tinjauanpustaka - IPB Repository

advertisement
7
TINJAUANPUSTAKA
Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau common dalam bahsa
Inggris yang berarti sama atau berusaha untuk mencapai kesamaan makana
(commonness) dan komunikasi dianggap sebagai suatu proses berbagi informasi
untuk mencapai saling pengertian atau kebersamaan. Komunikasi pada
hakekatnya adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
satu atau lebih penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka
(Rogers, 2003). Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek
kehidupan manusia,karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik
secara peroranganmaupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat
rahasia) denganmenggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang
tertentu(Soekartawi, 2005).
Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalahmencapai pengertian
bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masingtelah memahami
makna yang disampaikan maka para peserta saling percayamempercayai atau
menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalahtindakan menerima
informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah danbenar. Dengan
mempercayai berarti menerima ketulusan orang yangmenggunakan informasi
bersama-sama.Secaraumum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai
proses
dimanaseorang
insan
(komunikator)
menyampaikan
perangsang
(biasanya lambang-lambangdalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku
insan-insan lainnya(komunikan atau sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi
menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (a) mengubah sikap, (b) mengubah
opini pendapat atau pandangan, (c) mengubah perilaku dan (d) mengubah
masyarakat.
Program pemerintah agar dapat berjalan dengan baik membutuhkan
komunikasi persuasi. Pada dasarnya komunikasi persuasi ialah kemampuan
komunikasi yang dapat membujuk atau mengarahkan orang lain. Perlu kita
ketahui bahwa ada tiga jenis pola komunikasi (Burgon & Huffner, 2002), yaitu:
1. Komunikasi
asertif,
yaitu
kemampuan
komunikasi
yang
mampu
menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain (komunikan) namun
8
tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun non verbal (tidak ada
agresi verbal dan non verbal).
2. Komunikasi pasif, yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik
yang maksimal sehingga proses komunikasi seringkali tidak efektif.
3. Komunikasi agresif, yaitu pola komunikasi yang mengutarakan pendapat atau
informasi atau pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal maupun non
verbal.
Burgon & Huffner (2002) meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli
mengenai definisi komunikasi persuasi sebagai berikut:
1. Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat
orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator.
2. Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan
mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator.
Dalam komunikasi persuasi terdapat komponen atau elemen sehingga
dapat disebut sebagai komunikasi persuasi. Komponen tersebut antaranya;
1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun
tersirat (implisit).
2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga
terkesan tidak memaksa.
3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat
argumentasi keunggulan pesan dari komunikator.
Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya
lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain.
Beberapa pendekatan itu antaranya:
1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang
terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2. Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang
menakutkan bagi audience atau komunikan dengan tujuan mengajak mereka
menuruti pesan yang diberikan komunikator.
9
3. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang
bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena
mempunyai efek emosi yang positif.
4. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah
diingat (memorable) oleh audience atau komunikan dengan tujuan membuat
efek emosi positif atau negatif.
Unsur Komunikasi
Menurut Berlo (1960) komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatan
(fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan (noise) dapat diperkecil. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur komunikasi, sebagai
berikut:
1. Komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi, memiliki sikap
positifterhadap komunikan dan pesan yang disampaikan dapat meningkatkan
pengetahuan serta memahami kondisi sistem sosial dan budaya komunikan.
2. Pesan komunikasi yang disampaikan harus berorientasi pada isi, unsur,
struktur, kemasan dan kode yang dipahami.
3. Saluran ataumedia komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, sesuai dengan isi pesan, sesuai dengan konteks komunikasi dan
diupayakan agar dapat menyentuh panca indra.
4. Komunikan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi,
bersikap positif terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan, serta
dapat memahami kondisi sistem sosial dan budaya dari komunikator.
Seperti yang dikemukakan Berlo (1960), Effendy (2000) pula mengatakan
agar terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu
diperhatikan, mualai dari komunikator, pesan, saluran, dan komunikan sebagai
sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1. Komunikator penting diharapkan dalam melancarkan komunikasi memiliki
daya tarik dan kridibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah
sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila
komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan
bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Dengan kata
10
lain seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas
suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily
dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif.
2. Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
dapat satu macam, namun lambang yang digunakan dapat bermacam-macam,
lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.
Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting.
Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak
dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.
3. Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada
komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai
sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masingmasing media komunikasi memiliki kelebihan dan kekurangan.
4. Komunikan, pengalaman komunikan merupakan ketentuan utama yang harus
dilaksanakan oleh komunikator dalam berkomunikasi. Ditinjau dari
komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima pesan jika
terdapat empat kondisi secara simultan berikut: (a) komunikan benar-benar
dapat mengerti pesan komunikasi; (b) pada saat mengambil keputusan,
komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan; (c) pada saat
mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusan itu bersangkutan
dengan kepentingan pribadinya; dan (d) komunikan mampu untuk
menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.
Sumber Informasi
Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi dapat dilihat dari dua hal, yaitu: arah dan interaksi.
Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan definisi-definisi
bentuk komunikasi dalam tiga konseptual, meliputi:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah yaitu suatu pemahaman komunikasi
sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada
11
seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)
ataupun melalui media. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap sebagai
suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi
kebutuhankomunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
2. Komunikasi sebagai interaksi yaitu sebuah pandangan yang menyertakan
komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya
bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal maupun nonverbal,
seorang penerima beraksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpanbalik dari orang kedua dan begitu seterusnya.
3. Komunikasi sebagai transaksi yaitu komunikasi diartikan sebagai sebuah
proses yang dinamis yang secara berkesinambunganmengubah pihak-pihak
yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang
berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan
dan mentransfer pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal atau
nonverbal.
Hakekat komunikasi adalah mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi
orang lain merupakan harapan atas perubahan prilaku yang ingin terjadi pada
orang tersebut. Berdasar arus pesan, pengaruh yang diinginkan serta ada
tindakannya umpan balik, maka para ahli membuat tipologi pola atau model
komunikasi. Applbaum dkk. (1973) dalam Hubies (2010) membedakannya
dalam empat tipologi, yaitu (a) one way influence model (model satu arah), (b)
two-way influencemodel (model dua arah), (c) interaction influencemodel
(model pengarah interaksi), dan (d) transaksional influencemodel (model
pengaruh transaksional). Tubbs dan Moss (2000) serta De Vito (1997),
membedakannya ke dalam tiga tipologi, yakni: linier, interaksional dan
transaksional.
Interaksi
Teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori interaksi memandang
kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi, komunikasi merupakan bentuk
12
interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk
bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala
sesuatu di sekitar kita (Morissan dan Wardhany, 2009).
Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi antar
pribadi, interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang
pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Proses
komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi,
menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Vardiansyah, 2004).
Mulyana (2007) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai interaksi menyetarakan
komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya
bergantian yang memiliki respons atau umpan-balik.
Berinteraksi membutuhkan kontak satu sama lain dan juga komunikasi
antarorang yang melakukan kontak (Suharman 2010). Menurut Van den Ban dan
Hawkins (1999), interaksi merupakan proses saling mempengaruhi dan bersifat
timbal-balik dari suatu tindakan berbagai individu atau kelompok tani, biasanya
digabungkan dengan komunikasi. Interaksi sosial dapat berupa interaksi timbalbalik atau satu arah (kerjasama) dan perselisihan. Bungin (2009) mengatakan
bahwa kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama
lainnya, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama
yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut.
Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial
merupakan
merupakan
hubungan-hubungan
sosial
yang dinamis
yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kata
sosial menyatakan bahwa lebih dari seorang yang terlibat dan interaksi berarti
bahwa terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. (Gillin dan Gillin1954 dalam
Sumarti 2003). Adapun bentuk interaksi sosial tersebut menurut Soekanto
(2007) dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan
bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Fisher(1986)
dalam(Littlejohn dan Foss 2009) berpendapat bahwa sebuah interaksi adalah
tindakan dari seseorang yang diikuti dengan tindakan yang lainnya.
13
Pesan
Jenis Pesan
Steve King (1975) dalam Fisher (1986) menganggap pesan sebagai suatu bentuk
yang disandi, yang tersirat di dalamnya pengaruh sosial. Sedangkan Widjaja
(1986) mengemukakan bahwa pesan adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator, pesan itu mempunyai inti pesan atau tema yang
sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan
tingkah laku komunikan. Berlo (1960) mengartikan isi pesan sebagai materi
dalam pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekpresikan tujuannya
berkomunikasi. Isi pesan meliputi pernyataan-pernyaan yang dibuat dan
informasi yang disajikan sumber, kesimpulan atau informasi yang dibuat orang
serta penilaian seseorang terhadap suatu pesan.
Pesan dapat secara panjang dan lebar mengupas berbagai segi namun inti
pesan dari komunikasi selalu mengarah pada tujuan akhir dari komunikasi.
Penyampaian pesan melalui lisan, face to face, langsung, menggunakan media
dan saluran. Isi pesan bersifat informatif, persuasif, koersif. Pesan yang mengena
harus memenuhi syarat yaitu : umum, jelas dan gamblang, bahasa yang jelas,
positif, seimbang, penyesuaian dengan keinginan komunikan. Hambatanhambatan pesan terdiri dari hambatan bahasa dan teknis.Menurut Tasmara
(1997) pesan-pesan akan sangat dipengaruhi oleh:
1. Kemampuan menerima dari komunikan
2. Proses pengaruh-mempengaruhi, bertambah intensif suatu interaksi sosial,
bertambah kaya pula
3. Daya tanggap (interpretasi) dari komunikan dalam menerima suatu pesan
komunikasi sangat ditentukan oleh situasi dirinya serta keterikatannya dengan
norma-norma dimana dia hidup sebagai anggota kelompok tertentu.
4. Pesan suatu komunikasi dipengaruhi juga oleh faktor sense of selectivity dari
komunikan, yaitu sejauh manakah pesan tersebut menguntungkan atau
merugikan bagi kepentingan dirinya.
14
Bahasa Pesan
Menurut Saussure dalam Littelejohn dan Foss (2009) membuat sebuah
pembeda penting antara bahasa formal, yang disebut dengan langgue, dan
kegunaan bahasa sebelumnya dalam komunikasi, yang ia sebut sebagai parole.
Kedua istilah Prancis ini dapat disamakan seperti dalam bahasa Inggris bahasa
dan pengucapan. Bahasa (langue) adalah sebuah sistem baku yang dapat
dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan
(parole) adalah kegunaan sebenarnya dari bahasa untuk mencapai tujuan. Pelaku
komunikasi tidak menciptakan peraturan bahasa. Peraturan ini berfungsi melalui
priode waktu yang lama dan “dianugrahkan” kepada kita saat bersosialisasi
dalam sebuah komunikasi bahasa.
Berlo (1960) mengartikan kode pesan sebagai setiap kelompok simbolsimbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi
sejumlah orang. Bahasa adalah kode pesan yang utama dalam komunikasi antar
pribadi. Setiap kode bahasa memiliki sekelompok elemen seperti kosakata dan
prosedur untuk mengombinasikan elemen-elemen tersebut sehingga bermakna.
Sebagaimana
diketahui
keefektivan
komunikasi
akan
ditentukan
oleh
kemampuan dalam memilih: (a) kode atau bahasa yang akan digunakan, (b)
elemen-elemen apa yang akan digunakan, serta (c) metode apa yang akan
dipakai dalam menstrukturkan elemen-eleman apa yang telah dipilih.
Saluran
Komunikasi Antar Pribadi
DeVito (1997) menjelaskan bahwa definisi komunikasi antar pribadi
dibagi atas tiga rancangan utama yaitu:
1. Definisi berdasarkan komponen, menjelaskan komunikasi antar pribadi
dengan
mengamati
komponen-komponen
utamanya
dalam
hal
ini
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan
peluang untuk memberikan umpanbalik segera.
15
2. Definisi berdasarkan hubungan diadik, komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas.
3. Definisi berdasarkan pengembangan, komunikasi antar pribadi dilihat sebagai
akhir dari perkembangan suatu komunikasi yang bersifat tak pribadi
(impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada
ekstrim yang lain.
Sendjaja (2007) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara
langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatankegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication),
percakapan melalui telepon atau surat menyurat.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah pertemuan dalam jumlah tertentu.
Kemungkinan adanya umpan balik menjadi terbatas, namun antara individu
dapat saling berinteraksi. Misal pada pertemuan kelompok tani, kunjungan
kelompok ke lokasi demonstrasi plot (demplot), study tour kelahan lokasi petani
lain. Pendapat Santucci (2005), suatu kelompok dapat terdiri dari 15 sampai 20
orang. Bila partisipasi lebih dari jumlah tersebut, akan ada masalah komunikasi.
