BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu: “Pasar modal secara umum adalah suatu system keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhn surat-surat berharga yang beredar”. Sedangkan pasar modal dalam arti sempit, “pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara perdagangan efek.” Menurut Kept. Mentri Keuangan RI No. 1548/KMK/90 pasar modal adalah: “Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.” Menurut UU Pasar Modal pasar modal adalah: “Suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Husna (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu: “Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public uthorities, maupun perusahaan swasta” 8 9 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. 2.1.2 Peranan Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:7) seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari 5 (lima) segi sebagai berikut: a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga berharga yang diperjual belikan. Pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka. b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yng diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan deviden, dan stabilitas harga sekuritas yang relative normal. c. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternative cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan public. e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan 10 terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkp, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal. Peranan Pasar Modal dalam suatu perekonomian negara sebagai berikut: 1. Fungsi Tabungan (Saving Function) Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu mudah dan murah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di suatu perekonomian. 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka waktu panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara in lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa diliquiasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan liquiditas para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi perekonomian suatu negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat 2.1.3 Macam-Macam Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:12) jenis-jenis pasar modal ada beberapa macam, yaitu: 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah: “Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di 11 pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten). 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga pasar sekunder di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu system perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.1.4 Instrumen yang Diperdagangkan di Pasar Modal Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Bentuk dari instrumen keuangan tersebut dinamakan surat berharga. Surat berharga atau sering disebut sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memilikii kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. 12 Menurut Hartono (2008:98) mendefinisikan instrument pasar modal adalah sebagai berikut: “Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjual belikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right, issue, dan waran” Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan instrument pasar modal sebagai berikut: 1. Saham Biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten yang menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. 2. Saham Preferent merupakan saham yang akan menerima deviden dalam jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. 4. Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya. 5. Right Issue adalah alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. 6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukann. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. 13 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Menurut Husna (2005:8) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain: 1. Supply Sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Demand Sekuritas Faktor ini berarti harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang ditawarkan 3. Kondisi Politik Ekonomi Kondisi politik dan ekonomi yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. 4. Masalah Hukum dan Peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran, kecepatan, dan kelengkapan informasi menjadi hal yang sangat penting. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan mutlak diperlukan. 5. Keberadaan Lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien 2.1.6 Pasar Modal Efisien Pasar modal dikatakan efisien bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh pemakai modal, sehingga informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham. Selain itu, suatu pasar dilakukan efisien apabila harga barang-barang yag dijual telah menunjukan semua informasi yang ada sehingga tidak bisa menjadi terlalu murah atau terlalu mahal. Perubahan harga di masa mendatang hanya tergantung dari datangnya informasi baru di masa mendatang yang tidak diketahui sebelumnya. Perubahan harga 14 terjadi dengan sangat cepat sehingga tidak dapat diprediksi, maka perubahan harga pun tidak dapat diprediksi. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2009:563), ada tiga bentuk efesiensi pasar, yaitu: 1. Pasar Efesien Bentuk Kuat (strong form) Pasar modal yang efesien dalam bentuk merupakan tingkat efesien pasar yang tertinggi (konsep pasar yang tertinggi). Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi di refleksikan dalam harga saham baik informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan (private/ inside information). Private information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena alasan strategi. 2. Pasar Efesien Bentuk Setengah Kuat (semi strong) Pasar efesien bentuk setengah kuat adalah pasar dimana harga saham pada pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan (contoh: earning, deviden, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan) sampai ke masyarakat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi dan dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi, maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama. 3. Pasar Efesien Bentuk Lemah (weakform) Pasar efesien bentuk lemah adalah pasar dimana harga saham sekarang merefleksi semua informasi historis (seperti: harga dan volume perdagangan di masa lalu). Maka nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 15 2.2 Saham 2.2.1 Pengertian Saham Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para investor. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemlikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetorkan modal. Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) adalah sebagai berikut: “Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:5) yang dimaksud dengan saham : “Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.” Menurut Martono dan Harjito (2007:230): ”Saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Persero Terbatas (PT) yang juga disebut emiten. Saham juga merupakan bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusaan yang berbentu PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas apabila perusahaan tersebut telah go public.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrument financial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. 16 2.2.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6) jenis-jenis saham diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: a. Saham Biasa (common stock) Mewakili klaim kepemilikan paa penghasilan da aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi paa saham tersebut. b. Saham Preferen (preferred stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap. 2. Ditinjau dari cara peralihannya: a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa namam pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan: a. Blue-Chip Stock Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industry sejenis,memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. 17 b. Income Stock Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menelan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. c. Growth Stock Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industry namun memiliki hukum growth stock. d. Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stock Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 2.2.3 Harga Saham Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakuakan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Menurut Rusdin (2008:66) harga saham yaitu: 18 “ Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung begerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun” Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. 2.2.4 Jenis-Jenis Harga Saham Harga suatu saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang menerbitkannya. Rusdin (2008:109) mengemukakan bahw: “Harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali dijual yaitu pada saat perusahaan melakukan IPO (initial public offering) dan yang kedua yaitu pada saat dijual ke pasar sekunder (lantai bursa).” 2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai pasar saat ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (2004:24) , bahwa harga pasar tergantung pada faktor-faktor berikut: 1. Proyeksi laba per saham, 2. Waktu diperolehnya laba, 3. Tingkat risiko dari proyeksi laba, 4. Proporsi utang perusahaan terhadap equitas (DER), 19 5. Kebijakan pembagian dividen (DPR). Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2007:373) Faktor yang menentukan harga saham adalah karena jumlah permintaan dan penawaran akan saham yang terjadi di pasar bursa, seperti yang dikemukakan oleh sebagai berikut: “Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkn bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan atau perdagangan harian antara penjul dan pembeli. Arus permintaan ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran, harga akan naik, tetapi apabila permintaan lebih kecil dari penawaran harga akan turun. Disamping itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan perkembangan industry dimana perusahaan berada, dan kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi harga saham. 2.3 Analisis Saham Pergerakan harga saham selalu berubah-ubah, sehingga diperlukan alat analisis untuk membantu para investor dalam menganalisis dan memilih saham yang akan memberikan return tinggi. Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku pasar dipasar modal, setiap tipe memiliki kelebihan sendirisendiri. Kedua tipe tersebut adalah nalisis fundamental dan analisis teknikal. 2.3.1 Analisis Fundamental Menurut Husnan (2005:307) mengatakan bahwa: “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang , dan 20 (ii)menetapkan hubungan variable-variable tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Sedangkan menurut Sunariyah (2006:170) mengatakan bahwa: “Analisis fundamental merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi dan kondisi industry suatu perusahaan. 