ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN

advertisement
ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DENGAN PSAK 105
(STUDI PADA 4 BMT DI JAKARTA SELATAN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Disusun Oleh :
SORAYA
NIM: 107046102039
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011
ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DENGAN PSAK 105
(STUDI PADA 4 BMT DI JAKARTA SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)
Oleh:
SORAYA
NIM: 107046102039
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM
Dwi Nur’aini Ihsan, SE.,MM
NIP : 195502151983031002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7
5
Juni
2011 M
Rajab
1432 H
Soraya
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi pada empat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT
Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an dengan judul “Analisis
Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105 (Studi
pada 4 BMT di Jakarta Selatan)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah
perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh keempat BMT
yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an sudah
sesuai dengan PSAK No.105. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa
deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan
mudharabah.
Hasil analisis menyatakan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan
mudharabah pada keempat BMT belum sesuai dengan PSAK No. 105.
Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pengakuan dan pencatatan transaksi
pemberian dana kepada nasabah dan penundaan pembayaran angsuran.
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar keempat BMT
yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an
menerapkan PSAK 105 secara penuh dan selalu mengupdate setiap revisi yang
dilakukan oleh IAI selaku organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
Kata kunci: Perlakuan akuntansi, PSAK 105, pembiayaan mudharabah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, penguasa alam semesta, yang senantiasa melimpahi kehidupan penulis.
Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikut- Nya.
Alhamdulillah, meskipun penulis mengalami banyak rintangan dan rintangan
dalam menyelesaikan studi maupun skripsi ini, namun penulis dapat memetik hikmah
dari pengalaman yang penulis alami.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan,
SE.,MM atas kesediaannya memberikan waktu kepada penulis untuk
membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak Subandikot, Amd dan Bapak Irwansyah, S.Pdi selaku General Manager
dan Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun, Ibu Risnawati dan Bapak
Andrie selaku Manager Operasional Keuangan dan Manager Marketing BMT
vi
Al-Kariim, Bapak Ahmad Ruslan dan Ibu Dra. Ida Saidah selaku General
Manager dan Manager Pembiayaan BMT El-Syifa, serta Bapak Muhammad
Lukman, SE selaku General Manager BMT Daarul Qur’an yang telah
membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai permasalahan yang
penulis teliti.
5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi perpustakaan.
6. Orang tuaku tercinta, Ibunda Nurmanzily dan Ayahanda Suraidi. Terima kasih
atas setiap Doa’nya. Berkat doa dan motivasi mereka penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
7. My brother and my sister, Robby dan Reny. Terima kasih atas support dan
semangatnya.
8. My lovely, Arief yang sudah membantu penulis dari awal hingga saat ini,
yang selalu memberikan ide-idenya dan selalu mengingatkan penulis untuk
tidak bermalas-malasan.
9. My Best Friends, Mega, Kiki, Dwita, Ida dan Elda yang memberikan
masukan dan diskusi-diskusi yang berarti serta seluruh rekan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PS B Angkatan 2007 yang telah
menemani hari-hariku selama kuliah.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus
menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.
vii
Hanya kepada Allah, penulis memanjatkan doa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Jakarta, 6 Mei 2011
Soraya
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Skripsi
Abstrak
Kata Pengantar
vi
Daftar Isi
ix
Daftar Tabel
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….......
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………..... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………................ 10
D. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………………… 11
E. Kerangka Teori dan Konsep……………………………………..... 11
F. Metode Penelitian………………………………………………..... 13
G. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan Mudharabah
1.
Pengertian Pembiayaan Mudharabah…………………………. 17
2.
Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah………………….. 20
3.
Prinsip-prinsip Pembiayaan Mudharabah……………………... 22
4.
Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah……………….. 26
ix
5.
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan………… 27
B. PSAK 105………………………………………………………… 29
C. Laporan Keuangan BMT…………………………………………. 36
BAB III GAMBARAN UMUM BMT
A. BMT TA’AWUN
1. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun……………………………. 50
2. Produk yang ditawarkan BMT Ta’awun……………………… 51
3. Pendapatan BMT Ta’awun……………………………………. 54
B. BMT AL-KARIIM
1. Sejarah Berdirinya BMT Al-Kariim…………………………... 55
2. Produk yang Ditawarkan BMT Al-Kariim……………………. 56
3. Pendapatan BMT AL-Kariim…………………………………. 57
C. BMT EL-SYIFA
1. Sejarah Berdirinya BMT El-Syifa…………………………….. 58
2. Produk yang ditawarkan BMT El-Syifa………………………. 58
3. Pendapatan BMT El-Syifa…………………………………….. 60
D. BMT DAARUL QUR’AN
1. Sejarah Berdirinya BMT Daarul Qur’an………………………. 61
2. Produk yang ditawarkan BMT Daarul Qur’an ……………….. 63
3. Pendapatan BMT Daarul Qur’an……………………………… 66
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT
x
1. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di
BMT Ta’awun………………………………………………… 68
2. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di
BMT Al-Kariim………………………………………………. 71
3. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di
BMT El-Syifa…………………………………………………. 74
4. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di
BMT Daarul Qur’an…………………………………………... 76
B. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Mudharabah pada
BMT dengan PSAK No. 105…………………………………….. 79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 101
B. Saran……………………………………………………...……… 102
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Neraca BMT………………………………………………………………43
Tabel 2.2 Laporan laba rugi BMT…………………………………………………...45
Tabel 2.3 Laporan perubahan modal BMT………...………………………………...47
Tabel 2.4 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zis BMT………..………………48
Tabel 2.5 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan………………….48
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kesesuaian Transaksi Yang Dilakukan BMT dengan
PSAK 105…………………………………………………………………98
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan ekonomi merupakan hal yang tidak bisa dihindari lagi karena manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat melakukan sendiri dalam hal memenuhi
kebutuhannya sehingga perlu melakukan transaksi ekonomi dengan individu lainnya.
Mengenai kegiatan ekonomi tersebut terdapat kaidah fiqh yang menyatakan bahwa
“Hukum ashal dari muamalah adalah boleh (mubah) sampai ada dalil yang
menyatakan sebaliknya.” Artinya, segala kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan dalil-dalil nash (Quran dan
Hadits). Dengan kata lain, kegiatan ekonomi yang dilakukan harus sesuai dengan
prinsip Islam.1
Salah satu upaya penerapan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi adalah dengan
mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip Islam. Lembaga
keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang
memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Lembaga keuangan, baik
bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas
perekonomian. Peran tersebut dijadikan wahana yang mampu menghimpun dan
1
Nuruddin Mhd. Ali, “Tujuan Ekonomi Dalam Islam”, artikel diakses pada 16 november 2010 dari
http://www.db2.wikispaces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah.
1
2
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf
hidup rakyat.2
Tujuan didirikannya lembaga keuangan syariah adalah untuk mengembangkan
prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan perbankan. Adapun yang
dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan
keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai
keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan.3
Banyaknya lembaga keuangan syariah saat ini membuktikan bahwa masyarakat
menginginkan adanya suatu sistem yang adil dan tidak bertentangan dengan nilainilai syariah. Selain itu juga merupakan suatu bentuk penolakan terhadap sistem riba
yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam, terlebih lagi setelah dikeluarkannya
fatwa oleh MUI bahwa bunga bank itu haram membuat masyarakat sadar akan
kebutuhan bertransaksi ekonomi dengan tidak menggunakan sistem bunga.
Berkembangnya lembaga keuangan syariah pada lembaga keuangan bank seperti
perbankan syariah mencapai 47,56% pada tahun 2010, jumlah ini lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 33,37%. Tidak hanya lembaga
keuangan bank saja yang tumbuh, di lembaga keuangan non bank seperti BMT pun
juga mengalami kemajuan pesat. Pusat Inkubasi Usaha Kecil (Pinbuk) hingga
2
3
Sigit Triandaru dan Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
h.10.
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 35.
3
Desember 2010 berhasil memfasilitasi kelahiran sebanyak 3.872 lembaga keuangan
mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang seluruhnya melayani pembiayaan pelaku
usaha mikro.4
Salah satu produk pembiayaan yang khas dari lembaga keuangan syariah yang
prinsipnya berbeda dengan lembaga keuangan konvensional adalah pembiayaan
mudharabah. Pembiayaan mudharabah dikembangkan dengan prinsip bagi hasil,
dimana prinsip ini berbeda dengan prinsip bunga sebagaimana yang terdapat dalam
produk konvensional. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang
dijalankan, bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh kedua belah pihak
sedangkan bunga pembayarannya bersifat tetap tanpa mempertimbangkan apakah
proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi.5
Namun, dibalik pesatnya pertumbuhan sektor keuangan syariah yang ada saat ini,
lembaga keuangan syariah justru lebih memilih memberikan pembiayaan yang
berbasis non bagi hasil seperti murabahah ketimbang pembiayaan berbasis bagi hasil
seperti mudharabah. Dibanding mudharabah, akad murabahah masih mendominasi
hingga 60% pada produk perbankan syariah di Indonesia.6 Dalam statistik perbankan
syariah bulan Maret 2011, komposisi pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS
4
Mulia Ginting Munthe, “Pinbuk inisiasi kelahiran 3.872 BMT”, artikel diakses pada 20 mei
2011dari
http://www.bisnis.com/ekonomi/mikro-ukm/14705-pibuk-berhasil-inisiasi-kelahiran-3872bmt.html
5
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),h.
61.
6
“Produk perbankan syariah”, Republika, 28 April 2011. diakses pada 14 mei 2011 dari
http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/04/28/lkcpm9-murabahah-masihdominasi-produk-perbankan-syariah
4
untuk jenis pembiayaan murabahah mencapai 40,887 milyar sementara untuk
pembiayaan mudharabah hanya 8,767 milyar.
Mendominasinya produk murabahah ketimbang mudharabah membuktikan
bahwasannya lembaga keuangan syariah memilih pembiayaan yang bersifat
konsumtif daripada pembiayaan bersifat produktif. Berdasarkan jenis penggunaan per
maret 2011 pembiayaan lebih besar dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi yaitu
sebesar 27,112 milyar daripada untuk investasi yang jumlahnya hanya 14,370 milyar.
Muhammad (2010), menyebutkan bahwa mendominasinya murabahah ketimbang
mudharabah sesungguhnya bersumber dari dua permasalahan utama, yaitu moral
hazard, dimana tidak diindahkannya masalah moral dan etika dalam berbisnis, baik
dilakukan oleh pengusaha maupun yang dilakukan oleh LKS itu sendiri dan masalah
kedua adalah adverse selection, yaitu masalah ketidakseimbangan informasi yang
dilakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui
kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha.7 Padahal pembiayaan berbasis bagi
hasil seperti pembiayaan mudharabah menurut Irfan Syauqi Beik, (2006) mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu:8
Pertama, Pembiayaan mudharabah akan menggerakkan sektor rill karena
pembiayaaan ini bersifat produktif yakni disalurkan untuk kebutuhan investasi dan
modal kerja. Jika investasi di sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan
7
8
Muhammad Imaduddin, “Mudharabah dan Optimalisasi Sektor Riil”, artikel diakses pada 11
oktober 2010 dari http://zonaekis.com/mudharabah-dan-optimalisasi-sektor-riil#more-1308.
Irfan Syauqi Beik. “Bank Syariah dan Pengembangan Sektor Riil”, artikel diakses pada 11
Oktober 2010 dari http:pesantrenvirtual.com.
5
kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kedua, Peningkatan
persentase
pembiayaan
mudharabah
akan
mendorong
tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang
berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan
meningkatkan daya saing bank syariah.
Ketiga, Pola pembiayaan mudharabah adalah pola pembiayaan berbasis produktif
yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga
kemungkinan terjadinya krisis keuangan akan dapat dikurangi.
Salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang dapat menggerakkan sektor
rill adalah BMT. BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara nyata
memang lebih fokus kepada masyarakat bawah karena BMT berupaya membantu
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan.9
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga keuangan syariah
non bank yang mengarah pada kegiatan bisnis (business oriented) dan sosial (social
oriented). BMT juga dikenal sebagai jenis lembaga keuangan syariah pertama yang
dikembangkan di Indonesia.10 BMT sebagai lembaga sosial lebih mengarah pada
usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq
dan shadaqah yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis
berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang
9
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009), h. 83.
10
Rizal yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba empat, 2009), h. 22.
6
disebut baitut tamwil.11 Dengan demikian BMT memiliki dua fungsi, yaitu sebagai
media penyalur pendayagunaan harta ibadah serta pula berfungsi sebagai institusi
yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya
bank.12
BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang segmen usahanya melayani
masyarakat kecil khususnya para pengusaha yang tidak mendapatkan pembiayaan
dari perbankan syariah karena sering dianggap unbankable. BMT mampu dan
bersedia membiayai sektor usaha yang sangat kecil, serta mendanai kebutuhan hidup
dalam nominal yang tak terlampau besar namun bersifat vital dan mendesak, dimana
ini jelas bukan sesuatu yang biasa dilayani perbankan baik dikarenakan alasan
nasabah yang unbankable, maupun karena perhitungan hasil yang tidak sebanding
dengan biaya dan risiko bagi perbankan.13
Khaerul Umam (2009), mengungkapkan bahwasannya operasional bank syariah
belum dapat secara optimal menjangkau sektor usaha mikro di tingkat akar rumput
(grass root), hal demikian karena ternyata bank syariah sebagai lembaga intermediasi
keuangan dalam menjalankan fungsinya menyalurkan dana kepada masyarakat
berupa memberikan pembiayaan masih mensyaratkan adanya jaminan yang itu tidak
mudah bisa dipenuhi oleh nasabah, khususnya nasabah kecil. Tidak hanya itu saja, di
11
Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2008) edisi 3. h.103.
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 35.
13
BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi Rakyat”,
artikel diakses pada 16 juli 2011dari
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0
12
7
sisi yang lain fakta menunjukkan bahwa operasional bank syariah juga terbatas di
kota-kota, sedangkan pelaku sektor ekonomi riil juga sebagian berada di desa-desa.
Dengan demikian layanan yang diberikan oleh bank syariah belum dapat menjangkau
sektor ekonomi riil secara optimal.14
Diantara keunggulan BMT lainnya berkenaan dengan pembiayaan dunia usaha
adalah BMT mampu dan bersedia membiayai usaha yang baru dan sedang tumbuh di
lingkungannya.
