097
-0.166461
-6.040000
-0.903231
0.739904
1.456125
0.318873
26.91490
0.756248
1.547704
0.463901
1.684936
1.919623
-1.222647
-3.707500
1.766328
-3.252624
0.762434
3.594420
-0.358829
-3.584706
-0.470525
0.3088
0.0341
0.1755
0.0474
0.5013
0.0369
0.7435
0.0372
0.6701
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.962997
0.864323
0.374189
0.420053
3.086426
1.279998
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-3.780276
1.015869
0.985596
1.349276
9.759342
0.043682
Sumber : Output EViews
Dari hasil output yang dihasilkan dapat dirumuskan persamaan, setelah
dilakukan transformasi maka regresi yang dihasilkan adalah
146
LOG (Y) = -0.903231- 5.398583 LOG (X2) - 87.54403 LOG (X4) + 5.563097
LOG (X2.X5) - 6.040000 LOG (X4X5) + éi
Keterangan :
LOG (Y)
=
LOG (Return)
LOG (X2)
=
LOG (PER)
LOG (X4)
=
LOG (Beta)
LOG (X2.X5) =
LOG (PER.EVA)
LOG (X4.X5) =
LOG (Beta.EVA)
εi
=
Komponen pengganggu
Persamaan regresinya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar -0.903230 ; artinya jika LOG PER (X2), LOG beta (X4),
LOG PER.EVA (X2.X5), dan LOG Beta.EVA (X4.X5) nilainya adalah 0, maka
return saham (Y) nilainya -0.903230
b. Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar – 5.3985834, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan
1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar –
5.3985834 Koefisien bernilai negatif antara LOG (PER) dan LOG return
saham, semakin naik LOG (PER) maka semakin menurun LOG return saham.
c. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar –87.544034, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan
1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -
147
87.544034. Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return
saham, semakin naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham.
c. Koefisien regresi variabel PER.EVA (X2 X5) sebesar 5.56309719, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
5.56309719. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
LOG (PER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (PER.EVA)
maka semakin naik LOG return saham.
d. Koefisien regresi variabel Beta.EVA (X4 X5) sebesar -6.0400004, artinya jika
variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (Beta.EVA) mengalami
kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan
sebesar -6.0400004. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif
antara LOG (Beta.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG
(Beta.EVA) maka semakin turun LOG return saham.
D. Pembahasan.
Secara teori yang dipelajari dalam penelitian ini pada pengujian model I
terdapat pengaruh signifikan secara parsial pada Beta. Dalam dunia investasi
dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka
return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah
maka risiko juga akan rendah (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Beta
dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return, sesuai
dengan teori untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi
148
beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel
terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. Dalam penilaian saham,
terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis
fundamental dan analisis teknikal. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas
yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan
return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Sehingga
risk dan return merupakan hal yang berkaitan. Return adalah positif, dan risiko
adalah negatifnya.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian (Suharli, 2003) yang meneliti
Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food And
Beverages di Bursa Efek Jakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa Beta tidak
mempengaruhi return saham secara parsial, tetapi dalam penelitian ini beta
menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Peranan nilai tambah ekonomis (Economic Value Added), yang disingkat EVA
diduga dapat mempengaruhi return perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja
finansial baru yang digunakan perusahaan, dan EVA merupakan pendekatan yang
lebih baru dalam penilaian saham karena melalui EVA keberhasilan manajemen
perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan terlihat. Pendekatan
PER merupakan pendekatan yang lebih popular dipakai di kalangan analisis
saham dan para praktisi. Sehingga hal ini menguatkan dikarenakan PER dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa EVA dapat memperkuat PER terhadap return
saham, ini terbukti terdapat pengaruh yang signifikan pada hubungan EVA dalam
memperkuat
PER
terhadap
return.
Tujuan
corporate
finance
adalah
149
memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial
antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menikmati laba yang
besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai
hutang perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh.
Beta adalah sensitivitas tingkat pendapatan dari sebuah perusahaan terhadap
pergerakan tingkat pendapatan pasar secara keseluruhan dan Rm adalah tingkat
pendapatan yang diharapkan diperoleh dari portofolio pasar secara keseluruhan.
Setelah menentukan nilai biaya hutang dan biaya ekuitas, maka biaya modal ratarata tertimbang Dimana We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal dan
Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal. Baik ekuitas maupun hutang
dihitung berdasarkan nilai pasarnya. EVA sepintas terlihat lebih accounting-based
dari pada economic measure. Tetapi, pada kenyataannya pencipta EVA Stewart
(1991) mengusulkan serangkaian adjustments untuk menyesuaikan pengukuran
sehingga lebih mendekati basis arus kas economic. Hal ini menguatkan bahwa
EVA dapat memperkuat beta atau risiko terhadap return sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan.Hal ini sejalan dengan penelitian (I Putu Yadnya, 2003)
yang menganalisis pengaruh beberapa rasio keuangan dan nilai tambah ekonomis
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI bahwa hipotesis yang
dilakukan tidak terbukti bahwa EVA dapat memperkuat hubungan DER, PER,
dan ROA terhadap return saham di BEJ. EVA merupakan indikator tentang
adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukkan
perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan
sesuai dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai
150
perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan
pemegang saham. Peningkatan kemakmuran pemilik diarahkan pada penciptaan
nilai perusahaan yang diatur melalui peningkatan nilai pasar saham. Perusahaan
saham dapat memahami kegiatan-kegiatan yang akan dapat menciptakan nilai
secara terus-menerus, sehingga dapat memaksimalkan kekayaan pemilik. Selama
ini pengukuran kinerja manajerial umumnya dilakukan dengan menganalisa
laporan keuangan standar. Namun laporan keuangan sendiri mempunyai
kelemahan jika digunakan sebagai perangkat analisis. Jarang digunakan
pengukuran kinerja dengan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya
modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja yang menggunakan pendekatan nilai
tambah adalah Economic Value Added (EVA).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hari Murti Triatmojo (2009) yang
menguji kembali pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EVA (Economic
Value Added), dan rasio profitabilitas yang di ukur dengan DER (Debt to Equity
Ratio), PER (Price Earning Ratio), ROA (Return on Asset), dan beta terhadap
perubahan harga saham perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk periode 2005 sampai dengan 2008 dan pada penelitian
tersebut menunjukkan adanya pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan
EVA dan rasio profitabilitas.
Pada penelitian I Putu Yadnya (2003) menunjukkan berdasarkan pengamatan
secara parsial tersebut terbukti bahwa ROA berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham dengan nilai sebesar 0.0001 karena ROA mempunyai
hubungan positif terhadap EVA. Di samping itu, EVA dan ROA sama-sama
151
menggunakan konsep laba dalam perhitungannya tetapi dalam penghitungan yang
dilakukan sekarang bertentangan dengan penelitian I Putu Yadnya karena dalam
penelitian ini menunjukkan adanya signifikan variabel PER, Beta, (PER.EVA)
dan (Beta.EVA). Selain PER variabel beta dalam penelitian ini menunjukkan
signifikan saat diuji secara serempak dengan variabel lain, dikarenakan beta
memiliki konsep yang sama dalam penghitungannya beta (risiko sistematik)
digunakan untuk mencari Ke dan WACC dimana WACC dicari untuk menghitung
nilai EVA, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa beta mempunyai pengaruh
signifikan terhadap EVA. Sebaliknya PER memiliki pengaruh yang serupa
terhadap EVA, dikarenakan EVA dapat meningkatkan kepekaan hubungan antara
PER dan return saham. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif
menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai
kekayaan perusahaan / pemilik modal, dan sebaliknya. EVA negatif menyiratkan
adanya penurunan nilai kekayaan. Suatu perusahaan publik yang menghasilkan
nilai EVA yang negatif meskipun mampu membukukan laba bersih yang tinggi
sekalipun, berarti perusahaan ini belum mampu
menghasilkan tingkat
pengembalian modal yang sepadan untuk menutup resiko dan biaya investasi yang
ditanamkan pemilik modal (investor). (Moses L. Singgih, 2008). Dari apa yang
telah diuraikan dalam pembahasan di atas dapat dilihat bahwa EVA hanya dapat
memperkuat PER dan beta terhadap return.