2.3.2 Analisis Teknikal Menurut Husnan (2005:341) mengatakan bahwa: “Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dan kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu yang lalu.” Sedangkan menurut Sunariyah (2006:168) mengatakan bahwa: ”Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan saham di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang. 21 2.4 Return Saham 2.4.1 Pengertian Return Saham Menurut Samsul (2006:291) pengertian return adalah “Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham. Dimana jika untung disebut dengan capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham. Disamping capital gain, investor juga akan menerima deviden tunai setiap tahunnya.” Menurut Rusdin (2008:66) pengertian return adalah “Return saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan nawar menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan bergerak turun.” Menurut Jogiyanto (2008:110) return saham adalah “ Return saham dapat didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu sebaliknya yield merupakan presentase penerimaan periodic terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas periodic terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh yield adalah deviden.” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa return saham adalah imbalan hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh investor atas investasi 22 yang dilakukan berupa capital gain atau capital loss dan yield. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu berarti terjadi keuntungan modal (capital gain). Return yang digunakan dalm penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Besarnya return saham dapat dihitung dengan dua cara pertama dengan menghitung capital gain dan yang kedua dengan menghitung yield 1. Capital Gain (Samsul, 2006:293) Dimana: Ri,t = Return saham i pada periode t = Price, harga penutupan saham pada periode t (periode akhir) = Price, harga untuk waktu sebelumnya (periode awal) 2. Yield Yield merupakan persentase penerimaan kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan sebagai berikut: (jogiyanto, 2008:107) Dalam penelitian ini return saham akan diukur dengan menggunakan rumus yang pertama yaitu dengan menggunkan rumus caital gain 23 2.4.2. Jenis-Jenis Return Saham Menurut Jogiyanto (2008:121), komponen return saham terdiri dari: a. Return Realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham peride saat ini ( ) dengan harga saham pada periode sebelumnya ( ). Capital gain merupakan selisih dari investasi sekarang dengan harga periode lalu. b. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2008:125) return saham dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Return Realisasi Return Realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return history ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang. b. Return Ekspektasi Return ekpektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Ketika investor menginvestasikan dananya maka akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya diterima. 2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Sejatinya mempengaruhinya. pada return Menurut saham Samsul terdapat beberapa (2008:200), factor faktor-faktor yang yang mempengaruhi return saham terdiri atas faktor mikro dan faktor makro. 1. Faktor makro yaitu factor yang berada diluar perusahaan, yaitu: a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat suku bunga domestic, tingkat inflasi, kurs valuta asing, dan kondisi ekonomi internasional. 24 b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politikdalam negeri, peristiwa politik luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup. 2. Faktor mikro yaitu factor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu: a. Laba bersih per saham b. Nilai buku per saham c. Rasio utang terhadap equitas d. Dan rasio keuangan lainnya. 2.5 Initial Public Offering (IPO) 2.5.1 Pengertian Initial Public Offering (IPO) Initial Public Offering (IPO) merupakan proses penawaran saham pertama kali ke publik (go public) melalui pasar perdana (primary market) yang dilakukan oleh sebuah perusahaan (emiten) pada saat perusahaan tersebut membutuhkan modal, misalnya untuk pengembangan usaha atau untuk memperbaiki struktur modal (Husnan, 2001). Harga saham yang dijual di pasar perdana ini ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (underwriter). Selanjutnya saham akan diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market), dimana harga saham akan terbentuk berdasarkan mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran. Harga saham yang terbentuk pada saat IPO merupakan hal penting, baik bagi emiten, underwriter, maupun bagi investor. Bagi emiten, harga tersebut mencerminkan jumlah dana yang akan diterima, yaitu perkalian antara jumlah saham yang ditawarkan dengan harga per saham, sehingga semakin tinggi harga per saham maka jumlah dana yang akan diterima akan semakin besar. Bagi underwriter, harga tersebut mencerminkan besarnya risiko yang akan ditanggung, yaitu kerugian yang terjadi jika saham-saham yang ditawarkan tidak terjual, terutama dalam tipe penjaminan full commitment, dimana underwriter akan membeli semua saham yang tidak laku dijual. Oleh karena itu underwriter menginginkan harga per saham yang rendah untuk meminimisasi risiko (Jogiyanto, 2008:40). Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum (go public) tentunya sudah mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. 