15
Hal semacam ini sangat jarang dilakukan oleh perbankan, baik
yang konvensional maupun syariah. Perbankan biasanya lebih berminat untuk
membiayai usaha yang sudah mapan (sustainable).16
Saat Suharto, direktur BMT ventura dalam wawancaranya dengan jurnal nasional
mengungkapkan bahwasannya kelebihan BMT sehingga masyarakat mikro lebih suka
dibandingkan bank karena BMT
memiliki keluwesan dalam memberikan
pembiayaan, sedangkan bank tidak. Karena menurutnya pada bank ada requirement
yang diatur peraturan bank sentral, ada istilah non dan bankable.17
Keberadaan BMT sebagai suatu lembaga keuangan non bank, tidak akan terlepas
dari proses pencatatan akuntansi. BMT juga berkewajiban melakukan pencatatan atas
14
Khaerul Umam, “Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro”,
artikel diakses pada 16 juli 2011 dari
http://khaerul21.wordpress.com/2009/10/15/%E2%80%9Cstrategi-optimalisasi-peran-bmtsebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro%E2%80%9D/
15
Wawancara dengan Bapak Subandikot, General Manager BMT Ta’awun. Cipulir. 25 Februari
2011
16
BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi Rakyat”,
artikel diakses pada 16 juli 2011dari
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0
17
“Harus jemput bola.” Jurnal nasional, 24 Mei 2011 , diakses pada 16 Juli dari
http://nasional.jurnas.com/newspaper/20110524
8
aktivitas-aktivitas akuntansi yang terjadi yang selanjutnya disajikan dalam laporan
keuangan. Laporan tersebut disajikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas dana
serta aset yang dikelola dan sebagai sarana utama bagi berbagai pihak yang
berkepentingan untuk pengambilan keputusan.
Ikatan Akuntan Indonesia sejauh ini telah menerbitkan enam standar yang terkait
dengan standar akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 (penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan entitas syariah), PSAK 102 (murabahah), PSAK 103 (salam),
PSAK 104 (istishna’), PSAK 105 (mudharabah), dan PSAK 106 (musyarakah).
PSAK tersebut dikeluarkan sebagai pengganti dari PSAK No. 59 tentang akuntansi
perbankan syariah.18
Eksistensi akuntansi syariah di Indonesia diawali oleh PSAK 59 yang disahkan
pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK yang merupakan produk
Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia berlaku hanya
dalam tempo lima tahun. Sementara PSAK 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1
Januari 2008, telah disahkan pada 27 Juni 2007.19 PSAK 101-106 inilah yang
sekarang dijadikan dasar akuntansi keuangan syariah terhadap transaksi - transaksi
yang dipraktekkan di perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah non bank
seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT).
18
http://saripedia.wordpress.com/2010/08/23/majalah%C2%A0akuntan%C2%A0indonesia/ diakses
pada 15 november 2010
19
Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-Kasus Penerapan PSAK
Syariah untuk Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. vi.
9
Dengan diterbitkannya PSAK 105 yang mengatur akuntansi pembiayaan
mudharabah yang diberlakukan mulai awal januari 2008, maka BMT sebagai
lembaga keuangan mikro yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah sudah
seharusnya menerapkan prinsip syariah dalam perlakuan akuntansinya yang sesuai
dengan PSAK 105. Dengan diterbitkannya PSAK tersebut harusnya dijadikan acuan
dalam praktek akuntansi bagi lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank
di Indonesia, sehingga BMT sebagai lembaga keuangan Islam non bank dalam
menyusun laporan keuangan mengacu pada ketentuan akuntansi syariah.20 Karena
akuntansi Syariah tidak sekedar memberikan informasi untuk pengambilan
keputusan, tetapi juga untuk menghindari terjadinya praktek kecurangan seperti
earning management, income smoothing, window dressing, lapping dan teknik-teknik
lainnya yang biasa digunakan oleh manajemen perusahaan konvensional dalam
penyusunan laporan keuangan.21
Dari jumlah BMT yang ada di daerah Jabodetabek, BMT Jakarta selatan memiliki
jumlah BMT paling banyak yaitu 17 BMT (sumber data:Dhuha Nusantara). BMT di
Jakarta selatan sekiranya telah berperan aktif dalam memajukan ekonomi masyarakat
di daerah Jakarta selatan dimana kebanyakan nasabahnya berasal dari usaha mikro
seperti para pedagang pasar dan usaha kecil lainnya. Dan dari 17 BMT penulis
memilih 4 BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT
20
Agus Basuki, “Akuntansi Baitul Mal Wa Tamwil (Bmt) Arafah Solo (Perspektif Pernyataan
Standar Keuangan (PSAK) syariah 2007.”diakses pada 11 Oktober 2010 dari
http://etd.eprints.ums.ac.id/7783/
21
Dian Triyanti, “Perlakuan Akuntansi Terhadap Bagi Hasil Bank Syariah Ditinjau Dari Sistem
Pendanaan, Sistem Pembiayaan, Dan Laporan Keuangan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Surakarta”, diakses pada 17 November 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/2443/
10
Daarul Qur’an sebagai objek penelitian karena keempat BMT ini menyalurkan
pembiayaan mudharabah dalam salah satu produk penyaluran dananya. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis mencoba meneliti tentang penerapan akuntansi syariah
pada BMT yang mengkhususkan pada penerapan akuntansi syariah atas transaksi
pembiayaan mudharabah yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Analisis
Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Dengan PSAK 105”
(Studi Pada 4 BMT di wilayah Jakarta Selatan).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Dalam skripsi ini penulis meneliti kesesuaian perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah pada BMT di Jakarta Selatan, namun penulis
membatasi dari 17 BMT yang ada hanya 4 BMT yang diteliti yaitu BMT Daarul
Qur’an, BMT Al-Kariim, BMT Ta’awun dan BMT El-Syifa.
2. Perumusan masalah
a. Apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan
BMT telah sesuai dengan PSAK 105?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah di
BMT telah sesuai dengan PSAK 105.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
11
Dapat menambah pengetahuan
tentang proses pencatatan
akuntansi
pembiayaan mudharabah menurut PSAK 105.
2. Bagi BMT
Sebagai bahan pertimbangan bagi BMT agar dalam pelaksanaan proses
perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah sesuai dengan PSAK 105.
3. Bagi Akademisi
Menambah pengetahuan tentang bagaimana setiap transaksi pembiayaan
mudharabah dijalankan sesuai perlakuan akuntansi syariah.
D. Kajian Penelitian Terdahulu
Tinjauan tentang studi terdahulu yang relevan dengan tema yang akan penulis
teliti adalah sebagai berikut:
No.
Nama dan Judul
Hasil penelitian
1.
Skripsi,“Analisis
Penerapan
Akuntansi
Sistem
Bagi
Hasil
Pembiayaan Mudharabah
pada
BMT
Syariah
UMMAT LUMAJANG”.
Oleh
Nafi Rismawati
tahun 2006
2.
Skripsi,“ Penerapan
Akuntansi Penghimpunan
Dana Prinsip
Mudharabah”.oleh Fajar
Rahman tahun 2008
3.
Skripsi, “Evaluasi
akuntansi praktik
penghimpunan dana &
pembiayaan di BMT
Yogyakarta
Peneliti membahas konsep
penerapan akuntansi sistem bagi
hasil pembiayaan mudharabah..
hasil penelitian menunjukkan
bahwasannya secara keseluruhan
BMT Syariah Ummat Lumajang
dalam hal akuntansi pembiayaan
mudharabahnya sudah sesuai
dengan PSAK 59.
Peneliti membahas konsep
penghimpunan dana mudharabah
dan perlakuan akuntansi
penghimpunan dana mudharabah.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwasannya perlakuan akuntansi
penghimpunan dana mudharabah
pada Bank BTN KCS Jakarta sudah
sesuai dengan PSAK 59.
Peneliti
membahas
Perlakuan
akuntansi akad penghimpunan dana
mudharabah
dan
pembiayaan
musyarokah.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwasannya
Perbedaan
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
12
(studi kasus pada BMT
Artha mulia insani dan
BMT Al-Ikhlas
Yogyakarta)”. Oleh
Diyana Al-Barra tahun
2006
4.
Skripsi, “Analisis
perlakuan akuntansi
terhadap
Pembiayaan murabahah
pada BPRS
Bhakti haji malang”. Oleh
Maryanto Widodo tahun
2009
5.
Skripsi, “Analisis
Kesesuaian PSAK 102
Terhadap Perlakuan
Akuntansi Murabahah
pada PT.BTN Syariah
Jakarta”. Oleh Naidy
Sultony tahun 2010
6.
Skripsi “Analisis
perlakuan akuntansi Ijarah
pada lembaga keuangan
mikro syariah Studi pada
BMT Ta’awun dan BMT
Al-Fath”. Oleh Ajeng Ayu
Kartini tahun 2009
perlakuan akuntansi pada kedua
BMT masih belum sesuai dengan
PSAK 59 yaitu pada saat simpanan
berjangka
mudharabah
jatuh
tempo, saat nasabah belum mampu
mengembalikan pembiayaan pada
BMT dan pada saat terjadi
kerugian.
Peneliti membahas mengenai
perlakuan akuntansi murabahah
pada BPRS. Hasil analisis
menunjukkan bahwasannya
perlakuan akuntansi pembiayaan
murabahah yang dilakukan oleh
BPRS Bhakti Haji Malang masih
belum sesuai dengan PSAK 102.
Ketidaksesuaian terjadi pada
penyajian potongan pelunasan dan
margin murabahah
Peneliti membahas konsep
pembiayaan murabahah serta
perlakuan akuntansinya. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwasannya perlakuan akuntansi
murabahah pada Bank BTN masih
belum sesuai dengan PSAK 102
yaitu pada saat terjadi tunggakan
angsuran dan penerimaan angsuran
tunggakan
Peneliti membahas perlakuan
akuntansi ijarah pada BMT. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwasannya perlakuan akuntansi
ijarah yang dilakukan oleh kedua
BMT sudah mengacu pada PSAK
59.
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
Dalam penelitian ini
membahas mengenai
perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah
pada 4 BMT di Jakarta
Selatan selanjutnya
disesuaikan dengan PSAK
105
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka teori merupakan teori-teori mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang bersifat
khusus yang terkait dengan topik kajian.
Hal-hal yang termasuk dalam objek penelitian dijelaskan batasan-batasan
pengertian sebagai berikut:
13
Pembiayaan
: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.22
Mudharabah
: Akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola.23
Akuntansi
: Proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, dan pelaporan
informasi ekonomi. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh
akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan
keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.24
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis,
yang berusaha memberikan gambaran penerapan akuntansi pembiayaan
mudharabah dengan mengumpulkan data, menyusun/ mengklasifikasi
sifatnya, menganalisa dan menginterpretasikannya.
22
Z. Dunil, Kamus Istilah Perbankan Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2004), h. 324.
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek . h.95.
24
Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar (Jakarta: Salemba Empat, 2004) Edisi Lima, h. 3.
23
14
2. Objek Penelitian
Objek penelitian penulis adalah aplikasi akuntansi mudharabah pada 4
BMT di Jakarta Selatan yaitu BMT Daarul Qur’an, BMT Al-Karim, BMT
Ta’awun dan BMT El-Syifa.
3. Sumber data
Dalam mengumpulkan data, penulis mengumpulkan data-data berupa data
dari sumber secara langsung (data primer) sebagai objek studi.25 Data primer
tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan staff akunting BMT untuk
mendapatkan beberapa informasi.
Penulis juga menggunakan data sekunder, yaitu data yang disajikan oleh
BMT berupa laporan laba rugi dan laporan neraca BMT, aturan PSAK 105
dan berbagai literatur mengenai pembiayaan mudharabah serta akuntansinya.
4. Teknik pengumpulan data
a. Penelitian kepustakaan (library research)
Penulis mengumpulkan data-data dari berbagai literatur kepustakaan
seperti buku laporan keuangan, buku akuntansi mudharabah dan buku
produk perbankan yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah.
25
Suyoko Efferin, dkk, Metode Penelitian untuk akuntansi, (Malang: Bayumedia Publishing,
2004), h. 14.
15
b. Penelitian lapangan (field research)
Untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis langsung terjun
ke obyek penelitian yaitu pada lembaga yang diteliti, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan staff
akunting BMT.
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari BMT.
c. Teknik Analisa
Teknik
analisis
data
yang
digunakan
adalah
dengan
cara
mengidentifikasi dari perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang
dilakukan keempat BMT kemudian melakukan analisis untuk menilai
kesesuaiannya yaitu dengan cara membandingkan perlakuan akuntansi
yang dilakukan BMT dengan PSAK 105.
d. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan Buku Pedoman Skripsi, yang disusun oleh tim Fakultas
Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
BAB I,
PENDAHULUAN,
membahas
latar
belakang
masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori dan konsep, kajian kepustakaan
terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
16
BAB II,
TINJAUAN TEORITIS, merupakan landasan teori mengenai
pengertian
pembiayaan
mudharabah,
landasan
hukum
mudharabah, prinsip-prinsip pembiayaan mudharabah, Tujuan
dan manfaat pembiayaan mudharabah, aplikasi pembiayaan
mudharabah dalam perbankan syariah, PSAK 105 dan laporan
keuangan BMT.
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT, memuat secara rinci sejarah
berdirinya
BMT, produk
yang ditawarkan
BMT dan
pendapatan BMT.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN, memuat uraian secara rinci
mengenai
analisis
perlakuan
akuntansi
pembiayaan
mudharabah di BMT dan analisis kesesuaian perlakuan
akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT dengan PSAK
No. 105.
BAB V
PENUTUP, dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari
hasil pembahasan bab-bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat
(25) yang dimaksud dengan pembiayaan adalah “Penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, sewa-menyewa, jual
beli, pinjam meminjam dan transaksi sewa-menyewa jasa berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara Bank Syariah/UUS dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai/ diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
hasil.”1
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan merupakan bentuk
penyaluran dana kepada nasabah yang dilakukan oleh bank dalam rangka
memproduktifkan dananya agar tidak menganggur (idle) baik dalam bentuk uang
maupun barang yang dapat dinilai dengan uang. Akibat dari penyaluran dana
tersebut, bank memperoleh imbalan berupa bagi hasil, margin, sewa atau bahkan
tanpa imbalan.
1
Anggota IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lima Undang-Undang Moneter &
Perbankan (Bandung: Fokusmedia, 2009), h. 138.
17
18
Istilah pembiayaan dengan kredit hampir sama karena keduanya sama-sama
memberikan dana kepada nasabah, hanya saja bank syariah dapat memberikan
pembiayaan dengan menggunakan akad bagi hasil, jual beli ataupun sewa
menyewa sehingga imbalan yang diperolehnya pun berupa bagi hasil, margin dan
pendapatan sewa. Dalam konsep kredit, bank konvensional menggunakan
imbalan bunga untuk memperoleh pendapatan, padahal sebagaimana yang
diketahui bahwa bunga itu membawa dampak buruk bagi peminjam. Dampaknya
terasa pada saat rendahnya tingkat penerimaan peminjam sedangkan biaya bunga
tetap. Akibatnya, peminjam tidak bisa membayar pokoknya sekaligus bunga yang
terus berlipat. Dalam keadaan inilah peminjam tidak pernah keluar dari
ketergantungan membayar bunga, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut
dibungakan.2
Salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli
dalam berdagang, di dalam fiqh Islam disebut dengan mudharabah. Mudharabah
berasal dari kata dharaba (memukul, bergerak), dharaba fil-mal (berdagang,
memperdagangkan). 3 Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-qardhu, yang
berarti al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong bagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh keuntungan.4
2
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, h. 67.
Isriani dan Muhammad giharto, Kamus perbankan syariah: Dilengkapi Penjelasan Singkat &
Perbandingan Dengan Bank Konvensional (Jakarta: Marja, 2007) cet.1 h. 51.
4
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h. 136.
3
19
Secara terminologi, para ulama fiqh mendefinisikan mudharabah adalah
pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja (pengusaha) untuk
diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh menjadi milik bersama dan
dibagi menurut kesepakatan bersama.5
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja
sama antara pemilik modal dan seorang yang ahli dalam berdagang.6
Menurut Wahbah Az-Zuhaily sebagaimana yang dikutip oleh Adrian Sutedi
bahwa mudharabah adalah pemilik modal menyertakan hartanya kepada
pengusaha untuk diperdagangkan dengan pembagian keuntungan yang disepakati
dengan ketentuan bahwa kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan
pengusaha tidak dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian berupa tenaga
dan kesungguhannya. 7
Dari beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan kepada mudharib
(pengelola dana) oleh shahibul maal (pemilik dana), dimana pemilik modal
memberikan kepercayaan dananya untuk dikelola oleh mudharib sebesar 100%
dana. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan bersama dan apabila mengalami
kerugian, maka akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat dari kelalaian pengelola.
5
AH. Azharudin Lathif, Fiqh Mu’amalat (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.134.
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoe, 1996), cet. Ke 1,
h.1196.
7
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009) h. 69.
6
20
Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang menuntut tingkat
kepercayaan yang tinggi. Mudharib, sebagai orang yang diberi amanah dituntut
untuk bersikap hati-hati dalam mengelola dana shahibul maal. Untuk itu, ia harus
pintar dalam menyalurkan dana yang telah diberikan shahibul maal ke dalam
bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Apabila bisnisnya
tersebut merugi, maka shahibul maal akan menanggung kerugian tersebut sebagai
pengurang modal sedangkan mudharib akan kehilangan kerja keras dan
managerial skill selama bisnis berlangsung, kecuali kerugian yang diakibatkan
oleh penyelewengan dan penipuan.
Dalam pembiayaan mudharabah, pemilik dana tidak boleh melakukan
pengawasan kerja yang bisa menimbulkan campur tangan dalam usaha mudharib,
karena hanya mudharib saja yang dapat mengurus modal sejauh ia mengetahui
baik buruknya dalam menjalankan urusan perniagaan.8 Shahibul maal hanya
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan saja tanpa
mencampuri usaha mudharib.
2. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
a. Al-Qur’an
1) Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:
8
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam. Penerjemah Drs. Aswin Simamora
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet. ke 3, h. 69.
21
…..
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu….”.
2) Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
…
Artinya:
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
3) Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:
...
…
Artinya:
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya…”.
b. Hadits
Hadis Nabi Riwayat Thabrani:
22
)
(
Artinya:
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu
dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.”
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).9
3. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Mudharabah
a.
Rukun Pembiayaan Mudharabah
Menurut Mazhab Hanafiyah, rukun pembiayaan mudharabah adalah ijab
dan kabul. Sedangkan menurut jumhur ulama ada tiga rukun pembiayaan
mudharabah, yakni:
1) Dua pihak yang berakad (shahibul maal/pemilik modal dan
mudharib/pengelola modal)
2) Materi yang diperjanjikan atau objek
yang diakadkan terdiri atas
modal (maal), kerja dan keuntungan.
3) Shigot, yakni serah (ijab) dan terima (qabul)10
9
Fatwa DSN MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah
Adrian, Perbankan Syariah, Tinjauan Dan Beberapa Segi Hukum, h. 75
10
23
Menurut Adiwarman Karim, rukun pembiayaan mudharabah adalah
pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha), objek mudharabah (modal
&kerja), persetujuan kedua belah pihak dan nisbah keuntungan. 11
b. Syarat-Syarat Pembiayaan Mudharabah
Adapun
Syarat-Syarat
yang
harus
dipenuhi
dalam
pembiayaan
mudharabah:
1) Pelaku
a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh
b) Pelaku dapat melakukan mudharabah baik dengan sesama atau
dengan non muslim. Boleh saja melakukan mudharabah dengan
non muslim tetapi yang dapat dipercaya dan juga dengan syarat
harus terbukti adanya pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan
modal dari pihak muslim sehingga bisnis yang dijalankan tersebut
bebas dari riba dan juga bentuk-bentuk yang dilarang oleh syariah.
c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi ia boleh mengawasi.
2) Objek mudharabah (modal dan kerja)
a) Modal
i.
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya
(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
11
Adiwarman A karim, Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2008), h. 205.
24
ii.
Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran
modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa
pun padahal pengelola dana harus bekerja.
iii.
Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat
dibedakan dari keuntungan.
iv.
Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka
dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
v.
Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap
terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
vi.
Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal
menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak
dilarang secara syariah.
b) Kerja
i.
Kontribusi
pengelola
dana
dapat
berbentuk
keahlian,
ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.
ii.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi
oleh pemilik dana.
iii.
Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan
syariah.
25
iv.
Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada
dalam kontrak.
v.
Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana
sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola
dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3) Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4) Nisbah keuntungan
a) Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah
pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
c) Shahibul maal tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan
riba.12
12
Nurhayati dan wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) h. 116117.
26
4. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang melibatkan dua pihak,
yaitu pihak yang memiliki modal tetapi tidak memiliki kemampuan dalam
berbisnis, dan pihak yang pandai dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal
yang cukup. Maka dengan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pihak
terciptalah hubungan kemitraan antara keduanya.
13
Oleh sebab itu, bisnis
penanaman modal ini disyariatkan oleh Allah demi kepentingan kedua belah
pihak.
Mudharabah sebagai instrumen keadilan mengimplikasikan beberapa hal
penting: pertama, kedua pihak yang menjalankan transaksi ekonomi selalu
berangkat dari kebersamaan, suatu ketetapan diputuskan secara bersama-sama
dengan terlebih dahulu bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan dan
saling ridha satu sama lain. Kedua, sebagai dua pihak yang terlibat dalam kancah
bisnis, shahibul maal dan mudharib, memiliki orientasi yang sama yaitu berupaya
untuk mengembangkan modal yang ada dalam suatu bisnis yang menguntungkan
(laba) baik secara material maupun spiritual.14
Tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah sebagai salah satu pembiayaan
yang berfungsi sebagai penguatan modal kerja, dimana LKS menjadi sebuah
lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya
kepada pihak-pihak yang mengalami defisit untuk usaha produktif sebagai modal
13
Shaleh ash-Shawi dan Abdullah al-Muslih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Penerjemah Abu
Umar Basyir (Jakarta: Darul haq, 2004), h. 170.
14
Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 65-66.
27
kerja usaha, sehingga fungsi LKS ini akan menstimulasi tumbuh dan
berkembangnya usaha masyarakat, memberi peluang pada masyarakat miskin
untuk mengakses sumber daya ekonomi, dan mampu menstimulasi usaha yang
dilakukan masyarakat miskin.15
Adapun manfaat dari pembiayaan mudharabah adalah16
1) Shahibul maal akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha mudharib meningkat.
2) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas
usaha mudharib sehingga tidak memberatkan mudharib.
3) Mudharib akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang
konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
4) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap. Dalam bank konvensional, bank akan menagih kredit yang diterima
nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
5. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Dalam aplikasinya di perbankan syariah, penyaluran dana dengan skema
mudharabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
15
16
Ibid., h. 6.
Syafii Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. hal. 97-98.
28
a. Mudharabah mutlaqoh
Dalam mudharabah mutlaqoh, pengelola dana tidak diberi batasan
mengenai bisnis yang akan dijalani dan daerah tempat usaha. Dalam
pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan
ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu).17 Jadi pengelola memiliki
kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya ke bisnis apapun selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun apabila ternyata pengelola
dana lalai atau melakukan kecurangan sehingga menyebabkan kerugian maka
pengelola dana harus bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.
b. Mudharabah Muqayyadah
Dalam jenis mudharabah ini, pemilik dana memberi batasan-batasan
kepada pengelola dana mengenai tata cara bisnis, tempat usaha maupun sektor
usaha yang nantinya akan dijalankan. Nasabah terikat dengan syarat-syarat
yang ditetapkan oleh bank syariah sehingga mudharabah muqayyadah ini
dikenal sebagai investasi terikat.18
Dalam mudharabah muqayyadah, peran bank syariah hanya sebagai agen
yang menghubungkan pemilik dana mudharabah muqayyadah yang telah
menetapkan batasan tertentu dengan pelaksana usaha.19 Selanjutnya bank akan
menginvestasikan dana shahibul maal tersebut ke dalam proyek tertentu yang
17
Ibid., h. 97.
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga perekonomian Umat (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2002), h. 73.
19
Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. h. 63.
18
29
telah ditentukan oleh shahibul maal. Dari upaya memfasilitasi pemilik dana
dan pengelola dana mudharabah muqayyadah tersebut, bank memperoleh fee
sejumlah tertentu sebagaimana yang telah disepakati.
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad
mudharabah musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan
usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam
investasi, sedangkan di lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat
meningkatkan kemajuan investasi. 20
Pembagian bagi hasil usaha mudharabah antara pemilik dana dengan
pengelola dana dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue
sharing)/bagi laba (profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian
hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha
(omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba
bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan
mudharabah.21
B. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 105 tentang
Akuntansi mudharabah, dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran,
20
21
Ibid,.h. 123
Dwi Suwiknyo. Pengantar Akuntansi Syariah. h. 78.
30
pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, bank sebagai
pemilik dana atau shahibul maal sebagai berikut:22
1. Pengakuan dan pengukuran
a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 12)
b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai
wajar aset non-kas pada saat penyerahan:
a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah.
b) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105: Paragraf 13)
c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan
rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian
dan mengurangi saldo investasi mudaharabah. (PSAK 105: Paragraf 14)
22
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
h.105.2-105.6
31
d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut
diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 15)
e. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 16)
f. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan aset
non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka
kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun
diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 17)
g. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
1) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi
2) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim
dan /atau yang telah ditentukan dalam akad; atau
3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105: Paragraf
18)
h. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19)
i. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati. (PSAK 105: Paragraf 20)
32
j. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:
1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi;
dan
2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian. (PSAK 105: Paragraf 21)
k. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realitas penghasilan usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi
hasil usaha. (PSAK 105: Paragraf 22)
l. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. (PSAK 105:
Paragraf 23)
m. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang. (PSAK 105: Paragraf 24)
2. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat. (PSAK 105: Paragraf 36)
3. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
33
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian
hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK no. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah. (PSAK 105: Paragraf 38)
Ilustrasi jurnal 23
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan (PSAK 105 Paragraf 13 1b(1)):
Rekening
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Kas
Debet
xxx
Kredit
xxx
b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
aset non kas:
1) Jika nilai wajar aset mudharabah non kas sama dengan nilai
tercatatnya (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2))
Rekening
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Aset non kas mudharabah
Debet
xxx
Kredit
xxx
2) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
23
Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, h. 119-121.
34
sesuai jangka waktu akad mudharabah (PSAK 105 Paragraf 13
1b(2a))
Rekening
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Keuntungan Tangguhan
Cr. Aset Nonkas
Debet
xxx
Kredit
xxx
xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Rekening
Dr. Keuntungan tangguhan
Cr. Keuntungan
Debet
xxx
Kredit
xxx
3) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2b))
Rekening
Dr. Investasi mudharabah
Dr. Kerugian penurunan nilai
Cr. Aset Nonkas mudharabah
Debet
xxx
xxx
Kredit
xxx
c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan
rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian
dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105: Paragraf 14
1c))
Rekening
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah
Cr. Investasi Mudharabah
Debet
xxx
Kredit
xxx
35
d. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19 1h))
Rekening
Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo
Cr. Investasi mudharabah
Debet
xxx
Kredit
xxx
e. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. (PSAK 105: Paragraf 21 1j)
Rekening
Dr. Kerugian investasi mudharabah
Cr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah
Debet
xxx
Kredit
xxx
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah
setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian
investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. (PSAK
105: Paragraf 21 1j (1) dan 1j(2)).
Rekening
Dr. Kas/piutang/aset nonkas
Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah
Cr. Investasi Mudharabah
Cr. Keuntungan
Debet
xxx
xxx
Kredit
xxx
xxx
ATAU:
Rekening
Dr. Kas/piutang/aset nonkas
Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah
Dr. Kerugian
Cr. Investasi mudharabah
Debet
xxx
xxx
xxx
Kredit
Xxx
36
f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang. (PSAK 105: Paragraf 24 1m)
Rekening
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah
Debet
xxx
Kredit
xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Rekening
Dr. Kas
Cr. Piutang pendapatan bagi hasil
Debet
xxx
Kredit
xxx
C. Laporan Keuangan BMT
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut.24
Sofyan S. Harahap mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu produk
atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi
bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses
pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga
dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.25
Adapun tujuan laporan keuangan BMT adalah
1) Memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan sebagai acuan
untuk pengambilan keputusan terhadap BMT. Informasi ini dibutuhkan baik
24
25
Pengertian laporan keuangan, diakses pada 20 Oktober 2010 dari www.wikipedia.com
Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 7.
37
pihak intern maupun ektern BMT. Diantara yang termasuk pihak intern BMT
adalah pengurus BMT, pengelola BMT dan anggota BMT sedangkan pihak
extern adalah PINBUK, dinas koperasi kabupaten/kota, dinas koperasi
propinsi, departemen koperasi, UMKM, pemerintahan desa, dan masyarakat.26
2) Sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen BMT. Untuk itu, laporan
keuangan BMT harus dapat menggambarkan ketiga aktivitas yang dilakukan
BMT, yang meliputi keuangan, sektor riil, dan sosial.27
Agar laporan keuangan BMT berguna bagi para pemakai laporan
keuangan maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 28
a. Dapat dipahami
Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas
sehingga
mudah
dimengerti
dan
dipahami
oleh
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Dengan demikian, para pembaca laporan keuangan tersebut
dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang didapatnya.
b. Relevan
Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
hanya yang ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan. Data atau
informasi yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan tidak perlu
disajikan.
