ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN

advertisement
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA
SAHAM
(Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Listing di Bursa Efek
Indonesia)
Disusun oleh:
FAKHRUDIN ALI RAFI
0510223084
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana
Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI BIDANG MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fakhrudin Ali Rafi
Tempat & tanggal lahir
: Pasuruan, 16 Januari 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kaliurang I No. 18, Tembok Rejo, Pasuruan,
67118
Telepon
: (0343) 411 465
Riwayat Pendidikan
1. 1992-1999 : Sekolah Dasar Negeri Pekuncen I, II, III Pasuruan
2. 1999-2002 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Pasuruan
3. 2002-2005 : Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Pasuruan
4. 2005-2011 : Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Brawijaya
Malang
Pengalaman Organisasi
1. Anggota OSIS SLTPN 2 Pasuruan Periode 1999-2001
2. Anggota OSIS SMUN 1 Pasuruan Periode 2002-2004
3. Anggota FORSTILING FE Unibraw
Pengalaman Lain
1. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa Tahun 2000 dan 2001
2. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa Tahun 2003 dan 2004
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada segenap hambanya, sehingga dapat diselesaikan
dengan baik skripisi ini dengan judul: ANALISIS PENGARUH RASIO
KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan
Telekomunikasi Yang Listing di Bursa Efek Indonesia).
Adapun tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk memenuhi syarat dalam
mencapai derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang.
Saya menyampaikan sanjungan, penghargaan, dan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Juni Herawati, MM sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan terbaik kepada penulis.
2. Bapak Dr. Djumahir, SE, MM selaku penguji 1 yang telah memberikan
masukan berarti kepada penulis.
3. Bapak Drs. Harlendro, MM selaku penguji 2 yang telah memberikan
masukan yang berarti kepada penulis.
4. Bapak Dr. Fatchur Rohman, SE, Msi selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
5. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
6. Orang tua, keluarga, serta orang yang selama ini mendukung dengan
sebaik-baiknya demi kesuksesan skripsi ini.
Akhir kata, semoga hasil skripsi ini bisa memberikan guna dan manfaat yang
berarti bagi kita semua. Atas segala bantuan, dukungan dan kerja samanya yang
telah diberikan semua pihak dalam penyusunan skripsi ini kami sampaikan terima
kasih.
Malang,
Pebruari 2011
Fakhrudin Ali Rafi
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................
i
Daftar Isi..........................................................................................
ii
Daftar Tabel....................................................................................
v
Daftar Gambar................................................................................
vi
Daftar Lampiran.............................................................................
vii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………
1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………..
7
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………
8
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………….
8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu …………………………………..
10
2.2. Kajian Pustaka …………………………………………
12
2.2.1. Analisis Penilaian Saham...…………..............
12
2.2.2. Definisi dan Konsep Manajemen Keuangan…
13
2.2.3. Evaluasi Kinerja Keuangan …………………
16
2.2.4. Analisa Rasio Keuangan …………………….
22
2.2.5. Hubungan Rasio Keuangan dengan Harga Saham… 32
2.3. Kerangka Konsep Berpikir …………………................
35
2.4. Hipotesis ……………………………..……..................
36
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ……………………………………….
38
3.2. Populasi dan Sampel …………………………………
38
3.2.1. Populasi ……………………………………..
38
3.2.2. Sampel ………………………………………
39
3.3. Jenis dan Sumber Data ……………………………….
ii
40
3.3.1. Jenis Data ………………………………….
40
3.3.2. Sumber Data ………………………………
40
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………………….
40
3.5. Identifikasi dan Definisi Variabel …………………..
41
3.5.1. Identifikasi Variabel …………………..…..
41
3.5.2. Definisi Variabel ………………………….
41
3.6. Metode Analisa Data ………………………………..
44
3.6.1. Uji Asumsi Klasik …………………………
45
3.6.2. Koefisien Determinasi ……………………..
47
3.7. Teknik Pengujian Hipotesis …………………………
47
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia......................
50
4.2. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan Sampel.......
53
4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan..................................
61
4.3.1. Harga Saham..................................................
61
4.3.2. Return On Equity (ROE).................................
62
4.3.3. Earning Per Share (EPS).................................
64
4.3.4. Price Earning Ratio (PER)................................
65
4.3.5. Book Value (BV).................................................
67
4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik.....................................................
68
4.4.1. Uji Normalitas......................................................
69
4.4.2. Uji Multikolinearitas............................................
70
4.4.3. Uji Heteroskedastisitas.........................................
71
4.4.4. Uji Autokorelasi....................................................
73
4.5. Koefisien Determinasi...........................................................
73
4.6. Model Persamaan Regresi.....................................................
74
4.7. Hasil Pengujian Hipotesis......................................................
76
4.7.1. Hasil Uji Hipotesis Pertama....................................
76
4.7.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua (Uji t)...........................
76
4.7.3. Hasil Uji Hipotesis Ketiga (Variabel Bebas yang
Dominan............................................................
iii
77
4.8. Pembahasan dan Implikasi Hasil Penelitian.....................
77
BAB V: KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan...........................................................................
81
5.2. Saran......................................................................................
81
Daftar Pustaka.........................................................................................
83
Lampiran..................................................................................................
86
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Sejarah Perkembangan PT. Excelcomindo Pratama, Tbk......... 55
Tabel 4.2. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 20072009............................................................................................ 61
Tabel 4.3. Return On Equity Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode
2007-2009................................................................................... 63
Tabel 4.4. Earning Per Share Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode
2007-2009................................................................................... 64
Tabel 4.5. Price Earning Ratio Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode
2007-2009..................................................................................
65
Tabel 4.6. Book Value Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 20072009............................................................................................ 67
Tabel 4.7. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov Test........... 70
Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolinearitas......................................................... 71
Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda............................................. 74
Tabel 4.10. Hasil Analisis Parsial (Uji t)..................................................... 76
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Berpikir..............................................
35
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas..........................................................
69
Gambar 4.2. Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas...............
72
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengumpulan Data.......................................................... 86
Lampiran 2. Analisis Regresi dan Asumsi Klasik........................................ 87
vii
“Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham” (Studi Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia).
Oleh
: Fakhrudin Ali Rafi
Pembimbing : Dra. Juni Herawati, MM.
ABSTRAK
Harga saham merupakan indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, di mana
kekuatan pasar ditunjukkan dengan terjadinya transaksi perdagangan di pasar
modal. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh rasio keuangan terhadap
harga saham perusahaan telekomunikasi yang listing di BEI periode penelitian
tahun 2007–2009. Rasio keuangan tersebut antara lain: Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Book Value (BV).
Sampel penelitian adalah sebanyak 5 perusahaan telekomunikasi dengan periode
pengamatan tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan metode analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan sebesar
95%.
Untuk mendapatkan hasil regresi yang baik, maka sebelum dilakukan uji regresi,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisita, dan uji autokorelasi.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan keenam variabel bebas di
atas memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial
memberikan kesimpulan bahwa Earning Per Share dan Book Value memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap harga saham, dan Earning Per Share
memiliki pengaruh dominan terhadap harga saham. Sedangkan Return On Equity
dan Price Earning Ratio tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan telekomunikasi pada periode penelitian tahun 2007-2009.
Dari Uji Determinasi (R2) diperoleh hasil sebesar 0,914 artinya 91,4 % perubahan
harga saham dapat dijelaskan oleh perubahan dari semua variabel bebas (ROE,
EPS, PER, BV).
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bukti empiris yang dapat dijadikan
sebagai pijakan gagasan kearah penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh
rasio keuangan terhadap harga saham.
Keyword : Harga Saham, Return On Equity, Earning Per Share, Price Earning
Ratio, dan Book Value.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kegiatan investasi merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
perekonomian suatu negara. Semakin banyak kegiatan investasi pada suatu
negara, maka perekonomian negara tersebut juga akan semakin kuat. Oleh karena
itu, setiap negara berusaha meningkatkan kegiatan investasi di segala bidang.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa yang akan datang. Dalam melakukan investasi, para investor selalu
dihadapkan pada dua hal, yaitu keuntungan dan risiko. Oleh karena itu, setiap
investor menganggap bahwa dua variabel tersebut sebagai variabel utama dan
sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
Salah satu bentuk investasi/penanaman modal adalah dengan cara membeli
saham. Investasi dalam bentuk saham (common stock) memerlukan informasi
yang akurat sehingga investor tidak terjebak pada kondisi yang merugikan, karena
investasi di Bursa Efek merupakan jenis investasi dengan risiko yang relatif
tinggi, meskipun menjanjikan keuntungan yang relatif besar.
Sebelum melakukan investasi saham di pasar modal, seorang investor perlu
mempertimbangkan dua faktor, yaitu tingkat keuntungan (return) yang diharapkan
dan risiko yang mungkin terjadi. Tujuan utama seorang investor dalam
menanamkan modalnya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang setinggitingginya dengan tingkat risiko. Akan tetapi pada kenyataannya return yang
1
2
diinginkan menciptakan risiko yang sebanding, sehingga para investor selalu
dihadapkan pada tingkat risiko yang sebanding dengan expected return di setiap
investasi.
Para investor
sangat membutuhkan informasi-informasi yang relevan dan
akurat mengenai kinerja perusahaan, sehingga para investor dapat menilai dan
memilih saham-saham mana yang akan dapat memberikan keuntungan yang
optimal bagi dana yang akan diinvestasikannya. Oleh karena itu, Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) mewajibkan para emiten untuk menyampaikan laporan
keuangan tahunan. Hal ini dilakukan agar tercipta pasar modal yang transparan
dan fair, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menganalisis surat berharga,
diantaranya dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau
catatan mengenai pasar itu sendiri untuk mengakses permintaan dan penawaran
suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan ini
menggunakan data pasar yang dipublikasikan, antara lain; harga saham, volume
perdagangan saham, indeks harga saham, serta faktor-faktor lain yang bersifat
teknis.
Sedangkan dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga
(intrinsic value) adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan,
informasi penting lain yang sewaktu-waktu harus diumumkan perusahaan publik,
perkembangan ekonomi makro, maupun berita-berita dalam bidang lain seperti
politik dan sosial.
3
Kerangka kerja pendekatan fundamental meliputi tiga analisis, yaitu analisis
ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan. Analisis ekonomi bertujuan
untuk
mengetahui
prospek
bisnis
sebuah
perusahaan.
Apabila
tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah maka pada umumnya tingkat laba yang dicapai
perusahaan rendah. Analisis industri berfungsi untuk mengidentifikasikan
kelemahan dan kekuatan sebuah industri perusahaan yang bersangkutan. Dalam
melakukan analisis perusahaan, pelaku pasar harus mendasarkan kerangka
pikirnya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental yaitu laba per
lembar saham (earnings per share) dan rasio harga-laba (price earning ratio).
Earning per share (EPS) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
berhubungan dengan kepentingan bagi pemegang saham dan manajemen di saat
ini maupun di saat yang akan datang. EPS ini juga menunjukkan jumlah dollar
yang dihasilkan oleh setiap lembar saham (Gitman, 2006:68). EPS yang lebih
besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan
keuntungan bersih bagi pemegang saham sehingga meningkatkan harga saham.
Price earning ratio (PER) merupakan salah satu rasio pasar. PER menerangkan
perbandingan harga pasar saham dari setiap lembar saham terhadap EPS. Rasio ini
mengindikasikan derajat kepercayaan investor terhadap kinerja masa depan
perusahaan. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya terhadap emiten
(Gitman, 2006:70).
Penelitian lain tentang analisis fundamental yang mempengaruhi harga saham
dilakukan oleh Elva Zainani S,Einde Evana dan Rindu Rika Gamayuni pada tahun
2003 dengan pembahasan tentang Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi
Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan-Perusahaan yang Tergabung
4
dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan bahwa EPS
berpengaruh negatif tidak signifikan, BVS berpengaruh positif tidak signifikan,
PER berpengaruh positif tidak signifikan, OPS berpengaruh negatif tidak
signifikan, sedangkan PBV berpengaruh positif signifikan sebanyak 81,7%
terhadap perubahan harga saham perusahaan yang tergabung dalam LQ 45.
Semakin tinggi rasio PER menunjukkan bahwa investor mengharapkan
pertumbuhan dividen yang tinggi, saham memiliki risiko yang rendah dan investor
puas
dengan
pendapatan
yang
tinggi
serta
perusahaan
mengharapkan
pertumbuhan dividen daripada proporsi laba yang tinggi. Bagi investor, rasio ini
berguna untuk memilih saham dalam sebuah industri. Investor dapat memilih PER
saham yang lebih rendah karena PER yang lebih rendah mengindikasikan harga
saham yang lebih murah. Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER merupakan
indikasi penilaian pasar modal terhadap keuntungan potensial perusahaan di masa
yang datang (Agus Sartono, 2008:124).
Nilai Buku (Book Value) adalah merupakan angka yang menunjukkan
perbandingan antara membagi total ekuitas dengan jumlah total saham biasa yang
beredar. Book Value ini digunakan untuk melihat apakah harga dari suatu saham
termasuk overpriced atau underpriced. Overpriced terjadi jika saham memiliki
harga pasar yang lebih tinggi dari nilai buku saham (book value), sebaliknya jika
suatu saham memiliki harga pasar yang lebih rendah dari nilai bukunya maka
disebut underpriced.
Nilai buku perlembar saham (BV) menunjukkan nilai aktiva bersih per
lembar saham yang dimiliki oleh investor dan selanjutnya nilai buku per lembar
5
saham (book value pershare) dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang
akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten)
dilikuidasi.
Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian kali ini adalah perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi. Peneliti memilih obyek
penelitian ini karena perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam industri
telekomunikasi memiliki peranan yang penting bagi masyarakat, mengingat
bahwa untuk saat ini kebutuhan komunikasi modern telah menjadi salah satu
kebutuhan pokok bagi masyarakat
Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut
adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara,
membuat peranan telekomunikasi menjadi sangat penting. Di satu sisi, industri
telekomunikasi sebagai wahana bagi komunikasi dan pertukaran informasi secara
lambat laun akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Masyarakat dunia
informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan
infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka
sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai
information superhighway.
Industri telekomunikasi di dalam negeri dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
terus mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini juga dilatarbelakangi oleh
bangkitnya perekonomian setelah dihantam badai krisis moneter pada tahun 19971998. Namun karena tekanan krisis keuangan global akan menghambat para
vendor telekomunikasi meningkatkan perannya di pasar domestik. Sebenarnya
banyak pihak yang belum dapat memperkirakan perkembangan industri
6
telekomunikasi pada saat krisis keuangan global muncul lagi di akhir tahun 2008
hingga awal 2009. Kondisi krisis keuangan akan mendorong pengurangan
seseorang bepergian ke suatu tempat. Artinya, efisensi akan dilakukan setiap
orang. Hal yang perlu dijadikan pertimbangan para vendor telekomunikasi
berikutnya adalah krisis keuangan tahun 2008 berbeda dengan 10 tahun
sebelumnya. Pada 1998 lalu industri telekomunikasi dinilai mengalami
pertumbuhan walaupun krisis moneter melanda Indonesia.