25 Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), beberapa keuntungan yang akan diraih perusahaan melakukan penawaran umum saham: 1. Perusahaan akan mendapat tambahan dana segar dari hasil penjualan saham yang tidak berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan. 2. Hasil penjualan saham dapat digunakan untuk menambah modal usaha maupun untuk membayar utang perusahaan. 3. Perusahaan dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder. 4. Likuiditas keuangan perusahaan bertambah lancar. 5. Keikutsertaaan masyarakat sebagai pemegang saham dapat menaikkan kinerja perusahaan karena adanya prinsip keterbukaan dan akuntabilitas publik. 6. Beban kerugian perusahaan dapat ditanggung lebih banyak pemegang saham. 7. Dapat mempercepat kemajuan perusahaan, terutama jika investor yang masuk memang memiliki keahlian khusus di bidang usaha yang digeluti perusahaan. Namun selain keuntungan yang akan diraih, akan ada pula kerugian yang harus diterima. Berikut beberapa kerugian bagi perusahaan melakukan penawaran umum: 1. Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama dapat berakibat berkurangnya kontrol pemilik saham lama terhadap manajemen perusahaan. 2. Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya. 3. Bertambahnya kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten, seperti kewajiban di bidang administrasi efek, pendaftaran, pelaporan, dan lainlain. 4. Perusahaan yang sudah jadi emiten atau perusahaan publik wajib mengumumkan besarnya laba perusahaan dan cara pembagian dividen. 5. Efek yang diterbitkan atau dijual ada kemungkinan tidak terjual semuanya. 2.5.2 Tujuan IPO Ada dua hal secara garis besar yang melatarbekangi perusahaan melakukan go public. Dua hal tersebut berkaitan dengan aspek finansial maupun nonfinansial. 1. Aspek Finansial : Perusahaan melakukan go public untuk refinancing atau restrukturasi permodalan, yaitu meningkatkan permodalan, memperbaiki struktur 26 keuangan perusahaan (Debt Equity Ratio), mengurangi Cost Of Fund, dan merupakan sumber pendanaan Jangka Panjang. 2. Aspek nonfinansial : perusahaan melakukan go public untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, meningkatkan profesionalisme, dalam rangka pemasaran perusahaan melalui ekspansi bisnis atau perluasan usaha, investasi baru dan mengambil alih usaha lain. 2.5.3 Proses IPO Suatu perusahaan yang ingin melakukan tindakan Go Public harus memenuhi beberapa tahapan-tahapan Go Public. Menurut Darmadji (200134) Proses penawaran umum saham dapat dikelompokkanmenjadi 4 tahapan berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu: Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospectus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan. Akuntan Publik (auditor independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wakar dari aktiva tetap tersebut. Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). 27 Notaries untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulennotulen rapat. 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAMLK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif. 3. Tahap Penawaran Saham Tahap ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaransekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahap ini. Misal, saham yang akan dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatat di bursa efek. 4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di bursa Efek Indonesia. Secara umum, tahapan go public dapat dilihat dari gambar di bawah ini : 28 Sumber: BEJ dalam Hanafi (2004) Gambar 2.1 Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek 2.5.4 Syarat Initial Public Offering (IPO) Perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum diizinkan untuk menjual sahamnya dipasar modal, sebagaimana tercantum dalam dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor 859/KMK.01/1989 tentang pelaksanaan emisi dan perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM No.011/PM/1987. Persyaratan Go Public melalui bursa untuk emisi saham antara lain: 1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas, 2. Bertempat keduduka di Indonesia, 3. Mempunyai modal disetor penuh Rp.200.000.000,4. Dua tahun memperoleh keuntungan, 5. laporan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan public dengan unqualified opinion, 29 6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi ketentuan; dua tahun pertama tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat. 2.5.5 Fenomena Penawaran Umum Perdana (IPO) Beberapa fenomena yang muncul pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) menurut Hapsari (2012:38) adalah underpricing, hot and cold market, dan underperformed. a. Teori Underpricing Menurut Sari (2012:38) ada tiga teori pokok yang menentukan underpricing, yaitu asimetri informasi, signallling hyphothesis, dan litigation risk. Teori-Teori yang menjelaskan underpricing: 1. Asimetri Informasi Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat pemodal adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat terjadinya underpricing karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan informasi. Model Baron (1982:486) sebagaimana dikutip oleh Daljonno (2000:89), mengangap underwriter memilikii informasi lebih mengenai pasar modal, sedangkan emiten tidak memiliki informasi mengenai pasar modal. Olehkarena itu, underwriter memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk membuat kesepakatan harga IPO yang maksimal, yaitu harga yang memperkecil resikonya apabila saham tidak terjual semua. Karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap jasa underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga underwriter menawarkan harga perdana saham dibawah harga ekuilibrium. Oleh karena itu akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi. 2. Signalling Hyphothesis Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang berfungsi sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan cukup baik atau mempunyai prospek yang bagus Ernyan dan Husnan (2004:90). Titman dan Trueman (1986) menyajikan signaling model yang menyatakan bahwa auditor 30 yang memiliki kualitas menghasilkan informasi yang berguna bagi investor didalam menaksir nilai perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukan bahwa laporan keuangan yang audited dan prosentase menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan pula memberikan sinyal perusahaan yang berkualitas baik dan perusahaan yang berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing, beserta sinyal lain (reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, return on asset) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukan kualitas perusahaan pada saat IPO. 3. Litigation Risk Mengutip Regulation hyphothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetris informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar termasuk para calon pemodal Ernyan dan Husnan (2004:91). b. Underperformance Underperformance merupakan fenomena lain yang umum terjadi pada sahm pasca IPO dalam jangka panjang selain underpricing. Keadaan underperformace akan terjadi apabila abnormal return negative, artinya harga saham sesudah IPO menjadi lebih buruk dari harga saham perdananya. Fenomena harga saham jangka panjang yang terlalu jauh dari harga perdana IPO mengindikasikan harga saham IPO yang misspriced. Saat IPO, perusahaan dinilai overvalued oleh pasar karena adanya informasi asimetrik antara less-informed investor dibandingkan dengan perusahaan. Berkaitan dengan long-run underperformed, Ritter (2001:390) menyimpulkan ada empat hal penyebabnya. Pertama, pandangan dari investor bahwa pola harga memberikan gambaran mengenai kesempatan untuk memdapatkan superior return. Kedua, non-zero aftermarket permormance menimbulkan pertanyaan tentang efifiensi informaasi di pasar IPO. Dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Investor yang selalu optimis mengharapkan return yang berlebih dengan membeli saham IPO, akan tetapi 31 ketika harapan tersebut tidak tercapai seiring dengan berjalannya waktu, investorinvestor tersebut menjual saham-saham yang mereka miliki sehingga pasar pun melakukan koreksi atas “kesalahannya” dan hal ini mengakibatkan terjadinya peurunan harga saham secara signifikan. Ketiga, periode tingginya volume perdagangan yang berkaitan dengan long-run performance yang rendah, mengindikasikan keberhasilan pelepasan (timing) perusahaan-prusahaan yang melepaskan ekuitasnya dalam window of opportunity. Dan keempat, derajat dari rendahnya tingkat pengembalian setelah IPO (the degreenof the low returns aftermarket) menunjukan biaya modal ekuitas eksternal (the cost of external equity capital) lebih rendah bagi perusahaan go-public. 2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.6.1 Kerangka Pemikiran Intitial Public Offering adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh tambahan modal yang berasal dari penjulan saham di pasar primer. Dengan IPO sebagian saham akan dimiliki oleh pihak eksternal dan keuntungan perusahaan pun akan dibagikan kepada pemilik saham. Dalam kegiatan di pasar modal, informasi merupakan unsur fundamental dan dominan karena informasi menyajikan keterangan dan gambaran suatu perusahaan. Baik yang menyangkut kinerja perusahaan maupun prospek di masa yang akan datang. Para pelaku pasar modal akan menggunakan informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu untuk membuat keputusan investasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Informasi yang tersedia bagi para pelaku pasar modal dipublikasikan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Selain itu juga informasi berupa histori harga saham dan return saham dapat digunakan untuk meramalkan harga saham di masa yang akan datang. Biasanya histori return saham digunakan investor untuk memprediksi bisnis sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan tidak mengandung ketidakpastian resiko. Analisa return saham untuk pihak internal bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan di masa lampau, saat ini, dan dimasa yang 32 akan datang dengan rencana, tujuan, budget perusahaan atau bahkan kinerja perusahaan pesaing. Sedangkan investor sebagai pihak eksternal selalu mengukur nilai perusahaan melalui keputusan investasi. Jadi, jelas bahwa return saham sebuah perusahaan dapat dijadikan tolak ukur bagi pihak eksternal untuk melihat apakah menguntungkan atau tidak untuk berinvestasi di dalam perusahaan tersebut. Supaya mendapatkan data history return saham yang akurat maka data yang diperlukan adalah return saham jangka pendek dan return saham jangka panjang. Karena history return saham dapat digunakan untuk memprediksi return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Investor akan membuat suatu keputusan apakah akan menginvestasikan dananya dalam bentuk pembelian saham-saham atau justru menjual kembali saham-saham yang telah dimilikinya. Sesuai dengan hukum permintaan-penawaran, semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal akan mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya. Bank bjb Initial Public Offering Harga Saham Return saham 360 hari setelah IPO 360 hari setelah 5 tahun IPO Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 33 2.6.2 Hipotesis Penelitian ini mengangkat 1 hipotesis: H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan return saham pada 360 hari setelah IPO dengan return saham pada 360 hari setelah 5 tahun IPO. 2.7 Penelitian Sebelumnya Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan referensi-referensi penelitian terdahulu dengan judul yang hampir sama. Penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: No Nama Judul Metode Peneliti 1. Martha Penelitian Nita KARAKTERISTIK Florentina Hasil PENAWARAN SAHAM UMUM PERDANA: KINERJA SAHAM PENDEK KINERJA Metode Perbedaan signifikan Verifikatif, antara kinerja jangka One-sample pendek dan jangka panjang JANGKA T- test dan F- disebabkan DAN Test fenomena SAHAM karena underpricing JANGKA PANJANG dalam jangka pendek dan penurunan sebagian perusahaan kinerja besar dalam jangka panjang serta krisis moneter yang dialami Indonesia dimana tingkat inflasi mengalami kenaikan. 