PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/201... TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perusahaan Pembiayaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 64); 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan; 6. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (Perusahaan Leasing); 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing); -29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143.1/PMK.01/2009; 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit. 3. Pemberi Sewa Guna Usaha (Lessor) adalah Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan sewa guna usaha. 4. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari Pemberi Sewa Guna Usaha. 5. Pembeli Piutang (Factor) adalah Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan anjak piutang. 6. Penjual Piutang (Client) adalah perusahaan yang menjual piutang dagang jangka pendek kepada Pembeli Piutang. 7. Penyedia Pembiayaan Konsumen adalah Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan pembiayaan konsumen. 8. Konsumen adalah perusahaan atau perorangan yang menerima -3pembiayaan pengadaan barang, baik yang berwujud maupun tidak berwujud dari Penyedia Pembiayaan Konsumen. 9. Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit adalah Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan pembiayaan kartu kredit. 10. Pemegang Kartu Kredit adalah perorangan yang menerima pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit dari Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit. 11. Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing adalah badan atau lembaga berbadan hukum, baik swasta maupun pemerintah yang didirikan tidak berdasarkan hukum Indonesia. 12. Hari adalah hari kerja. 13. Direksi adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undangundang mengenai perseroan perbatas bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas dan pengurus sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum koperasi. 14. Dewan Komisaris adalah dewan komisaris sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perseroan perbatas bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas dan pengawas sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum koperasi. 15. Kantor Cabang adalah unit usaha dari suatu Perusahaan Pembiayaan yang menjalankan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan. 16. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan baru yang karena hukum memperoleh aset, kewajiban, dan ekuitas dari Perusahaan Pembiayaan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perusahaan Pembiayaan yang meleburkan diri berakhir karena hukum. 17. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perusahaan Pembiayaan lain yang telah ada yang mengakibatkan aset, kewajiban, dan ekuitas dari Perusahaan Pembiayaan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perusahaan Pembiayaan yang menerima penggabungan dan -4selanjutnya status badan hukum Perusahaan Pembiayaan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. 18. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perusahaan Pembiayaan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perusahaan Pembiayaan tersebut. 19. Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas Perusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perusahaan Pembiayaan atau lebih atau sebagian aset, kewajiban, dan ekuitas Perusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 1 (satu) perusahaan atau lebih. 20. Aset Produktif adalah semua aset yang dimiliki oleh Perusahaan Pembiayaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. 21. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan Perusahaan Pembiayaan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. 22. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Perusahaan Pembiayaan yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. 23. Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. 24. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. 25. Wakalah bil Ujra adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah). 26. Murabahah adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih -5sebagai laba. 27. Salam adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak. 28. Istishna’ adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni`) dan penjual (pembuat, shani`) dengan harga yang disepakati bersama oleh para pihak. 29. Ketua adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 30. Kepala Biro adalah Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. BAB II KEGIATAN USAHA Pasal 2 Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi: a. sewa guna usaha; b. anjak piutang; c. usaha kartu kredit; dan/atau d. pembiayaan konsumen. Pasal 3 (1) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a wajib dilakukan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang modal kepada Penyewa Guna Usaha untuk jangka waktu tertentu melalui angsuran dengan mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat barang modal (sewa pembiayaan). (2) Selain melakukan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemberi Sewa Guna Usaha dapat melakukan pembiayaan pengadaan barang modal kepada Penyewa Guna Usaha untuk jangka waktu tertentu melalui angsuran tanpa mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat barang modal (sewa operasi). (3) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat dilakukan sebagai berikut: -6a. Pemberi Sewa Guna Usaha melakukan Sewa Guna Usaha atas barang modal dari pemasok bagi Penyewa Guna Usaha (direct lease); dan/atau b. Pemberi Sewa Guna Usaha membeli barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali (sale and leaseback). (4) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) antara Pemberi Sewa Guna Usaha dan Penyewa Guna Usaha wajib diikat dengan perjanjian tertulis. (5) Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada pada Pemberi Sewa Guna Usaha. Pasal 4 (1) Anjak piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, wajib dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek yang memiliki jatuh tempo paling lama 2 (dua) tahun. (2) Piutang dagang jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. piutang dari transaksi perdagangan; dan/atau b. piutang dari kegiatan usaha pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (3) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (without recourse); dan/atau b. Anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (with recourse). (4) Dalam anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, seluruh risiko atas tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutang ditanggung Pembeli Piutang. (5) Dalam anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, sebagian atau seluruh risiko tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutang ditanggung Penjual Piutang. (6) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) antara Pembeli Piutang dan Penjual Piutang wajib diikat dengan perjanjian tertulis. -7Pasal 5 (1) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, wajib dilakukan dalam bentuk kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. (2) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit dan Pemegang Kartu Kredit wajib diikat dengan perjanjian tertulis. (3) Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit harus mengikuti ketentuan Bank Indonesia sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran. Pasal 6 (1) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, wajib dilakukan dalam bentuk pembiayaan untuk pengadaan barang, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, berdasarkan kebutuhan Konsumen dengan pembayaran secara angsuran. (2) Selain bentuk pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyedia Pembiayaan Konsumen dapat melakukan pembiayaan dalam bentuk pembiayaan kembali atas barang milik Konsumen yang pengadaannya berasal dari Penyedia Pembiayaan Konsumen yang sama, dengan pembayaran secara angsuran. (3) Kebutuhan Konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain meliputi: a. b. c. d. Pembiayaan kendaraan bermotor; Pembiayaan alat-alat rumah tangga; Pembiayaan barang-barang elektronik; Pembiayaan perumahan. (4) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) antara Penyedia Pembiayaan Konsumen dan Konsumen wajib diikat dengan perjanjian tertulis. Pasal 7 Ketentuan mengenai pokok-pokok perjanjian tertulis kegiatan Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (2), dan Pasal 6 ayat (4), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. -8- BAB III PENDIRIAN DAN PERIZINAN Pasal 8 (1) Perusahaan Pembiayaan didirikan dalam bentuk badan hukum: a. perseroan terbatas; atau b. koperasi. (2) Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, sahamnya dapat dimiliki oleh: a. b. c. d. e. warga negara Indonesia; badan usaha atau lembaga Indonesia yang berbadan hukum; Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing; Negara Republik Indonesia; dan/atau pemerintah daerah. (3) Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, kepemilikannya berdasarkan undang-undang mengenai perkoperasian. Pasal 9 (1) Untuk melakukan kegiatan sebagai Perusahaan Pembiayaan, badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari Menteri. (2) Pemberian izin usaha oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Ketua atas nama Menteri. Pasal 10 Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) wajib secara jelas mencantumkan dalam anggaran dasar bahwa maksud dan tujuan perusahaan hanya untuk menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 11 (1) Permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran -9I Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Pengajuan permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan: a. akta pendirian dan/atau perubahan anggaran dasar terakhir yang telah disahkan dan/atau disetujui oleh instansi berwenang, yang paling sedikit memuat: 1. nama yang mencantumkan kata Finance atau Multifinance; 2. tempat kedudukan; 3. kegiatan usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan; 4. permodalan; 5. kepemilikan; 6. wewenang, tanggung jawab, masa jabatan Direksi dan Dewan Komisaris. b. daftar anggota Direksi dan Dewan Komisaris, disertai dengan: 1. fotokopi tanda pengenal berupa kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku; 2. fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali bagi anggota Dewan Komisaris yang tidak berdomisili di Indonesia; 3. daftar riwayat hidup dengan dilengkapi pas foto berwarna yang terbaru berukuran 4 x 6 cm; 4. bukti pengalaman paling kurang di tingkat manajerial selama 2 (dua) tahun di bidang Perusahaan Pembiayaan atau perbankan di Indonesia paling sedikit bagi salah satu Direksi; 5. surat pernyataan yang menyatakan: a) tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan; b) tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; c) tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; dan d) tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; 6. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan sebagai calon anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan; -10c. daftar kepemilikan, berupa 1. daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masingmasing kepemilikan saham, bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas; atau 2. daftar anggota berikut jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah, bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum koperasi; d. data pemegang saham atau anggota dalam hal: 1. perorangan, dilampiri dengan: a) dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf b angka 1, angka 2, angka 3; dan b) surat pernyataan yang menyatakan: 1) tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan; 2) tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; 3) tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; 4) tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; dan 5) setoran modal tidak berasal dari pinjaman dan kegiatan pencucian uang (money laundering); 2. badan usaha atau lembaga, dilampiri dengan: a) akta pendirian badan usaha atau lembaga, termasuk anggaran dasar berikut perubahan-perubahan yang telah mendapat persetujuan atau telah dilaporkan kepada instansi berwenang termasuk bagi Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara asal; b) laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan/atau laporan keuangan terakhir; c) daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masingmasing kepemilikan saham; d) dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf b angka 1, angka 2, dan angka 3 bagi Direksi dari badan usaha atau lembaga yang bersangkutan; dan e) surat pernyataan masing-masing anggota Direksi dari badan usaha atau lembaga yang bersangkutan, -11menyatakan: 1) tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan; 2) tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; 3) tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; dan 4) tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; f) surat pernyataan direktur utama atau presiden direktur badan usaha atau lembaga yang bersangkutan, menyatakan bahwa setoran modal tidak berasal dari pinjaman dan kegiatan pencucian uang (money laundering). 3. Negara Republik Indonesia, dilampiri dengan Peraturan Pemerintah mengenai penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan pembiayaan. 4. pemerintah daerah, dilampiri dengan: a) fotokopi dokumen yang menyatakan pembentukan pemerintah daerah; dan b) anggaran pendapatan dan belanja daerah. keputusan e. sistem dan prosedur kerja, struktur organisasi, dan kepegawaian; f. neraca awal/pembukaan perusahaan dan fotokopi bukti setoran modal pada salah satu bank umum di Indonesia yang dilegalisasi oleh bank penerima setoran; g. rencana kerja untuk 2 (dua) tahun pertama yang sekurangkurangnya memuat: 1. rencana pembiayaan dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan rencana dimaksud; 2. proyeksi arus kas, neraca dan perhitungan laba/rugi bulanan dimulai sejak Perusahaan Pembiayaan melakukan kegiatan operasional; h. bukti kesiapan operasional antara lain berupa: 1. daftar aset tetap dan inventaris; 2. bukti kepemilikan atau penguasaan gedung kantor; 3. contoh perjanjian pembiayaan; dan 4. nomor pokok wajib pajak (NPWP); -12i. fotokopi perjanjian kerja sama antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan yang di dalamnya terdapat penyertaan dari Badan Usaha atau Lembaga Asing; j. pedoman pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah (P4MN). Pasal 12 (1) Menteri menetapkan persetujuan atau penolakan permohonan izin usaha dalam jangka waktu paling lama 40 (empat puluh) Hari setelah dokumen permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diterima secara lengkap dan benar. (2) Sebelum penetapan oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan melakukan: a. penelitian atas kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2); b. analisis atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d, e, f, g dan h; dan c. verifikasi langsung ke kantor pemohon izin usaha, apabila diperlukan. Pasal 13 (1) Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha wajib melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 paling lama 40 (empat puluh) Hari terhitung sejak tanggal izin usaha ditetapkan. (2) Perusahaan Pembiayaan harus menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha. (3) Laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan fotokopi perjanjian pembiayaan yang telah dilakukan. Pasal 14 (1) Perusahaan Pembiayaan dalam pelaksanaan kegiatan usahanya harus melaksanakan ketentuan mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga keuangan non bank. (2) Ketentuan mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga keuangan non bank diatur dalam Peraturan Menteri -13Keuangan tersendiri. Pasal 15 Nama Perusahaan Pembiayaan wajib dicantumkan secara jelas pada gedung kantor Perusahaan Pembiayaan. BAB IV PERMODALAN Pasal 16 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan permodalan sebagai berikut: a. koperasi, memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). b. perseroan terbatas, memiliki modal disetor paling sedikit sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). (2) Ketentuan permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan dalam bentuk setoran tunai pada salah satu bank umum di Indonesia pada saat pendirian Perusahaan Pembiayaan. Pasal 17 Kepemilikan saham oleh Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c, wajib memenuhi ketentuan paling tinggi sebesar 85% (delapan puluh lima perseratus) dari modal disetor Perusahaan Pembiayaan. Pasal 18 (1) Bagi pemegang saham yang berbentuk badan usaha atau lembaga, jumlah penyertaan modal pada Perusahaan Pembiayaan ditetapkan paling banyak sebesar: a. modal sendiri badan usaha atau lembaga yang bersangkutan, apabila tidak ada penyertaan yang telah dilakukan; atau b. modal sendiri badan usaha atau lembaga yang bersangkutan setelah dikurangi dengan penyertaan yang telah dilakukan. (2) Jumlah penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi pada saat badan usaha atau lembaga yang bersangkutan -14melakukan: a. penyetoran modal untuk pendirian Perusahaan Pembiayaan; dan/atau b. penambahan modal disetor Perusahaan Pembiayaan. (3) Modal sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi pemegang saham yang berbentuk: a. badan hukum perseroan terbatas merupakan penjumlahan dari modal disetor, agio/disagio saham, cadangan, saldo laba/rugi dan laba/rugi tahun berjalan. b. badan hukum koperasi merupakan penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. c. badan hukum yayasan adalah sebesar aktiva bersih yang terdiri dari aktiva bersih terikat secara permanen, aktiva bersih terikat secara temporer, dan aktiva bersih tidak terikat. d. badan hukum lain adalah sebesar kekayaan bersih yaitu selisih lebih aset dengan kewajiban. e. Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara tempat badan usaha tersebut didirikan. Pasal 19 (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, tidak berlaku bagi pemegang saham Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum dana pensiun. (2) Bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum dana pensiun, pada saat melakukan penyertaan modal pada Perusahaan Pembiayaan, jumlah penyertaan modal dilakukan sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang investasi dana pensiun. Pasal 20 Pemegang saham Perusahaan memenuhi persyaratan: Pembiayaan paling sedikit wajib a. tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan; b. tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan c. tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; d. setoran modal pemegang saham tidak berasal dari pinjaman; e. setoran modal pemegang saham tidak berasal dari kegiatan pencucian uang (money laundering); dan f. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang -15mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 21 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan perubahan pemegang saham, sementara modal disetornya kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), maka Perusahaan Pembiayaan tersebut wajib menyesuaikan modal disetor menjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1). (2) Penyesuaian modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diwajibkan apabila: a. tidak terdapat pemegang saham baru; b. dilakukan pengalihan saham akibat pewarisan kepada ahli waris dan/atau hibah kepada calon ahli waris atau sebab lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan; c. pemegang saham berbentuk badan hukum melakukan perubahan nama; atau d. perubahan pemegang saham terjadi akibat perubahan kepemilikan saham yang diperjualbelikan di bursa efek. Pasal 22 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki modal sendiri paling kurang sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor. (2) Perusahaan Pembiayaan yang modal sendirinya kurang dari 50% (lima puluh perseratus) modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang saham wajib menambah setoran modal sehingga paling kurang menjadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB V DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS Pasal 23 Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan paling sedikit wajib memenuhi persyaratan: a. tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan; b. tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; c. tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa -16keuangan; dan d. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 24 (1) Setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan wajib lulus penilaian kemampuan dan kepatutan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Ketua. Pasal 25 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang anggota Direksi berkewarganegaraan Indonesia. (2) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang anggota Direksi yang berpengalaman paling kurang di tingkat manajerial selama 2 (dua) tahun di bidang Perusahaan Pembiayaan dan/atau perbankan di Indonesia. Pasal 26 (1) Anggota Direksi Indonesia. Perusahaan Pembiayaan wajib menetap di (2) Anggota Direksi Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi pada Perusahaan Pembiayaan lain. (3) Anggota Direksi Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris pada 2 (dua) atau lebih Perusahaan Pembiayaan. Pasal 27 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris yang menetap di Indonesia. (2) Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan yang tidak memangku jabatan sebagai anggota Direksi, dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris pada 4 (empat) atau lebih Perusahaan Pembiayaan. -17- BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGGUNAAN TENAGA ASING Bagian Pertama Struktur Organisasi Pasal 28 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas paling sedikit fungsi: a. b. c. d. administrasi dan pembukuan; pemasaran, survei kelayakan, analisis pembiayaan dan penagihan; pengendalian internal; dan penerapan prinsip mengenal nasabah. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi dengan uraian tugas, wewenang, tanggung jawab, dan prosedur kerja secara tertulis. Bagian Kedua Penggunaan Tenaga Asing Pasal 29 (1) Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai kepemilikan saham oleh Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat mempekerjakan tenaga asing sebagai tenaga ahli, penasihat atau konsultan, atau tenaga eksekutif selain Direksi, dengan wajib memenuhi persyaratan: a. memiliki keahlian sesuai dengan bidang tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya; dan b. memenuhi ketentuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. (2) Perusahaan Pembiayaan yang mempekerjakan tenaga asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menyampaikan kepada Menteri: a. program kerja tenaga asing tersebut sesuai dengan tugasnya; dan b. program pendidikan dan pelatihan di bidang keahliannya yang akan diberikan tenaga asing tersebut kepada pegawai dari Perusahaan Pembiayaan yang mempekerjakannya. -18(3) Laporan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b untuk setiap semester yang berakhir pada bulan Juni dan Desember wajib disampaikan kepada Menteri paling lambat akhir bulan berikutnya. BAB VII KANTOR CABANG Pasal 30 (1) Perusahaan Pembiayaan dapat membuka Kantor Cabang. (2) Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki kewenangan: a. menandatangani perjanjian pembiayaan; dan/atau b. menyelenggarakan tata usaha pembukuan. Pasal 31 (1) Pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 wajib terlebih dahulu memperoleh izin Menteri. (2) Izin pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Ketua atas nama Menteri. (3) Kantor Cabang yang belum mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menandatangani perjanjian pembiayaan. Pasal 32 (1) Untuk dapat membuka Kantor Cabang, Perusahaan Pembiayaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. perbandingan antara jumlah pinjaman dan jumlah modal sendiri ditambah pinjaman subordinasi paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) kali; dan b. memiliki modal sendiri paling kurang sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor. (2) Pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan dalam perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor. -19Pasal 33 (1) Permohonan izin pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) diajukan oleh Direksi Perusahaan Pembiayaan kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan: a. bukti kepemilikan atau penguasaan gedung kantor; b. rencana kerja tahunan Perusahaan Pembiayaan dengan memuat paling sedikit: 1. nama kota dan alamat Kantor Cabang yang akan dibuka; 2. sumber pendanaan; 3. target pembiayaan; dan 4. proyeksi keuangan yang terdiri dari arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi; c. rencana kerja Kantor Cabang yang akan dibuka dengan memuat paling sedikit: 1. target pembiayaan dan langkah-langkah untuk mewujudkan target pembiayaan; 2. sistem dan prosedur kerja; 3. struktur organisasi; 4. personalia termasuk nama calon kepala cabang dan riwayat hidupnya serta jumlah karyawan; dan 5. proyeksi keuangan bulanan yang terdiri dari arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi selama 12 (dua belas) bulan. Pasal 34 (1) Menteri dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1). (2) Ketua atas nama Menteri menetapkan persetujuan atau penolakan permohonan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah dokumen permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) diterima secara lengkap dan benar. Pasal 35 Sebelum penetapan oleh Ketua atas nama Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2), Biro Pembiayaan dan Penjaminan -20Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan melakukan: a. penelitian atas kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2); b. analisis atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2); dan c. verifikasi langsung ke Kantor Cabang yang akan dibuka, apabila diperlukan. Pasal 36 (1) Perusahaan Pembiayaan dapat menutup Kantor Cabang setelah melakukan pemberitahuan kepada debitur mengenai: a. penutupan Kantor Cabang; dan b. prosedur penyelesaian hak dan kewajiban. (2) Perusahaan Pembiayaan wajib melaporkan penutupan Kantor Cabang secara tertulis kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah tanggal penutupan Kantor Cabang. (3) Laporan penutupan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini. (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri mencabut izin pembukaan Kantor Cabang terhitung sejak tanggal penutupan. BAB VIII PEMBIAYAAN DAN ASET PRODUKTIF Bagian Pertama Pembiayaan Pasal 37 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki aset kegiatan usaha paling kurang sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari total aset. (2) Aset kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. piutang pembiayaan, b. aset yang disewagunausahakan, dan/atau -21c. komponen investasi dan piutang sewa berdasarkan Prinsip Syariah. (3) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal izin usaha ditetapkan. Bagian Kedua Kualitas Dan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif Pasal 38 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan penilaian dan penetapan kualitas Aset Produktif. (2) Ketentuan mengenai penilaian dan penetapan kualitas Aset Produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. Pasal 39 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan penyisihan penghapusan Aset Produktif. (2) Ketentuan mengenai besarnya penyisihan penghapusan Aset Produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. BAB IX PENDANAAN DAN PENYERTAAN Bagian Pertama Pendanaan Pasal 40 (1) Perusahaan Pembiayaan dapat menerima pinjaman dari bank dan/atau badan usaha lainnya. (2) Jumlah pinjaman selain bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap investor dengan jangka waktu paling sedikit 1 (satu) tahun. (3) Perusahaan Pembiayaan yang menerima pinjaman dari badan usaha -22lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dinilai oleh lembaga independen yang paling sedikit meliputi: a. latar belakang perusahaan dan keadaan keuangan; b. kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang; c. manajemen risiko; dan d. kemampuan memperoleh laba secara berkesinambungan; (4) Perusahaan Pembiayaan dapat menerbitkan obligasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar modal. Pasal 41 (1) Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. minimum berjangka waktu 5 (lima) tahun; b. dalam hal terjadi likuidasi, hak tagih berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada; dan c. dituangkan dalam