26
M.Amin Azis dan Rahmadi, Akuntansi BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2006), h. 1.
Hertanto widodo, dkk, Panduan praktis operasional Baitul Maal (Bandung: mizan, cet-2, 2000),
h. 87.
28
Ibid., h. 71-75.
27
38
c. Andal
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi
kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau
jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan (trend) posisi
dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga harus
dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dalam hal ini antar
BMT, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif.
Laporan keuangan BMT terdiri dari: 29
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah aktiva,
jumlah kewajiban dan jumlah modal perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Komponen-komponen yang ada dalam neraca BMT antara lain sebagai
berikut:
1) Aktiva
a) Harta lancar
29
Amin azis dan Rahmadi. Akuntansi BMT. h. 35-41.
39
Semua kekayaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam
waktu yang relatif singkat. Yang termasuk harta lancar BMT adalah: Kas,
giro pada bank, penempatan dana BMT pada bank syariah maupun BMT,
piutang yang terdiri atas: piutang murabahah, piutang salam, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pinjaman qardhul hasan,
penyisihan kerugian aktiva produktif, penyertaan modal pada bank
syariah, BMT atau pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
syariah.
b) Harta tetap
Semua harta yang digunakan dalam beberapa tahun seperti tanah,
gedung, peralatan kantor, kendaraan dan lain sebagainya, nilai harta tetap
yang dicantumkan dalam sebuah neraca haruslah berdasarkan nilai
perolehannya.
c) Harta lain-lain
Harta yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos sebelumnya tetapi
menghasilkan manfaat bagi perusahaan misalnya harta tetap yang telah
dihentikan penggunaannya dan siap untuk dilepaskan, jaminan/agunan,
biaya dibayar dimuka, hak patent, lisensi, surat-surat perizinan usaha
(biaya pra operasional) dan lain-lain. umumnya harta ini bermanfaat lebih
dari satu tahun sehingga harus diamortisasikan sedangkan yang
manfaatnya dibawah satu tahun dapat dikurangkan sekaligus sebagai
biaya.
40
2) Kewajiban (hutang)
a) Kewajiban lancar
Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera
dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat sesuai perjanjian yang
ditetapkan sebelumnya.
b) Simpanan
i.
Giro wadiah
Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro serta
mendapatkan bonus sesuai kebijaksanaan BMT.
ii.
Simpanan wadiah
Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya sesuai
dengan syarat tertentu yang telah disepakati.
c) Investasi tidak terikat
Investasi tidak terikat merupakan mudharabah mutlaqah yaitu pemilik
dana (shahibul maal) memberi kebebasan kepada pengelola dana
(mudharib/BMT) dalam pengelolaan investasi. Investasi tidak terikat
terdiri dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah berjangka.
d) Kewajiban jangka panjang (hutang pihak ketiga)
Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi.
Contohnya titipan dana jamsos, ZIS dan lainnya.
41
3) Modal
a) Simpanan pokok khusus
Simpanan para pendiri BMT yang minimal terdiri dari 20 anggota
BMT, simpanan ini tidak bisa diambil maupun dialihkan ke pihak lain
kecuali ditetapkan dalam rapat anggota.
b) Simpanan pokok
Sejumlah simpanan yang nilainya sama dan wajib dibayarkan oleh
anggota kepada BMT pada saat masuk menjadi anggota BMT yang
besaran dan cara pembayarannya ditetapkan oleh rapat anggota. Simpanan
ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi
anggota BMT.
c) Simpanan wajib
Sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh anggota kepada
BMT dalam waktu atau kesempatan tertentu sesuai keputusan rapat
anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota BMT.
d) Tabarru’
Akad yang berkaitan dengan transaksi non profit. Akad ini berorientasi
pada kegiatan ta’awun atau tolong menolong dalam akad ini juga tidak
dipersyaratkan adanya imbalan.
e) Cadangan umum
42
Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapatkan persetujuan rapat
anggota BMT sesuai dengan dengan ketentuan pendirian atau anggaran
dasar rumah tangga.
f) Laba ditahan
Saldo laba bersih yang oleh rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
g) Saldo laba (rugi)
Saldo dari akumulasi hasil usaha dari tahun-tahun lalu yang telah
dikurangi untuk cadangan umum, laba di tahan dan koreksi laba (rugi)
tahun lalu.
h) Laba (rugi) tahun berjalan
Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi
taksiran hutang pajak. Dalam hal pada tahun berjalan BMT mengalami
kerugian, maka seluruh kerugian menjadi faktor pengurang dari modal.
Adapun format bentuk neraca sebagai berikut:
43
Tabel 2.1
Neraca BMT
Per 31 Desember 20xx
AKTIVA
Harta Lancar:
- Kas
- Penempatan Dana
- Piutang Mudharabah
- Pembiayaan Mudharabah
- Pembiayaan Musyarakah
- Pinjaman Qardhul Hasan
- Penyisihan Kerugian
Akt.Produktif
- Penyertaan Modal
Jumlah Harta Lancar
Per
31/12/20xx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Jumlah hutang lancar
Rp.x.xxx
Hutang jangka panjang:
- Hutang ke pihak ketiga
- Titipan zis
- Titipan jamsos
Jumlah hutang jgkpanjang
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Modal:
- Simpanan pokok khusus
- Simpanan pokok
- Simpanan wajib
- Tabarru’
- Modal penyertaan
- Cadangan umum
- Saldo laba (rugi)
- Laba (rugi) tahun berjalan
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Rp.(xxx)
Rp.x.xxx
Harta lain-lain:
- Biaya pra operasional
- Akumulasi amortisasi
Rp.x.xxx
Rp.(xxx)
- Biaya dibayar dimuka
Rp.x.xxx
JUMLAH AKTIVA
Hutang lancar:
- Kewajiban segera
- Simpanan:
Giro wadi’ah
Simpanan wadi’ah
- Investasi tidak terikat:
- Simpanan mudharabah
- Simpanan mudharabah bjgk
Per
31/12/20
xx
Rp.x.xxx
Harta Tetap:
- Tanah
- Gedung
- Kendaraan
- Peralatan Kantor
- Akumulasi Penyusustan
Jumlah harta tetap
Jumlah harta lain-lain
KEWAJIBAN+MODAL
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
Jumlah modal
JUMLAH
KEWAJIBAN+MODAL
Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 39
Rp.x.xxx
Rp.x.xxx
b. Laporan laba/rugi
Laporan laba/rugi disusun untuk melihat hasil operasi perusahaan dalam
satu periode tertentu karena dalam laporan ini menggambarkan keberhasilan
44
atau kegagalan dalam upaya mencapai keuntungan yang ditargetkan. Laporan
laba rugi terdiri dari:
1) Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan harta atau
penurunan hutang yang mengakibatkan kenaikan modal yang tidak berasal
dari setoran pendiri (pemilik). Pendapatan operasi BMT antara lain:
a) Pendapatan operasi utama yang terdiri dari: Pendapatan dari jual
beli (marjin) yaitu pendapatan marjin murabahah dan pendapatan
bersih salam dan pendapatan bagi hasil, yaitu pembiayaan
mudharabah dan pembiayaan musyarakah
b) Pendapatan sewa (ijarah)
c) Pendapatan operasi utama lainnya, yang terdiri dari pendapatan
bonus wadi’ah dan penerimaan non halal
d) Pendapatan bagi hasil BMT sebagi mudharib
e) Pendapatan operasi lainnya
Pendapatan jasa BMT berbasis imbalan terdiri dari: fee al hawalah
(perpindahan), fee wakalah (mewakilkan), fee al kafalah
(pengalihan tanggung jawab), Fee ar rahn (gadai), Fee pinjaman
qardhul hasan dan pendapatan dari administrasi pembiayaan
f) Pendapatan di luar operasi yang terdiri dari: keuntungan pelepasan
aktiva tetap, pendapatan hibah dan pendapatan lainnya
45
2) Biaya
Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pengeluaran atau berkurangnya harta atau
bertambahnya hutang yang mengakibatkan penurunan modal termasuk
pembagian kepada pemilik modal (pendiri). Biaya operasional dalam
BMT antara lain:
a) Biaya bonus simpanan dan giro berdasarkan prinsip wadi’ah
b) Biaya bagi hasil simpanan dan simpanan berjangka mudharabah
c) Rugi investasi tidak terikat (simpanan masyarakat) akibat kelalaian
BMT sebagai mudharib.
d) Biaya operasional lainnya
e) Biaya diluar operasi
f) Zakat
g) Pajak
Adapun bentuk format dari Laporan laba/rugi terlihat seperti berikut ini:
Tabel 2.2
Laporan Laba/Rugi BMT
Per 31 Desember 20xx
Per 31/12/20xx
Pendapatan Operasi Utama:
Pendapatan Dari Jual Beli:
- Murabahah
- Salam
Pendapatan Dari Bagi Hasil:
- Pembiayaan Mudharabah
- Pembiayaan Musyarakah
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
46
Pendapatan Sewa
Pendapatan Operasi Utama Lainnya
Pendapatan Di Luar Operasi:
Keuntungan Pelepasan Aktiva Tetap
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lain-Lain
Jumlah Pendapatan
Biaya Operasi Utama:
Biaya Bonus
- Giro Wadi’ah
- Simpanan Wadi’ah
Biaya Bagi Hasil
- Simpanan Mudharabah
- Simpanan Berjangka Mudharabah
Biaya Operasional Lainnya:
- Biaya Personalia
- Biaya Administrasi Dan Umum
- Biaya Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
- Biaya Penyusutan
- Biaya Amortisasi
Biaya Diluar Operasi:
- Biaya Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
- Biaya Lain-Lain
- Zakat
- Pajak
Jumlah Biaya
LABA/RUGI
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 42
c. Laporan perubahan modal
Modal akan berpengaruh apabila perusahaan memperoleh laba karena laba
tersebut akan menambah modal. Begitu pula sebaliknya bila perusahaan
memperoleh kerugian maka akan mengurangi modal. Modal dapat juga
bertambah bila pemilik/pendiri menambah investasi, menambah setoran
modal, adanya titipan dana dan adanya modal penyertaan dari pihak lain.
47
informasi perubahan modal ini disajikan dalam bentuk laporan perubahan
modal.
Adapun bentuk format laporan perubahan modal terlihat sebagai berikut:
Tabel 2.3
BMT Malikussaleh
Laporan Perubahan Modal
Per 31 Desember 20xx
Modal BMT 01/01/20XX
Simpanan Pokok Khusus
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Ditambah:
Laba (rugi) bersih
Dikurangi:
Anggota Yang Keluar
Rp. xx.xxx
Rp. xx.xxx
Rp.xx.xxx
Rp.xx.xxx
Rp.xx.xxx
Modal BMT 31/12/20xx
Rp.xx.xxx
Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 43
d. Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan qardhul hasan
Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan qardhul hasan adalah untuk
menunjukkan sumber dan penggunaan ZIS dan penggunaan qardul hasan
selama jangka waktu tertentu. Sumber ZIS dan qardhul hasan berasal dari:
infaq, shadaqah, denda yang berasal dari keterlambatan pelunasan piutang,
sumbangan yang didapatkan dari nasabah atau pihak luar dan hibah.
Adapun format laporan sumber dan penggunaan ZIS adalah sebagai
berikut:
48
Tabel 2.4
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS
Untuk Tahun 20xx
Catatan
Saldo Awal Dana ZIS
Sumber Dana ZIS:
a. Zakat dari BMT
b. Zakat dari pihak luar BMT
c. Infaq
d. Shadaqah
20xx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Jumlah dana ZIS
Penggunaan dana ZIS:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil
d. Orang yang baru masuk islam (mu’allaf)
e. Orang yang terlilit hutang (Ghorim)
f. Hamba Sahaya (Riqab)
g. Kepentingan Fisabilillah
h. Orang yang dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)
Jumlah penggunaan Dana ZIS
Kenaikan (penurunan Dana ZIS
Saldo Akhir Dana ZIS
Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 46
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Dan bentuk format laporan sumber penggunaan dana qardhul hasan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.5
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Untuk Tahun 20xx
Catatan
Saldo Awal Dana Qardhul Hasan
Sumber Dana Qardhul Hasan:
a. Infaq dari pihak luar atau dari nasabah
BMT
b. Shadaqah dari pihak luar atau dari nasabah
BMT
c. Denda atas keterlambatan pelunasan
pembiayaan
d. Sumbangan dari nasabah BMT maupun
pihak luar
20xx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
49
Jumlah dana Qardhul Hasan
Penggunaan dana Qardhul Hasan:
a. Pinjaman kebajikan
b. Pinjaman social
Jumlah penggunaan Dana Qardhul Hasan
Saldo akhir Dana Qardhul Hasan
Saldo Akhir Dana ZIS
Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 47
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
BAB III
TINJAUAN OBJEK PENELITIAN
A. BMT Ta’awun
1. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun
BMT Ta’awun merupakan sebuah lembaga keuangan mikro syari’ah yang
bergerak di bidang simpan pinjam dengan sistem syari’ah dan metode nisbah bagi
hasil. BMT Ta’awun bergerak di bidang usaha mikro (kecil menengah).
Mayoritas nasabah BMT Ta’awun adalah yang memiliki usaha kecil baik di PD
pasar maupun di Home Industri yang membutuhkan tambahan modal dengan
nominal kecil untuk pengembangan usahanya, dimana hal tersebut belum bisa
direalisasikan oleh bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lain yang hanya
bisa merealisasikan tambahan modal dengan nominal besar.
BMT Ta’awun mulai beroperasi pada bulan Mei 2004. Pada waktu itu, BMT
hanya memiliki modal sebesar Rp.100.000.000,-. Dana tersebut berasal dari dana
sosial pribadi dan beberapa investor yang dimotori oleh AMK (Anak Muda
Kreatif) Cipulir.
Adapun Para pendiri dan penggagas serta pengurus berdirinya BMT Ta’awun
adalah dari unsur pemuda Cipulir yaitu Saifuddin SHI, Fajaruddin Malik,
Subandikot Amd, Syahruddin S.Kom, Abdul Kodir SHI dan Danang. Sedangkan
dari unsur pengawas BMT Ta’awun yaitu Ir. Moch. Agus Tiono, Hilwin Manan,
Ir. Edi Supriyanto, Abdul Khoir, Masyhuri Husein S.Ag, dan Drs. Syafei serta
50
51
mendapat dukungan dari warga Jl. H.Amsar Cipulir. Perjalanan BMT Ta’awun
baru
diresmikan
pada
tanggal
21
Juli
2005
dengan
legal
SIUP
No.01696/1.824.51, SK MENKOP dan UKM No. 0254/BH/-1.82/VII/2005,
AKTA NOTARIS ARNASYAA PATTINAMA SH No.6 di Jakarta.
2. Produk yang ditawarkan BMT Ta’awun
BMT Ta’awun sebagai salah satu lembaga keuangan seperti halnya lembaga
keuangan lain yang pada umumnya menawarkan jasa tabungan untuk
menghimpun dana dan jasa pembiayaan untuk penyaluran dana. Secara rinci
produk-produk yang ditawarkan BMT Ta’awun adalah
a. Produk penghimpunan dana BMT Ta’awun terdiri dari:
1) Simpanan Ta’awun
Simpanan yang bersifat umum yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat. Tabungan ini menggunakan konsep mudharabah, dimana
dana akan dikelola BMT agar mendapatkan keuntungan dengan sistem
bagi hasil dengan setoran awal minimal Rp. 20.000.
2) Simpanan Pendidikan
Simpanan yang biasa digunakan untuk persiapan pendidikan, dan
proses pengambilannya disesuaikan dengan masa-masa pendidikan
yaitu
persemester,
ketika
kenaikan
kelas/tingkat,
sekolah/kuliah dengan setoran awal minimal Rp. 20.000.
mendaftar
52
3) Simpanan Idul Fitri
Simpanan yang digunakan untuk kebutuhan menjelang Idul fitri dan
proses pengambilannya hanya bisa dilakukan 1 bulan sebelum hari
raya Idul fitri dengan minimal setoran awal Rp. 20.000.
4) Simpanan Idul Qurban
Simpanan yang dipersiapkan bagi nasabah yang berniat untuk menjadi
seorang mudhahi (pengkurban) pada saat hari raya Idul Adha dan
penarikan dapat dilakukan sebelum menjelang hari raya.
5) Investasi mudharabah berjangka
Simpanan berjangka yang sistem pengambilannya hanya pada jangka
tertentu yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
b. Produk Penyaluran dana BMT Ta’awun terdiri dari:
1) Pembiayaan Murabahah
Produk pembiayaan dengan sistem jual beli syariah dimana harga
jualnya terdiri dari harga pokok barang (pembiayaan) ditambah
keuntungan (margin) yang disepakati, sementara pembayaran bisa
dilakukan dengan tunai, tangguh, ataupun dicicil.
2) Pembiayaan Musyarakah
Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk melakukan suatu
usaha tertentu yang halal dan produktif dengan pembagian nisbah
sesuai kesepakatan dan resiko usaha ditanggung sesuai porsi
kerjasama.
53
3) Pembiayaan mudharabah
Kerjasama antar pemilik modal dengan pemilik tenaga. Dalam hal ini
BMT memberikan permodalan kepada pengusaha yang sudah
memiliki skill dan tenaga kerja tetapi belum memiliki modal sama
sekali, dengan bagi hasil sesuai kesepakatan. Jenis pembiayaan
mudharabah di BMT Ta’awun terdiri dari:1
a) Mudharabah Biasa: Modal seluruhnya dikeluarkan oleh BMT
sebagai shahibul maal.
b) Mudharabah Musyarakah: usaha baru yang modalnya dikeluarkan
BMT dan mudharib memberikan sedikit modal.
c) Mudharabah Muqayyadah: mudharabah yang dikeluarkan kepada
lembaga / instansi tapi dikhususkan pada pembiayaan tertentu (ex:
pinjaman karyawan)
Dana mudharabah yang disalurkan oleh BMT Ta’awun dilaporkan
dalam neraca pada bagian aset lancar.
4) Pembiayaan ijarah
Pembiayaan dengan pemindahan hak guna atau manfaat atas barang
atau jasa, dengan memberikan upah sewa tanpa diikuti pemindahan
hak kepemilikan barang atau jasa.
1
Wawancara dengan Bapak Irwansyah,, Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun. Cipulir, 25
Februari 2011
54
5) Pembiayaan al-qardh
Pembiayaan kepada nasabah yang dapat ditagih tanpa minta imbalan
atau kelebihan dari pokok pinjaman. Pinjaman ini hanya diberikan
kepada para dhu’afa atau mustahik zakat.
3. Pendapatan BMT Ta’awun
Pendapatan BMT Ta’awun berasal dari beberapa pembiayaan yang disalurkan
yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah dan ijarah.
Pendapatan lainnya berasal dari jasa administrasi, penempatan pada bank dan
pendapatan lain-lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari hasil pemberian
pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah penyimpan sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pendapatan yang diperoleh BMT
Ta’awun yang berasal dari pembiayaan berupa:
a. Pendapatan margin
Pendapatan margin diperoleh BMT Ta’awun dari membiayai pembelian
barang, yaitu selisih dari harga beli dengan harga jual barang.
b. Pendapatan bagi hasil
Pendapatan bagi hasil diperoleh dari hasil usaha antara BMT dengan
mitra/anggota yang berbentuk mudharabah dan musyarakah. Adapun
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi pengelola dana
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu unsur pendapatan
operasi utama BMT.
55
c. Pendapatan sewa
Pendapatan yang diperoleh BMT Ta’awun dari jasa ijaroh yaitu
menyewakan barang kepada mitra/anggota tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan.
B. BMT AL-Kariim
1. Sejarah Berdirinya BMT AL-Kariim
Bermula dari diklat ZIS dan ekonomi Syariah yang diadakan oleh Dompet
Dhuafa Republika tanggal 11 s/d 15 Januari 1995 di Yogyakarta yang diikuti oleh
peserta dari berbagai daerah. Diantara peserta dari Jakarta tercatat nama seperti
Deni Nuryadin. SE, M. Ikhwan dan Suleman Hayyun yang kemudian mereka
bertiga bertekad membentuk Baitul Maal wat Tamwil di Jakarta dan setelah itu
mereka magang di BPRS Bina Amwalul Hasanah Cinere.
Ide Pendirian BMT mendapat sambutan positif dari beberapa Remaja Masjid
Pondok Indah diantaranya Iwan Setiawan. SMI, Febriyanti Husni. SE, Syafri
Muharam. SE, M. Zakarullah Zein. SE, serta simpatisan lain seprti Ir. Engkus
Kusnandar.
M.Ed
Dan
Dra.
Ramiah.
Kesepuluh
remaja
tersebut
memproklamirkan berdirinya BMT Al Karim yang bertempat di Masjid Raya
Pondok Indah pada tanggal 15 Juli 1995.
Tahun 1995, BMT Al Kariim pindah menempati gedung baru yang dibangun
dari 13 kios di Pasar Jaya Pondok Indah, Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta
Selatan dan pada tahun 2006 BMT Al kariim menempati gedung dalam bentuk
ruko tiga tingkat yang lebih kondusif di Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
56
BMT Al-Kariim beroperasi dengan legalitas dari Surat Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Menengah RI No.77/BH/KDK.9.4/X/2000
2. Produk yang ditawarkan BMT Al Kariim
a. Produk penghimpunan dana BMT Al-Kariim terdiri dari:
1) Simpanan Mudharabah Al-Kariim
2) Simpanan Pendidikan AL-Kariim
3) Simpanan Berjangka AL-Kariim
4) Simpanan Idul Fitri AL-Kariim
5) Simpanan Qurban Al-Kariim
b. Produk Penyaluran dana BMT Al Kariim terdiri dari:
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Musyarakah
3) Pembiayaan ijarah
4) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha dengan seluruh
modal disediakan oleh BMT dan keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang disepakati. Pembiayaan mudharabah yang ada di BMT
Al-Kariim adalah pembiayaan mudharabah mutlaqoh, dimana BMT
memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk
menginvestasikan atau memutar uangnya.2
2
Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Jakarta, 2 Maret 2011.
57
Dana mudharabah yang diberikan BMT Al-Kariim kepada nasabah
pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian aktiva
lancar.
5) Pembiayaan Rahn
Pembiayaan dengan akad gadai barang. BMT akan menahan salah satu
harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya.
3. Pendapatan BMT AL-Kariim
Pendapatan BMT AL-Kariim berasal dari beberapa pembiayaan yang
disalurkan yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah,
ijarah dan rahn. Pendapatan lainnya berasal dari pendapatan administrasi dan
pendapatan bagi hasil dari penempatan pada bank. Pendapatan yang diperoleh
dari hasil pemberian pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah
penyimpan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pendapatan yang
diperoleh BMT AL-Kariim dari hasil pembiayaan berupa:
a. Pendapatan margin
b. Pendapatan bagi hasil
c. Pendapatan jasa
Pendapatan jasa yang diperoleh BMT berasal dari jasa rahn, yaitu
penitipan nasabah kepada BMT maupun jasa ijaroh, yaitu jasa dimana
BMT menyewakan peralatan/tempat kepada nasabahnya.
58
C. BMT El-Syifa
1. Sejarah Berdirinya BMT El-Syifa
BMT El-Syifa berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 21 Mei 1996.
Berawal dari kebutuhan akan adanya lembaga keuangan yang bersifat syariah,
maka berdasarkan pertimbangan tersebut didirikanlah BMT El-Syifa yang
diharapkan dapat mengatasi keuangan masyarakat terutama untuk pengusaha
kecil bawah.
Pada tanggal 31 Mei 1996 bertempat di Pamulang BMT El-Syifa diresmikan
oleh Direktur BMI, Zainul Nur dan satu bulan kemudian, Dirut PINBUK
memberikan sertifikat operasi No. 093007/PINBUK/VI/96 kepada BMT El-Syifa.
Sementara badan hukum yang dipakai adalah SK Menkop dan PPK Nomor.
045/BH/KWK/II/1995.
2. Produk yang ditawarkan BMT El-Syifa
a. Produk penghimpunan dana BMT El-Syifa terdiri dari:
1) Tabungan Amanah Mudharabah
2) Tabungan Pendidikan
3) Tabungan Hari Raya
4) Tabungan haji
5) Tabungan Walimah
Simpanan yang dipersiapkan bagi anggota yang berniat untuk
melaksanakan walimah ursy. Simpanan ini dapat ditarik ketika akan
melaksanakan walimah ursy (pernikahan).
59
b. Produk Penyaluran dana BMT El-Syifa terdiri dari:
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan mudharabah
Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha dengan seluruh
modal disediakan oleh BMT dan keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang disepakati. Pembiayaan mudharabah yang ada di BMT
El-Syifa yaitu: 3
a) Mudharabah mutlak: Pembiayaan dengan sistem bagi hasil
keuntungan antara pihak pemberi modal dan pihak pengguna
modal dengan nisbah yang telah disepakati bersama dalam kurun
waktu tertentu dengan ketentuan mutlak berada di tangan pemberi
modal.
b) mudharabah muqayyadah: Pembiayaan dengan sistem bagi hasil
keuntungan antara pihak pemberi modal dan pihak pengguna
modal dengan nisbah yang telah disepakati bersama dalam kurun
waktu tertentu yang terikat dengan ketentuan bersama.
Dana mudharabah yang diberikan BMT El-Syifa kepada nasabah
pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian aktiva.
3
Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa. Ciganjur, 11 Maret
2011
60
3) Pembiayaan Ba’I Bithaman Ajil (BBA)
Pembiayaan
yang
hampir
sama
dengan
murabahah
namun
pembayarannya dilakukan dengan mengangsur (mencicil) dalam
waktu yang panjang.
4) Pembiayaan al-qardh
Pembiayaan yang hanya diberikan khusus kepada 8 golongan
(mustahiq) yang memerlukan modal kerja dan harus dikembalikan
dengan mencicil tanpa dibebani bagi hasil. Dana ini diberikan dari
Baitul Maal.
3. Pendapatan BMT El-Syifa
Pendapatan BMT El-Syifa berasal dari beberapa pembiayaan yang disalurkan
yang terdiri dari pembiayaan murabahah, mudharabah dan Ba’I Bithaman Ajil
(BBA). Pendapatan lainnya berasal dari pendapatan administrasi dan pendapatan
dari penempatan pada bank. Pendapatan yang diperoleh dari hasil pemberian
pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah penyimpan sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Diantara Pendapatan yang diperoleh
BMT El-Syifa dari pembiayaan berupa:
a. Pendapatan margin
b. Pendapatan bagi hasil
61
D. BMT Daarul Qur’an
1. Sejarah Berdirinya BMT Daarul Qur’an
Tumbuhnya Bank Syariah di awal tahun 90-an, ketika itu dimulai oleh
sejumlah BPRS di Jawa Barat dan Bank Muamalat Indonesia di Jakarta, meski
didukung oleh banyak kalangan, namun dipastikan tidak dapat serta merta
menyentuh ummat yang justru sebagian besar berada dilapisan bawah, karena
sifat perbankan yang pada umumnya tidak membuka akses pendanaan bagi
mereka yang secara tradisional digolongkan sebagai “unbankable”.
Kondisi ini memberikan inspirasi bagi sejumlah kalangan untuk menumbuhan
Lembaga Keuangan Mikro Non Bank dengan prinsip bagi hasil, yang di
kemudian hari dikenal dengan nama Baitul Maal Wat Tamwil (disingkat BMT).
Pendirian BMT secara fantastis terjadi di masa orde baru memberi sedikit ruang
kepada umat Islam untuk berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah
bangsa, dalam hal ini kemiskinan dan pengangguran. Kala itu, melalui PINBUK
(Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang berafiliasi pada ICMI, pemerintah
mencanangkan Gerakan 10.000 BMT.
Saat ini tidak ada data yang pasti atau meyakinkan berapa BMT yang telah
didirikan, berapa yang masih beroperasi dan berapa yang masih beroperasi dan
sehat.
Begitu pula jumlah nasabah atau mitra yang telah dibiayai dan lalu
berkembang usahanya, hanya berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh
beberapa pihak (BMT-BMT dan Lembaga pendamping BMT) dapat diketahui
bahwa:
62
a. Sebahagian besar BMT memilih badan hukum koperasi meski tidak benarbenar efektif sebagai koperasi. Selebihnya menjadi salah satu unit usaha
sebuah koperasi (seperti kopontren) atau KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah) banyak juga yang belum berbadan hukum.
b. Persoalan yang seringkali diutarakan adalah rendahnya kualitas SDM
termasuk pemahaman tentang fiqh-muamalah, terbatasnya akses pendanaan,
bahkan terhadap bank-bank di daerah-daerah; prosedur operasi yang tidak
standar serta lemahnya fungsi pengawasan baik keuangan maupun segi
syariahnya. Sementara itu ditingkat nasabah/mitra, keluhan yang dirasakan
dimana-mana adalah hampir tidak bisa membedakan praktek sistem bagi hasil
dengan bunga-konvensional.
Dibalik berbagai kelemahan yang ada, BMT setidaknya telah ikut
berpartisipasi di dalam menguatkan usaha-usaha mikro, bahkan menjadi
penyangga yang sangat berarti di masa krisis bagi ratusan ribu bahkan mungkin
jutaan keluarga berpenghasilan rendah sehingga tidak jatuh miskin atau menjadi
sangat miskin. Keberhasilan ini cukup menjadi indikasi bahwa BMT
sesungguhnya menyimpan potensi yang sangat besar untuk berperan aktif atau
berkontribusi banyak dalam memulihkan dan mengembangkan ekonomi rakyat.
Karena hal itulah maka Yayasan Daarul Qur'an yang bergerak dibidang bantuan
pendidikan bagi para dhu'afa, santunan fakir-miskin dan anak-anak yatim-piatu,
atas prakarsa Alm. KH. Masyhuri Syahid, M.A sebagai pimpinan dan pengasuh
63
Yayasan pada Januari 2005 mendirikan BMT Daarul Qur'an bekerjasama dengan
mahasiswa Program Pasca Sarjana Ekonomi Keuangan Syariah Universitas
Indonesia Angkatan V.
2. Produk yang ditawarkan BMT Daarul Qur’an
a. Produk penghimpunan dana BMT Daarul Qur’an terdiri dari:
1) Simpanan Wadi’ah Daarul Qur'an
Simpanan Titipan Dana Pihak Ketiga di BMT Daarul Qur’an (DQ),
dimana Nasabah (anggota) akan mendapat bonus dari pendapatan atas
dana tersebut, namun jumlahnya tidak diperjanjikan sebelumnya.
Simpanan ini dapat diambil setiap saat. Setoran awal minimum Rp.
20.000,- dan selanjutnya Rp 1.000
2) Simpanan Idul Fitri
Simpanan ini diperlukan bagi nasabah (anggota) yang berkeinginan
untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri dan nasabah akan mendapatkan
bagi hasil dari pendapatan atas dana yang diinvestasikan. Pengambilan
simpanan hanya dapat dicairkan 2 (dua) minggu mendekati hari raya
Idul Fitri. Setoran awal minimum Rp. 50.000; (porsi/nisbah bagi hasil
BMT : Nasabah = 60% : 40%.
3) Simpanan Qurban
Simpanan ini diperuntukkan bagi nasabah (anggota) yang ingin
melaksanakan
ibadah
qurban
dan
nasabah
(anggota)
akan
64
mendapatkan bagi hasil atas dana yang diinvestasikan. Pengambilan
simpanan ini hanya dapat dilakukan 1 (satu) minggu menjelang hari
raya Qurban (Idul Adha). Setoran awal minimum Rp. 100.000; (porsi
/nisbah bagi hasil BMT : Nasabah = 60% :40%).
4) Simpanan Haji (sihaji)
Simpanan ini diperuntukkan bagi nasabah (anggota) yang ingin
melaksanakan ibadah haji. Pengambilan simpanan ini ketika saldo
simpanan cukup untuk menunaikan ibadah haji. Setoran awal
minimum Rp. 500.000; (porsi / nisbah bagi hasil BMT : Nasabah =
50% : 50%).
5) Simpanan Berjangka Mudharabah
Lebih dikenal dengan Deposito Mudharabah. Setoran minimal Rp.
5.000.000,- porsi/nisbah bagi hasil sbb :
1 bulan (BMT DQ : Nasabah = 65% : 35%)
3 bulan (BMT DQ : Nasabah = 60% : 40%)
6 bulan (BMT DQ : Nasabah = 50% : 50%)
12 bulan (BMT DQ : Nasabah = 40% : 60%)
b. Produk Penyaluran dana BMT Daarul Qur’an terdiri dari:
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Musyarakah
3) Pembiayaan mudharabah
65
Kerjasama usaha /modal dimana sumber modal sepenuhnya dari pihak
BMT dimana keuntungan usaha tersebut dibagi secara berimbang
sesuai porsi jumlah dana atau kesepakatan bersama. Jenis pembiayaan
mudharabah yang ada di BMT Daarul Qur’an yaitu:4
a) Mudharabah mutlaqoh: mudharabah dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya.
b) Mudharabah muqayyadah: mudharabah yang pemilik dananya
memberikan batasan kepada pengelola dana.
Dana mudharabah yang diberikan BMT Daarul Qur’an kepada
nasabah pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada
bagian aktiva.
4) Pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik
Pembiayaan ijaroh merupakan pembiayaan dengan pemindahan hak
guna atau manfaat atas barang atau jasa, dengan memberikan upah
sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan barang atau jasa.
Sedangkan ijarah muntahiya bittamlik pembiayaan yang diikuti
pemindahan kepemilikan barang.
4
Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul Qur’an.
Menteng dalam tebet, 15 Maret 2011
66
5) Pembiayaan qardhul hasan
Pinjaman yang hanya diberikan kepada para dhu’afa atau mustahik
zakat.
Dalam
pembiayaan
ini,
nasabah
hanya
diwajibkan
mengembalikan pokok pinjaman. Namun pihak BMT diperbolehkan
untuk menerima tambahan dana yang merupakan pemberian secara
suka rela dan hal ini tidak dicantumkan dalam perjanjian.
3. Pendapatan Daarul Qur’an
Pendapatan BMT Daarul Qur’an berasal dari beberapa pembiayaan yang
disalurkan yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah
dan ijarah/ijarah muntahiya bittamlik. Pendapatan lainnya berasal dari
administrasi pembiayaan, penempatan pada bank, administrasi tabungan dan
operasional lainnya. Pendapatan yang diperoleh BMT Daarul Qur’an dari
pembiayaan berupa:
a. Pendapatan margin
Pendapatan margin diperoleh BMT Daarul Qur’an dari membiayai
pembelian barang, yaitu selisih dari harga beli dengan harga jual barang.
b. Pendapatan bagi hasil
Pendapatan bagi hasil ini diperoleh dari hasil usaha antara BMT dengan
anggota yang berbentuk mudharabah dan musyarakah. Adapun
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi pengelola dana
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu unsur pendapatan
operasional BMT Daarul Qur’an.
67
c. Pendapatan sewa
Pendapatan yang diperoleh BMT Daarul Qur’an dari menyewakan barang
kepada nasabah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT
1. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di BMT Ta’awun1
Dalam pembiayaan mudharabah, BMT Ta’awun mengenakan jaminan untuk
menjaga agar nasabah tetap amanah terhadap pembiayaan yang telah diberikan
BMT. Prinsip jaminan yang dilakukan oleh BMT Ta’awun diantaranya ada yang
dikenakan jaminan dan ada yang tidak dikenakan jaminan. Untuk nasabah
corporate oleh BMT Ta’awun dikenakan jaminan yang jumlahnya sepadan
dengan nilai pembiayaannya sedangkan untuk nasabah binaan, terkadang BMT
Ta’awun tidak mengenakan jaminan. Diantara jaminan yang dikenakan oleh BMT
Ta’awun yaitu berupa sertifikat/surat berharga lainnya dan personal garansi. Jika
pembiayaan tersebut dikenakan jaminan, maka BMT akan meminta surat kuasa
untuk menjual. Jaminan tersebut hanya dapat dicairkan apabila nasabah terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati dalam akad.
Dalam pemberian pembiayaan mudharabah, BMT Ta’awun lebih banyak
memberikan pembiayaan dalam bentuk dana daripada barang. Jika pembiayaan
diberikan dalam bentuk barang, maka mudharib harus menyertakan pembelian
bon/kwitansi atas pembelian barang tersebut.
1
Wawancara dengan Bapak Subandikot, General Manager BMT Ta’awun. Cipulir. 25 Februari
2011.
68
69
Batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Ta’awun
yaitu sebesar Rp. 60.000.000.- sesuai dengan BMPK BMT.
Dalam prinsip pembagian hasil usaha mudharabah, BMT Ta’awun
menggunakan prinsip profit and loss sharing, dimana perhitungan keuntungan
didasarkan atas laba bersih dari usaha (net profit) dan kerugian ditanggung oleh
BMT selama bukan karena kelalaian mudharib. Sedangkan untuk pengakuan
pendapatan bagi hasil, BMT Ta’awun mengakuinya secara cash basis yaitu
pendapatan diakui pada saat kas diterima. BMT Ta’awun tidak mengakui
pendapatan bagi hasil sebelum nasabah menyetorkan imbalan bagi hasilnya
meskipun nasabah sudah melaporkan pendapatannya tanpa disertai pembagian
bagi hasil untuk BMT. Pada pengembalian dana mudharabah di BMT Ta’awun
dilakukan secara bulanan/per 3 bulan sekali beserta bagi hasilnya.
Usaha yang dibiayai oleh BMT Ta’awun harus memiliki syarat minimal usaha
tersebut sudah berjalan 1 tahun. Tetapi untuk nasabah binaan, BMT terkadang
memberikan pembiayaan untuk usaha yang baru dimulai.
Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT Ta’awun membuat
suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan sebuah
usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil yang akan
disepakati antara BMT dengan nasabah. Selain itu, nisbah bagi hasil juga
ditentukan berdasarkan tawar menawar antara pihak BMT dengan nasabah.
Jurnal yang digunakan BMT Ta’awun berkaitan dengan transaksi pembiayaan
mudharabah yang dilakukannya adalah
70
1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad
mudharabah:2
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. BDD persediaan materai
Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Debet
Rp. XXX
Kredit
Rp.
Rp.
Rp.
XXX
XXX
XXX
Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:
Rekening
Dr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Cr.Kas
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr.Rekening nasabah
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok
yang dibayarkan:
Rekening
Dr. Kas/Rekening nasabah
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
2
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
Rp.
XXX
XXX
Biaya administrasi BMT Ta’awun sebesar Rp 5000 untuk semua plafond dan Biaya premi
asuransi tergantung dari jumlah pembiayaan, dan jangka waktu pembiayaan.
71
4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah
sebelum jatuh tempo:
Rekening
Db.Rekening nasabah
Cr.Pembiayaan Mudharabah
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:
Tidak dilakukan penjurnalan
2. Perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah di BMT Al-Kariim3
Dalam pembiayaan mudharabah, pengenaan jaminan tidak mutlak. Tetapi
untuk menghindari wanprestasi/ menjaga kepercayaan kedua belah pihak, BMT
Al - Kariim mengenakan jaminan kepada nasabahnya. Syarat jaminan yaitu
nilainya kurang lebih sama dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan
yang dikenakan oleh BMT Al-Kariim biasanya berupa benda bergerak/ kendaraan
bermotor, rumah dan personal garansi. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
nasabah terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
dalam akad.
Dalam pemberian pembiayaan, BMT Al-Kariim hanya memberikan
pembiayaan dalam bentuk dana saja sedangkan batas maksimum pembiayaan
yang diberikan oleh BMT Al-Karim yaitu sebesar Rp. 50.000.000.Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah BMT AL-Kariim menggunakan
metode revenue sharing (laba kotor), sedangkan untuk pengakuan pendapatan
3
Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Cileduk, 2 Maret 2011
72
bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima.
BMT AL- Kariim tidak mengakui pendapatan sebelum nasabah menyetorkan
imbalan bagi hasilnya. Pada pengembalian dana mudharabah di BMT AL-Kariim
dilakukan secara bulanan/per 3 bulan sekali beserta bagi hasilnya.
Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT AL-Kariim membuat
suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan sebuah
usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil yang akan
disepakati. Selain itu, nisbah bagi hasil juga ditentukan berdasarkan tawar
menawar, cash flow dan usaha nasabah.
Jurnal yang digunakan BMT Al-Kariim berkaitan dengan transaksi
mudharabah yang dilakukannya adalah:
1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad
mudharabah: 4
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. BDD Persediaan Materai
Cr. Titipan notaris pembiayaan
Cr. Titipan dana premi asuransi
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
XXX
XXX
XXX
XXX
Pada saat BMT membayarkan ke notaris:
Rekening
Db.Titipan notaris pembiayaan
Cr.Kas
4
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
Biaya administrasi ditentukan sebesar 1% dari plafond yang diberikan, biaya notaris tergantung
dari jumlah pembiayaan sedangkan premi asuransi tergantung dari jumlah plafond dan jangka
waktu pembiayaan.
73
Pada saat BMT membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi
Rekening
Db.Titipan dana premi asuransi
Cr.Kas
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening nasabah
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok
yang dibayarkan:
Rekening
Dr. Rekening nasabah
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
Rp.
XXX
XXX
4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah
sebelum jatuh tempo:
Rekening
Db. Rekening nasabah
Cr. Pembiayaan Mudharabah
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:
Tidak dilakukan penjurnalan
XXX
74
3. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di BMT El-Syifa5
Dalam pembiayaan mudharabah, BMT El-Syifa mengenakan jaminan kepada
anggotanya yang ingin mengajukan pembiayaan. Pengenaan jaminan tersebut
dimaksudkan agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan terhadap
pembiayaan yang telah diterimanya. Syarat jaminan yaitu minimal sepadan
dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Diantara jaminan yang dikenakan
oleh BMT El-Syifa berupa BPKB, surat tanah, personal garansi dan kebanyakan
dari jaminan tersebut berupa girik. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
anggota terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
dalam akad.
Dalam pemberian pembiayaan, BMT El-Syifa hanya memberikan pembiayaan
dalam bentuk dana saja dan batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan
yaitu sebesar Rp 60.000.000.-.
Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah yang digunakan oleh BMT ElSyifa adalah prinsip profit sharing (bagi laba), sedangkan untuk pengakuan
pendapatan bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat
kas diterima. BMT El-Syifa tidak mengakui pendapatan sebelum nasabah
menyetorkan imbalan bagi hasilnya. Pada pengembalian dana mudharabah di
BMT El-Syifa dilakukan secara bulanan, 3 bulan sekali atau dibayar sekaligus
5
Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa. Ciganjur, 11 Maret
2011
75
diakhir pembiayaan sedangkan untuk bagi hasilnya harus dibayar secara bulanan
atau mingguan sesuai dengan akad.
Usaha yang dibiayai oleh BMT El-Syifa harus sudah berjalan minimal 1
tahun. Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT El-Syifa akan
membuat suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan
sebuah usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil
yang akan disepakati.
Jurnal yang digunakan BMT El-Syifa berkaitan dengan transaksi pembiayaan
mudharabah yang dilakukannya:
1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad
mudharabah: 6
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. Persediaan Materai
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
Rp.
XXX
XXX
2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening nasabah
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok
yang dibayarkan:
6
Biaya administrasi ditentukan sebesar 2% dari plafond yang diberikan. Pada BMT El-Syifa tidak
terdapata biaya notaris ataupun biaya asuransi
76
Rekening
Dr. Rekening nasabah
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
Rp.
XXX
XXX
4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah
sebelum jatuh tempo:
Rekening
Db. Rekening nasabah
Cr. Pembiayaan Mudharabah
Debet
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:
Tidak dilakukan penjurnalan
4. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT Daarul Qur’an 7
Dalam pembiayaan mudharabah, BMT Daarul Qur’an mengenakan jaminan
yang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pembiayaan yang diberikannya.
