33 BAB II SYARAT DAN DASAR PEMBERIAN KREDIT DENGAN

advertisement
33
BAB II
SYARAT DAN DASAR PEMBERIAN KREDIT DENGAN
JAMINAN PURCHASING ORDER
A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan
Kredit adalah sebuah kepercayaan (trust). Dengan demikian pemberian
fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan, yaitu fasilitas yang diberikan
tersebut digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur. Bagi
bank (kreditur), pemberian fasilitas kredit tersebut dapat kembali aman dan
menguntungkan. Arus dasar dalam pemberian kredit demikian merupakan suatu
keniscayaan dalam dasar-dasar pemberian fasilitas kredit.
Dalam kaitannya dengan fasilitas pemberian kredit, analisa terhadap fakta dan
data yang menyertai debitur dalam mengajukan permohonanya merupakan bagian
dari faktor-faktor yang mendukung analisa dan kesimpulan bahwa terdapat “Jaminan”
suatu fasilitas kredit yang diberikan dapat kembali dengan menguntungkan. Oleh
karena itu, terdapat pendapat bahwa “jaminan” adalah “keyakinan” kreditur bahwa
kredit yang diberikan dapat kembali dengan tepat waktu. Dengan kata lain, istilah
“jaminan” yang diistilahkan dengan “ jaminan pemberian kredit” diartikan sebagai
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan.
1.
Perkembangan kredit Dalam Dunia Perbankan.
Dalam dunia perbankan Pemberian suatu fsilitas kredit yang diberikan oleh
bank yang satu dengan yang lain nyaris sama. Bukan hanya karena ketentuan yang
33
Universitas Sumatera Utara
34
dijadikan acuan dalam pemberian kredit adalah sama, tetapi juga karena tradisi
pemberian kredit nyaris tidak mengalami perubahan.
Diakui memang dengan adanya tingkat persaingan usaha perbankan yang
semakin ketat telah mendesak “platform” tahapan pemberian kredit kepada suatu
keadaan yang menguntungkan kreditur. Ketatnya persaingan antar bank tersebut telah
memberikan dorongan keberanian bank untuk “take a risk” atas berbagai resiko
termasuk resiko hukum. Hal ini didorong oleh keadaan pasar yang semakin
menyudutkan lembaga perbankan pada suatu persaingan yag tidak sehat. Pada satu
sisi bank diminta untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian / prudential banking,
disisi lain terdapat tuntutan pasar yang semakin longgar.
Longgarnya tuntutan pasar ini antara lain diakibatkan adanya “penjualan
informasi” oleh calon debitur atau yang telah menjadi debitur. Debitur yang telah
mendapatkan penawaran fasilitas kredit dari bank lain dengan term and condition
tertentu, dijual kepada bank lain (pesaing bank yang telah menawarkan fasilitas kredit
tersebut), dengan cara meminta fasilitas kredit dari bank lain dengan syarat dan
ketentuan yang lebih ringan dari syarat dan ketentuan sebelumnya. Demikian
seterusnya, pihak debitur akan menjual informasi-informasi tersebut kepada bankbank lain dengan permintaan term and condition yang semakin ringan.
Pada saat tertentu sampailah pada suatu bank “ dengan pertimbangan tertentu”
untuk menerima syarat dan ketentuan yang sangat ringan, termasuk menerima
permintaan nasabah atas permohonan fasilitas kredit yang diminta dengan
persyaratan, antara lain tanpa adanya jaminan yang diikat secara yuridis sempurna.
Universitas Sumatera Utara
35
Bank terakhir yang menerima permohonan nasabah tersebut pada hakikatnya telah
menerima suatu pemberian fasilitas kredit dengan mengurangi prinsip kehati-hatian /
prudential banking berarti juga telah memperbesar posisi take a risk.
Pada sisi lain, ketika funding
sedemikian besar, yang artinya rate cost
semakin tidak efisien, maka satu2nya cara lembaga perbankan untuk mendapatkan
suatu profit adalah penggunaan funding untuk secara efisien disalurkan dalam bentuk
kredit. Bagi lembaga2 perbankan yang berfungsi juga sebagai agent of development ,
juga dituntut tidak hanya melakukan bisnis dengan profit oriented, tetapi sebagai
agent of development mewajibkan bank untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendukung program pemerintah. 41
2.
Pengertian Purchasing Order Financing dan Invoice Financing.
Pembiayaan Receivable Financing ini direalisasikan atas dasar 42:
1.
Purchasing Order Financing (PO) Financing.
Purchasing Order Financing adalah pembiayaan yang dilakukan dengan adanya
PO atau dokumen lain yang berfungsi serupa dari daftar pembeli.yang
merupakan dokumen komersial yang diterbitkan oleh pembeli kepada penjual
yang menunjukkan pemesanan suatu barang maupun jasa.
2.
Invoice Financing.
41
Try Widiyono, Agunan Kredit dalam Financial Enggineering, Ghalia Indonesia Jakarta,
Mei 2009, hal 1.
