Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:4) mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu:
“Pasar modal secara umum
adalah suatu system keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhn surat-surat
berharga yang beredar”. Sedangkan pasar modal dalam arti sempit, “pasar
modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa perantara perdagangan efek.”
Menurut Kept. Mentri Keuangan RI No. 1548/KMK/90 pasar modal
adalah:
“Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah
bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.”
Menurut UU Pasar Modal pasar modal adalah:
“Suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Menurut Husna (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu:
“Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah, public uthorities, maupun perusahaan swasta”
8
9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar berbagai
instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, yang
termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar.
2.1.2 Peranan Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:7) seberapa besar peranan pasar modal pada
suatu negara dapat dilihat dari 5 (lima) segi sebagai berikut:
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga berharga yang diperjual belikan.
Pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua
belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka.
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan
hasil (return) yng diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan
(emiten) untuk memenuhi keinginan pemodal. Pasar modal menciptakan peluang
bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang saham,
kebijakan deviden, dan stabilitas harga sekuritas yang relative normal.
c. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang
dimiliki tersebut pada setiap saat.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil
mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternative cara penggunaan
uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal
dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan
public.
e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi
para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi
yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan
10
terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkp, yang apabila hal tersebut
harus dicari sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal.
Peranan Pasar Modal dalam suatu perekonomian negara sebagai berikut:
1.
Fungsi Tabungan (Saving Function)
Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang
begitu mudah dan murah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. Dana
tersebut dapat dipergunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di
suatu perekonomian.
2.
Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
waktu panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut
dapat
dipergunakan kembali. Cara in lebih baik karena kekayaan itu tidak
mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain.
3.
Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa diliquiasi melalui
pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva
lain. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani
pemenuhan liquiditas para pemegang surat berharga.
4.
Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi.
Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat.
Pasar modal bagi
perekonomian suatu negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan
dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat
2.1.3 Macam-Macam Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:12) jenis-jenis pasar modal ada beberapa macam, yaitu:
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah: “Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di
11
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go
public (emiten).
2.
Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Harga pasar sekunder di pasar sekunder
ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
3.
Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar
bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu system
perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk
pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan
Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal
Lembaga Keuangan.
4.
Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang
saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi
dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar
(block sale).
2.1.4 Instrumen yang Diperdagangkan di Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri. Bentuk dari instrumen keuangan tersebut dinamakan surat
berharga. Surat berharga atau sering disebut sekuritas merupakan secarik kertas
yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memilikii kertas tersebut) untuk
memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan
sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya.
12
Menurut Hartono (2008:98) mendefinisikan instrument pasar modal
adalah sebagai berikut:
“Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat
berharga (efek) yang umum diperjual belikan pasar modal diantaranya
adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right,
issue, dan waran”
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan instrument pasar
modal sebagai berikut:
1. Saham Biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten yang
menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling
banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana,
saham biasa adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemiliik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.
2. Saham Preferent merupakan saham yang akan menerima deviden dalam jumlah
yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman
(emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa
pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada
perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
4. Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar) menjadi
saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya.
5. Right Issue adalah alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham.
Right issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk
membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas
waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya emiten untuk
menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukann. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga
lain, misalnya obligasi atau saham.
13
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal
Menurut
Husna
(2005:8)
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain:
1. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal.
2. Demand Sekuritas
Faktor ini berarti harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah
dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang ditawarkan
3. Kondisi Politik Ekonomi
Kondisi politik dan ekonomi yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas.
4. Masalah Hukum dan Peraturan
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan pada informasi yang
disediakan
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
menerbitkan
sekuritas.
Kebenaran, kecepatan, dan kelengkapan informasi menjadi hal yang sangat
penting. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar
dan menyesatkan mutlak diperlukan.
5. Keberadaan Lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien
2.1.6 Pasar Modal Efisien
Pasar
modal dikatakan efisien bila informasi dapat diperoleh dengan
mudah dan murah oleh pemakai modal, sehingga informasi yang relevan dan
terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham. Selain itu, suatu pasar
dilakukan efisien apabila harga barang-barang yag dijual telah menunjukan semua
informasi yang ada sehingga tidak bisa menjadi terlalu murah atau terlalu mahal.
Perubahan harga di masa mendatang hanya tergantung dari datangnya informasi
baru di masa mendatang yang tidak diketahui sebelumnya. Perubahan harga
14
terjadi dengan sangat cepat sehingga tidak dapat diprediksi, maka perubahan
harga pun tidak dapat diprediksi.
Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2009:563), ada tiga bentuk
efesiensi pasar, yaitu:
1.
Pasar Efesien Bentuk Kuat (strong form)
Pasar modal yang efesien dalam bentuk merupakan tingkat efesien pasar yang
tertinggi (konsep pasar yang tertinggi). Konsep pasar efisien bentuk kuat
mengandung arti bahwa semua informasi di refleksikan dalam harga saham
baik informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak
dipublikasikan (private/ inside information). Private information adalah
informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena
alasan strategi.
2.
Pasar Efesien Bentuk Setengah Kuat (semi strong)
Pasar efesien bentuk setengah kuat adalah pasar dimana harga saham pada
pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan (contoh:
earning, deviden, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan
kesulitan keuangan yang dialami perusahaan) sampai ke masyarakat.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi dan
dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari
suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi, maka tidak ada investor
yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan
keuntungan dalam jangka waktu yang lama.
3.
Pasar Efesien Bentuk Lemah (weakform)
Pasar efesien bentuk lemah adalah
pasar dimana harga saham sekarang
merefleksi semua informasi historis (seperti: harga dan volume perdagangan
di masa lalu). Maka nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi
harga sekarang. Ini berarti investor tidak dapat menggunakan informasi masa
lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
15
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para
investor. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemlikan yang berbentuk
saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetorkan modal. Pemilik
perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang
saham. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) adalah sebagai berikut:
“Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan
dan aktiva perusahaan.”
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:5) yang dimaksud
dengan saham :
“Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.”
Menurut Martono dan Harjito (2007:230):
”Saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Persero Terbatas (PT)
yang juga disebut emiten. Saham juga merupakan bukti pengambilan
bagian atau peserta dalam suatu perusaan yang berbentu PT (Perseroan
Terbatas). Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada
masyarakat luas apabila perusahaan tersebut telah go public.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian saham
adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrument financial yang
mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.
16
2.2.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut
Darmadji
dan
Fakhruddin
(2006:6)
jenis-jenis
saham
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
a. Saham Biasa (common stock)
Mewakili klaim kepemilikan paa penghasilan da aktiva yang dimiliki
perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas.
Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung
oleh pemegang saham adalah sebesar investasi paa saham tersebut.
b. Saham Preferen (preferred stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi),
tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap.
2. Ditinjau dari cara peralihannya:
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah
tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang
memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham.
b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa namam pemiliknya,
dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
a. Blue-Chip Stock
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industry sejenis,memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar deviden.
17
b. Income Stock
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih
tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten
seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan
secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menelan laba
dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
c. Growth Stock
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu
terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader
dalam industry namun memiliki hukum growth stock.
d. Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi
bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi,
dimana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari
kemampuan emten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa
resesi.
2.2.3 Harga Saham
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham,
perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain
kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan
dalam melakuakan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari
mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Menurut Rusdin
(2008:66) harga saham yaitu:
18
“ Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau
kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
harga saham tersebut cenderung begerak naik. Sebaliknya, semakin
banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan
bergerak turun”
Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang
akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai
dari suatu saham tersebut.
2.2.4 Jenis-Jenis Harga Saham
Harga suatu saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang menerbitkannya. Rusdin (2008:109) mengemukakan
bahw:
“Harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali dijual yaitu pada saat
perusahaan melakukan IPO (initial public offering) dan yang kedua yaitu
pada saat dijual ke pasar sekunder (lantai bursa).”
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Nilai pasar saat ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak
langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar,
persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain
yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat
terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (2004:24) , bahwa harga pasar tergantung pada
faktor-faktor berikut:
1. Proyeksi laba per saham,
2. Waktu diperolehnya laba,
3. Tingkat risiko dari proyeksi laba,
4. Proporsi utang perusahaan terhadap equitas (DER),
19
5. Kebijakan pembagian dividen (DPR).
Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2007:373) Faktor yang
menentukan harga saham adalah karena jumlah permintaan dan penawaran akan
saham yang terjadi di pasar bursa, seperti yang dikemukakan oleh sebagai berikut:
“Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran
merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkn bahwa harga saham ditentukan
oleh permintaan atau perdagangan harian antara penjul dan pembeli. Arus
permintaan ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran,
harga akan naik, tetapi apabila permintaan lebih kecil dari penawaran harga akan
turun.
Disamping itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan
artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan
yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham
naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan perkembangan industry dimana
perusahaan berada, dan kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi
harga saham.
2.3 Analisis Saham
Pergerakan harga saham selalu berubah-ubah, sehingga diperlukan alat
analisis untuk membantu para investor dalam menganalisis dan memilih saham
yang akan memberikan return tinggi. Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk
pedoman para pelaku pasar dipasar modal, setiap tipe memiliki kelebihan sendirisendiri. Kedua tipe tersebut adalah nalisis fundamental dan analisis teknikal.
2.3.1 Analisis Fundamental
Menurut Husnan (2005:307) mengatakan bahwa:
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan (i) mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang
mempengaruhi
harga
saham
dimasa
yang
akan
datang
,
dan
20
(ii)menetapkan hubungan variable-variable tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.”
Sedangkan menurut Sunariyah (2006:170) mengatakan bahwa:
“Analisis fundamental merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu
anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik
inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham
dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi
dan kondisi industry suatu perusahaan.
2.3.2 Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:341) mengatakan bahwa:
“Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dan kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut
(kondisi pasar) diwaktu yang lalu.”
Sedangkan menurut Sunariyah (2006:168) mengatakan bahwa:
”Analisis teknikal merupakan suatu teknik
analisis yang menggunakan
data atau catatan pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintan dan
penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal
merupakan analisis terhadap pola pergerakan saham di masa lampau dengan
tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang.
21
2.4 Return Saham
2.4.1 Pengertian Return Saham
Menurut Samsul (2006:291) pengertian return adalah
“Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi
keuntungan jual beli saham. Dimana jika untung disebut dengan capital
gain dan jika rugi disebut capital loss. Pendapatan investasi dalam saham
ini meliputi keuntungan jual beli saham. Disamping capital gain, investor
juga akan menerima deviden tunai setiap tahunnya.”
Menurut Rusdin (2008:66) pengertian return adalah
“Return saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau
kekuatan nawar menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin
banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan
bergerak turun.”
Menurut Jogiyanto (2008:110) return saham adalah
“ Return saham dapat didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode
t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi
selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain
merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relative
dengan harga periode yang lalu sebaliknya yield merupakan presentase
penerimaan periodic terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya
diterima dalam bentuk kas periodic terhadap harga investasi. Keuntungan
ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga
dapat diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh yield adalah deviden.”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa return saham
adalah imbalan hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh investor atas investasi
22
yang dilakukan berupa capital gain atau capital loss dan yield. Jika harga
investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu berarti terjadi
keuntungan modal (capital gain).
Return yang digunakan dalm penelitian ini adalah return realisasi atau
sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang
dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa
mendatang. Besarnya return saham dapat dihitung dengan dua cara pertama
dengan menghitung capital gain dan yang kedua dengan menghitung yield
1. Capital Gain
(Samsul, 2006:293)
Dimana:
Ri,t
= Return saham i pada periode t
= Price, harga penutupan saham pada periode t (periode akhir)
= Price, harga untuk waktu sebelumnya (periode awal)
2. Yield
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodic terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana
pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan
sebagai berikut:
(jogiyanto, 2008:107)
Dalam penelitian ini return saham akan diukur dengan menggunakan
rumus yang pertama yaitu dengan menggunkan rumus caital gain
23
2.4.2. Jenis-Jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2008:121), komponen return saham terdiri dari:
a. Return Realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital
loss yaitu selisih antara harga saham peride saat ini ( ) dengan harga saham
pada periode sebelumnya (
). Capital gain merupakan selisih dari
investasi sekarang dengan harga periode lalu.
b. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodic terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi.
Menurut Jogiyanto (2008:125) return saham dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Return Realisasi
Return Realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return history ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi
(expected return) dan risiko dimasa datang.
b. Return Ekspektasi
Return ekpektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi
yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Ketika
investor menginvestasikan dananya maka akan mensyaratkan tingkat return
tertentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan
dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya diterima.
2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Sejatinya
mempengaruhinya.
pada
return
Menurut
saham
Samsul
terdapat
beberapa
(2008:200),
factor
faktor-faktor
yang
yang
mempengaruhi return saham terdiri atas faktor mikro dan faktor makro.
1. Faktor makro yaitu factor yang berada diluar perusahaan, yaitu:
a.
Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat suku bunga domestic, tingkat
inflasi, kurs valuta asing, dan kondisi ekonomi internasional.
24
b.
Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politikdalam negeri, peristiwa
politik luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan
hidup.
2. Faktor mikro yaitu factor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu:
a. Laba bersih per saham
b. Nilai buku per saham
c. Rasio utang terhadap equitas
d. Dan rasio keuangan lainnya.
2.5 Initial Public Offering (IPO)
2.5.1 Pengertian Initial Public Offering (IPO)
Initial Public Offering (IPO) merupakan proses penawaran saham pertama
kali ke publik (go public) melalui pasar perdana (primary market) yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan (emiten) pada saat perusahaan tersebut membutuhkan modal,
misalnya untuk pengembangan usaha atau untuk memperbaiki struktur modal
(Husnan, 2001). Harga saham yang dijual di pasar perdana ini ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (underwriter).
Selanjutnya saham akan diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market),
dimana harga saham akan terbentuk berdasarkan mekanisme pasar, yaitu permintaan
dan penawaran.
Harga saham yang terbentuk pada saat IPO merupakan hal penting, baik bagi
emiten, underwriter, maupun bagi investor. Bagi emiten, harga tersebut
mencerminkan jumlah dana yang akan diterima, yaitu perkalian antara jumlah saham
yang ditawarkan dengan harga per saham, sehingga semakin tinggi harga per saham
maka jumlah dana yang akan diterima akan semakin besar. Bagi underwriter, harga
tersebut mencerminkan besarnya risiko yang akan ditanggung, yaitu kerugian yang
terjadi jika saham-saham yang ditawarkan tidak terjual, terutama dalam tipe
penjaminan full commitment, dimana underwriter akan membeli semua saham yang
tidak laku dijual. Oleh karena itu underwriter menginginkan harga per saham yang
rendah untuk meminimisasi risiko (Jogiyanto, 2008:40).
Perusahaan yang akan
melakukan penawaran umum (go public) tentunya sudah mempertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya.
25
Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), beberapa keuntungan yang akan diraih
perusahaan melakukan penawaran umum saham:
1. Perusahaan akan mendapat tambahan dana segar dari hasil penjualan saham
yang tidak berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan.
2. Hasil penjualan saham dapat digunakan untuk menambah modal usaha maupun
untuk membayar utang perusahaan.
3. Perusahaan dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder.
4. Likuiditas keuangan perusahaan bertambah lancar.
5. Keikutsertaaan masyarakat sebagai pemegang saham dapat menaikkan kinerja
perusahaan karena adanya prinsip keterbukaan dan akuntabilitas publik.
6. Beban kerugian perusahaan dapat ditanggung lebih banyak pemegang saham.
7. Dapat mempercepat kemajuan perusahaan, terutama jika investor yang masuk
memang memiliki keahlian khusus di bidang usaha yang digeluti perusahaan.
Namun selain keuntungan yang akan diraih, akan ada pula kerugian yang
harus diterima. Berikut beberapa kerugian bagi perusahaan melakukan penawaran
umum:
1. Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama dapat berakibat berkurangnya
kontrol pemilik saham lama terhadap manajemen perusahaan.
2. Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya.
3. Bertambahnya kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten, seperti kewajiban
di bidang administrasi efek, pendaftaran, pelaporan, dan lainlain.
4. Perusahaan yang sudah jadi emiten atau perusahaan publik wajib
mengumumkan besarnya laba perusahaan dan cara pembagian dividen.
5. Efek yang diterbitkan atau dijual ada kemungkinan tidak terjual semuanya.
2.5.2 Tujuan IPO
Ada dua hal secara garis besar yang melatarbekangi perusahaan melakukan go
public. Dua hal tersebut berkaitan dengan aspek finansial maupun nonfinansial.
1. Aspek Finansial : Perusahaan melakukan go public untuk refinancing atau
restrukturasi permodalan, yaitu meningkatkan permodalan, memperbaiki struktur
26
keuangan perusahaan (Debt Equity Ratio), mengurangi Cost Of Fund, dan
merupakan sumber pendanaan Jangka Panjang.
2. Aspek nonfinansial : perusahaan melakukan go public untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat, meningkatkan profesionalisme, dalam rangka pemasaran
perusahaan melalui ekspansi bisnis atau perluasan usaha, investasi baru dan
mengambil alih usaha lain.
2.5.3 Proses IPO
Suatu perusahaan yang ingin melakukan tindakan Go Public harus memenuhi
beberapa tahapan-tahapan Go Public. Menurut Darmadji (200134) Proses
penawaran umum saham dapat dikelompokkanmenjadi 4 tahapan berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap yang paling awal
perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang
saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapatkan persetujuan,
selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan
profesi penunjang pasar yaitu:
Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak
keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham.
Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai
dokumen,
membantu
menyiapkan
prospectus,
dan
memberikan
penjaminan atas penerbitan.
Akuntan Publik (auditor independen). Bertugas melakukan audit atau
pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wakar dari aktiva tetap tersebut.
Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal
opinion).
27
Notaries untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulennotulen rapat.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon
emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAMLK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif.
3. Tahap Penawaran Saham
Tahap ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten
menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham
tersebut
melalui
agen-agen
penjual
yang
telah
ditunjuk.
Masa
penawaransekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak
seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahap ini. Misal, saham yang akan
dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli
seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan
saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar
sekunder yaitu setelah saham dicatat di bursa efek.
4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan di bursa Efek Indonesia. Secara umum, tahapan go public
dapat dilihat dari gambar di bawah ini :
28
Sumber: BEJ dalam Hanafi (2004)
Gambar 2.1 Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
2.5.4 Syarat Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan
harus
memenuhi
persyaratan-persyaratan
yang
telah
ditetapkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum diizinkan untuk
menjual sahamnya dipasar modal, sebagaimana tercantum dalam dalam keputusan
Menteri Keuangan RI nomor 859/KMK.01/1989 tentang pelaksanaan emisi dan
perdagangan
saham
yang
tercantum
dalam
keputusan
BAPEPAM
No.011/PM/1987. Persyaratan Go Public melalui bursa untuk emisi saham antara
lain:
1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas,
2. Bertempat keduduka di Indonesia,
3. Mempunyai modal disetor penuh Rp.200.000.000,4. Dua tahun memperoleh keuntungan,
5. laporan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan public dengan
unqualified opinion,
29
6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi ketentuan; dua tahun
pertama tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat.
2.5.5 Fenomena Penawaran Umum Perdana (IPO)
Beberapa fenomena yang muncul pada saat perusahaan melakukan
penawaran perdana (IPO) menurut Hapsari (2012:38) adalah underpricing, hot
and cold market, dan underperformed.
a. Teori Underpricing
Menurut Sari (2012:38) ada tiga teori pokok yang menentukan underpricing,
yaitu asimetri informasi, signallling hyphothesis, dan litigation risk.
Teori-Teori yang menjelaskan underpricing:
1. Asimetri Informasi Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat pemodal
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat terjadinya
underpricing karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan
informasi. Model Baron (1982:486) sebagaimana dikutip oleh Daljonno
(2000:89), mengangap underwriter memilikii informasi lebih mengenai pasar
modal, sedangkan emiten tidak memiliki informasi mengenai pasar modal.
Olehkarena itu, underwriter memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk
membuat kesepakatan harga IPO yang maksimal, yaitu harga yang memperkecil
resikonya apabila saham tidak terjual semua. Karena emiten kurang memiliki
informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya.
Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran sahamnya, maka lebih
besar permintaan terhadap jasa underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga
underwriter menawarkan harga perdana saham dibawah harga ekuilibrium. Oleh
karena itu akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi.
2. Signalling Hyphothesis
Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang
berfungsi sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan cukup
baik atau mempunyai prospek yang bagus Ernyan dan Husnan (2004:90). Titman
dan Trueman (1986) menyajikan signaling model yang menyatakan bahwa auditor
30
yang memiliki kualitas menghasilkan informasi yang berguna bagi investor
didalam menaksir nilai perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan
signalling theory yang menunjukan bahwa laporan keuangan yang audited dan
prosentase menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja
akan pula memberikan sinyal perusahaan yang berkualitas baik dan perusahaan
yang berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja
akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing, beserta sinyal lain (reputasi
underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, return on
asset) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer guna
menunjukan kualitas perusahaan pada saat IPO.
3. Litigation Risk
Mengutip Regulation hyphothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang
diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetris informasi antara pihak
manajemen dengan pihak luar termasuk para calon pemodal Ernyan dan Husnan
(2004:91).
b. Underperformance
Underperformance merupakan fenomena lain yang umum terjadi pada sahm pasca
IPO dalam jangka panjang selain underpricing. Keadaan underperformace akan
terjadi apabila abnormal return negative, artinya harga saham sesudah IPO
menjadi lebih buruk dari harga saham perdananya. Fenomena harga saham jangka
panjang yang terlalu jauh dari harga perdana IPO mengindikasikan harga saham
IPO yang misspriced. Saat IPO, perusahaan dinilai overvalued oleh pasar karena
adanya informasi asimetrik antara less-informed investor dibandingkan dengan
perusahaan.
Berkaitan dengan long-run underperformed, Ritter (2001:390) menyimpulkan ada
empat hal penyebabnya. Pertama, pandangan dari investor bahwa pola harga
memberikan gambaran mengenai kesempatan untuk memdapatkan superior
return. Kedua, non-zero aftermarket permormance menimbulkan pertanyaan
tentang efifiensi informaasi di pasar IPO.
Dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Investor yang selalu optimis
mengharapkan return yang berlebih dengan membeli saham IPO, akan tetapi
31
ketika harapan tersebut tidak tercapai seiring dengan berjalannya waktu, investorinvestor tersebut menjual saham-saham yang mereka miliki sehingga pasar pun
melakukan koreksi atas “kesalahannya” dan hal ini mengakibatkan terjadinya
peurunan harga saham secara signifikan. Ketiga, periode tingginya volume
perdagangan yang berkaitan dengan long-run performance yang rendah,
mengindikasikan keberhasilan pelepasan (timing) perusahaan-prusahaan yang
melepaskan ekuitasnya dalam window of opportunity. Dan keempat, derajat dari
rendahnya tingkat pengembalian setelah IPO (the degreenof the low returns
aftermarket) menunjukan biaya modal ekuitas eksternal (the cost of external
equity capital) lebih rendah bagi perusahaan go-public.
2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.6.1 Kerangka Pemikiran
Intitial Public Offering adalah salah satu cara yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh tambahan modal yang berasal dari penjulan saham
di pasar primer. Dengan IPO sebagian saham akan dimiliki oleh pihak eksternal
dan keuntungan perusahaan pun akan dibagikan kepada pemilik saham.
