STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Oleh Roey Sandi NIM: 105081002540 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010M SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Roey sandi NIM : 105081002540 Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggungjawab saya. Jakarta, 24 Maret 2010 (Roey Sandi) 2 STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Roey Sandi NIM : 105081002540 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Hj.Pudji Astuty,SE.,MM Titi Dewi Warninda,SE.,MSi NIP.031 106 5804 NIP.19731221 200501 2002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010M 3 STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Roey Sandi NIM : 105081002540 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Hj.Pudji Astuty,SE.,MM Titi Dewi Warninda,SE.,MSi NIP.031 106 5804 NIP.19731221 200502002 Penguji Ahli I Penguji Ahli II Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM Hemmy Fauzan,SE.,MM NIP.19690203 200112 1003 NIP.19760822 200701 1014 4 Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah diajukan Ujian Komprehensif atas nama Roey Sandi NIM :15081002540 dengan judul Skripsi ”STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 November 2009 Tim Penguji Ujian Komprehensif Indoyama N.SE.,MAB Suhendra, S.Ag.,MM Ketua Sekretaris Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM Penguji Ahli 5 Skripsi ini kupersembahkan untuk keluargaku tercinta dan orang-orang terdekatku Yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup anak-anaknya dalam iringan doa dan untaian kasih saying serta memfasilitasi putra – putranya tanpa membeda-bedakan dan selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dari awal dan akhir yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberi dukungan anakanaknya demi kesuksesannya Teman-temanku tercinta yang selalu membeikan dukungan dan meluangkan waktuny pada saat aku memerlukan bantuan . Serta Dosen Pembimbing yang sampai saat ini memberikan jalan terang untuk tercapainya pembuatan skripsi ini Terima kasih Aku Sangat Menyayangi Kalian 6 ROEY SANDI Jl.Juraganan 1. Rt 02/Rw 012 No.15 Kelurahan Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12210 Email : [email protected] HP : 085691849757 / 087882242263 Tempat / Tanggal Lahir Agama Tinggi / Berat Badan Status : Yogjakarta, 17 September 1987 : Islam : 176cm / 55kg : Belum Menikah Pendidikan Formal Tahun 1993 - 1999 1999 – 2002 2002 – 2005 2005 - 2010 Lembaga Pendidikan SDN Grogol Utara 08 Petang SLTPN 16 Palmerah SMU Negeri 29 Kebayoran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keterangan LULUS LULUS LULUS IPK 3,14 Seminar dan Pelatihan Tahun 2006 Bidang Seminar Nasional Quo Vadis Perekonomian Indonesia Lembaga BEMF FEIS UIN Jakarta Keterangan Sertifikasi Pengalaman Kerja 2008 : Koperasi Visiana Bakti TVRI 7 ABSTRACT In decision making for investors must be careful to invest their fund at various financial assets. Recently, Some companies that listed in Indonesia Stock Exchange have already more abundant to many sectors like Trade Company, Service Company, Investment, Property, Food and Beverage, and other sectors. In this research are factors that influence return of stock investment like Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Asset (ROA), and systematic risk then Economic Value Added (EVA) as moderating variable can influence the relationship of DER, PER, ROA, and systematic risk to share return in the period 2005 to 2008. The objective of this research is to prove that factors above have strong effect to share return and the purpose can be obtained. The population of this research is food and beverage listed in Indonesian Stock Exchange in 2005 to 2008 with the method of proportional random sampling based on their kind of business. The analysis model applied is multiple regression analysis. The data was analyzed by using EViews version 5.0. The result of research shows that simultaneously independent variable of Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Return on Assets, systematic risk, and Economic Value Added have significant effect to share return at the companies taken as samples for the period of 2005 to 2008. Key words : economic value added, food and beverage company, Indonesia Stock Exchange 8 STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Roey sandi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK Dalam pengambilan sebuah keputusan para pemegang saham (investor) harus lebih teliti untuk menginvestasikan dananya pada berbagai aset keuangan. Dewasa ini beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah banyak dari beberapa sektor dari industri perdagangan, jasa, investasi, Manufaktur, Properti, makanan dan minuman dan lainnya. Dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham seperti Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (DER), Return On Asset (ROA), dan Beta serta bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA) sebagai variabel moderat dapat mempengaruhi hubungan DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham tersebut periode 2005 sampai dengan 2008 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa faktor-faktor di atas dapat berpengaruh terhadap return saham Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005 sampai dengan 2008 dengan sampel diambil secara proporsional random sampling berdasarkan jenis usaha yang akan diteliti. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Data diolah dengan bantuan EViews 5.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas Debt to Equtiy Ratio, Price Earning Ratio, Return On Asset, dan beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Kata kunci : nilai tambah ekonomis, perusahaan makanan dan minuman, Bursa Efek Indonesia 9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat Beriring salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita yang telah membimbing Ummatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Penulis mencoba untuk mencari bukti empiris apakah rasio-rasio keuangan dapat mempengaruhi return saham, serta apakah EVA dapat memperkuat faktorfaktor yang mempengaruhi itu terhadap return. Atas dasar itulah maka disusun skripsi dengan judul : STUDI EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI), Penyusunan skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan hasil laporan penelitian ini tidaklah akan terwujud dengan baik, karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta, Ibu dan Ayah yang telah memberikan dukungan moral dan materiil demi kebelangsungan pendidikan dan kesuksesan anak-anaknya, serta untaian doanya selama ini,sehingga penulisan skripsi ini dapat terlesaikan. 2. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid,MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial beserta Pembantu Dekan I,II,II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof Dr.Ahmad Rodoni,MM, Pudek Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu 10 memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsinya. 4. Bapak Indoyama N,SE.,MAB, Ketua Jurusan Manajemen yang telah banyak membantu dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Leis Suzanawaty, SE.,M.Si, Sekretaris Jurusan Manajemen yang telah membantu penulis secara administratif. 6. Ibu Dr.Hj.Puji Astuty,SE.,MM, Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bantuan ,ilmunya, serta masukan-masukan secara detail dalam penulisan skripsi kepada penulis hingga selesai. 7. Ibu Titi Dewi Warninda,SE.,M.Si, Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmunya serta masukan secara detail dalam penulisan skripsi kepada penulis hingga selesai. 8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama berada di bangku kuliah. 9. Keluarga besar di Jakarta dan Jogjakarta, yang selalu memberi dukungan untuk mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Sahabatku yang suka hang out di Sky Gilang, kakak Juan, Juan, Novriansyah, (Coky), Jessica, Mimi, Vadiel, Kaka dirga, Legita wilmanda dan semua teman-temanku yang selalu mengiringi hidupku serta Facebookers dan Twitters yang setia selama ini selalu memberikan motivasi dan support supaya skripsi ini dapat terlesaikan. 11. Sahabatku Brianditya, Ferina “Erin”, Robin, Egy, Ncuz, Diyar, Yuli Thea, dan Dumas, serta Ex Be Happy Management yang selalu menemaniku dan memberi support dan doa agar skripsi ini dapat terlesaikan. 12. Semua teman-temanku di Gemilang Management, dan mba Nini yang dulu memberi semangatku dalam menjalankan kuliah, dan semoga menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan Negara. Amin..... 11 13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen angkatan 2005, Kak Yusuf Ardy (Mr.Kocak), Enny Safitri (Si Pendiam), Lesda Mutiaroh (Ms.Repot), Ibrahim Putra (Cianjur pisan), Rahmawati Apriliana (Ms.Deborah), Faizah (Ms.Ngemil), Yeny Fauziah (Ms. Rumpi), Muhibah (Ms.Lumpia), Susy Anggreini (Guruku Cantik Sekali), Wisudowati Ayu Sugito (Ms. Brilliant), Ninol (Imut-Imut), Fitriawati (Ms.Silent), Rina Apriliana (Ms.Molor), Selvina (Ms.Imut), Siti Qoriah (Ibu O’i), Mia (Ustadzah Gaul), Mitha (Ibu Ustadzah), Nurjanah (Ibu Mahasiswi), Polo (Sang Kapten), Bang Ridwan (Sang Ustad), Ahmad Dahlan (Lelaki Tangguh), Idel (Mr.Ngeres), Andry, Uyet, Marcos, Ifin, Rozak, Harry, Bang Wirawan, Iin, Q-Baqiah, Fauzi, Jody, Ustad, Here, Atel, Feby dan semua alumni Manajemen Keuangan 6A dan Manajemen D yang dulu sama-sama menjadi teman di bangku kuliah, semoga kita sukses di masa depan, amin............ 14. Serta teman-teman kecil ku dulu yang sampai saat ini mendukungku, dan sahabatku di SMA Brian, dan Alumni Rohis SMU 29 yang selalu memberi motivasi aku untuk menjalani hidup dan selalu ingat Allah. Semua Pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas dukungannya dan bantuan yang tulus serta doa yang diberikan penulis selama ini demi kelancaran dalam pembuatan skripsi ini. Pada Akhirnya pada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materiil dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, khususnya pribadi penulis, serta yang Maha Kuasa senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua. 12 Amin ya rabbal’alamin.. Jakarta, 12 Maret 2010 Penulis 13 DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP i ABSTRACT ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GRAFIK xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi masalah 7 C. Batasan masalah 8 D. Perumusan Masalah 8 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 11 a. Pengertian Pasar Modal 13 b. Analisis Laporan Keuangan 14 c. Debt to Equity Ratio 15 d. Peranan Economic Value Added (EVA) 15 e. Return Saham 18 f. Price Earning Ratio 22 g. Return On Asset (ROA 23 B. Penelitian Terdahulu 24 C. Hubungan Antar Variabel 29 D. Kerangka Berpikir 31 E. Perumusan Hipotesis 33 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 36 B. Metode Penentuan Sampel 36 C. Metode Pengumpulan Data 39 D. . Metode Analisis 40 a. Menghitung Return 41 b. Menghitung Debt to Equity Ratio 41 c. Menghitung Price Earning Ratio 42 d. Menghitung Return On Asset 43 e. Menghitung Beta 44 f. Menghitung EVA 45 E. Operasional Variabel Penelitian BAB IV 55 PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 58 a. Sejarah Pasar Modal di Indonesia 58 b. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia 62 B. Analisis Variabel 77 a. Analisis Deskripsi Return Saham 78 b. Analisis Deskripsi Debt to Equity Ratio 82 c. Analisis Price Earning Ratio 85 d. Analisis Return On Asset 89 e. Analisis Deskripsi beta 92 f. Analisis Deskripsi Economic Value Added 96 C. Penemuan 99 a. Pengujian Model 1 99 1. Pengujian Asumsi Klasik 99 a) Uji Normalitas 100 b) Uji Autokorelasi 101 c) Uji Multikolinieritas 103 d) Uji Heteroskedastisitas 104 15 2. Pengujian Hipotesis a) Uji t 105 b) Uji F 108 c) Uji Regresi Linier Berganda 109 b. Pengujian Model 2 111 1. Pengujian Asumsi Klasik 111 a) Uji Normalitas 112 b) Uji Autokorelasi 114 c) Uji Multikolinieritas 115 d) Uji Heteroskedastisitas 117 2. Pengujian Hipotesis 118 a) Uji t 118 b) Uji F 124 c) Uji Regresi Linier Berganda 126 D. Pembahasan BAB V 105 128 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan 134 B. Implikasi 135 C. Saran 136 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 16 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Hal 1 Daftar Perusahan 38 2 Return Saham 78 3 Debt To Equity Ratio 82 4 Price Earning Ratio 85 5 Return On Assets 89 6 Beta (Risiko Sistematik) 92 7 Economic Value Added (EVA) 96 8 Uji Autokorelasi 101 9 Uji Multikolineritas 103 10 Uji Heterokedastisitas 104 11 Uji Regresi Berganda 110 12 Uji Autokorelasi 114 13 Uji Multikolineritas 116 14 Uji Heterokedastisitas 117 15 Uji Regresi Berganda 126 17 DAFTAR GRAFIK Nomor Keterangan Hal 1.1 Return Saham Sebelum Transformasi 79 1.2 Return Saham Sesudah Transformasi 80 2.1 (DER) Sebelum Transformasi 83 2.2 (DER) Sesudah Transformasi 83 3.1 (PER) Sebelum Transformasi 86 3.2 (PER) Sesudah Transformasi 87 4.1 (ROA) Sebelum Transformasi 90 4.2 (ROA) Sesudah Transformasi 90 5.1 (Risiko Sistematik) Sebelum Transformasi 93 5.2 (Risiko Sistematik) Sesudah Transformasi 93 6.1 (EVA) Sebelum Transformasi 97 6.2 (EVA) Sesudah Transformasi 98 18 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Hal 7 Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1) 100 8 Uji Normalitas Data (Pengujian Model 2) 113 19 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Hal 1 Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 i 2 Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 ii 3 Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 iii 4 Data Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 iv 5 Pengujian Menggunakan Eviews v 6 Data Perusahaan Tahun 2005 (Setelah Transformasi LOG) xii 7 Data Perusahaan Tahun 2006 (Setelah Transformasi LOG) xiii 8 Data Perusahaan Tahun 2007 (Setelah Transformasi LOG) xiv 9 Data Perusahaan Tahun 2008 (Setelah Transformasi LOG) xv 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan lahan empuk bagi investor untuk menanamkan modal untuk diinvestasikan dalam berbagai bentuk sekuritas. Sehingga tidak salah lagi perusahaan berbagai aspek dan jenis menjadi bagian dalam pasar bursa. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu dari emerging market, yaitu pasar modal yang baru berkembang diantara Negara-negara sedang berkembang atau Negara industri baru dengan pertumbuhan yang fantastis. Pada tahun 1996 lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang terbaik di Asia Tenggara. Selama 1 tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tumbuh 24.01 % atau naik 123.582 poin menjadi 637.432.. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) bagian berdasarkan jenis industri yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang makanan/konsumsi, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi, keuangan, sektor perdagangan, jasa dan investasi. Di dalam era globalisasi ekonomi dunia yang tengah berlangsung dewasa ini setiap Negara merupakan bagian dari tatanan ekonomi dunia. Krisis moneter yang hingga saat ini masih berlangsung membawa dampak pada hampir semua aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari menurunnya kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti terjadi penurunan IHSG, nilai kapitalisasi 21 pasar maupun jumlah perusahaan yang akan listing di bursa. Harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia mengalami koreksi sepanjang semester kedua tahun 1997 akibat krisis moneter. Hampir semua sektor terkoreksi akibat krisis moneter, kecuali sektor pertambangan yang mencatat gain sebesar 19.74%. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target pertumbuhan sektor industri rata-rata 8 persen per tahun untuk periode 2005-2009. Selain itu, ditetapkan empat kelompok industri prioritas, yaitu industri berbasis pertanian atau agro (pengolahan kelapa sawit, pengalengan ikan, karet, kayu, cokelat, dan lain-lain), industri alat-alat transportasi (kendaraan bermotor, perkapalan, dan kedirgantaraan), industri telematika (informasi dan telekomunikasi) dan manufaktur (tekstil, alas kaki, keramik, elektronik, konsumsi kertas, dan ban) (http//www.kompas.co id). Faktor utama yang menentukan kapasitas produksi suatu industri adalah modal investasi awal, perkembangan industri, ketersediaan SDM, teknologi sumber daya alam, dan sektor-sektor pendukung. Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah yang dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Pasar modal di Indonesia, yaitu BEI dapat menjadi media pertemuan antara investor dan industri. Khusus untuk industri (manufacture) terdapat 153 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan industri makanan dan minuman ada sebanyak 20 perusahaan (ICMD, 2004). Masih sedikitnya industri makanan dan minuman yang mencari dana melalui pasar modal membuka kesempatan luas bagi perusahaan sejenis lainnya untuk mencari dana di BEI. Bagi 22 perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal perlu memperhatikan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai regulator pasar modal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai perusahaan sehingga terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keuangan yang mendasar pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA). Peningkatan kemakmuran pemegang saham antara lain dapat diukur dengan metode Economic Value Added (EVA). Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennet Steward, III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest For Value” (Harper Business, 1991). Konsep EVA menjadi sistem manajemen keuangan yang hangat dewasa ini. Menurut majalah Economist (2 Agustus 1997) lebih dari 300 perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem berbasis EVA. Metode ini diperkenalkan sekitar tahun 90-an oleh Stern Stewart dan Co’s, sebuah perusahaan konsultan dari New York. EVA adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA merupakan indikator 23 tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukkan perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan kemakmuran pemilik diarahkan pada penciptaan nilai perusahaan yang diatur melalui peningkatan nilai pasar saham. Perusahaan saham dapat memahami kegiatan-kegiatan yang akan dapat menciptakan nilai secara terus-menerus, sehingga dapat memaksimalkan kekayaan pemilik. Selama ini pengukuran kinerja manajerial umumnya dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan standar. Namun laporan keuangan sendiri mempunyai kelemahan jika digunakan sebagai perangkat analisis dan jarang digunakan pengukuran kinerja dengan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Sebelum mengenal jauh tentang EVA ada beberapa analisis data yang diperoleh tentang kontribusi EVA pada perusahaan. Mencermati perhitungan EVA tahun ini banyak hal yang menarik. Secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah perusahaan yang berhasil mencetak EVA. Tahun ini, hanya 24 perusahaan public nonbank dan lembaga keuangan yang mampu mencetak EVA positif, sedangkan tahun lalu ada 34 perusahaan. Berarti, hanya 10.9% dari Total perusahaan terbuka non bank dan lembaga keuangan lain yang berhasil menciptakan value bagi shareholder-nya. Hasil ini cukup menarik, karena di kala suku bunga SBI makin rendah atau turun menjadi 15.24% dibanding tahun 2001 yang sebesar 16.41%, perusahaan publik di Indonesia justru semakin sedikit yang 24 membukukan nilai EVA positif. Padahal, penurunan SBI ini dapat dipergunakan sebagai indikator sederhana bahwa cost of capital yang ditanggung perusahaan seyogyanya lebih ringan. Penjelasan mengenai hal ini sebenarnya bisa dilihat sejalan dengan investasi baru yang dilakukan, sedangkan laba usaha setelah pajak (NOPAT/net operating profit after tax) cenderung tidak banyak peningkatan, bahkan dibeberapa industri, terutama perdagangan, tampak mengalami penurunan NOPAT. Sementara itu, industri barang konsumsi didominasi perusahaan blue chips tampil sebagai industri yang mampu menghasilkan perusahaan value creator terbanyak di Indonesia selama tiga tahun terakhir. Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar Produk Domestik Bruto, yakni 64,7%,dan tumbuh cukup kuat (4.7% selama 2002), membuka peluang perusahaan yang melayani kebutuhan konsumsi menciptakan value bagi pemegang sahamnya. Jadi, bukanlah sesuatu yang aneh, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, jika Top Ten Value Creator tahun 2003 pun masih didominasi emiten dari industri ini dan sayangnya, PT Unilever Indonesia Tbk harus mengakui keunggulan PT Telkom Indonesia yang memang performanya meningkat sangat bagus. Aset besar terbukti tetap merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam penciptaan EVA yang tinggi. Dikarenakan, Unilever yang dikenal sebagai perusahaan yang sangat efisien dalam mengutilisasi asetnya, berhasil membukukan diri sebagai peraih spread EVA tertinggi (18,78%) dalam peringkat SWA100 tahun ini. Pada tahun 2002, sekali lagi sub industri rokok benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Keempat perusahaan di industri ini dapat bertahan sebagai perusahaan SWA100, bahkan 25 HM Sampoerna dan Gudang Garam tetap bercokol di deretan elite perusahaan value creator. Sayang, tidak semua perusahaan rokok berhasil membukukan EVA positif. Penurunan NOPAT yang dialami PT Bentoel International Investasi berkode RMBA dan PT BAT Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya mempertahankan peringkat yang telah mereka capai tahun sebelumnya. Sementara itu, di subindustri makanan dan minuman, PT Indofood Sukses Makmur, PT SariHusada, PT Multi Bintang Indonesia, PT Aqua Golden Mississippi yang tahun lalu masuk dalam Top Ten Value Creator, sekarang kembali merajai peringkat SWA100. Berdasarkan data pada JSX Fact book tahun 1997, nilai perdagangan sektor industri makanan dan minuman menempati urutan kedua di bawah industri dasar dan kimia. Hal ini akan menyebabkan industri pada sektor ini sebenarnya tidak akan banyak terpengaruh siklus ekonomi makro, karena dalam keadaan resesi maupun booming masyarakat pasti akan selalu membutuhkan komoditi ini. Seorang investor akan dihadapkan dua macam risiko yaitu risiko fundamental dan risiko pasar. Risiko fundamental dapat diketahui dengan melihat kebijakan keuangan emiten yaitu leverage keuangannya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menulis proposal penelitian ini dengan judul “Studi Empiris Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food And Beverage Di Bursa Efek Indonesia”. 