42
Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer bank mandiri, pada tanggal 7-9-2013,
pada pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
36
Merupakan Pembiayaan yang dilakukan oleh bank untuk percepatan pembayaran
tagihan oleh daftar pembeli atas penjualan barang/ jasa yang telah dilakukan oleh
penjual kepada pembeli. Invoice terbit setelah adanya PO. Invoice Financing
merupakan Kredit modal Kerja yang tujuannya untuk percepatan collection/
tagihan/piutang dagang.43
Pada umumnya dalam transaksi jual beli untuk penyerahan dan pembayaran
atas barang yang dibeli terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini berarti modal kerja
atau modal usaha si penjual cepat diperolehnya kembali dan langsung dipakai untuk
perputaran bisnis selanjutnya. Namun dalam hal ini tidak jarang pelaksanaan
pembayaran dari pembeli itu baru dapat ditunaikan berdasarkan kesepakatan diantara
mereka dalam tenggang waktu tertentu, misalnya sekitar dua sampai empat bulan
berikutnya.
Kondisi sebelum dilaksanakannya pembayaran dari pihak pembeli tersebut
akan melahirkan konsekuensi timbulnya hak tagih dari pihak penjual sehingga
keadaan ini disebut masa penagihan (Collection period). Hak tagih atas piutang ini
dalam dunia ekonomi dikenal sebagai piutang dagang (Account Receivable ).
Lamanya masa penagihan atau tenggang waktu didalam pelaksanaan
pembayaran dan besarnya piutang dagang yang terjadi akan mengurangi kemampuan
penjual mengembangkan omzetnya, yaitu jumlah total penjualan. Penjual dalam
keadaan ini sangat membutuhkan tambahan dana modal kerja, guna mencukupi
kebutuhan besarnya perputaran usaha dan akibat lamanya jangka waktu pembayaran
43
Try Widiyono, Op.cit, hal. 288.
Universitas Sumatera Utara
37
piutang dagang tersebut. Periode menunggu pembayaran dari pelaksanaan
pembayaran dapat menimbulkan permasalahan “cash flow” atau terhambatnya aliran
dana dari kas penjual, dengan kata lain si penjual tidak lagi mempunyai uang tunai
untuk membiayai usahanya pada waktu-waktu tertentu44.
Disisi pembeli saat menerima barang atau jasa yang dibeli, maka dia
berkewajiban untuk segera memberikan pembayaran atau minimal memberikan janji
melakukan pembayaran dalam tenggang waktu tertentu yang telah disepakati. Bentuk
dokumen yang melengkapi syarat adanya pembayaran ini umumnya dari pihak
pembeli perlu menandatangani bukti penerimaan “ barang yang dibeli “ di atas
Delivery Order ( disingkat DO atau bukti dokumen barang keluar dari gudang)
maupun Berita Acara Serah Terima ( BAST) yang ditandatangani oleh pembeli, yang
biasanya dilengkapi dengan identitas barang yang termuat dalam Invoice atau
Facture, sekaligus juga menyerahkan janji pelaksanaan pembayaran berjangka dalam
wujud piutang atas nama berupa penyerahan Cheque atau bilyet giro yang bertanggal
mundur sebesar nilai transaksi yang disepakati sebagai nominal pembayaran.
Tuntutan dari persaingan bisnis dan kondisi pasar pembeli (buyer’s market)
memberi peluang kepada pembeli untuk selalu mendapat kelonggaran jangka waktu
pelaksanaan pembayaran. Keadaan ini menyebabkan piutang dagang yang bertanggal
mundur makin umum dan lazim terjadi dalam praktek bisnis dewasa ini. Fenomena
ini berarti kemudahan bagi pihak pembeli, akan tetapi di sisi lain hal ini akan
mengaharuskan penjual menyediakan modal kerja usaha yang cukup memenuhi
44
Wawancara dengan Ibu Roliesca, Komisaris PT. Era Bangun Jaya, pada tanggal 10-092013, pada pukul 10.00. WIB.
Universitas Sumatera Utara
38
perputaran usaha yang diakibatkan modal yang tertanam dalam tagihan piutang
dagang yang belum jatuh tempo dan mengurangi kemampuan penjual membiayai
kegiatan bisnis selanjutnya, dan untuk menambah penyediaan jumlah modal kerjanya
penjual dapat menempuh macam-macam cara, diantaranya melalui pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Namun prosedur pemberian pinjaman pada umumnya dari
pihak pemberi pinjaman selalu mensyaratkan adanya agunan (Collateral) atau
jaminan yang dapat dicairkan atau diuangkan, Jikalau terjadi kegagalan dalam
pinjaman tersebut.
Apabila penjual tidak mau ataupun tidak mampu menyerahkan agunan atau
jaminan sebagai persyaratan adanya pinjaman. Dalam hal ini yang dipunyai penjual
dari transaksi jual beli hanyalah piutang dagang yang dilengkapi dokumen pendukung
berupa Invoice/ faktur, Delivery Order ( DO) dan/ atau dilengkapi juga dengan
cheque atau bilyet giro dari pembeli. Penjual dalam hal ini mengalami problem cash
flow atau tertundanya aliran dana dari kasnya penjual. Solusi bagi penjual untuk
mengatasi hal itu adalah diperlukan suatu fasilitas keuangan dengan tujuan
membiayai Piutang dagang.45 Juga membiayai Proyek berdasarkan PO dari Pembeli.
3.
Kredit Dengan Agunan Receivable Financing ( Purchasing Order Financing
dan Invoice financing ).
Di tengah Krisis ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap
tumbuh. Pertumbuhan terutama bersumber dari perekonomian domestik dengan peran
investasi yang semakin meningkat. Oleh karena itu guna melengkapi produk
pembiayaan lokal dengan mempertimbangkan peluang pasar, Bank dalam hal ini
45
Rinus Pantouw, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang, Kencana Perdana media Group
2006, Jakarta. , hal.1-2.
