BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Masalah ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan yang telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi. Sebagian dari teori-teori tersebut sebenarnya lebih tepat disebut sebagai teori pertumbuhan ekonomi karena tekanan analisisnya lebih pada faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan pendapatan nasional. Dengan demikian akan diperjelas teori-teori pertumbuhan ekonomi dari beberapa ahli ekonomi, yaitu: (1) Teori Pertumbuhan Klasik Pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik membuat hukum law of determination rule akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. 15 (2) Teori Pertumbuhan Schumpeter Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman, pada tahun 1911 yang kemudian pada tahun 1934 diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul “The Teory of Economic Development”. Kemudian Schumpeter menggambarkan teori lanjut tentang proses perkembangan dan faktor utama yang menentukan perkembangan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle. Faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para investor atau wiraswastawan. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para wiraswasta. Kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat. Menurut Schumpeter (Arsyad (2004 :71), ada lima macam kegiatan yang dimasukkan sebagai inovasi yaitu: a) Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada. b) Diperkenalkannya cara produksi baru. c) Pembukuan daerah-daerah pasar baru. d) Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru. e) Perubahan organisasi industri. Dengan adanya inovasi tersebut dan didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan maka akan diadakan penanaman modal baru. Investasi yang baru ini akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertmabah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan16 perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masayarkat tanpa adanya perubahan teknologi disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. (3) Teori Pertumbuhan Keynesian (Harrod-Domar) Teori Pertumbuhan Harrod – Domar ini dikembangkan oleh para ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar (Massachussetts Intitute of Technology) dan Sir Ray F. Harrod (Oxford University). Teori Harrod – Domar itu merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kagiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori Harrod-Domar, menganalisa syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (Stedy Growth) dalam jangka panjang. Domar menekankan bahwa investasi sekarang mempunyai dua pengaruh : pertama, investasi tersebut meningkatkan pemintaan agregat saat ini dan yang kedua, investasi tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan Harrod berkisar pada pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung terus-menerus dalam pola keadaan keseimbangan yang stabil. Inti dari Teori Harrod-Domar, yaitu menganalisa mengenai syarat-syarat apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar-dari waktu ke waktu kapasitas berproduksi yang selalu meningkat akan selalu sepenuhnya digunakan. Teori Harrod-Domar berusaha menjelaskan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap (Steady Growth), yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang berlaku dalam perekonomian. 17 (4) Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swam) Teori Pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini Berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow (Massachucets Institute of Technology) dan Trevor Swam (The Australian National University). Teori Robert Solow menjelaskan pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) serta tingkat kemajuan teknologi menyatakan pertumbuhan ekonomi sangat tinggi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi output total. Pertumbuhan ekonomi menurut Boediono (1981:1-2) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada saat ini menggambarkan hal-hal sebagai berikut: (1) perekonomian berkembang diwaktu ke waktu. (2) kenaikan output perkapita, karena kenaikan pendapatan akan mengakibatkan peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat, dan agar pendapatan perkapita naik maka pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk. (3) aspek lainnya adalah pertumbuhan ekonomi harus berlangsung dalam jangka panjang dimana output perkapita mempunyai kecenderungan yang meningkat dapat dikatakan terjadi pertumbuhan ekonomi walau bisa saja terjadi pada suatu tahun tertentu output perkapita menurun. 