152
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Pasar modal di Indonesia yang menunjukkan nilai yang baik untuk
berjalannya permodalan di Indonesia sangat memikat banyak investor untuk
menanamkan modalnya. Dewasa ini beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sudah banyak dari beberapa sektor dari industri perdagangan, jasa,
investasi, Manufaktur, Properti, Food and Beverages dan lainnya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pada pengujian model 1 variabel dependen Debt to Equity ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), dan beta (Risiko Sistematik)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap return saham
pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2005-2008, dilihat secara parsial hanya beta yang mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap return saham Jadi, hipotesis pertama terbukti
signifikan.
b. Pada pengujian model 2, dilihat secara parsial PER, Beta, PER.EVA, dan
Beta.EVA yang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap return saham
dengan taraf nyata PER sebesar 0.0341, beta sebesar 0.0441, variabel
PER.EVA sebesar 0.0372. Sebaliknya variabel lain tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham yaitu terdiri dari variabel DER, PER, ROA,
153
beta, dan EVA sebagai variabel moderating secara simultan berpengaruh
secara signifikan dengan nilai R Squared sebesar 0.96299 atau 96.30 %.
Sebaliknya 3.7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan
dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis kedua terbukti bahwa EVA
hanya dapat memperkuat hubungan PER dan beta terhadap return saham di
BEI periode 2005-2008.
B. Implikasi
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh Debt to
Equity Ratio, Price Earning Ratio, Return On Asset, dan beta terhadap return
saham, serta EVA dalam memperkuat Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio,
Return On Asset, dan beta terhadap return saham pada perusahaan di sektor
makanan dan minuman atau Food and Beverage yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi berbagai
pihak yang memiliki minat pada pasar modal:
1. Bagi lingkungan akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan, khususnya dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi return serta bagaimana
EVA dalam memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap return saham
pada perusahaan di sektor makanan dan minuman atau Food and Beverage
serta sektor lainnya yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
154
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan
penyedia informasi dalam melakukan perdagangan dan transaksi di bursa
dapat menjadi pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal,
Serta Investor dalam mengestimasi risiko dalam berinvestasi tepat
dikarenakan investor harus tahu dan memperhatikan kinerja perusahaan
yang dapat mempengaruhi return saham, seperti seperti : Debt To Equity
Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), Beta,
dan Economic Value Added (EVA). Oleh karena itu untuk mengaharapkan
tingkat pengembalian yang tinggi maka perusahaan perlu meningkatkan
kinerja keuangan terutama EVA, karena bila EVA menunjukkan negatif
maka kinerja perusahaan secara otomatis menurun sehinngga harus
dipertimbangkan banyak hal untuk biaya biaya modal karena menjadi
pertimbangan untuk memaksimukan nilai perusahaan dan agar dapat
mengambil keputusan yang baik dan tepat berinvestasi.
3. Bagi masyarakat
Penelitian ini bagi masyarakat secara umum diharapkan berguna sebagai
salah satu pengetahuan mengenai analisis pada pasar modal Indonesia.
C. Saran
Sebagai peneliti penulis menyadari, bahwa dalam melakukan penelitian harus
harus selalu dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, karena manajemen
155
keuangan dan pasar modal Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu,
maka untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya variabel penelitian diperbanyak dan tidak terbatas pada faktorfaktor yang mempengaruhi return saham dan hubungan EVA dalam
memperkuat DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham pada
perusahaan di sektor makanan dan minuman atau Food and Beverage yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi penelitian sejenis yang akan melakukan penelitian ini dapat
menambahkan ukuran kinerja keuangan di luar Economic Value Added (EVA)
serta melakukan penelitian tidak hanya pada perusahaan yang termasuk Saham
Gabungan.
156
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia,Njo.”Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti Di BEJ” Jurnal Ekonomi, 1998
Bramantyo,Roy.”Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER), Price to BookValue
(PBV), devidend Payout Ratio Terhadap Return Saham (studi
pada saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”. Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang,
2006
Cahyuttu W,Mauly.”Analisis Rasio Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Return
Saham pada Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006
Fahrur Rozi, Muhammad. “Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas Terhadap
Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI pada Tahun 2007” Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta :2009
Firmansyah Farid, Muhammad.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2007” Jurusan Akuntansi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang, 2009
Gary Biddle C.Bowen and Robert M.Wallace,James S. “Does EVA beat earnings
? evidence on associations with stock returns and firm
values”.Journal of accounting and economic, 1997.