Universitas Sumatera Utara
39
Bank Mandiri memandang perlu meluncurkan suatu produk pembiayaan kredit yang
disebut dengan Receivable Financing.
Receivable Financing merupakan kredit modal kerja, yaitu kredit yang
diberikan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah, jadi kredit ini
sasarannya untuk membiayai biaya operasi usaha nasabah, kredit bank digunakan
untuk membeli bahan dasar, alat-alat bantu, maupun membayar biaya lainya.46
Receivable Financing adalah pembiayaan perdagangan (trade financing)
kepada nasabah yang bertindak sebagai pihak penjual (seller ) dalam pembahasan ini
yaitu PT. Era Bagun Jaya, yang mengadakan kerjasama dengan perusahaan pemberi
pekerjaan / Bougher sebagai pembeli ( buyer) dalam rangka :
a. Persiapan pengiriman barang (Pre Delivery financing atau PO Financing) atas
pemesanan barang dari daftar pembeli untuk membiayai antara lain :
1. Pembelian bahan baku dan/ atau
2. Pengeluaran ongkos produksi atau persiapan penggiriman barang lainnya,
dan/atau
3. Pengadaan barang untuk dijual kembali.
Dalam rangka memenuhi suatu pesanan (Order) transaksi perdagangan lokal
(diwilayah Indonesia) dan / atau
b. Percepatan pembayaran tagihan dari Daftar pembeli (post delivery financing atau
Invoice Financing) atas penjualan barang / jasa transaksi perdagangan lokal
(diwilayah Indonesia).
46
Gatot supromono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta ; Jambatan, 1995, hal 30.
Universitas Sumatera Utara
40
B. Aplikasi Permohonan Kredit Sebagai Acuan Perjanjian Kredit Dalam
Kredit Dengan Purchasing Order Financing dan Invoice Financing.
Pada Umumnya, suatu failitas kredit dimintakan permohonnanya oleh debitur
(calon debitur) terlebih dahulu sebelum analisa dilakukan oleh bank, tetapi dalam
kasus-kasus tertentu, analisa kredit dibuat mendahului adanya permohonan dari calon
debitur. Hal demikian jika berdasarkan pengamatan dan penilaian bank, calon debitur
tersebut mempunyai potensi yang baik untuk diberikan fasilitas kredit. Adapun datadata yang dijadikan dasar analisis pendahuluan ini biasanya diperoleh dari data-data
nasabah yang terdapat pada public folder atau internet milik calon debitur. Namun,
untuk selanjutnya jika offering latter dari bank dalam permohonan diterima oleh
calon debitur, maka kepada yang bersangkutan tetap dimintakan untuk mengajukan
fasilitas kredit.
Adapun surat permohonan mendapatkan kredit berisi antara lain 47:
1.
Identitas nasabah
2.
Bidang usaha nasabah
3.
Jumlah kredit yang dimohonkan
4.
Tujuan Pemakaian kredit
Disamping surat permohonan tersebut, masih diperlukan data-data lain yang
dapat menunjang permohonan nasabah seperti sebagai berikut ;
1.
Susunan pengurus perusahaan nasabah
2.
Laporan keuangan ( neraca dan perhitungan laba / rugi )
47
Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer Bank Mandiri Cabang Imam Bonjol, pada
tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
41
3.
Perencanaan proyek yang akan dibiayai dengan kredit
4.
Barang jaminan yang dapat digunakan
5.
Dan lain-lain
Permohonan Fasilitas kredit seyogianya ditandatangani oleh calon debitur
sesuai kewenangan dari calon debitur tersebut. Dalam hal calon debitur adalah berupa
badan, maka calon debitur tersebut sesuai dengan kewenangan badan yang
bersangkutan sebagaimana terdapat dalam anggaran dasarnya.
Dalam praktik perbankan, sebagian besar permohonan kredit yang idealis
tersebut (permohonan kredit yang telah ditandatangani oleh calon debitur sesuai
kewenangan dalam Anggaran Dasar) belum dapat dipenuhi sehingga untuk
meminimalisasi resiko hukum tersebut, maka fungsi SPPK (yang sebelumnya
merupakan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit), maka kini terdapat bank besar
yang mengubah fungsi “persetujuan” menjadi “penawaran” sehingga SPPK diartikan
sebagai Surat Penawaran Pemberian Kredit, sehingga konotasi hukumnya pada saat
SPPK dibuat oleh bank, dapat diartikan sebagai offering.
Perubahan tersebut secara hukum telah mengubah konstruksi hukum yang
luas, antara lain untuk menutup kekurang sempurnaan atas persetujuan kredit dari
debitur, dimana persetujuan tersebut dapat diartikan sebagai telah terjadinya
kesepakatan karena persetujuan tersebut merupakan tanda persetujuan atas
permohonan debitur. Dalam hal demikian, maka permohonan tersebut merupakan
dasar adanya persetujuan bank, yang berarti permohonan tersebut harus / wajib
Universitas Sumatera Utara
42
ditandatangani oleh calon debitur yang berwenang (jika suatu badan, kewenagan
tersebut dapat dilihat dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan)
Permasalahan juga timbul berkenaan dengan pengertian permohonan kredit.
Hal ini penting karena menyangkut tata cara dan prosedur yang harus dipenuhi dalam
permohonan kredit sebagaimana diuraikan diatas, termasuk menyangkut kewenangan
bertindak.
