Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN : 2337 - 8085 Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching Yuhasriati1) Yulianti2) 1,2) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah [email protected] ABSTTRAK Persamaan Linear Satu Variabel merupakan salah satu meteri ajar untuk kelas VII sekolah menengah pertama. Berdasarkan dengan Kurikulum 2013, salah satu peranan guru dalam pembelajaran adalah fasilitator, artinya guru dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah. Untuk itu diperlukan model pembelajaran, yaitu Quantum Teaching. Pembelajaran model ini memiliki beberapa tahapan belajar yang dikenal dengan TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan model Quantum Teaching pada materi Persamaan Linear Satu Variabel maka dilakukan penelitian dengan rumusan masalah adalah apakah pembelajaran persamaan linear satu variabel dengan model quantum teaching di Kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar mencapai ketuntasan belajar siswa. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre-eksperimental design dengan pendekatan kuantitatif jenis one-shot case study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar, sampel diambil satu kelas secara random yaitu kelas VII-1 sebanyak 26 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah , pembelajaran materi Persamaan Liniar satu Variabel dengan model quantum teaching di kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar dapat mencapai ketuntasan belajar siswa. Hasil uji normalitas distribusi data menunjukkan data berdistribusi normal sehingga syarat dari uji-t terpenuhi dan hasil uji hipotesis dengan taraf signifikan adalah pembelajaran materi Persamaan Linear satu Variabel dengan model quantum teaching di kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar mencapai ketuntasan belajar. Selain aspek kognitif, siswa juga menunjukkan semangat belajar, tanggung jawab dan berkomitmen dalam pembelajaran. Kata Kunci: Hasil Belajar, Quantum Teaching, Persamaan Linear Satu Variabel PENDAHULUAN Sistem pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan dan mampu bersaing dalam arus globalisasi terutama menyangkut isu ASEAN Free Trade Area (AFTA). Salah satu aspek pendidikan adalah penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah. Pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pendidikan Indonesia tercapai, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Peraturan Nomor 104 Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN : 2337 - 8085 58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah. Penyelengaraan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pencapai tujuan tersebut perlu diikuti dengan penyempurnaan pola pikir, yaitu pelaksanan pembelajaran berpusat pada siswa sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. (lampiran Permendikbud no 58 tahun 2014). Persamaan Linear Satu Variabel (disingkat dengan PLSV) merupakan salah satu meteri ajar dalam pelajaran matematika untuk kelas VII Madrasah tsanawiyah. Berdasarkan Kurikulum 2013 Materi PLSV termuat dalam Kompetensi Dasar “3.3 menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel”. Cakupan materinya menurut Adinawan dan Sugijono (2013:141) meliputi: kalimat terbuka, pengertian PLSV, konsep PLSV, bentuk setara PLSV, dan menyelesaikan masalah PLSV. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Siswa yang mempunyai kompetensi matematika yang baik akan menunjang kemampuan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena siswa telah mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Ditinjau dari objeknya matematika memiliki objek yang abstrak. Soedjadi (2000:13) “matematika memiliki objek kajian yang abstrak”. Banyak masalah yang dihadapi siswa dalam belajar matematika, yang paling menonjol adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang diakibatkan oleh kesulitan yang dialaminya. Guru memiliki peran sentral sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan khususnya pada bagian pelaksanaan pembelajaran. Guru dapat menerapkan pembelajaran bermakna yang dapat membangkitkan motivasi siswa sehingga siswa memiliki rasa ingin tahu tentang materi yang sedang dipelajarinya. Akibatnya mereka siap menghadapai tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melenjitkan potensi diri siswa dan menjadikan siswa kita bersikap positif, termotivasi, menemukan cara belajarnya, berpikir kreatif, percaya diri, dan sukses. Pelaksanaan pembelajaran matematika yang memungkinkan hal tersebut dengan menerapkan strategi tertentu. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan model Quantum Teaching Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran Persamaan Linear Satu Variabel Di Kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar dengan rumusan masalah adalah apakah pembelajaran persamaan linear satu variabel dengan model quantum teaching di Kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar mencapai ketuntasan belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran persamaan linear satu variabel dengan model quantum teaching di Kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar. LANDASAN TEORI Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting 105 Yuhasriati, dan Yulianti dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Siswa yang mempunyai kompetensi matematika yang baik akan menunjang kemampuan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena siswa telah mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sejalan dengan uraian di atas, maka tujuan umum pendidikan matematika seperti yang dikemukakan oleh Soedjadi (2000: 43) antara lain: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Merujuk pada Permendikbud No 58 tahun 2014 dalam lampiran III menyatakan, bahwa Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk hidup lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif. Pelaksanaan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik harus dapat merasakan kegunaan belajar matematika. Khusus untuk SMP/MTs, berdasarkan Permendikbud No 58 tahun 2014 (2014:325) pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik “dapat memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah Pelaksanaan pembelajaran matematika yang memungkinkan penapaian tujuan tersebut dengan menerapkan strategi tertentu. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan model Quantum Teaching Quantum Teaching memiliki lima prinsip, yaitu 1) semuanya berbicara, 2) segalanya bertujuan, 3) Pengalaman sebelum perberian nama, 4) Akui setia usaha, dan 5) Layak dipelajari layak pula dirayakan. Sejalan dengan prinsipnya, maka kerangka rancangan pembelajaran dengan Quantum Teaching mengikuti langkah-langkah pembelajaran yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Dementrasikan Ulangi, dan Rayakan. yang dikenal dengan akronim TANDUR. Langkah-langkah tersebut yaitu, (Deporter, 2011: 39-40): 1) Tumbuhkan Langkah ini guru menumbuhkan semangat belajar siswa dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa. Dengan demikian siswa mengetahui manfat dari materi yang dipelajarinya, dalam quantum learning dikenal dengan akronim AMBAK, yaitu “Apa Manfaat BagiKu”. 2) Alami Guru memberikan pengalaman kepada siswa dengan memanfaatkan modalitas belajar siswa masing-masing. Guru dapat menyediakan masalah-masalah matematika yang membangun keingintahuan siswa yang memunculkan pertanyaan dari siswa. 106 Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN : 2337 - 8085 3) Namai Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan dapat merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru dapat menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan. 4) Demonstrasi Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu dan guru harus mengakui setiap usaha siswa. Jika ada siswa yang melakukan kesalahan, guru dengan senyum ramah mengakui usaha.siswa 5) Ulangi Siswa diminta untuk mengulangi materi yang ditelah dipelajarinya dengan kode 10, 24, 7. Artinya, siswa mengulangnya “sepuluh" menit setelah dipelajarinya, lalu mengulang lagi “dua puluh empat” jam kemudian, dan sekali lagi “tujuh” hari (seminggu) sesudahnya, (Deporter, 2011: 171). Pengulangan dapat dilakukan dengan cara siswa diminta untuk mengajarkan materi tersebut kepada temannya. Pengulangan seperti ini membuat materi pelajaran masuk ke memori jangka panjang, akibatnya siswa benar-benar menguasai materi tersebut, dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. 6) Rayakan Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan dapat dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas, mengucapan “Alhamdulillah”, dll. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sukardi (2009: 168) mengatakan bahwa “Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diselidiki”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar, sampel diambil satu kelas secara random yaitu kelas VII-1 sebanyak 26 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji-t . Hipotesis penelitian adalah hasil belajar materi Persamaan Liniar Satu Variabel dengan model quantum teaching di kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar dapat melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Nilai KKM untuk materi Persamaan Linear satu variabel 65. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes setelah pembelajaran PLSV dengan model pembelajaran quantum teaching. Hasil belajar tersebut berupa nilai dengan rata-rata x = 78,4 dan simpangan baku s = 12,09. Hasil uji normalitas distribusi data menunjukkan data populasi berdistribusi normal sehingga syarat dari uji-t terpenuhi dan hasil uji hipotesis dengan taraf signifikan adalah hasil belajar materi Persamaan Liniar Satu Variabel dengan model quantum 107 Yuhasriati, dan Yulianti teaching di kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar dapat melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum. Selain aspek kognitif, siswa juga menunjukkan tanggung jawab dan berkomitmen dalam pembelajaran. Pembahasan Pembelajaran dengan model quantum teacing membutuhkan keseriusan guru dalam pembelajaran. Peran guru sangat berpengaruh dalam menentukan kesuksesan siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jacobsen (2009:6) “Peran guru yang penting dalam mendorong pembelajaran siswa adalah meningkatkan keinginan siswa atau motivasi untuk belajar”. Guru adalah faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa. Jadi, peran guru lebih dari sekadar pemberi ilmu pengetahuan, tapi guru adalah rekan belajar, model, pembimbing, fasilitator yang akan membantu siswa mencapai kesuksesan. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran dapat meningkatkan semangat belajar siswa sehingga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Sebagaimana hasil penelitin ini, siswa mencapai ketuntasan belajar pada materi PLSV melalui pembelajaran dengan model quantum teaching. Penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran materi PLSV sangat membutuhkan peran guru sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas pembelajaran, sehingga siswa melalui tahap yang namanya TANDUR. Berikut tahapan pembelajaran yang dilakukan: Tumbuhkan memperoleh kesempatan untuk menemukan manfaaat dari materi yang dipelajarinya. Langkah ini guru menumbuhkan motivasi, semangat belajar siswa, dan dan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa. Menumbuhkan motivasi belajar siswa dilakukan dengan metafora atau perumpamaaan. Contohnya 3 bungkus kacang harganya Rp.3000. berapa harga 1 bungkus? Secara serempat siswa menjawab seribu. Jika 1 kotak sabun mandi yang berisi 12 batang harganya Rp35.000 berapa harga satu batang? Lama siswa dapat menjawab. Pada kesempatan ini guru menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan membantu siswa mengetahui manfaat dari apa yang sedang mereka pelajari bagi diri mereka yang dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). Alami, siswa mendapat kesempatan mengalami dengan memanfaatkan modalitas belajar siswa masing-masing, baik visual, auditori, dan atau kinestetik. Guru dapat menyediakan masalah-masalah matematika yang membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Kesempatan mengalami dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok. Kegiatan siswa untuk kegiatan “alami” guru memfasilitasi siswa dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan berbagai soal yang memungkinkan siswa menyelesaikan soal dengan strategi “kedua ruang dikalikan dengan bilangan yang sama, kedua ruas dibagikan dengan bilangan yang sama, kedua ruas ditambah dengan bilangan yang sama, dan atau kedua ruas dikurangkan dengan bilangan yang sama. Namai, siswa mendapatkan nama tentang apa yang dipelajarinya sebagai pemuas hasrat alami otaknya. Contoh bentuk 3x = 3000. Perhatikan persamaan tersebut hanya ada satu variabel yaitu variabel x dan pangkat dari variabel x adalah satu. Maka persamaan ini namanya persamaan linear satu variabel. Bentuk 3x = 3000 dapat diubah menjadi x=1000. Perhatikan ruas kiri dan ruas kanan bentuk 3x = 3000 dan x=1000, 3x menjadi x dan 3000 menjadi 1000. Bentuk 3x = 3000 dilakukan kedua ruans dibagi dengan 3 sehinggga bentuk tersebut menjadi x=1000. Penamaan memuaskan hasrat 108 Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN : 2337 - 8085 alami otak untuk menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel strateginya “kedua ruang dikalikan dengan bilangan yang sama, kedua ruas dibagikan dengan bilangan yang sama, kedua ruas ditambah dengan bilangan yang sama, dan atau kedua ruas dikurangkan dengan bilangan yang sama” Demontrasi, siswa mendapat kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka tahu apa yang sedang dipelajarinya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu yaitu dengan menunjukkanhasil kerja memerka melalui LKS. Jika ada siswa yang melakukan kesalahan, guru dengan senyum ramah mengakui usahanya walaupun belum memperoleh selesaian yang benar Ulangi siswa diberi kesempatan untuk mengulangi materi yang ditelah dipelajarinya. Pengulangan dapat dilakukan dengan cara siswa diberi kesempatan mengerjakan soal-soal latihan atau diminta untuk mengajarkan materi tersebut kepada temannya. Pengulangan seperti ini membuat materi pelajaran masuk ke dalam memori jangka panjang, akibatnya siswa benar-benar menguasai materi tersebut, dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini” Dapat juga diinta kepada siswa untuk melakukan pengulangan sebagaimana yang dikemukakan oleh Deporter, (2011:171) yaitu pengulangan dengan kode cara belajar 10, 24, 7. Artinya, siswa mengulangnya “sepuluh" menit setelah dipelajarinya, lalu mengulang lagi “dua puluh empat” jam kemudian, dan sekali lagi “tujuh” hari (seminggu) sesudahnya, Rayakan siswa mendapatkan penghormatan dan penghargaan atas usaha yang mereka lakukan dan keberhasilan yang telah dicapai, baik berupa pujian dari guru atau tepuk tangan atau mengucapan “Alhamdulillah”. Pada dasarnya manusia butuh perhargaan demikian juga dengan siswa juga membutuhkan perhargaan, maka dari itu langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa untuk lebih semangat lagi belajarnya. Pembelajar dengan model Quantum teaching, guru bersandar pada konsep: Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya guru terlebih dahulu membangun keakraban dengan siswa sebelum melangkah dalam kegiatan pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk mengenali dunia siswa, dimulai dari peristiwa, pikiran, dan perasaan yang diperoleh dari kehidupan nyata siswa tentang hubungan sosial, seni, rekreasi, atau pengetahuan mereka. Seorang guru harus mampu menjembatani jurang yang ada antara dunia guru dan dunia siswa. Hal ini akan memudahkan guru dalam membangun jalinan karena guru telah diberi izin untuk memasuki dunia siswa, yaitu dengan cara mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan dan lingkungan siswa sehari-hari. Akibatnya siswa dengan penuh semangat, tanggung jawab, dan mempunyai komitmen dalam belajar. Setelah kaitan itu terbentuk maka guru dengan leluasa dapat membawa siswa ke dunia guru dengan memberi pemahaman guru tentang isi materi, disinilah kosa kata baru, rumus, penyelesaian, dan lain-lain diberikan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Pada kesempatan ini bukan hanya siswa yang mendapat pengetahuan baru, tetapi pengetahuan guru juga akan meluas dengan mendapatkan masukan-masukan dari siswa. 109 Yuhasriati, dan Yulianti PENUTUP Simpulan dari penelitian ini adalah 1. Hasil belajar materi Persamaan Liniar Satu Variabel dengan model quantum teaching di kelas VII MTsN Tungkob Aceh Besar dapat melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum. 2. Selama proses pembelajaran siwa terasa dihargai, sehingga siawa menunjukkan sikap tanggung jawab, penuh semangat, dan memiliki berkomitmen dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Adinawan, Cholik dan Sugijono. 2013. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Anonymous 2014, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014,.tentang Kurikulim 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. DePorter, Bobbi, 2009. Quantum Learner. Terjemahan Lovely. Bandung: Kaifa DePorter, Bobbi dan Mike Hernachi, 2010. Quantum Learning. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa DePorter, Bobbi; Mike Hernachi; dan Sarah Singer-Nouri 2011. Quantum Teaching (Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas). Terjemahan Ary Nilandri. Bandung: Kaifa Jacobsen, David A, Paul Eggen, Donald Kauchak (2009). Methods for Teaching (Metode-metode Pengajaran, Meningkatkan Belajar Siswa TK – SMA). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. VII, Jakarta: Bumi Aksara 110