Misal beberapa orang tidak berpartisipasi sepenuhnya dan umpan balik dari
individu akan mengalami distorsi. Robbins (2002) menjelaskan bahwa
komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi
dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan
untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial dan
komunikasi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk
membuat keputusan menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
pilihan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi utama
dalam sebuah kelompok yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan
informasi.
Littlejohn dan Foss (2009) mengatakan bahwa kelompok dan organisasi
diciptakan melalui interaksi selain itu Sendjaja (2007) menambahkan bahwa
16
komunikasi kelompok selain menfokuskan pada interaksi antara orang-orang
dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan
komunikasi antar pribadi.Pada dasarnya kelompok itu lahir dari suatu kondisi
sosial tertentu yang menimbulkan motivasi bagi beberapa orang yang
mempunyai kesamaan identitas untuk berinteraksi dan melakukan sesuatu untuk
kepentingan mereka bersama dalam rangka usaha untuk mewujudkan harapan,
tujuan atau kehendak bersama.
Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia yaitu komunikasi dalam bentuk tercetak dan
elektronik Berlo (1960). Tercetak adalah koran perdesaan, majalah, brosur,
buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet. Komunikasi bermedia
mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat. Konteks mekanisme
yang berpasangan sangat relevan dalam berkomunikasi bermedia. Sumber tidak
mungkin mengirim pesan dengan berbicara melalui telepon kepada penerima
yang tidak memiliki pesawat telepon. Baik sebagai sumber dan penerima, tidak
mungkin berkomunikasi melalui surat elektronik (e-mail) jika tidak memiliki
komputer atau laptop dengan fasilitas internet. Hanya mereka yang sama-sama
memiliki akses internet yang dapat berkomunikasi.
Media komunikasi adalah alat untuk membantu menggabungkan saluran
komunikasi yang berbeda dalam “transportasi” sinyal teks, visual, audio,
sentuhan dan penciuman. Media komunikasi dapat dibagi ke dalam tiga kelas
utama yaitu media massa konvensional (jurnal, brosur, buku, manual), media
antar personal (diskusi ataupertemuan kelompok dan diskusi ataupertemuan
bilateral termasuk konversasi telpon) dan media hibrida (Leeuwis, 2009).
Penerima Informasi
Persepsi
Persepsi
berkaitan
dengan
proses
pengenalan
individu
terhadap
dirinyasendiri maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Atkinson et al. (1997)
persepsi adalah suatu proses dimana terjadi pengorganisasian dan penafsiran
pola stimulus dalam lingkungan. Prosesnya adalah, stimulus yang diindera oleh
17
individu
kemudian
diorganisasikan
dan
diintepretasikan,
sehingga
individumenyadari atau mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Robbins
(2002) juga menambahkan bahwa tujuan dari pengintepretasian atau penafsiran
ketika individu mempersepsikan sesuatu adalah agar stimulus itu dapat memberi
makna kepada lingkungan mereka. Dengan demikian, persepsi mempengaruhi
stimulus atau pesan yang kita tangkap dan mempengaruhi makna yang kita
berikan kepada stimulus tersebut ketika mencapai kesadaran.
Individu pada dasarnya menerima bermacam-macam stimulus dari
lingkungannya, namun tidak semua stimulus akan ditanggapi atau direspon oleh
individu. Individu melakukan proses seleksi stimulus karena individu cenderung
hanya akan merespon stimulus yang menarik bagi dirinya. Setiap karakteristik
yang membuat seseorang, suatu objek, atau peristiwa menyolok akan
meningkatkan kemungkinan bahwa itu akan dipersepsikan. Bahkan, menurut
Leavitt (1997), individu cenderung melihat kepada hal-hal yang mereka anggap
akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mengabaikan hal-hal yang
dianggap merugikan atau mengganggu. Keadaan psikologis menjadi sangat
berperan dalam proses intepretasi atau penafsiran terhadap stimulus, sehingga
sangat mungkin persepsi seorang individu akan berbeda dengan individu lain,
meskipun objek atau stimulusnya sama.