Sebagai gambaran, permohonan kredit yang utama meliputi :
1.
Permohonan baru
2.
Permohonan kenaikan Limit
3.
Permohonan Restrukturisasi
4.
Permohonan perpanjangan fasilitas kredit.
Batasan mengenai makna permohonan kredit adalah hal yang sangat esensial.
Karena dokumen permohonan kredit tersebut wajib ada dan untuk perseroan, maka
perseroan tersebut pada dasarnya harus mendapatkan persetujuan dari komisaris dan/
atau RUPS sesuai anggaran dasar perseroan. Oleh karena itu, jika suatu permohonan
diklasifikasikan sebagai permohonan kredit, maka permohonan tersebut wajib
memenuhi kewenangan bertindak dari subjek hukum yang bersangkutan.
Jika kita menganut asas Prudential banking, maka seluruh permohonan yang
menyangkut pemberian fasilitas kredit diklasifikasikan sebagai permohonan kredit
dan oleh karena itu, harus memenuhi ketentuan kewenangan bertindak dari subyek
hukum yang bersangkutan.
Dalam praktik penggolongan, apakah suatu permintaan oleh debitur termasuk
permohonan kredit atau bukan, agak sulit. Penggolongan ini diperlukan karena jika
permohonan tersebut harus dianggap sebagai permohonan kredit, maka wajib
Universitas Sumatera Utara
43
memperhatikan kewenangan bertindak sesuai dengan anggaran dasarnya. Seperti
untuk melengkapi permohonan tersebut wajib memenuhi persyaratan, misalnya
adanya persetujuan dari komisaris dan / atau dari RUPS. Pemenuhan persyaratan itu
sering menjadi sulit untuk dipenuhi oleh debitur dengan berbagai alasan. Pemenuhan
persyaratan itulah sebenarnya yang menjadi permasalahan utama, pengklasifikasian
suatu permohonan merupakan permohonan kredit atau bukan. Jika suatu permohonan
kredit ternyata tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan anggaran
dasar dan ketentuan perundang-undangan, maka permohonan tersebut dapat dianggap
(ketika atas permohonan tersebut nantinya disetujui oleh kreditur/bank) pihak debitur
telah melakukan perjanjian yang belum memenuhi syarat syahnya perjanjian, yang
diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat subyektif, yang ancamanya dapat
dibatalkan (sekalipun hal tersebut terdapat dalam permohonan kredit).
Jika dicermati, suatu permohonan adalah perbuatan hukum sepihak yang
belum mengikat pihak lain. Permohonan tersebut akan mengikat pihak lain jika atas
permohonan itu, disetujui oleh kreditur / bank. Dengan konstruksi hukum demikian,
maka ketika suatu permohonan kredit ( setelah dianalisa oleh bank ) kemudian
diberikan suatu pemberitahuan persetujuan kredit ( SPPK ), maka atas permohonan
tersebut, ketika mendapatkan SPPK, telah menjadi kesepakatan antara pihak debitur
dan kreditur karena offering yang disampaikan oleh calon debitur telah disetujui oleh
kreditur / bank.48
Sebelum Penyaluran kredit kepada debitur / penjual dilakukan Bank selaku
kreditur akan melakukan analisa terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperoleh
48
Try widiyono, Op.cit, hal 22-24.
Universitas Sumatera Utara
44
keyakinan yang didapat berdasarkan data dan fakta. Karena keyakinan tanpa adanya
dukungan fakta dan data adalah kecerobohan.
1.
Tahapan Prosedur dalam Pembiayaan kredit dengan Jaminan Purchasing
Order Financing maupun Invoice Financing.
Tahapan Prosedur dalam pembiayaan kredit dengan Purchasing Order
financing maupun Invoice financing adalah sebagai berikut49 :
Debitur yang akan meminjam dana kepada bank dengan agunan Purchasing
Order, maupun Invoice financing, terlebih dahulu harus menyerahkan Aplikasi
Receivables Financing yang telah ditandatangani beserta seperangkat dokumen dasar
yaitu:
Purchasing Order Financing
Invoice Financing
1. Menyerahkan Aplikasi
Receipable Financing
1. Menyerahkan Aplikasi Receivable
Financing
2. Menyerahkan Copy Purchase
Order dari pembeli terpilih atau
Copy Salles Contract/ Agreement
atau dokumen komersial lain
yang dapat berfungsi sebagai
pemesanan barang/ layanan
dengan pembeli terpilih yang
masuk dalam daftar pembeli
2. Bukti Accepted Invoice atau
dokumen komersial lainnya yang
dapat menunjukkan nasabah
sudah dapat membuka piutang
(receivables), sementara di sisi
pembeli sudah berfungsi sebagai
bukti adanya hutang dagang
kepada penjual. Dalam hal
terdapat PO Financing, Invoice
atau
dokumen
yang
dipresentasikan mencantumkan
instruksi pembayaran ke rekening
escrow pada bank mandiri.
49
Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer bank Mandiri Cabang Imam Bonjol, pada
tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
45
3. Khusus bila per transaksi
pemesanan barang nasabah tidak
lagi menggunakan Purchase
order, maka Copy Sales contract
/ Agreement cukup diserahkan
sekali pada transaksi PO
Financing Pertama.
3. Copy dokumen lain, yang
dipersyaratkan oleh penjual dalam
Sales Contract / Agreement (jika
ada)
4. Khusus untuk presentasi Invoice
yang
belum
memperoleh
akseptasi (Un-accepted Invoice),
Disertai dengan bukti pengiriman
barang berupa copy dokumen
Goods Receipt atau copy delivery
Order atau copy Berita Acara
Serah Terima (BAST) barang atau
dokumen
lainya
yang
mengandung tanda terima barang
oleh pihak Pembeli yang masuk
dalam daftar pembeli.
Lebih Jelas mengenai apa yang dimaksud dengan Accepted Invoice dalam
permohonan kredit dengan Invoice Financing adalah merupakan dokumen yang telah
di Akseptasi oleh Perusahan pemberi pekerjaan (Bougher). Akseptasi adalah suatu
tanda hutang (pengakuan hutang) dari yang mengeluarkan aksep pada sipemegang
aksep dimana yang mengeluarkan berjanji akan sanggup membayar suatu jumlah
tertentu
pada
sipemegang
aksep
pada
suatu
waktu
tertentu.
Kewajiban
sipenandatangan aksep tidaklah untuk menanggung pembayaran oleh seorang tertarik,
melainkan dirinya sendiri wajib membayar sejumlah uang kepada penerima atau
pembawa aksep. Jadi berbeda dengan cek, dan wesel yang merupakan perintah untuk
membayar sejumlah uang (betalingsopdracht), aksep merupakan suatu surat sanggup
yang berisi kesanggupan atau janji untuk membayar sejumlah uang (betalingsbelofte).
Universitas Sumatera Utara
46
Meskipun demikian ketentuan pada pasal 176 KUHD berlaku juga bagi aksep,
yaitu beberapa ketentuan wesel mengenai endosemen, hari bayar, hak regres,
kadaluarsa, kehilangan perubahan, dan lain sebagainya berlaku pula bagi surat aksep,
hanya tidak termasuk mengenai ketentuan sitertarik menyetujuinya (akseptasi) dan
mengenai penyediaan dana ditangan seorang tertarik. Ketentuan ayat 1 pasal 177
KUHD menegaskan, si penandatangan aksep adalah terkait seperti si tertarik dalam
wesel itu ( akseptasi).
Menurut ketentuan dalam pasal 174 KUHD, suatu surat sanggup harus berisikan 50 :
a.
keterangan tertunjuk (orderclausule) baik penyebutan surat sanggup, atau
promes kepada tertunjuk, yang dimuat dalam teksnya sendiri, dan diistilahkan
dalam bahasa yang dipakai surat tersebut.
b.
Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
c.
Penetapan hari bayar.
d.
Penetapan tempat pembayaran harus dilakukan.
e.
Nama pihak atau pihak lain yang ditunjuk oleh surat promes itu untuk
mendapatkan pembayaran.
f.
Tanggal, dan tempat surat itu ditandatangani.
g.
Tanda tangan pihak yang mengeluarkan surat itu.
Setelah nasabah menyerahkan Aplikasi Receivables Financing yang telah
ditandatangani beserta seperangkat dokumen yang telah disebutkan pada tabel diatas
50
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1996, hal. 153-154.
Universitas Sumatera Utara
47
maka Trade Servicing Unit dari bank akan melakukan pemeriksaan kebenaran atas
kelengkapan dan keaslian dokumen (apparent genuineness) yang menjadi dasar
pembiayaan dengan Receivables Financing dan mengisi checklist Penarikan Fasilitas
Receivables Financing. Trade Servicing Unit dari pihak bank akan menelusuri
kebenaran Atas PO yang didapat oleh Penjual, dengan berdasarkan atas data yang
diberikan oleh penjual maupun menghubungi langsung pihak pembeli (pemesan
barang / jasa ) apakah PO yang diberikan kepada Penjual benar Adanya.
2.
Analisis Kredit terhadap permohonan kredit dengan jaminan Purchasing
Order.
Untuk memperoleh keyakinan dimaksud bank harus melakukan penilaian
yang seksama terhadap hal-hal berikut :
1.
Watak (Caracter).
Watak (Caracter) adalah pribadi, kelakuan, sikap tingkah laku, dan nilai-nilai
dari debiturnya yang dapat dilihat dari track record, yaitu sejarah hidup dan
curriculum vetae dari debitur. Data-data dan sumber ini dapat dilihat dari
beberapa sumber dan informasi, antara lain informasi tersebut dapat diminta dari
Bank Indonesia.
2.
Kemampuan (Capacity).
Kemampuan adalah kemampuan debitur untuk mengelola fasilitas kredit yang
diberikan sehingga dapat memberikan nilai tambah, yang akhirnya dapat
mengembalikan fasilitas kredit sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Oleh
karena itu, dalam pemberian kredit harus dianalisa, antara lain mengenai kondisi
Universitas Sumatera Utara
48
keuangan yang bersangkutan, untuk meyakini tentang jumlah fasilitas yang
dibutuhkan dan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Kemampuan juga menyangkut mengenai kecakapan. Oleh karena itu kecakapan
dan profesionalisme Debitur/Pengurus dan karyawan perlu mendapat perhatian.
3.
Modal (Capital).
Modal adalah modal yang dimiliki oleh debitur yaitu apa yang dijadikan debitur
dalam melakukan usahanya. Pengertian modal adalah termasuk juga modal dasar,
modal yang ditempatkan dan modal yang disetor. Termasuk dalam cakupan
modal adalah Sharing pembiayaan, yaitu jumlah tertentu yang harus disediakan
sendiri oleh debitur dalam suatu pembiayaan terhadap objek kredit.
4.
Agunan ( Collateral ).
Agunan adalah benda bergerak dan benda tidak bergerak yang diserahkan debitur
kepada kreditur, untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali
sesuai waktu yang ditetapkan.Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut
dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit tersebut. Jaminan tersebut dapat
berupa jaminan umum, dimana kreditur tidak mempunyai hak Preferent dan
jaminan khusus, dimana kreditur mempunyai hak preferent.
5.
Prospek usaha ( Condition Of Economy ).
Prospek usaha adalah dukungan lingkungan, baik keadaan ekonomi maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta keadaan daerah setempat yang
memungkinkan suatu usaha yang dibiayai dapat berjalan dengan baik dan
menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
49
Apabila berdasarkan penilaian terhadap watak (character), kemampuan
(Capacity), modal (Capital), dan prospek usaha (condition of economy) telah
diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur mengembalikan utangnya,
maka agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan
kredit yang bersangkutan. Jika mendasarkan pada ketentuan ini, maka dalam
pemberian fasilitas kredit hanya dikenal Project financing dan bukan Corporate
financing. Namun demikian, dalam praktik perbankan telah lazim dalam pemberian
fasilitas kredit dengan pola project financing.51 Produk Project Financing ini dalam
Bank mandiri disebut dengan Receivable Financing.
Untuk memahami pengertian pembiayaan Proyek (Project Financing)
O.P.Simorangkir (1989) berpendapat bahwa :
“Pembiayaan proyek adalah pembiayaan dari berbagai sumber keuangan yang
diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek
bermodal besar, pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh
sindikasi bank, dan jaminan keuangan atas pengembalian pinjaman tersebut
hanya digantungkan pada arus pemasukan dimasa yang akan datang, dan tidak
digantungkan pada jaminan pihak ketiga”.52
Dalam definisi ini dapat diketahui ciri-ciri pokok pembiayaan proyek yaitu :
1.
Proyek yang dibiayai adalah proyek besar,
2.
Sumber pembiayaan proyek adalah pinjaman yang diberikan oleh sindikasi Bank,
3.
Pengembalian pinjaman diperoleh dari penghasilan proyek tersebut,
4.
Dan tidak ada jaminan pihak ketiga.
51
52
Try Widiono, Op.cit, hal 5,6.
O.P, Simorangkir,Seluk Beluk Bank Komersial. Aksara Persada Indonesia, Jakarta1989.
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat diinventarisasi ciri-ciri
khas pembiayaan proyek sebagai berikut53 :
1.
Hanya disediakan atau diperuntukkan bagi proyek besar
2.
Biasanya dilakukan secara sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan .
3.
Tidak menggunakan system kredit konvensional yang didukung oleh jaminan
kebendaan atau orang.
4.
Bila memerlukan jaminan hanya terbatas pada aset unit ekonomi yang dibiayai
itu.
5.
Pembiayan proyek merupakan hutang / pinjaman yang berisiko tinggi jika
dibandingkan dengan kredit konvensional.
6.
Pengembalian pinjaman bersumber dari pendapatan (revenue) proyek yang
bersangkutan.
7.
Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi pertimbangan
utama pihak penyandang dana.
8.
Karena menggunakan teknologi canggih, kelayakan teknis (technical feasibility)
juga menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.
9.
Kontrak pembangunan proyek yang memuat bentuk pemborongan pekerjaan
menjadi jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.54
53
Abdulkadir Muhammad & Rilda Murniati, Segi hukum lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung 2004 hal 170.
Universitas Sumatera Utara
51
Untuk memahami pengertian pembiayaan Proyek (Project Financing)
O.P.Simorangkir (1989) berpendapat bahwa :
“Pembiayaan proyek adalah pembiayaan dari berbagai sumber keuangan yang
diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek
bermodal besar, pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh
sindikasi bank, dan jaminan keuangan atas pengembalian pinjaman tersebut
hanya digantungkan pada arus pemasukan dimasa yang akan datang, dan tidak
digantungkan pada jaminan pihak ketiga”.55
Dalam definisi ini dapat diketahui ciri-ciri pokok pembiayaan proyek yaitu :
1. Proyek yang dibiayai adalah proyek besar,
2. Sumber pembiayaan proyek adalah pinjaman yang diberikan oleh sindikasi
Bank,
3. Pengembalian pinjaman diperoleh dari penghasilan proyek tersebut,
4. Dan tidak ada jaminan pihak ketiga.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat diinventarisasi ciri-ciri
khas pembiayaan proyek sebagai berikut56 :
10. Hanya disediakan atau diperuntukkan bagi proyek besar
11. Biasanya dilakukan secara sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan .
55
O.P, Simorangkir,Seluk Beluk Bank Komersial. Aksara Persada Indonesia, Jakarta1989.
Abdulkadir Muhammad & Rilda Murniati, Segi hukum lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung 2004, hal 170.
56
Universitas Sumatera Utara
52
12. Tidak menggunakan system kredit konvensional yang didukung oleh jaminan
kebendaan atau orang.
13. Bila memerlukan jaminan hanya terbatas pada aset unit ekonomi yang dibiayai
itu.
14. Pembiayan proyek merupakan hutang / pinjaman yang berisiko tinggi jika
dibandingkan dengan kredit konvensional.
15. Pengembalian pinjaman bersumber dari pendapatan (revenue) proyek yang
bersangkutan.
16. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi pertimbangan
utama pihak penyandang dana.
17. Karena menggunakan teknologi canggih, kelayakan teknis (technical feasibility)
juga menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.
18. Kontrak pembangunan proyek yang memuat bentuk pemborongan pekerjaan
menjadi jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.
C. Segi Hukum Pembiayaan Proyek
1.
Asas Kebebasan berkontrak.
Ketentuan mengenai perjanjian secara umum diatur dalam Buku III
KUHPerdata dan hanya terbatas pada pengaturan kewajiban dan hak pihak-pihak
secara perdata baik materil maupun formal. Dalam pasal 1320 KUHPerdata diatur
mengenai syarat-syarat sah perjanjian, dan pasal 1338 KUHPerdata mengenai akibat
hukum perjanjian yang sah. Dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ditentukan
bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-
Universitas Sumatera Utara
53
pihak yang membuatnya. Ketentuan ini mengakui adanya asas kebebasan berkontrak
(principle of contract freedom), yaitu kebebasan membuat perjanjian dan kekuatan
berlaku/
mengikat
perjanjian
tersebut
disamakan
dengan
kekuatan
berlaku/mengikatnya Undang-undang.
Ketentuan-ketentuan kontrak mengenai pembiayaan proyek yang dibuat
secara bebas oleh pihak-pihak tentunya bersumber dari asas kebebasan berkontrak.
Keberlakuan asas kebebasan berkontrak menjadi sangat penting dalam hal membuat
kontrak-kontrak Pembiayaan proyek karena pembiayaan proyek merupakan sistem
pembiayaan yang masih belum banyak pengaturannya, jika dibandingkan dengan
sistem pembiayaan konvensional yang sudah ada. Dengan demikian, pengaturan yang
dilakukan melalui rumusan kontrak-kontrak yang dibakukan merupakan cara yang
paling tepat untuk mengisi kekosongan hukum tertulis bagi pembiayaan proyek.
2.
Pinjaman, Pembiayaan, Jaminan.
Pembiayaan proyek merupakan salah satu bentuk pinjaman (loan), jadi
ketentuan hukum yang berlaku bagi pinjaman berlaku juga bagi pembiayaan proyek.
Sumber hukum utama bagi pembiayaan adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Pinjaman biasanya
dikaitkan dengan jaminan benda atau orang. Jaminan benda biasanya bersifat benda
bergerak dan benda tak bergerak. Pada pembiayaan proyek jaminan itu dapat berupa
aset perusahaan pengelola proyek atau proyek itu sendiri dijadikan jaminan. Sumber
Universitas Sumatera Utara
54
hukum utama bagi jaminan adalah undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.
Dalam Hubungan Hukum bidang perkreditan terdapat ketentuan yang berlaku
umum dalam setiap jenis kredit, yaitu Syarat Umum Pemberian Kredit (SUPK).
Syarat Umum Pemberian Kredit (SUPK) ini diperlukan, antara lain untuk
mempermudah penyajian-penyajian kredit. Klausula-klausula yang berlaku umum
untuk beberapa jenis kredit yang dijadikan satu dalam bentuk SUPK, sedangkan halhal yang bersifat khusus diatur dalam perjanjian kredit. Dengan cara demikian,
perjanjian kredit mempunyai klausula yang ringkas.
Adapun jenis formulir perkreditan yang umum berlaku dalam pemberian
kredit konvensional adalah sebagai berikut:57
1.
Surat permohonan kredit dari nasabah kepada bank
2.
Surat pemberitahuan persetujuan kredit.
3.
Syarat-syarat umum perjanjian kredit
4.
Perjanjian fasilitas (biasanya dalam noncash loan)
5.
Perjanjian kredit dan adendumnya.
6.
Dokumen agunan/ jaminan
7.
Dokumen persyaratan penarikan kredit.
Dalam pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak
pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut
57
Ibid., hal. 257
Universitas Sumatera Utara
55
didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna
dana. 58
Nasabah yang datang ke bank untuk memperoleh kredit, tentu bank tidak
langsung memberikan kredit begitu saja. Bank memerlukan informasi tentang datadata yang dimiliki calon penerima kredit, data-data yang dimaksud penting bagi bank
untuk menilai keadaan dan kemampun nasabah, sehingga menumbuhkan kepercayaan
bank dalam memberikan kreditnya.
Adapun yang pertama dilakukan adalah menyampaikan surat permohonan
mendapatkan kredit yang berisi antara lain :
a.
Identitas Nasabah
b.
Bidang usaha nasabah
c.
Jumlah kredit yang dimaksudkan
d.
Tujuan pemakaian kredit.
Disamping surat permohonan tersebut, masih diperlukan data- data lain yang
dapat menunjang permohonan nasabah sebagai berikut :
a.
susunan pengurus perusahaan nasabah
b.
Laporan keuangan (Neraca dan perhitungan laba/ rugi)
c.
Perencanaan proyek yang akan dibiayai dengan kredit
d.
Barang jaminan yang dapat diagunkan
b.
dan lain-lain.
58
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta : Kencana 2010, hal 93.