Meski demikian industri telekomunikasi di dalam negeri masih menjanjikan.
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar
potensial bagi perkembangan industri telekomunikasi
apalagi industri ini
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Pelanggan industri telekomunikasi
di dalam negeri hingga tahun 2009 diperkirakan sebanyak 90 juta pelanggan.
Pasar industri telekomunikasi di dalam negeri sejak beberapa tahun lalu tumbuh
dengan pesat, karena para vendor telekomunikasi aktif mengembangkan
usahanya. Persaingan layanan & kualitas akan mendominasi, menggantikan era
perang tarif murah. Ke depan, industri ini bakal menghadapi persaingan lebih
berat karena dalam pasar dengan pertumbuhan minimal, situasi yang terbentuk
mengarah ke “pembunuhan kartu”, bukan lagi generated new subscriber dengan
menjual perdana. Industri telekomunikasi yang bersandar pada ‘kartu perdana’
akan mengalami kondisi yang sulit untuk mempertahankan kartunya tetap di slot
RUIM pengguna.
Kenaikan harga BBM yang beberapa kali banyak memberikan kesan negatif
bagi masyarakat. Karena para investor beranggapan bahwa kenaikan harga BBM
menyebabkan kenaikan biaya operasional yang cukup besar. Sedangkan
7
pendapatan perusahaan belum tentu mengalami peningkatan. Melihat kenyataan
ini, bukannya tidak mungkin kinerja keuangan perusahaan akan mengalami
penurunan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga sahamnya. Bagus atau
buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan, dapat kita lihat dari rasio-rasio
keuangannya.
Periode waktu yang diambil dalam penelitian ini yaitu dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin membandingkan
kinerja perusahaan (berupa rasio keuangan) industri telekomunikasi antara tahun
2007 - 2009. Dengan melihat laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh
masing-masing perusahaan, kita dapat mengetahui kondisi perusahaan yang
sebenarnya, yang tentunya kondisi perusahaan tersebut dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh
rasio-rasio keuangan (seperti ROE, PER, BV, dan EPS) terhadap harga saham.
Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul :
“ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA
SAHAM” (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Listing di Bursa
Efek Indonesia).
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan berikut:
1. Apakah variabel Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER), serta Book Value (BV), mempunyai pengaruh baik
secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap perubahan harga saham
8
perusahaan telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (periode
penelitian tahun 2007 - 2009) ?
2. Dari variabel ROE, EPS, PER, dan BV, mana yang memiliki pengaruh
dominan terhadap harga saham ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin yang dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel ROE, EPS, PER, dan BV, baik secara
simultan maupun parsial terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi.
2. Untuk mengetahui mana diantara variabel ROE, EPS, PER, BV yang dominan
mempengaruhi harga saham.
1.4.
Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak berikut:
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti baik dari
segi teoritis maupun konseptual mengenai pemahaman investasi di pasar
modal, khususnya mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga
saham.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
kepada investor dan calon investor mengenai signifikansi pengaruh beberapa
rasio keuangan terhadap harga saham. Sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam kegiatan investasi dalam bentuk saham.
9
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pembanding untuk
penelitian sebelumnya, dan dapat juga dipakai sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang harga saham.
4. Bagi kalangan akademis,
Hasil penelitian ini dapat memperkuat studi empiris sebelumnya, serta
menambah referensi bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen
investasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Analisis industri berfungsi untuk mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan
sebuah industri perusahaan yang bersangkutan (Sunariyah, 2004, 179). Dalam
melakukan analisis perusahaan, pelaku pasar harus mendasarkan kerangka
pikirnya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental (Tandelilin, 2002,
232) yaitu laba per lembar saham (earnings per share) dan rasio harga-laba (price
earning ratio).
Earning per share (EPS) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
berhubungan dengan kepentingan bagi pemegang saham dan manajemen di saat
ini maupun di saat yang akan datang. EPS ini juga menunjukkan jumlah dollar
yang dihasilkan oleh setiap lembar saham (Gitman, 2006, 68). EPS yang lebih
besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan
keuntungan bersih bagi pemegang saham sehingga meningkatkan harga saham.
Price earning ratio (PER) merupakan salah satu rasio pasar. PER menerangkan
perbandingan harga pasar saham dari setiap lembar saham terhadap EPS. Rasio ini
mengindikasikan derajat kepercayaan investor terhadap kinerja masa depan
perusahaan. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya terhadap emiten
(Gitman, 2006, 70). Bagi investor, rasio ini berguna untuk memilih saham dalam
sebuah industri. Salim (2003, 150) menyatakan investor dapat memilih PER
saham yang lebih rendah karena PER yang lebih rendah mengindikasikan harga
saham yang lebih murah.
10
11
Pada tahun 2003, Erina dan Ghozali melakukan penelitian tentang pengaruh
variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitiannya antara lain ROE, EPS, suku bunga deposito
berjangka, dan harga saham masa lalu, dengan menggunakan metode analisis
multiple regression logaritma natural. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
variabel ROE tidak memiliki berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel
EPS, suku bunga deposito berjangka, dan harga saham masa lalu mempunyai
pengaruh nyata terhadap fluktuasi harga saham. Variabel EPS merupakan variabel
bebas yang dominan dalam mempengaruhi fluktuasi harga saham.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Elva Zainani S,Einde Evana dan Rindu
Rika Gamayuni pada tahun 2003 tentang Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi
Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Yang Tergabung
Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan bahwa EPS
berpengaruh negatif tidak signifikan, BVS berpengaruh positif tidak signifikan,
PER berpengaruh positif tidak signifikan, OPS berpengaruh negatif tidak
signifikan, sedangkan PBV berpengaruh positif signifikan sebanyak 81,7%
terhadap perubahan harga saham perusahaan yang tergabung dalam LQ 45.
Penelitian yang akan dilaksanakan memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Persamaan tersebut adalah
metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda. Sedangkan
perbedaannya terletak pada variabel yang dijadikan dasar penelitian dan periode
penelitian. Variabel yang dijadikan sebagai dasar penelitian adalah ROE, PER,
BV, dan EPS. Variabel ini dipilih karena dapat menggambarkan secara umum
12
kecenderungan kinerja perusahaan dan aktivitas saham perusahaan dalam periode
penelitian. Periode waktu penelitian tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
2.2. Kajian Pustaka
2.2.1. Analisis Penilaian Saham
Analisis investasi saham merupakan hal penting yang harus diketahui dan
dimengerti oleh para investor untuk menentukan perkiraan harga saham yang
wajar. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas
harga pasar. Sebaliknya, keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan
suatu saham berada di bawah harga pasar. Tujuan dari analisis saham itu sendiri
adalah untuk menilai apakah penetapan harga saham suatu perusahaan ditawarkan
secara wajar atau tidak.
Pergerakan harga saham di bursa efek umumnya diramalkan pemodal dan
pialang dengan menggunakan 2 (dua) analisis, yaitu:
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Pendekatan ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan,
seperti; harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga saham,
serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Sunariyah, 2004:88).
Sasaran yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga saham jangka pendek dari suatu
saham. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal ini,
(Sunariyah, 2004:88) adalah sebagai berikut:
a. Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.
b. Fokus dari analisis teknikal ini adalah ketepatan waktu dan perubahan
harga .
13
c. Para analis teknikal cenderung lebih berkonsetrasi pada jangka pendek,
karena teknik analisis teknikal ini dirancang untuk mendeteksi
pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang relatif pendek.
2. Analisis Fundamental
Dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga
(intrinsic value) adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan
keuangan, informasi penting lain yang sewaktu-waktu harus diumumkan
perusahaan publik dan perkembangan ekonomi makro, maupun berita
dalam bidang-bidang lain seperti politik dan sosial.
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitikberatkan pada
rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar
berpendapat bahwa teknik analisis fundamental lebih cocok untuk
membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli
untuk jangka panjang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_fundamental)
Analisis fundamental menganggap bahwa harga saham merupakan
refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam
melakukan penelitian suatu saham melalui pendekatan fundamental, dapat
digunakan informasi akuntansi dengan teknik analisis rasio keuangan yang
merupakan hasil perhitungan lebih lanjut dari laporan keuangan.
2.2.2. Definisi dan Konsep Manajemen Keuangan
Konsep manajemen keuangan pada suatu perusahaan menekankan pada fungsi
keuangan di dalam perusahaan, tugas spesifik yang dibebankan pada para manajer
keuangan, alat dan teknik yang tersedia bagi mereka dana bagaimana prestasi
14
mereka dinilai (Block & Hirt, 1993, 7). Pengelolaan sumber-sumber dana
tercermin dalam bentuk berbagai jenis modal asing (hutang jangka pendek dan
hutang jangka panjang) dan modal sendiri. Walaupun rinciannya bervariasi
diantara organisasi-organisasi, fungsi manajemen keuangan yang utama adalah
dalam hal keputusan investasi, pembiayaan, dan pengembalian investasi sebagai
imbalan kepada para investor atas penggunaan dana mereka. (Brealy & Stewart,
2006, 7). Manajemen keuangan adalah pengelolaan keuangan suatu perusahaan
berkaitan dengan pengelolaan penggunaan dana (pembelanjaan aktif) dan
pengelolaan
sumber-sumber
dana
(pembelanjaan
pasif)
untuk
tujuan
meningkatkan nilai perusahaan (Weston & Copeland, 2010, 5). Manajemen
keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian keuangan
(Husnan, Suad &.Enny Pudjiastuti, 2009, 4). Banyak keputusan yang harus
diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan
mereka. Meskipun dimikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari
pendanaan. Kegiatan utama (fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Pengelolaan penggunaan tercermin dalam bentuk berbagai aktiva dalam neraca,
baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Semakin tepat pengalokasian dana ke
berbagai aktiva, maka semakin besar kesempatan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan. Dengan kata lain, semakin efisien penggunaan dana semakin baik
perusahaan.
Idealnya, setiap keputusan yang dibuat oleh manajer keuangan harus
berdampak pada peningkatan kekayaan bagi para pemegang saham biasa
(Warsono, 2004, 8). Untuk mencapai arah tersebut, ada lima aktivitas khusus yang
15
harus dijalankan oleh manajer keuangan. Pertama, peramalan dan perencanaan
(forecasting and planning). Manajer keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif
lain seperti mereka melihat ke depan dan membuat perencanaan yang akan
membentuk masa depan perusahaan.
Kedua, keputusan-keputusan investasi dan pembelanjaan utama (major
invesment and financing decisions). Perusahaan yang sukses biasanya mempunyai
pertumbuhan yang cepat dalam penjualannya. Pertumbuhan penjualan yang cepat
ini jelas mensyaratkan investasi dalam pabrik, peralatan, dan persediaan. Manajer
keuangan harus membantu menentukan tingkat pertumbuhan penjualan yang
optimal, dan ia harus membuat keputusan tentang asset spesifik apa yang akan
dibeli dan bagaimana membelanjai aset-aset ini.
Ketiga, koordinasi dan pengendalian (coordination and control). Manajer
keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif-eksekutif lain untuk menjamin
bahwa perusahaan beroperasi secara efisien. Semua keputusan bisnis mempunyai
implikasi keuangan, dan semua manajer yang ada berkepentingan terhadap
perhitungan ini. Misalnya, keputusan pemasaran yang berkaitan dengan
pertumbuhan penjualan, jelas akan berpengaruh terhadap kebutuhan investasi.
Keempat, persetujuan dengan pasar-pasar keuangan (dealing with the financial
market). Manajer keuangan harus bernegosiasi dengan pasar-pasar uang dan
modal. Setiap perusahaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pasar-pasar
keuangan umum, yang menerbitkan dana dan memperdagangkan sekuritas. Dalam
pasar keuangan ini para investor menanamkan atau mengambil uang.
Kelima, manajemen resiko (risk management). Semua bisnis berhadapan
dengan resiko, resiko-resiko ini dapat dikurangi dengan pemebelian asuransi atau
16
dengan
hedging
dalam
pasar
derivatif.
Manajer
keuangan
biasanya
bertanggungjawab terhadap semua program manajemen resiko, yang meliputi
pengidentifikasian resiko yang akan di hedging, dan kemudian meng-hedging-nya
dengan cara yang paling efisien.
Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial
market. Pasar keuangan menunjukkan pertemuan antara demand dan supply akan
dana. Dana tersebut dipisahkan menjadi dana jangka pendek (diperoleh dari pasar
uang atau money market) dan jangka panjang (diperoleh dari pasar modal atau
capital market). Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai
aktiva perusahaan, untuk mendanai berbagai kegiatan perusahaan. Selanjutnya
dari kegiatan investasi tersebut, perusahaan mengharapkan untuk memperoleh
laba. Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik
dana (pasar keuangan), atau diinvestasikan kembali ke perusahaan.
2.2.3. Evaluasi Kinerja Keuangan
2.2.3.1.Pengertian Evaluasi Kinerja Keuangan
Evaluasi kinerja keuangan adalah suatu ilmu pengetahuan dan suatu seni. Hal
yang menyangkut mengenai ilmu pengetahuan didapat dari pendalaman ilmu
pengetahuan itu sendiri, sedangkan bagian seni muncul melalui praktek dan
pengalaman pengambilan berbagai keputusan manajemen keuangan (Weston &
Copeland, 2010, 232).. Kebijakan akan datang dari pengalaman dan dari
kesalahan yang dibuat selama menjalaninya.
Weston & Copeland (2010:237) menyatakan bahwa ukuran kinerja dianalisis
dalam tiga kelompok rasio, yaitu:
a. Rasio Profitabilitas (profitability Ratio)
Rasio ini mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
17
b. Rasio Pertumbuhan (growth ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi
ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
c. Ukuran Penilaian (valuation measures)
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar
yang melebihi pengeluaran kas.
Laporan keuangan tahunan merupakan jenis-jenis informasi yang mudah
didapat dan dikembangkan sebagai langkah awal untuk memulai sebuah evaluasi
kinerja keuangan. Pendekatan modern terhadap evaluasi kinerja keuangan juga
memerlukan deskripsi tentang produk dan saingan perusahaan akan dilakukan
untuk memberikan suatu setting bisnis untuk membantu menafsirkan analisis
keuangan yang akan dibuat.