Penafsiran sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari
pelaku persepsi, antara lain sikap, motif atau kebutuhan, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu dan harapan Robbins (2002). Proses persepsi melibatkan
intepretasi yang mengakibatkan hasil persepsi antara satu orang dengan orang
lain sifatnya berbeda (individualistik).
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
dikemukakan
bahwa
persepsi
merupakanpengintepretasian atau penafsiran terhadap stimulus yang diterima
individu melalui alat inderanya yang melibatkan faktor pikiran, emosi dan
perilaku individu sehingga menjadi sesuatu yang bermakna dan menimbulkan
respon tertentu dari individu.
18
Kepercayaan (Trust)
Luhmann (1979) mengatakan bahwa tidakakan ada masyarakat tanpa
kepercayaan, karena kepercayaan adalah fakta mendasar dari kehidupan sosial.
Menurut
Luhmann,
fungsi
dari
kepercayaan
adalah
untuk
mereduksikompleksitas. Penghilangan atas kompleksitas adalah hal yang tidak
mungkin,namun kita dapat mereduksinya. Kepercayaan mensyaratkan situasi
risiko. Kepercayaan mengacu pada orientasi masa depan, namun tetap
membutuhkanhistorisitas
masa
lalu.
Kepercayaandengan
begitu
tetap
membutuhkan familiarity sebagaipra-kondisi. Keduanya merupakan cara yang
saling melengkapi untuk menyerapkompleksitas dan terhubung satu sama lain.
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang
telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah
kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orangorang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin.
Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan
dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang
ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang
dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin
efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.
Selanjutnya Benjamin S. Bloom (1956) dalam Effendi (2006) menyatakan
komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu:
(a) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan; (b) Afektif, yaitu
perubahan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi;
dan (c) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada
komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan
tambahan pengetahuan. Pada aras afektif meliputi efek berhubungan dengan
emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek pada aras konatif berhubungan
dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi,
1988).
19
Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran
bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.
1. Pemahaman arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas
kandungan
stimuli
seperti
yang
dimaksud
oleh
pengirim
pesan
(komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang
cermat atas pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud
tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan
menimbulkan kebahagian bersama.
3. Mempengaruhi sikap tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar
orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata
kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain
tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa
kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan
kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan
menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.
4. Memperbaiki hubungan komunikasi yang dilakukan dalam suasana
psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu
terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang
bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.
5. Tindakan mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam
berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami
orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan
merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi
pesan.
Dari penjelasan diatas maka secara umum, didefinisikan efektivitas
komunikasi adalah suatau proses kumunikasi dimana keempat unsur komunikasi
harus berfungsi secara sinergi pada saat proses komunikasi yang berlangsung,
20
baik dalan konteks fisik atauruang dan waktu, serta diharapkan dari proses
komunikasi tersebut muncul efek komunikasi.
Menurut Wilbur Schramm yang dikutip Effendy (2000) menampilkan apa
yang ia sebut the condition of success in communication, yakni kondisi yang
harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan
tanggapan yang kita hendaki :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang
layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Menurut Vardiansyah (2004), efek komunikasi adalah salah satu elemen
komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi.
Pesan yang sampai pada komunikan menimbulkan dampak (efek), sehingga
persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana tujuan
komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya:
1. Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan
dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif.
2. Apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan,
dikatakan bahwa komunikasi berlangsung sangat efektif.
3. Apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan,
dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif.
Efektivitas
komunikasi
dalam
pelaksanaan
beberapa
program
pemberdayaan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Berdasarkan hasil
penelitian Rahmani (2006) yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi
dalam pemberdayaan kelompok mandiri lahan kering kasus pada program
PIDRA di Nusa Tenggara Barat berhubungan nyata dengan karakteristik
individu anggota kelompok (terutama pelatihan yang diikuti), jenis kelamin,
21
kepemilikan lahan, pendapatan keluarga, peran fasilitator dan partisipasi anggota
dalam kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Manjar (2002), bahwa
karakteristik pengurus program (dalam hal jenis kelamin, pendidikan formal,
jenis pekerjaan, pendapatan) cukup potensial untuk mengkomunikasikan
program secara efektif dan hasil penelitiannya juga menyatakan faktor wilayah
mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah
tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau.Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan
tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit
usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam
usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari
anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Menurut panduan umum
kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan mekanisme dana
bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.