18 Selanjutnya Wijaya (1992: 640-641) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan keadaan dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto, apabila ada kenaikan output perkapita. Adam Smith mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan pneduduk (Boediono, 1981:7). Menurut Smith unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada 3 yaitu : 1) SDA yang tersedia, yang merupakan wadah paling mendasari dari kegiatan produksi suatu masyarakat, dimana sumber daya alam yang tersedia mempunyai batasan maksimal bagi pertumbuhan suatu perekonomian, maksudnya bila sumber daya ini belum digunakan seperlunya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada akan memegang peranan dalam pertumbuhan output. 2) Sumber daya insane (jumlah penduduk), merupakan peran yang pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja. 3) Stok modal meruapakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat perumbuhan output. Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi (Jhingan 1993:85). Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi meliputi: 1) Sumber Daya Alam Seringkali dikatakan bahwa suatu Negara yang tidak memiliki sumberdaya alam lamban dalam mencapai kegunaannya. Tapi kenyataannya tidak demikian karena 19 dalam iklim pembangunan modern, Negara tersebut dapat menyimpan sumber daya alam dari Negara lain. 2) Tenaga Kerja Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan proses produksi, semakin tinggi hasil produksinya. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya karena adanya hokum The Law Of Deminishing Return, sehingga setelah suatu tingkat tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut berkurang. 3) Modal Modal merupakan factor produksi yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya suatu pendapatan nasional, maka harus diketahui pula sumber modal untuk pembangunan. 4) Teknologi Dengan terpenuhinya sumber daya alam, Tenaga kerja dan modal, maka sudah saatnya pembangunan dalam suatu Negara harus melakukan suatu ekspansi untuk mencapai peningkatan pertumbuhan. Ekspansi ini dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi. Selanjutnya faktor-faktor non ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi meliputi: 1) Faktor sosial 20 Faktor sosial ini justru menjadi hambatan besar dalam proses keberhasilan pembangunan, faktor ini meliputi adat istiadat dan keamanan. 2) Faktor Politik Dengan kondisi politik yang stabil maka proses pembangunan akan berjalan lancar. Menurut Kuznet (Todaro, 1983 : 150), karakteristik dalam proses pembangunan ekonomi meliputi : 1) Tingginya tingkat perkembangan output perkapita. 2) Tingginya tingkat jumlah faktor produksi, terutama tenaga kerja. 3) Tingginya transformasi struktur ekonomi. 4) Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi. 5) Kecenderungan negara-negara yang ekonomi sudah maju untuk pergi ke pelosok dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku. 6) Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada sepertiga pendapat dunia. Keenam karakteristik tersebut saling memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan membawa penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam pandangan ekonomi klasik dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang, modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori ini ditekankan pada pengaruh perkembangan penduduk akan mempengaruhi corak proses pertumbuhan, menurut pandangan ekonomi klasik ini, “The Law Of Deminishing Return” akan sangat besar 21 pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila pada permulaan penduduk yang jumlahnya sedikit dan kekayaan akan relatif berlebihan, tingkat pengembaliaan modal dan investasi yang diinginkan adalah tinggi, maka pengusaha akan memperoleh keuntungan besar. Ini akan menimbulkan investor baru, dan pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Keadaan tersebut tidak akan berlangsung secara terus menerus sebab apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertumbuhan akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi Karena produktifitas marginal penduduk telah menjadi negatif maka kemakmuran masyarakat akan turun kembali. Berkaitan dengan hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi, maka klasik membagi pertumbuhan manjadi 4 tahap yaitu (Sukirno, 1997 : 338) : a. Tahap I Penduduk masih kekurangan, maka pertambahan penduduk akan menambah produksi marginal, sebagai akibat dari adanya pendapatan perkapita masyarakat menjadi bertambah tinggi. b. Tahap II Tidak lagi terdapat kekurangan penduduk dan pada tahap ini hokum The Law Of Deminishing Return masih berlaku, meskipun demikian produksi marginal masih lebih tinggi