NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH

advertisement
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA
PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
RIZALATUL UMAMI
11108061
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA
PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
RIZALATUL UMAMI
11108061
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI PGMI
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721
Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA
PADA MASYARAKAT NYATNYONO
Oleh:
Rizalatul Umami
NIM: 11108061
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Tarbiyah Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 01 September 2012 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.).
Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Nafis Irkhami, M.Ag. M.A
Penguji I
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Penguji II
: Drs. Bahroni, M. Pd
Penguji III
: Drs. Djuz’an, M.Hum
Salatiga,01 September 2012
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
NIP. 19580827 198303 1002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Rizalatul Umami
NIM
: 11108061
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 8 Agustus 2012
Yang menyatakan,
Rizalatul Umami
NIM. 11108061
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Drs. Djus’an, M. Hum.
Dosen Stain Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp.
: 4 Eksemplar
Hal
: Naskah Skripsi
Saudari
: Rizalatul Umami
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama
: Rizalatul Umami
Nim
: 111 08 061
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul
: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa
Pada Masyarakat Nyatnyono
Dengan ini kami memohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 Agustus 2012
Pembimbing
Drs.Djuz’an.M.Hum.
NIP. 19611024 1989031 002
MOTTO
Menangislah karena kekurangan ilmu dan berbahagialah
karena membagikan ilmu.
PERSEMBAHAN
Teruntuk ayah dan bundaku, Widayat dan Nur Aliyah
juga untuk adikku Saiful Hidayat yang selalu
menyemangatiku
kasih sayang dan senyum kalian yang senantiasa
menyisakan syukur.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat
Nyatnyono. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui
seberapa jauh penghayatan agama dan pendidikan perilaku pada masyarakat desa
Nyatnyono. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Bapak Widayat dan bundaku Nur Aliyah tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
2.
Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr.
Imam Sutomo, M.Ag.
3.
Dosen Pembimbing Bapak Drs.Djuz’an.M.Hum. atas bimbingan, arahan, dan
motivasi yang diberikan.
4.
Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
5.
Bapak Fahrodin selaku kepala desa Nyatnyono yang telah memberikan ijin
penelitian bagi penulis.
6.
Adikku tersayang Saiful Hidayat dan keluargaku yang telah memberikan
bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7.
Untuk Pipih Aim, Maz Luk, dan ponak’anku Ali, Afif, Maz Duwiex, Maz
Zaqi, Mba Pendhel yang selalu menemaniku.
8.
Temen-temenku mba iza, kiki luke, janah, nur, zaida, imanuel, zee, om ocex,
aa painu, oziex yang selalu memebri motivasi, semangat aku.
9.
Keluarga besar PAI B 2008 seperjuangan.
10. Temen-temen hen’s kos Mba syum, Mba sania, Mba nana, ukhiya, iim, ratna,
ambar dan yuni, silvi yang selalu memberiku motivasi.
11. Masyarakat Nyatnyono atas bantuan dan pengalaman yang diberikan.
12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 04 Agustus 2012
Penulis
ABSTRAK
Umami, Rizalatul. 2012 “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah
Desa Pada Masyarakat Nyatnyono”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Drs.Djuz’an.M.Hum.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada
Masyarakat Nyatnyono
Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan seberapa jauh makna yang
terkandung dalam proses peran tersebut dalam hal penghayatan agama dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Nyatnyono.
Diambilnya permasalahan ini berdasarkan pertimbangan, bahwa saat ini semakin
surut dan tenggelamnya tradisi-tradisi lokal yang banyak mengadung nilai-nilai
pendidikan Islam akibat tradisi-tradisi modern yang serba instant. Untuk itulah,
mutlak dibutuhkan usaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut
yang ada di desa Nyatnyono dan memberdayakan nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang dilakukan oleh masyarakat
Nyatnyono, setidaknya merupakan salah satu wujud upaya untuk menjaga dan
melestarikan tradisi lokal tersebut, yang di dalamnya menggambarkan bahwa
pendidikan, khususnya pendidikan Islam tidak mutlak diperoleh melalui lembaga
formal saja.Dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan
tradisi sedekah desa?, 2.Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah desa di
desa Nyatnyono?, 3.Nilai-nilai pendidikan islam apa saja yang terkandung dalam
tradisi sedekah desa?. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang mengembangkan model fenomenologis.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi,
interview/wawancara, dan dokumentasi.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat
Nyatnyono melalui tradisi sedekah desa ternyata mampu menjadi salah satu
solusi alternatif bagi pengembangan dan peningkatan pendidikan islam terutama
dalam hal akhlak anak-anak dan remaja yang nantinya akan sebagai generasi
penerus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan baik dari
masyarakat Nyatnyono dari ritual upacara tradisi sedekah desa ini ditemukan,
ternyata masyarakat menyambut positif tentang tradisi tersebut masyarakat
setempat maupun dari masyarakat lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
ii
PENGESAHAN.............................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN..........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian......................................................................
5
E. Penegasan Istilah ........................................................................
6
F. Metode Penelitian ....................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 17
A. Sedekah Desa ............................................................................. 17
1. Pengertian Sedekah Desa ................................................ 17
2. Sejarah Sedekah Desa ..................................................... 18
3. Perwujudan Kebudayaan ................................................. 20
4. Substansi (isi) Utama Kebudayaan..................................
21
B. Pendidikan Islam ........................................................................ 24
a. Pengertian Islam ............................................................. 24
b. Pengertian Pendidikan..................................................... 25
c. Pengertian Pendidikan Islam ........................................... 25
d. Asas Pendidikan Islam .................................................... 27
e. Tujuan Pendidikan............................................................. 28
f. Materi ............................................................................... 31
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN........................ 37
A. Paparan Data ........................................................................ 37
B. Temuan Penelitian ................................................................ 40
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 55
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................... 64
B. Saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan suku bangsa tentunya memiliki agama sebagai
kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai
pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga
dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa
dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya
yang ada. Dalam masyarakat, baik yan kompleks maupun yang
sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain saling
berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman
dari konsep-konsep yang ideal dalam kebudayaan memberi pendorong
yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Dengan adanya bebagai ritual dan tradisi
budaya yang
dilaksanakan secara islami di jawa, telah memperkokoh eksistensi esensi
ajaran islam di tengah, masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, karena
berbagai tradisi islam di jawa yang terkait dengan siklus kehidupan
tersebut kemudian berkembang hampir keseluruh pelosok tanah air,
bahkan Asia Tenggara di mana komunitas orang-orang muslim jawa juga
berkembang. Sebaliknya, ajaran islam justru menjadi kuat ketika ia telah
metradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat setempat, di
mana esensi ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat setempat.
1
Dalam hal ini islam bukan sekedar tidak memiliki isi dalam
sanubari budaya masyarakat. Islam hadir sebagai mercursuar rahmat
semesta dan masyarakat setiap detik kehidupan mereka yang diantaranya
diwujudkan dalam apresiasi islam atas berbagai ritual dalam siklus
kehidupan masyarakat. Oleh karenanya tradisi dan budaya dalam silam
jawa menjadi penentu dalam kelangsungan syari’at islam. Ketika tradisi
dan budaya terakomodasi dalam suatu agama akhirnya ajaran agama
muncul
sebagai hal yang mendarah daging dalam suatu komunitas
masyarakat masyarakat. Inilah antara lain yang terjadi antara islam dan
jawa, dan kemudian membentuk gugus budaya islam jawa.
Adapun seperti halnya di kalangan masyarakat jawa khusunya di
daerah Ungaran desa Nyatnyono terdapat berbagai ritual yang sangat
sakral. Salah satunya adalah sedekah desa merupakan upacara yang
diadakan setiap satu tahun sekali, bahkan pada masyarakat jawa, sering
kali diadakannya tradisi tersebut. Di desa Nyatnyono dalam upacara
sedekah desa yang dilakukan selalu identik dengan mistisis.
Kehidupan beragama masyarakat desa Nyatnyono secara umum
tergolong biasa-biasa saja. Artinya ada sebagian yang taat dan sebagian
lagi tidak taat. Dari segi akhlak, tergolong rendah tingkat pengalamannya
(menengah ke bawah). Sedangkan dari sisi syari’at, tergolong tingkat
pengalaman menengah atas. Dengan demikian masyarakat tersebut
dikategorikan masyarakat yang menjalankan ajaran agama, walaupun
tidak secara keseluruhan (sempurna). (Bpk.Dayat 13-05-2012)
Dalam pemahan ajaran agama, masyarakat desa Nyatnyono
tergolong muqallid, yaitu mengikuti orang lain dalam i’tikad (perkataan
dan perbuatan) yang semata-mata berbaik sangka tanpa alasan yang tepat
untuk mengikutinya. Mereka tidak berfikir yang menjadi dasar akidah
islam adalah Al-Qur’an dan Hadits, tetapi yang terpenting adalah pikiran
dinamis yang tidak dibebani oleh kekeliruan-kekeliruan yang turun
temurun.
Masyarakat desa Nyatnyono yang memiliki sitem kekerabatan
yang tinggi menyebabkan setiap kegiatan sosial dan agama dilakukan
secara gotong royong dan tolong menolong. Mengenai yang dilakukan,
benar dan salah tidak menjadi sorotan, orientasinya adalah keamanan dan
ketentraman hidup masyarakat. Perbuatan benar dan salah tergantung
dari baik atau buruknya tujuan dari perbuatan yang dilakukan.
Begitu juga dengan adanya tradisi sedekah desa yang dilakukan
setiap satu tahun sekali yang dimana akan mempererat kekerabatan yang
tinggi. Sedangkan menurut Harapandi Dahri mendefinisikan Tradisi
adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan
berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.
(Masrin,2009:3)
Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu
kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya diaplikasikan
secara bersama-sama dan bahkan tak jarang tradisi-tradisi itu berakhir
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan
bahaya.
Tradisi dan kebudayan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa
manusia menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang
kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala
kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Masrin,
2009:2)
Menurut Koentjaraningrat (1984: 5) kebudayaan itu mempunyai
paling sedikit tiga wujud ialah:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan-peratuan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Tradisi sebagai salah satu bagian dari kabudayaan menurut
pakar hukum F.Geny adalah fenomena yang selalu merealisasikan
kebutuhan masyarakat. Adapun masyarakat jawa yang kebanyakan
penduduk beragama islam sehingga tradisi dan budaya yang berkembang
pesat di pulau jawa dijiwai ajaran islam.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, penulis tertarik mencoba
menuangkan dalam suatu penelitian guna mengetahui maksud dan tujuan
dan nilai-nilai pendidikan agama islam dari tradisi sedekah desa yang
telah mentradisi dikalangan masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya.
Dimana anggapan dari masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya yang
mayoritas beragama islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi
sedeekah desa tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan agama
islam, oleh karena itu dalam peneliti ini peneliti mengambil judul skripsi
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH
DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?
2. Bagaiman proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono?
3. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi
Sedekah desa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya tradisi Sedekah desa di Desa
Nyatnyono.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa
Nyatnyono.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
tradisi sedekah desa tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis menambah pengetahuan tentang salah satu bagian tradisi
masyarakat Nyatnyono yang masih bertahan hingga saat ini, juga sebagai
usaha untuk memperkaya keputskaan budaya.
2. Secara praktis diharapkan agar menjadi informasi yang penting bagi
pemerintahan mengenai tradisi masyarakat Nyatnyono, juga sebagai
pengetahuan untuk meninjau kembali program pengembangan kebudayaan
di Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Ungaran,. Selain itu
semoga dapat menjadi informasi bagi kajian-kajian yang sejenis dengan cara
memahami bentuk-bentuk yang menyimpan makna bagi kehidupan orang
banyak dan bermanfaat untuk memahami tradisi-tradisi lain yang sejenis
yang ada pada masyarakat Nyatnyono.
E. Penegasan Istilah
Dalam upaya menghindari dari interpresasi yang bias, penulis
terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Disamping itu, dengan adanya penjelasan istilah yang
detail, maka gambaran dari judul penelitian akan lebih jelas dan spesifik.
Antara lain sebagai berikut :
1. Nilai
Untuk memahami pengertian nilai berikut ini akan disajikan
pendapat
menurut
Schwart
(1994)
“Value
as
desireable
transsituational goal, varying in importance that serve as guiding
principles in the life of a person or other social entity”. Nilai artinya
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Maksudnya
kualitas
yang
memang
membangkitkan
respon
penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan
manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat lebih
lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara tingkah laku atau tujuan akhir
tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau
evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta
(5) tersusun berdasarkan drajat kepentingannya. (Masrin, 2009:8-9)
Menurut Sidi Gazalba, nilai merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,
melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.
(Masrin, 2009: 9), sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang
meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku. (Masrin, 2009: 9)
2. Pendidikan Islam
Pendidikan
adalah
proses
yang
berlangsung
untuk
menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku
manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Heri Noer
Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Adapun menurut
Hujair AH Sanaky, Pendidikan adalah usaha sadar yang dibutuhkan
untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa
datang. (Masrin,2009:9)
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha
manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak
melalui
transmisi
pengetahuan,
pengalaman,
intelektual
dan
keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan
fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang
dicita-citakan, yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya
kepribadian yang utama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah
ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut
Tadjab secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang
dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam.
(Masrin,2009:9)
Masih banyak lagi pengertian pendidikan islam dan para ahui,
namun dan beberapa pengertian tersebut dapat kita petik, pada
dasarnya pendidikan islam adalah usaha bimbingan jasmani dan
rohani
pada
tingkat
kehidupan
mdividu
dan
sosial
untuk
mengembangkan fitroh manusia berdasarkan hukum-hukum islam
menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian
muslim dan berakhlak tenpuji serta taat pada islam sehingga dapat
mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup, yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu
itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik
kepadanya.
3. Tradisi
Tradisi adalah sebagai suatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
(Andika, Amri, 2008: 1)
Menurut Harapandi Dahri menyatakan bahwa Tradisi adalah
suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan
berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.
Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian
disepakati oleh beberapa kalangan dan akbirnya diaplikasikan secara
bersama-sama dan bahkan tak jarang tradisi-tradisi itu berakhir
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan
bahaya. (Masrin,2009:3)
4. Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang
sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala
semata. (http://Sedekah 12-11-20011)
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu'
berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara
diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti
diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan
hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu
dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat
naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi
sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan
tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan
kanannya tersebut. ( http://Sedekah 12-11-2011)
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau
sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain.
Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betulbetul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang
yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang
akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan
disukai oleh pemiliknya.
5. Desa
Menurut William Ogburn dan MF Nimkoff, Desa adalah
kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa
dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan
desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa
yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa
atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
(http://Pengertian Desa 23-11-2011)
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, disebut bahwa, Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur
dan
mengurus
kepentingan
masyarakat
setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (http://Pengertian Desa 23-11-2011)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk
pemecahan
masalah
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan dokumen yang berupa skripsi, tesis, dan literatur-
literatur untuk ditela’ah secara komprehensif khususnya yang
berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan agama islam dan tradisi
sedekah desa. Oleh kerena itu jenis penelitian ini termasuk penelitian
documenter. Dalam melakukan penelitian bentuk yang digunakan
adalah penelitian kualitatif, adapun strategi pendekatan yang
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah strategi
terpancang yaitu pelaku melakukan tela’ah secara seksama terhadap
dokumen-dokumen.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpulan
data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan datadata dilapangan, sedangkan instrument pengumpulan data yang lain
selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan berupa
dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang
keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrument
pendukung. Oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung
dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus
yang diteliti sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak
dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Desa Sendang Rejo Kelurahan
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dari sumber data yang telah dihimpun di lapangan, maka
jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang
merupakan bentuk luar dari ciri-ciri yang teramati yang membantu
dalam memahami interpretasi yang diberikan informan. Data yang
merupakan interpretasi yang dikemukakan oleh infornian, yaitu
data yang dihimpun, yang berhubungan dengan ritual tradisi
Sedekah desa, kehidupan beragama, nilai-nilai pendidikan Islam
dan aktifitas kegiatan masyarakat pada desa Nyatnyono.
b. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini diambil dari:
1) Data primer adalah data yang didapatkan melalui narasumber,
yaitu ketua adat, tokoh agama, dan penghulu, serta melalui
informan (kepala desa, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat).
Selain itu, data tersebut diperoleh melalui pengamatan lapangan
(pada waktu pelaksanaan tradisi sedekah desa).
2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumbersumber yang mendukung seperti dokumentasi, arsip desa dan
referensi yang berkaitan dengan penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam dan langsung kepada narasumber dan informan.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa sejarah
dilaksanakannya Sedekah desa, upaya masyarakat mempertahankan
tradisi, unsur-unsur ritual yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan
Islam dan tujuan dilaksanakannya.
b. Observasi langsung terlibat (participant observation), teknik metode ini
digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak (kasat
mata) dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk pemahaman
konteks maupun fenomena yang diteliti yang digunakan untuk
mendapatkan data mengenai kehidupan beragama dan kegiatan aktivitasaktifitas kebiasaan pada masyarakat di Desa Nyatnyono.
c. Dokumentasi,
metode
ini
merupakan
pengumpulan
data
yang
mendukung kegiatan penelitian, seperti data asal usul Desa Nyatnyono,
letak wilayah, kondisi geografis, kependudukan, sosial budaya, fasilitas
sosial, struktur pemerintahan desa, dan kehidupan beragama, lebih
singkatnya potret masyarakat Desa Nyatnyono.
6. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dan dihimpun, selanjutnya di
lakukan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, data yang terkumpul
di analisis setiap waktu secara induktif, selama penelitian berlangsung
dengan mengolah bahan empirik (synthesizing), supaya dapat
disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah. Analisis data
dalain penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menghubungkan dan menafsirkan hasil data kemudian
memberi kesimpulan induktif berdasarkan dengan kualitas atau mutu.
Analisis ini juga disebut dengan analisis data kualitatif, yaitu data
yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data mempunyai validitas, rehabilitas dan objektivitas
yang tinggi, perlu dilakukan triangulasi data. Triangulasi data adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu yaitu triangulasi sumber, metode dan
teori. (Moleong 2011: 178)
Dalam penelitian ini hanya dilakukan triangulasi sumber yaitu
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.
8. Tahap-tahap Penelitian
Beberapa urutan bagian yang dijadikan pedomen dalam
pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
1) Persiapan meliputi penyusunan proposal, pengurusan penelitinan, dan
penyusunan jadwal kegiatan.
2) Pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan penela’ahan
dokumen yang terkumpul.
3) Analisi data meliputi : analisis awal, reduksi data, analisi data temuan,
pengayaan dan pendalaman dan merumuskan kesimpulan.
4) Penyusunan laporan meliputi penyusunan laporan sementara (draf)
penilaian
laporan
penelitian
sementara,
perbaikan
laporan
penyusunan laporan akhir.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang Latar belakang
masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian yang dimana
meneakup: Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti,
Lokasi peneliti, Sumber data, Prosedur pengumpulan data,
Analisis data, Pengecekan keabsahan data, Tahap-tahap
penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II kajian pustaka ini diuraikan sebagai
pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian
tentang: Pengertian sedekah desa, Sejarah sedekah desa,
Islamisasi di jawa, Sinkretisasi islam dalam budaya jawa.
dan
Pendidikan Islam meliputi: Pengertian pendidikan islam, Tujuan
pendidikan islam, dan Unsur-unsur pendidikan islam.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data
dan temuan yang berkaitan dengan Paparan data yang meliputi:
Gambaran umum lokasi, Latar belakang adanya tradisi Sedekah
Desa di Nyatnyono. Temuan penelitian meliputi: Rangkaian
ritual adat sedekah desa, Prosesi upacara sedekah desa.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab IV pembahasan, yang akan membahas tentang
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Tradisi Sedekah
Desa.
BAB V : PENUTUP
Pada bab V merupakan bagian akhir penulisan skripsi,
akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir. Saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari
subjek penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sedekah Desa
1. Pengertian Sedekah Desa
Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan
turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, tradisi adalah
adat kebiasaan dan kepercayaan yang secara turun temurun dipelihara.
Adapun Tradisi Sedekah Desa merupakan upacara adat yang
dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang telah
diberikan oleh Sang Pencipta, yang dilakukan dengan berbagai ritual yang
terkandung dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat kampung yang telah
mengakar. (Masrin,2009:2) Sejalan dengan pengertian di atas, upacara di
sini merupakan sumber pengetahuan tentang bagaimana seseorang bertindak
dan bersikap terhadap suatu gejala yang diperolehnya melalui proses belajar
dari generasi sebelumnya dan kemudian harus diturunkan kepada generasi
berikutnya.
Ritual keagamaan yang dibungkus dengan bentuk tradisi ini
dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalam periodik waktu
tertentu, hingga terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti apa yang
diperlihatkan masyarakat Nyatnyono dalam pengungkapan rasa syukur atas
anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya pengertian dari sedekah desa adalah bersedekah
kepada desa yang ditempatinya agar desa tersebut terhindar dari malapetaka
dan menjadikan desa tersebut tentram dan nyaman.
2. Sejarah Sedekah Desa
Agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh
masyarakat di Desa Nyatnyono yang dibawa oleh pendatang dari luar Desa
Nyatnyono. Islam secara perlahan berhasil membentuk masyarakat Muslim
di Desa Nyatnyono.
Kehidupan beragama yang kuat dan kebudayaan lama yang telah
melekat pada masyarakat Desa Nyatnyono menjadikan keduanya saling
mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat. Tidak sedikit yang percaya
terhadap mistis walaupun telah beragama Islam.
Masyarakat percaya dengan adanya kekuatan-kekuatan ghaib dan
tempat-tempat yang dianggap sangat sakral disekeliling mereka yang
dimana sering kali didatangi oleh penjuru daerah luar pulau jawa yang
mendatangi makam dan mata air yang kramat. Banyak dari penduduk yang
masih pergi ke makam-makam yang dianggap keramat sebagai permohonan
sebelum melakukan suatu hal yang dianggap penting, seperti akan
melakukan usaha atau lainnya, dengan melalui berziarah denagn meminta
permohonan kepada Allah lantara berziarah dimakam para wali atau ulama’
di desa tersebut. (Bpk.Tresh, 22-05-2012)
Dalam kehidupannya dikenal tahap-tahap upacara dalam lingkaran
hidupnya mulai dari pengungkapan atas anugerah yang telah diberikan oleh
Tuhan, kelahiran, menikah, memasuki rumah untuk menetap, sampai
kepada upacara meninggalnya seseorang, walaupun sebagian dari hal
tersebut telah dihilangkan. Walaupun hampir semua penduduk asli Desa
Nyatnyono beragama Islam namun masih banyak terdapat unsur-unsur yang
tidak bernafaskan Islam. Masyarakatnya masih percaya dengan hal-hal yang
berbau tahayyul dan mistik, yang dianggap bisa memberikan keberkahan
bagi kehidupan mereka.
Tradisi sedekah desa yang sudah ada sejak nenek moyang dan tidak
bisa dihapus atau dihilangkan karena upacara tersebut adalah suatu
kebudayaan yang sangat kental di desa Nyatnyono tersebut. Upacara
tersebut dilaksana kan setiap setahun sekali dan acara tersebut berlangsung
selama tiga hari. Dalam upacara tersebut banyak unsus-unsur yang berbau
mistik namun juga barbau dengan keislaman, apabila upacara tradisi
tersebut tidak dilaksanakan maka desa tersebut akan mendatangkan bahaya
seperti hal nya tanah longsor, banyaknya orang yang meninggal, para petani
mengalami penyurutan panenan dan masih banyak lainnya. (Bpk.Tresh,2205-2012)
Tujuan lainnya daripada upacara ritual tradisi sedekah desa ini
adalah menjalin silaturrahmi antar warga satu sama lain dan saling
bergotong royong atau saling mambantu sehingga menjadikan desa tersebut
aman, tentram dan dipandang desa yang sejahtera dan menjadikan desa
lebih maju dalam segala hal apapun semisal dalam petani maka panenannya
akan meningkat atau bisa jadi dengan para pelajar didesa tersebut yang
dalam menempuh pendidikan diberi kelancaran dan masih banyak lainnya.
(Bpk.Tresh, 22-07-2012)
3. Perwujudan Kebudayaan
Beberapa ilmuan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber
(Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara
tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai
suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Sejalan
dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu (Elly
dkk,2010:28-30) :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari
kebudayaan yang bersifat abstrak dan tempatnya ada di alam pikiran
warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Kebudayaan ideal ini disebut juga dengan tata kelakuan, hal ini
menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan atau perbuatan
manusia dalam masyarakat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakkan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut bersifat konkret
sehingga dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Adapun wujud ini bisa
diobservasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas manusia
yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini
disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat yang berwujud besar
maupun kecil.
4. Substansi (isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat
yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau
berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan dan etos
kebudayaan. (Elly dkk, 2010:30-33)
1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk
sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami: alam sekitar, alam flora fauna di daerah tempat
tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan, tubuh
sifat tingkah laku manusia, ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas menusia
melakukan tiga cara yaitu: pertama, melalui pengalaman dalam
kehidupan sosial. Kedua, berdasarkan pengalaman yang diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non-formal. Ketiga, melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicitacitakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna
dan berharga. C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu: (Elly dkk,2010:31)
a.
Hakikat hidup manusia (MH)
b.
Hakikat karya manusia (MK)
c.
Hakikat waktu manusia (MW)
d.
Hakikat alam manusia (MA)
e.
Hakikat hubungan antarmanusia (MM)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa dan
masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup
merupakan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang dipilih secara
selektif oleh individu atau kelompok.
4. Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pada dasarnya,
manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya. Dorongan
ini sebagai akibat ketidak mampunan manusia dalam menghadapi
masalah sehingga hanya Tuhan yang Mahatinggi saja mampu memberi
kekuatan dalam mencari jalan keluarnya.
5. Persepsi
Pesrsepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang
tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami
kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas: 1) persepsi sensorik, yaitu persepsi yang
terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia. 2) persepsi telepati,
yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain. 3) persepsi
clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di
tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa
Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga
misalnya, kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya
hasil karya mereka. Contoh kebudayaan batak dilihat oleh orang jawa,
sebagai orang yang agresif, kasar dan lainnya. Begitu juga sebaliknya
orang batak memandang orang jawa memancarkan kesuraman,
keselarasan dan lainnya.
5. Pendidikan Islam
a. Pengertian Islam
Islam dari aspek kebahasaan berasal dari kata Arab yang secara
kebahasaan berarti 'Menyelamatkan' misal dalam teks 'Assalamu
Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan menyertai kalian semuanya.
Adapun dalam aspek kemanusian Islam berarti penerimaan dari dan
penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini
dengan
menyembah-Nya,
menuruti
perintah-Nya,
dan
menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud
dari al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 3 juga ditegas
bahwasannya:
4$YYƒÏŠ zN »n=ó™ M} $# ãN ä3 s9 àM ŠÅÊ u‘ur ÓÉLyJ ÷èÏR öN ä3 ø‹n=tæ àM ôJ oÿøCr&ur öN ä3 oYƒÏŠ öN ä3 s9 àM ù=yJ ø.r&tPöqu‹ø9$#
Artinya: "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu." Adapun dalam konsep keislaman teologikal fundamental ialah
tauhid yaitu kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan.
(http,:\\Keislaman,03-08-
2012)
b. Pengertian Pendidikan
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa,
maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu
diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “Pendidikan” yang umum kita
gunakan sekarang dalam bahsa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata
kerja “rabba”. Adapun kata “Pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah
“ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran
dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”. Adapun Tujuan
pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah
mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam
sekitarnya di mana individu itu hidup. (IAIN Jakarta,1982/1983:25)
c. Pengertian Pendidikan Islam
Secara umum dapat kita katakan bahwa Pendidikan Islam itu
adalah pembentukan kepribadian muslim. Dari satu segi kita melihat,
bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi
keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan
islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Oleh karena itu
pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.
Dan karena ajaran islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat.
Sementara itu M.Arifin, menyatakan bahwa pendidikan islam
adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi
atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.
(Arifin 1987: 15)
Seiring dengan sisi penting akhlak dan kepribadian mulia sebagai
inti pendidikan maka pendidikan islam, sebagaimana dinyatakan oleh
Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein juga dapat dipahami sebagai:
(Roqib 2009:21)
Suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dengan cara
sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan
pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka
dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis
islam. Mereka dilatih dan mentalnya menjadi begitu berdisiplin sehingga
mereka ingin mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk
memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk
memperoleh keuntungan material saja, melainkan untuk berkembang
sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan
kesejahteraan spiritual, moral, dan fisik bagi keluarga, bangsa, dan
seluruh umat manusia.
Dari apa yang dinyatakan diatas maka pendidikan islam pada
hakikatnya menekankan tiga hal, yaitu: (1) suatu upaya pendidikan
dengan menggunakan metode-metode tertentu, khususnya metode latihan
untuk mencapai kedisiplinan mental peserta didik, (2) bahan pendidikan
yang diberikan kepada anak didik berupa bahan materil, yakni berbagai
jenis ilmu pengetahuan dan spiritual, yakni sikap hidup dan pandangan
hidup yang dilandasi nilai etis Islam, (3) tujuan pendidikan yang ingin
dicapai adalah mengembangkan manusia yang rasional dan berbudi
luhur, serta mencapai kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur
dalam rekuhan ridha Allah SWT. (Roqib 2009: 21)
d. Asas Pendidikan Islam
Islam mengatakan bahwa Al-qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, Al-Qur’an
ini juga dipandang sebagai keagungan dan penjelasan, namun sering juga
disebut sebagai petunjuk dan buku. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai
petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia di dunia dan bahagia di
akhirat kelak. Kandungan yang ada didalam Al-Qur’an meliputi segala
hal sebagaimana difirman Allah “ Tidak kami luputkan dalam kitab itu
segala sesuatu” (QS 6:38)
öN ÍkÍh5u‘ 4’n<Î) ¢O èO 4&äóÓx« ` ÏB É= »tGÅ3 ø9$# ’Îû$uZôÛ §sù $B̈ 4Nä3 ä9$sVøBr& íN tBé& Hw Î) Ïmø‹ym $oYpg¿2 玍ÏÜ tƒ 9ŽÈµ¯»sÛ Ÿw ur ÇÚ ö‘F{ $# ’Îû7p­/!#yŠ ` ÏB $tBur
ÇÌÑÈ šc
rçŽ|³ øtä†
Artinya: “ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul
mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan
(ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya
dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada pokokpokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan
pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan
kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Jika tidak ada sesuatu yang luput dari catatan kitab Al-Qur’an ini
maka berarti Al-Qur’an berisi petunjuk segala sesuatu yang dengan jelas
dinyatakan dalam ayat lain “dank mi turunkan kepadamu kitab yang
menerangkan tiap-tiap sesuatu sebagai huda dan rahmat serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS 16:89)
|= »tGÅ3 ø9$# šø‹n=tã $uZø9¨“tRur 4ÏäIw às¯»yd 4’n?tã #‰́ ‹Íky­ šÎ/ $uZø¤Å_ ur (öN ÍkŦ àÿRr& ồ ÏiB O ÎgøŠn=tæ #‰́ ‹Îgx© 7pB̈é& Èe@ ä. ’Îû ß] yèö7tR tPöqtƒur
ÇÑÒÈ tûüÏJ Î=ó¡ ßJ ù=Ï9 3“ uŽô³ ç0ur ZpyJ ôm u‘ur “ Y‰ èd ur &äóÓx« Èe@ ä3 Ïj9 $YZ»u‹ö;Ï?
Artinya: “ (dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. “
Segala sesuatu ini banyak dipahami oleh para sarjana muslim
meliputi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan itu menurut AlQur’an harus dicari melalui analogi dan hadits Nabi SAW, yang
merupakan bagian dari syari’ah. Dengan demikian maka ilmu
pengetahuan itu menurut Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan
hadits nabi yang merupakan bagian dari syari’ah islam. Disini
pertimbangan-pertimbangan harus diteliti melalui kedua sumber AlQur’an dan hadits tersebut yang secara nyata ditunjukkan melalui metode
qiyas.
e. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Para ahli pendidikan telah member definisi tentang
tujuan pendidikan islam, di mana rumusan atau definisi yang satu
berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya
rumusan dari tujuan pendidikan islam adalah sama , mungkin hanya
redaksi dan penekananya saja yang berbeda. Abd ar-Rahman an-Nahlawi
berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam adalah mengembangkan
pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka
berdasarkan islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk
merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam
kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Definisi tujuan
pendidikan ini lebih menekankan pada kepsrahan kepada Tuhan yang
menyatu dalam diri secara individual maupun sosial. (Rahman dan
Nahlawi 1992: 162)
Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat mengemukakan:
Tujuan Pendidikan Islam adalah membimbing dan
membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh
imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Bahkan
keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulia dari
perbuatan, perkataan dan tindakkan apa pun yang dilakukan
dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintahNya, dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka
untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat
pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan
iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim
akan tampak dalam semua aspek kehidupannya. (Roqib
2009:31)
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas maka secara
umum dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah
pembentukan kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang
demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan
esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individual,
makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Citra
pribadi muslim seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna
(insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna seimbang dan selaras
dengan pola takwa. Dalam hal ini ada beberapa tujuan pendidikan islam
yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan
operasional. (IAIN Jakarta,1982/1983:28-31)
a) Tujuan Umum
Tujuan
yang
akan
dicapai
dengan
semua
kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah
laku,
penampilan,
kebiasaan
dan
pandangan.
Tujuan
umum
pendidikan islam harus berkaitan pula dengan tujuan pendidikan
nasional negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus
dikaitkan
pula
dengan
tujuan
institutional
lembaga
yang
menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum tidak dapat dicapai
kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan-tahapan
dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah,
madrasah), dirumuskan dalam tujuan kurikuler yang selanjutnya
dikembangkan dalam tujuan instruksional.
b) Tujuan Akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.
Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat difahami dalam firman Allah
(Q.S Ali-Imran 102).
tb qßJ Î=ó¡ •B NçFRr&ur žw Î)û̈èòqèÿsC Ÿw ur ¾ÏmÏ?$s)è? ,̈ym ©! $#(#qà)®?$#(#qãYtB#uä tûïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap
sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.
c) Tujuan Khusus
Tujuan ini disebut juga dengan tujuan perasionalisasi tujuan
akhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga
dikemungkinkan untuk diadakan perubahan jika diperlukan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka
tujuan akhir dan umum. Dalam tujuan ini lebih banyak dituntut dari
anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu.
f.
Materi
Materi (atau bahan) dalam pedidikan Islam yaitu:
a. Aqidah
Aqidah dalam bahasa Indonesia menurut etimologi adalah ikatan
atau sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Adapun dalam pengertian
teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena itu aqidah islam
(aqidah islamiyah) ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas
seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental,
karena seperti telah disebutkan diatas, mejadi asas dan sekaligus
sangkutan atau gantunagn segala sesuatu dalam islam, juga menjadi
titik tolak kegiatan seorang muslim. Akidah islam berawal dari
keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah.
Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya sehingga itu
disebut dengan tauhid. Adapun tauhid disini menjadi inti rukun iman
dan selauruh keyakinan Islam. (Daud ali,2008:199)
Sehingga dari uraian diatas, tampak logis dan sistematisnya pokokpokok keyakinan islam dalam istilah rukun iman itu. Bahwasanya kalau
orang telah menerima tauhid sebagai keyakinan yakni asal yang
pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun
iman-lah yang menjadi inti ketauhidan pada seorang muslim.
b. Syari’ah
Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Perkataan
syari’at (syari’ah) dalam bahasa Arab itu berasal dari kata syari’, secara
harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut
Imam Syaifi’i dalam kitab beliau ar-Risalah, syari’at adalah peraturanperaturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan
yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia. Oleh
karena itu, dalam praktik makna syari’at lalu disamakan dengan fiqih.
(Daud ali, 2008:235)
Sebagian ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam
bentuk suruhan, syari’at mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia.
Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang
diwahyukan Allah, yang wajib diikuti oleh orang islam, baik
berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama
manusia maupun benda dalam masyarakat. Adapun ilmu fiqih adalah
ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum dasar yang terdapat
dalam al-Qur’an dan kitab-kitab Hadis. (Daud ali 2008:236-237)
Namun demikian untuk dapat memahaminya dengan baik dan
benar, dan untuk pengembangan hukum islam, arti kedua istilah itu
harus dibedakan. Secara sederhana hukum syari’at adalah semua
ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan dalam kitab-kitab
hadis. Sedangkan denga hukum fiqih adalah rumusan hukum yang
dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum islam. (Daud ali,2008:239)
c. Akhlak
Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak,
bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis yang
bersangkutan dengan perubahan tingkah laku antara lain budi pekerti
pada manusia. Rachmat Djatnika, 1987:25 dalam perpustakaan akhlak
diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan, perilaku dan tingkah
laku mungkin baik mungkin buruk. Dala hal ini budi pekerti juga
berarti yang lebih dalam lagi karena mengenai sifat dan watak yang
dimiliki seseorang, sifat dan watak yang telah melekat pada diri pribadi,
telah menjadi kepribadiannya. (Daud ali,2008:34-37)
Asmaran (1994) menyatakan akhlak terhadap makhluk dapat dibagi
menjadi dua yaitu: 1. Akhlak terhadap manusia, akhlak ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap
orang lain semisal terhadap Rasulullah, orang tua, tetangga dan
masyarakat. 2. Akhlak terhadap bukan manusia juga dapat dipecah
menjadi dua yaitu: akhlak terhadap makluk hidup bukan manusia misal,
terhadap flora dan faona dan akhlak terhadap makhluk (mati) bukan
manusia misal, akhlak terhadap tanah, air, udara dan sebagainya. (Daud
ali,2008:352)
g. Pelaksanan Tri Pusat Pendidikan
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan
sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Adapun
pengertian
Tri
Pusat
Pendidikan adalah
tiga
pusat
yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak
yaitu
keluarga,
sekolah
dan
masyarakat
yaitu:
(http,:\\pendidikanislam 08-08-2012)
Pertama, keluarga atau bisa disebut dengan orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena
dari orang tua dan keluargalah anak mula-mula menerima
pendidikan.
kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena
dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi
dewasa. Batas dan bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti,
dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam
keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagaidasar untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah. Orang tua mempunyai
tugas dan tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan
anak lebih bersikap menentukan ; watak budi pekerti, latihan
ketrampilan,
pendidikan
kesosialan.
penanaman nilai-nilai pancasila,
kepercayaan
kepada
allah
Selain
nilai-nilai
di
mualai
dari
pada
itu
keagamaan dan
dalam
keluarga.
(http,:\\tripusatpendidikan08-08-2012)
Kedua, Sekolah didalam dunia pendidikan istilah sekolah
sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat
pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung
jawab kemasyrakatan dan kebangsaan (UU No.2 tahun 1989,
tentang Sistam Pendidikan Nasional).
Ketiga, Masyarakat
apabila dilihat dari konsep sosiologi
adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu
kawasan dan saling berinteraksi. Bila dilihat dari konsep
pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan
berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan
sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium
besar
tempat
keterampilan yang
para
anggotanya
dimilikinya.
Di
mengamalkan
lihat
dari
semua
lingkungan
pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non
formalyang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana
kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara
fungsional
masyarakat
menerima
semua
anggotanya
yang
pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota
masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para
anggotaqnya yaitu kesejah teraan mental spiritual dan fisikal atau
kesejah teraan lahir dan batin. Kalau dilembaga pendidikan
pendidikannya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang
menjadi pendidikannya adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab trehadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi
lanjutan yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah
sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing
anggotanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab baik
secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau
lembaga yang dipimpinnya. (http,:\\tripusat pendidikan 08-082012)
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi
Desa Nyatnyono adalah sebuah desa yang terletak diprovinsi Jawa
Tengah, Kab.Semarang, Kec. Ungaran Barat Indonesia. Desa ini juga
terdapat makam Waliyulloh yang bernama Kyai Hasan Munadi sehingga
banyak orang yang berdatangan untuk berziarah dan meminta barokah.
Beliaulah yang menyebarluaskan agama islam di desa Nyatnyono tersebut
dan beliaulah yang memberi nama desa dengan sebutan desa Nyatnyono
yang artinya dari istilah jawa “lagi menyat wis ana”, artinya baru bangun
sudah ada. Dan desa ini juga terdapat air keramat yang dinamakan dengan
Sendang Keramat, yang dimana air tersebut bisa digunakan obat berbagai
jenis penyakit. Air Sendang Keramat tersebut terletak disebelah kiri atau
utara makam Waliyulloh, sehingga para ulama menyatakan air tesbut
merupakan sebagian kecil karomah Waliyulloh.
2. Batas-batas Administrasi
Desa Nyatnyono berbatasan dengan sebelah utara Desa Lerep,
sebelah timur Desa Kel. Genuk, sebelah barat PTP Sebigo, dan sebelah
selatan dengan Desa Gogik.
Adapun secara Administrasi Desa Nyatnyono dibagi menjadi
Delapan (8) Dusun antara lain Dusun Ngaglik, Dusun Gelap, Dusun Sipol,
Dusun Krajan, Dusun Siroto, Dusun Sendang Putri, Dusun Sendang Rejo
dan Dusun Branggah. Adapun masing-masing terdiri dari :
a. Dusun Ngaglik atau RW. I terdiri dari 3 RT
b. Dusun Gelap atau RW. II terdiri dari 3 RT
c. Dusun Sipol
atau RW III terdiri dari 2 RT
d. Dusun Krajan atau RW IV terdiri dari 6 RT
e. Dusun Siroto atau RW V terdiri dari 6 RT
f. Dusun Sendang putri atau RW VI terdiri dari 2 RT
g. Dusun Sendang Rejo atau RW VII terdiri dari 7 RT
h. Dusun Branggah blanten atau RW VII terdiri dari 6 RT
3. Kependudukan
Jumlah Penduduk WNI di Desa Nyatnyono sampai dengan
akhir 31 Desember 2011 sebanyak 9.290 Jiwa terdiri dari 988 KK
dan 913 Perumahan, dengan dibedakan Jenis kelamin antara lain :
-
Laki – laki
: 4.795 Jiwa
-
Perempuan
: 4.495 Jiwa
-
Jumlah
: 9.290 Jiwa
Adapun luas dan batas wilayah Desa Nyatnyono merupakan
salah satu Desa di wilayah Kecamatan Ungaran yang mempunyai
wilayah + 425 Ha yang terdiri dari:
-
Tanah sawah & Ladang
: 15.5 Ha
-
Tanah untuk pemukiman
: 67
-
Tanah Tegalan
: 6.5 Ha
Ha
-
Bamgunan Umum
: 7.4 Ha
-
Jalan, makam, dan lain-lain
: 28
Ha
-
Lain – lain
: 63
Ha
4. Geografi
Secara Geografis Desa Nyatnyono Kec. Ungaran Barat Kabupaten
Semarang terletak dilereng Gunung Ungaran atau sebelah Barat Kota
Ungaran, dengan ketinggian berkisar +
600 s/d 800 meter diatas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 24 0C – 280 C, Tipologi
tanahnya berbukit sedang dan sebagian dataran. Disamping itu keadaan
tanahnya merupakan tanah yang sebagian besar untuk kegiatan pertanian
dan sisanya untuk tanaman budidaya. Desa Nyatnyono boleh dikatakan
cukup subur, kesuburan ini terutama karena sifat tanahnya yang
berhumus, bebatuan serta didukung ketersediaan air yang cukup. Potensi
ini yang akhirnya menghijaukan daerah atau wilayah Desa Nyatnyono dan
sekitarnya.
5. Latar Belakang Adanya Tradisi Sedekah Desa Di Nyatnyono
Ditengah tantangan yang semakin besar pada masa kini dan masa
yang akan datang, peranan islam sebagai tenaga pendorong yang memberi
makna dan orientasi kehidupan pemeluknya sangat diperlukan, lebih dari
masa-masa sebelumnya.
Dilihat dari pandangan ini, Nampak bahwa kebudayaan adalah inti
pengembangan kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan tenaga
endogen yang menjadi jiwa dan semangat hidup suatu bangsa. Ini berarti,
setiap upaya pembangunan manusia hendaknya berpijak pada landasan
realitas budayanya. Kesenian dan tradisi yang beraneka macam lebih
banyak yang harus dihadapi, yang memang merupakan suatu keharusan
dalam kehidupan umat manusia. Sama halnya dengan tradisi sedekah desa
yang sudah berkembang dan menjadi tradisi kebudayaan orang jawa yang
ada sejak zaman dahulu.
Adapun yang melatar belakangi adanya tradisi sedekah desa tidak
ada bahwasannya tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun
dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan
ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali
bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut berlangsung selama tiga
hari. Diadakannya tradisi tersebut bertujuan untuk nyelameti desa agar
desa tersebut menjadi tentram, sejahtera, harmonis, selaras dan seimbang.
(Bpk. Sutoyo, 14-05-2012)
Upaya manusia juga untuk menjaga kelestarian desa tersebut.
Adapun penyelenggaraan upacara tradisi tersebut pada umunya bertujuan
untuk menghormati, mensyukuri pemberian Tuhan mohon keselamatan
kepada Tuhan melalui arwah leluhur atau nenek moyang atau kepada
kekuatan-kekuatan Illahi yang lain.
B. Temuan Penelitian
1. Sedekah Desa
Sedekah desa merupakan upacara adat yang dimana turun temurun
dari nenek moyang. Upacara ini dilaksanankan setiap tahun sekali. Pada
masyarakat desa Nyatnyono upacara tersebut sangat sakral. Upacara
tradisional adat jawa ini sering dilaksanakan oleh mayarakat desa
Nyatnyono demi mencapai kententraman hidup lahir batin. Sehingga
kehidupan orang jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi
hiasan budaya lokal. Oleh kerena itu, orientasi kehidupan keberagamaan
orang jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah
diwariskan nenek moyang. (Bpk.Tresh 22-05-2012)
Disamping itu, upacara ini dilakukan dengan tujuan memperoleh
solidaritas sosial, lila lan legowo kanggo mulyaning Negara. Upacara ini
juga menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan
gotong royong nyambut gawe. Dalam upacara ini memang dilaksanakan
dengan melibatkan banyak orang dengan dipimpin oleh para sesepuh dan
pini sepuh masyarakat. Upacara sedekah desa juga berkaitan dengan
lingkungan hidup. Masyarakat desa Nyatnyono mempercayai bahwa
lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual
keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. (Bpk.Dayat 13-052012)
2. Gamelan Yogyakarta
Gamelan
Jawa
merupakan
seperangkat
instrumen
sebagai
pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan.
Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit,
tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa
karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan,
musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro
dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna
suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian
instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar dan juga bias
dijadikan hiburan. Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan
filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa
merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu
dan
sampai
sekarang
masih
banyak
digemari
serta
ditekuni.
(http.:\\Tengkoraksakti 07-07-2012)
Pada masa permulaan perkembangan agama islam di jawa, salah
satu dari anggota wali sanga, yaitu Sunan Kalijaga mempergunakan
instrumen musik jawa berupa gamelan sebagai sarana untuk memikat
masyarakat luas agar datang dan menikmati pergelaran karawitannya. Hal
tersebut menjadikan perayaan sekaten selalu diiringi musik untuk
seperangkat gamelan.
Menurut sejarah ‘Gong’ sekaten diciptakan oleh Sunan Kalijaga.
Pada mulanya gong itu ditabuh pada peringatan Mauludan di halaman
Masjid Demak. Fungsinya untuk mengundang orang supaya datang yang
kemudian diberi ceramah keagamaan.
Demi tujuan itu maka perayaan menggunakan dua perangkat
gamelan yang memiliki laras suara merdu, yakni Kyai Nogo wilogo dan
Kyai Guntur Madu. Di sela-sela pagelaran selanjutnya diadakan khotbah
dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Bagi mereka yang bertekad untuk
memeluk agama islam maka diwajibkan bersuci lalu mengucapkan kalimat
syahadat sebagai pernyataan taat dan siap menjalankan syariat dan ajaran
Islam.
Adapun gamelan sekaten terdiri atas empat perangkat utama yaitu:
(http,:\\Yudhipri 07-07-2012)
· Kenong
Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal,
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Adapun
kenong berbunyi ‘ nong, nong-nong’.
· Kempul
Kempul merupakan gong gantung berukuran kecil. Kempul menandai aksen-aksen
penting dalam kalimat lagu gendhing. Adapun kempul bunyinya ‘
pung, pung,pung ‘.
· Kendhang
Kendhang merupakan alat yang terbuat dari kulit hewan (sapi atau kambing).
Kendhang berfungsi utama untuk mengatur irama. Kendhang ini
dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Adapun kendhang yang
bernada ‘ tak-ndang, tak-ndang’.
· Ganjur
Alat ini juga bagian dari satu set dari gamelan sekaten tersebut
yang dimana berbunyi ‘nggurr’.
Semua gamelan tersebut jika disusun sedemikian rupa
berbunyi: ‘nong-ning, maksudnya nong-kono, nang-kene (disanadisini), ‘pung-pung’, maksudnya mumpung-mumpung (selagi ada
kesempatan), ‘tak-ndang, tak-ndang’, artinya ndang-ndang (cepatcepat atau segera) dan disusul dengan bunyi ‘nggurr’ yang berarti
njegur (berwudhu dan masuk masjid). (Bpak.Tresh,22-05-2012)
Dengan demikian nilai filosofi bunyi gamelan pengiring
upacara sekaten adalah mengajak semua orang dimana saja agar
mereka menggunakan kesempatan hidupnya untuk segera masuk
agama islam agar dapat hidup selamat di dunia maupun akhirat.
3. Gending Yogyakarta
Seni Karawitan Jawa pada dasarnya merupakan seni yang
‘ngrawit,’ sangat rumit atau sulit,
karena selain
diperlukan
ketrampilan memainkan alat musik gamelan, yang dilakukan
bersama oleh banyak orang, secara berkelompok bekerja sama,
dengan cara dan waktu memukul (nuthuk, nabuh ) yang berbeda,
juga dituntut kepekaan rasa penabuh terhadap irama, dan
pengetahuan tentang laras gamelan yaitu ‘slendro’ dan ‘pelog’.
Harmoni bunyi antar bagian dan keseluruhan alat gamelan disebut
gendhing .
Gendhing lebih tepatnya adalah tema harmoni suara, atau
konsep bunyi yang akan dihasilkan oleh semua atau sebagian alat
gamelan yang dimainkan dengan cara tertentu yang teratur. Tanpa
tema atau konsep, meskipun semua atau sebagian alat gamelan
dimainkan, harmoni bunyi yang dihasilkan belum tentu mempunyai
arti atau enak didengar.
Tidak semua gendhing harus diisi
tembang dan demikian pula tidak semua tembang harus diiringi
gamelan. (http.:\\Pepadijateng 07-07-2012)
Gendhing dalam pengertian umum yaitu suatu lagu di
permainan musik gamelan, dan bahwa gendhing dan isi tembang
dapat menjadi petunjuk tentang suasana isi hati dan karakter orang
yang mendengarkan atau menyukainya. Selama gamelan dibunyikan
maka akan diiringi lagu-lagu atau dalam bahasa jawa disebut
tembang atau gendhing, antara lain: (http,:\\Pepadijateng 07-072012)
a. Gendhing Yaumi
Kata ‘yaumi’ berasal dari bahasa Arab yang berarti hari, maksudnya hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
b. Gendhing Selatan
Kata ‘selatan’ juga berasal dari bahasa Arab yang artinya berdoa.
c. Gendhing Dhindang Salbinah
Berupa lagu untuk mengenang jasa para ulama yang menyiarkan agama islam
sejak abad ke-XIII H.
d. Gendhing Ngajatun
Kata ‘ngajatun’ berasal dari bahasa Arab yang bermakna kehendak, juga
berarti kemauan hati atau niat yang kuat untuk masuk agama
islam.
e. Gendhing Supriyatun
Kata ‘supriyatun’ juga berasal dari bahasa Arab yang artinya kesucian hati.
Jika dihubungkan dengan ngajatun, maka akan bermakna
keinginan hati yang kuat untuk mencapai kesucian hati.
Gendhing diatas diciptakan oleh para wali untuk
menyesuaikan selera rakyat yang pada masa itu gemar
mendengar bunyi gamelan. Musik pengiring tidak menggunakan
rebana melainkan memakai gamelan. Kemudian diciptakan
beberapa gendhing sebagai pengiring yang syair-syairnya
bernapaskan islam.
4. Prosesi Upacara Sedekah Desa
Perayaan sedekah desa telah dilaksanakan secara turun temurun
dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan
ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali
bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut jatuh pada setiap minggu
wage. Sebelum pelaksanaan acara tersebut jauh sebelumnya pada malam
hari kepala desa mengadakan kumpulan atau rapat kepada Rt, Rw dan
seluruh masyarakat desa Nyatnyono sebagai pemberitahuan akan
dilaksanakannya upacara adat dan menentukan tanggal dan hari yang
cocok untuk pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa tersebut. Setelah itu
kepala desa meminta angggaran tiap-tiap rumah untuk dana administrasi
sedekah desa.
5. Rangkaian Ritual Adat Sedekah Desa
Ada beberapa ritual yang akan dibahas dalam bab ini yang telah saya dapatkan dari hasil
wawancara pada masyarakat desa tersebut yaitu: (Bpk.Wito 04-06-2012)
a. Bersih Desa
Maksud dan tujuan dengan diadakannya ritual bersih desa
masyarakat menyatakan bahwasannya adalah bersyukur dengan
mengucapkan terimaksih kepada Tuhan dengan perantara para
dhayang leluhur desa yang telah memberikan ketentraman dan
kerukunan pada masyarakat setempat.
Dengan adanya bersih desa maka desa akan lebih kelihatan rapi
dan bersih serta melestarikan desa. Bersih desa dilakukan dengan
bergotong royong kerja bakti biasanya melibatkan semua kaum adam.
b. Dandan Kali (Sungai) dan Penyembelihan (Pitik)
Dalam ritual ini dalam istilah jawa dandan
yang artinya
memperbaiki, dan kali adalah sungai. Bahwasannya arti dalam dandan
kali didalam ritual ini yaitu bersih-bersih sungai dan memperbaiki
sungai. Dalam ritual ini semua masyarakat bekerja bakti dan saling
gotong royong dalam memperbaiki kali dan membersihkan kali.
Selanjutnya dilanjutkan dengan ritual penyembelihan pitik
(ayam) adapun ayam yang digunakan adalah ayam jawa. Ayam
tersebut disembelih diatas perairan agar darah yang mengalir
bersamaan dengan perairan. Setelah ayam disembelih ayam tersebut
dibakar lalui dimakan bersama-sama. Adapun dari pada tujuan ritual
ini adalah agar perairan berjalan atau mengalir dengan lancar dan
deras. Terutama para petani yang menggunakan perairan tersebut agar
tanaman petani panen lebih banyak dan subur. Kerusakaan pada
sumberdaya perairan pada gilirannya akan merugikan dan berdampak
negatif pada manusia sendiri. Adapun sumberdaya perairan merupakan
sumberdaya yang sangat penting yang telah diciptakan Allah untuk
umat manusia.
c. Padusan
Setelah ritual dandan kali selesai maka dilanjutkan dengan
ritual padusan yang dimaksudkan sebagai upaya membersihkan “diri”
dari segala “kotoran” yang melekat. Adapun bahwsannya mandi atau
dalam istilah jawa disebut dengan “adus” ini masih satu paket dengan
tradisi nyadran atau ziarah akan tetapi dalam tradisi sedekah desa yang
diadakan di desa Nyatnyono juga terdapat ritual padusan. Tentu saja
padusan ini hanya simbol belaka. Maksud membersihkan diri adalah
juga termasuk membersihkan dosa-dosa, penyakit hati dan segala
perbuatan dimasa lalu yang kurang baik.
Diharapkan
dengan
membersihkan
diri
ini
masyrakat
Nyatnyono dapat menjalani rutinitas setiap hari diberi kemudahan,
kebugaran dan lancar. Pelaksanan padusan lebih mirip dengan
tumpahnya menusia kedalam air.
d. Tahlil dan Slametan
Tahlil merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun
temurun oleh mayoritas umat islam Indonesia. Dalam ritual ini isi dari
tahlil yaitu mendoakan seperti membacakan surat yasin dan diiringi
dengan berdzikir selanjutnya dilanjutkan dengan mengirim doa untuk
roh-roh nenek moyang atau orang yang sudah meninggal dunia dan
untuk meminta perizinan atau meminta doa restu dari orang yang
sudah meninggal dunia bahwasannya akan diadakan upacara adat
tradisi sedekah desa.
Dalam unsur slametan ini juga merupakan kesatuan sosial
masyrakat tersebut. Bahkan dalam tradisi ini slametan merupakan
syarat spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapat ketidak
berkahan atau celaka. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Bancakan
adalah upacara sedekah makanan karena suatu hajat luhur yaitu yang
berkaitan
denga
problem
dumduman
“pembagian”
terhadap
kenikmatan, kekuasaan dan kekayaan. Maksudnya upaya terhindar dari
konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil. Dan dengan
adanya bancakan menumbuhkan solidaritas yang sangat tinggi.
e. Wayang
Wayang sebagai bentuk ekspresi seni multimedia telah dikenal
sebelum zaman islam sebagai media pendidikan. Adapun dalam ritual
ini wayang bertujuan sebagai hiburan. Dan wayang disini juga
menceritakan tentang dalam istilah jawa “mbangun ndeso” atau bisa
disebut dengan istilah memperbaiki desa atau kampung. Yang
menceritakan bagaimana masyarakat menjaga dan melestarikan desa.
Adapun wayang ini juga bertujuan selain untuk hiburan akan tetapi,
wayang disini didalam ceritanya juga sebagai atau memberikan contoh
kepada masyarakat umumnya dan khususnya pada masyarakat desa
Nyatnyono bagaimana cara dalam menjaga dan melestarikan desa.
6. Unsur-unsur Islam dalam Ritual Sedekah Desa
Adapun unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual sedekah
desa pada setiap ritual adalah sebagai berikut (Bpk.Ma’mun 18-06-2012) :
pertama, bersih desa bertujuan untuk masyarakat desa setempat agar
saling bergotong royong dan saling membantu satu sama lain, dan
membentuk solidaritas kekeluargaan yang kuat. Bahwasannya, unsurunsur islam yang terkandung dalam ritual ini adalah dalam islam juga
menjelaskan islam itu bersih dan kebersihan itu sebagian dari iman,
sehingga itu sama halnya dengan adanya ritual bersih desa.
Adapun bersih desa juga sudah kewajiban dan tanggung jawab
bagi masyarakat setempat bahwasanya itu sama halnya masyarakat desa
mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang telah diberikan atau
dititipkan oleh Sang Maha Pengasih kepada masyarakat setempat agar
selalu menjaga dan melestarikan desa. Dalam ritual ini juga bertujuan
untuk mengucap rasa syukur kepada Sang Maha Pengasih atas pemberian
berlimpah-limpah nikmat didunia ini. Dengan adanya tradisi upacara adat
sedekah desa melalui ritual ini menjadikan masyarakat yang saling
bergotong royong dan mempunyai rasa tanggu jawab bersama dalam
merawat dan menjaga desa tersebut.
Kedua, dandan kali (memperbaiki sungai) dalam ritual ini
bagaimana masyarakat menjaga perairan yang selalu memberikan
kehidupan atau sumberdaya bagi kehidupan masyarakat setempat. Adapun
unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini adalah diatas sudah
jelaskan bahwasannya sumberdaya perairan adalah sumberdaya yang
meliputi air merupakan sumberdaya yang sangat penting yang telah
diciptakan Allah untuk umat manusia. Islam secara jelas juga memberikan
landasan tata nilai agar pemeluk agama islam menjaga lingkungan
perairan tetap baik.
Hakikat ritual ini adalh agar umat manusia khususnya bagi
masyarakat desa Nyatnyono setempat menjaga lingkungan perairan baik
sungai (kali), rawa, danau, dan badan air lainnya agar tetap baik (dalam
segi kualitas maupun kuantitas). Adapun dalam ritual ini juga berbau
mistik seperti dengan adanya penyembelihan pitik (ayam) dalam
penyembelihan ayam disini bertujuan untuk member kelancaran dalam
perairan. Dan dalam penyembelihan tersebut dikhususkan untuk Nabi
khidir sebagai lantara yang selalu memberi sumberdaya perairan yang
lancar terutama para petani.
Ketiga, padusan dalam istilah jawa, dalam istilah Indonesia adalah
mandi yang dimaksud sebagai upaya membersihkan diri dari segala
kotoran yang melekat. Unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini
adalah di sisi lain, bagi sebagian umat muslim yang ingin ibadah atau
segala bentuk ibadah terutama dalam bulan puasa agar tidak dinodai oleh
kotoran-kotoran yang melekat atau tindakan maksiat kerusakan pada moral
lainnya sehingga biasa dilakukan dengan cara padusan atau apabila
dengan kotoran kecil bisa dilakukan dengan cara berwudlu, dan tentu akan
was-was dengan adanya ritual atau tradisi semacam padusan ini.
Meskipun islam tida membawa ajaran padusan ini, namun sejauh
ini masih dianggap wajar dan tidak bertentang dengan syariat.
Bahwasannya dalam hal ini juga patut dicatat “membersihkan” atau
mensucikan diri tidak perlu melulu dimaknai dengan mandi, melainkan
bisa dengan cara kita berwudlu. Dan semua kembali pada niat serta suatu
tindakan kita bagaimana menyikapi dan menanggapi tentang tradisi atau
ritual ini dan tidak disalah gunakan.
Keempat, tahlil dan slametan, tahlil merupakan perkumpulan orang
untuk melakukan doa bersama bagi orang yang sudah meninggal. Adapun
slametan seolah-olah telah menjadi salah satu tujuan hidup manusia jawa,
dan hal ini dapat dilihat banyaknya upcara tradisi atau ritual di jawa yan
pada intinya memohon keslametan baik untuk diri sendiri, keluarga dan
untuk masyarakat (bangsa).
Tahlil juga merupakan bagian yang tidak dipisahkan dalam
kehidupan keagamaan. Disamping itu tahlil juga merupakan salah satu alat
mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai
sebagai media komunikasi keagamaan dan pemersatu umat serta
mendatangkan ketenangan jiwa. Adapun dalam ritual slametan disini
dalam ajaran islam adalah agar membentuk prinsip kerukunan pada
masyarakat untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang
harmonis dalam semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun
tetangga, di desa dan dalam setiap pengelompokan.
Sehingga menjadikan suasana seluruh masyarakat bernafaskan
semangat kerukunan dan keharonisan dengan adanya ritual atau tradisi
slametan ini. Dalam ritual tahlil dan slametan ini juga terdapat atau disertai
dengan berbagai pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, dzikir, pembaca kitabkitab maulid atau manaqib dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait
dengan tujuan ritual atau tradisi tersebut.
Kelima, wayang dalam ritual ini sebagai bentuk ekspresi seni
multimedia telah dikenal sebelum zaman islam sebagai media pendidikan.
Unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini, dari sikap
keterbukaan islam terhadap tradisi budaya lama, para pemimpin islam
(wali dan raja) melihat manfaat dari wayang untuk menyebarluaskan
ajaran agama islam. Menyadari bahwa wayang mengandung nilai-nilai
estetis, maka para pemimpin masyarakat itupun mengembangkan rupa
wayang (abstraksi dan stilasi) sesuai dengan pandangan islam, sekaligus
memberikan makna islam dalam mengubah cerita (lakon) dari pertunjukan
wayang.
Seperti halnya dengan ulama atau wali kita beliau adalah Sunan
Kalijaga yang menyebar luaskan ajaran agama islam dengan cara
berdakwah dengan perantara kesenian wayang. Dan itu sangat menarik
bagi para penganut agama islam dan sangat mempermudah dipahami oleh
semua umat muslim dengan menggunakan media wayang tersebut.
Sehinngga perkembangan evolusi wayang sejak dirintis oleh para wali
diteruskan oleh para raja sebagai pelindung seni dalam budaya kraton di
Indonesia khususnya di Jawa.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini
bersumber dari hasil wawancara dengan sesepuh desa
Nyatnyono atau orang yang memegang kendali upacara
sedekah desa yang dilengkapi dokumen-dokumen yang ada.
Mengaju pada fokus penelitian ini maka penulis akan sajikan
berikut ini hasil analisis data secara sistematis tentang
pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa di desa Nyatnyono
dan nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam
upacara tersebut.
Upacara tradisional adat merupakan tradisi orang
jawa
yang dimana dilakukan demi untuk
mencapai
ketentraman hidup lahir dan batin. Kehidupan ruhani orang
jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi
hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan
keberagamaan orang jawa senantiasa memperhatikan nilainilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya.
Seperti halnya dengan upacara adat Sedekah Desa yang
sering diadakan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat desa
Nyatnyono.
Tradisi tersebut adalah turun temurun peninggalan
dari nenek moyang leluhur. Sehingga tidak ada yang tahu
bagaimana atau dari mana asal usul adanya tradisi sedekah
desa tersebut. Masyarakat desa Nyatnyono mengartikan
bahwasannya sedekah desa sama dengan nyelameti desa.
Adapun pelaksanaan tradisi sedekah desa pada masyarakat
desa Nyatnyono jatuh pada bulan syawal, berlangsung selama
tiga hari. Dalam upacara tradisi sedekah desa ini memang
dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang, merka
melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh para sesepuh
masyarakat desa. Tujuan dan pengaruh positif dengan
dilaksanakannya upacara tradisi sedekah desa menumbuhkan
etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong
royong, dan menjadikan desa tersebut tentram, aman,
sejahtera dan makmur. (Bpk. Sutoyo, 14-05-2012)
Pengaruh negatif dilaksanakannya upacara tradisi
sedekah desa tersebut bahwasanya dalam agama islam tidak
pernah bahkan tidak ada ajaran ritual atau upacara sedekah
desa tersebut karena masih berbau mistik, akan tetapi tradisi
tersebut sudah menjadi aset budaya di Indonesia terutama
pada orang jawa yang telah mempercayai dengan uapacara
adat tersebut. Dan masyarakat jawa menganggap upacara
tradisi ini juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Sehingga
banyak masyarakat yang mempercayai bahwa lingkungan
hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual atau
mengadakan upacara tradisi atau adat keagamaan yang
mengandung nilai kearifan lokal. (Bpk. Tresh 22-05-2012)
Dalam hal ini tradisi sedekah desa merupakan wujud
kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakkan
berpola dari manusia dalam masyarakat, seperti yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya Elly dkk
menyatakan bahwa wujud tersebut bersifat konkret sehingga
dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri yang dimana
terdapat aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan
serta bergaul satu sama dengan yang lainnya dalam
masyarakat. (Elly dkk,2010:29)
Adapun proses pelaksanaan tradisi upacara sedekah
desa pada awalnya sebulan sebelumnya kepala desa
mengadakan rapat atau kumpulan guna untuk merundingkan
tentang tanggal yang akan ditentukan untuk prosesi selama
sedekah desa. Ada beberapa ritual didalam tradisi ini yang
dimana masing-masing ritual juga mengandung makna nilainilai pendidikan islam:
1.
Bersih desa bertujuan untuk masyarakat desa setempat agar saling
bergotong royong dan saling membantu satu sama lain, dan membentuk
solidaritas kekeluargaan yang kuat. Dalam hal ini mengandung pendidikan islam
dalam akhlak yang nantinya akan membentuk akhlak yang baik terhadap
masyarakat tersebut. Bahwasanya dalam akhlak juga bisa menunjukan berbudi
pekerti yang artinya sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang yang akan
membawa dampak pada bersosialisa dalam masyarakat. Sehingga dalam ritual ini
mengandung akhlak terhadap manusia dan bukan manusia seperti yang
disebutkan oleh Asmaran (1994) akhlak terhadap tumbuhan, tanah dan
sebagainya.
Dalam ritual ini juga termasuk substansi utama budaya dalam sistem
pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang berusaha
memahami alam sekitar dalam lingkungannya dan juga termasuk dalam
hakikat manusia dengan alam dan hubungan antarmanusia. (Elly
dkk,2010:30-31)
2.
Dandan kali (memperbaiki sungai) dalam ritual ini bagaimana masyarakat
menjaga perairan yang selalu memberikan kehidupan atau sumberdaya bagi
kehidupan masyarakat setempat. Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung
dalam ritual ini juga termasuk dalam akhlak karena dalam ritual ini sama saja
dengan akhlak terhadap mahkluk (mati) bukan manusia karena bahwasanya
disebut dengan akhlak terhadap lingkungan hidup.
Dalam hal ini Sumberdaya perairan adalah sumberdaya yang
meliputi air merupakan sumberdaya yang sangat penting yang telah
diciptakan Allah untuk umat manusia, yang nantinya akan memberi
kehidupan terhadap makhluk hidup. Seperti dalam firman-Nya (Q.S AnNahl 14).
šù=àÿø9$# ”
ts?ur $ygtRqÝ¡ t6ù=s? ZpuŠù=Ïm çm÷YÏB (#qã_ ̍÷‚ tGó¡ n@ur $wƒÌsÛ $VJ ós s9 çm÷ZÏB (#qè=à2 ù'tGÏ9 tós t7ø9$# t¤‚ y™ ”
ÇÊÍÈ šc
rãä3 ô± s? öN à6 ¯=yès9ur ¾Ï&Î#ôÒ sù Æ
ÏB (#qäótFö7tFÏ9ur ÏmŠÏù tÅz #uqtB
Artinya:
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu),
agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan),
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai;
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.
Oleh karena itu, Islam secara jelas juga memberikan landasan tata
nilai agar pemeluk agama islam menjaga lingkungan perairan tetap baik.
Hakikat ritual ini adalah agar umat manusia khususnya bagi masyarakat
desa Nyatnyono setempat menjaga lingkungan perairan baik sungai (kali),
rawa, danau, dan badan air lainnya agar tetap baik (dalam segi kualitas
maupun kuantitas).
3.
Padusan dalam istilah jawa, dalam istilah Indonesia adalah mandi yang
dimaksud sebagai upaya membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat.
Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual ini adalah di sisi lain,
bagi sebagian umat muslim yang ingin ibadah atau segala bentuk ibadah terutama
dalam bulan puasa agar tidak dinodai oleh kotoran-kotoran yang melekat atau
tindakan maksiat kerusakan pada moral lainnya sehingga biasa dilakukan dengan
cara padusan atau apabila dengan kotoran kecil bisa dilakukan dengan cara
berwudlu, dan tentu akan was-was dengan adanya ritual atau tradisi semacam
padusan ini.
Ï%©!$# uqèd ur
Meskipun islam tidak membawa ajaran padusan ini, namun sejauh
ini masih dianggap wajar dan tidak bertentang dengan syariat.
(Prasetyo,2010:91) Bahwasanya dalam syari’at islam dalam hukum fiqih
melakukan ritual padusan ini sama halnya dengan membersihkan diri dari
najis atau kotoran (hadas besar). Dan dalam hal ini ritual padusan masih
berhubungan dengan soal thaharah yang sangat penting dalam islam sebab
selain keadaan suci perlu bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari,
juga sangat erat hubungannya dengan soal ibadah (pengabdian kepada
Allah). Adapun tujuan hal lain dari pada itu adalah agar manusia selalu
berusaha berada dalam keadaan suci, fitrah, supaya dapat berhubungan
dengan Yang Maha Suci. (Daud ali,2008:250)
Bahwasannya dalam hal ini juga patut dicatat “membersihkan” atau
mensucikan diri tidak perlu melulu dimaknai dengan mandi, melainkan
bisa dengan cara kita berwudlu. Dan semua kembali pada niat serta suatu
tindakan kita bagaimana menyikapi dan menanggapi tentang tradisi atau
ritual ini dan tidak disalah gunakan. Sehingga dalam ritual ini juga
termasuk dalam substansi utama budaya pada etos kebudayaan. Dalam
buku Elly dkk (2010) menyatakan bahwa etos kebudayaan merupakan
kegemaran-kegemaran warga masyarakat. Seperti halnya dalam ritual
padusan ini juga dijadikan etos budaya pada masyarakat yang bertujuan
untuk membersihkan diri dari kotoran sehingga setiap satu tahun sekali
atau dua kali gemar melakukan ritual tersebut.
4.
Tahlil dan slametan, tahlil merupakan perkumpulan orang untuk melakukan
doa bersama bagi orang yang sudah meninggal. Harapan ini berdasarkan firman
Allah dalam surat Al-Qur’an Al-Hasyr ayat 10:
ö@ yèøgrB Ÿw ur Ç̀ »yJ ƒM} $Î/ $tRqà)t7y™ šú
ïÏ%©!$# $oYÏRºuq÷z \} ur $oYs9 öÏÿøî $# $uZ­/u‘ šc
qä9qà)tƒ öN Ïd ω ÷èt/ .̀ ÏB râä!%ỳ šú
ÇÊÉÈ îLìÏm §‘ Ô$ râäu‘ y7 R̈Î)!$oY­/u‘ (#qãZtB#uä tûïÏ%©#Ïj9 yx Ïî $uZÎ/qè=è% ’Îû
Artinya:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang
telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
Dalam ayat tersebut, selain seorang mukmin meminta ampunan bagi
dirinya, juga memintakan ampunan bagi saudara seiman yang sudah
terlebih dahulu, dalam arti sudah meninggal terlebih dahulu.
Adapun slametan seolah-olah telah menjadi salah satu
tujuan hidup manusia jawa, dan hal ini dapat dilihat
banyaknya upacara tradisi atau ritual di jawa yang pada
intinya memohon keslametan baik untuk diri sendiri,
keluarga dan untuk masyarakat (bangsa). (Saksono dan
Dwiyanto,2012:1) Disamping itu tahlil juga merupakan salah
satu alat mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat
yang bisa dipakai sebagai media komunikasi keagamaan dan
pemersatu umat serta mendatangkan ketenangan jiwa.
(Solikhin,2010:416)
ïÏ%©!$#ur
Sehingga dapat saya simpulkan dalam ritual slametan disini dalam
ajaran islam adalah agar membentuk prinsip kerukunan pada masyarakat
untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis dalam
semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun tetangga, di desa dan
dalam setiap pengelompokan. Sehingga menjadikan suasana seluruh
masyarakat bernafaskan semangat kerukunan dan keharmonisan dengan
adanya ritual atau tradisi slametan ini. Dalam ritual tahlil dan slametan ini
juga terdapat atau disertai dengan berbagai pembacaan ayat-ayat AlQur’an, dzikir, pembaca kitab-kitab maulid atau manaqib dan diakhiri
dengan doa khusus yang terkait dengan tujuan ritual atau tradisi tersebut.
Dalam hal ini yang terkandung dalam nilai-nilai
pendidikan islam adalah termasuk dalam ahklak dan syari’at.
Dalam akhlak tahlil dan slametan bisa menjadikan manjalin
antaranggota pada masyarakat desa tersebut. Bahwasannya
dalam syari’at tahlil dan slametan tidak ada bahkan tidak
dianjurkan karena tidak ada dalam ajaran Nabi. Tetapi, tahlil
dan slametan selama tidak melenceng dalam syari’at islam
dan masih berbau ajaran aqidah maka tahlil dan slametan
masih boleh diadakan. Sehingga dalam hal ini bisa
dimasukan dalam teori Elly (2010) yang disebut dengan
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat sehingga
disebut dengan sistem sosial. Dan substansinya dalam budaya
ini adalah nilai maksudnya adalah suatu yang baik yang
diinginkan dan dianggap penting oleh seluruh manusia yang
nantinya akan menjadikan hakikat hubungan antaramanusia.
5. Wayang dalam ritual ini sebagai hiburan dan bentuk ekspresi seni multimedia yang
telah dikenal sebelum zaman islam sebagai media pendidikan. Dari sikap
keterbukaan islam terhadap tradisi budaya lama, para pemimpin islam
(wali dan raja) melihat manfaat dari wayang untuk menyebarluaskan
ajaran agama islam. Menyadari bahwa wayang mengandung nilai-nilai
estetis, maka para pemimpin masyarakat itupun mengembangkan rupa
wayang (abstraksi dan stilasi) sesuai dengan pandangan islam, sekaligus
memberikan makna islam dalam mengubah cerita (lakon) dari pertunjukan
wayang. Seperti halnya dengan ulama atau wali kita beliau adalah Sunan
Kalijaga yang menyebar luaskan ajaran agama islam dengan cara
berdakwah dengan perantara kesenian wayang yang dimana jejaknya telah
diikuti oleh putranya beliau adalah Sunan Muria. Bahwasanya beliaubeliau suka sekali bergaul dengan rakyat jelata, dalam melaksanakan
dakwanya menyiarkan agama islam dengan menggunakan kesenian rakyat
yang berupa gamelan dan wayang. Sehingga alat tersebut di masa itu
sangat mujarab bila dimanfaatkan sebagai media dakwah sehingga sampai
saat ini kesenian tersebut sangat dipertahankan dan bisa sebagai penganut
bagi para pecinta kesenian tersebut guna menyiarkan agama islam dengan
cara menggantikan perannya.
Setiap kali agama datang pada suatu daerah, maka,
agar ajaran agama islam tersebut dapat diterima oleh
masyarakatnya secara baik, penyampaian materi dan ajaran
agama tersebut haruslah bersifat “membumi”. Maksudnya
adalah ajaran agama tersebut harus meyesuaikan diri dengan
beberapa aspek lokal, sekiranya tidak bertentangan secara
diametris
dengan
ajaran
substantif
agama
tersebut.
Demikianlah pula dengan kehadiran islam di jawa, sejak
awalnya
islam
begitu
mudah
diterima,
karena
para
pendakwahnya menyampaikan islam secara harmonis, yakni
merengkuh tradisi yang baik sebagai bagian ajaran agama
islam sehingga masyarakat bisa menerima islam menjadi
agamanya.
Umumnya, para pendakwah islam dapat menyikapi
tradisi lokal yang dipadukan menjadi bagian dari tradisi yang
“islami”, karena berpegang pada suatu kaidah ushuliyyah
(kaidah yang menjadi pertimbangan yang perumusan hukum
menjadi hukum fiqih). Sehingga apa yang disebut sebagai
ritual dan tradisi merupakan tradisi yang berbentuk asimilasi
antara budaya jawa dengan budaya islam seperti halnya
dengan upacara tradisi sedekah desa yang sudah menjadi adat
istiadat. Adapun nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung
dalam ritual ini adalah bahwasannya bisa dikatakan bisa
mengajarkan tentang katauhidan atau aqidah melalui seni
budaya wayang ini dengan catatan tidak melenceng dari
syari’at islam. Dan dalam hal ini juga bisa dijadikan sebagai
pandangan hidup pedoman pada masyarakat bahwasanya
dalam
cerita
wayang
ini
mengadung
konsep
yang
mengajarkan tetang aqidah ke-Esaan Tuhan, sehingga
masyarakat bisa memetik alur cerita dari wayang tersebut
yang
nantinya
akan
menjadikan
menyempurnakan akhlaknya,
masyarakat
untuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Sedekah Desa
Sedekah desa merupakan upacara adat yang dilakukan oleh
masyarakat Nyatnyono secara turun temurun dari nenek moyang.
Upacara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
soladiritas sosial, untuk menjalin silaturahmi antar warga dan agar
desa menjadi tentram, sejahtera, harmoni.. Dalam upacara ini
memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang dengan
dipimpin oleh para sesepuh dan pini sepuh masyarakat. Upacara
sedekah
desa
juga
berkaitan
dengan
lingkungan
hidup.
Masyarakat desa Nyatnyono mengungkapkan bahwa lingkungan
hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan
yang mengandung nilai kearifan lokal.
2. Prosesi Sedekah Desa
Sebelum pelaksanaan acara tersebut jauh sebelumnya pada malam
hari kepala desa mengadakan kumpulan atau rapat kepada Rt, Rw dan
seluruh masyarakat desa Nyatnyono sebagai pemberitahuan akan
dilaksanakannya upacara adat dan menentukan tanggal dan hari yang
cocok untuk pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa tersebut. Setelah
itu kepala desa meminta angggaran tiap-tiap rumah untuk dana
administrasi sedekah desa. Adapun rangkaian prosesi ritual tersebut
adalah:
a. Bersih Desa
Bersih desa dilakukan dengan cara bergotong royong
sehingga melibatkan banyak orang.Maksud dan tujuan dengan
diadakannya ritual bersih desa masyarakat menyatakan bahwasannya
adalah bersyukur dengan mengucapkan terimaksih kepada Tuhan
yang telah memberikan ketentraman dan kerukunan pada masyarakat
setempat, serta menjaga dan melestarikan desa tersebut.
b. Dandan Kali dan Penyembelihan Ayam
Dalam ritual ini semua masyarakat bekerja bakti dan saling
gotong royong dalam memperbaiki kali dan membersihkan kali.
Selanjutnya dilanjutkan dengan ritual penyembelihan pitik (ayam)
adapun ayam yang digunakan adalah ayam jawa. Ayam tersebut
disembelih diatas perairan agar darah yang mengalir bersamaan atau
sesuai dengan perairan desa tersebut. Akan tetapi setelah
penyembelihan ayam tersebut dibakar dan dimakan bersama-sama.
c. Padusan
Tentu saja ritual padusan ini hanya sebagai simbol belaka.
Maksudnya adalah membersihkan diri. Membersihkan diri adalah
juga termasuk membersihkan dosa-dosa, penyakit hati dan segala
perbuatan dimasa lalu yang kurang baik. Diharapkan dengan
membersihkan diri ini masyrakat Nyatnyono dapat menjalani
rutinitas setiap hari diberi kemudahan, kebugaran dan lancar.
d. Tahlil dan Slametan
Dalam ritual ini isi dari tahlil yaitu mendoakan seperti
membacakan surat Yasin dan diiringi dengan berdzikir selanjutnya
dilanjutkan dengan mengirim doa untuk roh-roh nenek moyang atau
orang yang sudah meninggal dunia.
e. Wayang
Adapun dalam ritual ini wayang bertujuan sebagai hiburan.
Dan wayang disini juga menceritakan tentang dalam istilah Jawa
“mbangun ndeso” atau bisa disebut dengan istilah memperbaiki desa
atau kampung. Yang menceritakan bagaimana masyarakat menjaga
dan melestarikan desa.
3. Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung dalam Tradisi Sedekah
Desa
Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi sedekah
desa yaitu: ritual bersih desa, dandan kali, padusan dan tahlil/slametan
tradisi-tradisi ini yaitu merupakan ritual untuk menumbuhkan masyarakat
saling bergotong royong dan mempunyai rasa tanggung jawab bersama
dalam merawat menjaga desa serta melestarikan desa tersebut. Dan akan
menumbumbuhkan ahklak yang nantinya akan membentuk ahklak yang
baik terhadap masyarakat dan lingkungannya yang sesuai dengan islam,
seperti halnya yaitu saling bergotong royong, menghargai satu sama lain
dan lainnya. Dalam hal ini dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari
Muslim
ُ‫ﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿَﺼِﻞْ رَﺣِﻤَﮫ‬
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaknya ia
menjalin persaudaraan.”
Adapun ritual yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan
Islam di antaranya yaitu: Pertama,
penyembelihan ayam yang
dilaksakan di tempat perairan, bahwasannya masyarakat setempat
sangat mempercayai dengan adanya ritual penyembelihan ayam
diperairan tersebut maka sumber perairan akan selalu mengalir deras
seperti yang digambarkan darah yang mengalir deras ketika
penyembelihan ayam tersebut. Kedua, wayang didalam tradisi ini
hanya untuk hiburan semata, dan masyarakat setempat juga
mempercayai dengan tidak adanya ritual wayang tersebut maka akan
terjadi musibah atau bencana, seperti banyaknya orang yang
meninggal dunia.
B. Saran
Diharapkan studi tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam
tradisi Sedekah Desa di Nyatnyono ini, dapat disempurnakan dengan
mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan topik masalah.
Sehingga dapat gambaran yang lengkap pada tradisi sedekah desa
yang berupa upacara adat turun temurun dari nenek moyang
tersebut, dalam sekala yang lebih luas.
Sebagai generasi muda dan penerus berkepribadian
muslim, dengan sendirinya mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab akan kelangsungan agama, umat maupun
masa depan bangsa, demi tegaknya ajaran Islam terutama
yang menyangkut aqidah islamiyah dan memberi pembinaan
bagi pengunjung dan masyarakat sekitarnya agar tidak
terjerumus dari perbuatan yang melanggar norma-norma
agama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1998. Departemen Agama RI, Semarang:
Asy-Syifa.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan
Integratif di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Yogyakarta.
Abdullah, Taufik. 1993. Islam dan Kebudayaan Indonesia Dalam Kini dan
Nanti. Jakarta: Yayasan Festifal Istiqlal.
Elly, Setiadi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Ali, Moh Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali.
Solikhin, Muhammad. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta:
Narasi
Saksono, Dwiyanto. 2012. Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa.
Yogyakarta: Ampera Utama.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan
Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prasetyo, Yanu Endar. 2010. Mengenal Tradisi Bangsa. Yogyakarta:
Perpustakaan Nasional.
http://pepadijateng.com/article/86969/kearifan-lokal-dalampesindhenan.html (diakses tanggal 07-Juli-2012)
http://tengkoraksakti.blogspot.com/2010/05/gamelan-jawa-sejarah-danmisteri.html (diakses tanggal 07-Juli-2012)
http://bulletin.alambahasa.com/budaya-indonesia/92/suara-gamelan/
(diakses tanggal 07-Juli-2012)
http://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan / (diakses
tanggal 07-Juli-2012)
Masrin Surya. 2009. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedeka
Kamapung Di Desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten
Bangka Barat. Bangka Barat: Jurusan Tarbiyah.
http://bulletin.keislaman.com/islam-indonesia/92/ (diakses 03-Agustus-2012)
http://tripusat pendidikan. Blogspot.com. (diakses 08-Agustus-2012)
http://pendidikanislam. Blogspot.com. (diakses 08-Agustus-2012)
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa yang dimaksud dengan Sedekah Desa?
2. Kapan dilaksnakannya Sedekah Desa tersebut?
3. Mengapa dinamakan Sedekah Desa?
4. Tujuan dilaksanakannya Sedekah Desa?
5. Berapa hari dilaksanakan Sedekah Desa?
6. Bagaimana dan dimana selama proses Sedekah Desa berlangsung?
7. Bagaimana proses Sedekah Desa berlangsung?
8. Melibatkan siapa saja dalam melaksanakan Sedekah Desa?
9. Dalam Sedekah Desa ritual apa saja yang terkandung dalam Nilai-nilai
Pendidikan Islam?
10. Bagaimana jalannya ritual?
11. Apa pengaruh positif melaksanakan Sedekah Desa?
12. Apa pengaruh negatif melaksanakan Sedekah Desa?
13. Setelah melaksanakan Sedekah Desa mengalami perubahan atau masih
sama sebelumnya?
14. Apakah ada larangan atau pantangan selama pelaksanaan Sedekah Desa?
15. Apakah dilaksanakannya Sedekah Desa berpengaruh bagi kehidupan
beragama pada masyarakat Nyatnyono?
16. Apakah anda berpartisipasi dalam proses pelaksanaan Sedekah Desa?
17. Apakah tradisi Upacara Sedekah Desa di Nyatnyono perlu dilestarikan?
Bila ya apakah sebabnya?
18. Apakah Sedekah Desa di Nyatnyono dijadikan aset budaya?
HASIL WAWANCARA
A. Tanggal: 13-Mei-2012 Jam: 20.00-selesai
Q: Assalamu’alaikum.
D: Wa’alaikumusalam.
Q: Bagaimana kehidupan dalam beragama pada masyarakat Nyatnoyo?
D: Kehidupan keagamaane masyarakat Nyatnyono nak secara umume yo
biasa-biasa wae, yoiku maksude nak seng taat yo taat, nak
seng ora taat yo ora blas. Terus dari segi ahklak menengah
kebawah, tapi nak seko syari’at menengah keatas. Dadi yo
dong ngelakoni ajaran agomo tapi ora kabeh.
Q: Apa tujuan diadakannya ritual atau upacara sedekah desa tersebut?
D: Kanggo solidaritas sosial, dadeke mulyone negoro, gotong royong seng
apek. Sedekah desa iku yo iso mlebu neng gon lingkungan
hidup. Maksude melestarikan lingkungane dengan cara
ngadake sedekah desa tapi seng iseng mengandung karo
ajaran agomo po kearifan lokal. Terus neng sedekah desa iki
kudu nglibatke sak masyarakat dadi sak desa melu turun
tangan kabeh terus engko dipimpin karo seng sesepuh utowo
karo pak bekel.
B. Tanggal: 14-Mei-2012 Jam: 15.00-selesai
Q: Assalamu’alaikum.
S: Wa’alaikumusalam.
Q: Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak
sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat
Sedejah Desa ?
S: Oh,yo mba langsung wae opo leng moh tekoke.
Q: Apa yang dimaksud dengan sedekah desa ?
S: Sing dimaksud karo sedekah desa yoiku nyelameti deso utowo nyodakohi
deso.
Q: Mengapa dinamakan dengan sedekah desa ? Dan apa sejarahnya?
S: Nopo ko’ kerono dijenengi sedekah desa karo po sejerah, sedekah desa
iku wes ono aket zaman nenek moyang utowo leluhur deso
iki, dadi koyo awa’e dewe sebagai masyarakat seng tinggal
opo uripe neng deso kene ora reti ko iso ono upacara
sedekah desa, mergio iku dewe utowo masyarakat mong
ngikuti anane uapacara sedekah desa, kerono opo yoiku
upacara sedekah desa suatu upacara adat atau suatu
budaya, dadi kudu dilaksanake. Dadi ora ono seng melatar
belakangi ngopo ko diadake sedekah deso iku. Mergo yoiku
wes turun temurun.
Q: Kapan dilaksanakannya sedekah desa ?
S: Sedekah desa neng deso Nyatnyono biasane pelaksanaane tibo pas
bulan syawal nak dinone ora mesti, berlansung selama
telung dino (3 hari).
Q: Melibatkan siapa sajakah dalam pelaksanaan sedekah desa ini?
S: Yo, melibatke wong sak masyarakat deso Nyatnyono mergo kui kanggo
kepentingan umum tor kudu saling gotong royonng, terus
umpomo ko’ ono salah siji ora melu yo bakale dikucilke karo
sak masyarakat. Wong sedekah desa iku podo karo ngresik’I
deso bareng-bareng tor neh wong yo melu manggon neng
deso iki to.
C. Tanggal: 22-Mei-2012 Jam: 16.00-Selesai
Q: Assalamu’alaikum.
T: Wa’alaikumusalam.
Q: Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak
sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat
Sedejah Desa ?
T: Yo, nduk rene opo leng meh mok tekoke.
Q: Apa tujuan dilaksanakannya sedekah desa ?
T: Tujuan dari pada sedekah desa yoiku: marake utowo ndadeke deso
mulyo, makmur, subur, aman, tentram, sejahtera. Kanggo
seng wong petani ben tandurane marake subur, wong
dagang supoyo dagangane lares, cah sekolah ben diparingi
leh dong sekolah pinter, yo poko’e gawe makmur deso terus
gawe wong seng uripe neng deso iku diparingi betah. Yo
coro ndene opo wae seng metu nyowone opo seng dinggoni
tempati dewe nak diselameti opo dishodaqohi iso ngajeni
awak’e dewe, yo koyo sedekah desa iki nak desane
disedekahi yo desone iki iso ndadeke masyarakate dewe
tentrem, aman, makmur, sejahtera. Yokui mergo sampai saiki
sedekah desa ora tau dilanggar mesti tiap tahun sepinda
dianake soale wes turun-temurun awet seko nenek moyange
dewe ojo meneh iki podo karo wes mlebu gon aset budaya.
Q: Apa pengaruh positif dilakukannya upacara sedekah desa ?
T: Onone upacara sedekah desa iki yoiku ndadeke keakraban, akur karo
tonggone, saling gotong royong karo gawe deso nak
disawang karo deso liyone ben ketok resik, tentrem, aman,
makmur.
Q: Dan apa pengaruh negatif dilakukannya sedekah desa ?
T: Bahwasannya sedekah desa iku neng agomone dewe ora ono opo meneh
diajarake, mergo opo sedekah desa iki isih mambu karo
aura-aura mistike. Tapi, gor mong goro-goro mambu mistike
ojo banjur dihapus opo diilangke, lha,kenopo mergo sedekah
desa iku termasuk budaya dan suatu adat warisan seko nenek
moyang utowo leluhure dewe. Ojo meneh agama islam ora
iso ucul seko adat opo seng jenenge budaya. Terus negorone
dewe iki hampir berapa persene dikebak’i karo wong jowo
tor agamone islam. Dadi antarane agomo karo kebudayaan
iku ikatane kenceng. Tapi, yoiku nak menurutku masyrakat
kene iki iseh percoyo karo kekuatan-kekuatan seng dianggap
kramat po ghaib koyo contone makame mbah wali kui
kramat terus neng banyu sendange kae yo kramat nyatane yo
akeh seng dong mrono mergo meh dong zaroh karo meh
dong golek tombo lantara seko banyu sendang iku seng
dianggap kramat. Terus neng sedekah desa iki yo emang ono
mambu mistik sitik ojo meneh ono wayang.
Q: Apasaja alat musik yang digunakan dalam pertunjukan wayang?
T: Yo akeh, ono kendang, kempol, ganjur, kenong kui nak wes rampung
masang munine apek wong kui podo karo kesenian wong
zaman disek terus ager tiap muni kui metu maknane koyo toh
nong-ning maksude yo nong-kono nang-kene, pung-pung
maksude opo mumpung, wah yo akeh neh.
D. Tanggal: 04-Juni-2012 Jam: 19.30-selesai
Q: Assalamu’alaikum.
W: Wa’alaikumusalam, Monggo mbak pinarak rumiyen.
Q: Njeh, Matur suwun pak. Sebelumnya saya minta maaf karena mau
minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara
mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ?
W: Njeh, monggo mba kulo njeh sampun mireng sangkeng pak lurah.
Jerene meh ono cah penelitian garap skripsi tentang sedekah
desa.
Q: Njeh, mpun pak langsung mawon dimulai wawancarane.
W: Oh, yo mba.
Q: Bagaimana proses sedekah desa dimulai dan dimana selama prosesi
sedekah desa berlangsung?
W: Seng pertama masalah prosese sebulan sak durunge pelaksanaan
upacara sedekah desa kepala desa ngadake kumpulan utowo
rapat neng umahe kepala desane kanggo bahas nentoke
tanggale upacara sedekah desa sing pas kanggo upacara iku.
Terus nentoke dana kanggo acara selama pelaksanaan
sedekah desa selama berlangsung, terus gon-gone seng
bakal dinggoni selama prosese sedekah desa yoiku masjid,
kali (sungai), umahe kepala desa.
Q: Ritual apa saja dalam sedekah desa ?
W: Rituale seng pertama ngresik’i deso utowo kerja bakti bersih deso,
dandan kali (memperbaiki sungai/perairan) disambung karo
penyembelihan pitik (ayam), tahli karo slametan, bancak’an,
hiburan (wayang).
Q: Apakah sedekah desa perlu dilestarikan ?
W: Yo, perlu dilestarikan mergo kui wis masuk utowo dadi aset budaya tor
wis adat neng Indonesia terutama dilakukan oleh orang-
orang jawa. Terus biasane sedekah desa iku nak coro neng
deso Nyatnyono iki umpomo ora ngelaksanake upacara
sedekah desa ora reti kapan teko musibahe seng bakal
ngerusak deso, nak ora yo iso keno musibah akeh seng mati,
terus para petani parine garing karo liyo-liyone. Dadi
masyarakat kene percoyo karo dengan adane upacara
sedekah desa iki masyarakate dadi tentrem makmur.
E. Tanggal: 18-Juni-2012 Jam: 20.00-selesai
Q: Assalamu’alaikum.
M: Wa’alaikumusalam. Monggo mba pinarak.
Q: Njeh, Matur suwun pak. Sebelumnya saya minta maaf karena mau
minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara
mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ?
M: Yo, opo mba leh mok tekoke gon masalah sedekah desa iki.
Q: Njeh, langsung mawon. Setelah melaksanakan sedekah desa apakah
mengalami perubahan atau masih sama sebelumnya?
M: Yo, mestine mengalami perubahan dadi seng maune desone dewe reget
ora teratur dadi resik terus teratur mergo yoiku wes diresik’i
bareng-bareng. Terus dandan kali (memperbaiki sungai)
sing maune kaline rusak terus perairane macet dadi lancar
gon perairane terutama perairane digunake kanggo petani
wong kene akehe kan dong petani, terus seng cak sekolah
diparingi sekolahe munggah kelas opo lulus, yo poko’e gawe
dampak seng apek kerono awak’e dewe neyedekahi deso
podo karo ngajeni desone
dewe. Dadi karo marake due
solidaritas yang tinggi, akur, akrab, tentrem karo tonggone
utawa masyarakat liyone.
Q: Apa nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tadisi setiap
ritual ini, jelaskan ?
M: Bersih deso, nilai-nilai pendidikan islam seng terkandung dalam ritual
iki islam iku kan seneng resik, suci, neng Qur’an karo hadis
kan yo djelaske to kebersihan iku sebagian seko iman. Lha,
mergo iku ngresik’i deso kui podo karo iman mergo kui wes
tanggung
jawabe
masyarakat
ngerisk’i
karo
jogo
melestarikan deso. Mergo kui yo titipan sing seko seng aweh
urip mergo kui podo karo titipan terus awak’e dewe
numpang. Yo, dewe kudu seneng-seneng ngresik’i opo jogo
melestarikan desa iki karo nyedekahi yo, coro ndene dewe
bersyukur berterimakasih karo seng kuoso mergo wes dewehi
beribu-ribu kenikmatan neng deso iki. Terus dandan kali kui
corone dewe jogo perairan seng maringi awak’e dewe
kehidupan sumberdaya kita yang paling penting pemberian
seko Pengeran kanggo makhluke. Dadi jelas pada hakekate
awak’e dewe dititipi kudu dijogo koyo perairan iki dewe
kudu iso melestarikan karo jogo mboh iku banyu neng
segoro, danau, rowo, kali (sungai). Terus padusan kui
membersihkan diri seko kotoran seng tememplek neng awak,
padusan iku kan biasane dilaksanake pada bulan-bulan meh
menjelang poso nak neng kene oran mong menjelang poso
tok tapi, neng tradisi iki yo ono. Coro ndene wong meh
ngibadah iso ngresik’i melalui adus iku nak keno najis
gedhe, tapi nak keno najis cilik yo cukup dibasuh utowo
wudlu. Terus tahlil iku ndongake seng wes mati ngirim doa
coro biyen kanjeng nabi ora ono tapi, mergo zaman saiki
terus wesa masuk adat dadi yo dadi berkembang koyo
slametan barang iku mengucap rasa syukur karo Pengeran.
Terus onone tahlil karo slametan iki ndadeke media
komunikasi tentang keagamaan karo gawe mempersatukan
umat kari gawe marake atine tentrem. Terus wayang kui yo
iso gawe media sebagai syiar utowo gawe nyebarke agama
islam atau ajaran-ajaran agomo islam, yo koyo corone
Sunan Kalijaga karo putrone iku Sunan Muria kui disek nak
nyebarke ajarane wong islam gunake coro wayang tapi,
perane diganti. Dadi wayang iku dadi ksenian seng ojo
sampai ilang mergo iku yo iso gawe nyebarke agomo islam
seng gampang dipahami umat muslim. Lha, kui mengko
kabeh ritual iku dadeke akhlak masyarakat Nyatnyono dadi
apek kanggo awak’e dewe utowo wong lio.
Keterangan:
1. Q: Rizalatul Umami
2. D: Bapak Dayat
3. S: Bapak Sutoyo
4. T: Mbah Tresh
5. W: Bapak Witto
6. M: Bapak Ma’mun
Download