Pengenaan jaminan ini tidak seperti pembiayaan murabahah yang jaminannya
harus sepadan dengan nilai pembiayaannya. Jaminan yang dikenakan oleh BMT
Daarul Qur’an antara lain berupa BPKB, sertifikat rumah, dan surat kontrak
usaha. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati dalam akad.
BMT Daarul Qur’an memberikan pembiayaan mudharabah berupa dana.
Batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Daarul Qur’an
yaitu sebesar Rp. 50.000.000.7
Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul Qur’an. Menteng
dalam tebet, 15 Maret 2011
77
Prinsip
pembagian
hasil
usaha
mudharabah
BMT
Daarul
Qur’an
menggunakan metode revenue sharing, dimana perhitungan nisbah bagi hasil
didasarkan atas laba kotor dari usaha (gross profit). Sedangkan untuk pengakuan
pendapatan bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat
kas diterima sehingga BMT Daarul Qur’an tidak mengakui pendapatan sebelum
nasabah menyetorkan imbalan bagi hasilnya. BMT Daarul Qur’an belum bisa
menerapkan profit sharing sebagaimana dengan BMT lainnya karena kendala
tenaga dan juga dalam profit sharing terdapat biaya-biaya operasional yg harus
diperhitungkan dengan benar.
Pada pengembalian dana mudharabah di BMT Daarul Qur’an dilakukan
secara bulanan beserta bagi hasilnya dan usaha yang dibiayai oleh BMT Daarul
Qur’an kurang lebih harus sudah berjalan lebih dari 3 tahun dan tergantung dari
kelayakan usaha tersebut.
Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT Daarul Qur’an akan
membuat suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan
sebuah usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil
yang akan disepakati. Penentuan nisbah bagi hasil juga ditentukan berdasarkan
tawar menawar anggota dengan pihak BMT Daarul Qur’an.
Jurnal yang digunakan BMT Daarul Qur’an berkaitan dengan transaksi
mudharabah yang dilakukannya:
78
1) Pada saat mengakui biaya sehubungan dengan akad mudharabah:8
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. Persediaan materai
Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
Rp.
Rp.
XXX
XXX
XXX
Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:
Rekening
Dr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Cr.Kas
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:
Rekening
Dr.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening nasabah
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok
yang dibayarkan:
Rekening
Dr. Rekening nasabah
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
Rp.
XXX
XXX
4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah
sebelum jatuh tempo:
Rekening
Dr. Rekening nasabah
Cr. Pembiayaan mudharabah
8
Debet
Rp.
XXX
Kredit
Rp.
XXX
Biaya administrasi BMT Daarul Qur’an ditentukan dari 1% x jumlah plafon dan biaya asuransi
tergantung dari jumlah plafon yang diberikan dan jangka waktu investasi.
79
5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:
Tidak dilakukan penjurnalan
B. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada
BMT dengan PSAK No. 105
Setelah melihat jurnal transaksi investasi mudharabah yang dilakukan oleh
BMT, untuk menganalisisnya penulis menggunakan contoh kasus yang terjadi di
masing-masing BMT.
1. BMT Ta’awun
Contoh kasus:
Bapak Adi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp.10.000.000 untuk
pembelian 4 buah komputer untuk usaha warnetnya kepada BMT Ta’awun. BMT
Ta’awun menyetujui pembiayaan tersebut dengan ketentuan:
a) Biaya administrasi Rp. 5.000 dan biaya asuransi sebesar Rp 20.000
b) Nisbah disepakati Nasabah: BMT = 70:30 dari laba bersih
c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 1 tahun.
d) Pembayaran angsuran Rp. 2.500.000/3 bulan, dilakukan bersamaan
dengan bagi hasil yang diterima BMT.
1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
akad mudharabah:9
9
Biaya administrasi BMT Ta’awun sebesar Rp 5000 untuk semua plafond dan Biaya premi asuransi
tergantung dari jumlah pembiayaan, usia dan lamanya pembiayaan.
80
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. BDD persediaan materai
Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Debet
Rp. 31.000
Kredit
Rp.
Rp.
Rp.
5.000
6.000
20.000
Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:
Rekening
Dr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Cr.Kas
Debet
Rp.
20.000
Kredit
Rp.
20.000
Analisis transaksi diatas:
Dalam penjurnalan transaksi biaya-biaya, biaya administrasi yang dibayar
oleh nasabah Rp. 5.000 diakui sebagai pendapatan administrasi oleh BMT
Ta’awun. Adapun biaya materai Rp. 6.000 yang dibayar nasabah diakui
dengan mengkredit rekening biaya dibayar dimuka persediaan materai yang
menunjukkan penggunaan persediaan materai BMT. Sedangkan untuk biaya
asuransi, BMT melakukan pengurusan asuransinya beberapa hari setelah
penandatanganan kontrak, sehingga BMT mengakui biaya asuransi yang
dibayar nasabah sebagai titipan premi asuransi. Dalam PSAK 105, pencatatan
mengenai pengakuan biaya-biaya sehubungan dengan akad tidak ada
pembahasannya.
2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.10.000.000:
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr.Rekening Bapak Adi
Debet
Rp. 10.000.000
Kredit
Rp. 10.000.000
81
Analisis transaksi diatas:
Berdasarkan transaksi diatas, BMT mengakui dana mudharabah yang
diberikan kepada Bapak Adi sebagai pembiayaan mudharabah pada saat
penyerahan
kas
sehingga
mengakibatkan
bertambahnya
pembiayaan
mudharabah sebesar Rp. 10.000.000 sebelah debit serta bertambahnya
rekening Bapak Adi disebelah kredit sebesar Rp. 10.000.000.
Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan
oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”
Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Ta’awun mengakui
dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah
bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK
105 paragraf 12).
Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai
berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana.”
Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Ta’awun,
usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Ta’awun mencairkan dana
mudharabah-nya ke rekening Bapak Adi. Maka transaksi ini sudah sesuai
dengan (PSAK 105 paragraf 16).
82
3) Apabila Bapak Adi membayar bagi hasil jika laba bersih yang
diperoleh Rp. 1.000.000 beserta angsuran pokok Rp.2.500.000
Rekening
Dr. Rekening Bapak Adi
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Rp.
Debet
2.800.000
Kredit
Rp.
Rp.
2.500.000
300.000
Analisis transaksi diatas:
Pada transaksi diatas, Bapak Adi membayar angsuran pembiayaan
mudharabah Rp. 2.500.000 beserta bagi hasil Rp. 300.000 (Rp.1000.000 x
30%).
Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”
Dalam hal ini, BMT Ta’awun menetapkan ketentuan kepada nasabah
untuk pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil. Sehingga
dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT Ta’awun sudah sesuai dengan
(PSAK 105 Paragraf 9).
Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”
BMT Ta’awun mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dengan nasabah yaitu sebagaimana yang telah ditentukan
83
dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang dilakukan oleh
BMT Ta’awun sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).
4) Jika Bapak Adi telat membayar angsuran investasi mudharabah.
Tidak dilakukan penjurnalan
Analisis transaksi diatas:
Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir
sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,
maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”
Pada transaksi diatas BMT Ta’awun tidak melakukan penjurnalan
ketika nasabah menunggak angsuran mudharabah. BMT hanya melakukan
penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah. Maka transaksi diatas tidak
sesuai dengan (PSAK 105: Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT
Ta’awun pada saat Bapak Adi tidak membayar angsuran pokok adalah:
Rekening
Debet
Kredit
Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 2.500.000
Cr. Investasi mudharabah
Rp.2.500.000
Jadi ketika Bapak Adi membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:
Rekening
Debet
Dr. Kas/Rekening nasabah
Rp.2.500.000
Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh
tempo
Kredit
Rp.2.500.000
84
2. BMT Al-Kariim
Contoh kasus:
Bapak Ahmad mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 40.000.000
untuk usaha konveksi pembuatan seragam sekolah. Untuk itu Bapak Ahmad
mengajukan pembiayaan
kepada BMT
Al-Kariim. BMT
Al-Kariim
menyetujui pembiayaan tersebut dengan ketentuan:
a) Biaya administrasi Rp. 400.000 (1% dari jumlah plafon), biaya materai
Rp. 6.000
b) Biaya asuransi sebesar Rp 80.000 dan biaya notaris Rp. 100.000
c) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 60:40 dari laba bruto
d) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 6 bulan.
e) Pembayaran angsuran Rp. 20.000.000/3 bulan beserta bagi hasil.
1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
akad mudharabah10
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. BDD Persediaan Materai
Cr. Titipan notaris pembiayaan
Cr. Titipan dana premi asuransi
10
Debet
Rp. 586.000
Kredit
Rp.
Rp.
Rp
Rp.
400.000
6.000
100.000
80.000
Biaya administrasi 1% X Rp. 40.000.000 = Rp. 400.000. Besarnya premi tergantung dari jumlah
plafond dan jangka waktu pembiayaan sedangkan beban notaris tergantung dari plafond
85
Pada saat BMT membayarkan ke notaris
Rekening
Db.Titipan notaris pembiayaan
Cr.Kas
Debet
Rp. 100.000
Kredit
Rp.
100.000
Pada saat BMT membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi
Rekening
Db.Titipan dana premi asuransi
Cr.Kas
Debet
Rp.
80.000
Kredit
Rp.
80.000
Analisis transaksi diatas
Berdasarkan
transaksi
diatas,
BMT
Al-Kariim
mengakui
biaya
administrasi Rp.400.000 sebagai pendapatan administrasi. Biaya administrasi
ditentukan sebesar 1% dari jumlah plafon yang diberikan kepada nasabah.
Untuk pembayaran notaris dan asuransi, BMT Al-Kariim melakukan
pembayarannya secara tidak langsung sehingga biaya notaris dan asuransi
yang telah dibayarkan nasabah diakui sebagai titipan notaris dan titipan premi
asuransi. Di dalam PSAK 105, pencatatan mengenai pengakuan biaya- biaya
administrasi tidak ada pembahasannya. Untuk itu, BMT Al-Kariim membuat
pencatatan sendiri untuk mengakui biaya administrasi yang telah dibayarkan
nasabah sebagai pendapatan administrasi.
2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.40.000.000:
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening Bapak Ahmad
Debet
Rp. 40.000.000
Kredit
Rp. 40.000.000
86
Analisis terhadap transaksi diatas
Berdasarkan transaksi diatas, BMT Al-Kariim mengakui dana
mudharabah yang diberikan kepada Bapak Ahmad sebagai pembiayaan
mudharabah pada saat penyerahan kas sebesar Rp. 40.000.000 sebelah debit
serta bertambahnya rekening Bapak Ahmad disebelah kredit sebesar Rp.
40.000.000.
Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan
oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”
Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Al-Kariim mengakui
dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah
bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK
105 paragraf 12).
Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai
berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana.”
Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Al-Kariim,
usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Al-Kariim mencairkan dana
mudharabah-nya ke rekening Bapak Ahmad. Maka transaksi ini sudah sesuai
dengan (PSAK 105 paragraf 16).
3) Apabila Bapak Ahmad membayar bagi hasil jika laba kotor yang
diperolehnya Rp. 10.000.000 beserta angsuran pokok Rp. 20.000.000
87
Rekening
Dr. Rekening Bapak Ahmad
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Rp.
Debet
60.000.000
Kredit
Rp.
Rp.
20.000.000
40.000.000
Analisis transaksi diatas:
Pada
mudharabah
transaksi
Rp.
diatas,
Bapak
Ahmad
20.000.000
beserta
bagi
membayar
hasil
Rp.
angsuran
40.000.000
(Rp.10.000.000 x 40%).
Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”
Dalam hal ini, BMT Al-Kariim menetapkan ketentuan kepada nasabah
untuk pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil. Sehingga
dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan
(PSAK 105 Paragraf 9).
Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”
BMT Al-Kariim mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dengan nasabah yaitu 40% dari laba kotor yang diperoleh
nasabah. Nisbah ini disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah
ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang
88
dilakukan oleh BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf
10).
4) Jika pada
saat jatuh tempo Bapak Ahmad tidak mampu
mengembalikan angsuran pokok Rp. 20.00.000.
Tidak dilakukan penjurnalan
Analisis transaksi diatas:
Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir
sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,
maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”
Pada transaksi diatas BMT Al-Kariim tidak melakukan penjurnalan
ketika nasabah tidak mampu mengembalikan sisa pokok angsuran
mudharabah. BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas
dari nasabah. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan (PSAK 105: Paragraf
19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT Al-Kariim pada saat Bapak Ahmad
tidak membayar angsuran pokok adalah:
Rekening
Debet
Kredit
Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp.20.000.000
Cr. Investasi mudharabah
Rp.20.000.000
Jadi ketika Bapak Ahmad membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:
Rekening
Debet
Kredit
Dr. Kas/Rekening nasabah
Rp.20.000.000
Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh
Rp.20.000.000
tempo
89
3. BMT EL-Syifa
Contoh kasus:
Bapak Rudi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 3.000.000
untuk usaha es buah kolang-kaling. Untuk itu Bapak Rudi mengajukan
pembiayaan kepada BMT El-Syifa dan menyetujui pembiayaan tersebut
dengan ketentuan:
a) Biaya administrasi Rp. 60.000 (2% dari jumlah plafon), biaya materai
Rp.6.000
b) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 60:40 dari laba bersih
c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 12 bulan.
d) Pembayaran angsuran Rp. 250.000/ bulan beserta bagi hasil.
1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
akad mudharabah: 11
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. Persediaan Materai
Rp.
Debet
66.000
Kredit
Rp.
Rp.
60.000
6.000
Analisis transaksi diatas
Berdasarkan transaksi diatas, BMT El-Syifa mengakui biaya administrasi
Rp. 60.000 sebagai pendapatan administrasi. Biaya administrasi ditentukan
sebesar 2% dari jumlah plafon yang diberikan kepada nasabah. Pada BMT El-
11
Biaya administrasi ditentukan sebesar 2% dari plafond yang diberikan. Pada BMT El-Syifa tidak
terdapata biaya notaris ataupun biaya asuransi
90
Syifa tidak terdapat biaya notaris dan asuransi. Di dalam PSAK 105,
pencatatan mengenai pengakuan biaya- biaya administrasi tidak ada
pembahasannya.
2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp. 3.000.000 ke rekening
Bapak Rudi
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening Bapak Rudi
Rp.
Debet
3.000.000
Kredit
Rp.
3.000.000
Analisis transaksi diatas
Berdasarkan
transaksi diatas,
BMT El-Syifa mengakui dana
mudharabah yang diberikan kepada Bapak Rudi sebagai pembiayaan
mudharabah
pada
saat
penyerahan
kas
sehingga
mengakibatkan
bertambahnya pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 3.000.000 sebelah debit
serta bertambahnya rekening Bapak Rudi disebelah kredit sebesar Rp.