Hakim, Rahman. ”Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode
EVA, ROA, dan Pengartuhnya Terhadap Return Saham yang
Tergabung Dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta” Fakultas
Ekonomi, Univeersitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006
Horrigan, O.J. “Some Empirical Bases of Financial Ratio Analysis”. The
Accounting, 1965
Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, ”Teori Portoflio dan Analisis Investasi
Teori dan Soal Jawab”, Alfabeta, Bandung, Agustus, 2009
Juma’atin,Dinah.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return dan
Return 15 hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta ” Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006
157
K.A
Ulupui,I.G.”Analisis
Pengaruh
Likuiditas,Leverage,Aktivitas,dan
Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang
Konsumsi di BEJ) “ Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana, 2008
Kholid,Abdul.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Saham-Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta “
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006
Kumala Trisnaeni,Dyah.”Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ ” Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2007
Martono,Cyrillius.”Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta
Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur
yang Go Public di Indonesia “Fakultas Ekonomi Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol.4 No.2 , , Nopember 2002
Nahrowi,Djalal Nachrowi. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan“ Jakarta, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
Nazwirman,“Penilaian Harga Saham Dengan Price Earning Ratio (PER) : Studi
Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek
Indonesia “Makara, Sosial Humaniora,Vol 12.No.2, Desember
2008
Noer Sasongko & Nila Wulandari.”Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas
Terhadap Harga-Harga Saham “ Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Empirika, Vol. 19 No. 1, Juni 2006
Pradono & Yulius Jogy Christiawan, ”Pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi Terhadap
Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) ” Universitas Kristen Petra Jurusan Ekonomi Akuntansi, 2002
Priyambodo,Ign Danang Masjhuri,Showam.”Analisis Harga Saham Perusahaan
Makanan Dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
“.Jurnal Akuntansi,Manajemen dan Ekonomi 1 (2) 1-18, 1999
Priyatno, Duwi. “SPSS : Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate “ Edisi
pertama, Cetakan pertama, Penerbit Gava Media, Yogyakarta,
2009
158
Priyatno, Duwi “Mandiri Belajar SPSS” Cetakan ketiga, Mediakom, Yogyakarta,
2008
Raharjo,Susilo.”Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham
pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2005
Setiawan,Rudi.”Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham
Industri barang Konsumsi yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45
yang Go Public di Bursa Efek Jakarta “ Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol.8.No 1 , Januari 2003
Sri Rahayu,Mariana.”Analisis Pengaruh EVA dan MVA Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2007
Sudarto,Fitrijati,Krishnoe Rachmi.Tohir.Sunarko,Bambang “Analisis Return
Saham Dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya (studi di
BEJ) “.Jurnal Ekonomi,Bisnis,dan Administrasi,September 1999
Suharli, 116”Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Return Saham
Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta ”
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta , 2003
Suharli,Michell.”Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi
Return Saham pada Industri Food And Beverages di Bursa Efek
Jakarta “ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 7 , No 2 Nopember
Universitas Katolik Indonesia
Suryo Utomo,Deny.”Pengaruh Asset Growth,Debt To Equity Ratio,Return On
Equity dan Earning Per Share Terhadap Beta Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002 –
2004 ) “ Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta : 2006
Tuasikal A.“Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Memprediksi Return Saham:
Studi
terhadap
Perusahaan
Pemanufakturan
dan
Nonpemanufakturan”. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Bandung Agustus; 762-786, 2001
Triatmojo,Hari Murti.”Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham (Studi Empiris
Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftad DI Bursa Efek
Indonesia.” Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2009
159
Utama,Chandra.” Pengaruh Pasar Saham Dunia terhadap Pasar Saham di
Indonesia “ Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan,
2008
Widarjono,Agus.”Ekonometrik: Teori Dan Aplikasi “, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama,Ekonesia,Yogyakarta, 2007
Widjaja, Amin Tunggal ”Pengantar Konsep Economic Value Added (EVA) dan
Value Based Management (VBM) ”, Harvarindo, 2008
Yadnya,I Putu.”Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Dan Nilai Tambah
Ekonomis Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
di BEJ”. Buletin studi ekonomi vol.9 no.2.Denpasar, 2004.
160
Lampiran 1
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2005
No
Nama Perusahaan
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
0.020
0.66
10.31
0.11
1.010
33,276,588.20
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
0.030
2.56
63.72
0.01
1.010
-343,482.26
3
PT Mayora Indah Tbk
(0.020)
0.61
16.06
0.03
1.020
36,116,718,405.60
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
(0.020)
3.44
5.14
0.47
1.020
6,781,328,203
5
PT Aqua Gollden Mississipi
0.050
0.78
10.35
0.09
1.010
32,754,067
6
PT Unilever Indonesia (UNVR)
0.007
0.76
21.56
0.37
1.020
1,300,160.08
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
0.100
0.22
0.91
0.42
1.000
-1,283,659,690
8
PT Sekar Laut Tbk
0.002
4.45
3.04
0.97
1.020
90,488,404.10
9
PT Smart Tbk
0.002
1.38
5.94
0.07
1.020
172,170,812,050
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
(0.050)
1.83
58.01
0.004
1.020
28,514.60
11
PT Delta Djakarta Tbk
0.130
0.32
1.39
0.1
1.010
2,657,399.10
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
0.040
1.64
11.01
0.15
1.010
71,382.78
13
PT Siantar Top Tbk
(0.010)
0.45
19.34
0.02
1.020
25,442,431
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
0.020
2.76
62.36
0.1
1.010
-35,510,182
Sumber : Data yang diolah
161
Lampiran 2
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2006
No
Nama Perusahaan
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
0.050
0.68
8.99
0.14
1.040
55,501,585.20
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
0.040
2.33
14.02
0.04
1.050
568,480.54
3
PT Mayora Indah Tbk
0.060
0.58
8.83
0.06
1.040
18,214,266.90
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
(0.020)
1.37
2.56
0.34
1.050
-10,091,167
5
PT Aqua Gollden Mississipi
0.060
0.77
23.45
0.06
1.040
13,428,778.60
6
PT Unilever Indonesia (UNVR)
(0.002)
0.95
20.74
0.37
1.050
1,695,433.43
0.200
1.86
8.75
0.04
1.030
-15,083,977
(0.010)
3.03
53.61
0.05
1.050
45,214,109.90
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
0.140
1.06
13.47
0.12
1.030
-63,963.78
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
0,09
1.37
10.6
0.03
1.050
36,977.82
11
PT Delta Djakarta Tbk
0.040
0.31
1.91
0.07
1.050
43,859,420
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
0.010
2.08
14.71
0.12
1.050
71,291.65
13
PT Siantar Top Tbk
0.040
0.36
13.28
0.03
1.040
-16,385,292
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
0.050
2.82
13.33
0.36
1.040
-12,226,753
Sumber : Data yang diolah
162
Lampiran 3
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2007
No
Nama Perusahaan
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
0.007
0.66
12.27
0.16
1.050
121,863,560
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
0.050
1.86
26.69
0.03
1.040
434,189.08
3
PT Mayora Indah Tbk
0.020
0.68
8.71
0.07
1.050
94,215,459.70
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
(0.020)
0.57
36.17
0.02
1.050
-3,474,505.10
5
PT Aqua Gollden Mississipi
0.030
0.72
24.47
0.07
1.050
13,776,816.80
6
PT Unilever Indonesia Tbk
0.040
0.79
24.51
0.37
1.050
1,933,114
0.240
2.07
13.33
0.03
1.020
-298,872,827
(0.080)
0.84
15.93
0.03
1.060
7,430,050.90
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
0.060
1.2
15.99
0.12
1.040
577,793.94
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
0.060
1.47
37.48
0.04
1.040
2,660.60
11
PT Delta Djakarta Tbk
(0.060)
0.24
6.07
0.08
1.060
82,377,718.80
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
(0.001)
2.22
18.3
0.14
1.050
84,456
13
PT Siantar Top Tbk
0.060
0.37
35.69
0.03
1.040
-12,534,235
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
0.200
3.36
47.12
0.02
1.020
-67,462,606
Sumber : Data yang diolah
163
Lampiran 4
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
No
Nama Perusahaan
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
0.080
0.64
11.66
0.16
0.930
91,867,410.70
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(0.070)
2.72
5.39
0.03
0.940
1,611,580.43
3
PT Mayora Indah Tbk
(0.040)
1.04
4.7
0.07
0.940
116,723,572
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
(0.020)
0.46
5.12
0.17
0.940
199,002,174
5
PT Aqua Gollden Mississipi
(0.010)
0.78
25.63
0.08
0.940
183,212,393
6
PT Unilever Indonesia (UNVR)
0.030
0.9
21.81
0.37
0.930
2,207,335.10
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
0.200
1.94
7.7
0.04
0.920
4,831,809.70
8
PT Sekar Laut Tbk
0.200
0.95
10.59
0.02
0.920
-12,765,476
9
PT Smart Tbk
(0.040)
1.05
2.59
0.1
0.940
983,915,878
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
0.007
1.5
2.18
0.02
0.940
10,205.06
11
PT Delta Djakarta Tbk
0.070
0.28
4.58
0.12
0.930
143,485,147
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
0.010
1.68
4.9
0.24
0.940
229,985.14
13
PT Siantar Top Tbk
-0,06
0.72
12.94
0.008
0.940
6,591,371.04
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
(0.040)
1.46
17.5
0.03
0.940
7,979,485.36
Sumber : Data yang diolah
164
Lampiran 5
Pengujian Menggunakan Eviews 5.0
1. Pengujian Model 1 (Sebelum Transformasi)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:27
Sample: 1 14
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DER
PER
ROA
BETA
C
-0.002652
-0.000921
0.041066
-7.869278
7.990877
0.007503
0.000601
0.043901
0.794173
0.801213
-0.353453
-1.532448
0.935430
-9.908772
9.973474
0.7319
0.1598
0.3740
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.926189
0.893384
0.015532
0.002171
41.53562
1.705857
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.034679
0.047568
-5.219374
-4.991139
28.23326
0.000042
Sumber : EViews
2. Pengujian Model 1 (Sesudah Transformasi)
Dependent Variable: LOG(RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/29/10 Time: 18:16
Sample: 1 14
Included observations: 13
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
C
-0.426926
0.011944
0.439660
-138.2511
-1.425050
0.350055
0.360200
0.202455
32.43560
0.889479
-1.219596
0.033159
2.171648
-4.262325
-1.602118
0.2574
0.9744
0.0617
0.0028
0.1478
165
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.775749
0.663623
0.583366
2.722524
-8.284166
2.302792
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-3.709175
1.005838
2.043718
2.261006
6.918572
0.010376
Sumber : EViews
3. Pengujian Model 1 (Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test )
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.105397
1.239525
Probability
Probability
0.974460
0.871549
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:31
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
C
RESID(-1)
RESID(-2)
RESID(-3)
RESID(-4)
-0.032706
0.261379
-0.032364
-35.55973
-0.301393
-0.957952
0.030007
0.538557
1.067257
0.530814
0.539556
0.315172
63.37496
1.274022
0.880051
0.755837
0.751937
0.990820
-0.061615
0.484434
-0.102686
-0.561101
-0.236568
-1.088519
0.039700
0.716227
1.077146
0.9538
0.6534
0.9232
0.6047
0.8246
0.3376
0.9702
0.5134
0.3420
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.095348
-1.713956
0.784687
2.462937
-7.632834
0.841996
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-5.21E-16
0.476316
2.558898
2.950016
0.052699
0.999618
Sumber : EViews
166
4. Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1)
6
Series: Residuals
Sample 1 14
Observations 13
5
4
3
2
1
0
-1.0
-0.5
0.0
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.21e-16
0.185258
0.540917
-1.062991
0.476316
-0.867093
2.813408
Jarque-Bera
Probability
1.647867
0.438703
0.5
Sumber : EViews
5. Pengujian Multikolinieritas dengan Melihat Korelasi Antar Variabel
(Pengujian Model 1)
VARIABEL
LOG(RETURN)
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER)
1.000000
-0.027634 -0.322032
-0.027634
1.000000
0.588472
-0.322032
0.588472
1.000000
0.445627
0.138791 -0.177527
-0.759771
-0.257624
0.115771
LOG(ROA)
0.445627
0.138791
-0.177527
1.000000
-0.125846
LOG(BETA)
-0.759771
-0.257624
0.115771
-0.125846
1.000000
Sumber : EViews
6. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroskedasticity Test (Pengujian
Model 1)
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.367484
5.507065
Probability
Probability
0.893550
0.702257
167
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:31
Sample: 1 14
Included observations: 13
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LOG(DER)
(LOG(DER))^2
LOG(PER)
(LOG(PER))^2
LOG(ROA)
(LOG(ROA))^2
LOG(BETA)
(LOG(BETA))^2
-0.911469
-0.084143
-0.209647
-0.364807
0.091563
-0.924359
-0.175073
-6.335349
4407.556
4.328553
0.282575
0.506818
2.545160
0.471287
1.209318
0.244692
39.35628
4692.392
-0.210571
-0.297772
-0.413653
-0.143334
0.194282
-0.764363
-0.715486
-0.160974
0.939298
0.8435
0.7807
0.7003
0.8930
0.8554
0.4873
0.5139
0.8799
0.4008
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.423620
-0.729139
0.385987
0.595942
1.590444
1.261362
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.209425
0.293533
1.139932
1.531051
0.367484
0.893550
Sumber : EViews
7.