perjanjian tertulis antara Perusahaan Pembiayaan dengan pemberi pinjaman. (2) Perusahaan Pembiayaan yang menerima pinjaman subordinasi wajib menyampaikan laporan pinjaman subordinasi sesuai dengan format dalan Lampiran IV kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal pinjaman diterima. Pasal 42 (1) Jumlah pinjaman Perusahaan Pembiayaan dibatasi dengan ketentuan gearing ratio paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) kali. (2) Gearing ratio sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pinjaman dan jumlah modal sendiri ditambah pinjaman subordinasi. (3) Modal sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan: a. penjumlahan dari modal disetor, agio/disagio saham, cadangan, saldo laba/rugi dan laba/rugi tahun berjalan, dalam hal Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas; atau b. penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah, dalam hal Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum koperasi. (4) Pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan -23gearing ratio sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor. (5) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan gearing ratio sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 43 (1) Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pembiayaan dapat bekerjasama dengan bank atau Perusahaan Pembiayaan lain melalui pembiayaan channeling atau pembiayaan bersama (joint financing), sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam pembiayaan channeling sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seluruh dana untuk pembiayaan berasal dari bank atau Perusahaan Pembiayaan lain dan risiko yang timbul dari kegiatan ini berada pada bank atau Perusahaan Pembiayaan lain. (3) Dalam pembiayaan channeling, Perusahaan Pembiayaan hanya bertindak sebagai pengelola dan memperoleh imbalan atau fee dari pengelolaan dana tersebut. (4) Dalam pembiayaan bersama (joint financing) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sumber dana untuk pembiayaan ini berasal dari Perusahaan Pembiayaan dan bank atau Perusahaan Pembiayaan lain. (5) Risiko yang timbul dari pembiayaan bersama (joint financing) menjadi beban masing-masing pihak secara proporsional. Bagian Kedua Penyertaan Pasal 44 (1) Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan penyertaan modal pada perusahaan yang terkait dengan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan di Indonesia. (2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal sendiri perusahaan yang menerima penyertaan. (3) Jumlah seluruh penyertaan modal Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi 40% (empat puluh perseratus) dari jumlah modal sendiri Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan. -24(4) Jumlah penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) wajib dipenuhi pada saat melakukan penyertaan. BAB X PEMBATASAN Pasal 45 (1) Perusahaan Pembiayaan dilarang: a. menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; dan b. memberikan jaminan atas pinjaman/kewajiban pihak lain dalam segala bentuknya. (2) Perusahaan Pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup bayar (promissory note) sepanjang hanya digunakan sebagai jaminan atas hutang kepada bank/badan usaha lain yang menjadi krediturnya. BAB XI PELAPORAN Bagian Pertama Penyampaian Laporan Perubahan Anggaran Dasar dan Alamat Pasal 46 (1) Perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang, wajib dilaporkan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (tiga puluh) Hari terhitung sejak tanggal diterimanya persetujuan perubahan anggaran dasar tersebut dari instansi berwenang. (2) Perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. b. c. d. nama; maksud dan tujuan serta kegiatan usaha; pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau status Perusahaan Pembiayaan yang tertutup menjadi Perusahaan Pembiayaan terbuka atau sebaliknya. -25(3) Perubahan anggaran dasar tertentu yang cukup diberitahukan kepada instansi berwenang, wajib dilaporkan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal pelaksanaan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. (4) Perubahan anggaran dasar tertentu yang cukup diberitahukan kepada instansi berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi: a. b. c. d. peningkatan modal ditempatkan dan disetor; pemegang saham; anggota Direksi; dan/atau anggota Dewan Komisaris. (5) Laporan perubahan nama perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran V Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri: a. perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang; dan b. nomor pokok wajib pajak (NPWP) atas nama Perusahaan Pembiayaan yang baru. (6) Laporan perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri: a. perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang; dan b. contoh perjanjian pembiayaan yang akan digunakan, dalam hal terjadi perubahan kegiatan usaha. (7) Laporan pengurangan modal ditempatkan dan disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang. (8) Laporan perubahan status perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang. -26(9) Laporan peningkatan modal ditempatkan dan disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran IX Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; b. bukti penambahan modal disetor: 1. fotokopi bukti setoran modal pada salah satu bank umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima setoran, dalam hal penambahan modal disetor dilakukan dalam bentuk uang; atau 2. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik sebelum penambahan modal, dalam hal penambahan modal disetor dilakukan dalam bentuk pengalihan pinjaman dan/atau saldo laba; c. data pemegang saham atau anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d. (10) Laporan perubahan pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran X Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; dan b. data pemegang saham atau anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d. (11) Laporan perubahan anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dan/atau huruf d, disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran XI Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; dan b. data anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b. (12) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan/atau ayat (6), Menteri menetapkan perubahan Keputusan Menteri Keuangan atas perubahan nama dan/atau kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan. Pasal 47 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan perubahan -27alamat kantor pusat atau Kantor Cabang secara tertulis kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal perubahan. (2) Laporan perubahan alamat kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format dalam Lampiran XII Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri bukti kepemilikan atau penguasaan atas gedung kantor yang baru. Bagian Kedua Penyampaian Laporan Keuangan dan Kegiatan Usaha Pasal 48 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan kepada Menteri secara lengkap dan benar dengan ketentuan sebagai berikut: a. Laporan keuangan bulanan paling lama tanggal 10 bulan berikutnya; b. Laporan kegiatan usaha semesteran paling lama 1 (satu) bulan setelah periode semester berakhir; c. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku terakhir. (2) Tahun buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, ditetapkan berdasarkan tahun takwim. (3) Akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (4) Laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan usaha semesteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b paling kurang disampaikan secara on-line. (5) Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan secara tertulis kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro dengan alamat Gedung Sumitro Djojohadikusumo Lantai 13, Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4, Jakarta Pusat 10710. (6) Ketentuan mengenai penyusunan dan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. (7) Dalam hal batas waktu penyampaian laporan keuangan bulanan, laporan kegiatan usaha semesteran, dan/atau laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur -28nasional, maka batas waktu penyampaian berlaku hingga hari kerja berikutnya. Pasal 49 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi singkat paling kurang dalam 1 (satu) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas, paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir. (2) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 20 (dua puluh) Hari setelah pelaksanaan pengumuman, dengan dilampiri bukti pengumuman. BAB XII PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH Bagian Pertama Kegiatan Pembiayaan dan Pendanaan Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 50 (1) Perusahaan Pembiayaan dapat berdasarkan Prinsip Syariah. melakukan kegiatan usaha (2) Kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah: a. Sewa guna usaha, yang dilakukan berdasarkan: 1. Ijarah; atau 2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik. b. Anjak piutang, yang dilakukan berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah. c. Pembiayaan konsumen, yang dilakukan berdasarkan: 1. Murabahah; 2. Salam; atau 3. Istishna’. d. Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah. e. Kegiatan pembiayaan lainnya yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah. (3) Ketentuan mengenai kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, diatur lebih lanjut dalam Peraturan -29Ketua. Pasal 51 (1) Setiap kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah wajib diikat dalam suatu akad. (2) Ketentuan mengenai akad-akad yang digunakan dalam kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. Pasal 52 (1) Perusahaan Pembiayaan dapat memperoleh pendanaan berdasarkan Prinsip Syariah. (2) Ketentuan mengenai pendanaan Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. Bagian Kedua Perizinan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 53 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Menteri. (2) Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan berdasarkan Prinsip Syariah dengan cara: kegiatan usaha a. menjadi Perusahaan Pembiayaan Syariah; atau b. membuka Unit Usaha Syariah. Pasal 54 (1) Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a, dapat didirikan dengan cara: a. pendirian baru Perusahaan Pembiayaan Syariah; atau b. perubahan Perusahaan Pembiayaan yang telah ada menjadi Perusahaan Pembiayaan Syariah. -30(2) Pendirian baru Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. mencantumkan secara jelas dalam anggaran dasarnya, kegiatan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2); b. mendapatkan rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia; dan c. membentuk Dewan Pengawas Syariah. (3) Permohonan untuk mendapatkan izin usaha untuk mendirikan Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XIII Peraturan Menteri Keuangan ini, dilampiri dengan: a. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2); dan c. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah. (4) Perubahan Perusahaan Pembiayaan yang telah ada menjadi Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. tidak merugikan Penyewa Guna Usaha, Penjual Piutang, Konsumen dan/atau Pemegang Kartu Kredit; b. memberitahukan perubahan tersebut kepada Penyewa Guna Usaha, Penjual Piutang, Konsumen dan/atau Pemegang Kartu Kredit; c. memindahkan piutang pembiayaan ke Perusahaan Pembiayaan lain atau menawarkan penyelesaian pembiayaan lebih awal, bagi yang tidak bersedia menjadi Penyewa Guna Usaha, Penjual Piutang, Konsumen dan/atau Pemegang Kartu Kredit dari Perusahaan Pembiayaan Syariah; d. mencantumkan secara jelas dalam anggaran dasarnya, kegiatan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2); e. mendapatkan rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia; dan f. membentuk Dewan Pengawas Syariah. -31(5) Permohonan perubahan Perusahaan Pembiayaan yang telah ada menjadi Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format dalam Lampiran XIV Peraturan Menteri Keuangan ini, dilampiri dengan: a. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia; b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6); c. laporan keuangan awal sebagai Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan d. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah. Pasal 55 (1) Pembukaan Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. mencantumkan secara jelas dalam anggaran dasarnya kegiatan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2); b. membentuk Dewan Pengawas Syariah; c. memiliki modal kerja Unit Usaha Syariah; dan d. memiliki pembukuan terpisah untuk kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. (2) Permohonan untuk mendapatkan izin pembukaan Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b, diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format dalam Lampiran XV Peraturan Menteri Keuangan ini, dilampiri dengan: a. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia; b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6); c. laporan keuangan awal Unit Usaha Syariah yang terpisah dari kegiatan usaha lainnya; d. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pembukaan Unit Usaha Syariah dan pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah; dan e. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku, bagi anggota Direksi yang bertanggung jawab atas Unit Usaha Syariah. -32Pasal 56 (1) Modal kerja Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) huruf c ditetapkan paling kurang sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Modal kerja Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disisihkan dalam bentuk tunai. Pasal 57 (1) Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) wajib melakukan kegiatan usaha paling lama 40 (empat puluh) Hari terhitung sejak tanggal izin diberikan. (2) Perusahaan Pembiayaan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. (3) Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal izin usaha ditetapkan. Pasal 58 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib menyampaikan laporan keuangan dan kegiatan usaha bulanan berdasarkan Prinsip Syariah kepada Menteri secara lengkap dan benar, paling lama tanggal 10 bulan berikutnya. (2) Ketentuan mengenai penyampaian laporan keuangan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ketua. Pasal 59 (1) Penutupan Unit Usaha Syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Menteri. (2) Perusahaan Pembiayaan yang akan menutup Unit Usaha Syariah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: -33a. mengalihkan seluruh pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada Perusahaan Pembiayaan dengan Prinsip Syariah atau Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan lainnya; atau b. menawarkan penyelesaian pembiayaan lebih awal bagi yang tidak bersedia dialihkan ke Perusahaan Pembiayaan dengan Prinsip Syariah atau Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan lainnya. (3) Permohonan untuk mendapatkan izin penutupan Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua, sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XVI Peraturan Menteri Keuangan ini, dengan dilampiri laporan pengalihan seluruh pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau penyelesaian pembiayaan lebih awal sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri mencabut izin pembukaan Unit Usaha Syariah. BAB XIII PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN DAN PEMISAHAN Bagian Pertama Penggabungan dan Peleburan Pasal 60 (1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan Penggabungan atau Peleburan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal diterimanya persetujuan/pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi berwenang. (2) Laporan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XVII Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; b. akta hasil Penggabungan atau Peleburan yang telah disetujui atau dicatat oleh instansi yang berwenang; c. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris sebagaimana -34dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b; d. daftar kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c; dan e. data pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d. (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Ketua atas nama Menteri menetapkan: a. pencabutan izin usaha Perusahaan Pembiayaan yang menggabungkan diri atau yang melakukan Peleburan; dan/atau b. pemberian izin usaha kepada Perusahaan Pembiayaan hasil Peleburan. (5) Penetapan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b berlaku surut sesuai dengan tanggal efektifnya persetujuan atau pencatatan badan hukum hasil Peleburan oleh instansi yang berwenang. (6) Sebelum izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b diberikan, Perusahaan Pembiayaan hasil Peleburan dapat menjalankan kegiatan usaha. Bagian Kedua Pengambilalihan Pasal 61 (1) Pengambilalihan dapat dilakukan dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 44 Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan Pengambilalihan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal akta Pengambilalihan yang dibuat di hadapan notaris. (3) Laporan Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XVIII Peraturan Menteri Keuangan ini. (4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri dengan: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; b. akta Pengambilalihan; dan -35c. data pemegang saham atau anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d. Bagian Ketiga Pemisahan Pasal 62 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan wajib menyampaikan laporan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (tiga puluh) Hari terhitung sejak tanggal diterimanya persetujuan/pemberitahuan atas akta Pemisahan dari instansi berwenang. (2) Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dengan cara: a. pemisahan murni; atau b. pemisahan tidak murni. (3) Pemisahan murni sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mengakibatkan seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas Perusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perusahaan Pembiayaan lain atau lebih yang menerima peralihan, dan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan tersebut berakhir karena hukum. (4) Pemisahan tidak murni sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mengakibatkan sebagian aset, kewajiban, dan ekuitas Perusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan lain atau lebih yang menerima peralihan, dan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan tersebut tetap ada. (5) Laporan Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro, sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XIX Peraturan Menteri Keuangan ini. (6) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilampiri dengan: a. akta risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; b. akta Pemisahan yang telah disetujui atau dicatat oleh instansi berwenang; c. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b; -36d. daftar kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c; dan e. data pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d. (7) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua atas nama Menteri mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan murni sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 63 (1) Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembiayaan hasil Penggabungan, Peleburan, (2) Perusahaan Pengambilalihan, dan Pemisahan wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. BAB XIV PEMBUBARAN, PERUBAHAN KEGIATAN USAHA, DAN PENGEMBALIAN IZIN USAHA Pasal 64 (1) Dalam hal Perusahaan Pembiayaan bubar karena keputusan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota atau karena jangka waktu berdirinya sudah berakhir, likuidator atau penyelesai harus melaporkan pembubaran tersebut kepada Menteri c.q. Ketua paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal rapat umum pemegang saham atau rapat anggota dilaksanakan. (2) Laporan pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua dengan dilampiri hasil rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Pasal 65 (1) Dalam hal Perusahaan Pembiayaan bubar berdasarkan penetapan pengadilan atau keputusan pemerintah, likuidator atau penyelesai harus melaporkan pembubaran tersebut kepada Menteri c.q. Ketua paling lama 20 (dua puluh) Hari terhitung sejak tanggal penetapan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap atau dikeluarkannya keputusan pemerintah. -37(2) Laporan pembubaran sebagaimana dimaksud pada disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua dengan dilampiri: ayat (1) a. penetapan pengadilan dan/atau keterangan resmi yang menyatakan mengenai pembubaran, bagi perseroan terbatas; atau b. keputusan pemerintah mengenai pembubaran, bagi koperasi. Pasal 66 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan perubahan kegiatan usaha sehingga tidak lagi menjadi Perusahaan Pembiayaan dan mengembalikan izin usaha Perusahaan Pembiayaan, harus melaporkan kepada Menteri paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal diterimanya persetujuan perubahan anggaran dasar dari instansi berwenang. (2) Laporan perubahan kegiatan usaha dan pengembalian izin usaha Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri c.q. Ketua dengan dilampiri: a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; dan b. perubahan anggaran dasar yang telah disahkan oleh instansi berwenang. Pasal 67 Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66 Peraturan Menteri Keuangan ini, Ketua atas nama Menteri mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan. BAB XV SANKSI Pasal 68 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (1), Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (4), Pasal 10, Pasal 15, Pasal 16 ayat (1), Pasal 17, Pasal 18 ayat (2), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29 ayat (1), Pasal 29 ayat (2), Pasal 31 ayat (1), Pasal 31 ayat (3), Pasal 37 ayat (1), Pasal 37 ayat (3), Pasal 38 ayat (1), Pasal 39 ayat (1), Pasal 42 ayat (5), Pasal 44 ayat (4), Pasal 45 ayat (1), Pasal 48 ayat (1) huruf c, Pasal 49 ayat (1), Pasal 51 ayat (1), Pasal 53 ayat (1), Pasal 54 ayat (4), Pasal 55 ayat (1), Pasal 57 ayat (3), Pasal 59 ayat (2), dan/atau Pasal 63 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi -38administratif secara bertahap berupa: a. Peringatan; b. Pembekuan kegiatan usaha; dan c. Pencabutan izin usaha. (2) Sanksi peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan masa berlaku masing-masing 2 (dua) bulan. (3) Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan Pembiayaan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Biro u.b. Ketua atas nama Menteri mencabut sanksi peringatan. (4) Dalam hal masa berlaku peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir dan Perusahaan Pembiayaan tetap tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Menteri mengenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha. (5) Sanksi pembekuan kegiatan usaha diberikan secara tertulis kepada Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan dan pembekuan kegiatan usaha tersebut berlaku selama jangka waktu 1 (satu) bulan sejak surat sanksi pembekuan kegiatan usaha diterbitkan. (6) Dalam hal masa berlaku sanksi peringatan dan sanksi pembekuan kegiatan usaha berakhir pada hari libur nasional maka sanksi peringatan dan sanksi pembekuan kegiatan usaha berlaku hingga hari kerja berikutnya. (7) Perusahaan Pembiayaan yang dikenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dilarang melakukan kegiatan usaha kecuali untuk pemenuhan aset kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37. (8) Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Perusahaan Pembiayaan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri mencabut sanksi pembekuan kegiatan usaha. (9) Dalam hal sampai dengan berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Perusahaan Pembiayaan tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan yang bersangkutan. -39Pasal 69 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 48 ayat (1) huruf a, Pasal 48 ayat (1) huruf b, dan/atau Pasal 58 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif secara bertahap berupa: a. Peringatan; b. Pembekuan kegiatan usaha; dan c. Pencabutan izin usaha. (2) Perusahaan Pembiayaan dianggap terlambat menyampaikan a. dalam hal laporan keuangan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a dan/atau laporan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud Pasal 58 ayat (1) disampaikan antara tanggal 11 sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya; dan/atau b. dalam hal laporan kegiatan usaha semesteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b disampaikan melewati 1 (satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan setelah periode semester berakhir. (3) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun takwim, dikenakan sanksi peringatan. (4) Perusahaan Pembiayaan dianggap tidak menyampaikan a. dalam hal laporan keuangan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a dan/atau laporan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud Pasal 58 ayat (1) disampaikan melewati tanggal 20 bulan berikutnya; dan/atau b. dalam hal laporan kegiatan usaha semesteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b disampaikan melewati 2 (dua) bulan setelah periode semester berakhir. (5) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dikenakan sanksi peringatan. (6) Ketentuan sanksi peringatan, pembekuan kegiatan usaha, dan pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) sampai dengan ayat (9) berlaku pada ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau ayat (5). Pasal 70 (1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 29 ayat (3), Pasal 36 -40ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 46 ayat (1), Pasal 46 ayat (3), Pasal 47 ayat (1), Pasal 49 ayat (2), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (2) dan/atau Pasal 62 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif berupa: a. Peringatan; b. Pembekuan kegiatan usaha; dan c. Pencabutan izin usaha. (2) Perusahaan Pembiayaan dianggap terlambat menyampaikan, dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3), Pasal 36 ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 46 ayat (1), Pasal 46 ayat (3), Pasal 47 ayat (1), Pasal 49 ayat (2), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (2) dan/atau Pasal 62 ayat (1) disampaikan paling lama 1 (satu) bulan dari batas waktu penyampaian. (3) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan sanksi peringatan. (4) Perusahaan Pembiayaan dianggap tidak menyampaikan dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3), Pasal 36 ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 46 ayat (1), Pasal 46 ayat (3), Pasal 47 ayat (1), Pasal 49 ayat (2), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (2) dan/atau Pasal 62 ayat (1) disampaikan melewati 1 (satu) bulan atau lebih dari batas waktu penyampaian. (5) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dikenakan sanksi peringatan. (6) Ketentuan sanksi peringatan, pembekuan kegiatan usaha, dan pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) sampai dengan ayat (9) berlaku pada ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Pasal 71 Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha. Pasal 72 Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 57 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha Perusahaan Pembiayaan dengan Prinsip Syariah atau izin pembukaan Unit Usaha Syariah. -41BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 73 Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha, wajib memenuhi ketentuan Pasal 15, Pasal 25, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28, Pasal 29, Pasal 38, dan/atau Pasal 39 dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 74 Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, wajib memenuhi ketentuan Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58 dan/atau Pasal 59 dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 75 (1) Segala sanksi yang telah dikenakan terhadap Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dinyatakan tetap sah dan berlaku. (2) Perusahaan Pembiayaan yang belum dapat mengatasi penyebab dikenakannya sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi lanjutan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 76 Permohonan pembukaan Kantor Cabang yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan dan belum memperoleh persetujuan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 77 Pelaporan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. -42Pasal 78 Pelaporan perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan dan belum dicatat dalam administrasi Kementerian Keuangan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 79 Perusahaan Pembiayaan yang pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan usaha kartu kredit, sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia. Pasal 80 Selama ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) belum ditetapkan, Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 1500/LK/2005 tanggal 4 Mei 2005 tetap dinyatakan berlaku dan penyebutan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan dalam keputusan tersebut, diubah menjadi Ketua. Pasal 81 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (Perusahaan Leasing) dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan Peraturan Menteri Keuangan ini. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 82 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 83 Peraturan Menteri diundangkan. Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan -43Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN IZIN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..................... tanggal ..................tentang ................................., dengan ini kami: Nama : PT/Koperasi*) ...................... Alamat : ............................................ mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha Perusahaan Pembiayaan. Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumendokumen sebagai berikut: 1. akta pendirian dan/atau perubahan anggaran dasar terakhir yang telah disahkan dan/atau disetujui oleh instansi berwenang. 2. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris. 3. daftar kepemilikan. 4. data pemegang saham atau anggota. 5. sistem, prosedur kerja, struktur organisasi, dan kepegawaian. 6. neraca awal/pembukaan perusahaan dan fotokopi bukti setoran modal pada salah satu bank umum di Indonesia yang dilegalisasi oleh bank penerima setoran. 7. rencana kerja untuk 2 (dua) tahun pertama. 8. bukti kesiapan operasional. 9. fotokopi perjanjian kerjasama antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan yang di dalamnya terdapat penyertaan dari Badan Usaha atau Lembaga Asing. 10. pedoman pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah (P4MN). Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi *) ................................... Tembusan: Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan. *) coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG PT/KOPERASI*)................... DI ……………………… Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami mengajukan permohonan izin pembukaan Kantor Cabang sebagai berikut: No. 1. dst. Kota/Kabupaten dan Provinsi Alamat, No. Telepon, dan No. Fax Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumendokumen sebagai berikut: 1. bukti kepemilikan atau penguasaan gedung kantor. 2. rencana kerja tahunan kantor pusat Perusahaan Pembiayaan berupa: a. nama kota dan alamat Kantor Cabang yang akan dibuka; b. sumber pendanaan dan fotokopi perjanjian pinjaman; c. target pembiayaan; dan d. proyeksi keuangan berupa arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi (sotfcopy dan hardcopy). 3. rencana kerja Kantor Cabang yang akan dibuka berupa: a. target pembiayaan dan langkah untuk mencapai target; b. sistem dan prosedur kerja; c. struktur organisasi dan personalia termasuk nama calon kepala cabang dan riwayat hidupnya serta jumlah karyawan; dan d. proyeksi keuangan bulanan berupa arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi selama 12 bulan (sotfcopy dan hardcopy). Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi *) ................................... *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PELAKSANAAN PENUTUPAN KANTOR CABANG PT/KOPERASI*) ............. DI ................. Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan pelaksanaan penutupan Kantor Cabang sebagai berikut: No. No. dan Tanggal Surat Keputusan Pemberian Izin Kantor Cabang Kota/Kabupaten dan Provinsi Alamat Alasan Penutupan 1. dst. Kami telah melakukan pemberitahuan kepada debitur mengenai penutupan Kantor Cabang tersebut dan prosedur penyelesaian hak dan kewajiban berupa ……………………… Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PINJAMAN SUBORDINASI Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa PT/Koperasi*) .........………… telah menerima pinjaman subordinasi sebagai berikut: No. Nama Kreditur No. dan Tanggal Akta/Perjanjian Jumlah Jatuh Tempo 1. dst. Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami lampirkan fotokopi akta/perjanjian pinjaman subordinasi tersebut. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/lbu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN NAMA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal ............, telah dilakukan perubahan nama sebagai berikut: No. dan Tanggal Surat Keputusan Pemberian Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan Nama Lama Nama Baru Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan dokumen-dokumen: a. perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ……….; dan b. nomor pokok wajib pajak (NPWP) atas nama Perusahaan Pembiayaan yang baru. Berkenaan dengan hal tersebut di atas kami mohon kepada Bapak/lbu*) untuk memberlakukan izin usaha PT/Koperasi*) ......................... kepada PT/Koperasi*) ........................ Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/lbu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR MENGENAI MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA PT/KOPERASI*) ………. Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT/Koperasi*)……… sebagai berikut: Pasal Isi Pasal (Lama) Isi Pasal (Baru) Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan: a. perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ……….; dan b. contoh perjanjian pembiayaan yang akan digunakan (dalam hal terjadi perubahan kegiatan usaha). Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PENGURANGAN MODAL DITEMPATKAN DAN DISETOR Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai pengurangan modal disetor dan modal ditempatkan sebagai berikut: Modal Lama Baru Modal dasar Modal ditempatkan dan disetor dengan komposisi pemegang saham sebagai berikut: No. 1. dst. Nama Pemegang Saham Nilai Saham Lama (Rp) Nilai Saham Baru (Rp) Adapun alasan pengurangan modal disetor dan modal ditempatkan tersebut adalah ………………… Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ……….. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN VIII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR MENGENAI STATUS PERUSAHAAN Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai status perusahaan sebagai berikut: Pasal Isi Pasal (Lama) Isi Pasal (Baru) Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ……….. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN IX PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PENINGKATAN MODAL DITEMPATKAN DAN DISETOR Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai peningkatan modal disetor dan modal ditempatkan sebagai berikut: Modal Lama Baru Modal dasar Modal ditempatkan dan disetor dengan komposisi pemegang saham sebagai berikut: No. 1. dst. Nama Pemegang Saham Nilai Saham Lama (Rp) Nilai Saham Baru (Rp) Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan: a. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*). b. bukti penambahan modal disetor. c. data pemegang saham atau anggota. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN PEMEGANG SAHAM Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .............., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai pemegang saham yaitu: Lama Baru Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan: 1. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*). 2. data pemegang saham atau anggota: a. dalam hal perorangan berupa 1) fotokopi KTP/paspor*) yang masih berlaku 2) fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP) 3) daftar riwayat hidup 4) surat pernyataan: - tidak tercatat dalam daftar kredit macet dan di sektor perbankan; - tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; - tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; - tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; dan - setoran modal tidak berasal dari pinjaman dan kegiatan pencucian uang (money laundering). b. dalam hal badan usaha/lembaga berupa: 1) akta pendirian badan usaha/lembaga, termasuk anggaran dasar berikut perubahanperubahan yang telah mendapat persetujuan/telah dilaporkan instansi berwenang termasuk bagi badan usaha/lembaga asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara asal; dan 2) laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan/atau laporan keuangan terakhir. 3) dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas bagi Direksi dari badan hukum tersebut. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN ANGGOTA DIREKSI/DEWAN KOMISARIS *) Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .............. telah dilakukan perubahan Direksi dan Dewan Komisaris*) yaitu: Lama Komisaris Direktur ............... ............... Baru ............... ............... Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan: 1. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal ..............; 2. data anggota Direksi/ Dewan Komisaris*) meliputi: a. fotokopi tanda pengenal berupa kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku; b. fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali bagi anggota Dewan Komisaris yang tidak berdomisili di Indonesia; c. daftar riwayat hidup dengan dilengkapi pas foto berwarna yang terbaru berukuran 4 x 6 cm; d. bukti pengalaman operasional di bidang Perusahaan Pembiayaan atau perbankan di Indonesia paling sedikit 2 (dua) tahun bagi salah satu Direksi; e. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan sebagai calon anggota Direksi/Dewan Komisaris*) Perusahaan Pembiayaan. Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PERUBAHAN ALAMAT KANTOR PUSAT/CABANG*) PT/KOPERASI*) ……… Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan perubahan alamat kantor pusat/Kantor Cabang*) sebagai berikut: No. **) No. dan Tanggal Surat Keputusan Pemberian Izin Kantor Cabang**) Kota/Kabupaten dan Provinsi Alamat Lama Alamat, No. Telepon dan No. Fax Baru Tanggal Pelaksanaan Pemindahan Alamat 1. 2. dst. Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan bukti kepemilikan atau penguasaan atas gedung kantor yang baru. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu **) Untuk perubahan alamat Kantor Cabang MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XIII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN IZIN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..................... tanggal ..................tentang ................................., dengan ini kami: Nama : PT/Koperasi*) ...................... Alamat : ............................................ mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah. Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumendokumen sebagai berikut: 1. akta pendirian dan/atau perubahan anggaran dasar terakhir yang telah disahkan dan/atau disetujui oleh instansi berwenang. 2. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah. 3. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 4. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris. 5. daftar kepemilikan. 6. data pemegang saham atau anggota. 7. sistem, prosedur kerja, struktur organisasi, dan kepegawaian. 8. neraca awal/pembukaan perusahaan dan fotokopi bukti setoran modal pada salah satu bank umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima setoran. 9. rencana kerja untuk 2 (dua) tahun pertama. 10. bukti kesiapan operasional. 11. fotokopi perjanjian kerjasama antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan yang di dalamnya terdapat penyertaan dari Badan Usaha atau Lembaga Asing. 12. pedoman pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah (P4MN). Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi *) ................................... Tembusan: Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan. *) coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XIV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN PERUBAHAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENJADI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..................... tanggal ..................tentang ................................., dengan ini kami: Nama : PT/Koperasi*) ...................... Alamat : ............................................ mengajukan permohonan untuk melakukan perubahan menjadi Perusahaan Pembiayaan Syariah. Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumendokumen sebagai berikut: 1. perubahan anggaran dasar mengenai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perusahaan yang telah disetujui oleh instansi berwenang. 2. laporan keuangan awal sebagai Perusahaan Pembiayaan Syariah. 3. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah. 4. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 5. contoh perjanjian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi *) ................................... Tembusan: Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan. *) coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN IZIN PEMBUKAAN UNIT USAHA SYARIAH Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..................... tanggal ..................tentang ................................., dengan ini kami: Nama : PT/Koperasi*) ...................... Alamat : ............................................ mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin pembukaan Unit Usaha Syariah. Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumendokumen sebagai berikut: 1. perubahan anggaran dasar mengenai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perusahaan yang telah disetujui oleh instansi berwenang. 2. laporan keuangan awal Unit Usaha Syariah yang terpisah dari kegiatan usaha lainnya. 3. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota mengenai pembukaan Unit Usaha Syariah dan pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah. 4. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 5. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku, bagi anggota Direksi yang bertanggung jawab atas Unit Usaha Syariah. 6. contoh perjanjian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi *) ................................... Tembusan: Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan. *) coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XVI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERMOHONAN PENUTUPAN UNIT USAHA SYARIAH Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..................... tanggal ..................tentang ................................., dengan ini kami: Nama : PT/Koperasi*) ...................... Alamat : ............................................ mengajukan permohonan untuk melakukan penutupan Unit Usaha Syariah dengan alasan ……... Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan laporan pengalihan seluruh pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau penyelesaian pembiayaan lebih awal berdasarkan Prinsip Syariah pada Unit Usaha Syariah dimaksud. Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XVII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/20 10 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PENGGABUNGAN/PELEBURAN *) Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal ................ telah dilakukan Penggabungan/Peleburan*) antara PT/Koperasi*) ..................... dan PT/Koperasi*)............................ Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut: 1. risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota;*) 2. akta hasil Penggabungan/Peleburan*) yang telah disetujui/dicatat*) oleh instansi berwenang, yang persetujuan/pencatatannya*) kami terima pada tanggal ………..; 3. data pemegang saham/anggota *) 4. daftar kepemilikan berupa daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing kepemilikan saham/daftar anggota berikut jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah *) dan 5. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) ...................................... *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XVIII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PENGAMBILALIHAN Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .............. telah dilakukan pengambilalihan PT/Koperasi*)............... oleh .......................yaitu: Lama Baru Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan: 1. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) 2. akta Pengambilalihan 3. data pemegang saham atau anggota: a. dalam hal perorangan berupa 1) fotokopi KTP/paspor*) yang masih berlaku 2) fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP) 3) daftar riwayat hidup 4) surat pernyataan: - tidak tercatat dalam daftar kredit macet dan di sektor perbankan; - tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan; - tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa keuangan; - tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang mengakibatkan suatu perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; dan - setoran modal tidak berasal dari pinjaman dan kegiatan pencucian uang (money laundering). b. dalam hal badan usaha/lembaga berupa: 1) akta pendirian badan usaha/lembaga, termasuk anggaran dasar berikut perubahanperubahan yang telah mendapat persetujuan/telah dilaporkan instansi berwenang termasuk bagi badan usaha/lembaga asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara asal; dan 2) laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan/atau laporan keuangan terakhir. 3) dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas bagi Direksi dari badan hukum tersebut. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO LAMPIRAN XIX PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/2 010 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAPORAN PEMISAHAN Kepada Yth. Menteri Keuangan Republik Indonesia c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Gedung Soemitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal .............. telah dilakukan Pemisahan murni/tidak murni*) PT/Koperasi*)......................... Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut: 1. risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota *) 2. akta Pemisahan yang telah disetujui/dicatat*) oleh instansi berwenang, yang persetujuan/pencatatannya*) kami terima pada tanggal ………... 3. data pemegang saham/anggota *) 4. daftar kepemilikan berupa daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing kepemilikan saham/daftar anggota berikut jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah *) dan 5. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan terima kasih. Direksi PT/Koperasi*) .................................. *) Coret yang tidak perlu MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO