BAB 2 GANGGUAN KARENA PENYAKIT Pohon penyusun hutan pada umumnya berumur panjang, dan dalam rentang pertumbuhannya selalu berinteraksi dengan faktor lingkungan biotik dan abiotik. Tingkat kesehatan pohon atau kelompok pohon, pada setiap saat, pada dasarnya merupakan hasil akhir interaksi antara pohon dan faktor-faktor tersebut yang jugs sating berinteraksi. Pada kondisi tertentu interaksi dengan faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pohon penyusun hutan dan banyak di antaranya berupa kerusakan fisiologis. Kerusakan fisiologis pohon terutama yang disebabkan oleh patogen seperti virus, bakteri, atau jamur, merupakan proses yang spesifik dan dibahas dalam ilmu penyakit hutan. Perkembangan dan penyebaran penyakit dalam populasi hutan merupakan fenomena yang khas dan merupakan titik strategis dalam pengembangan metode pengendalian. Rendahnya nilai pohon-pohon yang tumbuh dalam hutan, seringkali merupakan faktor pembatas dalam pengembangan metode pengendalian penyakit hutan. Perkembangan komoditas hasil hutan, perkembangan pasar dan makin diperhatikannya nilai-nilai hutan yang lain, memberikan peluang pengembangan pengendalian penyakit hutan lebih luas. Metode-metode yang pada awalnya hanya dapat dilakukan terbatas pada tanaman pertanian atau perkebunan, dewasa ini mulai dapat dipertimbangkan untuk ditaksanakan dalam pengendalian penyakit hutan. PENGERTIAN PENYAKIT HUTAN Penyakit tanaman adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang (host). Termasuk di dalamnya gangguan dan kemunduran aktivitas seluler yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan morfologi tanaman inang yang disebut gejala (symptom). Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang: (1) hal-hal yang menyebabkan pohon menjadi sakit (biotik dan kondisi lingkungan), (2) mekanisme faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit, (3) interaksi antara inang dan patogen atau penyebab lain (faktor fisik atau lingkungan), dan (4) metode pengendalian atau pencegahan dan pengurangan kerugian akibat penyakit. Universitas Gadjah Mada Dilihat dari posisi patogennya, gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) gejala primer, jika patogennya berada langsung pada bagian tanaman yang bergejala, dan (2) gejala sekunder, apabila patogennya tidak berada langsung pada bagian tanaman yang bergejala. Menurut proses terjadinya gejala, gejala penyakit dapat dibedakan menjadi tiga tipe gejala pokok (Tainter dan Baker, 1996), yaitu : 1. Nekrosis (necrosis symptom) a. Kanker (cankers) b. Bercak daun (leaf spots) c. Busuk jaringan (tissue decay) d. Layu vaskuler (vascular wilts) e. Mati pucuk (shoot blight atau dieback) 2. Hipertropik atau hiperplasia (hypertropic atau hyperplasia symptom) a. Sapu setan (witches broom) b. Lepuh daun (leaf blister) c. Puru (galls) 3. Atrofi atau hipoplasia (atrophy atau hypoplasia symptom) a. Klorosis umum (general), marginal atau antar tulang daun (interveinal) b. Kerdil (dwarfing) PENYEBAB PENYAKIT 1. Jamur Kelas-kelas dalam jamur dan yang banyak menjadi penyebab penyakit tanaman adalah (Alexopolous dkk., 1996) : Ascomycetes, Basidiomycetes, Deuteromycetes, Phycomycetes. 2. Bakteri Bakteri termasuk kelas Schizomycetes dari Thallophyta, merupakan mikroorganisme yang hanya mempunyai satu sel dan tidak mempunyai klorofil. 3. Mikoplasma 4. Virus 5. Tumbuhan Parasit Tingkat Tinggi Tumbuhan parasit tingkat tinggi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) parasit fakultatif (setengah parasit) dan (2) parasit obligat (parasit sejati). Dilihat dari Universitas Gadjah Mada tempat memarasitnya, tumbuhan parasit tingkat tinggi dibagi menjadi dua kelompok (Tainter dan Baker, 1996), yaitu: A. Parasit akar a. Broomrapes (Orobanchaceae) b. Parasitic figworts c. Kayu cendana (Santalaceae) B. Parasit batang atau daun a. Cuscutaceae, dodder (tali putri) b. Lauraceae c. Viscaceae(Arceutobium, Dendrophthora, Korthalsella, Notothixos, Phoradendron, Viscum Loranthaceae, Amyema, Dendrophthoe, Elytranthe, Loranthus, Phthirusa, Psittacanthus dan Struthanthus, Tapinathus, Tristarix.) d. Mycodendraceae e. Eremolepidaceae 6. Nematoda Ektoparasit. (Belonolaimus spp. (nematoda sengat),Criconema dan Criconemoides spp. (nematoda cincin), Hemicycliophora spp. (nematoda mantel), Hoplolaimus spp. (nematoda tombak), Paratylenchus spp. (nematoda peniti), Xiphinema spp. (nematoda pisau). Endoparasit. ( Meloidodora spp. (nematoda sistoid pinus), Meloidogyne spp. (root-knot nematode/ nematoda puru akar), Pratylenchus spp. (root-lesion nematode) 7. Serangga 8. Allelopati Beberapa fitotoksin yang menyebabkan alelopati adalah: a. Asam-asam fenolik — p-hidroksi benzoat, gentisik, benzoat, salilisat, ferulat, dan sinamat. b. Aldehid-salisildehid, benzaldehid dan vanilin. c. Senyawa-senyawa koumarin, eskuletin dan skopoletin. d. Glukosida, amigdalin dan forigin. e. Terpen - kamfer, sineat,dan a-pinin. Universitas Gadjah Mada 9. Kompleks Patogen dan Interaksinya a. Efek sinergis b. Efek netral c. Efek antagonis SERANGAN PENYEBAB PENYAKIT 1. Penyakit Biji 2. Penyakit Persemaian 3. Penyakit Tanaman Muda dan Tua (Busuk hati (heartwood decay), 4. Busuk gubal (sapwood decay), Busuk akar, Kanker batang atau cabang) 5. Penyakit Pasca Panen PENGENDALIAN PENYAKIT 1. Pengendalian Secara Bercocok Tanam 2. Pengendalian Melalui Inangnya 3. Pengendalian Melalui Lingkungan 4. Pengendalian Hayati 5. Pengendalian Menggunakan Fungisida atau Bakterisida 6. Pengendalian Menggunakan Praktek Perundangan Universitas Gadjah Mada