dari pendapatan perkapita. Jadi pada tahap ini pendapatan perkapita masih mengalami proses kenaikan. c. Tahap III 22 Pada tahap ini produksi marginal lebih rendah dibandingkan pendapatan perkapita, oleh karenanya pada tahap ini pendapatan perkapita mulai menurun. d. Tahap IV Pada tahap ini penduduk sudah terlalu banyak sehingga produksi marginal telah menjadi negatif, maka pendapatan nasional akan menjadi berkurang, keadaan ini menyebabkan pendapatan perkapita mengalami kemerosotan yang lebih cepat lagi, dan tingkat kemakmuran mengalami kemerosotan yang cepat pula. Teori Harrod – Domar menekankan pada peranan pembentukan modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Menurut Harrod – Domar (Arsyad, 2004 : 64) pada dasarnya pembentukan modal memiliki 2 fungsi yaitu: 1) Sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk mengahaslkan suatu barang. 2) Sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif dari masyarakat. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar dalam jangka panjang, kemampuan produksi yang bertambah dari tahun ke tahun akan selalu digunakan. 2.1.2. Teori Ekspor Amir (1992:2) mendefinisikan bahwa kegiatan ekspor diartikan dengan pengeluaran barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. 23 Menurut Collins (1994:218), pengertian ekspor dapat di bagi menjadi tiga, yaitu : 1) suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan secara fisik diangkut dan dijual di pasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang dapat dilihat (Visible Export). 2) Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik di dalam negeri (sebagai contoh, kunjungan wisatawan ) maupun di luar negeri (sebagai contoh, perbankan dan asuransi) yang di keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (Invisible Export). 3) Modal yang ditempatkan di luar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk asset fisik dan deposito bank disebut ekspor modal. Sukirno (2000:109) mengemukakan bahwa factor-faktor yang menentukan ekspor adalah sebagai: 1) Daya saing dan keadaan ekonomi negara lain Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara menjual barang ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barang-barang yang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain. Kemajuan yang pesat di berbagai negara akan meningkatkan ekspor suatu negara. 2) Proteksi di negara-negara lain Proteksi di negara-negara lain akan mengurango tingkat ekspor suatu negara. 24 3) Kurs dollar Amerika Peningkatan kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli Negara pengimpor yang mengakibatkan volume ekspor negara pengekspor meningkat. Kebijakan dalam bidang ekspor diarahkan pada peningkatan daya saing dan perluasan pasar luar negeri, yang ditempuh dengan upaya-upaya peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu komoditas, jaminan kesinambungan dan ketepatan waktu penyerahan, serta penganekaragaman produk di pasar. Untuk mendukung semua itu dilakukan penyempurnaan sarana dan prasarana perdagangan termasuk informasi pasar, peningkatan promosi, peningkatan akses pasar serta pemantapan sarana dan prasarana penunjang ekspor seperti : perkreditan, asuransi, lalu lintas keuangan dan perangkat hukum. 2.1.3. Konsep Pariwisata Kata Pariwisata berasal Bahasa Sangsekerta yang terdiri dari dua kata yaitu pari yang berarti banya atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, dan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lainnya yang dalam bahasa inggrisnya disebut Tour. (sihite, 2000:46). Pengetian pariwisata menurut saleh wahab dalam yoeti (1997:107) adalah aktivis manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri (di luar negeri) untuk sementara waktu dalam 25 mencari kepuasan yang beranekaragaman dan berbeda dari apa yang di alami dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Menurut Hunsiker dan K. Kraf dalam pendit (2003:38) pariwisata merupakan sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala dari tinggalnya orang-orang asing dan asalkan tinggalnya orang-orang asing tersebut tidak menyebabkan timbulnya usaha-usaha sementara atau permanen sebagai suatu usaha kerja perusahaan. Menurut Yoeti (1997:109) faktor-faktor penting yang terdapat dalam batasan pariwisata adalah : 1) Perjalanan itu dilakukan dengan sementara waktu. 2) Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. 3) Perjalanan itu walaupun bentuknya harus dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi. 4) Orang yang dilakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah yang di kunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas maka pariwisata dapat didefiniskan sebagai berikut. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi tetapi semata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Selanjutnya pengertian wisatawan menurut Norwal dalam pendit (2004:10) adalah orangorang yang memasuki wilayah suatu Negara asing dengan tujuan apapun asalkan bukan untuk 26 tinggal menetap dan melakukan usaha yang teratur, dan mengeluarkan uangnya di Negara yang di kunjungi serta tidak memperoleh uang dari Negara tersebut. Sesuai dengan rekomendasi Wild Tourims Organization (WTO) dan International Union Office Travel organization (IUOTO) batasan/definisi wisatawan mancanegara adalah setiap orang yag mengunjungi suatu Negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa kepentingan tanpa maksud untuk memperoleh penghasilan di tempat yang di kunjungi (sukarsa, 1999:11). Definisi ini mencakup dua kategaori wisatawan mancanegara: 1) Wisatawan adalah setiap pengunjung seperti definisi diatas, tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 bulan di tempat yang di kunjungi dengan maksud anatara lain berlibur, kesehatan, pertemuan (kongres), mengunjungi temen atau keluarga, keagamaan, dan olahraga. 2) Pelancong adalah setiap pengunjung seperti yang di atas yang kurang dari 24 jam di tempat yang di kunjungi ( termasuk Cruise Passenger) adalah setiap pengunjung yang tiba di suatu Negara dengan kapal atau kereta api di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di Negara tersebut. Seorang dikatakan bukan wisatawan jika dating sebagai penduduk tetap ke penyebrangan Negara lain untuk bekerja, mahasiswa, murid sekolah, dan seoarang tanpa ijin kerja tetapi bekerja atau aktivis bisnis. 2.1.4. Hubungan Kunjungan Wisatawan dengan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Yoeti (1997:64) bagi suatu negara yang mengembangkan pariwisata sebagai salah satu industry di negaranya, maka lalu lintas orang-orang (wisatawan) ternyata memberikan 27 suatu keuntungan dan memberikan hasil yang tidak sedikit dan bahkan memberikan pendapatan melebihi ekspor bahan-bahan mentah, hasil tambang, yang dihasilkan Negara tersebut sebagai akibat lebih jauh dari adanya lalu lintas wisatawan ternyata memberikan dampak pada perkonomian pada negara yang di kunjungi, dampak yang dimaksud antara lain: 1). memberikan kesempatan kerja yang lebih layak dan mengurangi jumlah pengangguran 2). peningkatan peneriamaan pajak dan retribusi bagi daerah 3). meningkatkan pendapata nasional 4). memperkuat neraca pembayaran, memberikan efek multiplier dalam perkonomian setempat. Menurut Harry G Clement dalam Yoeti (1997:102) menyebutkan bahwa penerimaan pajak dan pendapatan nasional itu berkaitan erat dengan besar kecilnya koefisien multiplier. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa besarnya pajak yang di terima pemenrintah banyak tergamtung pada besar-kecilnya pengeluaran wisatawan di daerah tujuan wisata tersebut, besarnya pajak tersebut ditetapkan pemerintah menurut hasil penelitian adalah lebih kurang 10% dari pendapatan nasional yag di terima. Clement memberikan rumus untuk penerimaan pajak dari sektor pariwisata sebagai berikut: TR=TATE x K x 10% Keterangan TR = Tax Revenue TATE = Total Annual Tourist Expenditures K = Koefisien Multiplier 28 Seperti halnya dalam penerimaan pajak dalam sektor pariwisata, besarnya multiplier inilah yang banyak mempengaruhi besar atau kecilnya peningkatan pendapatan nasional dalam sektor pariwisata. Semakin besar nilai K, akan semakin besar pula pendapatan nasional dalam sektor pariwisata dan demikian pula sebaliknya. Efek multiplier dapat disajikan pada rumus di bawah ini △𝑌 Kc= △𝐶 − 1 (1−𝑏) Dari rumus multiplier di atas dapat diketahui bahwa peningkatan jumlah konsumsi khususnya pengeluaran wisatawan akan berdamapak pada peningkatan jumlah pendapatan yang akan di terima. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan perekonomian Provinsi Bali. 2.1.5. Konsep Investasi Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Kegiatan investasi dalam suatu perekonomian dapat mendorong naik turunya perekonomian suatu negara yang bersangkutan karena mampu meningkatkan produksi dan kesempatan kerja. Investasi merupakan pengeluaran secara keseluruhan untuk membeli barang-barang nodal riil baik dan mendirikan perusahaan baru maupun untuk memperluas usaha yang telah ada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada biaya modal yang dikeluarkan untuk melakukan investasi. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atas pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaaan untuk membeli barang-barang modal 29 dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasajasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2001:207). Menurut Irawan dan Suparmoko (1993:10) memberikan arti investasi sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Secara garis besar investasi dapat digolongkan menjadi tiga (sukirno,2001:366) yaitu: 1) Autonomouos Invesment, yaitu investasi yang tidak di pengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan dan irigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. 2) Induced Invesment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. 3) Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang atau modal yang berlaku di masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi (Deliarnov, 1995:84) yaitu antara lain : a) Inovasi dan Teknologi : adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara 30 berproduksi lama menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menemukan investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih. b) Tingkat Perekonomian : makin banyak aktifitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung, yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada suatu usaha yang menguntungkan. c) Tingkat Keuntungan Perusahaan : makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi. d) Situasi Politik : jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan, maka tingkat investasi akan tinggi. 2.1.6. Investasi Swasta Menurut Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, yang dimaksud dengan “Modal Dalam Negeri” adalah bagian dari kekayaan masyarakat indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan suatu usaha, sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 Undangundang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pada pasal 1 menyebutkan bahwa :” Pengetian penanaman modal dalam Undang-undang ini hanya penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan-ketentuan Undangundang ini, yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di indonesia dapat dilakukan dalam dua hal bentuk Investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. 31 Investasi langsung yang dikenal dengan penanaman modal asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Dibanding dengan investasi portofolio, penanaman modal asing lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/jangka panjang, penanam modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih ketrampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. 2.1.7. Investasi Pemerintah Menurut Suparmoko (2002:94), peranan pemerintah dalam suatu negara dapat dilihat dari semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam proporsinya terhadap pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah, maka semakin besar pula pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. 1) Pengeluaran Rutin, adalah belanja untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Pengeluaran rutin terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, belanja pemeliharaan, bunga dan cicilan utang, dan pengeluaran rutin lainnya. 2) Pengeluaran Pembangunan, adalah pengeluaran untuk pembangunan, baik fisik seperti jalan, jembatan, gedung-gedung, dan pembelian kendaraan maupun pembangunan non fisik termasuk pelatihan-pelatihan atau training dan lain-lain. Belanja pembangunan ini juga Pengeluaran pembangunan terbagi atas sektor32 sektor yaitu industri, pertanian dan kehutanan, sumber daya air dan irigasi, pertambangan dan energi dan lain-lain. 2.1.8. Konsep Penanaman Modal Penanaman modal pada hakekatnya merupakan kegiatan investasi yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk investasi swasta di indonesia yang dilakukan dengan kemudahan fasilitas berupa Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Menurut UU No.1 Tahun 1967, PMA adalah hanya meliputi modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan UndangUndang ini yang digunakan untuk menjalankan perusahaan Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut, perluasan dan alih status, yang terdiri dari saham peserta Indonesia, saham peserta asing dan modal pinjaman. Pengertian PMDN menurut UU No.6 Tahun 1968 ialah bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan dan disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No.1 Tahun 1967, tentang PMA. 2.1.9. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat pesat selama ini tidak terlepas dari pertumbuhan faktor utama proses investasi pembangunan yaitu pembentukan modal, kenaikan laju pertumbuhan investasi yang tinggi seperti yang terjadi di negara-negara maju biasanya 33 hanya mungkin terjadi dengan penurunan tingkat konsumsi namun di Indonesia justru kenaikan laju pertumbuhan investasi diikuti dengan naiknya rasio konsumsi swasta dan pemerintah terhadap produk domestik bruto, ini terjadi karena Indonesia saat itu sedang membuka diri terhadap masuknya investor asing maupun domestik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada tahun 1980 hingga tahun 1990-an hamper 69 persen investasi diperekonomian merupakan peranan swasta (Pengestu, 1996 : 21). Maka disini dapat kita lihat langsung antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi adalah positif dimana jika investasi tinggi maka kecenderungan pertumbuhan ekonomi meningkat. 2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini setidaknya mengacu pada penelitian sebelumnyan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dasar yang kuat dalam penyajian materi, baik dari segi pemilihan variabel maupun konsep yang dipakai. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Luh Shuarmini (2001) berjudul “Pengaruh Ekspor dan Tingkat Inflasi terhadap PDRB Bali 1989 -1999” Hasil Regresinya adalah :Y = 643771,42 + 16,17 X1 + 122680,28X2. Hasil analisis diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6645. Ini berarti 66,45 persen dari variasi naik turunnya PDRB (Y) diperngaruhi oleh nilai tukar ekspor (X1) dan tingkat inflasi (X2) dan sisanya lagi sebesar 33,55 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan dalam model. Persamaaan, sama-sama menggunakan nilai ekspor sebagai variabel bebas serta menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji t dan uji F. Perbedaan terletak pada jumlah 34 variabel bebas yang digunakan dimana dalam penelitian ini ditambah dengan kunjungan wisatawan serta variabel terikatnya pertumbuhan ekonomi dan terdapat perbedaan pada periode waktu yang digunakan, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan time series 11 tahun, sedangkan pada penelitian ini menggunakan time series 20 tahun. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Ari Gunawan (2006) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Produksi Total dan Investasi terhadap Kesempatan Tenaga Kerja di Provinsi Bali periode tahun 1985-2004”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan koefisien korelasi berganda. Dalam perhitungan dengan program SPSS diperoleh persamaan regresi yaitu : Y=807370,1 + 1.129 X1 + 7.750 X2 + ui. Dalam perhitungan t-test pada tingkat keyakinan 95 persen diperoleh hasil t-hitung > t-tabel (14,588 > 1,725) yang berarti ada hubungan yang positif antara produksi total dengan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan t-hitung > t-tabel (1,788 < 1,725) yang berarti ada hubungan yang positif antara tingkat investasi dengan penyerapan tenaga kerja. Hasil perhitungan untuk uji serempak dengan tingkat keyakinan 90 persen diperoleh hasil F tabel (3,49) ≤ F hitung (107,024) yang berarti produksi total dan investasi berpengaruh secara serempak terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu : Persamaan : kedua penelitian ini sama-sama menggunakan investasi sebagi variabel independen dan menggunakan alat analisis yang sama yaitu uji regresi dan korelasi menggunakan software SPSS. Perbedaan : penelitian ini menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependent dan penelitian ini menggunakan time series 20 tahun dimulai tahun 35 1991 sampai 2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan rentang waktu 20 tahun dari 1985 sampai 2004. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Agus Surya Arnatha (2006) berjudul “ Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Modal Tetap Domestik Bruto dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 1993 – 2004”. Hasil regresinya adalah : Y = - 240, 595 + 0,002 X1 + 0,0023X2 + 4,273X3. Dari hasil analisis diperoleh Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,8130. Ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah, Modal Tetap Domestik Bruto dan Jumlah Tenaga kerja berpengaruh nyata sebesar 81, 30 persen terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi bali dan sisanya 18,70 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel terikat serta menggunakan teknik analisi linier berganda, uji t dan uji F. Sedangkan perbedaannya menggunakan ekspor, kunjungan wisatawan dan investasi sebagai variabel bebasnya. 2.3. Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1) Diduga variabel ekspor (𝑋1), jumlah kunjungan wisatawan (𝑋2) dan investasi (𝑋3 ) secara simultan berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Provinsi Bali Tahun 1991-2010. 36 2) Diduga variabel ekspor (𝑋1), jumlah kunjungan wisatawan (𝑋2) dan investasi (𝑋3 ) secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Provinsi Bali tahun 1991-2010. 37