3.000.000.
Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan
oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”
Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT El-Syifa mengakui
dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah
bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK
105 paragraf 12).
91
Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai
berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana.”
Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT El-Syifa,
usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT El-Syifa mencairkan dana
mudharabah-nya ke rekening Bapak Rudi. Maka transaksi ini sudah sesuai
dengan (PSAK 105 paragraf 16).
3) Apabila Bapak Rudi membayar bagi hasil jika laba bersih yang
diperolehnya Rp. 100.000 beserta angsuran pokok Rp. 250.000
Rekening
Dr. Rekening Bapak Rudi
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Rp.
Debet
290.000
Kredit
Rp.
Rp.
250.000
40.000
Analisis transaksi diatas:
Pada transaksi diatas, Bapak Rudi membayar angsuran mudharabah
Rp. 250.000 beserta bagi hasil Rp. 40.000 (Rp. 100.000 x 40%).
Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”
Dalam hal ini, BMT El-Syifa menetapkan ketentuan kepada nasabah
untuk pembayaran angsuran mudharabah dilakukan bersamaan dengan bagi
hasil. Sehingga dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT El-Syifa sudah
sesuai dengan (PSAK 105 Paragraf 9).
92
Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”
BMT El-Syifa mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dengan nasabah yaitu 40% dari laba yang diperoleh nasabah.
Nisbah ini disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah
ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang
dilakukan oleh BMT El-Syifa sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).
4) Jika Bapak Rudi telat membayar angsuran pokok Rp. 250.000
Tidak dilakukan penjurnalan
Analisis transaksi diatas:
Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir
sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,
maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”
Pada transaksi diatas BMT El-Syifa tidak melakukan penjurnalan
ketika nasabah tidak mampu mengembalikan pokok angsuran mudharabah.
BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah.
Untuk setiap penunggakan angsuran, BMT El-Syifa mengenakan denda yang
besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak sebagaimana
yang terdapat di dalam akad. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan
93
(PSAK 105 Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT El-Syifa pada
saat Bapak Rudi tidak membayar angsuran pokok adalah:
Rekening
Debet
Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 250.000
Cr. Investasi mudharabah
Kredit
Rp.250.000
Jadi ketika Bapak Rudi membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:
Rekening
Debet
Dr. Kas/Rekening nasabah
Rp.250.000
Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh
tempo
Kredit
Rp.250.000
4. BMT Daarul Qur’an
Contoh kasus:
Bapak Andi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 10.000.000
untuk usaha warung sembako. Untuk itu Bapak Andi mengajukan pembiayaan
kepada BMT Daarul Qur’an. Dan BMT Daarul Qur’an menyetujui
pembiayaan tersebut dengan ketentuan:
a) Biaya administrasi Rp. 100.000 (1% dari jumlah plafon), biaya materai
Rp.6.000 dan biaya asuransi Rp. 20.000
b) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 70:30 dari laba kotor
c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 10 bulan.
d) Pembayaran angsuran Rp. 1.000.000/ bulan beserta bagi hasil.
1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
akad mudharabah
94
Rekening
Dr.Kas
Cr.Pendapatan administrasi
Cr. Persediaan materai
Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Debet
Rp. 126.000
Kredit
Rp.
Rp.
Rp.
100.000
6.000
20.000
Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:
Rekening
Dr. Titipan premi asuransi pembiayaan
Cr.Kas
Debet
Rp.
20.000
Kredit
Rp.
20.000
Analisis transaksi diatas
Dalam penjurnalan transaksi biaya-biaya, biaya administrasi yang dibayar
oleh nasabah Rp. 100.000 diakui sebagai pendapatan administrasi oleh BMT
Daarul Qur’an. Adapun biaya materai Rp. 6.000 yang dibayar nasabah diakui
dengan mengkredit rekening persediaan materai. Sedangkan untuk biaya
asuransi, BMT mengakuinya sebagai titipan premi asuransi karena BMT tidak
langsung membayarkan premi kepada perusahaan asuransi. Dalam PSAK 105,
pencatatan mengenai pengakuan biaya-biaya sehubungan dengan akad tidak
ada pembahasannya. Untuk itu, BMT Daarul Qur’an membuat pencatatan
sendiri untuk mengakui biaya administrasi yang telah diterimanya sebagai
pendapatan.
2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.10.000.000 ke
rekening Bapak Andi
Rekening
Db.Pembiayaan mudharabah
Cr. Rekening Bapak Rudi
Rp.
Debet
10.000.000
Kredit
Rp.
10.000.000
95
Analisis transaksi diatas
Berdasarkan transaksi diatas, BMT Daarul Qur’an mengakui dana
mudharabah yang diberikan kepada Bapak Andi sebagai pembiayaan
mudharabah
pada
saat
penyerahan
kas
sehingga
mengakibatkan
bertambahnya pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 10.000.000 sebelah debit
serta bertambahnya rekening Bapak Andi disebelah kredit sebesar Rp.
10.000.000.
Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan
oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”
Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Daarul Qur’an
mengakui dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan
mudharabah bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat
pada (PSAK 105 paragraf 12).
Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai
berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana.”
Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Daarul
Qur’an, usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT mencairkan dana
mudharabah-nya ke rekening Bapak Andi. Maka transaksi ini sudah sesuai
dengan (PSAK 105 paragraf 16).
96
3) Apabila Bapak Andi membayar bagi hasil jika laba kotor yang
diperoleh Rp. 1000.000 beserta angsuran pokok Rp. 1.000.000
Rekening
Dr. Rekening Bapak Andi
Cr.Pembiayaan mudharabah
Cr.Pendapatan Bagi hasil
Rp.
Debet
1.300.000
Kredit
Rp.
Rp.
1.000.000
300.000
Analisis transaksi diatas:
Pada transaksi diatas, Bapak Andi membayar angsuran mudharabah
Rp. 1.000.000 beserta bagi hasil Rp. 300.000 (Rp. 1000.000 x 30%).
Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”
Dalam hal ini, BMT Daarul Qur’an menetapkan ketentuan kepada
nasabah untuk pembayaran angsuran mudharabah dilakukan bersamaan
dengan bagi hasil. Sehingga dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT
Daarul Qur’an sudah sesuai dengan (PSAK 105 Paragraf 9).
Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”
BMT Daarul Qur’an mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati dengan nasabah yaitu 30%. Nisbah ini disepakati oleh
kedua belah pihak sebagaimana yang telah ditentukan dalam akad. Maka
97
dapat disimpulkan bahwa transaksi yang dilakukan oleh BMT Daarul Qur’an
sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).
4) Jika Bapak Andi telat membayar angsuran Rp. 1.000.000
Tidak dilakukan penjurnalan
Analisis transaksi diatas:
Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir
sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,
maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”
Pada transaksi diatas BMT Daarul Qur’an tidak melakukan
penjurnalan ketika nasabah telat membayar angsuran pokok mudharabah.
BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah.
Sama halnya dengan BMT El-Syifa, BMT Daarul Qur’an mengenakan denda
pada setiap penunggakan angsuran yang besarnya ditentukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan
(PSAK 105: Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT Daarul Qur’an
pada saat Bapak Andi tidak membayar angsuran pokok adalah:
Rekening
Debet
Kredit
Dr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 1.000.000
Cr. Investasi mudharabah
Rp.1.000.000
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Transaksi yang dilakukan BMT masih belum sesuai dengan PSAK 105 antara
lain:
a. Ketidaksesuaian perlakuan akuntansi terjadi pada saat keempat BMT yaitu
BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an
mengakui dana
mudharabah yang disalurkan sebagai pembiayaan
mudharabah pada saat penyerahan kas atau aset non kas kepada nasabah.
Menurut PSAK 105, dana
mudharabah yang disalurkan pada saat
pembayaran kas atau aset non kas kepada nasabah diakui sebagai investasi
mudharabah.
a. Ketidaksesuaian perlakuan akuntansi juga terjadi pada saat nasabah
menunggak angsuran. Keempat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT AlKariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an tidak melakukan
penjurnalan pada saat nasabah menunggak angsuran pembiayaan. Dalam
PSAK 105 disebutkan bahwa Jika akad mudharabah berakhir sebelum
101
102
atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka
investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
B. Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar pihak BMT
menerapkan PSAK 105 (akuntansi pemilik dana) sebagai acuan dalam
perlakuan akuntansinya dan selalu mengupdate setiap revisi yang dilakukan
oleh IAI selaku organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
2. Untuk perguruan tinggi, penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan
materi yang sama tetapi pada lembaga keuangan yang berbeda karena ternyata
tidak semua lembaga keuangan syariah mengacu pada PSAK 105 atau pada
sampel yang lebih luas lagi.
3. Untuk Kementrian Koperasi Indonesia yang menaungi seluruh koperasi di
Indonesia agar memberikan informasi teraktual mengenai PSAK terbaru yang
berkaitan dengan sistem pencatatan akuntansi di koperasi karena dari 4 BMT
yang diteliti, belum mengetahui akan adanya PSAK terbaru yang merevisi
PSAK 59.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2008.
Ayu Kartini, Ajeng. “Analisis perlakuan akuntansi Ijarah pada lembaga keuangan
mikro syariah Studi pada BMT Ta’awun dan BMT Al-Fath”. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam . Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009.
Anggota IKAPI. Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lima Undang-Undang
Moneter & Perbankan. Bandung: Fokusmedia, 2009.
Antonio, M. Syafi’I. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Ash-Shawi, Shaleh dan al-Muslih, Abdullah. Fikih Ekonomi Keuangan Islam.
Penerjemah Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq, 2004.
Azis, M.amin dan Rahmadi. Akuntansi BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2006.
Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam, cet.I. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoe,
1996.
Djazuli dan Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga perekonomian Umat. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2002.
Dunil, Z. Kamus Istilah Perbankan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2004.
Efferin, Suyoko.dkk. Metode Penelitian untuk akuntansi. Malang: Bayumedia
Publishing, 2004.
Fatwa DSN MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat,
2009.
Isriani dan Muhammad giharto. Kamus perbankan syariah: Dilengkapi Penjelasan
Singkat & Perbandingan Dengan Bank Konvensional, cet.I. Jakarta: Marja,
2007.
Lathif, AH. Azharudin. Fiqh Mu’amalat. Jakarta: UIN Jakarta Press,2006.
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2002.
, Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam, cet.III. Penerjemah Drs.
Aswin Simamora. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Nurhayati dan wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,
2008.
Rahman, Fajar. “Penerapan Akuntansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah”.
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta,2008.
S. Harahap, Sofyan. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Ed.V. Jakarta: Salemba Empat, 2004.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi III. Jakarta: Ekonisia,
2008.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005.
Sultony,Naidy. “Analisis Kesesuaian PSAK 102 Terhadap Perlakuan Akuntansi
Murabahah pada PT.BTN Syariah Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait
(Bamui, Takaful Dan Pasar Modal Syariah). Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009.
Suwiknyo, Dwi. Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-Kasus
Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010).
Triandaru, Sigit dan Totok. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat, 2009.
Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Jakarta, 2 Maret 2011.
Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa.
Ciganjur, 11 Maret 2011.
Wawancara dengan Bapak Irwansyah, Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun.
Cipulir, 25 Februari 2011
Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul
Qur’an. Menteng dalam tebet, 15 Maret 2011
Wawancara dengan Bapak Subandikot, General manager BMT Ta’awun. Cipulir, 25
Februari 2011
Widodo, Hertanto.dkk. Panduan praktis operasional Baitul Maal, cet.II. Bandung:
Mizan, 2000.
Yaya, Rizal. dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Al-Barra, Diyana. “Evaluasi akuntansi praktik penghimpunan dana & pembiayaan di
BMT Yogyakarta (studi kasus pada BMT Artha mulia insani dan BMT AlIkhlas Yogyakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta,2006. Diakses dari
rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008050502405801312119.pdf
Basuki, Agus. “Akuntansi Baitul Mal Wa Tamwil (Bmt) Arafah Solo (Perspektif
Pernyataan Standar Keuangan (PSAK) syariah 2007.”diakses pada 11
Oktober 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/7783/
BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi
Rakyat”, artikel diakses pada 16 juli 2011dari
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0
“Harus jemput bola.” Jurnal nasional, 24 Mei 2011 , diakses pada 16 Juli dari
http://nasional.jurnas.com/newspaper/20110524
http://saripedia.wordpress.com/2010/08/23/majalah%C2%A0akuntan%C2%A0indon
esia/diakses pada 15 november 2010
Imaduddin, Muhammad, “Mudharabah dan Optimalisasi Sektor Riil.” Artikel diakses
pada 11 oktober 2010 dari http://zonaekis.com/mudharabah-dan-optimalisasisektor-riil#more-1308
Laporan perkembangan perbankan syariah 2010 diakses dari www.bi.go.id
Mhd. Ali, Nuruddin, “Tujuan Ekonomi Dalam Islam”. Artikel diakses pada 16
november2010dari
http://www.db2.wikispaces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah.
Munthe, Mulia Ginting, “Pinbuk inisiasi kelahiran 3.872 BMT”. Artikel diakses pada
20 mei 2011dari http://www.bisnis.com/ekonomi/mikro-ukm/14705-pibukberhasil-inisiasi-kelahiran-3872-bmt.html
“Pengertian laporan keuangan.” diakses pada
www.wikipedia.comwww.wikipedia.com
20
Oktober
2010
dari
“Produk perbankan syariah”, Republika, 28 April 2011. diakses pada 14 mei 2011
dari
http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/04/28/lkcpm9murabahah-masih-dominasi-produk-perbankan-syariah
Rismawati, Nafi. “Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan
Mudharabah pada BMT Syariah Ummat Lumajang”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. Diakses dari
http://student-research.umm.ac.id/print/student_research_4593.html
Statistik perbankan syariah per maret 2011 diakses dari www.bi.go.id.
Syauqi Beik, Msc., Irfan “Bank Syariah dan Pengembangan Sektor riil”, artikel
diakses
pada
15
november
2010
dari
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomisyariah
Triyanti, Dian. “Perlakuan Akuntansi Terhadap Bagi Hasil Bank Syariah Ditinjau
Dari Sistem Pendanaan, Sistem Pembiayaan, Dan Laporan Keuangan Pada
Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta”, diakses pada 17 November 2010.
http://etd.eprints.ums.ac.id/2443/
Umam, Khaerul. “Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor
Usaha Mikro”,
artikel
diakses
pada
16
juli
2011
dari
http://khaerul21.wordpress.com/2009/10/15/%E2%80%9Cstrategioptimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro%E2%80%9D/
Widodo, Maryanto.“Analisis perlakuan akuntansi terhadapPembiayaan murabahah
pada BPRS Bhakti haji malang”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2009 diakses dari
skripsi.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2009-maryantowi-16573-
Download