Dalam kegiatan di pasar modal, informasi merupakan unsur fundamental
dan dominan karena informasi menyajikan keterangan dan gambaran suatu
perusahaan. Baik yang menyangkut kinerja perusahaan maupun prospek di masa
yang akan datang. Para pelaku pasar modal akan menggunakan informasi yang
lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu untuk membuat keputusan investasi
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Informasi yang tersedia bagi para pelaku pasar modal dipublikasikan oleh
perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Selain itu juga informasi berupa
histori harga saham dan return saham dapat digunakan untuk meramalkan harga
saham di masa yang akan datang. Biasanya histori return saham digunakan
investor untuk memprediksi bisnis
sehingga pengambilan keputusan yang
dilakukan tidak mengandung ketidakpastian resiko.
Analisa
return
saham
untuk
pihak
internal
bertujuan
untuk
membandingkan kinerja perusahaan di masa lampau, saat ini, dan dimasa yang
32
akan datang dengan rencana, tujuan, budget perusahaan atau bahkan kinerja
perusahaan pesaing. Sedangkan investor sebagai pihak eksternal selalu mengukur
nilai perusahaan melalui keputusan investasi. Jadi, jelas bahwa return saham
sebuah perusahaan dapat dijadikan tolak ukur bagi pihak eksternal untuk melihat
apakah menguntungkan atau tidak untuk berinvestasi di dalam perusahaan
tersebut.
Supaya mendapatkan data history return saham yang akurat maka data
yang diperlukan adalah return saham jangka pendek dan return saham jangka
panjang. Karena history return saham dapat digunakan untuk memprediksi return
saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Investor akan membuat
suatu keputusan apakah akan menginvestasikan dananya dalam bentuk pembelian
saham-saham atau justru menjual kembali saham-saham yang telah dimilikinya.
Sesuai dengan hukum permintaan-penawaran, semakin banyak investor yang
tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar pula
kemungkinan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal akan mengalami
kenaikan begitu pula sebaliknya.
Bank bjb
Initial Public
Offering
Harga Saham
Return saham
360 hari setelah
IPO
360 hari setelah 5
tahun IPO
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
33
2.6.2 Hipotesis
Penelitian ini mengangkat 1 hipotesis:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan return saham pada 360 hari setelah IPO
dengan return saham pada 360 hari setelah 5 tahun IPO.
2.7 Penelitian Sebelumnya
Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan referensi-referensi penelitian
terdahulu dengan judul yang hampir sama. Penelitian tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
No
Nama
Judul
Metode
Peneliti
1.
Martha
Penelitian
Nita KARAKTERISTIK
Florentina
Hasil
PENAWARAN
SAHAM
UMUM
PERDANA:
KINERJA
SAHAM
PENDEK
KINERJA
Metode
Perbedaan signifikan
Verifikatif,
antara kinerja jangka
One-sample
pendek dan jangka
panjang
JANGKA T- test dan F- disebabkan
DAN Test
fenomena
SAHAM
karena
underpricing
JANGKA PANJANG
dalam
jangka pendek dan
penurunan
sebagian
perusahaan
kinerja
besar
dalam
jangka panjang serta
krisis moneter yang
dialami
Indonesia
dimana tingkat inflasi
mengalami
kenaikan.
2
Suskim
Riantani,
ANALISIS
Deva Yuliani
KINERJA
One-sample
Terdapat
t-test,
perbedaan yang
SAHAM Paired sample signifikan antara
kinerja saham
PERUSAHAANt-test
PERUSAHAAN
jangka pendek
dengan kinerja
34
YANG
saham jangka
MELAKUKAN
panjang.
INITIAL
PUBLIC
OFFERING (IPO)
3
Yusef Widya ANALISIS
Terdapat
Karsana
KIINERJA SAHAM
perbedaan antara
EMITEN
abnormal
return
saham
dalam
PERIODE
DALAM Paired
SATU Sample t-test
TAHUN SETELAH
periode mingguan
PENAWARAN
dengan
PERDANA
bulanan. Kinerja
periode
saham mingguan
lebih
tinggin
dibandingkan
dengan
kinerja
saham bulanan
4
Zhi Da, Mitch THE
Warachka
DISPARITY Regression
We
find
the
BETWEEN LONG-
disparity between
TERM
long-term
AND
and
SHORT-TERM
short-term analyst
FORECASTED
forecasted
EARNING
earnings
growth
GROWTH
predicts
returns
and revisions in
long-term analyst
forecasts.
tively,
adjustments
Intuiafter
for
industry
characteristics, a
35
larger
disparity
reflects
the
slower
incorporation
information
of
into
long-term analyst
forecasts
than
short-term analyst
forecasts
5
Dimitrios
The Short and Long
Multivariate
Initially the IPO
Gounopoulos,
Term Performance of
Regression
aftermarket
Christos
Initial Public
underperformance
Nounis, Paris Offerings in
Stylianides
the
Cyprus
Exchange
is positively
Stock
related to the size
of the
firms, suggesting
that small IPOs
should expect less
negative future
returns. Similar to
the short-term,
market condition
plays an
important role in
the aftermarket,
as the IPOs
with excess initial
returns tends to
offer positive
returns in the long
term. Finally we
36
find
positive
relationship
between 3-year
period returns and
the age of IPOs
by the time they
go public.
6
Maria J Pator- EARNING
Calender time The medium-and
Llorca
approach,
And MANAGEMENT
Francisco
AND THE
Poveda
RUN
LONG cross
sectional
long run return of
the stocks traded
on the ISE were
PERFORMACE OF regression
found to be more
SPANISH
promising
INITIAL
PUBLIC OFFERING
the
then
short-run
return
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
Martha Nita Florentina (2014) melakukan penelitian dengan judul
“Karakteristik Penawaran Umum Saham Perdana: Kinerja Saham Jangka Pendek
dan Kinerja Saham Jangka Panjang”. Metode analisa data yang digunakan adalah
Metode Verifikatif, One-sample T- test dan F-Test. Hasil yang diperoleh adalah
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan jangka
panjang disebabkan karena fenomena underpricing dalam jangka pendek dan
penurunan kinerja sebagian besar perusahaan dalam jangka panjang serta krisis
moneter yang dialam Indonesia dimana tingkat inflasi mengalami kenaikan.
Suskim Riantani (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kinerja Saham Perusahaan-Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO)”. Metode analisis data yang digunakan adalah one sample t-test dan pair
37
sample t-test. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang.
Yusef Widya Karsana (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kinerja Saham Emiten dalam Periode Satu Tahun Setelah Penawaran Perdana”.
Analisis data yang digunakan adalah paired sample t-test. Hasil yang diperoleh
adalah terdapat perbedaan antara abnormal return saham dalam periode mingguan
dengan periode bulanan. Kinerja saham mingguan lebih tinggin dibandingkan
dengan kinerja saham bulanan.
Zhi Da, Mitch Warachka melakukan penelitian dengan judul “The
Disparity Between Long Term and Short Term Forcasted Earning Growth.
Metoda analisis data yang digunakan adalah regresi. Hasil yang diperoleh adalah
adanya perbedaan antara jangka panjang dan jangka pendekdapat yang
meramalkan pertumbuhan laba untuk return jangka panjang.
Dimitrios Gounopoulos, Christos Nounis, Paris Stylianides melakukan
penelitian dengan judul ” The Short and Long Term Performance of Initial Public
Offerings in the Cyprus Stock Exchange”. Metode analisa data yang digunakan
adalah Multivariat Regression. Hasil yang diperoleh adalah kinerja perusahaan
setelah IPO kurang berhubungan positif dengan ukuran
perusahaan, menunjukkan bahwa IPO harus mengharapkan pengembalian yang
sedikit di masa depan. Seperti jangka pendek, kondisi pasar berperan penting,
sebagai IPO dengan hasil awal berlebih cenderung menawarkan pengembalian
positif dalam jangka panjang. Akhirnya kami menemukan hubungan positif antara
3 tahun kembali periode dan usia IPO pada saat mereka go public.
Maria J Pator-Llorca And Francisco Poveda melakukan penelitia dengan
judul “Earning Management and The Long Run Performance of Spanish Intitial
Public Offering”. Analisa data yang digunakan adalah Calender time approach,
cross sectional regression. Hasil yang diperoleh adalah return saham jangka
menengah dan jangka panjang lebih menjanjikan dibandingkan dengan return
saham jangka pendek.
Download