Hingga saat ini, metode analisis laporan keuangan yang paling banyak
digunakan di Indonesia adalah analisis rasio keuangan. Hal ini dapat dilihat dari
Indonesian Capital Market Directory, yang semakin luas sebagai dasar untuk
melihat kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal
Indonesia. Hasil analisis rasio ini dinyatakan dalam suatu angka rasio, yaitu suatu
besaran yang merupakan perbandingan antara nilai suatu rekening tertentu dalam
laporan keuangan dengan nilai rekening yang lainnya.
Dengan penggunaan yang masih cukup luas, terutama jika dikaitkan dengan
pengguna (stokeholders) yang sudah dijelaskan sebelumnya, bukan berarti bahwa
analisis rasio keuangan tanpa kritik dan keterbatasan. Ada enam kelemahan
penting yang dapat ditemukan dari analisis rasio keuangan (Warsono, 2004, 25).
Pertama, kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan
perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha.
Kedua, angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja
18
dan hanya memberikan panduan umum, karena bukan merupakan hasil penelitian
ilmiah dari seluruh perusahaan dari industri maupun sampel yang cocok dari
beberapa perusahaan dalam industri. Ketiga, perbedaan praktek akuntansi pada
tiap-tiap perusahaan dapat menghasilkan perbedaan rasio yang dihitung. Keempat,
rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Misalnya rasio
lancar yang melebihi norma industrinya menyiratkan adanya kelebihan likuiditas
dan ini menyebabkan penurunan laba bagi perusahaan. Kelima, rata-rata industri
mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata
industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan ratarata dalam industri. Keenam, banyak neraca dan rasionya akan berbah sepanjang
tahun saat laporan disiapkan. Untuk menghindari permasalahan ini, maka metode
saldo rata-rata haruslah digunakan (untuk beberapa bulan atau kuartal, sepanjang
tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan tidak dapat ditafsirkan tanpa
membandingkan dengan beberapa standar seperti data historis dari perusahaan itu
sendiri dan data dari industri sebagai satu kesatuan. Dalam penerapannya, analisis
rasio keuangan ini sebaiknya digunakan secara bersama-sama, karena masingmasing kriteria rasio keuangan ini mempunyai sasarn yang berbeda. Di samping
itu, ada kemungkinan bahwa di antara dua atau lebih hasil analisis rasionya
menghasilkan kesimpulam yang berbeda.
Dengan hasil analisis kesimpulan kinerja yang berbeda antara suatu kriteria
rasio keuangan tertentu dengan yang lainnya akan membawa implikasi tertentu
dalam pengambilan keputusan keuangan. Implikasi atas fenomena ini dalam
pengambilan keputusan keuangan selanjutnya berupa prioritas kondisi keuangan
19
seperti apa yang diinginkan oleh perusahaan. Biasanya setiap pengguna hasil
analisis rasio keuangan berkepentingan hanya terdapat aspek/rasio tertentu saja,
bergantung pada tujuan yang ingin dicapainya.
2.2.3.2.Tujuan Evaluasi Kinerja Keuangan.
Salah satu tugas dari manajer keuangan adalah menganalisa dan merencanakan
laporan keuangan (Terry S, Maness, 1998, 55). Hal tersebut mensyaratkan
manajer keuangan harus memahami kondisi keuangan perusahaan pada saat ini
dan mampu merencanakan kondisi keuangan perusahaan dimasa depan pada
berbagai skenario keadaan ekonomi yang berbeda-beda
Pada saat ini evaluasi kinerja keuangan tidak hanya menganalisa kinerja
operasi. Analisa kinerja keuangan sebagai alat pengendalian juga harus mencakup
pertimbangan tentang perkembangan strategis dan ekonomis yang harus diikuti
oleh perusahaan demi keberhasilan jangka panjangnya. Selain itu, kategorikategori pemegang andil (stock holder) harus diperluas. Sebelumnya analisis rasio
dilaksanakan dari sudut pandang pemilik dan kreditur perusahaan. Dalam
lingkungan politis dan sosial sekarang, para pemegang andil harus diperluas untuk
mencakup
karyawan,
konsumen,
pertimbangan-pertimbangan
sosial
dan
lingkungan, serta kepentingan-kepentingan pengaturan pemerintah lainnya. Secara
lebih mendalam pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil evaluasi kinerja
keuangan maupun perkembangan perusahaan adalah: pemilik perusahaan,
manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, banker, para investor dan
pemerintah tempat perusahaan berdomisili, karyawan serta pihak-pihak lainnya.
(Munawir S, 2007, 2).
20
Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap hasil evaluasi kinerja
keuangan perusahaannya, terutama jika pengelolaan perusahaan diserahkan
kepada orang lain seperti pada perusahaan perseroan, karena dengan laporan
tersebut pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam
memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manajer biasanya diukur atau
dinilai dengan laba yang diperoleh oleh perusahaan. Karena laba yang dihasilkan,
kestabilan pertumbuhan laba, serta kelangsungan perusahaannya tergantung dari
cara kerja atau efisiensi manajemen, maka jika hasil-hasil yang dicapai oleh
manajemen tidak memuaskan maka para pemilik perusahaan mungkan akan
mengganti manajemennya atau bahkan menjual saham-saham yang dimiliki
tersebut. Keputusan untuk mengganti manajemennya, mempertahankan saham
yang dimiliki atau menjual saham-saham tergantung dari hasil evaluasi kinerja
keuangan perusahaan tersebut.
Manajer atau pimpinan perusahaan dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaannya periode yang baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih
baik. Bagi manajemen, yang penting adalah laba yang dicapai cukup tinggi, cara
kerja yang efisien, struktur permodalan sehat dan perusahaan mempunyai rencana
yang baik mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun di bidang
operasi.
Hal penting lainnya bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut
merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan aas
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Disamping itu laporan keuangan
akan dapat digunakan oleh manajemen untuk:
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
21
2. Untuk menentukan efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta
untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
yang bersangkutan.
3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
diberi wewenang dan tanggungjawab.
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang baik.
Para investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang
dan
perkembangan
perusahaan
selanjutnya,
untuk
mengetahui
jaminan
investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka
pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisa tersebut para investor akan dapat
menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh.
Para kreditur sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak
permintaan kredit, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan. Keadaan keuangan perusahaan dapat diketahui
melalui penganalisaan kinerja keungan perusahaan tersebut. Hal ini akan
dilakukan baik oleh kreditur jangka pendek maupun jangka panjang.
Kreditur jangka panjang, disamping ingin mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar hutangnya dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui
apakah kredit yang diberikan itu cukup untuk mendapatkan jaminan dari
perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, sangat berkepentingan
dengan laporan keuangan tersebut, disamping untuk menentukan besarnya pajak
22
yang harus ditanggung oleh perusahaan juga diperlukan oleh Biro Pusat Statistik,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Tenaga Kerja untuk dasar
perencanaan pemerintah. Karyawan yang biasanya diwakili oleh organisasinya
akan berusaha untuk memperoleh tingkat gaji yang layak dan terselenggaranya
jaminan sosial yang lebih baik. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan
di mana mereka bekerja, maka akan mengetahui kemampuan perusahaan untuk
memberikan gaji dan jaminan sosial yang lebih baik tersebut.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
perusahaan, pengukuran tersebut antara lain dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan perusahaan. Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang
nantinya akan dihubungkan dengan harga saham, dapat digunakan rasio keuangan.
Rasio keuangan digunakan untuk mengukur prestasi operasional perusahaan.
Prestasi kinerja perusahaan dapat dilihat dalam laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik yang meliputi; neraca, laporan laba/rugi, dan laporan
perubahan modal. Pada umumnya penilaian kinerja keuangan perusahaan yang
digunakan di Indonesia adalah analisis rasio keuangan.
2.2.4. Analisis Rasio Keuangan
2.2.4.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio Keuangan pada dasarnya adalah perhitungan rasio-rasio
keuangan untuk menilai keadaan perusahaan (neraca, laporan laba rugi dan
laporan perubahan modal) dimasa lalu, dan saat ini. Analisis rasio merupakan
teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dipakai dalam mengevaluasi
kondisi dan prestasi keuangan perusahaan.
Rasio sendiri merupakan angka atau prosentase yang menunjukkan hubungan
antara variabel tertentu dengan variabel lainnya. Alat analisis yang berupa rasio
23
tersebut akan dapat menggambarkan suatu keadaan atau posisi keuangan sebuah
perusahaan serta menunjukkan area-area yang memerlukan penanganan atau
pembenahan (Munawir, 2007:47).
Pada umumnya para investor menggunakan rasio-rasio tersebut untuk membuat
perbandingan yang berarti antara lain yaitu membandingkan rasio keuangan
perusahaan dari waktu ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang
sedang terjadi, atau membandingkannya dengan jenis industri yang sama pada
periode tertentu.
Tujuan dari analisis laporan keuangan khususnya rasio keuangan adalah untuk
membantu kita dalam memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam
suatu perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia (biasanya berupa laporan
keuangan). Hasil dari analisis rasio keuangan tergantung dari kemampuan para
analis dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
posisi keuangan.
2.2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Merangkum dari beberapa literatur yang ada, rasio keuangan dapat
digolongkan menjadi 6 (lima), yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan , dan rasio penilaian (investasi).
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial yang berjangka
pendek tepat pada waktunya (Agus Sartono; 2008:120). Rasio ini
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka
24
pendek. Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas ini ada 2, yaitu:
current ratio dan quick ratio.
a. Current Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar, untuk memperhatikan keamanan pemberi hutang.
b. Quick Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya tanpa terlalu bergantung pada persediaannya.
Quick ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi
persediaan dengan hutang lancar.
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kapasitas
perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas ada 2, yaitu: debt to
equity ratio dan time interest earned ratio.
a. Debt to Equity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Manfaat dari
perhitungan debt to equity ratio adalah dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan dan dapat mengetahui
tingkat tidak tertagihnya hutang tersebut.
25
b. Time Interest Earned Ratio
Rasio ini digunakan untuk menghitung besar laba sebelum bunga dan
pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga.
3) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi
dari perusahaan dalam menggunakan asset-asset untuk memperoleh penjualan.
Manfaat dari perhitungan dengan rasio ini adalah menentukan seberapa besar
efisiensi investasi pada berbagai aktiva.
Rasio yang digunakan dalam rasio aktivitas ada 5 yaitu: perputaran total
aktiva (total asset turn over), perputaran aktiva tetap (fixed asset turn over),
periode pengumpulan piutang (receivables collection period), perputaran
piutang (receivables turn over), perputaran persediaan (inventory turn over).
a. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)
Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana tingkat efektifitas
perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan
penjualan guna mendapatkan laba. Jika hasil dari perhitungan ini
menunjukkan nilai rasio yang besar, maka hal ini menunjukkan
manajemen yang baik. Sebaliknya rasio yang rendah membuat manajemen
harus mengevaluasi kembali strategi pemasarannya, dan penggunaan
modalnya.
b. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara penjualan dengan aktiva
tetap.
Rasio
ini
juga
menggambarkan
bagaimana
perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya, seperti gudang, mesin-mesin, dll. Semakin
26
tinggi nilai rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut.
c. Periode Pengumpulan Piutang (Receivables Collection Period)
Merupakan rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang
menjadi kas, biasanya ditentukan dengan mambagi piutang dengan ratarata penjualan harian. Semakin besar jumlah hari pengumpulan piutang
berarti kebijaksanaan kredit terlalu bebas, tetapi kalau terlalu kecil berarti
kebijaksanaan kredit terlalu ketat.
d. Perputaran Piutang (Receivables Turn Over)
Merupakan perbandingan antara penjualan dengan piutang. Semakin
cepat perputaran piutang maka current ratio dan quick ratio yang dimiliki
akan semakin bagus dalam analisis keuangannya.
e. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Likuiditas dari persediaan di dalam perusahaan diukur dengan
tingkat perputaran (turn over) dari persediaan tersebut. Perputaran
persediaan yang tinggi, menandakan efektifitas manajemen pengendalian
persediaan perusahaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah
menandakan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan total aktiva, modal
sendiri (total ekuitas), maupun penjualan. Manfaat dari rasio ini adalah
menunjukkan seberapa baik perusahaan telah beroperasi selama tahun itu dan
27
membantu investor dalam perhitungan laba serta mengetahui seberapa banyak
laba yang diinvestasikan kembali dan yang dibayarkan sebagai dividen.
Dalam rasio ini ada 3 rasio yang digunakan, yaitu net profit margin, return
of investment, dan return on equity.
a. Net Profit Margin (NPM)
NPM ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. NPM yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara
umum rasio NPM yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
Menurut Agus Sartono (2008:130) formulasi NPM dinyatakan sebagai
berikut:
Rumus :
Net Profit Margin 
Laba Setelah Pajak
Penjualan
b. Return On Investment (ROI)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola
aktivanya untuk menghasilkan laba setelah pajak. ROI menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dananya
(total aktiva) untuk menghasilkan laba, dengan membandingkan laba
setelah pajak terhadap total aktiva. ROI yang tinggi menunjukkan efisiensi
manajemen suatu perusahaan.
Menurut Agus Sartono (2008:131) formulasi ROI dinyatakan sebagai
berikut:
28
Rumus :
ROI 
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam
mengelola modal sendiri dan mengukur tingkat keuntungan dari suatu
investasi yang telah ditanamkan oleh pemilik modal atau pemegang
saham. ROE dapat juga diartikan sebagai suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik
pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen).
Rasio ini menggunakan modal sendiri dengan asumsi bahwa operasi
yang menguntungkan akan menambah modal pemegang saham dalam
tahun berjalan. Menurut Agus Sartono (2008:131) formulasi ROE
dinyatakan sebagai berikut:
Rumus :
ROE 
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
5) Rasio Pertumbuhan
Menurut Weston dan Copeland (2010: 237) rasio pertumbuhan (growth
ratio) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industrinya. Rasio pertumbuhan dapat dikategorikan kedalam Earning
Per Share (EPS).
EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Semakin
tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan para pemegang saham, karena hal
29
tersebut menunjukkan semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang
saham.
Earning Per Share (EPS) merupakan angka yang sering digunakan karena
banyak yang beranggapan bahwa EPS mengandung informasi yang dapat
digunakan untuk memprediksi besarnya. Menurut Deanto (2003:168)
formulasi EPS dinyatakan sebagai berikut:
Rumus :
EPS =
Laba bersih setelah pajak – Dividen saham preferen
Jumlah Saham yang Beredar
Kelemahan dalam perhitungan ini adalah saham yang beredar dalam satu
tahun itu bervariasi pada banyak perusahaan, yang disebabkan oleh
penerbitan baru, atau oleh penarikan saham lain yang beredar. Sehingga
digunakan jumlah rata-rata saham yang beredar dalam satu tahun dalam
perhitungan ini.
6) Rasio Penilaian (Investasi)
Menurut Weston & Copeland (2010:244) Rasio penilaian adalah ukuran
kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan karena mencerminkan
pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan risiko. Rasio penilaian
pasar ini menghubungkan harga saham perusahaan dengan pendapatan (laba)
dan nilai buku per lembar saham biasa. Rasio ini memberikan masukan bagi
manajemen untuk mengetahui apa yang dipikirkan para investor mengenai
kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek di masa mendatang.
30
Rasio-rasio penilaian yang sering digunakan dalam mengukur kinerja
suatu perusahaan dan rasio ini digunakan dalam penelitian ini, yaitu; PER
(price earning ratio), dan PBV (Price to Book Value).
a. Price Earning Ratio (PER)
Menurut Sri Hendaru Yuliati (2005:135) pengertian PER adalah sebagai
berikut:
“Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator
yang banyak digunakan dalam menilai harga saham. PER
sering dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan
tingkat pertumbuhannya. Saham dengan nilai pertumbuhan
yang tinggi umumnya memiliki PER yang tinggi pula. Investor
bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena
mengharapkan aliran Cash Flow yang lebih besar di masa yang
akan datang”.
Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER merupakan
indikasi penilaian pasar modal terhadap keuntungan potensial perusahaan
di masa yang datang (Agus Sartono, 2008:124). PER dihitung dalam
satuan kali.
Menurut Deanto (2003, 168) formulasi PER dinyatakan sebagai berikut:
Rumus:
PER =
Harga pasar saham biasa
Eearning Per Share
b. Price Book Value (PBV)
Price Book Value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut (Tjiptono & Hendy, 2008:141).
Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut:
31
Rumus :
Harga Saham
PBV =
Nilai Buku Saham
Nilai buku =
(book value)
Total Ekuitas
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
(Tjiptono & Hendy, 2008:141)
Nilai
Buku
(Book
Value)
adalah
merupakan
angka
yang
menunjukkan perbandingan antara membagi total ekuitas dengan jumlah
total saham biasa yang beredar. Book Value ini digunakan untuk melihat
apakah harga dari suatu saham termasuk overpriced atau underpriced.
Overpriced terjadi jika saham memiliki harga pasar yang lebih tinggi dari
nilai buku saham (book value), sebaliknya jika suatu saham memiliki
harga pasar yang lebih rendah dari nilai bukunya maka disebut
underpriced.
2.2.4.3. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Sofyan S. Harahap (2009:298) menjelaskan mengenai beberapa keunggulan
analisis rasio keuangan, yaitu:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di dalam industri.
4. Sangat bermanfaat sebagai bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandardkan ukuran perusahaan.
6. lebih mudah dalam membandingkan perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya, serta lebih mudah melihat perkembangan
perusahaan secara periodik.
7. lebih mudah dalam melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
32
2.2.4.4. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa analisis rasio keuangan telah memberikan
banyak manfaat bagi berbagai pihak, akan tetapi analisis ini juga memiliki
beberapa kelemahan. Sofyan S. Harahap (2009:299) mengidentifikasikan
kelemahan-kelemahan tersebut, diantaranya:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan akan menjadi keterbatasan
teknik, seperti:
3. Jika data yang digunakan untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka
akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio.
4. Sulit menghitung rasio jika data yang tersedia tidak sinkron. Bisa saja dua
perusahaan memakai teknik dan standard akuntansi yang berbeda,
sehingga jika kedua perusahaan tersebut dibandingkan satu sama lain,
maka dapat menimbulkan kesalahan.
2.2.5. Hubungan Rasio Keuangan Dengan Harga Saham
Dalam melakukan investasi, seorang investor pastinya akan memilih
perusahaan yang dalam jangka panjang akan memberikan return yang tinggi.
Investor dapat menilai kemampuan perusahaan berdasarkan informasi kinerja
keuangannya yang didapat laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan
tersebut.
Dari analisis laporan keuangan yang dipublikasikan tersebut, akan didapat rasio
keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan suatu
perusahaan, serta dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada periode
waktu tertentu.
Rasio keuangan yang di dapat dari analisis laporan keuangan akan
dipergunakan oleh para investor untuk mengambil keputusan, apakah akan
membeli saham suatu perusahaan atau justru akan menjualnya. Berikut dijelaskan
33
hubungan antara rasio keuangan (yang digunakan dalam penelitian ini) dengan
harga saham.
1. Hubungan Return On Equity (ROE) dengan harga Saham
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ROE digunakan untuk
mengukur tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan
modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini maka akan semakin baik.
Secara teoritis ROE memiliki pengaruh positif (searah) terhadap harga
saham. Setiap kenaikan ROE pastinya akan meningkatkan kepercayaan dari
para investor kepada perusahaan. Dengan begitu para investor akan tertarik
untuk membeli saham yang diterbitkan perusahaan, sehingga menyebabkan
harga saham mengalami kenaikan. Sebaliknya, bila perusahaan memiliki
tingkat ROE yang rendah maka minat investor terhadap saham perusahaan
akan turun, sehingga menyebabkan turunnya harga saham.
2. Hubungan Earning Per Share (EPS) dengan harga Saham
Salah satu keberhasilah perusahaan dapat dilihat dari perolehan EPS.
Rasio earning per share (EPS) yang cukup tinggi menunjukkan semakin besar
laba yang tersedia bagi pemegang saham. EPS yang tinggi juga menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen dalam jumlah yang besar
pula kepada para pemegang saham. Pertumbuhan EPS ini menjadi gambaran
atas perkembangan perusahaan di suatu kawasan industri tertentu. Hal ini akan
menjadi daya tarik bagi para investor dan mendorong mereka untuk memiliki
saham tersebut, sehingga menyebabkan harga sahamnya naik.
34
3. Hubungan Price Earning Ratio (PER) dengan harga Saham
PER menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan dividen
yang tinggi, saham memiliki risiko yang rendah dan investor puas dengan
pendapatan yang tinggi serta perusahaan mengharapkan pertumbuhan dividen
daripada proporsi laba yang tinggi (Sofyan S. Harahap, 2009:310).
Semakin tinggi rasio PER maka makin tinggi harga saham yang akan kita
beli. Untuk mengetahui apakah nilai PER terlalu tinggi atau tidak, yaitu
dengan membandingkan nilai PER perusahaan tersebut dengan perusahaan
lain yang sejenis atau nilai PER pada industri tersebut.
4. Hubungan Book Value (BV) dengan harga Saham
Saham dengan harga yang tinggi biasanya mencerminkan kualitas kinerja
perusahaan yang baik serta tingkat pertumbuhannya yang cukup pesat. Saham
yang seperti ini akan banyak diminati investor.
Nilai buku perlembar saham (book value per share) dihitung berdasarkan
total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku perlembar saham (book
value pershare) menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang
dimiliki oleh pemegangnya. Sebenarnya nilai buku per lembar saham (book
value pershare) tidak menunjukkan ukuran kinerja saham yang penting.
Tetapi nilai buku per lembar saham (book value pershare) dapat
mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh pemegang
saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi.
35
2.3.
Kerangka Konsep Berpikir
Gambar.2.1
Kerangka Pikir
Investor saham
Analisis Harga Saham
ANALISIS
FUNDAMENTAL
Analisis Rasio
Keuangan
Perusahaan
Telekomunikasi
Yang Terdaftar di
BEI antara Tahun
2007-2009
Model Regresi Berganda:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4
Uji Hipotesis:
(Uju F dan Uji T)
Hasil Analisis dan
Pembahasan
Kesimpulan
ANALISIS
TEKNIKAL
36
2.4.
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas permasalahan penelitian
dimana diperlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut (Ronny
Kountur, 2005:93). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Hipotesis Pertama: Terdapat pengaruh antara Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Book Value (BV)
secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang
tedaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
a. H0 = tidak terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Return On
Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), dan Book Value (BV) secara bersama-sama terhadap harga
saham.
b. H1 = terdapat pengaruh yang signifikan (nyata) Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Book Value (BV) secara bersama-sama terhadap harga saham.
2. Hipotesis Kedua: Terdapat pengaruh antara Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Book Value (BV)
secara parsial terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang tedaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
a. H01 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Return On Equity (ROE) terhadap harga saham.
H11 = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Return
On Equity (ROE) terhadap harga saham.
37
b. H02 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.
H12 = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Earning
Per Share (EPS) terhadap harga saham.
c. H03 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.
H13 = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Price
Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.
d. H04 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Book Value (BV) terhadap harga saham.
H14 = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Book
Value (BV) terhadap harga saham.
3. Hipotesis Ketiga: Bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh paling
dominan terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang tedaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menganalisis pengaruh beberapa
rasio keuangan terhadap harga saham, maka jenis penelitian yang digunakan disini
adalah jenis penelitian penjelasan atau yang sering disebut dengan explanatory
research. Singarimbun dan Effendi (2006:5) mendefinisikan penelitian eksplanatori
(explanatory research) sebagai suatu penelitian yang dilakukan dengan maksud
memberikan penjelasan tentang hubungan variabel-variabel penelitian yang disertai
dengan langkah pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data melalui
hipotesis. Sedangkan penelitian penjelasan adalah penelitian yang dilakukan untuk
menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Anto Dajan (1994:110) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan unsurunsur yang memiliki satu atau beberapa ciri dan karakteristik yang sama.
Sedangkan menurut Ronny Kountur (2005:137) populasi adalah suatu kumpulan
menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Obyek penelitian
dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan
lain-lain. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang termasuk
dalam industri telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
38
39
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Dari semua populasi (perusahaan industri
telekomunikasi),
selanjutnya
dilakukan
pengambilan
sampel
dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan tipe
pengambilan sampel secara tidak acak, yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan berbagai pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Purposive sampling terkadang sangat penting digunakan dalam mencari
informasi sasaran yang spesifik karena tipe-tipe khusus dari obyek penelitian
dapat memberikan informasi yang diperlukan. Kriteria perusahaan yang dapat
dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009.
2. Mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu tahun
2007 sampai dengan tahun 2009.
Gambar 3.1
Sampel Penelitian
Mempublikasikan Laporan
Terdaftar di BEI
No.
Keuangan
Perusahaan Telekomunikasi
Th.
Th.
Th.
Th.
Th.
Th.
2007
2008
2009
2007
2008
2009
1
Bakrie Telecom Tbk
√
√
√
√
√
√
2
Excelcomindo Pratama Tbk
√
√
√
√
√
√
3
Infoasia Teknologi Global Tbk
√
√
×
√
√
×
4
Indosat Tbk
√
√
√
√
√
√
5
Telekomunikasi Indonesia
√
√
√
√
√
√
6
Mobile 8 Telecom Tbk
√
√
√
√
√
√
7
Inovisi Infracom Tbk
×
×
√
×
×
√
40
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti menggunakan objek penelitian sebanyak
5 (lima) perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 3
tahun berturut-turut yaitu tahun 2007 – 2009.
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa data-data laporan
keuangan yang dipublikasikan dari perusahaan sampel dan data statistik per
semester yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, serta angka-angka pada
laporan keuangan dan data rutin, kemudian diolah guna menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang berasal dari pojok BEI, yang meliputi:
1.
IDX Statistics, yang memuat data harga saham dan rasio-rasio perusahaan
sampel.
2.
Indonesian Capital Market Directory Bursa Efek Indonesia, yang memuat
laporan keuangan tahunan perusahaan sampel.
3.
3.4.
Laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data perusahaan
yang berupa laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan beserta harga
41
saham dari perusahaan sampel pada saat tutup tahun (closing price) selama
periode penelitian (tahun 2007 - 2009).
3.5. Identifikasi dan Definisi Variabel
3.5.1. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable),
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dependent Variable
Variabel ini selanjutnya disebut sebagai variabel terikat (Y). variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian
ini, yang menjadi variabel terikat adalah harga saham.
2. Independent Variable
Variabel ini selanjutnya disebut sebagai variabel bebas (X). Variabel
bebas merupakan variabel-variabel yang diduga secara bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini variabel bebas (X) terdiri
dari:
X1
= Return on Equity (ROE)
X2
= Earning Per Share (EPS)
X3
= Price Earning Ratio (PER)
X4
= Book Value (BV)
3.5.2. Definisi variabel
Mengacu pada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, variabel-variabel
yang akan diteliti adalah:
42
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah harga saham. Harga saham yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada saat tutup tahun
(closing price) dari masing-masing perusahaan sampel, dengan periode
waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Peneliti menggunakan harga
tutup tahun, karena peneliti menganggap bahwa harga saham pada saat tutup
tahun (closing price) dapat mewakili fluktuasi harga saham yang terjadi
dalam satu periode.
2. Variabel Bebas (X)
Variabel-variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:
a) Return on Equity (X1)
Rasio ini mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam
mengelola modal sendiri dan mengukur tingkat keuntungan dari suatu
investasi yang telah ditanamkan oleh pemilik modal atau pemegang
saham.
Return on Equity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total
laba bersih setelah pajak dibagi dengan modal sendiri perusahaan sampel
selama periode penelitian, yaitu mulai dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009. Formulasi ROE dinyatakan sebagai berikut:
Rumus :
ROE 
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
(Agus Sartono, 2008:131)
b) Earning Per Share (X2)
EPS
merupakan rasio
yang menunjukkan
seberapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor untuk setiap lembar
43
sahamnya. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan para
pemegang saham, karena hal tersebut menunjukkan semakin besar laba
yang tersedia bagi pemegang saham.
Earning per share yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total
laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar dari masing-masing
perusahaan sampel selama periode penelitian, yaitu mulai dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2009.
Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut:
Rumus
:
EPS =
Laba bersih setelah pajak – Dividen saham preferen
Jumlah Saham yang Beredar
(Deanto, 2003:168)
c) Price Earning Ratio (X3)
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali.
Price earning ratio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga per
lembar saham dibagi earning per share perusahaan sampel selama
periode penelitian, yaitu mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2009. Formulasi PER dinyatakan sebagai berikut:
Rumus :
PER =
Harga pasar saham biasa
Eearning Per Share
(Deanto, 2003:168)
d) Book Value (X4)
Nilai buku per lembar saham (book value pershare) dapat
mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh
44
pemegang saham
apabila
perusahaan
penerbit
saham
(emiten)
dilikuidasi.