Uji Normalitas Data (Pengujian Model 2)
6
Series: Residuals
Sample 1 13
Observations 12
5
4
3
2
1
0
-0.3
-0.2
-0.1
-0.0
0.1
0.2
0.3
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.82e-14
-0.074266
0.336399
-0.229155
0.195414
0.665589
2.029799
Jarque-Bera
Probability
1.356662
0.507463
0.4
Sumber : EViews
168
8. Pengujian Model 2 (Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.135238
2.554720
Probability
Probability
0.887190
0.278772
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:34
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
C
RESID(-1)
RESID(-2)
-0.350628
1.017441
-0.094961
-36.34512
0.214962
-1.023892
0.051182
0.767994
0.046245
0.584288
-1.591736
1.251373
8.684243
1.280584
94.40045
1.236357
9.176160
1.826206
7.431356
3.172226
3.208672
3.723092
-0.280195
0.117159
-0.074154
-0.385010
0.173867
-0.111582
0.028027
0.103345
0.014578
0.182096
-0.427531
0.8261
0.9258
0.9529
0.7660
0.8904
0.9293
0.9822
0.9344
0.9907
0.8853
0.7428
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.212893
-7.658173
0.575001
0.330626
4.522775
1.728212
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.82E-14
0.195414
1.079537
1.524035
0.027048
0.999881
Sumber : EViews
169
9. Pengujian Multikolinieritas dengan Melihat Korelasi Antar Variabel
(Pengujian Model 2)
VARIABEL
LOG(RETURN)
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
KORELASI
1.000000
-0.140206
-0.478444
0.432122
-0.740202
-0.033743
-0.093942
0.133712
0.017046
Sumber : EViews
10. Uji Heteroskedastisitas dengan White Heteroskedasticity Test (Pengujian
Model 2)
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.624476
8.178963
Probability
Probability
0.744373
0.516217
Sumber : EViews
11. Pengujian Model 2 (Setelah Transformasi)
Dependent Variable: LOG(RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/02/10 Time: 16:34
Sample (adjusted): 1 13
Included observations: 12 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DER)
LOG(PER)
LOG(ROA)
LOG(BETA)
-0.904642
-5.398583
0.563235
-87.54403
0.739904
1.456125
0.318873
26.91490
-1.222647
-3.707500
1.766328
-3.252624
0.3088
0.0341
0.1755
0.0474
170
LOG(DER_EVA)
LOG(PER_EVA)
LOG(ROA_EVA)
LOG(BETA_EVA)
C
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.576589
5.563097
-0.166461
-6.040000
-0.903231
0.962997
0.864323
0.374189
0.420053
3.086426
1.279998
0.756248
1.547704
0.463901
1.684936
1.919623
0.762434
3.594420
-0.358829
-3.584706
-0.470525
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.5013
0.0369
0.7435
0.0372
0.6701
-3.780276
1.015869
0.985596
1.349276
9.759342
0.043682
Sumber : EViews
171
Lampiran 6
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2005
(Setelah Transformasi LOG)
No
Nama Perusahaan
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Mayora Indah Tbk
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
5
PT Aqua Gollden Mississipi
6
PT Unilever Indonesia (UNVR)
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
-3.91
-0.42
2.33
-2.21
0.01
17.32
-3.51
0.94
4.15
-4.61
0.01
12.75
-3.91
-0.49
2.78
-3.51
0.02
24.31
-3.91
1.23
1.64
-0.76
0.02
23
-3.00
-0.25
2.34
-2.41
0.01
17
-4.96
-0.27
3.07
-1.00
0.02
14.08
-2.30
-1.51
-0.09
-0.87
0
21
-6.21
1.49
1.11
-0.03
0.02
18.32
-6.21
0.32
1.78
-2.66
0.02
26
-3.00
0.60
4.06
-5.52
0.02
10.26
-2.04
-1.14
0.33
-2.30
0.01
14.79
-3.22
0.49
2.40
-1.89
0.01
11.18
-4.61
-0.79
2.96
-3.91
0.02
17
-3.91
1.02
4.13
-2.30
0.01
17