26 Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005 sampai dengan 2008, sedangkan penelitian sebelumnya adalah perusahaan non konsumsi dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Pada penelitian ini ditambah variabel moderat yaitu Economic Value Added (EVA). 3. Pada penelitian ini membuktikan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi return, dan adanya hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Assets (ROA), dan risiko sistematis atau beta terhadap return saham. 4. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003. B. Identifikasi masalah Peneliti ingin menguji apakah dengan adanya peningkatan return saham pada tahun 2005-2008 dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat pengembalian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sudarto, Krishnoe Rachmi Fitrijati, Tohir, Bambang Sunarko, dan I Putu Yadnya dengan maksud untuk menguji apakah memang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi return saham dan adanya rasio profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang go public sehingga dapat dilihat bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi 27 return saham dan apakah EVA dapat memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pengukuran profitabilitas perusahaan, yaitu pengukuran profitabilitas perusahaan dari tingkat Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Asset (ROA), Risiko Sistematis (Beta), dan Economic Value Added (EVA). C. Batasan masalah Penelitian hanya meliputi perusahaan yang tergabung dalam IHSG yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan dari tahun 2005 sampai dengan 2008 dan penelitian hanya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi return seperti DER, PER, ROA, dan beta serta menguji apakah Economic Value Added (EVA) dapat memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap return saham baik secara parsial maupun simultan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), dan Risiko Sistematis (Beta) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah Economic Value Added (EVA) dapat memperkuat hubungan Debt to equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), dan 28 Risiko Sistematis (Beta) terhadap return saham pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji DER, PER, ROA, dan Risiko Sistematis (Beta) secara empiris tentang pengaruhnya terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menguji dan membahas pengaruh EVA dengan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terhadap return saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Adapun hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain pihak-pihak berikut. 1. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan atau kondisi return saham di pasar modal terutama di Indonesia dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya serta hubungan nilai tambah ekonomis untuk memperkuat rasio keuangan terhadap return sehingga perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau pemikiran dalam mengambil keputusan. 2. Bagi penulis Penelitian ini menjadi media bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang selama ini peneliti dapat dari mengikuti 29 perkuliahan di jurusan manajemen keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan penyedia informasi sehingga dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. 4. Penelitian selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan, khususnya yang ingin mendalami dan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham serta hubungan EVA dalam memperkuat DER, PER, ROA, dan risiko sistematis terhadap return saham. 5. Bagi masyarakat Penelitian ini bagi masyarakat secara umum diharapkan berguna sebagai salah satu pengetahuan mengenai investasi pada pasar modal Indonesia. 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Pasar modal merupakan salah satu fasilitas untuk menyalurkan dana dari lenders (pihak yang memiliki kelebihan dana) kepada borrowers (pihak yang membutuhkan dana). Dengan menginvestasikan dana yang dimiliki di sisi lenders berharap mendapat imbalan dari penyerahan dana tersebut dan sebaliknya dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar yang memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa menggganggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dengan proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran (Husnan, 2001). Ukuran yang sangat lazim dipakai dalam penelitian suatu perusahaan untuk menilai kinerjanya dinyatakan dalam rasio keuangan yang dibagi dalam empat kategori utama (Martono dan Agus Harjito, 2004 : 53), yaitu : 1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio) Rasio likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. 31 2. Rasio Aktivitas (activity ratio) Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. Dengan kata lain, rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. 3. Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan tidak solvabel bila total utang lebih besar daripada total aset. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka panjang, sehingga rasio ini berfokus pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio solvabilitas, antara lain rasio total utang terhadap total aset, rasio time interest earned, dan rasio fixed charges coverage. 4. Rasio keuntungan (profitability ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka panjang, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden. Rasio ini akan dibahas tersendiri, karena merupakan bagian dari penelitian. Kemampuan perusahaan untuk menghaslkan laba dalam kegiatan operasinya (profitabilitas) merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indikator 32 kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Sebagaimana layaknya kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik apabika didukung oleh maraknya kegiatan di pasar.Demikian pula halnya dengan aktivitas yang berlangsung di pasar modal oleh perilaku di pasar modal oleh perilaku pasar, baik menurut emiten, broker, maupun investor. Menurut Sunariyah (2000:7) peran pasar modal dapat dilihat dari lima aspek berikut : a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara penjual dan pembeli sekuritas dengan berbagai kemudahan melalui sistem komputerisasi. b. Dapat memberikkan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. c. Operasi pasar modal dapat menghindari ketidakpastian (uncertainty) pada masa yang akan datang. d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat dalam pengembangan perekonomian dengan melakukan nvestasi melalui pasar modal. 33 2. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Horigan (1965) dalam (Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Analisis laporan keuangan tidak saja dilakukan dalam periode tertentu, tetapi diperlukan adanya suatu analisis komparatif sehinnga dapat dilihat suatu hubungan keuangan atau kecendrungan yang bersifat signifikan. Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksisitensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. 3. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) digunakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ 34 equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka penjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Secara sistematis debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Debt DER = ____________________ Total Shareholders’equity 4. Peranan Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) (Amin Tunggal Widjaja, 2008). Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang ini, tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan perusahaan untuk meningkatkan Economic Value Added, karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungkan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen. Menurut David Young (2000:32) EVA merupakan pengukur kinerja yang dapat dihitung di tingkar divisi.Menurut teori EVA dapat dihitung untuk setiap 35 kesatuan,departemen,segmenbisnis,secara geografis,dan sebagainya.Pebedaan secara pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional dalah EVA merupakan laba ekonomis, kebalikan dari laba akuntansi. Brigham (2001:53) mengatakan bahwa EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepda pemegang saham.Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA maka hal ini dapat membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stewart & Company, sebuah konsultan manajemen terkemuka adalah salah satu varian value based management (Stewart 1991). EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit. Pada dasarnya, EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. Sebelum munculnya konsep EVA, tolok ukur lain yang banyak digunakan oleh para analis untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, antara lain adalah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi (operating cash flows), earnings before extraordinary income, residual income dan lain sebagainya. EVA didasarkan pada konsep residual income, dengan menambahkan adanya penyesuaian akuntansi (accounting adjustment). Menurut Stewart & Company, earnings dan earnings 36 per share adalah pengukuran yang keliru untuk kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja yang terbaik adalah economic value added (Stewart 1991). Ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan yang lain (McDaniel, Gadkari dan Fiksel 2000) yaitu : EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik, EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis, dan Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Pertumbuhan EVA merupakan tanda-tanda yang baik bahwa suatu saham harganya akan membumbung tinggi. Penciptaan nilai bukan sematamata untuk kepentingan pemegang saham, tetapi untuk manajer, pelanggan, pekerja pemasok, komunitas dimana perusahaan beralokasi. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA yang positif dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai (creating value) sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan distructing atau destroying value. 5. Return Saham Return adalah keuntungan yang diperoleh dari perusahaan individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang 37 diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan risiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Investor melakukan investasi baik pada asset riil maupun asset keuangan. Mengharapkan pengembalian (return). Menurut Jogiyanto (2000:107) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pendapatan (return) saham dinyatakan sebagai berikut : Pit – Pi (t-1) + Dit Rit = __________________ Pi (t-1) Keterangan : Rit = Return saham periode t untuk perusahaan I Pit = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 38 Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Komponen return meliputi: a. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder. b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim, 2003). Berikut ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi return saham diantaranya adalah :. a. Risiko dan Return Saham Risk dan return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu adanya risiko. Menurut Reilly et al. (2000:III) risiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that an investment will earn its expected rate of return” dari pengertian tersebut 39 dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan.. Menurut Scottet al. (2000:182) “Risk the chance that an out come other than expected will occur”. Hal tersebut didukung oleh pendapat Brigham et al. (1999:192) ‘Risk can be defined as the chance that some unfavorable event will occur”. Keown etal. (2002:469) mendefinisikan “Risk the likely variability associated with expected revenue or income streams”. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan (expected return). b. Risiko Sistematis (Beta) Risiko Sistematis (Systematic Risk) adalah risiko yang tidak bisa didiversifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2000:178) adalah “Beta a measure of valatility, orrelative systematic risk”. Dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika 40 fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan menghargapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula.Scott et al. (2000:201) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et. al.(2001:290) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the return on the market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. (2003:431) beta adalah “The amount of systematic risk present a particular risky asset relative to that in an average risky asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Secara matematis menurut Budie et al.(1999:166) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: NΣXY – (ΣX )(ΣY) β = __________________ NΣX2 - (ΣX) 2 Keterangan: X = Return pasar (Rm) Y = Return saham (Ri) N = Jumlah data β = Beta saham Atau dapat dinyatakan dengan rumus: Ross et al. (2003 : 285) Cov (Ri.Rm) βi = Var (Rm) 41 Keterangan βI = Beta saham Var = Varians Ri = Return saham Rm = Return Pasar 6. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai harga saham, oleh karena itu rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.Rumus yang dipergunakan yaitu : Harga saham PER = ________________ Laba bersih per saham Rasio PER tersebut di atas biasanya dibandingkan dengan rasio perubahan sejenis di pasar. Model PER sering digunakan oleh peminjam emisi efek (under writer ) guna menentukan harga saham di pasar perdana dengan cara mengalikan PER industri sejenis berlaku di pasar sekunder dengan proyeksi laba bersih per saham. Model yang digunakan Harga saham = PER industri x Proyeksi Laba Bersih per Saham Atau Po = PER industri x EPS. 42 7. Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari opersional perusahaan dengan menghitungnya menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari opersional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisiensi dari opersional perusahaan dan sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, dan aktiva tetap beroperasi dibawah normal. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini 43 menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghsilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA dapat dihitung dengan : EBIT ROA = __________________ Total Asset Keterangan EBIT = Laba bersih sebelum bunga dan pajak B. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Sani Uyara dan Askam Tuasikal (2002) yang berjudul “ Moderasi Aliran Kas Bebas Terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal dengan Earning Response Coefficients”.Hasil peneltitan menunjukkan semakin besar rasio pembayaran dividen, ERC semakin besar terutama perusahaan yang mempunyai aliran kas bebas yang tinggi, sedangkan pengeluaran modal tinggi tidak signifikan dengan penurunan ERC ( Earning response coefficients ) 2. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Made Dharma Hartawan ( 2001 ) dengan judul ” Studi Economic Value Added ( EVA) Dua Kelompok Perusahaan Go Public yang Mengeluarkan Obligasi “.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EVA mampu membedakan kinerja keuangan yang baik 44 dan tidak baik secara signifikan dengan model analisis diskriminan.Rasio keuangan yang paling membedakan kinerja keuangan yang baik dan tidak baik dua kelompok perusahaan go public yang mengeluarkan obligasi tahun 1999 adalah Book Value (BV),kemudian PER,dan Operating Profit Margin (OPM) 3. Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq Hermansyah “ Pengaruh Perubahan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Return Saham Pada Bursa Efek Jakarta ” bertujuan untuk mengetahui pengaruh reaksi harga saham di Bursa Efek Jakarta terhadap event perubahan Sertifikat Bank Indonesia melalui return yang diperoleh pemegang saham dan mengetahui pengaruh perubahan Sertifikat Bank Indonesia pada saham terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah peristiwa. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu data perusahaan yang merupakan kumpulan informasi data pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang telah dipublikasikan dan sumber data diperoleh dari BEJ dan Bank Indonesia. Populasi berupa saham-saham perusahaan anggota BEJ, sedangkan pengambilan sampel digunakan sampling jenuh yaitu 45 saham-saham perusahaan BEJ yang termasuk dalam LQ_45 saham teraktif dan listing data perdagangan BEJ.Analisis data menggunakan analisis event study. Dari hasil analisis dengan berdasarkan hasil uji signifikansi pada saat perubahan Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) diperoleh (t hitung = 2,7147 > t tabel = 2,4468), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang memberikan makna bahwa return saham perusahaan secara signifikan terpengaruhi oleh event. Pernyataan ini dapat ditunjukkan dengan adanya respon pelaku pasar sehingga mereka memperoleh abnormal return yang 45 positif pada t = 0 karena investor beranggapan bahwa informasi yang masuk dalam pasar modal relevan dalam hal pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa diduga ada rata-rata abnormal return yang positif akibat adanya pengumuman perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap return pemegang saham diterima. Hasil analisis data mengenai uji signifikasi sebelum dan sesudah return diperoleh (t hitung = 2,2467 < t tabel = 2,4468), hal ini berarti bahwa H0 diterima yang memberikan makna bahwa tidak ada perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah perubahan suku bunga SBI. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah adanya perubahan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak diterima.Dalam penelitian ini, disarankan bahwa untuk mendapatkan keuntungan sesuai target yang diharapkan, maka pada kondisi harga mulai turun segera lakukan pembelian saham, untuk memperhitungkan apakah harga akan naik atau turun, perlu dilakukan analisis fundamental maupun analisis teknikal yang bertujuan untuk melihat pengaruh pergerakan harga, dan sebaiknya untuk memperoleh return, investor perlu memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham diantaranya suku bunga Bank Indonesia (SBI), hukum penawaran dan permintaan, valas, kondisi fundamental emiten, IHSG, news rumors, kebijakan-kebijakan pemerintah dan faktor politik serta keamanan. 46 4. Penelitian yang dilakukan oleh Njo Anastasia Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Yanny Widiastuty Gunawan Imelda Wijiyanti Alumni, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra “ Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ “. Properti merupakan salah satu sektor yang terpuruk sejak krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan harga saham properti di bursa efek juga terpuruk. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental dan risiko sistematik yang mempengaruhi harga saham di sektor properti.Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari tiga puluh tiga perusahaan, hanya diambil tiga belas perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996-2001. Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan factor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarto,Krishnoe Rachmi Fitrijati,Tohir,dan Bambang Sunarko dengan judul “Analisis return saham dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya ( studi di BEJ ) “.Hasil penelitian menunjukkan bahwa return saham dapat diperoleh dengan menjumlahkan capital gain (loss) dan dividen. Return masing-masing saham perusahaan dapat dilihat melalui nilai return saham selama tiga tahun adalah positif.Leverage dalam penelitian ini diwakili oleh debt to equity ratio (DER).DER menunjukkan masing – masing perusahaan objek penelitian dan rata – rata.Secara keseluruhan dapat 47 disimpulkan bahwa hubungan antara return dengan DER negatif dan tidak signifikan sedangkan return dengan beta positif dab signifikan. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Gary C Biddle,Robert M.bowen,dan James S.Wallace dengan judul “ Does EVA Beat Earnings ? Evidence On Associations With Stock Return And Firm Values”This study test assertions that EVA is more higly associated with stock returns and firm values than accural eranings and evaluates which components of EVA. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Ign Danang Priyambodo dan Showam Masjhuri dengan judul “ Analisis Harga Saham Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta “ Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode penelitian yaitu dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1997, harga saham dari perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ ternyata kurang “wajar”.Dari sampel penelitian 50 % underpriced, 37,5 % overpriced, dan hanya 12,5% menunjukkan harga yang wajar. 8. Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Yadnya dengan judul “ Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Dan Nilai Tambah Ekonomis Teehadap Return Saham Dan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”.Hasil penelitian menunjukkan Variabel bebas debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER),dan return on asset (ROA) secara bersama sama berpengaruh secara signifikan terhadap return saham bpada perusahaan sampel periode 1997 – 2001 .Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan uji F prtobabilitasnya sebesar 0,0009 atau 0.9 % dengan nilai R-square sebesar 14%. 48 C. Hubungan Antar Variabel a. Hubungan antara return saham dengan Debt to Equity Ratio(DER), Price Earnings Ratio (PER), Return On Asset (ROA) , dan Beta (sysmatic risk) Return saham sangat dipengaruhi oleh beberapa rasio-rasio keuangan seperti debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER),return on asset (ROA), harga saham ,dan Beta (sysmatic risk), sehingga return saham dapat menjadi tolak ukur dalam sekuritisasi Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya.. Untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Pada penjelasan tersebut membuktikan bahwa semua variabel independen, DER, PER, ROA, dan beta merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. 49 b. Hubungan Economic Value Added (EVA) dalam Menguatkan DER, PER, ROA, dan beta terhadap return. Peranan nilai tambah ekonomis (Economic Value Added), yang disingkat EVA diduga dapat mempengaruhi return perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja financial baru yang digunakan perusahaan,dan EVA merupakan pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham karena melalui EVA keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan terlihat. Tujuan corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh. Sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis. Pada penjelasan itu membuktikan dari penelitian sebelumnya dan berdasarkan teori terdapat hubungan antara EVA dengan rasio keuangan untuk memperkuat rasio tersebut terhadap return. Pernyataan yang menguatkan yaitu pada penjelasan dimana faktor-faktor tersebut seperti yang dijelaskan saling mempengaruhi. 50 D. Kerangka Berpikir 1. Pengujian Model 1 Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di BEI Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return saham DER PER ROA Analisa Regresi Risiko sistematis Uji t Hasil Analisis Interpretasi Uji F 51 2. Pengujian Model 2 Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di BEI Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return saham DER PER ROA Risiko Sistematis EVA Analisis Regresi Uji t Hasil Analisis Interpretasi Uji F 52 E. Perumusan Hipotesis 1. Perumusan Hipotesis Model I Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha1 = Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ho1 = Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ha2 = Price Earning Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ho2 = Price Earning Ratio tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan mempengaruhi return saham Ha3 = Return On Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ho3 = Return On Asset tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ha4 = Beta memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ho4 = Beta tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi return saham. Ha5 = DER, PER, ROA, dan beta memiliki pengaruh yang signifikan mempengaruhi return saham. 53 Ho5 = DER, PER, ROA, dan beta tidak memiliki pengaruh yang signifikan mempengaruhi return saham. 2. Perumusan Hipotesis Model II Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha1 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel DER terhadap return. Ha2 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel PER terhadap return. Ha3 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel ROA terhadap return. Ha4 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel beta terhadap return. Ha5 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel DER.EVA terhadap return. Ha6 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel PER.EVA terhadap return. Ha7 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel ROA.EVA terhadap return. Ha8 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel beta.EVA terhadap return. 54 Ha9 = Semakin tinggi EVA, semakin besar pengaruhnya secara signifikan memperkuat variabel DER, PER, ROA, beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, beta.EVA terhadap return. Sedangkan hipotesis nol dari masing-masing hipotesis alternatif tersebut adalah tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan. 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada industri perusahaan makanan dan minuman yang telah go public di BEI, dan hubungan EVA dalam memperkuat DER, PER, ROA, dan Risiko sitematis (beta) terhadap return, serta analisisnya maka akan diperlukan beberapa pengujian terhadap variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen yang dimaksud adalah return saham, yaitu suatu indikator yang digunakan dalam menilai return saham beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), beta, dan Economic Value Added (EVA) sebagai variabel moderat. B. Metode Penentuan Sampel Prosedur penelitian sampel dalam penelitian ini dilakukan mula-mula dengan menetapkan bahwa dari 19 perusahaan industri makanan dan minuman yang sampai saat ini telah listed di BEI hanya akan diambil 14 Perusahaan saja berdasarkan tahun terakhir go public yaitu tahun 2008. Berikut ini penjelasan tentang subjek dan populasi penelitian, dan sampel penelitian. 56 a. Subjek dan Populasi Penelitian Populasi adalah semua individu atau unit –unit yang menjadi objek penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari populasi disebut sampel. Ada beberapa alasan yang dapat dijelaskan mengapa penelitian dilakukan hanya terdapat sampel saja, yaitu : 1. Terbatasnya dana yang tersedia. 2. Individu atau unit-unit dalam populasi bersifat homogen. 3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti menjadi cacat atau rusak. 4. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian. 5. Ukuran populasi sangat besar dan tak terhingga. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005-2008. b. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk bergerak pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 sampai dengan 2008, yang berjumlah 14 perusahaan. Karena dari semua perusahaan yang terdaftar di BEI ada hanya 14 perusahaan yang bergerak di bidang tersebut yang memiliki kelengkapan data. Perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah : 57 TABEL 1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 2 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 MYOR 4 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk 5 AQUA PT Aqua Gollden Mississipi 6 UNVR PT Unilever Indonesia 7 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 SKLT PT Sekar Laut Tbk 9 SMAR PT Smart Tbk 10 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 11 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 12 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13 STTP PT Siantar Top Tbk 14 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk PT Mayora Indah Tbk Sumber : Bursa Efek Indonesia Dipilihnya perusahaan yang tergabung dalam IHSG karena perusahaan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Sampel diambil menggunakan probability sampling dengan metode proportional random sampling dengan bantuan Eviews versi 5.0 58 2. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa. 3. Keberadaan emiten di Bursa pada tahun 2005 sampai dengan 2008, dan 4. Merupakan perusahaan pada sektor makanan dan minuman. Dari populasi berdasarkan bidang usahanya, setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama diambil sebagai sampel, dan diambil sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan Yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah saham industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 – 2008. Oleh karena keterbatasan kelengkapan data yang diperlukan maka penulis hanya meneliti 14 perusahaan. Semua jenis data bersifat kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal di BEJ meliputi harga saham individual bulanan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan laporan keuangan tahunan periode 2005-2008.). Perusahaan makanan dan minuman tersebut distrata berdasarkan bidang usahanya sehingga sampel ditentukan sebesar 10% dari populasi yang ada. Sampel diambil menggunakan probability sampling dengan metode proportional random sampling. C. Metode Pengumpulan Data Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai literatur, seperti penelitian lain, referensi pasar modal Indonesia, buku-buku tentang manajemen keuangan dan investasi. Dalam menghitung return saham (Y) menggunakan data harga saham individual bulanan dari tahun 2005-2008. Debt to 59 equity ratio, Price Earning Ratio, dan Return On Assets menggunakan data laporan keuangan dari masing-masing emiten. Dalam perhitungan beta digunakan harga saham bulanan dan Indeks Harga Saham Gabungan. Setelah ditentukan variabel dependen dan variabel independen yang akan diuji, selanjutnya adalah menentukan metode penelitian yang akan menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen tersebut. Jenis data yang digunakan berdasarkan sumbernya dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari instansi atau lembaga tertentu seperti jurnal, www.jsx.co.id dan hasil penelitian sebelumnya. Data juga diambil dari buku (sumber) yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Metode yang digunakan untuk mengumpilkan data dalam penelitian ini adalah observasi pada berbgai sumber data seperti laporan tahunan dan www.idx.co.id D. Metode Analisis Apabila seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini telah lengkap maka data-data tersebut diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis. Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda dan Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif diolah dengan bantuan Eviews versi 5.0. a. Menghitung Return Saham Menurut Jogiyanto (2000), Return merupakan pengembalian dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu.Return terdiri dari capital gain (loss). 60 Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Return saham sebagai variabel dependen adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham selama periode pengamatan yang secara matematis. Rit Rit = = Pt − Pt −1 Pt −1 Return saham yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t Pt = Harga penutupan pada hari t Pt-1 = Harga penutupan di hari sebelum t. b. Menghitung Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio Laverage. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio laverage dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca, yaitu dari pos-pos aktiva dan pos-pos hutang. Menurut Slamet (2003:35) DER adalah perbaandingan antara total utang dengan total modal. DER digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Rasio ini juga menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman (relative importance of borrowed fund) dan tingkat keamanan yang dimilki kreditor. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil 61 jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan (Slamet, 2003:35). Total Debt DER = _______________________ Total shareholder’s equity Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan. Apabila perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki DER yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan. c. Menghitung Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Brigham & Gapenski (1996) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. 62 Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (Earning per Share). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : Harga Saham PER = _____________________ Laba Per Lembar Saham d. Menghitung Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghsilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. Setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan untuk mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Fokus ROA adalah profitabilitas, dan independen terhadap biaya modalnya. ROA dapat dihitung dengan : EBIT ROA = ________________ Total Asset Keterangan EBIT = Laba bersih sebelum bunga dan pajak. 63 e. Menghitung Beta Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung Beta portofolio, maka Beta masing-masing rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing sekuritas. Beta dapat dihitung berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya serta return pasar saham. Beta saham positif berarti mempunyai hubungan positif dengan kondisi pasar, bila return negatif maka pasar naik dan return saham juga naik dan sebaliknya. Nilai dari beta ( ß) tersebut dapat dihitung dengan rumus Budie Et.al (1999:166) ß = N Σ XY – (Σ X) ( Σ Y) Keterangan : X = Return Pasar (Rm) Y = Return Saham (Ri) N = Jumlah data ß = Beta Saham Beta saham juga dapat diperoleh dengan teknik CAPM ( Capital Asset Pricing Model) yang merupukan hubungan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (equilibrium). Dalam kondisi equilibrium tingkat keuntungan yang 64 diharapkan oleh pemodal akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Menurut teori CAPM tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : E (Ri) = Rf + ßi { E (Rm) – Rf } Keterangan : E (Ri) = Tingkat pencapaian yang diharapkan dari sekuritas i Rf = Tingkat pendapatan bebas risiko E ( Rm ) = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar ßi = Risiko sekuritas i f. Menghitung Economic Value Added (EVA) 1. Menghitung Ongkos Modal Hutang (Kd) Kd dihitung dengan cara membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total utang awal tahun yang penjumlahan antara hutang jangka panjang dan jangka pendek pada awal tahun perusahaan. Pajak atau ongkos modal hutang (Kd) yang digunakan dalam penelitian ini disimbolkan dengan t laba perusahaan sebelum pajak dikenakan pajak. Perhitungan ongkos modal hutang setelah pajak (Kd*) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 65 Biaya Total Kd = ___________________ Total Hutang 2. Menghitung Ongkos Modal Saham (Ke) Pada penelitian ini tanpa mengurangi keakurasian data digunakan pendekatan Company’s bond yield. Untuk menghitung Ke dengan menjumlahkan nilai Kd masing-masing perusahaan yang telah dihitung dengan premi risiko. Premi risiko merupakan asumsi premi risiko atau tambahan risiko atau tambahan risiko yang harus ditanggung oleh pemilik ekuitas yang digunakan rata-rata di Indonesia dan dapat diterima di pasar modal. Ke = Company’s own bond yield + risk premium 3. Menghitung Struktur Modal Perusahaan Adanya perusahaan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko yang terkandung dalam saham biasa perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham. Perusahaan yang menetapkan struktur modal yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham. Struktur Modal (Kapital Awal Perusahaan) Hutang jangka pendek xxx Hutang jangka panjang xxx 66 Ekuitas/Modal saham xxx Struktur modal xxx Menghitung proporsi atau komposisi masing-masing komponen : Hutang Wd = _______________ Struktur Modal Modal We = ________________ Struktur Modal 4. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) WACC atau C* yaitu penjumlahan hasil kali antara hasil tertimbang atas komponen hutang dan komponen modal perusahaan dengan prosentase masingmasing biaya hutang (ongkos modal hutang/Kd) dan biaya modal ekuitas (ongkos modal saham/Ke) yang perumusannya sebagai berikut : WACC = { (Kd x Wd) + (Ke x We) } 5. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT) Net Operatng After Tax (NOPAT) adalah laba bersih/ earning after tax (EAT) yang dijumlahkan dengan biaya bunga dan dikurangkan dengan penghematan pajak. 67 6. Menghitung Economic Value Added (EVA) Economic Value Added atau (EVA) Merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. Economic Value Added (EVA) merupakan selisih antara tingkat pengembalian modal ( r = rate of return on capital ) dengan biaya modal ( c = cost of capital ) dan dikalikan dengan buku ekonomis dari modal (capital).Formula dasar Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut : EVA = NOPAT – WACC x Capital EVA = (r-c) x Capital = r x Capital – c x Capital Formula di atas menunjukan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah bahwa suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor – faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value). Dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah untuk memecahkan permasalahan yang diteliti, yaitu : 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberi penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya yaitu dengan menjelaskan statistik deskriptif variabel utama yang diteliti. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan data tersebut. Data-data statistik, yang bisa diperoleh dalam penelitian ini masih acak dan tidak terorganisir dengan baik. Data-data tersebut 68 harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau persentasi grafis, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. 2. Uji Normalitas Data Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno, 2008). Jika analisis menggunakan metode parametrrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Pada eviews digunakan uji Jarque beta yaitu uji normalitas data residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang disumbangkan oleh Jarque-Beta. Metode Jarque Beta ini didasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic. Uji statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Jika suatu variabel didistribusikan secara normal maka nilai koefisien S = 0 dan k = 3. Oleh karena itu, jika residual terdistribusi secara normal maka diharapkan nilai statistik J-B akan sama dengan nol. Jika nilai probabilitas dari statistik J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari J-B ini tidak signifikan maka kita menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas 69 dari statistik J-B kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B tidak sama dengan nol. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi Priyatno, 2008). Sebagaimana di SPSS, pada Eviews juga tersedia Uji autokorelasi dengan uji Durbin Watson untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Akan tetapi, uji ini mempunyai kelemahan, yaitu ketika nilai yang didapat terletak Pada daerah yang tidak dapat memberikan kesimpulan tentang ada tidaknya autokorelasi. Khususnya dalam Eviews keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi karena tersedianya fasilitas pengujian autokorelasi dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Uji ini dikembangkan oleh BreuschGodfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test. Perhatikan kembali model persamaan berikut : Yt = ß0 + ß1 X1 + ut Pada uji ini diasumsikan bahwa u t mengikuti model otoregresif ordo p(AR(p))1 Dengan bentuk sebagai berikut : ut = ρ1 ut-1 + ρ2 ut-2 + ρ3 ut-3 + ……………………+ ρp ut-p + et Adapun hipotesis yang digunakan : H0 : ρ1 = ρ2 = ………………….. = ρ3 = 0 70 H1 : Tidak demikian Dengan demikian bila kita tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak hipotesis, maka : ut = et, berarti tidak ada korelasi. 4. Uji Multikolinearitas Mendeteksi multikolinieritas berdasarkan uji formal dengan menggunakan Eviews ternyata tidak banyak fasilitasnya, sebagaimana telah ditunjukkan oleh SPSS. Disamping itu, deteksi yang dapat dilakukan juga tidak mudah atau sederhana, yang di dalam Eviews tinggal “klik” saja. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya Eviews lebih diperuntukkan bagi data time series yang umumnya mengandung autokorelasi. Sedangkan teknik menghilangkan autokorelasi dan multikolinieritas pada data time series sama, yaitu dengan pembedaan. Salah satu teknik yang mudah untuk melakukan deteksi multikolinieritas pada Eviews adalah dengan melihat korelasi antara kedua variabel bebas (Nahrowi D Nahrowi, 2006). 5. Uji Heteoskedastisitas Sebagaimana telah dijelaskan bahwa di dalam Eviews menyediakan fasilitas mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan Uji White.Ada dua jenis yang ditawarkan, yaitu White Heteroscedasticity (cross term). Untuk model regresi yang banyak menggunakan variabel bebas disarankan menggunakan White Heteroscedasticity (no cross term), sedangkan untuk regresi yang lebih sedikit menggunakan variabel bebas menggunakan White Heteroscedasticity (cross term). 71 6. Uji Parsial (t-) Uji Parsial atau Uji t- bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel-variabel dalam penelitian secara parsial. Pengujian ini dirumuskan dengan uji t dengan rumusan sebagai berikut : (Gujarati,1997) : bi th = _____ s bi Keterangan : th = t hitung bi = Koefisien regresi varabel bebas s bi = Standar deviasi bi Dimana probabilitas tingkat kesalahan t – hitung lebih kecil dari tingkat signifikansi tertentu ( 5% ). Apabila probabilitas tingkat kesalahan t – hitung lebih kecil dan tingkat signifikansi 5% berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel tergantung. Dengan demikian apabila ; t-hitung > 5% maka Ho di terima t-hitung < 5% maka Ho ditolak Dari hipotesis di atas apabila probabilitas tingkat kesalahan t-hitung lebih kecil dari 5% berarti terdapat pengaruh secara parsial yang positif antara variabel bebas terhadap return saham. 