Nilai Buku (Book Value) adalah merupakan angka yang
menunjukkan perbandingan antara membagi total ekuitas dengan jumlah
total saham biasa yang beredar dari perusahaan sampel selama periode
penelitian, yaitu mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut:
Rumus :
BV =
Total Ekuitas
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
(Tjiptono & Hendy, 2008:141)
3.6.
Metode Analisis Data
Model analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi linier berganda dengan menggunakan perhitungan SPSS 16.0. Model
analisis ini dipilih karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Persamaan model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4
Keterangan:
Y
= Harga saham
b0
= Konstanta
b1-b4 = Koefisien regresi
X1
= Return on Equity (ROE)
X2
= Earning Per Share (EPS)
X3
= Price Earning Ratio (PER)
45
X4
= Book Value (BV)
Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data, yaitu Uji Asumsi
Klasik, dan Koefisien Determinasi (R2).
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dengan perhitungan SPSS 16.0 dapat dijadikan
sebagai alat estimasi yang tidak bias, jika telah memenuhi persyaratan BLUE
(best, linier, unbiased, estimator). Oleh karena itu, model regresi ini harus
memenuhi uji asumsi klasik, antara lain:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah variabel
dependent dan variabel independent berdistribusi normal ataukah tidak. Uji
ini dilakukan dengan menggunakan normal probability plot.
Dasar pengambilan keputusan dalam mendeteksi normal atau tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis yaitu dengan melihat tampilan grafik
histogram maupun normal plot, yaitu:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal serta mengikuti arah
garis diagonal tersebut, dapat dikatakan bahwa persyaratan
normalitas dapat terpenuhi.
b) Tetapi jika data menyebar jauh dari garis diagonal serta tidak
mengikuti arah garis diagonal tersebut, dapat dikatakan bahwa
persyaratan normalitas tidak dapat terpenuhi.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi korelasi antar variabel bebas. Model regresi linier yang baik
46
adalah yang tidak terjadi multikolinieritas. Adanya multikolinieritas dapat
terdeteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), dimana jika
nilai VIF di bawah 10 (VIF<10) berarti tidak terjadi multikolinieritas,
sebaliknya jika nilai VIF di atas 10 (VIF>10) atau nilai tolerance >0,1 maka
telah terjadi multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lainnya. Jika varians residual dari satu pengamatan satu ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika
varians residualnya berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah regresi bersifat homoskedastisitasi.
Cara untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, yaitu;
(1)
Jika ada titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, atau menyempit) maka mengindikasikan
telah terjadinya heteroskedastisitas.
(2)
Jika titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, atau titik-titik tersebut
menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka hal
ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
linier terdapat korelasi antara variabel pengganggu pada periode t dengan
periode t-1. Autokorelasi juga dapat didefinisikan sebagai korelasi antara
47
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model analisis
regresi, bisa menggunakan cara statistik d dari Durbin-Watson (D W).
Adapun kaidah keputusan dari uji DW adalah -2 < X < +2
3.6.2. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas bisa menjelaskan variabel
terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (R2), dalam hal ini
digunakan adjusted R2. Batasan dari nilai koefisien determinasi ini adalah
0<R2<1. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%), maka hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan apabila nilai koefisien
determinasinya sebesar 0 (nol) maka hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.7.
Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis dilakukan uji stastistik sebagai berikut:
1. Uji Hipotesis Pertama
-
Uji F
Uji ini merupakan pengujian terhadap koefisien regresi baik secara
bersama-sama (simultan), yakni melihat pengaruh dari seluruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
 H0 =
tidak terdapat pengaruh signifikan (nyata) dari seluruh
variabel bebas (X1, X2, X3, dan X4) terhadap variabel terikat (Y).
48
 H1 = terdapat pengaruh yang signifikan (nyata) dari seluruh
variabel bebas (X1, X2, X3, dan X4) terhadap variabel terikat (Y).
Selanjutnya untuk mengambil keputusan harus didasarkan pada kriteria
berikut ini:
o Fhitung > dari Ftabel , maka H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X)
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (Y).
o Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh nyata secara simultan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Untuk menentukan nilai Ftabel digunakan taraf signifikan sebesar 5%
dan derajat kebebasan df = V1 dan V2, dimana V1= (k) dan V2= (n-k-1);
k = jumlah variabel dan n = jumlah penelitian.
Cara lain yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan adalah
membandingkan nilai signifikansi Fhitung (hasil pengujian) dengan taraf
signifikansi  = 5% atau 0,05. Jika Sig. > 0,05 maka H0 diterima, dan
menolak H1, atau jika Sig. < 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1.
2. Uji Hipotesis Kedua
-
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
variabel bebas terhadap variabel terikat, dimana hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
 H0i = tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).
49
 H1i = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).
Dimana:
i = 1,2,3,4
Untuk menentukan ttabel , taraf signifikan yang digunakan sebesar
5% (karena uji dua sisi, maka masing-masing  = 2,5%) dengan
derajat kebebasan df = (n – 1). Sedangkan thitung diperoleh dengan
rumus berikut:
thitung = koefisien regresi bi
standard deviasi bi
Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan membandingkan nilai
probabilitas (signifikansi) masing-masing variabel dengan  = 5%.
Jika nilai Sig. < 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1
Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima, dan menolak H1
3. Uji Hipotesis Ketiga
Untuk menentukan variabel bebas yang paling dominan berpengaruh
terhadap variabel terikat, maka digunakan koefisien beta (beta coefficient).
Setelah semua koefisien regresi dari variabel bebas yang mempunyai
pengaruh signifikansi terhadap variabel terikat diubah menjadi koefisien
beta, baru kemudian menentukan koefisien beta yang terbesar. Variabel
bebas yang memiliki koefisien beta yang paling besarlah yang merupakan
variabel bebas yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel terikat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun
1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring
dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:

14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.

1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

1925 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
50
51
Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.

1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.

1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal
10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten
pertama.

1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.

1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing dan aktivitas bursa terlihat
52
meningkat.

2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.

1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).

2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
53
4.2.Gambaran umum Perusahaan-Perusahaan Sampel
1. PT. Bakrie Telecom Tbk.
PT Bakrie Telecom adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis
CDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama
produk Esia serta Wifone. Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT
Ratelindo, yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT
Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI
Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time Division Multiple Access
(ETDMA). Pada bulan September 2003, PT Ratelindo berubah nama menjadi PT
Bakrie Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA2000-1x, dan memulai
meluncurkan produk Esia. Pada awalnya jaringan Esia hanya dapat dinikmati di
Jakarta, Banten dan Jawa Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26
kota di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke kota-kota lainnya.Pada tahun
2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya dalam
Bursa Efek Jakarta. Pada 17 September 2007, pemerintah Indonesia memberikan
lisensi atas jaringan tetap sambungan langsung internasional Indonesia kepada
Bakrie Telecom. Sebagai bagian dari lisensi ini, Bakrie Telecom diharuskan
membangun jaringan tetap untuk sambungan langsung internasional. Pada 5-tahun
pertama, Bakrie Telecom diharuskan membangun jaringan yang menghubungkan
Batam, Singapura, dan Amerika Serikat. Jika target ini tidak terpenuhi,
pemerintah akan mendenda Bakrie Telecom.
2. PT. Excelcomindo Pratama, Tbk.
PT Excelcomindo Pratama Tbk. (“XL” atau “Perseroan”) didirikan pada
tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari, bergerak di
54
bidang perdagangan dan jasa umum. Enam tahun kemudian, Perseroan
mengambil suatu langkah penting seiring dengan kerja sama antara Rajawali
Group – pemegang saham PT Grahametropolitan Lestari – dan tiga investor asing
(NYNEX, AIF, dan Mitsui). Nama Perseroan kemudian berubah menjadi PT
Excelcomindo Pratama dengan bisnis utama di bidang penyediaan layanan
teleponi dasar. Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara komersial dengan
fokus cakupan area di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hal ini menjadikan XL
sebagai perusahaan tertutup pertama di Indonesia yang menyediakan jasa telepon
dasar bergerak seluler.
Bulan September 2005 merupakan suatu tonggak penting untuk Perseroan.
Dengan mengembangkan seluruh aspek bisnisnya, XL menjadi perusahaan publik
dan tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Kepemilikan
saham XL saat ini mayoritas dipegang oleh TM International Berhad melalui
Indocel Holding Sdn Bhd (83,8 %) dan Emirates Telecommunications
Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd (16,0%). XL
pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan cakupan
jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan ritel dan
menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat. Layanan XL mencakup antara
lain percakapan, data dan layanan nilai tambah lainnya (value added services).
Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan teknologi GSM
900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem IMT-2000/3G. XL
juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Ijin
Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Services Protocol/ ISP), Ijin
Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (Voice over
55
Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet
(“NAP”).
Tahun
1996
Tabel 4.1
Sejarah perkembangan PT. Excelcomindo Pratama, Tbk.
Peristiwa
Memperoleh ijin seluler sistem GSM 900 dan resmi beroperasi secara komersial
dengan fokus di area Jakarta, Bandung dan Surabaya.
1997
Membangun jaringan microcell terpadu di kawasan segitiga emas Jakarta.
1998
Meluncurkan merek proXL untuk produk layanan prabayar.
1999
Mulai memasuki pangsa pasar di Sumatera dan Batam.
Mendapatkan alokasi spektrum DCS 1800 dan menyelesaikan pembangunan
2001
jaringan utama serat optik.
Menghadirkan layanan M-banking dan M-Fun.
2002
Memperluas cakupan jaringan ke daerah Kalimantan dan Sulawesi.
Meluncurkan layanan leased line dan IP (Internet Protocol).
2004
Melakukan logo XL dan merubah merek proXL dengan produk-produk baru,
yaitu:jempol (prabayar), bebas re-branding (prabayar) dan Xplor (pasca bayar).
2005
Menjadi anak perusahaan TM Group dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan kode saham EXCL.
2006
Menghadirkan layanan XL 3G “Pertama Terluas dan Tercepat”.
Menjadi pelopor dalam penerapan tarif Rp 1/detik.
2007
ETISALAT menjadi pemegang saham XL. ETISALAT adalah
perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Timur Tengah.
Memulai konsolidasi bran menjadi prabayar XL dan pasca bayar XL.
TM Group mengumumkan penyelesaian proses demerger TM International Berhad
2008
(TMI), di mana Indocel Holding Sdn Bhd, anak perusahaan TMI, mengakuisisi
seluruh kepemilikan saham XL yang dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad,
sehingga kepemilikan Indocel Holding Sdn Bhd menjadi 83,8%.
Sumber: PT. Exelcomindo Pratama, 2009
56
3. PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk didirikan oleh Pemerintah pada tanggal 10 November tahun
1967 sebagai perusahaan investasi asing untuk menyediakan jasa telekomunikasi
internasional di Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan
September 1969 untuk membangun, mentransfer dan mengoperasikan Satelit
Telekomunikasi Internasional Organisasi, atau Intelsat, stasiun bumi dalam
Indonesia untuk mengakses Intelsat satelit Samudra Hindia Daerah untuk jangka
waktu 20 tahun. Sebagai sebuah konsorsium global organisasi satelit komunikasi
internasional,
Intelsat
memiliki
dan
mengoperasikan
sejumlah
satelit
telekomunikasi.
Menyusul perubahan regulasi di industri telekomunikasi Indonesia pada tahun
1999 dan 2000, perusahaan ini mulai menerapkan strategi yang dirancang untuk
mengubah diri dari operator telekomunikasi utama internasional Indonesia
menjadi terkemuka, telekomunikasi terpadu jaringan dan layanan providerin
Indonesia. Pada tahun 2000, pengenalan Pemerintah tentang UU Telekomunikasi,
yang mendorong liberalisasi industri, secara langsung mempengaruhi bisnis
perusahaan. Pada tahun 2001, sebagai bagian dari inisiatif Pemerintah untuk
merestrukturisasi industri telekomunikasi, Indosat mengadakan perjanjian dengan
Telkom untuk menghilangkan crossshareholdings pada anak perusahaan masingmasing. Setelah perjanjian dengan Telkom, Indosat mengakuisisi bunga 45,0%
efektif kepemilikan di Satelindo, melalui akuisisi PT Bimagraha Telekomindo,
atau Bimagraha, pada tahun 2001 dan memperoleh 25,0% sisa kepemilikan di
Satelindo dari DeTe Asia pada bulan Juni 2002. Untuk memperkuat struktur
permodalan Satelindo dan menghapus beberapa pembatasan tertentu yang timbul
57
dari utang Satelindo, Indosat membuat kontribusi tambahan modal kepada
Satelindo sebesar US $ 75,0 juta pada bulan Juli 2002.
Pada Agustus 2002, Indosat memasuki sektor telekomunikasi dalam negeri
dengan mendapatkan lisensi untuk menyediakan layanan jaringan tetap lokal di
wilayah Jakarta dan Surabaya. Perusahaan mengerahkan sekitar 13.000 baris di
daerah-daerah untuk menyediakan layanan lokal telepon tetap dan mengumumkan
tujuan strategis perusahaan untuk menjadi jaringan telekomunikasi dan operator
seluler terkemuka di Indonesia. Pada tahun 2002, Pemerintah melakukan divestasi
517.500.000 lembar saham, mewakili sekitar 50,0% dari saham Seri B yang
beredar. Pada bulan Mei 2002, Pemerintah menjual 8,1% saham yang beredar
melalui tender global dipercepat.
Pada Desember 2002, Pemerintah melakukan divestasi 41,9% dari saham Seri
B untuk mantan anak perusahaan STT. Pada tanggal 31 Maret 2009, Pemerintah
memiliki 14,29% saham, termasuk salah satu saham Seri A, dan ICLM dan ICLS
dimiliki sekitar 65,0% dari yang beredar saham Seri B. ICLM dan ICLS dimiliki
oleh Qtel. The 20,71% sisa saham Seri B dimiliki oleh pemegang saham publik
pada tanggal 31 Maret, 2009.
4. PT Mobile-8 Telecom (Mobile-8)
PT Mobile-8 Telecom (Mobile-8) didirikan pada tanggal 16 Desember 2002
yang menggunakan nama merek Fren (Fast Reliable Menyenangkan Jaringan).
Mobile-8 meluncurkan layanan prabayar pada tanggal 8 Desember 2003 dan
layanan pascabayar nya pada tanggal 8 April 2004. Mobile-8 menawarkan
berbagai layanan nilai tambah dan program dengan menggunakan teknologi
CDMA 2000-1x yang menyediakan kejernihan suara yang lebih baik, lebih
58
rendah menjatuhkan panggilan dan lebih cepat mengakses data. Melalui jaringan
nasional sendiri yang CDMA 800 MHz, area cakupan Mobile-8 saat ini meluas ke
seluruh kota besar dan sebagian besar kota-kota sekunder serta beberapa daerah
pedesaan di Jawa dan Bali. Mobile-8 mentargetkan lebih dari 80% cakupan
nasional pada tahun 2010, dan akan mulai melakukan ekspansi ke Sumatera
(termasuk Medan, Lampung dan Palembang), Kalimantan (termasuk Banjarmasin,
Balikpapan, Palangkaraya, Pontianak dan Samarinda), Sulawesi dan di tempat lain
di Indonesia pada awal kuartal pertama tahun 2007. Selain itu, Mobile-8 juga
menyediakan layanan internasional, melalui mitra roaming internasional di 22
negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Jepang, Korea
Selatan, Cina, Taiwan, Singapura, Malaysia, Hong Kong, Iran, Bangladesh ,
Brasil, Mesir, India, Yordania, Kuwait, Macao, Mexico, Sri Lanka dan Thailand.
Pada tanggal 2 Mei 2006 Mobile-8 menjadi operator seluler CDMA pertama
di Indonesia untuk meluncurkan layanan internet berkecepatan tinggi 3G mobile
di Jakarta berdasarkan CDMA 2000-1x Evolution Data Optimized (EVDO)
platform yang dapat memberikan akses data kecepatan tinggi sebesar 2,4 Mbps.
Program ini meliputi pengenalan TV MOBI, yang memungkinkan semua
pelanggan Fren untuk menikmati berbagai-macam isi multimedia streaming
berbasis siaran langsung dari channel TV dan video on demand, didukung oleh
kelompok MNC, yang memiliki pengalaman puluhan tahun dalam memberikan
informasi dan hiburan berkualitas tinggi.
Untuk saat ini, Mobile-8 adalah perusahaan telekomunikasi keempat terbesar
dan operator CDMA-seluler nasional didasarkan pada spektrum 800 MHz pada
CDMA 2000 1X platform. Pada 30 Juni 2006 Mobile-8 telah memiliki sekitar 1,3
59
juta pelanggan yang terdiri 98,3% dari pelanggan prabayar dan 1,7% pelanggan
pasca bayar. Poin layanan Mobile-8 pelanggan telah siap dan tersedia untuk
membantu pelanggan yaitu diberikan melalui 18 perusahaan Points of Charging,
30 Mobile-8 pusat dan gerai penjualan, distributor independen dan outlet, Mobile8 sales force, bank jaringan ATM, serta Mobile- 8 Customer Care Line beroperasi
24 jam call centre yang dapat diakses oleh pelanggan melalui sebuah nomor bebas
pulsa 888 "dengan memiliki kemampuan empat bahasa" yaitu Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Korea dan Mandarin.
5. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan
penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and
Edutaiment) yang terbesar di Indonesia. Pengabdian TELKOM berawal pada 23
Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam
bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama
itu pula TELKOM telah mengalami berbagai transformasi. Transformasi terakhir
sekaligus yang disebut dengan NEW TELKOM Indonesia adalah transformasi
dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi sistem dan model operasi
dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi tersebut resmi diluncurkan
kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate Identity TELKOM
pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TELKOM yang ke 153.
TELKOM juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.
Sampai dengan 31 Desember 2008 jumlah pelanggan TELKOM tumbuh 37%
dari tahun sebelumnya sebanyak 68,6 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan
telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,6 juta, pelanggan telepon tidak bergerak
60
nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon
bergerak. Sejalan dengan lahirnya NEW TELKOM Indonesia, berbekal semangat
positioning baru Life Confident manajemen dan seluruh karyawan TELKOM
berupaya mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan
terbaik bagi pelanggan dan stakeholders. Sepanjang Tahun 2008, berbagai
penghargaan dan sertifikasi telah diterima oleh TELKOM, baik dari dalam
maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 9004:2000
untuk Divisi Enterprise Service dari TUV Rheinland International Indonesia;
Penghargaan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan Kecelakaan
Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI; The Best Corporate Image category dalam
ajang Most Admired Companies Awards ke 8 dari Frontier Consulting Group;
Juara Umum 2007 Annual Report Award dari Menteri Keuangan RI; Juara Umum
Anugerah Media Humas 2008 dari Bakorhumas CIO of The Year 2008 dalam
Hitachi Data System IT Inspiration Awards; dan Penghargaan CEO dan
Perusahaan Idaman dari Majalah Warta Ekonomi.
Saham TELKOM per 31 Desember 2008 dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock
Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham
TELKOM di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi
pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau
12,92 % dari kapitalisasi pasar BEI. Dengan pencapaian dan pengakuan yang
diperoleh TELKOM, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya
61
kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, TELKOM
menjadi model korporasi terbaik Indonesia.
4.3.Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.3.1. Harga Saham
Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga saham yang
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di bursa saham.
Semakin besar permintaan terhadap saham tersebut maka harga saham akan
semakin tinggi dan sebaliknya. Berdasarkan harga saham, investor dapat
menganalisis tentang profitabilitas dan kondisi perusahaan. Saham yang berasal
dari perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi biasanya lebih diminati
oleh para investor karena saham tersebut dipastikan memberikan deviden yang
cukup tinggi dan teratur setiap tahun.
No.
Tabel 4.2
Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 2007-2009
Dalam satuan Rp
2007
2008
2009
Nama perusahaan
Semester
Semester
Semester
I
II
I
II
I
II
Ratarata
1.
PT. Bakrie Telecom Tbk.
400
420
250
51
141
147
234,833
2.
PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk.
2075
2175
1925
950
1290
1930
1724,17
3.
PT Indosat Tbk
7700
8650
6100
5750
5450
4725
6395,83
4.
PT Mobile-8 Telecom
(Mobile-8)
285
260
74
50
59
50
129,667
7150
6900
8650
9450
8883,33
PT Telekomunikasi Indonesia,
11000 10150
Tbk. (TELKOM)
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Desember 2010
5.
Berdasarkan tabel 4.2 ada beberapa hal yang dapat diamati, diantaranya:
Perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham yang paling tinggi adalah PT
Telekomunikasi Indonesia dengan harga Rp.8883,33 per lembar sahamnya.
62
Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham paling rendah adalah
PT Mobile-8 Telecom dengan harga Rp.129,667 per lembar saham. Hal ini
dikarenakan PT TELKOM pada awalnya adalah satu-satunya perusahaan yang
menguasai telekomunikasi di Indonesia dan juga merupakan perusahaan
telekomunikasi pertama di Indonesia. Sehingga pangsa pasar yang dimiliki oleh
perusahaan ini adalah pangsa pasar yang terbesar dibandingkan dengan
perusahaan yang lain dan hal ini tentu saja akan berdampak terhadap profitabilitas
perusahaan. Dengan adanya kondisi dari PT TELKOM yang cukup menjanjikan
maka permintaan terhadap saham perusahaan ini terus meningkat dari tahun ke
tahun dan menjadi salah satu faktor tingginya harga per lembar saham dari PT
TELKOM.
Sedangkan PT Mobile 8 Telecom merupakan perusahaan telekomunikasi
yang masih cukup baru di Indonesia, karena hingga saat ini produk yang
diluncurkan hanyalah ponsel CDMA dan juga produk terbarunya Smart-Fren yang
merupakan gabungan dari ponsel CDMA dengan modem internet. Jenis produk
yang terbatas ini menjadikan salah satu faktor rendahnya permintaan pasar
terhadap saham perusahaan ini, karena pangsa pasar yang dimiliki perusahaan ini
secara otomatis akan terbatas pula. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa
harga saham perusahaan ini adalah yang paling rendah dibandingkan dengan
perusahaan telekomunikasi lainnya di Indonesia.
4.3.2. Return On Equity (ROE)
Return on equity yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah rasio yang
menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan
laba dengan menggunakan atau memanfaatkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai
63
rasio dari ROE maka menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk
memaksimalkan modal sendiri yang dimiliki adalah cukup baik, hal tersebut juga
menunjukkan seberapa besar profitabilitas yang dimiliki perusahaan terkait. Rasio
ini juga akan membantu para investor untuk menaksirkan berapa besar laba yang
akan diperoleh dari hasil dana yang diinvestasikan ke suatu perusahaan yang
dibayarkan dalam bentuk deviden.
Tabel 4.3
Return On Equity Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 2007-2009
Dalam satuan desimal
2007
2008
2009
Nama perusahaan
Semester
Semester
Semester
I
II
I
II
I
II
No.
Ratarata
1.
PT. Bakrie Telecom Tbk.
0,028
0,077
0,012
0,027
0,014
0,019
0,03
2.
PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk.
0,067
0,056
0,127
-0,003
0,140
0,218
0,101
3.
PT Indosat Tbk
0,055
0,123
0,143
0,108
0,058
0,081
0,095
4.
PT Mobile-8 Telecom
(Mobile-8)
0,027
0,028
0,059
-1,470
-0,590
-1,531
-0,58
0,207
0,309
0,177
0,248
0,259
PT Telekomunikasi Indonesia,
0,231 0,381
Tbk. (TELKOM)
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Desember 2010
5.
Berdasarkan Tabel 4.3, terdapat beberapa hal yang dapat diamati,
diantaranya:
Perusahaan yang memiliki rata-rata rasio tingkat pengembalian modal sendiri
dalam bentuk laba yang paling besar adalah PT TELKOM dengan nilai 0,259,
seperti halnya ulasan sebelumnya bahwa PT TELKOM adalah pemain pasar yang
pertama di pasar telekomunikasi di Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang
paling besar. Sehingga tidak mengherankan jika perusahaan ini memiliki kinerja
yang paling efektif dibandingkan perusahaan yang lain karena pengalaman yang
dimiliki.
64
Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata rasio tingkat pengembalian
modal sendiri dalam bentuk laba yang paling rendah adalah PT Mobile-8 Telecom
dengan nilai -0,58. PT Mobile-8 Telecom ini masih memfokuskan produknya
untuk produk CDMA, selain itu produk yang diluncurkan harus bersaing dengan
produk CDMA dari provider yang lain, hal ini menyebabkan PT Mobile-8 hanya
menguasai sedikit pangsa pasar dengan tingkat penjualan yang tidak terlalu besar.
4.3.3. Earning Per Share (EPS)
EPS yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah seberapa besar keuntungan
yang diperoleh para investor dari setiap lembar saham yang dibeli. Semakin besar
nilai EPS maka kemampuan per lembar saham tersebut untuk menghasilkan laba
semakin besar dan hal ini menjadi salah satu factor penting yang mempengaruhi
investor untuk membeli saham tertentu.
No.
Tabel 4.4
Earning Per Share Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 2007-2009
Dalam satuan Rp
2007
2008
2009
Nama perusahaan
Semester
Semester
Semester
I
II
I
II
I
II
1.
PT. Bakrie Telecom Tbk.
2.
Ratarata
4,51
7,61
4
4,8
5
5
4,627
PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk.
84
35,37
178
-2,13
199
188
129,374
3.
PT Indosat Tbk
311
375,79
226
345,7
371
356
316
4.
PT Mobile-8 Telecom
(Mobile-8)
4
2,49
-10
-52,82
-27
-18
-20,764
5.
PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. (TELKOM)
657
637,75
625
526,76
600
615
624,25
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Desember 2010
Berdasarkan tabel 4.4 ada beberapa hal yang dapat diamati diantaranya:
Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS yang paling besar adalah PT
TELKOM dengan nilai sebesar Rp.624,25. Hal ini menunjukkan bahwa saham
65
dari PT TELKOM memiliki nilai yang paling tinggi karena mampu memberikan
keuntungan yang paling besar kepada para investornya. Tidak mengherankan jika
semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham dari TELKOM.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS yang paling rendah
adalah PT Mobile-8 Telecom dengan nilai Rp.-20,764. Hal ini menunjukkan
bahwa hingga saat ini saham dari PT Mobile-8 belum dapat memberikan
kepuasan kepada para investornya, sehingga perusahaan harus bekerja lebih keras
lagi agar dapat memperoleh keuntungan atau laba yang lebih besar sehingga dapat
membagikan deviden sesuai dengan harapan para pemegang saham.
4.3.4. Price Earning Ratio (PER)
PER yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat apresiasi atau
tanggapan pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER
termasuk salah satu rasio penilaian investasi dimana sebagian besar peneliti
mengatakan bahwa rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling lengkap
dalam melihat pengembalian dan resiko yang akan dihadapi suatu perusahaan.
Semakin tinggi nilai PER menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mendapat
sambutan yang baik dari pasar atau memiliki tingkat permintaan yang besar.
No.
Tabel 4.5
Price Earning Ratio Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 2007-2009
Dalam satuan desimal
2007
2008
2009
Nama perusahaan
Semester
Semester
Semester
I
II
I
II
I
II
Ratarata
1.
PT. Bakrie Telecom Tbk.
88,61
52,62
57,1
10,62
27,59
32,26
57,767
2.
PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk.
24,72
61,49
10,81
-445,79
6,47
10,25
-100,948
3.
PT Indosat Tbk
24,75
24,39
27
16,63
14,7
13,28
22,15
4.
PT Mobile-8 Telecom
(Mobile-8)
65,01
104,5
-7,5
-0,95
-2,21
-2,82
10,306
66
5.
PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. (TELKOM)
16,74
15,63
11,44
14,05
14,43
15,36
14,2033
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Desember 2010
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diamati beberapa kondisi diantaranya:
Perusahaan yang memiliki rata-rata nilai PER paling tinggi adalah PT Bakrie
Telecom dengan nilai sebesar Rp.57,767. Walaupun dilihat dari nilai ROE
perusahaan ini memiliki nilai yang rendah namun pasar masih menaruh harapan
yang cukup besar terhadap perusahaan ini karena para investor tersebut meyakini
bahwa perusahaan ini akan mendapatkan keuntungan potensial di masa yang akan
datang. Salah satu harapan terbesar para investor adalah terletak pada salah satu
produk Bakrie Telecom yaitu ESIA, yang diproyeksikan mampu menyaingi
penggunaan pesawat telepon kabel yang sampai saat ini masih dimonopoli oleh
PT Telekomunikasi Indonesia. Di sebagian daerah, persaingan antara provider
ESIA dengan pesawat telepon kabel begitu tinggi, banyak pengguna pesawat
telepon kabel di rumah beralih menggunakan produk ESIA, karena lebih nyaman
dan murah.
Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata nilai PER paling rendah
adalah PT Excelcomindo Pratama dengan nilai Rp.-100,948. Hal ini menunjukkan
apresiasi dari pasar terhadap saham perusahaan ini kurang begitu baik. Salah satu
faktor yang menyebabkan apresiasi dari para investor cenderung negatif terhadap
perusahaan ini adalah karena saham mayoritas di dalam perusahaan ini masih
dikuasai oleh TM International Berhad melalui Indocel Holding Sdn Bhd (83,8
%) dan Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat
International Indonesia Ltd (16,0%). Sehingga para investor baru hanya akan
mendapatkan common stock bukan perrefed stock dan hal ini menyebabkan
67
sebagian investor yang ada di bursa saham lebih tertarik untuk membeli saham
dari perusahaan telekomunikasi yang lain.
4.3.5. Book Value (BV)
Book Value (BV) yang dimaksud di dalam penelitian ini menunjukkan nilai
aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya. Nilai buku per
lembar saham (book value pershare) dapat mencerminkan berapa besar jaminan
yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham
(emiten) dilikuidasi.
No.
Tabel 4.6
Book Value Perusahaan-Perusahaan Sampel Periode 2007-2009
Dalam satuan Rp
2007
2008
2009
Nama perusahaan
Semester
Semester
Semester
I
II
I
II
I
II
Ratarata
1.
PT. Bakrie Telecom Tbk.
81
98,94
178
178,43
177
180
154
2.
PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk.
636
629,73
699
607,6
707
648
672,5
3.
PT Indosat Tbk
2824
3044.71
3158
3203,87
3215
3296
3123,25
4.
PT Mobile-8 Telecom
(Mobile-8)
81
88,76
84
35,94
23
9
49,25
5.
PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. (TELKOM)
1425
1674,04
1507
1702,09
1692
1860
1621
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Desember 2010
Berdasarkan Tabel 4.6 maka ada beberapa hal yang dapat diamati,
diantaranya:
Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BV paling tinggi adalah PT Indosat
dengan nilai sebesar Rp.3.123.25. Hal ini disebabkan pertumbuhan dari PT
Indosat terus menunjukkan nilai yang positif. Secara periodik perusahaan ini
meluncurkan produk terbaru dan tawaran terbaru. Bahkan saat ini perusahaan juga
68
membuat suatu komunitas para pengguna produk Indosat yang disebut Indosat
community untuk menjaga loyalitas pelanggannya.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BV paling rendah adalah
PT Mobile-8 Telecom dengan nilai Rp.49,25. Hal ini menunjukkan bahwa
jaminan atas investasi yang diberikan perusahaan lebih rendah dibandingkan
perusahaan yang lain, sehingga para investor akan kurang mempercayai apakah
saham yang mereka investasikan akan memberikan keuntungan.
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan akan benar-benar menunjukkan hubungan yang
signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Best linier Unbiased Estimator),
jika model regresi tersebut telah memenuhi persyaratan asumsi klasik, antara lain:
a. Data berdistribusi normal. Artinya, data dalam variabel (baik dependent
maupun independent) yang akan digunakan dalam penelitian harus
berdistribusi normal.
b. Non-Multikolinieritas. Artinya, tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian.
c. Non-Heteroskedastisitas. Artinya, varians residual dari satu pengamatan
satu ke pengamatan yang lain tetap, atau sering disebut dengan
homoskedastisitas
d. Non-Autokorelasi. Artinya, tidak ada korelasi antara variabel pengganggu
pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.
Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji regresi
linier berganda sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi
69
klasik menggunakan kotak kerja yang sama dengan uji regresi linier berganda.
Berikut hasil dari pengujian asumsi klasik.
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan
model-model statistik parametrik. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan normal probability
plot. Hasil dari uji normalitas (gambar 4.1) adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: harga_saham
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data Sekunder, diolah Januari 2011
Dari tampilan grafik Normal P-P Plot of Regression di atas, sebaran data
(titik-titik) dapat dikatakan berada di sekitar garis diagonal serta mengikuti arah
garis diagonal, sehingga bisa disimpulkan bahwa asumsi Normalitas bisa
70
dipenuhi, artinya data dari semua variabel dalam penelitian ini adalah
berdistribusi normal.
Metode lain yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan uji
Kolomogorov Smirnov. Apabila nilai signifikansi lebih tinggi daripada nilai 0,05
(5%), maka Ho diterima, dengan demikian data menyebar normal dan sebaliknya
apabila nilai signifikansi lebih rendah daripada nilai 0,05 (5%) maka Ho ditolak
atau data tidak menyebar normal. Apabila nilai signifikansi dari hasil uji
Kolmogorov-Smirnov > 0.05 (5%), maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
30
0.790
0.561
Sumber: Data Sekunder, diolah Januari 2011.
Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov di atas dapat disimpulkan bahwa data
menyebar normal karena memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05.
4.4.2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian. Model regresi linier yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebasnya (non-multikolinieritas). Setelah dilakukan pengujian
multikolinieritas, diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam bentuk tabel 4.9
berikut ini:
71
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas
Varibel
ROE
EPS
PER
BV
Nilai
VIF
1,305
2,105
1,008
1,866
Nilai
Tolerance
0,767
0,475
0,992
0,536
Keterangan
Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel penjelas
Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel penjelas
Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel penjelas
Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel penjelas
Sumber: Data Sekunder, diolah Januari 2011.
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan nilai Tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang
nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai ketidaksamaan varians pada
semua pengamatan. Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah
dalam model regresi linier terjadi perbedaan varians dari residual pengamatan satu
ke pengamatan yang lain. Jika varians residual pengamatan satu ke pengamatan
lain adalah tetap (sama) maka tidak terjadi terjadi heteroskedastisitas atau disebut
dengan homoskedastisitas. Sebaliknya, jika varians residualnya berbeda maka
telah terjadi heteroskedastisitas.
Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika titik-titik pada grafik
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, atau
menyempit) maka mengindikasikan telah terjadinya heteroskedastisitas. Akan
72
tetapi, jika titik-titik memiliki pola yang tidak teratur atau titik-titik tersebut
menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka hal ini
mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: harga_saham
Regression Standardized Predicted
Value
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Studentized Residual
Sumber: Data Sekunder, diolah Januari 2011
Gambar 4.2 di atas merupakan hasil uji heteroskedastisitas, dimana hasil
tersebut menggambarkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu. Selain itu titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari pengamatan tersebut diperoleh suatu
kesimpulan bahwa model regresi linier pada penelitian kali ini tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas, sehingga syarat non-multikolinieritas telah terpenuhi.
Heteroskedastisitas dapat juga diuji dengan menggunakan Uji Spearman’s rho
yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual analisis regresi dengan nilai
variabel bebas regresi. Apabila koefisien regresi antara nilai absolut residual
dengan nilai variabel bebas regresi signifikan yaitu lebih kecil dari 0,05 (5%),
73
maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya
berarti non-heteroskedastisitas atau homoskedastisitas. Dari hasil pengujian
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.051 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.4.4. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
periode sebelumnya. Autokorelasi sering terjadi pada data time series, tetapi untuk
data yang sampelnya crossection jarang terjadi autokorelasi karena variabel
pengganggu yang satu dengan yang lain berbeda. Regresi yang terdeteksi
autokorelasi dapat berakibat pada biasnya interval kepercayaan dan ketidaktepatan
pada uji F dan uji t.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji = 5%. Apabila D-WDurbinWatson (D-W), dengan tingkat kepercayaan terletak antara -2 sampai +2 maka
tidak ada autokorelasi. Nilai D-W di dalam penelitian ini adalah sebesar 1.445
sehingga penelitian ini tidak ada autokorelasi.
4.5. Koefisien Determinasi (R2)
Pada uji regresi sederhana dan regresi berganda, R Square digunakan sebagai
koefisien determinasi. Sedangkan untuk regresi berganda (lebih dari dua variabel
bebas), digunakan Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi.
Besarnya koefisien determinasi dari hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
model summary, dimana nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,914. Hal ini
menunjukkan bahwa 91,4% variasi harga saham dapat dijelaskan oleh kelima
74
variabel bebas, yaitu; ROE, EPS, PER, dan BV. Sedangkan sisanya (100% 91.4% = 8.6%) variasi harga saham dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
4.6. Model Persamaan Regresi
Analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi besarnya hubungan
antara variabel terikat Harga Saham (Y) dengan variabel bebas. Adapun variabel
yang diteliti adalah ROE (X1), EPS (X2), PER (X3), dan BV (X4) sebagai
variabel bebas dan Harga Saham (Y) sebagai variabel terikat. Hasil uji regresi
berganda ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini:
Variabel
(Constant)
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Standardized
t hitung
Sig. t
Coefficients (B)
Coefficients (B)
104.684
0.343
0.734
Keterangan
ROE (X1)
-250.357
-0.029
-0.469
0.643
Tidak signifikan
EPS (X2)
PER (X3)
BV (X4)
R
R Square
F hitung
F tabel
Sign. F
12.409
-0.169
0.691
0.815
-0.004
0.218
10.330
-.075
2.928
= 0.962
= 0.926
= 78.215
= 2.758
= 0.000*
= 0.05
0.000
0.941
0.007
signifikan
Tidak signifikan
signifikan

Sumber : Data Sekunder, diolah Januari 2011
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas, maka diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 104,684 – 250,357 X1 + 12,409 X2 – 0,169 X3 + 0,691 X4
Dari model persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) bo = 104,684
Nilai ini menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat ROE, EPS, PER, dan BV
(dimana X1, X2, X3, dan X4 = 0), maka dalam model persamaan ini harga
saham adalah sebesar Rp.104,684. Dalam arti kata harga saham akan sebesar
75
Rp.104,684 sebelum atau tanpa adanya variabel ROE, EPS, PER, dan BV
(dimana harga X1, X2, X3, dan X4 = 0).
b) b1 = -250,357
Nilai koefisien dari ROE yaitu sebesar -250,357. Artinya, jika variabel ROE
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan nilai, maka harga saham akan turun
sebesar Rp 250,357, dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X2, X3,
dan X4 = 0) atau Cateris Paribus.
c) b2 = 12,409
Nilai koefisien dari variabel EPS yaitu sebesar 12,409. Karena nilai koefisien
tersebut bertanda positif (+) maka variabel EPS mempunyai hubungan yang
searah dengan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel EPS
meningkat sebesar Rp.1, maka harga saham akan meningkat sebesar
Rp.12,409, dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X1, X3, dan X4 = 0)
atau Cateris Paribus.
d) b3 = -0,169
Nilai koefisien dari variabel PER yaitu sebesar -0,169. Hal ini berarti dalam
keadaan ceteris paribus (semua variabel bebas lainnya tetap), nilai parameter
atau koefisien regresi b3 ini menunjukkan setiap variabel PER meningkat
sebesar 1 satuan nilai, maka harga saham akan turun sebesar Rp.0,169.
e) b4 = 0,691
Nilai parameter atau koefisien regresi b4 yaitu sebesar 0,691. BV memiliki
hubungan positif dengan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
variabel BV meningkat sebesar Rp.1, maka harga saham akan meningkat
76
sebesar Rp.0,691, dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap (X1, X2, dan
X3 = 0) atau Cateris Paribus.
4.7. Hasil Pengujian Hipotesis
4.7.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis 1 adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Hasil analisis ini dapat diperoleh
dengan melihat tingkat signifikansi dan F hitung dibandingkan dengan F tabel.
Hasil analisis uji simultan dari penelitian ini adalah besarnya Sig = 0,000 dan
besarnya F hitung = 78,215 . Sedangkan F tabel = 2,758 (yang diperoleh F tabel
dengan jumlah data 30). Oleh karena itu dengan tingkat signifikansi 0,000 dan F
hitung > F tabel (78,215 > 2,758), maka data dalam penelitian ini signifikan dan
variabel bebas berpengaruh secara simultan kepada variabel terikat.
4.7.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua (Uji t)
Uji hipotesis 2 adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Hasil analisis ini dapat diperoleh
dengan melihat nilai uji t.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Parsial (Uji t)
Variabel bebas
Uji t
ROE (X1)
-0.469
EPS (X2)
10.330
PER (X3)
-.075
BV (X4)
2.928
Variabel terikat : harga saham
Sumber : Data Sekunder , diolah Januari 2011
77
Berdasarkan tabel 4.10, untuk mengetahui pengaruh secara parsial maka t
hitung harus dibandingkan dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka variabel
tersebut berpengaruh secara parsial. t tabel dalam penelitian ini adalah sebesar
2,045. Sehingga berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa diantara 4
variabel bebas yang memiliki pengaruh secara parsial adalah EPS dan BV. Hal ini
disebabkan nilai koefisien variabel tersebut lebih besar dari 2,045.
4.7.3 Hasil Uji Hipotesis Ketiga (Variabel Bebas yang Dominan)
Uji hipotesis 3 adalah untuk mengetahui variabel bebas yang memiliki
pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat. Berdasarkan persamaan
regresi diatas maka variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan
adalah variabel EPS dengan tingkat koefisien 0,815.
4.8. Pembahasan dan Implikasi Hasil Penelitian
Beberapa hal yang harus dipahami oleh seorang pembuat keputusan dalam
menentukan harga saham perusahaan antara lain:
1. Variabel ROE (X1)
Dari sudut pandang calon investor, indikator yang paling banyak dipakai
adalah return on equity (ROE) yang menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. ROE
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, Semakin tinggi nilai ROE
menunjukkan semakin tinggi laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Namun berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
variabel ROE tidak signifikan terhadap harga saham dan pengaruhnya berbanding
terbalik dengan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa pada industri
78
telekomunikasi rasio ini tidak diperhatikan secara baik oleh investor. Para investor
tidak akan terlalu terpengaruh oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba jika dibandingkan dari besarnya modal yang diberikan oleh investor. Laba
yang meningkat karena peningkatan ekuitas pemegang saham justru membuat
investor pesimis, karena besarnya laba sangat bergantung pada modal yang
mereka investasikan.
2. Variabel EPS (X2)
Pada prinsipnya para investor akan mau menanamkan modalnya apabila
tingkat return yang dicapai sesuai yang diharapkan. EPS yang diharapkan oleh
para investor adalah EPS yang semakin tinggi, semakin tinggi EPS yang diterima
maka harga saham akan meningkat. Bagi perusahaan-perusahaan hendaknya
meningkatkan EPS nya agar saham-saham dari perusahaan tersebut menjadi
prioritas investor dalam membeli sahamnya sehingga harga saham perusahan
tersebut dapat meningkat.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel
EPS pengaruhnya sebanding dan dominan dengan harga saham. EPS menjadi
pertimbangan para investor karena mereka menginginkan agar setiap dana yang
diinvestasikan memperoleh hasil yang maksimal. Tingkat deviden yang dibagikan
kepada para pemegang saham merupakan salah satu faktor utama dalam menarik
minat investor. Hal lain yang bisa dilihat dari nilai EPS adalah besarnya laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dengan laba yang semakin besar, maka akan menarik
investor untuk berinvestasi lebih besar lagi dan selanjutnya akan meningkatkan
harga saham.
3. Variabel PER (X3)
79
PER merupakan salah satu indikator yang banyak digunakan dalam menilai
harga saham. Semakin tinggi rasio PER menunjukkan bahwa investor
mengharapkan pertumbuhan dividen yang tinggi, saham memiliki risiko yang
rendah dan investor puas dengan pendapatan yang tinggi. Price Earning Ratio
menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. PER merupakan indikasi penilaian pasar modal terhadap
keuntungan potensial perusahaan di masa yang dating.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel
PER pengaruhnya tidak signifikan dan berbanding terbalik dengan harga saham.
Yang perlu diperhatikan dari variabel PER adalah rasio ini memberikan gambaran
seberapa besar keuntungan yang bisa diperoleh oleh investor dari setiap rupiah
yang dikeluarkan untuk per lembar saham. Para investor tentunya menginginkan
keuntungan yang maksimal dengan modal yang rendah. Semakin tinggi nilai PER
dapat mengindikasikan bahwa laba per lembar saham yang diterima oleh investor
semakin kecil, dengan asumsi harga saham tetap. Maka yang diinginkan oleh
investor adalah penurunan dari nilai PER, sehingga investor kemudian akan
tertarik untuk membeli saham. Para calon investor cenderung melihat variabel
yang lain dalam memutuskan untuk membeli saham tertentu.
4. Variabel BV (X4)
Nilai Buku (Book Value) adalah merupakan angka yang menunjukkan
perbandingan antara membagi total ekuitas dengan jumlah total saham biasa yang
beredar. Nilai buku perlembar saham (BV) menunjukkan nilai aktiva bersih per
lembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya. nilai buku per lembar saham
(book value pershare) dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan
80
diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten)
dilikuidasi.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel BV
pengaruhnya sebanding dengan harga saham. BV menjadi acuan para investor
mengenai seberapa besar rupiah yang bisa didapatkan sebagai jaminan atas saham
yang mereka investasikan jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Semakin tinggi
nilai bukunya maka rupiah yang bisa didapatkan oleh investor jika perusahaan
dilikuidasi akan semakin besar. Hal ini menjadi pertimbangan para investor
karena mereka menginginkan agar setiap dana yang diinvestasikan mendapatkan
jaminan maksimum dari perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang listing di BEI ,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel ROE, EPS, PER, dan BV terhadap harga saham adalah
berpengaruh secara simultan dan signifikan. Hal ini berdasarkan dari hasil
uji F yang dilakukan kepada variabel tersebut.
2. Diantara variabel ROE, EPS, PER, dan BV, yang memiliki pengaruh secara
parsial dan signifikan terhadap harga saham adalah EPS dan BV. Hal ini
berdasarkan dari hasil uji t yang dilakukan kepada variabel tersebut.
3. Diantara variabel ROE, EPS, PER, dan BV yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap harga saham adalah variabel EPS. Hal ini dikemukakan
berdasarkan hasil dari persamaan regresi linear berganda dimana nilai
pengaruh variabel EPS bertanda positif dan bernilai paling besar
dibandingkan variabel yang lain.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan peneliti berkenaan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menurut hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel
EPS mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham. Oleh karena
80
81
itu dalam rangka melakukan peningkatan dan menjaga tingkat EPS,
perusahaan harus lebih memperhatikan kualitas produk dan layanan yang
diberikan kepada konsumen, sehingga penjualan tetap stabil bahkan
mengalami peningkatan. Diharapkan pada masa yang akan datang dapat
meningkatkan jumlah investor asing dan perusahaan-perusahaan ini
tumbuh menjadi perusahaan telekomunikasi berskala internasional.
2. Perusahaan harus lebih berkomitmen untuk melakukan perbaikan dalam
semua tahapan/proses perusahaan di semua lini untuk menjaga kestabilan
perusahaan agar tercipta hasil yang menguntungkan semua pihak.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna
maka untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang sama
hendaknya perlu memperhatikan faktor-faktor lain dan kajian empiris yang
lebih variatif sehingga mendukung penemuan faktor yang berbeda dan
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 2008, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, BPFE,
Yogyakarta.
Anto Dajan, 1994, Pengantar Metode StatistikJilid II, LP3S, Jakarta.
Block, Stanley B. Hirt, Geoffrey A, 1993, Foundation of Financial
Management, Irwin Publisher, Homewood
Brealey, Richard & Myers, Stewart, 2001, Prinsip-prinsip Keuangan
Perusahaan, Erlangga, Jakarta
Brief, Richard P. and Zarowin, P., 2006, The value relevance of dividends, book
value and earnings, New York University, New York.
Budi Rahardjo, 2005, Laporan Keuangan Perusahaan; Membaca, Memahami,
dan Menganalisis, Cetakan Kedua, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Deanto, 2003, Aplikasi Excel dalam Perencanaan, Pengendalian, dan Analisa
Kinerja Keuangan Bisnis, Elex Media Komputindo, Jakarta
Erina Kharisma, dan Ghozali Maski, 2003, Analisis Pengaruh Variabel
Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham (Studi di Bursa Efek
Surabaya), Jurnal, Lintas Ekonomi Volume XX, Nomor 2, Juli.
Fabozzi, Frank J. 1999, Manajemen Investasi. Buku Satu, Salemba Empat,
Jakarta.
Gitman, Lawrence J. 2006. Principle of Managerial Finance. Eleventh Edition.
Boston: Pearson Addison-Wesley.
Helfert, Erich A, 1997, Teknik Analisis Keuangan, Edisi Kedelapan, Erlangga
Jakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pujuastuti, 2009, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis:
untuk Akutansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
Indriyo G., Basri, 1995, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
82
83
J.Keown, Arthur, et all, 2000, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua,
Diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini, Salemba
Empat, Jakarta.
Jaya, Wahana Kirana, & Heri Setiarsono, 1993, Manajemen Keuangan, Metode
Penilaian Investasi, BPFE, Yogyakarta
Joko Santoso, 2003, Analisis Beberapa Variabel Fundamental yang
Berpengaruh Terhadap Harga Saham, Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya. Malang.
Jones, Charles.P, 2000, INVESTMENT: Analysis And Management 7th Edition,
John Wiley & Sons, Inc, New York.
Moh. Nazir Ph. D., 2003, Metode Penelitian, Graha Indonesia, Jakarta
Ronny Kountur, 2005, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,
Penerbit PPM, Jakarta.
S. Munawir, 2010, Analisa Laporan Keuangan, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Singarimbun, Masri dan Soffian Effendi, 2006, Metodologi Penelitian Survai,
Edisi Revisi, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta.
Singgih Santoso, 2005, Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12,
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2009, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan
Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sri Hendaru Yuliati, 2005, Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi, Andi
Offset, Yogyakarta.
Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Sundjaja, Ridwan S, & Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan Satu, Literata
Lintas Media, Jakarta
Tandelilin, Eduardus. 2002. The Impact of Financial Crisis on Stock’s Behavior:
Evidence from Jakarta Stock Exchange. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol 17 No.4: 361-371.
Terry S, Maness., 1998, Introduction to Corporete Finance, Mc-Graw Hill, New
York
Tjiptono Darmadji, dan Hendy M Fakhrudin, 2008, Pasar Modal Di Indonesia,
Pendekatan Tanya jawab, Salemba Empat, Jakarta.
84
Van Horne, James. C, Machowicz, John. M., 1997, Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan, Buku Dua, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan: Disertai dengan Beberapa
Contoh Artikel Konseptual, Bayumedia, Malang.
Weston, J Fred, & Thomas E. Copeland, 2010, Managerial Finance 9th ed.,
Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan Jilid I, Penerjemah A. Jaka
Wasana MSM & Kibrandoko MSM, 1995, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
Weston, J Fred, & Thomas E. Copeland, 2010, Managerial Finance 9th ed.,
Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan Jilid II, Penerjemah A. Jaka
Wasana MSM & Kibrandoko MSM, 1995, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
(http//www.idx.co.id/)
(http://id.wikipedia.org)
(http://www.bakrietelecom.com)
(http://www.xl.co.id)
(http://www.indosat.com)
(http://www.Mobile-8.com)
(http://www.telkom.co.id)
Kode
Tahun Semester
prshn
2007
BTEL
2008
2009
2007
EXCL
2008
2009
2007
ISAT
2008
2009
2007
FREN
2008
2009
2007
TLKM
2008
2009
Total aktiva
Total ekuitas
Laba bersih
Jml shm
beredar
Hrg
Shm
ROE
EPS
PER
BV
I
2,356E+12
1,538E+12
43000000000
22056817511
400
0,027958388
4,51
88,61
81
II
4,66416E+12
1,87521E+12
1,44269E+11
29578000000
420
0,076934891
7.61
52.62
98.94
I
7,98E+12
5,071E+12
62000000000
11111014014
250
0,012226385
4
57,1
178
II
8,54597E+12
5,08205E+12
1,36813E+11
25642000000
51
0,026920819
4.8
10.62
178.43
I
1,0565E+13
5,052E+12
73000000000
88056006639
141
0,014449723
5
27,59
177
II
1,12422E+13
5,12533E+12
97330000000
1,07161E+11
147
0,018989993
5
32.26
180
I
1,5843E+13
4,512E+12
2,98E+11
1687828800
2075
0,066046099
84
24,72
636
II
1,88273E+13
4,46481E+12
2,5078E+11
2831000000
2175
0,056168174
35.37
61.49
629.73
I
2,3033E+13
4,954E+12
6,31E+11
1222658140
1925
0,127371821
178
10,81
699
II
2,89117E+13
4,3079E+12
-15109000000
1224000000
950
-0,00350728
-2,13
-445,79
607.6
I
2,9123E+13
5,014E+12
7,06E+11
1304500
1290
0,140805744
199
6,47
707
II
2,8887E+13
5,509E+12
1,202E+12
3897000
1930
0,218188419
188
10.25
648
I
3,9726E+13
1,5343E+13
8,45E+11
1842641473
7700
0,055073975
311
24,75
2824
II
4,53051E+13
1,65447E+13
2,04204E+12
2492000000
8650
0,123425586
375.79
24.39
3044.71
I
4,6459E+13
4,269E+12
6,14E+11
2631738218
6100
0,143827594
226
27
3158
II
5,16933E+13
1,74096E+13
1,87852E+12
3334000000
5750
0,107901372
345.7
16.63
3203.87
I
5,4319E+13
1,747E+13
1,007E+12
4535548597
5450
0,057641671
371
14,7
3215
II
5,48174E+13
1,7911E+13
1,44991E+12
4730776136
4725
0,080950854
356
13.28
3296
I
3,264E+12
1,635E+12
44000000000
14794583297
285
0,026911315
4
65,01
81
II
4,53674E+12
1,79619E+12
50345000000
16011000000
260
0,028028834
2.49
104.5
88.76
I
4,758E+12
1,696E+12
1E+11
12892695375
74
0,058962264
-10
-7,5
84
II
4,79789E+12
7,27318E+11
-1,06887E+12
14406000000
50
-1,469602017
-52,82
-0,95
35.94
I
4,71E+12
4,58E+11
-2,7E+11
22756906700
59
-0,589519651
-27
-2,21
23
II
5,22749E+12
2,87368E+11
-4,3995E+11
33767014141
50
-1,530963782
-18
-2,82
9
I
8,0017E+13
2,8737E+13
6,625E+12
4926755049
11000
0,230539026
657
16,74
1425
II
8,20588E+13
3,37486E+13
1,2857E+13
7215000000
10150
0,380964722
637.75
15.63
1674.04
I
8,5836E+13
3,0386E+13
6,298E+12
5833570778
7150
0,207266504
625
11,44
1507
II
9,12563E+13
3,43141E+13
1,06195E+13
7768000000
6900
0,309478581
526.76
14.05
1702.09
I
9,4171E+13
3,4111E+13
6,044E+12
4304705341
8650
0,177186245
600
14,43
1692
II
9,52159E+13
3,75067E+13
9,30046E+12
5523327089
9450
0,247968228
615
15.36
1860
ANALISIS REGRESI DAN ASUMSI KLASIK
ANALISIS REGRESI
Regression
Model Summaryb
Model
1
R
.962a
R Square
.926
Adjusted
R Square
.914
Std. Error of
the Estimate
1089.39203
DurbinWatson
1.445
a. Predictors: (Constant), BV, PER, ROE, EPS
b. Dependent Variable: harga_saham
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
3.7E+008
29669375
4.0E+008
df
4
25
29
a. Predictors: (Constant), BV, PER, ROE, EPS
b. Dependent Variable: harga_saham
Mean Square
92823234.14
1186774.992
F
78.215
Sig.
.000a
Coefficients
Model
1
(Constant)
ROE
EPS
PER
BV
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
104.684
305.139
Standardized
Coefficients
Beta
a
t
.343
Sig.
.734
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
-250.357
12.409
-.169
533.736
1.201
2.255
-.029
.815
-.004
-.469
10.330
-.075
.643
.000
.941
.767
.475
.992
1.305
2.105
1.008
.691
.236
.218
2.928
.007
.536
1.866
a. Dependent Variable: harga_saham
1. UJI ASUMSI NORMALITAS
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Unstandardiz
ed Residual
30
.0000000
887.13516964
.120
.120
-.103
.658
.779
Histogram
Dependent Variable: harga_saham
10
Frequency
8
6
4
2
Mean =7.29E-17
Std. Dev. =0.928
N =30
0
-2
-1
0
1
Regression Standardized Residual
2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: harga_saham
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
2. ASUMSI MULTKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
104.684
305.139
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.343
Sig.
.734
533.736
1.201
2.255
-.029
.815
-.004
-.469
10.330
-.075
.643
.000
.941
.767
.475
.992
1.305
2.105
1.008
.691
.236
a. Dependent Variable: harga_saham
.218
2.928
.007
.536
1.866
(Constant)
ROE
EPS
PER
BV
-250.357
12.409
-.169
t
3. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Scatterplot
Dependent Variable: harga_saham
Regression Standardized Predicted
Value
2
1
0
-1
-3
-2
-1
0
Regression Studentized Residual
Regression
1
2
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2788284
3354894
6143179
df
5
24
29
Mean Square
557656.845
139787.269
F
3.989
Sig.
.059a
a. Predictors: (Constant), PBV, BV, PER, ROE, EPS
b. Dependent Variable: abs_res
4. UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model
1
R
.962a
R Square
.926
Adjusted
R Square
.914
Std. Error of
the Estimate
1089.39203
a. Predictors: (Constant), BV, PER, ROE, EPS
b. Dependent Variable: harga_saham
DurbinWatson
1.445
Download