2 Suskim Riantani, ANALISIS Deva Yuliani KINERJA One-sample Terdapat t-test, perbedaan yang SAHAM Paired sample signifikan antara kinerja saham PERUSAHAANt-test PERUSAHAAN jangka pendek dengan kinerja 34 YANG saham jangka MELAKUKAN panjang. INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) 3 Yusef Widya ANALISIS Terdapat Karsana KIINERJA SAHAM perbedaan antara EMITEN abnormal return saham dalam PERIODE DALAM Paired SATU Sample t-test TAHUN SETELAH periode mingguan PENAWARAN dengan PERDANA bulanan. Kinerja periode saham mingguan lebih tinggin dibandingkan dengan kinerja saham bulanan 4 Zhi Da, Mitch THE Warachka DISPARITY Regression We find the BETWEEN LONG- disparity between TERM long-term AND and SHORT-TERM short-term analyst FORECASTED forecasted EARNING earnings growth GROWTH predicts returns and revisions in long-term analyst forecasts. tively, adjustments Intuiafter for industry characteristics, a 35 larger disparity reflects the slower incorporation information of into long-term analyst forecasts than short-term analyst forecasts 5 Dimitrios The Short and Long Multivariate Initially the IPO Gounopoulos, Term Performance of Regression aftermarket Christos Initial Public underperformance Nounis, Paris Offerings in Stylianides the Cyprus Exchange is positively Stock related to the size of the firms, suggesting that small IPOs should expect less negative future returns. Similar to the short-term, market condition plays an important role in the aftermarket, as the IPOs with excess initial returns tends to offer positive returns in the long term. Finally we 36 find positive relationship between 3-year period returns and the age of IPOs by the time they go public. 6 Maria J Pator- EARNING Calender time The medium-and Llorca approach, And MANAGEMENT Francisco AND THE Poveda RUN LONG cross sectional long run return of the stocks traded on the ISE were PERFORMACE OF regression found to be more SPANISH promising INITIAL PUBLIC OFFERING the then short-run return Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Martha Nita Florentina (2014) melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Penawaran Umum Saham Perdana: Kinerja Saham Jangka Pendek dan Kinerja Saham Jangka Panjang”. Metode analisa data yang digunakan adalah Metode Verifikatif, One-sample T- test dan F-Test. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan jangka panjang disebabkan karena fenomena underpricing dalam jangka pendek dan penurunan kinerja sebagian besar perusahaan dalam jangka panjang serta krisis moneter yang dialam Indonesia dimana tingkat inflasi mengalami kenaikan. Suskim Riantani (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Saham Perusahaan-Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO)”. Metode analisis data yang digunakan adalah one sample t-test dan pair 37 sample t-test. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang. Yusef Widya Karsana (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Saham Emiten dalam Periode Satu Tahun Setelah Penawaran Perdana”. Analisis data yang digunakan adalah paired sample t-test. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan antara abnormal return saham dalam periode mingguan dengan periode bulanan. Kinerja saham mingguan lebih tinggin dibandingkan dengan kinerja saham bulanan. Zhi Da, Mitch Warachka melakukan penelitian dengan judul “The Disparity Between Long Term and Short Term Forcasted Earning Growth. Metoda analisis data yang digunakan adalah regresi. Hasil yang diperoleh adalah adanya perbedaan antara jangka panjang dan jangka pendekdapat yang meramalkan pertumbuhan laba untuk return jangka panjang. Dimitrios Gounopoulos, Christos Nounis, Paris Stylianides melakukan penelitian dengan judul ” The Short and Long Term Performance of Initial Public Offerings in the Cyprus Stock Exchange”. Metode analisa data yang digunakan adalah Multivariat Regression. Hasil yang diperoleh adalah kinerja perusahaan setelah IPO kurang berhubungan positif dengan ukuran perusahaan, menunjukkan bahwa IPO harus mengharapkan pengembalian yang sedikit di masa depan. Seperti jangka pendek, kondisi pasar berperan penting, sebagai IPO dengan hasil awal berlebih cenderung menawarkan pengembalian positif dalam jangka panjang. Akhirnya kami menemukan hubungan positif antara 3 tahun kembali periode dan usia IPO pada saat mereka go public. Maria J Pator-Llorca And Francisco Poveda melakukan penelitia dengan judul “Earning Management and The Long Run Performance of Spanish Intitial Public Offering”. Analisa data yang digunakan adalah Calender time approach, cross sectional regression. Hasil yang diperoleh adalah return saham jangka menengah dan jangka panjang lebih menjanjikan dibandingkan dengan return saham jangka pendek.