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
11
PT Delta Djakarta Tbk
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
13
PT Siantar Top Tbk
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
Sumber : Data yang diolah
172
Lampiran 7
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2006
(Setelah Transformasi LOG)
No
Nama Perusahaan
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Mayora Indah Tbk
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
5
PT Aqua Gollden Mississipi
6
PT Unilever Indonesia (UNVR)
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
-3.0
-0.39
2.20
0.04
0.04
17.83
-3.22
0.85
2.64
0.05
0.05
13.25
-2.81
-0.54
2.18
0.04
0.04
16.72
-3.91
0.31
0.94
0.05
0.05
16
-2.81
-0.26
3.15
0.04
0.04
16.41
-6.21
-0.05
3.03
0.05
0.05
14.34
-1.61
0.62
2.17
0.03
0.03
17
-4.61
1.11
3.98
0.05
0.05
17.63
-1.97
0.06
2.60
0.03
0.03
11.07
-4.61
0.31
2.36
0.05
0.05
10.52
-3.22
-1.17
0.65
0.05
0.05
18
4.61
0.73
2.69
0.05
0.05
11.17
-3.22
-1.02
2.59
0.04
0.04
17
-3.0
1.04
2.59
0.04
0.04
16
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
11
PT Delta Djakarta Tbk
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
13
PT Siantar Top Tbk
14
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
Sumber : Data yang diolah
173
Lampiran 8
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2007
(Setelah Transformasi LOG)
No
Nama Perusahaan
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Mayora Indah Tbk
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
5
PT Aqua Gollden Mississipi
6
PT Unilever Indonesia Tbk
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
11
PT Delta Djakarta Tbk
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
13
PT Siantar Top Tbk
14
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
-4.96
-0.42
2.51
-1.83
0.05
19
-3.0
0.62
3.28
-3.51
0.04
12.98
-3.91
-0.39
2.16
-2.66
0.05
18.36
-3.91
-0.56
3.59
-3.91
0.05
15.06
-3.50
-0.33
3.20
-2.66
0.05
16.44
-3.21
-0.24
3.20
-1.00
0.05
14
-1.43
0.73
2.59
-3.51
0.02
20
-2.52
-0.17
2.77
-3.51
0.06
15.82
-2.81
0.18
2.77
-2.12
0.04
13.27
-2.81
0.39
3.62
-3.22
0.04
7.89
-2.81
-1.43
1.80
-2.53
0.06
18.23
-6.91
0.80
2.91
-1.97
0.05
11
-2.81
-1.00
3.57
-3.51
0.04
16
-1.61
1.21
3.85
-3.91
0.02
18
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
Sumber : Data yang diolah
174
Lampiran 9
Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
(Setelah Transformasi LOG)
No
Nama Perusahaan
1
PT Fast Food Indonesia Tbk
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Mayora Indah Tbk
4
PT Ultra Jaya Milk Tbk
5
PT Aqua Gollden Mississipi
6
PT Unilever Indonesia Tbk
7
PT Prashida Aneka Niaga Tbk
8
PT Sekar Laut Tbk
9
PT Smart Tbk
10
PT Tunas Baru Lampung Tbk
11
PT Delta Djakarta Tbk
12
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
13
PT Siantar Top Tbk
14
Return
DER
PER
ROA
Beta
EVA
-2.53
-0.45
2.46
-1.83
-0.07
18.34
-2.65
1.00
1.68
-3.51
-0.06
14.29
-3.21
0.04
1.55
-2.66
-0.06
19
- 3.912
-0.78
1.63
-1.77
-0.06
19
- 4.61
-0.25
3.24
-2.53
-0.06
19
-3.51
-0.11
3.08
-1.00
-0.07
14.61
-1.61
0.66
2.04
-3.22
-0.08
15.39
-1.61
-0.05
2.36
-3.91
-0.08
16
-3.22
0.05
0.95
-2.30
-0.06
21
-4.96
0.41
0.78
-3.91
-0.06
9.23
-2.66
-1.27
1.52
-2.12
-0.07
19
-4.61
0.52
1.59
-1.43
-0.06
12.35
-2.81
-0.33
2.56
-4.83
-0.06
15.70
-3.22
0.38
2.86
-3.51
-0.06
15.89
PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk
Sumber : Data yang diolah
175
Download