72 7. Uji Simultan (F-) Uji simultan atau Uji F bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel-variabel dalam peneltian secara simultan atau bersama-sama. Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dilakukan Uji F. Uji F dapat dirumuskan sebagai berikut (Supranto,2001) : R² / ( k -1 ) F= _______________ 1- R / ( n- k ) Keterangan : R² = Koefisien Determinasi K = Banyaknya variabel N = Jumlah Sampel Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : Ho ditolak jika F hitung ≥ F tabel Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel 8. Uji Regresi berganda. Model Regresi berganda yaitu Model regresi yang terdiri dari lebih dari satu variable independen.Analisis ini dipakai untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat dengan variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderate. Selanjutnya analisis ini digunakan untuk memprediksi arah dan besaranya hubungan tersebut serta untuk mengukur signifikansi hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. 73 Bentuk dari kedua model persamaan regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut : Model 1 : Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + β4 X4 + εi Model 2 : Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + β4 X4 + β1 X1. X5 + β2 X2 X5 + β3 X3 X5 + β4 X4X5 + εi Keterangan : Y = Return saham X1 = Debt to equity ratio X2 = Price earnings ratio X3 = Return on asset X4 = beta X5 = Economic value added α = Konstanta β1β8 = Koefisien regresi εi = Komponen pengganggu. Model 1 digunakan untuk mengetahui pengaruh DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham. Model 2 digunakan untuk mengetahui dan menguji pengaruh hubungan EVA dalam memperkuat DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham. E. Operasional Variabel Penelitian Mengacu pada pokok masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang telah disampaikan di atas,maka variabel-variabel yang dianalisis sebagai berikut : 74 a. Variabel terikat atau dependend variable (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah return saham b. Variabel bebas atau independend variable (X), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dalam peneltian ini menjadi variabel bebas adalah : Debt to Equity ratio = X1 Price earning ratio = X2 Return on asset = X3 Beta = X4 c. Variabel moderator (X5), adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel moderating juga sering disebut sebagai variabel bebas kedua dan sering dipergunakan dalam analisis regresi linear, atau pada structural equation modeling. Sebagai contoh, kompensasi memperkuat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja. Artinya kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja, dan adanya kompensasi yang tinggi maka pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja menjadi lebih meningkat. Dalam hal ini, kompensasi bisa saja berpengaruh terhadap kinerja bisa saja tidak. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderatornya adalah Economic Value Added (EVA). 75 Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Return saham (Y) merupakan pendapatan yang diterima oleh investor atau calon investor yang berupa capital gain. Hal ini diukur dengan rasio harga saham tahun tertentu atau periode t dibandingkan dengan harga saham tahun sebelumnya atau periode (t-1) dari perusahaan-perusahaan sampel pada tahun 2005-2008. b. Debt to Equity Ratio (X1) adalah perbandingan antara utang jangka dan modal saham perusahaan,yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah modal saham perusahaan yang menjadi jaminan atas utang jangka panjang perusahaan tersebut. Ini diukur dalam rasio atau perbandingan pada perusahaan perusahaan sampel selama periode 2005-2008. c. .Price Earning Ratio (PER) atau X2 adalah indicator yang dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya harga saham perusahaan.PER ini merupakan perbandingan antara harga saham dengan earning per share (EPS). Pada penelitian ini yang diukur adalah price earning ratio per tahun selama periode tahun 2005- 2008. d. Return On Asset (X3) merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan dengan pemanfaatan aktiva yang dimilikinya. Hal ini yang diukur dari perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total assets pada saham-saham perusahaan sampel pada tahun 2005-2008, adapun satuan ukur yang digunakan adalah angka rasio per tahun pada tahun 2005-2008. 76 e. .Beta ( X4) merupakan risiko yang memerhatikan risiko pasar saham yang menjelaskan tentang return saham yang diharapkan,untuk membuat perkiraan seberapa besar tingkat risiko yang tidak bisa diversifikasikan (systematic risk) digunakan metode CAPM.dengan asumsi risk free interest rate tetap maka beta perusahaan food and beverage dapat dihitung berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya serta return pasar saham. f. Economic value added (EVA) atau X5 adalah proses penciptaan nilai tambah ekonomi yang diperoleh dari net operating profit after tax (NOPAT) dikurangi total capital dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).EVA perusahaan sampel diukur dalam satuan rupiah pada periode tahun 2005-2008. Dalam penelitian ini EVA digunakan sebagai variable moderator. 77 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selalu lebih menarik, begitu kata pemodal yang sudah lama membenamkan dananya di pasar modal Indonesia. Pernyataan pemodal tersebut memang tidak salah, mengingat "data dan angka" yang ada selama ini selalu membuktikan hal itu. Dari sisi keuntungan misalnya, dari tahun ke tahun pengembangan modal (growth) yang diperoleh pemodal selalu naik puluhan persen. Sementara dari sisi produk yang ada di BEI juga kian variatif dengan seluruh produk yang ditawarkan selalu marketable, alias mudah diperoleh dan mudah dijual. Aspek marketable, dan tingkat keuntungan yang maksimal ini merupakan dua faktor utama yang selalu menjadi perhatian seorang investor sebelum memulai investasi. 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di mulai pada abad ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh verreniging voor den effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880, pada tanggal 14 Desember 1912, amserdamse effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat asia bersa efek tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang di identikkan sebagai aktivitas pasar modal sudah 78 di mulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang Belanda, di Batavia yang di kenal sebagai Jakarta sekarang. Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah di kerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintah kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 yang bernama Vereniging Voor De Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.Efek yang di perdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta pemerintah Hindia Belanda. Bursa Batavia dihentikan pada perang dunia yang pertama dan di buka kembali pada tahun 1925 dan menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Dan aktivitas ini terhenti pada perang dunia kedua.Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa, pemerintah RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada 79 Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 Bank Negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum.Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10% - 20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital again, pajak atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai saham / bukti penyertaan modal. Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal, yang mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakdes 20 tahun 1988.Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham di swastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di mulai pada abad ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh verreniging voor den effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880, pada tanggal 14 Desember 1912, amserdamse effectenbueurs mendirikan cabang bursa 80 efek di Batavia. Di tingkat asia bersa efek tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa, pemerintah RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 Bank Negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa. Hal ini disebabkan oleh politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua Negara dan mengakibatkan banyak warga Negara belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan RI dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya. Dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia.sesuai dengan Undangundang Nasional No 86 Tahun 1958. Kemudian disusul oleh Badan Nasional 81 Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960 yaitu mengeluarkan larangan bagi bursa efek untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10% - 20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital again, pajak atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai saham / bukti penyertaan modal. 2. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup penting. Pasar modal dapat diibaratkan dengan mall atau pusat perbelanjaan, hanya saja yang membedakannya adalah barang-barang yang diperjualbelikan. Jika pusat perbelanjaan umum menyediakan berbagai macam barang kebutuhan hidup, maka pasar modal hanya menjajakan produk-produk pasar modal, seperti obligasi dan efek. Jadi pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar ini berfungsi untuk menghubungkan investor, perusahaan dan institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan 82 melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu. Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang transparan. Ini tentu saja akan mendorong menuju terciptanya good corporate governance. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sector swasta menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Pun demikian, di Indonesia, ternyata pasar modal masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal. Pasar modal Indonesia masih dianalogikan dengan arena judi, bukan sebagai sarana investasi. Akibatnya, hal ini menyebabkan peningkatan fluktuasi dan merugikan investor minoritas. Indonesia memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, Bursa Efek Jakarta dan Surabaya digabungkan (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui merger ini diharapkan dapat makin memberikan peluang bagi perusahaan ke pasar modal. Melalui penggabungan ini, biaya pencatatan menjadi lebih murah, karena hanya mencatatkan saham secara single listing, sudah terakreditasi pada BEI. Sementara 83 itu, bagi anggota bursa, dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI, akan langsung menembus pasar. Bagi investor penggabungan ini menjadikan makin banyaknya pilihan investasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES dan BEJ, karena produk investasi ditawarkan dalam satu atap, BEI. Berikut ini adalah objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis : a. PT Fast Food Indonesia, Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta, dan sukses outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia. Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6% dengan pendistribusian 43,8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group, dan 35,8% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara saham minoritas (20,4%) didistribusikan kepada Publik dan Koperasi. 84 b. PT Aqua Golden Mississippi Tbk PT Aqua Golden Mississippi Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, SH No. 24 tanggal 23 Pebruari 1973. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/213/22 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris Lindasari Bachroem, SH No. 25 tanggal 12 Mei 1997 dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang – Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 21 Oktober 1997. Perusahaan bergerak dalam industri pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974 Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Pulo Lentut No. 3, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup dan Mekarsari, Jawa Barat. Induk Perusahaan adalah PT Tirta Investama dan induk utama Perusahaan adalah Groupe Danone, sebuah Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Perancis. c. PT Delta Djakarta Tbk Pendirian dan Informasi Umum Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari 85 pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. PT Delta Djakarta Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 4 tanggal 4 Mei 2006 dari P. Sutrisno A. Tampubolon, SH., M.Kn., notaris publik di Jakarta, mengenai perubahan susunan dan anggota dewan komisaris dan direksi Perusahaan. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “Kuda Putih” dan “San Mig Light”. Perusahaan juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice”. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan diluar negeri. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Maret 2008 dan 2007 masing-masing 499 orang dan 497 orang. 86 d. PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir sehubungan dengan perubahan salah satu anggota Dewan Direksi yang diaktakan dalam akta notaris No. 06 tanggal 2 Juni 2006 dari notaris yang sama. Perubahan tersebut telah didaftarkan dan diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (sebelumnya Menteri Kehakiman) berdasarkan suratnya No. CUM.02.01.10592 tanggal 26 Juni 2006. Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl. H.R. Rasuna Said X-2, Kav. 5, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990. 87 e. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk PT. Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan perusahaan Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang menguasai lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994, perusahaan memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang dan sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi 60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.000.000.000 pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara. f. PT Mayora Indah Tbk PT Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, 88 S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008 dari Saifudin Arief, S.H., notaris di Tangerang, mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi. g. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih berdasarkan akta Notaris Paul Tamara No. 7 tanggal 16 April 1974. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2488 dari Berita Negara No. 37 tanggal 10 Mei 1994. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. 89 Akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 38 dan akta Perubahan No. 39 tanggal 29 Desember 1993 mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan, perubahan pemegang saham dan penggantian nama Perusahaan menjadi PT Prasidha Aneka Niaga telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3792.HT.01.04.TH.94 tanggal 1 Maret 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2678 dan Berita Negara No. 40 tanggal 20 Mei 1994. Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No. 127 tanggal 10 Mei 1994 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penawaran umum saham telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10.238.HT.01.04.TH.94 tanggal 5 Juli 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 6079 dari Berita Negara No. 58 tanggal 21 Juli 1995, dan yang terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 7 tanggal 10 April 1997 mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 1 tahun 1995 dan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya serta perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham, yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3797.HT.01.04.TH.97 tanggal 15 Mei 1997 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2135 dari Berita Negara No. 43 tanggal 30 Mei 1997. Perubahan terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No.10 tanggal 20 Oktober 2008 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan 90 Terbatas dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-97905.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 18 Desember 2008 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No.9 tanggal 30 Januari 2009. Perusahaan berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Jakarta Selatan dan pabriknya berlokasi di Jalan Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Perusahaan saat ini bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi.Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. h. PT Sekar Laut Tbk PT Sekar Laut Tbk adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesis. yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 4 Juli 1990. Pada tahun 2000, perusahaan ini menerima kredit modal kerja dari Bank Bira dan Bank Universal. dengan jumlah pokok Rp 3,582 milyar dan bunga tertunggak serta denda Rp 2,331 milyar. i. PT SMART Tbk PT SMART Tbk didirikan tahun 1962 dan sejak itu terus berkembang menjadi salah satu produsen minyak sawit terbesar didunia. Dengan lebih dari 300 ribu hektar perkebunan sawit yang tersebar di Indonesia dan operasional yang terintegrasi menjadikan PT SMART Tbk sebagai pemain utama di bisnis minyak sawit. Cakupan bisnis meliputi perkebunan sawit sampai ke pengolahan produk- 91 produk turunan sawit seperti minyak goreng, margarin dan shortening serta specialty fats. PT SMART Tbk telah mengimplementasikan sistem informasi terintegrasi lewat SAP dan mendapatkan sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2000 serta sertifikasi keamanan pangan HACCP untuk fasilitas produksi (refinery) di Surabaya dan Belawan. j. PT. Tunas Baru Lampung Tbk PT. Tunas Baru Lampung Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No. 23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di Teluk Betung. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, Tambahan No. 3194. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No 05 Tanggal 09 Januari 2009 dari Ny. Kartuti Suntana Sastraprawira, S.H., notaries di Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar yang disesuaikan dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disetujui kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat No. AHU – 12894.A.H.01.02 Tahun 2009 Tanggal 15 April 2009. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perkebunan, pertanian dan perindustrian, termasuk bertindak sebagai pedagang eksportir dan importir. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak dalam bidang produksi minyak goreng sawit, minyak goreng 92 kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO) dan sabun, serta bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida. Perusahaan mulai menjalankan kegiatan produksi CPO pada bulan September 1995 dan minyak goreng pada bulan Oktober 1996. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. k. PT Siantar Top Tbk PT Siantar Top Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, Tambahan No. 6226. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 31 tanggal 6 Agustus 2001 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., notaris di Surabaya, mengenai perubahan nilai nominal saham dari Rp 500 per saham menjadi Rp 100 per saham, sehingga jumlah seluruh saham yang beredar Perusahaan adalah 1.310.000.000 lembar saham dan modal dasar 3.000.000.000 lembar saham. Akta perubahan ini telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C-09574.HT.01.04.Th.2001 tanggal 1 Oktober 2001. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Perusahaan berdomisili di 93 Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara), dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo. l. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi makanan yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang nantinya berkembang menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPSFood). Sebuah Bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sampai hari ini, kultur manajemen yang erat seperti sebuah keluarga adalah salah satu nilai yang terus dipertahankan oleh generasi ketiga dari sang pendiri. Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk-produk makanan yang terus tumbuh, PT. Tiga Pilar Sejahtera didirikan pada tahun 1992 dan menjadi perusahaan publik pada 2003. m. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., selanjutnya disebut "Induk Perusahaan", didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 Nopember 1971 jo Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan Komar Andasasmita, S.H., Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat 94 persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313, dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Anggaran Dasar Induk Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan terakhir yang dilakukan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini dilakukan dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. No. 43 tanggal 18 Juli 2008 dibuat oleh Fathiah Helmi, SH., Notaris di Jakarta, yang disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. AHU-56037.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 27 Agustus 2008.Induk Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung Barat 40552. n. PT Unilever Indonesia, Tbk PT Unilever Indonesia, Tbk Perseroan”) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No. 23 Mr. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie dengan No.14 tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Tambahan No. 3 pada Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934. Nama Perseroan diubah menjadi “ PT Unilever ” dengan akta notaris Ny. Kartini Muljadi SH No. 171 tanggal 22 Juli 1980. Selanjutnya perubahan nama 95 Perseroan menjadi “ PT Unilever Indonesia, Tbk”, dilakukan dengan akta Tn. Mudofir Hadi SH No. 92 tanggal 30 Juni 1997. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Pebruari 1998 dan diumumkan dalam Tambahan No. 39 Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998. Pada tanggal 16 Nopember 1981 Perseroan mendapat izin Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 untuk menawarkan 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyetujui untuk melakukan pemecahan saham (stock split) dengan merubah nilai nominal saham dari Rp 100 menjadi Rp 10 per lembar saham. Perubahan ini diaktakan dengan akta notaris Singgih Susilo SH No. 46 tanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C-17533 HT.01.04TH.2003. Kegiatan usaha Perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen, margarin, minyak nabati dan makanan berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh dan produk-produk kosmetik. B. Analisis Variabel Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Eviews dan Microsoft Excel. Data yang diolah adalah : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Harga Saham Individual bulanan dari setiap emiten selama 4 tahun pada periode 2005-2008, dan laporan keuangan tahunan seluruh emiten. Dalam penelitian ini penulis membahas perusahaan di sektor makanan dan minuman 96 (food and beverage), tetapi dari 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya ada 14 Perusahaan yang memenuhi kelengkapan data yaitu PT Aqua Gollden Mississipi (AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN), PT Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Smart Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), PT Siantar Top Tbk (STTP), dan PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR) Data yang dibutuhkan untuk perhitungan variabel independent perubahan PER, perubahan DER, perubahan ROA, perubahan beta dan perubahan EVA yaitu data laporan keuangan perusahaan sampel 2005-2008. Sedangkan untuk perhitungan variabel dependen Return diperoleh dari perubahan harga saham penutupan pada hari tanggal publikasi masing-masing perusahaan pada peirode amatan. Sebelum kita menggunakan metode regresi berganda terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian normalitas data dan uji asumsi klasik, untuk memastikan agar model regesi tidak menunjukkan bisa dan dapat digunakan sebagai alat analisis yang reprentatif. Jika seluruh tahapan pengujian asumsi klasik telah dilakukan dan model regresi dinyatakan lolos pengujian maka proses selanjutnya adalah melakukan analisis regresi berikut pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F. Berikut ini adalah deskriptif statistik atas variabel dependen return dan variabel independen (PPER, PDER, PROA, PBETA, PEVA) : 97 1. Analisis Deskripsi Return Saham/Variabel dependen (Y) Return Saham seperti tampak pada Tabel 1, digunakan untuk menngambarkan hasil atau tingkat pengembalian yang diperoleh investor setelah melakukan investasi atas saham. Return Saham merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh sebuah perusahaan dan melalui analisis berikut ini kita dapat membandingkan tingkat pengembalian suatu emiten yang satu dengan yang lain. Dan Contoh yang diambil yaitu Industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selma periode 2005 – 2008. Analisis deskripsi dari return saham dapat digambarkan melalui tabel berikut : TABEL 2 Return Saham (R¡) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 0.020 0.050 0.007 0.080 INDF 0.030 0.040 0.050 (0.070) MYOR (0.020) 0.060 0.020 (0.040) ULTJ (0.020) (0.020) (0.020) (0.020) AQUA 0.050 0.060 0.030 (0.010) UNVR 0.007 (0.002) 0.040 0.030 PSDN 0.100 0.200 0.240 0.200 SKLT 0.002 (0.010) (0.080) 0.200 SMAR 0.002 0.140 0.060 (0.040) TBLA (0.050) 0,09 0.060 0.007 DLTA 0.130 0.040 (0.060) 0.070 MLBI 0.040 0.010 (0.001) 0.010 98 STTP (0.010) 0.040 0.060 -0,06 AISA 0.020 0.050 0.200 (0.040) AVERAGE 0.021 0.047 0.043 0.027 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 Ri = Rata rata FAST INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE -3.91 -3.51 -3.91 -3.91 -3.00 -4.96 -2.30 -6.21 -6.21 -3.00 -2.04 -3.22 -4.61 -3.91 -3.9 -3.0 -3.22 -2.81 -3.91 -2.81 -6.21 -1.61 -4.61 -1.97 -4.61 -3.22 4.61 -3.22 -3.0 -2.8 -4.96 -3.0 -3.91 -3.91 -3.50 -3.21 -1.43 -2.52 -2.81 -2.81 -2.81 -6.91 -2.81 -1.61 -2.9 -2.53 -2.65 -3.21 - 3.912 - 4.61 -3.51 -1.61 -1.61 -3.22 -4.96 -2.66 -4.61 -2.81 -3.22 -3.22 -3.6 -3.01 -3.46 -3.91 -3.48 -4.48 -1.74 -3.74 -3.55 -3.85 -1.28 -2.53 -3.36 -2.93 Sumber : Data Yang Diolah FAST 25 INDF 20 MYOR 15 ULTJ 10 AQUA 5 UNVR 0 PSDN -5 SKLT SMAR -10 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA GAMBAR 1.1 Grafik Return Saham Sebelum Transformasi 99 FAST 6 INDF 4 MYOR 2 ULTJ 0 AQUA -2 UNVR PSDN -4 SKLT -6 SMAR -8 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA GAMBAR 1.2 Grafik Return Saham Sesudah Transformasi Dari Gambar di atas dapat dilihat return saham rata-rata selama 4 tahun dari masing-masing perusahaan dimana menunjukkan mayoritas return saham bernilai positif antara lain adalah PSDN, AISA, DLTA, SMAR, FAST, dan AQUA. Gambar 2.1 menjelaskan tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut dalam grafik. Bila Return menunjukkan nilai yang positif maka return tersebut menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan pada saham perusahaan tersebut akan menguntungkan. Sedangkan return saham yang menggambarkan nilai yang negatif maka hal tersebut dapat merugikan investor bilamana melakukan investasi contohnya pada ULTJ menunjukkan nilai negatif yaitu -0,02. Hal ini menunjukkan berarti tidak menguntungkan bila investor melakukan investasi pada PT ULTJ. Dari perusahaan tersebut hanya ada beberapa perusahaan yang memiliki return lebih tinggi dari return rata-rata seluruh perusahaan yaitu PSDN, FAST, AQUA, SKLT, SMAR, DLTA, AISA, UNVR, dan TBLA. Setelah dilakukan transformasi di atas dapat dilihat return saham rata-rata selama 4 tahun dari masing-masing perusahaan dimana menunjukkan return saham bernilai negatif antara lain adalah UNVR, ULTJ, TBLA, SMAR, dan 100 MYOR. Gambar 2.2 menjelaskan tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut dalam grafik. Bila Return menunjukkan nilai yang positif maka return tersebut menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan pada saham perusahaan tersebut akan menguntungkan. Sedangkan return saham yang menggambarkan nilai yang negatif maka hal tersebut dapat merugikan investor bilamana melakukan investasi contohnya pada UNVR -4.48 menunjukkan nilai negatif yaitu Hal ini menunjukkan berarti tidak menguntungkan bila investor melakukan investasi pada PT UNVR. 2. Analisis Deskripsi Debt To Equity Ratio/Variabel Independen ( X1 ) Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio Laverage. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio laverage dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca, yaitu dari pos-pos aktiva dan pos-pos hutang. Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.Dengan demikian, Debt to Equity Ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang (leverage) terhadap total modal sendiri (shareholders’equity) yang dimiliki perusahaan. 101 Berikut ini adalah hasil perhitungan Debt To Equity Ratio (DER) pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008. TABEL 3 Debt To Equity Ratio (DER) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 0.66 0.68 0.66 0.64 INDF 2.56 2.33 1.86 2.72 MYOR 0.61 0.58 0.68 1.04 ULTJ 3.44 1.37 0.57 0.46 AQUA 0.78 0.77 0.72 0.78 UNVR 0.76 0.95 0.79 0.9 PSDN 0.22 1.86 2.07 1.94 SKLT 4.45 3.03 0.84 0.95 SMAR 1.38 1.06 1.2 1.05 TBLA 1.83 1.37 1.47 1.5 DLTA 0.32 0.31 0.24 0.28 MLBI 1.64 2.08 2.22 1.68 STTP 0.45 0.36 0.37 0.72 AISA 2.76 2.82 3.36 1.46 AVERAGE 1.56 1.4 1.21 1.15 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten FAST INDF 2005 -0.42 0.94 2006 -0.39 0.85 2007 -0.42 0.62 2008 -0.45 1.00 Ri = Rata-rata -0.42 0.85 102 MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE -0.49 1.23 -0.25 -0.27 -1.51 1.49 0.32 0.60 -1.14 0.49 -0.79 1.02 0.09 -0.54 0.31 -0.26 -0.05 0.62 1.11 0.06 0.31 -1.17 0.73 -1.02 1.04 0.11 -0.39 -0.56 -0.33 -0.24 0.73 -0.17 0.18 0.39 -1.43 0.80 -1.00 1.21 -0.04 0.04 -0.78 -0.25 -0.11 0.66 -0.05 0.05 0.41 -1.27 0.52 -0.33 0.38 -0.01 -0.35 0.05 -0.27 -0.17 0.12 0.59 0.15 0.43 -1.25 0.64 -0.79 0.91 Sumber : Data Yang Diolah Tingkat Penurunan Dan Kenaikan Debt To Equity Ratio (DER) dapat dilihat melalui grafik berikut ini : FAST 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA GAMBAR 2.1 GRAFIK Debt To Equity Ratio (DER) Sebelum Transformasi FAST 1.5 INDF 1 MYOR 0.5 ULTJ 0 -0.5 AQUA -1 UNVR -1.5 PSDN -2 2005 2006 2007 2008 SKLT SMAR TBLA GAMBAR 2.2 GRAFIK Debt To Equity Ratio (DER) Sesudah Transformasi 103 Dari Tabel 2 dan gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa Debt To Equity Ratio (DER) rata-rata dari 14 Perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun 1.33. Dan dari 14 perusahaan tersebut ada 7 perusahaan yang memiliki ratio di atas rata-rata perusahaan di sektor Food and Beverages yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT AISA, PT INDF, PT SKLT, PT MLBI, PT TBLA, PT PSDN dan PT ULTJ. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki Debt To Equity Ratio (DER) paling tinggi. Setelah dilakukan transformasi pada gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwa Debt To Equity Ratio (DER) rata-rata dari 14 Perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun 1.33. Dan dari 14 perusahaan tersebut ada 7 perusahaan yang memiliki ratio di atas rata-rata perusahaan di sektor Food and Beverages yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT AISA, PT INDF, PT MLBI, PT SKLT, PT TBLA, PT PSDN dan PT ULTJ. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki Debt To Equity Ratio (DER) paling tinggi. 3. Analisis Deskripsi Price Earning Ratio (PER)/ Variabel Independen ( X2 ) Rasio ini sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai harga saham, oleh karena itu rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (Earning per Share). 104 Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : Harga Saham PER = _________________ Laba Per Lembar Saham Berikut ini adalah hasil perhitungan Price Earning Ratio (PER) pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008 TABEL 4 Price Earning Ratio (PER) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 10.31 8.99 12.27 11.66 INDF 63.72 14.02 26.69 5.39 MYOR 16.06 8.83 8.71 4.7 ULTJ 5.14 2.56 36.17 5.12 AQUA 10.35 23.45 24.47 25.63 UNVR 21.56 20.74 24.51 21.81 PSDN 0.91 8.75 13.33 7.7 SKLT 3.04 53.61 15.93 10.59 SMAR 5.94 13.47 15.99 2.59 TBLA 58.01 10.6 37.48 2.18 DLTA 1.39 1.91 6.07 4.58 MLBI 11.01 14.71 18.3 4.9 STTP 19.34 13.28 35.69 12.94 105 AISA 62.36 13.33 47.12 17.5 AVERAGE 20.65 14.88 23.05 9.80 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten FAST INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE 2005 2.33 4.15 2.78 1.64 2.34 3.07 -0.09 1.11 1.78 4.06 0.33 2.40 2.96 4.13 2.36 2006 2.20 2.64 2.18 0.94 3.15 3.03 2.17 3.98 2.60 2.36 0.65 2.69 2.59 2.59 2.41 2007 2.51 3.28 2.16 3.59 3.20 3.20 2.59 2.77 2.77 3.62 1.80 2.91 3.57 3.85 2.99 2008 2.46 1.68 1.55 1.63 3.24 3.08 2.04 2.36 0.95 0.78 1.52 1.59 2.56 2.86 2.02 Ri = Rata-rata 2.37 2.94 2.17 1.95 2.98 3.10 1.68 2.56 2.03 2.71 1.08 2.40 2.92 3.36 Sumber : Data Yang Diolah FAST 7000 6000 INDF MYOR 5000 4000 ULTJ 3000 2000 AQUA 1000 0 PSDN UNVR 2005 2006 2007 2008 SKLT SMAR GAMBAR 3.1 GRAFIK Price Earning Ratio (PER) Sebelum Transformasi 106 FAST 5 INDF 4 MYOR 3 ULTJ 2 AQUA 1 UNVR 0 PSDN -1 SKLT 2005 2006 2007 2008 SMAR TBLA GAMBAR 3.2 GRAFIK Price Earning Ratio (PER) Sesudah Transformasi Dari tabel 3 dan gambar 3.1 di atas dapat diketahui bahwa Price Earning Ratio (PER) yang dapat diperoleh dari laporan keuangan masing-msing perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki rata-rata dari 14 perusahaan selama periode 2005-2008 sebesar 21,45. Ada 5 perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio di atas rata-rata dari 14 perusahaan tersebut, yaitu PT AISA, PT INDF, PT TBLA, PT UNVR, dan PT AQUA. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang paling tinggi yaitu 35.08 Total Rata-rata Harga Saham Per Laba Bersih Per saham Periode 2005-2008. Setelah dilakukan transformasi dapat dilihat pada tabel dan gambar 3.2 di atas dapat diketahui bahwa Price Earning Ratio (PER) yang dapat diperoleh dari laporan keuangan masing-msing perusahaan di sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki rata-rata dari 14 perusahaan selama periode 2005-2008 sebesar 21,45. Ada 5 perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio di atas rata-rata dari 14 perusahaan tersebut, yaitu PT AISA, PT UNVR, PT AQUA, PT INDF, dan PT STTP. PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA) memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang paling tinggi yaitu 107 3.36. Total Rata-rata Harga Saham Per Laba Bersih Per saham Periode 20052008. 4. Analisis Deskripsi Return On Assets (ROA)/Variabel Independen ( X3 ) Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari opersional perusahaan dengan menghitungnya menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari opersional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisiensi dari opersional perusahaan dan sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, dan aktiva tetap beroperasi dibawah normal. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghsilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Berikut ini adalah hasil perhitungan Return On Assets pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 2005-2008. 108 TABEL 5 Return On Assets (ROA) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 0.11 0.14 0.16 0.16 INDF 0.01 0.04 0.03 0.03 MYOR 0.03 0.06 0.07 0.07 ULTJ 0.47 0.34 0.02 0.17 AQUA 0.09 0.06 0.07 0.08 UNVR 0.37 0.37 0.37 0.37 PSDN 0.42 0.04 0.03 0.04 SKLT 0.97 0.05 0.03 0.02 SMAR 0.07 0.12 0.12 0.1 TBLA 0.004 0.03 0.04 0.02 DLTA 0.1 0.07 0.08 0.12 MLBI 0.15 0.12 0.14 0.24 STTP 0.02 0.03 0.03 0.008 AISA 0.1 0.36 0.02 0.03 AVERAGE 0.21 0.13 0.09 0.10 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten FAST INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR 2005 -2.21 -4.61 -3.51 -0.76 -2.41 -1.00 2006 0.04 0.05 0.04 0.05 0.04 0.05 2007 -1.83 -3.51 -2.66 -3.91 -2.66 -1.00 2008 -1.83 -3.51 -2.66 -1.77 -2.53 -1.00 Ri = Rata-rata -1.96 -3.71 -2.91 -1.88 -2.60 -1.00 109 PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE -0.87 -0.03 -2.66 -5.52 -2.30 -1.89 -3.91 -2.30 -2.43 0.03 0.05 0.03 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 -2.43 -3.51 -3.51 -2.12 -3.22 -2.53 -1.97 -3.51 -3.91 -2.84 -3.22 -3.91 -2.30 -3.91 -2.12 -1.43 -4.83 -3.51 -2.75 -2.70 -2.61 -2.30 -4.04 -2.40 -1.85 -3.94 -2.69 Sumber : Data Yang Diolah FAST 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA Gambar 4.1 Grafik Return On Assets (ROA) Sebelum Transformasi FAST 0 INDF -1 MYOR -2 ULTJ -3 AQUA UNVR -4 PSDN -5 SKLT -6 2005 2006 2007 2008 SMAR TBLA Gambar 4.2 Grafik Return On Assets (ROA) Sesudah Transformasi Dari tabel 4 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Return On Assets (ROA) rata-rata dari 14 perusahaan di sektor Food and Beverages selama 4 Tahun sebesar 13% dan dari 14 Perusahaan tersebut ada 5 perusahaan yang mempunyai Return On Assets (ROA) di atas rata-rata perusahaan di sektor Food and 110 Beverages , yaitu PT UNVR, PT SKLT, dan PT MLBI. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memilik nilai Return On Assets (ROA) paling tinggi yaitu 37%. Setelah dilakukan transformasi dari tabel dan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa Return On Assets (ROA) rata-rata dari 14 perusahaan di sektor Food and Beverages selama 4 Tahun sebesar -2.61% dan dari 14 Perusahaan tersebut ada 5 perusahaan yang mempunyai Return On Assets (ROA) di atas ratarata perusahaan di sektor Food and Beverages , yaitu PT UNVR, PT MLBI, PT ULTJ, PT FAST, dan PT SMAR. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki nilai Return On Assets (ROA) paling tinggi. 5. Analisis Deskripsi Beta (Risiko Sistematik)/Variabel Independen ( X4 ) Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan risiko pasar. Beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar). Berikut ini adalah hasil perhitungan) Beta (Risiko Sistematik) pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 20052008. 111 TABEL 6 Beta (Risiko Sistematik) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 1.010 1.040 1.050 0.930 INDF 1.010 1.050 1.040 0.940 MYOR 1.020 1.040 1.050 0.940 ULTJ 1.020 1.050 1.050 0.940 AQUA 1.010 1.040 1.050 0.940 UNVR 1.020 1.050 1.050 0.930 PSDN 1.000 1.030 1.020 0.920 SKLT 1.020 1.050 1.060 0.920 SMAR 1.020 1.030 1.040 0.940 TBLA 1.020 1.050 1.040 0.940 DLTA 1.010 1.050 1.060 0.930 MLBI 1.010 1.050 1.050 0.940 STTP 1.020 1.040 1.040 0.940 AISA 1.010 1.040 1.020 0.940 AVERAGE 1.01 1.05 1.04 0.93 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten FAST INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR 2005 0.01 0.01 0.02 0.02 0.01 0.02 2006 0.04 0.05 0.04 0.05 0.04 0.05 2007 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 2008 -0.07 -0.06 -0.06 -0.06 -0.06 -0.07 Ri = Rata-rata 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 112 PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE 0 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 0.03 0.05 0.03 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.02 0.06 0.04 0.04 0.06 0.05 0.04 0.02 0.04 -0.08 -0.08 -0.06 -0.06 -0.07 -0.06 -0.06 -0.06 -0.07 -0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0 Sumber : Data Yang Diolah FAST 110 INDF MYOR 105 ULTJ 100 AQUA UNVR 95 PSDN SKLT 90 SMAR 85 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA Gambar 5.1 Grafik Beta (Risiko Sistematik) Sebelum Transformasi FAST 0.06 INDF 0.04 MYOR 0.02 ULTJ 0 AQUA -0.02 UNVR -0.04 PSDN SKLT -0.06 SMAR -0.08 2005 2006 2007 2008 TBLA DLTA Gambar 5.2 Grafik Beta (Risiko Sistematik) Sesudah Transformasi Dalam pembahasan sebelumnya kepekaan return saham terhadap perubahan pasar biasa disebut dengan beta atau beta investasi. Beta dapat dihitung berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya serta return pasar saham. Beta saham positif berarti mempunyai hubungan positif dengan kondisi pasar, bila 113 return negatif maka pasar naik dan return saham juga naik dan sebaliknya. Nilai dari beta ( ß) tersebut dapat dihitung dengan rumus Budie Et.al (1999:166) ß = N Σ XY – (Σ X) ( Σ Y) Keterangan : X = Return Pasar (Rm) Y = Return Saham (Ri) N = Jumlah data ß = Beta Saham Beta saham juga dapat diperoleh dengan teknik CAPM ( Capital Asset Pricing Model) yang merupukan hubungan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (equilibrium). Dalam kondisi equilibrium tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemodal akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Menurut teori CAPM tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : E (Ri) = Rf + ßi { E (Rm) – Rf } Keterangan : E (Ri) = Tingkat pencapaian yang diharapkan dari sekuritas i Rf = Tingkat pendapatan bebas risiko E ( Rm ) = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar ßi = Risiko sekuritas i 114 Dari rumus di atas dapat diketahui perhitungan beta selama 4 tahun periode 2005-2008. Dari rumus di atas dapat diketahui perhitungan beta selama 4 tahun periode 2005-2008. Hasil perhitungan koefisien beta (systematic risk) dari tiap saham selama 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5. Pada tabel dan gambar tersebut menunjukkan bahwa semua saham perusahaan mempunyai beta positif. Dari hasil perhitungan beta tersebut dapat dilihat bahwa terdapat saham yang lebih besar dari 1 ( ß > 1 ) yaitu PT FAST, PT INDF, PT MYOR, PT ULTJ, PT AQUA, PT UNVR, PT SKLT, PT SMAR, PT TLBA, PT DLTA, PT MLBI, dan PT STTP. Oleh karena itu, saham yang mempunyai beta lebih besar dari satu lebih berisiko daripada saham perusahaan lain yang dapat dikategorikan sebagai saham agresif, berarti tingkat pengembalian saham berubah melalui proporsi dan kelebihan return pasar. Setelah dilakukan transformasi dapat diketahui hasil perhitungan koefisien beta (systematic risk) dari tiap saham selama 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5.2 Pada tabel dan gambar tersebut menunjukkan bahwa semua saham perusahaan mempunyai beta positif. Dari hasil perhitungan beta tersebut dapat dilihat bahwa semua saham yang lebih kecil dari 1 ( ß < 1 ). Oleh karena itu, saham yang mempunyai beta lebih kecil dari satu dapat dikategorikan sebagai saham lemah atau defensif stock, berarti kelebihan return saham berubah di bawah proporsi dari kelebihan return pasar meningkat 5%, maka return saham akan lebih kecil dari 5 %. 115 6. Analisis Deskripsi Economic Value Added (EVA)/Variabel Independen ( X5 ) EVA dapat ditentukan untuk divisi serta untuk perusahaan secara keseluruhan EVA dapat dihitung sebagai laba operasi sesudah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital/WACC). Sebaliknya WACC adalah jumlah biaya dari setiap kompomen modal baik utang maupun ekuitas ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya,dalam struktur modal perusahaan nilai pasar.jadi EVA= NOPAT - biaya kapital atau EVA = NOPAT – (ex capital).Berikut ini adalah hasil perhitungan) Economic Value Added (EVA) pada 14 Perusahaan di Sektor Food And Beverages selama 4 tahun pada periode 2005-2008. TABEL 7 Economic Value Added (EVA) Periode 2005-2008 a. Sebelum Transformasi Emiten 2005 2006 2007 2008 FAST 33,276,588.20 55,501,585.20 121,863,560 91,867,410.70 INDF -343,482.26 568,480.54 434,189.08 1,611,580.43 MYOR 36,116,718,405.60 18,214,266.90 94,215,459.70 116,723,572 ULTJ 6,781,328,203 -10,091,167 -3,474,505.10 199,002,174 AQUA 32,754,067 13,428,778.60 13,776,816.80 183,212,393 UNVR 1,300,160.08 1,695,433.43 1,933,114 2,207,335.10 PSDN -1,283,659,690 -15,083,977 -298,872,827 4,831,809.70 SKLT 90,488,404.10 45,214,109.90 7,430,050.90 -12,765,476 SMAR 172,170,812,050 -63,963.78 577,793.94 983,915,878 116 TBLA 28,514.60 36,977.82 2,660.60 10,205.06 DLTA 2,657,399.10 43,859,420 82,377,718.80 143,485,147 MLBI 71,382.78 71,291.65 84,456 229,985.14 STTP 25,442,431 -16,385,292 -12,534,235 6,591,371.04 AISA -35,510,182 -12,226,753 -67,462,606 7,979,485.36 AVERAGE 15281097447 8909942.233 -4260596.663 123493062.2 Sumber : Data Yang Diolah b. Sesudah Transformasi Emiten FAST INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR TBLA DLTA MLBI STTP AISA AVERAGE 2005 17.32 12.75 24.31 23 17 14.08 21 18.32 26 10.26 14.79 11.18 17 17 17.44 2006 17.83 13.25 16.72 16 16.41 14.34 17 17.63 11.07 10.52 18 11.17 17 16 15.15 2007 19 12.98 18.36 15.06 16.44 14 20 15.82 13.27 7.89 18.23 11 16 18 15.45 2008 18.34 14.29 19 19 19 14.61 15.39 16 21 9.23 19 12.35 15.70 15.89 16.31 Ri = Rata-rata 18.03 13.31 19.49 18.23 17.30 14.38 18.10 17.04 17.73 9.47 17.35 11.51 16.42 16.91 Sumber : Data Yang Diolah FAST 600 500 400 300 200 100 0 -100 -200 -300 INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT SMAR 2005 2007 TBLA DLTA Gambar 6.1 Economic Value Added (EVA) Sebelum Transformasi 117 FAST 80 70 60 50 40 30 20 10 0 INDF MYOR ULTJ AQUA UNVR PSDN SKLT 2005 2007 SMAR TBLA Gambar 6.2 Economic Value Added (EVA) Sesudah Transformasi Dari tabel 6 dan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Economic Value Added (EVA) selama 4 tahun periode 2005-2008 pada masing-masing perusahaan sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan mayoritas positif, antara lain PT PT Aqua Gollden Mississipi (AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Sari Husada Tbk (SHDA), PT Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Smart Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), dan PT Siantar Top Tbk (STTP). Bila EVA positif, menunnjukkan aset besar dan ekspansi usaha yangdilakukan malah akan mempercantik kinerja perusahaan Namun, ketika spread EVA negatif, aset besar malah dapat semakin memperburuk kinerja perusahaan ,dan ini pertanda saat yang tepat bagi perusahaan mempertimbangkan mendivestasi asetnya itu yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN). Setelah dilakukan transformasi Dari tabel 6 dan gambar 6.2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Economic Value Added (EVA) selama 4 tahun periode 2005- 118 2008 pada masing-masing semua perusahaan sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan mayoritas positif, antara lain PT PT Aqua Gollden Mississipi (AQUA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Sari Husada Tbk (SHDA), PT Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Smart Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT Siantar Top Tbk (STTP), PT Tiga Pilar Sejahtera food TBK (AISA), dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN) Bila EVA positif, menunnjukkan aset besar dan ekspansi usaha yang dilakukan malah akan mempercantik kinerja perusahaan Namun, ketika spread EVA negatif, aset besar malah dapat semakin memperburuk kinerja perusahaan ,dan ini pertanda saat yang tepat bagi perusahaan mempertimbangkan mendivestasi asetnya itu. C. Penemuan 1. Pengujian Model 1 a. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum digunakan dalam analisis penelitian ini dilakukan pengujian persyaratan analisis data terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas Namun untuk mengatasi masalah- masalah asumsi klsik seperti no multicolinearity, no autocorrelation, dan no heteroscedasticity, penulis menerapkan metode generalized least square cross section weight, dan metode white 119 heteroscedasticity consistent covariance dalam mengestimasi persamaan kedua treatment tersebut sudah disediakan dalam software EViews dengan transformasi logaritma. Dalam pengujian pada penelitian ini diterapkan variabel-variabel independent seperti DER, PER, ROA, dan beta. Return saham sebagai variabel dependent (Y) Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian terhadap variabelvariabel independent yaitu uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Berikut ini pengujian yang diterapkan 1) Uji Normalitas Data Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno, 2008). Setelah dilaksanakan uji normalitas data, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 7. berikut ini : GAMBAR 7 Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1) 6 Series: Residuals Sample 1 14 Observations 13 5 4 3 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -5.21e-16 0.185258 0.540917 -1.062991 0.476316 -0.867093 2.813408 Jarque-Bera Probability 1.647867 0.438703 1 0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 Sumber : Output EViews 120 Dari penjelasan gambar di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan fasilitas pada Eviews maka semua variabel pada pengujian model 1 menunjukkan bahwa penelitian di atas berdistribusi normal k atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Jarque Beta pada penelitian ini sebesar 1.648 Berdasarkan uji statistik Jarque beta, nilai statistiknya sebesar 1.648 dengan probabilitasnya 43.87 % dimana probabilitas lebih dari ά = 0.05. Oleh karena itu kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan menunjukkan bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada suatu tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi Priyatno, 2008). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu bentuk model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l (Ghozali,2001:67) Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji autokorelasi dengan metode Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yaitu : 121 TABEL 8 Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.105397 1.239525 Probability Probability 0.974460 0.871549 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:31 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) C RESID(-1) RESID(-2) RESID(-3) RESID(-4) -0.032706 0.261379 -0.032364 -35.55973 -0.301393 -0.957952 0.030007 0.538557 1.067257 0.530814 0.539556 0.315172 63.37496 1.274022 0.880051 0.755837 0.751937 0.990820 -0.061615 0.484434 -0.102686 -0.561101 -0.236568 -1.088519 0.039700 0.716227 1.077146 0.9538 0.6534 0.9232 0.6047 0.8246 0.3376 0.9702 0.5134 0.3420 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.095348 -1.713956 0.784687 2.462937 -7.632834 0.841996 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -5.21E-16 0.476316 2.558898 2.950016 0.052699 0.999618 Sumber : Output EViews Dari hasil output di atas menunjukkan bahwa nilai Obs*R Squared mempunyai probabilita sebesar 0.8715 dimana probabilitas lebih dari ά = 0.05 atau 5 %. Berarti probabilitas tersebut memberikan putusan untuk tidak dapat menolak hipotesis. Dengan hipotesis : 122 Ho : Tidak ada autokorelasi H1 : Tidak demikian Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan sudah tidak mengandung autokorelasi lagi. Sedangkan pada bagian merupakan persamaan yang digunakan dalam LM Test untuk menguji autokorelasi, sebagaimana yang telah dipelajari. Terlihat bahwa residual tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel residual lag 1 dan residual lag 1, residual lag 2, residual lag 3, dan residual lag 4, juga oleh variabel LOG(DER), LOG(PER), LOG)(ROA), dan LOG (Beta). Dengan kondisi demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model sudah tidak mengandung autokorelasi. 3) Uji Multikolineritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independent dalam model regresi. Uji tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variabel bebas (independent) yang lain.(Sudarmanto,2005). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji multikolinieritas dengan metode Melihat Korelasi Antara Kedua Variabel Bebas yaitu 123 TABEL 9 Uji Multikolineritas dengan Metode Melihat Korelasi antara Kedua Variabel Bebas VARIABEL LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) 1.000000 -0.027634 -0.322032 -0.027634 1.000000 0.588472 -0.322032 0.588472 1.000000 0.445627 0.138791 -0.177527 -0.759771 -0.257624 0.115771 LOG(ROA) 0.445627 0.138791 -0.177527 1.000000 -0.125846 LOG(BETA) -0.759771 -0.257624 0.115771 -0.125846 1.000000 Sumber : Output EViews Dari hasil kolerasi diatas menunujukkan bahwa LOG (DER) mempunyai korelasi sebesar -0.027634, LOG (PER) sebesar -0.322032 , LOG (ROA) sebesar 0.445627, dan LOG (Beta) sebesar -0.759771. Pada semua variabel menunjukkan korelasi yang tidak kuat dalam arti besarnya kurang dari 0.8, bahwa diduga semua variabel tidak terjadi multikolilieritas. 4) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Duwi Priyatno, 2008). Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut : 124 TABEL 10 Uji Heterokedastisitas dengan Metode White Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.367484 5.507065 Probability Probability 0.893550 0.702257 Sumber : Output EViews Dari output yang dihasilkan dapat dilihat bahwa setelah diuji dengan White Heteroscedasticity (no cross term) nilai probabilitas R*Obs Squared sebesar 0.702. Hasilnya dapat dilihat bahwa probabilitas lebih besar dari ά = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas. b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial, yaitu menguji masing masing pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), dan beta dengan menggunakan uji t dan dengan menguji secara serempak dengan uji F, serta uji regresi linear berganda. Berikut ini adalah pengujian hipotesis yang dilakukan beserta hasilnya : 1) Uji t Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Dalam sub bab ini diuraikan bahwa hasil pengujian hipotesis dari hasil uji t dengan melalui langkah-langkah yang 125 telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Berikut hasil pengujian hipotesis pada model 1 : a) Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0.2574 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -1.2119596. Ho 1 diterima atau Ha1 ditolak karena P.LOG (DER) > ά, artinya bahwa statistik variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG DER (X1) sebesar -0.426926, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -0.426926. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (DER) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (DER) maka semakin turun LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel DER menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent DER terhadap variabel dependen return saham. 126 b) Variabel Price Earning Ratio (PER) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.9744 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 0.033159. Ho 2 diterima atau Ha2 ditolak karena P.LOG (PER) > ά, artinya bahwa statistik variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar 0.011944, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan 1 %, maka return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.011944. Koefisien bernilai positif antara LOG (PER) dan LOG return saham, semakin naik LOG (PER) maka semakin meningkat LOG return saham Hasil pengujian hipotesis variabel PER menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent PER terhadap variabel dependen return saham. c) Variabel Return On Asset (ROA) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Return On Assets (ROA) sebesar 0.0617 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 2.171648. Ho 3 ditolak atau Ha3 diterima karena P.LOG (ROA) > ά, artinya bahwa statistik variabel Return On Assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 127 Koefisien regresi variabel LOG ROA (X3) sebesar 0.439660, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (ROA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.439660. Koefisien bernilai positif antara LOG (ROA) dan LOG return saham, semakin naik ROA maka semakin meningkat return saham Hasil pengujian hipotesis variabel ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent ROA terhadap variabel dependen return saham. d) Variabel beta Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG (beta) sebesar 0.0028 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -4.262325. Ho 4 ditolak atau Ha4 diterima karena P.LOG (beta) < ά, artinya bahwa statistik variabel beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar -138.2511, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan 1 %, maka return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -138.2511. Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel beta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent beta terhadap variabel dependen return saham. 128 2) Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn).secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Dari hasil olah data menggunakan Eviews di dapat nilai signifikan 0.010376, Kriteria yang diterapkan untuk nilai probabilitas (signifikansi) adalah sebagai berikut (Santoso,2003 :202) : Ho ditolak jika profitabilitas < 0.05 Ho diterima jika profitabilitas > 0.05 Berdasarkan kriteria ini maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak atau variabel variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 4 (empat) variabel bebas yang diteliti terdapat variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap return saham. Pada Tabel 11 di atas besar R squared yaitu 0.775749. Semakin tinggi R² yang disesuaikan atau adjusted R² akan semakin baik suatu model regresi, karena variabel bebas bisa menjelaskan variabel terikat lebih besar. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 77.57 % return saham bisa dijelaskan oleh LOG (DER), LOG (PER), LOG (ROA), dan LOG (beta). Sedangkan sisanya 22.43 %, dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. 129 3) Uji Regresi Linear Berganda Analisis linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antar variabel independent dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independent berhubungan positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabell independent mengalami kenaikan atau penurunan. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut : TABEL 11 Uji Regresi Berganda Dependent Variable: LOG(RETURN) Method: Least Squares Date: 03/29/10 Time: 18:16 Sample: 1 14 Included observations: 13 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) C -0.426926 0.011944 0.439660 -138.2511 -1.425050 0.350055 0.360200 0.202455 32.43560 0.889479 -1.219596 0.033159 2.171648 -4.262325 -1.602118 0.2574 0.9744 0.0617 0.0028 0.1478 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.775749 0.663623 0.583366 2.722524 -8.284166 2.302792 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -3.709175 1.005838 2.043718 2.261006 6.918572 0.010376 Sumber : Output EViews Dari hasil output yang dihasilkan dapat dirumuskan persamaan, setelah dilakukan transformasi maka regresi yang dihasilkan adalah 130 LOG (Y) = -1.425050- 138.2511 LOG (X4) + éi Keterangan : LOG (Y) = LOG (Return) LOG (X4) = LOG (Beta) α = konstanta εi = Komponen pengganggu Persamaan regresinya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar -1.425050; artinya jika LOG (X3), dan LOG (X4), nilainya adalah 0, maka return saham LOG (Y) nilainya -1.425050 b. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar -138.2511, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan beta mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -138.2511. Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham. 2. Pengujian Model 2 a. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum digunakan dalam analisis penelitian ini dilakukan pengujian persyaratan analisis data terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas data, autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Namun untuk mengatasi masalah- masalah asumsi klsik seperti no multicolinearity, no autocorrelation, dan no heteroscedasticity, penulis menerapkan metode 131 generalized least square cross section weight, dan metode white heteroscedasticity consistent covariance dalam mengestimasi persamaan kedua treatment tersebut sudah disediakan dalam software Eviews dengan transformasi logaritma. Dalam pengujian pada penelitian ini diterapkan variabel-variabel independent seperti DER, PER, ROA, beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta.EVA. Return saham sebagai variabel dependent (Y), DER, PER, ROA, beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta.EVA merupakan variabel independen,.EVA dalam penelitian ini merupakan variabel moderat. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian terhadap variabel-variabel independent yaitu uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolineritas, dan uji heterokedastisitas. Berikut ini pengujian yang diterapkan : 1) Uji Normalitas Data Sebelum dilakukan analisis korelasi Product Moment maka dilakukan uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio (Duwi Priyatno,2008). Setelah dilaksanakan uji normalitas data, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 8. berikut ini : 132 GAMBAR 8 Uji Normalitas Data (Pengujian Model 2) 6 Series: Residuals Sample 1 13 Observations 12 5 4 3 2 1 0 -0.3 -0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2 0.3 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 1.82e-14 -0.074266 0.336399 -0.229155 0.195414 0.665589 2.029799 Jarque-Bera Probability 1.356662 0.507463 0.4 Sumber : Output EViews Dari penjelasan gambar di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan fasilitas pada Eviews maka semua variabel pada pengujian model 2 menunjukkan bahwa penelitian di atas berdistribusi normal k atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Jarque Beta pada penelitian ini sebesar 1.3567. Berdasarkan uji statistik Jarque beta, nilai statistiknya sebesar 1.3567 dengan probabilitasnya 50.74 % dimana probabilitas lebih besar dari ά = 0.05 atau 5 %. Oleh karena itu kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan menunjukkan bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. 133 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada suatu tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Duwi Priyatno, 2008). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu bentuk model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l (Ghozali,2001:67) Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji autokorelasi berikut ini : TABEL 12 Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.135238 2.554720 Probability Probability 0.887190 0.278772 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:34 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) C RESID(-1) RESID(-2) -0.350628 1.017441 -0.094961 -36.34512 0.214962 -1.023892 0.051182 0.767994 0.046245 0.584288 -1.591736 1.251373 8.684243 1.280584 94.40045 1.236357 9.176160 1.826206 7.431356 3.172226 3.208672 3.723092 -0.280195 0.117159 -0.074154 -0.385010 0.173867 -0.111582 0.028027 0.103345 0.014578 0.182096 -0.427531 0.8261 0.9258 0.9529 0.7660 0.8904 0.9293 0.9822 0.9344 0.9907 0.8853 0.7428 134 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.212893 -7.658173 0.575001 0.330626 4.522775 1.728212 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 1.82E-14 0.195414 1.079537 1.524035 0.027048 0.999881 Sumber : Output EViews Dari hasil output di atas menunjukkan bahwa nilai Obs*R Squared mempunyai probabilita sebesar 0.278772 dimana probabilitas lebih besar dari ά = 0.05 atau 5 %. Berarti probabilitas tersebut memberikan putusan untuk tidak dapat menolak hipotesis. Dengan hipotesis : Ho : Tidak ada autokorelasi H1 : Tidak demikian Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan sudah tidak mengandung autokorelasi lagi. Sedangkan pada bagian merupakan persamaan yang digunakan dalam LM Test untuk menguji autokorelasi, sebagaimana yang telah dipelajari. Terlihat bahwa residual tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel residual juga oleh variabel LOG (DER), LOG (PER), LOG (ROA), LOG (Beta), LOG (DER.EVA), LOG (PER.EVA), LOG (ROA.EVA), dan LOG (Beta.EVA). Dengan kondisi demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model sudah tidak mengandung autokorelasi. 3) Uji Multikolineritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar 135 variabel independent dalam model regresi. Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna antara variabel dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini maka digunakan korelasi matriks. Uji tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variabel bebas (independent) yang lain.(Sudarmanto, 2005). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji multikolinieritas dengan metode berikut ini : TABEL 13 Uji Multikolineritas dengan Metode Melihat Korelasi antara Kedua Variabel Bebas. Variabel LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) Korelasi 1.000000 -0.140206 -0.478444 0.432122 -0.740202 -0.033743 -0.093942 0.133712 0.017046 Sumber : Output EViews Dari hasil kolerasi diatas menunujukkan bahwa LOG (DER) mempunyai korelasi sebesar -0.140206, LOG (PER) sebesar -0.478444, LOG (ROA) 0.432122, LOG (Beta) sebesar -0.740202, LOG (DER.EVA) sebesar -0.033743, LOG (PER.EVA) sebesar -0.093942, LOG (ROA.EVA) sebesar 0.133712, dan LOG (beta.EVA) sebesar 0.017046. Pada semua variabel menunjukkan korelasi 136 yang tidak kuat dalam arti besarnya kurang dari 0.8 bahwa diduga semua variabel tidak terjadi multikolilieritas. 4) Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Duwi Priyatno, 2008). Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut : TABEL 14 Uji Heterokedastisitas dengan Metode White Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.624476 8.178963 Probability Probability 0.744373 0.516217 Sumber : Output EViews Dari output yang dihasilkan dapat dilihat bahwa setelah diuji dengan White Heteroscedasticity (no cross term) nilai probabilitas R*Obs Squared sebesar 0.516217 Hasilnya dapat dilihat bahwa probabilitas lebih besar dari ά = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas. 137 b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial, yaitu menguji masing masing pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), beta, DER.EVA, PER.EVA, ROA.EVA, dan Beta,EVA dengan menggunakan uji t dan dengan menguji secara serempak dengan uji F, dan Uji regresi linear berganda. Berikut ini adalah pengujian hipotesis yang dilakukan beserta hasilnya : 1) Uji t Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Dalam sub bab ini diuraikan bahwa hasil pengujian hipotesis dari hasil uji t dengan melalui langkah-langkah yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Berikut hasil pengujian hipotesis pada model 2 : a) Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0.3088 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -1.222647. Ho 1 diterima atau Ha1 ditolak karena P.LOG (DER) > ά, artinya bahwa statistik variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 138 Koefisien regresi variabel LOG DER (X1) sebesar –0.9046415 , artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar –0.9046415. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (DER) dan LOG return saham, semakin naik LOG (DER) maka semakin turun LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel DER menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent DER terhadap variabel dependen return saham. b) Variabel Price Earning Ratio (PER) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.0341 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -3.707500. Ho 2 ditolak atau Ha2 diterima karena P.LOG (PER) < ά, artinya bahwa statistik variabel Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar – 5.3985834, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar – 5.3985834 Koefisien bernilai negatif antara LOG (PER) dan LOG return saham, semakin naik LOG (PER) maka semakin menurun LOG return saham 139 Hasil pengujian hipotesis variabel PER menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent PER terhadap variabel dependen return saham. c) Variabel Return On Asset (ROA) Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG Return On Assets (ROA) sebesar 0.1755 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 1.766328. Ho 3 diterima atau Ha3 ditolak karena P.LOG (ROA) > ά, artinya bahwa statistik variabel Return On Assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG ROA (X3) sebesar 0.56323455, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap LOG (ROA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.56323455. Koefisien bernilai positif antara LOG (ROA) dan LOG return saham, semakin naik LOG (ROA) maka semakin meningkat LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent ROA terhadap variabel dependen return saham. 140 d) Variabel beta Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi LOG (beta) sebesar 0.0441 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -3.252624 Ho 4 ditolak atau Ha4 diterima karena P.LOG (beta) < ά, artinya bahwa statistik variabel beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar –87.544034, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -87.544034. Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham Hasil pengujian hipotesis variabel beta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent beta terhadap variabel dependen return saham. e) Variabel DER.EVA Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel LOG (DER.EVA) sebesar 0.5013 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 0.762434. Ho 5 diterima atau Ha5 ditolak karena P.LOG (DER.EVA) > ά, artinya bahwa statistik variabel DER.EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 141 Koefisien regresi variabel DER.EVA (X1 X5) sebesar 0.57658919, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (DER.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.57658919. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LOG (DER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (DER.EVA) maka semakin naik LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel DER.EVA menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent DER.EVA terhadap variabel dependen return saham. f) Variabel PER.EVA Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel LOG (PER.EVA) sebesar 0.0369 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini 3.594420. Ho 6 ditolak atau Ha6 diterima karena P.LOG (PER.EVA) < ά, artinya bahwa statistik variabel PER.EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel PER.EVA (X2 X5) sebesar 5.56309719, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 5.56309719. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LOG (PER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (PER.EVA) maka semakin naik LOG return saham. 142 Hasil pengujian hipotesis variabel PER.EVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent PER.EVA terhadap variabel dependen return saham. g) Variabel ROA.EVA Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel LOG (ROA.EVA) sebesar 0.7435 yang lebih besar dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -0.358829 Ho 7 diterima atau Ha7 ditolak karena P.LOG (ROA.EVA) > ά, artinya bahwa statistik variabel ROA.EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel ROA.EVA (X3 X5) sebesar -0.16646075, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (ROA.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0.16646075. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (ROA.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (ROA.EVA) maka semakin turun LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel ROA.EVA menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent ROA.EVA terhadap variabel dependen return saham. 143 h) Variabel Beta.EVA Dari hasil olah data menggunakan Eviews dapat nilai signifikansi variabel LOG (Beta.EVA) sebesar 0.0372 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi ά = 5 %, Sedangkan nilai t hitung dari variabel ini -3.58470. Ho 8 ditolak atau Ha8 diterima karena P.LOG (Beta.EVA) < ά, artinya bahwa statistik variabel Beta.EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi variabel Beta.EVA (X4 X5) sebesar -6.0400004, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (Beta.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar 6.0400004. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (Beta.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (Beta.EVA) maka semakin turun LOG return saham. Hasil pengujian hipotesis variabel Beta.EVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel independent Beta.EVA terhadap variabel dependen return saham. 2) Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn).secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. 144 Dari hasil olah data menggunakan Eviews di dapat nilai signifikan 0.043682 Kriteria yang diterapkan untuk nilai probabilitas (signifikansi) adalah sebagai berikut (Santoso,2003 :202) : Ho ditolak jika profitabilitas < 0.05 Ho diterima jika profitabilitas > 0.05 Berdasarkan kriteria ini maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak atau variabel variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 5 (lima) variabel yang diteliti tidak terdapat variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap return saham. Pada Tabel 17.di atas besar R squared yaitu 0.962997. Semakin tinggi R² yang disesuaikan atau adjusted R² akan semakin baik suatu model regresi, karena variabel bebas bisa menjelaskan variabel terikat lebih besar. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 96.30 % return saham bisa dijelaskan oleh variabel LOG (DER), LOG (PER), LOG (ROA), LOG (beta), LOG (DER.EVA), LOG (PER.EVA), LOG (ROA.EVA), dan LOG (Beta.EVA). Sedangkan sisanya 3.7 %, dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. 3) Uji Regresi Linear Berganda Analisis linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independent (X1 X2 X3,…… Xn ).dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antar variabel independent dengan variabel 145 dependen apakah masing-masing variabel independent berhubungan positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabell independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut : TABEL 15 Uji Regresi Berganda Dependent Variable: LOG(RETURN) Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:34 Sample (adjusted): 1 13 Included observations: 12 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) C -0.904642 -5.398583 0.563235 -87.54403 0.576589 5.563097 -0.166461 -6.040000 -0.903231 0.739904 1.456125 0.318873 26.91490 0.756248 1.547704 0.463901 1.684936 1.919623 -1.222647 -3.707500 1.766328 -3.252624 0.762434 3.594420 -0.358829 -3.584706 -0.470525 0.3088 0.0341 0.1755 0.0474 0.5013 0.0369 0.7435 0.0372 0.6701 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.962997 0.864323 0.374189 0.420053 3.086426 1.279998 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -3.780276 1.015869 0.985596 1.349276 9.759342 0.043682 Sumber : Output EViews Dari hasil output yang dihasilkan dapat dirumuskan persamaan, setelah dilakukan transformasi maka regresi yang dihasilkan adalah 146 LOG (Y) = -0.903231- 5.398583 LOG (X2) - 87.54403 LOG (X4) + 5.563097 LOG (X2.X5) - 6.040000 LOG (X4X5) + éi Keterangan : LOG (Y) = LOG (Return) LOG (X2) = LOG (PER) LOG (X4) = LOG (Beta) LOG (X2.X5) = LOG (PER.EVA) LOG (X4.X5) = LOG (Beta.EVA) εi = Komponen pengganggu Persamaan regresinya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar -0.903230 ; artinya jika LOG PER (X2), LOG beta (X4), LOG PER.EVA (X2.X5), dan LOG Beta.EVA (X4.X5) nilainya adalah 0, maka return saham (Y) nilainya -0.903230 b. Koefisien regresi variabel LOG PER (X2) sebesar – 5.3985834, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar – 5.3985834 Koefisien bernilai negatif antara LOG (PER) dan LOG return saham, semakin naik LOG (PER) maka semakin menurun LOG return saham. c. Koefisien regresi variabel LOG Beta (X4) sebesar –87.544034, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (beta) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar - 147 87.544034. Koefisien bernilai negatif antara LOG (beta) dan LOG return saham, semakin naik LOG (beta) maka semakin turun LOG return saham. c. Koefisien regresi variabel PER.EVA (X2 X5) sebesar 5.56309719, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (PER.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 5.56309719. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LOG (PER.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (PER.EVA) maka semakin naik LOG return saham. d. Koefisien regresi variabel Beta.EVA (X4 X5) sebesar -6.0400004, artinya jika variabel independent lain nilainya tetap dan LOG (Beta.EVA) mengalami kenaikan 1 %, maka LOG return saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -6.0400004. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara LOG (Beta.EVA) dan LOG Return saham, semakin naik LOG (Beta.EVA) maka semakin turun LOG return saham. D. Pembahasan. Secara teori yang dipelajari dalam penelitian ini pada pengujian model I terdapat pengaruh signifikan secara parsial pada Beta. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009). Beta dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return, sesuai dengan teori untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi 148 beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Sehingga risk dan return merupakan hal yang berkaitan. Return adalah positif, dan risiko adalah negatifnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian (Suharli, 2003) yang meneliti Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food And Beverages di Bursa Efek Jakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa Beta tidak mempengaruhi return saham secara parsial, tetapi dalam penelitian ini beta menunjukkan pengaruh yang signifikan. Peranan nilai tambah ekonomis (Economic Value Added), yang disingkat EVA diduga dapat mempengaruhi return perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja finansial baru yang digunakan perusahaan, dan EVA merupakan pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham karena melalui EVA keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan terlihat. Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih popular dipakai di kalangan analisis saham dan para praktisi. Sehingga hal ini menguatkan dikarenakan PER dalam penelitian ini menunjukkan bahwa EVA dapat memperkuat PER terhadap return saham, ini terbukti terdapat pengaruh yang signifikan pada hubungan EVA dalam memperkuat PER terhadap return. Tujuan corporate finance adalah 149 memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh. Beta adalah sensitivitas tingkat pendapatan dari sebuah perusahaan terhadap pergerakan tingkat pendapatan pasar secara keseluruhan dan Rm adalah tingkat pendapatan yang diharapkan diperoleh dari portofolio pasar secara keseluruhan. Setelah menentukan nilai biaya hutang dan biaya ekuitas, maka biaya modal ratarata tertimbang Dimana We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal dan Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal. Baik ekuitas maupun hutang dihitung berdasarkan nilai pasarnya. EVA sepintas terlihat lebih accounting-based dari pada economic measure. Tetapi, pada kenyataannya pencipta EVA Stewart (1991) mengusulkan serangkaian adjustments untuk menyesuaikan pengukuran sehingga lebih mendekati basis arus kas economic. Hal ini menguatkan bahwa EVA dapat memperkuat beta atau risiko terhadap return sehingga terdapat pengaruh yang signifikan.Hal ini sejalan dengan penelitian (I Putu Yadnya, 2003) yang menganalisis pengaruh beberapa rasio keuangan dan nilai tambah ekonomis terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI bahwa hipotesis yang dilakukan tidak terbukti bahwa EVA dapat memperkuat hubungan DER, PER, dan ROA terhadap return saham di BEJ. EVA merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukkan perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai 150 perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan kemakmuran pemilik diarahkan pada penciptaan nilai perusahaan yang diatur melalui peningkatan nilai pasar saham. Perusahaan saham dapat memahami kegiatan-kegiatan yang akan dapat menciptakan nilai secara terus-menerus, sehingga dapat memaksimalkan kekayaan pemilik. Selama ini pengukuran kinerja manajerial umumnya dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan standar. Namun laporan keuangan sendiri mempunyai kelemahan jika digunakan sebagai perangkat analisis. Jarang digunakan pengukuran kinerja dengan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja yang menggunakan pendekatan nilai tambah adalah Economic Value Added (EVA). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hari Murti Triatmojo (2009) yang menguji kembali pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EVA (Economic Value Added), dan rasio profitabilitas yang di ukur dengan DER (Debt to Equity Ratio), PER (Price Earning Ratio), ROA (Return on Asset), dan beta terhadap perubahan harga saham perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2005 sampai dengan 2008 dan pada penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan EVA dan rasio profitabilitas. Pada penelitian I Putu Yadnya (2003) menunjukkan berdasarkan pengamatan secara parsial tersebut terbukti bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dengan nilai sebesar 0.0001 karena ROA mempunyai hubungan positif terhadap EVA. Di samping itu, EVA dan ROA sama-sama 151 menggunakan konsep laba dalam perhitungannya tetapi dalam penghitungan yang dilakukan sekarang bertentangan dengan penelitian I Putu Yadnya karena dalam penelitian ini menunjukkan adanya signifikan variabel PER, Beta, (PER.EVA) dan (Beta.EVA). Selain PER variabel beta dalam penelitian ini menunjukkan signifikan saat diuji secara serempak dengan variabel lain, dikarenakan beta memiliki konsep yang sama dalam penghitungannya beta (risiko sistematik) digunakan untuk mencari Ke dan WACC dimana WACC dicari untuk menghitung nilai EVA, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa beta mempunyai pengaruh signifikan terhadap EVA. Sebaliknya PER memiliki pengaruh yang serupa terhadap EVA, dikarenakan EVA dapat meningkatkan kepekaan hubungan antara PER dan return saham. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan / pemilik modal, dan sebaliknya. EVA negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan. Suatu perusahaan publik yang menghasilkan nilai EVA yang negatif meskipun mampu membukukan laba bersih yang tinggi sekalipun, berarti perusahaan ini belum mampu menghasilkan tingkat pengembalian modal yang sepadan untuk menutup resiko dan biaya investasi yang ditanamkan pemilik modal (investor). (Moses L. Singgih, 2008). Dari apa yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas dapat dilihat bahwa EVA hanya dapat memperkuat PER dan beta terhadap return. 152 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Pasar modal di Indonesia yang menunjukkan nilai yang baik untuk berjalannya permodalan di Indonesia sangat memikat banyak investor untuk menanamkan modalnya. Dewasa ini beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah banyak dari beberapa sektor dari industri perdagangan, jasa, investasi, Manufaktur, Properti, Food and Beverages dan lainnya. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Pada pengujian model 1 variabel dependen Debt to Equity ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), dan beta (Risiko Sistematik) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008, dilihat secara parsial hanya beta yang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap return saham Jadi, hipotesis pertama terbukti signifikan. b. Pada pengujian model 2, dilihat secara parsial PER, Beta, PER.EVA, dan Beta.EVA yang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap return saham dengan taraf nyata PER sebesar 0.0341, beta sebesar 0.0441, variabel PER.EVA sebesar 0.0372. Sebaliknya variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yaitu terdiri dari variabel DER, PER, ROA, 153 beta, dan EVA sebagai variabel moderating secara simultan berpengaruh secara signifikan dengan nilai R Squared sebesar 0.96299 atau 96.30 %. Sebaliknya 3.7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis kedua terbukti bahwa EVA hanya dapat memperkuat hubungan PER dan beta terhadap return saham di BEI periode 2005-2008. B. Implikasi Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Return On Asset, dan beta terhadap return saham, serta EVA dalam memperkuat Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Return On Asset, dan beta terhadap return saham pada perusahaan di sektor makanan dan minuman atau Food and Beverage yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang memiliki minat pada pasar modal: 1. Bagi lingkungan akademis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan, khususnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi return serta bagaimana EVA dalam memperkuat faktor-faktor tersebut terhadap return saham pada perusahaan di sektor makanan dan minuman atau Food and Beverage serta sektor lainnya yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 154 2. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan penyedia informasi dalam melakukan perdagangan dan transaksi di bursa dapat menjadi pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal, Serta Investor dalam mengestimasi risiko dalam berinvestasi tepat dikarenakan investor harus tahu dan memperhatikan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham, seperti seperti : Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), Beta, dan Economic Value Added (EVA). Oleh karena itu untuk mengaharapkan tingkat pengembalian yang tinggi maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja keuangan terutama EVA, karena bila EVA menunjukkan negatif maka kinerja perusahaan secara otomatis menurun sehinngga harus dipertimbangkan banyak hal untuk biaya biaya modal karena menjadi pertimbangan untuk memaksimukan nilai perusahaan dan agar dapat mengambil keputusan yang baik dan tepat berinvestasi. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini bagi masyarakat secara umum diharapkan berguna sebagai salah satu pengetahuan mengenai analisis pada pasar modal Indonesia. C. Saran Sebagai peneliti penulis menyadari, bahwa dalam melakukan penelitian harus harus selalu dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, karena manajemen 155 keuangan dan pasar modal Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu, maka untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Sebaiknya variabel penelitian diperbanyak dan tidak terbatas pada faktorfaktor yang mempengaruhi return saham dan hubungan EVA dalam memperkuat DER, PER, ROA, dan beta terhadap return saham pada perusahaan di sektor makanan dan minuman atau Food and Beverage yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi penelitian sejenis yang akan melakukan penelitian ini dapat menambahkan ukuran kinerja keuangan di luar Economic Value Added (EVA) serta melakukan penelitian tidak hanya pada perusahaan yang termasuk Saham Gabungan. 156 DAFTAR PUSTAKA Anastasia,Njo.”Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ” Jurnal Ekonomi, 1998 Bramantyo,Roy.”Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER), Price to BookValue (PBV), devidend Payout Ratio Terhadap Return Saham (studi pada saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang, 2006 Cahyuttu W,Mauly.”Analisis Rasio Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006 Fahrur Rozi, Muhammad. “Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2007” Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta :2009 Firmansyah Farid, Muhammad.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2007” Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, 2009 Gary Biddle C.Bowen and Robert M.Wallace,James S. “Does EVA beat earnings ? evidence on associations with stock returns and firm values”.Journal of accounting and economic, 1997. Hakim, Rahman. ”Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA, dan Pengartuhnya Terhadap Return Saham yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta” Fakultas Ekonomi, Univeersitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006 Horrigan, O.J. “Some Empirical Bases of Financial Ratio Analysis”. The Accounting, 1965 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, ”Teori Portoflio dan Analisis Investasi Teori dan Soal Jawab”, Alfabeta, Bandung, Agustus, 2009 Juma’atin,Dinah.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return dan Return 15 hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta ” Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006 157 K.A Ulupui,I.G.”Analisis Pengaruh Likuiditas,Leverage,Aktivitas,dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ) “ Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2008 Kholid,Abdul.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta “ Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2006 Kumala Trisnaeni,Dyah.”Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2007 Martono,Cyrillius.”Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia “Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No.2 , , Nopember 2002 Nahrowi,Djalal Nachrowi. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan“ Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006 Nazwirman,“Penilaian Harga Saham Dengan Price Earning Ratio (PER) : Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia “Makara, Sosial Humaniora,Vol 12.No.2, Desember 2008 Noer Sasongko & Nila Wulandari.”Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga-Harga Saham “ Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Empirika, Vol. 19 No. 1, Juni 2006 Pradono & Yulius Jogy Christiawan, ”Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) ” Universitas Kristen Petra Jurusan Ekonomi Akuntansi, 2002 Priyambodo,Ign Danang Masjhuri,Showam.”Analisis Harga Saham Perusahaan Makanan Dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta “.Jurnal Akuntansi,Manajemen dan Ekonomi 1 (2) 1-18, 1999 Priyatno, Duwi. “SPSS : Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate “ Edisi pertama, Cetakan pertama, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2009 158 Priyatno, Duwi “Mandiri Belajar SPSS” Cetakan ketiga, Mediakom, Yogyakarta, 2008 Raharjo,Susilo.”Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2005 Setiawan,Rudi.”Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Industri barang Konsumsi yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45 yang Go Public di Bursa Efek Jakarta “ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.8.No 1 , Januari 2003 Sri Rahayu,Mariana.”Analisis Pengaruh EVA dan MVA Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta, 2007 Sudarto,Fitrijati,Krishnoe Rachmi.Tohir.Sunarko,Bambang “Analisis Return Saham Dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya (studi di BEJ) “.Jurnal Ekonomi,Bisnis,dan Administrasi,September 1999 Suharli, 116”Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta ” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta , 2003 Suharli,Michell.”Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food And Beverages di Bursa Efek Jakarta “ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 7 , No 2 Nopember Universitas Katolik Indonesia Suryo Utomo,Deny.”Pengaruh Asset Growth,Debt To Equity Ratio,Return On Equity dan Earning Per Share Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002 – 2004 ) “ Fakultas Ekonomi Universitas Islam Yogyakarta : 2006 Tuasikal A.“Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Memprediksi Return Saham: Studi terhadap Perusahaan Pemanufakturan dan Nonpemanufakturan”. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung Agustus; 762-786, 2001 Triatmojo,Hari Murti.”Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftad DI Bursa Efek Indonesia.” Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009 159 Utama,Chandra.” Pengaruh Pasar Saham Dunia terhadap Pasar Saham di Indonesia “ Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, 2008 Widarjono,Agus.”Ekonometrik: Teori Dan Aplikasi “, Edisi Kedua, Cetakan Pertama,Ekonesia,Yogyakarta, 2007 Widjaja, Amin Tunggal ”Pengantar Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value Based Management (VBM) ”, Harvarindo, 2008 Yadnya,I Putu.”Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Dan Nilai Tambah Ekonomis Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Buletin studi ekonomi vol.9 no.2.Denpasar, 2004. 160 Lampiran 1 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 No Nama Perusahaan Return DER PER ROA Beta EVA 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 0.020 0.66 10.31 0.11 1.010 33,276,588.20 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.030 2.56 63.72 0.01 1.010 -343,482.26 3 PT Mayora Indah Tbk (0.020) 0.61 16.06 0.03 1.020 36,116,718,405.60 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk (0.020) 3.44 5.14 0.47 1.020 6,781,328,203 5 PT Aqua Gollden Mississipi 0.050 0.78 10.35 0.09 1.010 32,754,067 6 PT Unilever Indonesia (UNVR) 0.007 0.76 21.56 0.37 1.020 1,300,160.08 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 0.100 0.22 0.91 0.42 1.000 -1,283,659,690 8 PT Sekar Laut Tbk 0.002 4.45 3.04 0.97 1.020 90,488,404.10 9 PT Smart Tbk 0.002 1.38 5.94 0.07 1.020 172,170,812,050 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk (0.050) 1.83 58.01 0.004 1.020 28,514.60 11 PT Delta Djakarta Tbk 0.130 0.32 1.39 0.1 1.010 2,657,399.10 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0.040 1.64 11.01 0.15 1.010 71,382.78 13 PT Siantar Top Tbk (0.010) 0.45 19.34 0.02 1.020 25,442,431 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk 0.020 2.76 62.36 0.1 1.010 -35,510,182 Sumber : Data yang diolah 161 Lampiran 2 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 No Nama Perusahaan Return DER PER ROA Beta EVA 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 0.050 0.68 8.99 0.14 1.040 55,501,585.20 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.040 2.33 14.02 0.04 1.050 568,480.54 3 PT Mayora Indah Tbk 0.060 0.58 8.83 0.06 1.040 18,214,266.90 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk (0.020) 1.37 2.56 0.34 1.050 -10,091,167 5 PT Aqua Gollden Mississipi 0.060 0.77 23.45 0.06 1.040 13,428,778.60 6 PT Unilever Indonesia (UNVR) (0.002) 0.95 20.74 0.37 1.050 1,695,433.43 0.200 1.86 8.75 0.04 1.030 -15,083,977 (0.010) 3.03 53.61 0.05 1.050 45,214,109.90 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 0.140 1.06 13.47 0.12 1.030 -63,963.78 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0,09 1.37 10.6 0.03 1.050 36,977.82 11 PT Delta Djakarta Tbk 0.040 0.31 1.91 0.07 1.050 43,859,420 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0.010 2.08 14.71 0.12 1.050 71,291.65 13 PT Siantar Top Tbk 0.040 0.36 13.28 0.03 1.040 -16,385,292 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk 0.050 2.82 13.33 0.36 1.040 -12,226,753 Sumber : Data yang diolah 162 Lampiran 3 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 No Nama Perusahaan Return DER PER ROA Beta EVA 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 0.007 0.66 12.27 0.16 1.050 121,863,560 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.050 1.86 26.69 0.03 1.040 434,189.08 3 PT Mayora Indah Tbk 0.020 0.68 8.71 0.07 1.050 94,215,459.70 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk (0.020) 0.57 36.17 0.02 1.050 -3,474,505.10 5 PT Aqua Gollden Mississipi 0.030 0.72 24.47 0.07 1.050 13,776,816.80 6 PT Unilever Indonesia Tbk 0.040 0.79 24.51 0.37 1.050 1,933,114 0.240 2.07 13.33 0.03 1.020 -298,872,827 (0.080) 0.84 15.93 0.03 1.060 7,430,050.90 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 0.060 1.2 15.99 0.12 1.040 577,793.94 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.060 1.47 37.48 0.04 1.040 2,660.60 11 PT Delta Djakarta Tbk (0.060) 0.24 6.07 0.08 1.060 82,377,718.80 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk (0.001) 2.22 18.3 0.14 1.050 84,456 13 PT Siantar Top Tbk 0.060 0.37 35.69 0.03 1.040 -12,534,235 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk 0.200 3.36 47.12 0.02 1.020 -67,462,606 Sumber : Data yang diolah 163 Lampiran 4 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 No Nama Perusahaan Return DER PER ROA Beta EVA 0.080 0.64 11.66 0.16 0.930 91,867,410.70 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (0.070) 2.72 5.39 0.03 0.940 1,611,580.43 3 PT Mayora Indah Tbk (0.040) 1.04 4.7 0.07 0.940 116,723,572 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk (0.020) 0.46 5.12 0.17 0.940 199,002,174 5 PT Aqua Gollden Mississipi (0.010) 0.78 25.63 0.08 0.940 183,212,393 6 PT Unilever Indonesia (UNVR) 0.030 0.9 21.81 0.37 0.930 2,207,335.10 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 0.200 1.94 7.7 0.04 0.920 4,831,809.70 8 PT Sekar Laut Tbk 0.200 0.95 10.59 0.02 0.920 -12,765,476 9 PT Smart Tbk (0.040) 1.05 2.59 0.1 0.940 983,915,878 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.007 1.5 2.18 0.02 0.940 10,205.06 11 PT Delta Djakarta Tbk 0.070 0.28 4.58 0.12 0.930 143,485,147 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0.010 1.68 4.9 0.24 0.940 229,985.14 13 PT Siantar Top Tbk -0,06 0.72 12.94 0.008 0.940 6,591,371.04 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk (0.040) 1.46 17.5 0.03 0.940 7,979,485.36 Sumber : Data yang diolah 164 Lampiran 5 Pengujian Menggunakan Eviews 5.0 1. Pengujian Model 1 (Sebelum Transformasi) Dependent Variable: RETURN Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:27 Sample: 1 14 Included observations: 14 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DER PER ROA BETA C -0.002652 -0.000921 0.041066 -7.869278 7.990877 0.007503 0.000601 0.043901 0.794173 0.801213 -0.353453 -1.532448 0.935430 -9.908772 9.973474 0.7319 0.1598 0.3740 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.926189 0.893384 0.015532 0.002171 41.53562 1.705857 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.034679 0.047568 -5.219374 -4.991139 28.23326 0.000042 Sumber : EViews 2. Pengujian Model 1 (Sesudah Transformasi) Dependent Variable: LOG(RETURN) Method: Least Squares Date: 03/29/10 Time: 18:16 Sample: 1 14 Included observations: 13 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) C -0.426926 0.011944 0.439660 -138.2511 -1.425050 0.350055 0.360200 0.202455 32.43560 0.889479 -1.219596 0.033159 2.171648 -4.262325 -1.602118 0.2574 0.9744 0.0617 0.0028 0.1478 165 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.775749 0.663623 0.583366 2.722524 -8.284166 2.302792 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -3.709175 1.005838 2.043718 2.261006 6.918572 0.010376 Sumber : EViews 3. Pengujian Model 1 (Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test ) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.105397 1.239525 Probability Probability 0.974460 0.871549 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:31 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) C RESID(-1) RESID(-2) RESID(-3) RESID(-4) -0.032706 0.261379 -0.032364 -35.55973 -0.301393 -0.957952 0.030007 0.538557 1.067257 0.530814 0.539556 0.315172 63.37496 1.274022 0.880051 0.755837 0.751937 0.990820 -0.061615 0.484434 -0.102686 -0.561101 -0.236568 -1.088519 0.039700 0.716227 1.077146 0.9538 0.6534 0.9232 0.6047 0.8246 0.3376 0.9702 0.5134 0.3420 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.095348 -1.713956 0.784687 2.462937 -7.632834 0.841996 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -5.21E-16 0.476316 2.558898 2.950016 0.052699 0.999618 Sumber : EViews 166 4. Uji Normalitas Data (Pengujian Model 1) 6 Series: Residuals Sample 1 14 Observations 13 5 4 3 2 1 0 -1.0 -0.5 0.0 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -5.21e-16 0.185258 0.540917 -1.062991 0.476316 -0.867093 2.813408 Jarque-Bera Probability 1.647867 0.438703 0.5 Sumber : EViews 5. Pengujian Multikolinieritas dengan Melihat Korelasi Antar Variabel (Pengujian Model 1) VARIABEL LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) 1.000000 -0.027634 -0.322032 -0.027634 1.000000 0.588472 -0.322032 0.588472 1.000000 0.445627 0.138791 -0.177527 -0.759771 -0.257624 0.115771 LOG(ROA) 0.445627 0.138791 -0.177527 1.000000 -0.125846 LOG(BETA) -0.759771 -0.257624 0.115771 -0.125846 1.000000 Sumber : EViews 6. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroskedasticity Test (Pengujian Model 1) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.367484 5.507065 Probability Probability 0.893550 0.702257 167 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:31 Sample: 1 14 Included observations: 13 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LOG(DER) (LOG(DER))^2 LOG(PER) (LOG(PER))^2 LOG(ROA) (LOG(ROA))^2 LOG(BETA) (LOG(BETA))^2 -0.911469 -0.084143 -0.209647 -0.364807 0.091563 -0.924359 -0.175073 -6.335349 4407.556 4.328553 0.282575 0.506818 2.545160 0.471287 1.209318 0.244692 39.35628 4692.392 -0.210571 -0.297772 -0.413653 -0.143334 0.194282 -0.764363 -0.715486 -0.160974 0.939298 0.8435 0.7807 0.7003 0.8930 0.8554 0.4873 0.5139 0.8799 0.4008 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.423620 -0.729139 0.385987 0.595942 1.590444 1.261362 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.209425 0.293533 1.139932 1.531051 0.367484 0.893550 Sumber : EViews 7. Uji Normalitas Data (Pengujian Model 2) 6 Series: Residuals Sample 1 13 Observations 12 5 4 3 2 1 0 -0.3 -0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2 0.3 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 1.82e-14 -0.074266 0.336399 -0.229155 0.195414 0.665589 2.029799 Jarque-Bera Probability 1.356662 0.507463 0.4 Sumber : EViews 168 8. Pengujian Model 2 (Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.135238 2.554720 Probability Probability 0.887190 0.278772 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:34 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) C RESID(-1) RESID(-2) -0.350628 1.017441 -0.094961 -36.34512 0.214962 -1.023892 0.051182 0.767994 0.046245 0.584288 -1.591736 1.251373 8.684243 1.280584 94.40045 1.236357 9.176160 1.826206 7.431356 3.172226 3.208672 3.723092 -0.280195 0.117159 -0.074154 -0.385010 0.173867 -0.111582 0.028027 0.103345 0.014578 0.182096 -0.427531 0.8261 0.9258 0.9529 0.7660 0.8904 0.9293 0.9822 0.9344 0.9907 0.8853 0.7428 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.212893 -7.658173 0.575001 0.330626 4.522775 1.728212 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 1.82E-14 0.195414 1.079537 1.524035 0.027048 0.999881 Sumber : EViews 169 9. Pengujian Multikolinieritas dengan Melihat Korelasi Antar Variabel (Pengujian Model 2) VARIABEL LOG(RETURN) LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) KORELASI 1.000000 -0.140206 -0.478444 0.432122 -0.740202 -0.033743 -0.093942 0.133712 0.017046 Sumber : EViews 10. Uji Heteroskedastisitas dengan White Heteroskedasticity Test (Pengujian Model 2) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.624476 8.178963 Probability Probability 0.744373 0.516217 Sumber : EViews 11. Pengujian Model 2 (Setelah Transformasi) Dependent Variable: LOG(RETURN) Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 16:34 Sample (adjusted): 1 13 Included observations: 12 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DER) LOG(PER) LOG(ROA) LOG(BETA) -0.904642 -5.398583 0.563235 -87.54403 0.739904 1.456125 0.318873 26.91490 -1.222647 -3.707500 1.766328 -3.252624 0.3088 0.0341 0.1755 0.0474 170 LOG(DER_EVA) LOG(PER_EVA) LOG(ROA_EVA) LOG(BETA_EVA) C R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.576589 5.563097 -0.166461 -6.040000 -0.903231 0.962997 0.864323 0.374189 0.420053 3.086426 1.279998 0.756248 1.547704 0.463901 1.684936 1.919623 0.762434 3.594420 -0.358829 -3.584706 -0.470525 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.5013 0.0369 0.7435 0.0372 0.6701 -3.780276 1.015869 0.985596 1.349276 9.759342 0.043682 Sumber : EViews 171 Lampiran 6 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 (Setelah Transformasi LOG) No Nama Perusahaan 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Mayora Indah Tbk 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk 5 PT Aqua Gollden Mississipi 6 PT Unilever Indonesia (UNVR) 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 Return DER PER ROA Beta EVA -3.91 -0.42 2.33 -2.21 0.01 17.32 -3.51 0.94 4.15 -4.61 0.01 12.75 -3.91 -0.49 2.78 -3.51 0.02 24.31 -3.91 1.23 1.64 -0.76 0.02 23 -3.00 -0.25 2.34 -2.41 0.01 17 -4.96 -0.27 3.07 -1.00 0.02 14.08 -2.30 -1.51 -0.09 -0.87 0 21 -6.21 1.49 1.11 -0.03 0.02 18.32 -6.21 0.32 1.78 -2.66 0.02 26 -3.00 0.60 4.06 -5.52 0.02 10.26 -2.04 -1.14 0.33 -2.30 0.01 14.79 -3.22 0.49 2.40 -1.89 0.01 11.18 -4.61 -0.79 2.96 -3.91 0.02 17 -3.91 1.02 4.13 -2.30 0.01 17 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 11 PT Delta Djakarta Tbk 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13 PT Siantar Top Tbk 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk Sumber : Data yang diolah 172 Lampiran 7 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 (Setelah Transformasi LOG) No Nama Perusahaan 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Mayora Indah Tbk 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk 5 PT Aqua Gollden Mississipi 6 PT Unilever Indonesia (UNVR) 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 Return DER PER ROA Beta EVA -3.0 -0.39 2.20 0.04 0.04 17.83 -3.22 0.85 2.64 0.05 0.05 13.25 -2.81 -0.54 2.18 0.04 0.04 16.72 -3.91 0.31 0.94 0.05 0.05 16 -2.81 -0.26 3.15 0.04 0.04 16.41 -6.21 -0.05 3.03 0.05 0.05 14.34 -1.61 0.62 2.17 0.03 0.03 17 -4.61 1.11 3.98 0.05 0.05 17.63 -1.97 0.06 2.60 0.03 0.03 11.07 -4.61 0.31 2.36 0.05 0.05 10.52 -3.22 -1.17 0.65 0.05 0.05 18 4.61 0.73 2.69 0.05 0.05 11.17 -3.22 -1.02 2.59 0.04 0.04 17 -3.0 1.04 2.59 0.04 0.04 16 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 11 PT Delta Djakarta Tbk 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13 PT Siantar Top Tbk 14 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk Sumber : Data yang diolah 173 Lampiran 8 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 (Setelah Transformasi LOG) No Nama Perusahaan 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Mayora Indah Tbk 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk 5 PT Aqua Gollden Mississipi 6 PT Unilever Indonesia Tbk 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 11 PT Delta Djakarta Tbk 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13 PT Siantar Top Tbk 14 Return DER PER ROA Beta EVA -4.96 -0.42 2.51 -1.83 0.05 19 -3.0 0.62 3.28 -3.51 0.04 12.98 -3.91 -0.39 2.16 -2.66 0.05 18.36 -3.91 -0.56 3.59 -3.91 0.05 15.06 -3.50 -0.33 3.20 -2.66 0.05 16.44 -3.21 -0.24 3.20 -1.00 0.05 14 -1.43 0.73 2.59 -3.51 0.02 20 -2.52 -0.17 2.77 -3.51 0.06 15.82 -2.81 0.18 2.77 -2.12 0.04 13.27 -2.81 0.39 3.62 -3.22 0.04 7.89 -2.81 -1.43 1.80 -2.53 0.06 18.23 -6.91 0.80 2.91 -1.97 0.05 11 -2.81 -1.00 3.57 -3.51 0.04 16 -1.61 1.21 3.85 -3.91 0.02 18 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk Sumber : Data yang diolah 174 Lampiran 9 Data Rasio Keuangan Pada Perusahaan di Sektor Food and Beverage yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 (Setelah Transformasi LOG) No Nama Perusahaan 1 PT Fast Food Indonesia Tbk 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Mayora Indah Tbk 4 PT Ultra Jaya Milk Tbk 5 PT Aqua Gollden Mississipi 6 PT Unilever Indonesia Tbk 7 PT Prashida Aneka Niaga Tbk 8 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Smart Tbk 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk 11 PT Delta Djakarta Tbk 12 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13 PT Siantar Top Tbk 14 Return DER PER ROA Beta EVA -2.53 -0.45 2.46 -1.83 -0.07 18.34 -2.65 1.00 1.68 -3.51 -0.06 14.29 -3.21 0.04 1.55 -2.66 -0.06 19 - 3.912 -0.78 1.63 -1.77 -0.06 19 - 4.61 -0.25 3.24 -2.53 -0.06 19 -3.51 -0.11 3.08 -1.00 -0.07 14.61 -1.61 0.66 2.04 -3.22 -0.08 15.39 -1.61 -0.05 2.36 -3.91 -0.08 16 -3.22 0.05 0.95 -2.30 -0.06 21 -4.96 0.41 0.78 -3.91 -0.06 9.23 -2.66 -1.27 1.52 -2.12 -0.07 19 -4.61 0.52 1.59 -1.43 -0.06 12.35 -2.81 -0.33 2.56 -4.83 -0.06 15.70 -3.22 0.38 2.86 -3.51 -0.06 15.89 PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk Sumber : Data yang diolah 175