Tujuan dari penyaluran dana Bansos untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM
adalah:
1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya
(distribusi
atau
pemasaran
dan
cadangan
pangan)
untuk
dapat
mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi
petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi
musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani
saat panen raya;
2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan
musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, (ii) melakukan
pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan
anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya
unit usaha Gapoktan yang mengelolanya;
22
3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan
dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.
Sasaran dari pengguna Pedoman Teknis Kegiatan P-LDPM tahun 2011
adalah Aparat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, Tim Pembina Provinsi, Tim
Teknis Kabupaten atauKota, yang akan melaksanakan kegiatan P-LDPM tahun
2011 dan PPL yang akan melakukan pembinaanterhadap Gapoktan tahap
Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Sedangkan sasaran kegiatan PLDPM tahun 2011 secara nasional adalah (a) Gapoktan di daerah sentra
produksi padi dan jagung; (b) Gapoktan yang memiliki unit usaha distribusi atau
pemasaran atau pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan; (c) Gapoktan
yang memiliki lahan sendiri untuk membangun sarana penyimpanan (gudang).
Beberapa indikator pada panduan umum kegiatan P-LDPM, kinerjayang
digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahun 2010 antara
lain :
1. Indikator Masukan (Input):
a. Dana Bansos tahun anggaran 2010 bagi 204 Gapoktan;
b. Terseleksinya PPLyang berada di wilayah Gapoktan binaan;
c. Terseleksinya Gapoktan.
2. Indikator Keluaran (Output):
a. Tersalurkannya dana bansos diGapoktan sasaran;
b. Tersedianya gudang dan cadangan pangan milikGapoktan sasaran;
c. Tersedianya dana bansos diGapoktanuntuk disalurkan ke unit-unit usaha
Gapoktan yang digunakan untuk pembelian dan pengadaan cadangan
pangan .
3. Indikator Hasil (Outcome):
a. Tersedianya cadangan pangan (gabah atau beras, dan/atau jagung, dan/atau
pangan pokok lokal spesifik lainnya) digudang milik Gapoktan;
b. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah atau beras, di unit
usaha distribusi atau pemasaran minimal 2 kali putaran.
Kegiatan Penguata-LDPM juga memiliki dasar hukum untuk mengatasi
gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit telah dituangkan
dalamUndang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal 48) yang
23
mengatakan bahwa “Pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang
diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan untuk mencegah dan atau
atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan
ketahanan pangan”.
Undang-Undang tersebut juga telah dijabarkan ke dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (pasal 12 ayat 1
dan 2) yang menegaskan bahwa: (a) “Pengendalian harga pangan tertentu yang
bersifat pokok di tingkat masyarakat diselenggarakan untuk menghindari
terjadinya gejolak harga pangan yang mengakibatkan keresahan masyarakat,
dan/atau paceklik yang berkepanjangan”; dan (b) “Pengendalian harga dapat
dilakukan melalui pengaturan dan pengelolaan pasokan pangan dan pengaturan
kelancaran distribusi pangan.”
Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan disaat panen raya maka
Gapoktan yang merupakan wadah dari Poktan dan petani wajib untuk membantu
mendistribusikan atau memasarkan produksi anggotanya secara berkelompok
untuk dapat memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam
halpengangkutan, pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran dimana pada
akhirnya dapat memberikan harga serta keuntungan yang layak. Agar perputaran
usaha pembelian-penjualan gabah atau beras dan/atau jagung meningkat maka
Gapoktan perlu mendorong unit usahanya untuk mengelola kegiatannya secara
komersial dengan mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di
dalam maupun di luar wilayahnya.
Untuk mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat menghadapi gagal
panen ataupun paceklik, masyarakat wajib membangun cadangan pangan, hal ini
sejalan dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (Pasal 47 ayat 1) yang
menjelaskan bahwa “Cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan
pemerintah dan cadangan pangan masyarakat” dan (ayat 3) menjelaskan bahwa
“Dalam
upaya
mewujudkan
cadangan
pangan
nasional
pemerintah
mengembangkan, membina, dan/atau membantu penyelenggaraan cadangan
pangan masyarakat dan pemerintah di tingkat perdesaan, perkotaan, provinsi dan
nasional”. Untuk mengembangkan cadangan pangan masyarakat, UU tersebut
telah dijabarkan dalam PP No. 68 tahun 2002 (pasal 8) bahwa: “Masyarakat
24
mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan
cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan
kemampuan masing-masing.” Selanjutnya pasal 14 menegaskan bahwa
“Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan
ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (a) melaksanakan
produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (b) menyelenggarakan
cadangan
pangan
masyarakat;
dan
(c)
melakukan
pencegahan
dan
penanggulangan masalah pangan.”