Universitas Sumatera Utara
56
Dengan adanya data-data penunjang, bank dapat menilai kemampuan nasabah
dalam mengelola usahanya. Bank juga dapat menilai kemampuan nasabah terhadap
kredit yang diminta, apakah nantinya dapat mengembalikannya atau tidak. Peranan
bank dalam bidang perkreditan, bukan semata-mata memberikan kredit asal ada
jaminanya yang cukup, tetapi bank juga membina usaha nasabah, agar kelancaran
usaha nasabah kredit bank dapat berjalan dengan lancar.59
Sebelum kredit diberikan kepada pengguna dana atau dalam hal ini debitur
maka bank terlibih dahulu akan melakukan analisa-analisa yang mendalam terhadap
permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur yang mana analisa tersebut
bertujuan agar bank memperoleh keyakinan bahwa usaha atau proyek yang dibiayai
dengan kredit tersebut memang layak untuk diberikan kepada calon debitur.
Analisa kredit merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai
acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak.
Disamping itu bank perlu melakukan analisa yang mendalam agar bank terhindar dari
masalah kredit yang timbul dikemudian hari. Penerapan prinsip dasar dalam
pemberian kredit serta analisis yang mendalam terhadap calon debitur, perlu
dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya
sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka
waktu yang diperjanjikan.
3.
Standard Kelayakan kredit.
Untuk mengetahui apakah suatu kredit dengan jaminan Purchasing order
layak untuk dapat diberikan atau tidak, maka Kreditur dalam analisanya akan
59
Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit, Jakarta : Djambatan,1995, hal. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
57
melakukan analisa terhadap hal-hal sebagai berikut yang mana juga merupakan
sebagai syarat standard kelayakan dalam memberikan kredit dengan jaminan
Purchasing order.
Analisa yang dilakukan oleh kreditur adalah sebagai berikut60:
a.
Pengalaman dan kemampuan nasabah dalam memenuhi pesanan barang / jasa
yang akan dibiayai, termasuk tata kelola produksi (production management)
barang / jasa nasabah, tempat produksi yang memadai, prasarana dan kapasitas
produksi dan hal-hal lain yang terkait aktivitas produksi barang dan jasa. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan Laporan On The Spot (dokumentasi pada bank)
b.
Spesifikasi barang / jasa yang dipesan oleh pembeli dan kemampuan serta
pengalaman nasabah memenuhi spesifikasi tersebut. Pengecekan tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
1. Membandingkan Purchase order dari pembeli, dengan Delivery Order atau
Goods Receipt yang mengandung penerimaan Pembeli selama 6 bulan
terakhir
2. Menanyakan langsung ke Pembeli
3. Dengan cara lainya yang dianggap memadai.
c.
Ketersediaan Supply material Input produksi.
d.
Historis Hubungan bisnis nasabah dengan supplier dan kemampuan (capability)
supplier. Supplier minimal sudah memiliki hubungan kerja dengan nasabah
60
Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer Bank Mandiri, Cabang Imam Bonjol,
pada tanggal 7-9-2013 pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
58
minimal 1 (satu) tahun. Apabila supplier memiliki hubungan kerja kurang dari 1
(satu)
tahun
dengan
pembahasan
yang
spesifik
serta
mencantumkan
pertimbangannya pada Nota Analisa, misalnya pertimbangan nama baik supplier
di industrinya dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
pengecekan transaksi yang dilakukan oleh bank kepada supplier (dokumentasi
pada bank) dan/ atau dokumen Delivery Order supplier yang mengandung
penerimaan nasabah atau Invoice dari supplier selama 6 (enam) bulan terakhir,
dicocokan dengan Purchasing Order dari nasabah kepada supplier, atau dengan
cara lainnya yang dianggap memadai.
e.
Nasabah Disyaratkan Berpengalaman dalam menjual barang / jasa yang dibiayai
minimal selama 2 (dua) tahun dengan rekam jejak pemenuhan penjualan barang/
jasa masuk dalam kategori baik.
f.
Calon nasabah memang membutuhkan pembiayaan pada tahapan penyediaan
stock/persediaan, produksi barang / jasa atau pengiriman barang / jasa dan / atau
percepatan penerimaan piutang guna lajur perekonomian perusahaan tetap
berjalan dengan baik.
g.
Memiliki pengalaman dalam menjual barang / jasa yang dibiayai minimal selama
2 (dua) tahun.
h.
Memiliki hubungan bisnis selama minimal 1 (satu) tahun dengan supplier guna
memenuhi pasokan bahan baku yang antara lain dibuktikan dengan adanya
supplier agreement (khusus untuk nasabah Purchasing Order Financing)
Universitas Sumatera Utara
59
4.
Penilaian Kelayakan Kredit ( Study Kelayakan Kredit ).
Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang akan dinilai,
yaitu61 :
a.
Aspek Hukum
Yang dimaksud dengan aspek hukum disini adalah penilaian terhadap keaslian
dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian
terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang
berwenang untuk itu.
b.
Aspek pasar dan pemasaran.
Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh
pemohon kredit untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
c.
Aspek Keuangan
Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan adalah
aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yang termuat,
dalam neraca dan dari laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan
laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
d.
Aspek Teknis / Operasional
Selain aspek-aspek yang telah dikemukakan diatas, aspek lain yang juga
dilakukan penilaian adalah aspek teknis atau operasional dari perusahaan yang
mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat usaha, kondisi
gedung beserta sarana, dan prasarana pendukuang lainnya.
61
Hermansyah, Op.Cit., hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
60
e.
Aspek Manajemen.
Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman dari
perusahan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk
sumber daya manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
f.
Aspek Sosial Ekonomi.
Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat
baik secara ekonomi maupun social.
g.
Aspek AMDAL.
Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan salah
satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan. Oleh karena
itu kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai
dampak terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara.
Universitas Sumatera Utara
Download