Gabungan Kelompok Tani
Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan
setiap kelompok tani dalam menjalankan fungsinya, peningkatan kemampuan
para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani
menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang
berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktandilakukan agar kelompok tani
dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna, dalam penyediaan sarana produksi
pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani ke sektor hulu dan
hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar, dan
penggabungan dalamGapoktan terutama dapat dilakukan oleh kelompok tani
yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang
kepentingan yang sama secara kooperatif (Deptan, 2002).
Gapoktan merupakan suatu kelembagaan milik petani yang menurut
Warsana (2009) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompok tani-nelayan
(WKAK) yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai
kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usahatani tertentu
untuk menggalang kepentingan bersama.
Warsana (2009) menambahkan bahwa pemberdayaan Gapoktan tersebut
berada dalam konteks pemantapankelembagaan. Untuk dapat berkembang
25
sistem
dan
usaha
agribisnismemerlukan
penguatan
kelembagaan
baik
kelembagaan petani, maupunkelembagaan usaha dengan pemerintah berfungsi
sesuai dengan perannyamasing-masing. Kelembagaan petani dibina dan
dikembangkan berdasarkankepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan
berkembang dari masyarakatitu sendiri.
Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat
menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan
keterampilan berusahatani. Kelembagaan juga merupakan wadah untuk
menumbuhkan tindakan kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan
perubahan arah struktur ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi
industri). Kinerja kelembagaan merupakan kemampuan suatu lembaga untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan menghasilkan
output yang sesuai dengan tujuan dan relevan dengan kebutuhan pengguna
(Syahyuti, 2003).
Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan
No: 273/Kpts/OT.160/4/2007).Poktan adalah kumpulan petani yang tumbuh
berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan,
mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumber daya pertanian,
mendistribusikan hasil produksinyadan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh
anggota kelompok tani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan
permasalahan–permasalahan
yang
dihadapi
petani
atau
Poktan
dalam
mendistribusikan atau memasarkandan mengolah atau menyimpan yang tidak
dapat diselesaikan oleh petani atau Poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja
sama dan dukungandalam skala yang lebih besar.Unit usaha distribusi atau
pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan,
kebutuhan,
dan
kesepakatan
dari
anggota
Gapoktan
untuk
dapat
mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi (gabah/beras/jagung) petani
anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga harga stabil di
tingkat petani.Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang
26
dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan
untuk
dapatmengolah
atau
menggiling
atau
mengepak
atau
menyimpangabah/beras/jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga
mampumeningkatkan nilai tambah produk petani. Unit pengelola cadangan
pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan,
kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan
pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu
mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim
paceklik.
Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat
menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan
keterampilan berusaha tani. Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting
untuk mencapai keberhasilan dan pengembangan pertanian disuatu daerah
dimana keberhasilan pembangunan pertanian juga ditunjang oleh kelompok tani
dan sistem kelembagaan yang ada, sesuai dengan fungsi dan tugasnya (BKP,
2010). Kelembagaan juga merupakan wadah untuk menumbuhkan tindakan
kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan perubahan arah struktur
ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi indusri). Kinerja kelembagaan
merupakan kemampuan suatu lembaga untuk menggunakan sumber daya yang
dimiliki secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan
relevan dengan kebutuhan pengguna (Syahyuti, 2003).
Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana kegiatan P-LDPM
untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota yang nantinya diharapkan
dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Pedum
kegiatan P-LDPM, 2010). Penguatan kelembagaan Gapoktan dilaksanakan
melalui pendampingan Gapoktan oleh penyuluh PPL, kegiatan P-LDPM di
setiap Kabupaten atau Kota dan fasilitasi peningkatan kapasitas Gapoktan
menjadi lembaga ekonomi yang dimilki dan dikelola petani.
Download