Komunikasi dlm Konseling Kon. IK Kl. SK Perilaku IK = Interaksi Konseling SK = Situasi Konseling (Fisik, Psikis, Sosial) Aplikasi (Penerapan) konsep psikologi melalui komunikasi ke dalam praktik konseling, terkait dengan perilaku Konselor, konselee (klien), Ik, dan SK. Konseling menunjukkan suatu hubungan antara pemberi bantuan (konselor) yang terlatih dengan seseorang yg mencari bantuan (konselee) dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang dibuatnya membantu konselee belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dalam cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif. Cavanagh (1982) 7 unsur pokok 1. Konselor adalah seorang yg terlatih secara profesional 2. Konselor berada dalam suatu interaksi yg bersifat membantu 3. Konselor dituntut memiliki kualitas pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang bersifat membantu. 4. Konselor membantu konselee untuk belajar. 5. Dalam konseling, konselee belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain. 6. Konselee belajar untuk tumbuh secara produktif. 7. Konseling merupakan suatu hubungan antara konselor dengan konseli yg membutuhkan bantuan. ENAM FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PSIKOLOGI KONSELING 1. Berkembangnya kesadaran di kalangan ahli psikologi tentang pentingnya hubungan yg membantu sbg variabel yang signifikan dlm bekerja dengan orang lain 4. Berkembangnya kesadaran akan butuh nya dasar-dasar ilmiah tt konseling Silabus dan Materi BK Keluarga 2. Berkembangnya penerimaan thd sistem nilai humanistik yang direpleksikan dalam penolakannya thd pendekatan medis dalam berhubungan dengan klien. 3. Adanya gerakan yang mengarahkan para “helper” untuk memfasilitasi individu yg sehat drpada membantu individu yg sakit/patologis. 5. Pengakuan thd nilai psi.konseling sbg kerangka kerja perkembangan SDM dalam organisasi. 6. Adanya apresiasi bahwa pd saat tingginya pengangguran, konseling menawarkan jenis pekerjaan yg tepat bagi para lulusan psikologi. KONSELING SEBAGAI SATU PENGALAMAN BARU P E N G A L Konselor Klien A M 1. Mengenal Konflik Internal –sumber : a. Penilaian negatif thd diri sendiri b. Keharusan psikologis c. Konflik kebutuhan 2. Menghadapi realitas a. Menghindar dari realitas b. Generalisasi berlebihan c. Sikap menyalahkan 3. Mengembangkan Tilikan-kurangnya Tilikan a. Kesan palsu b. Saringan psikologis c. Kebingungan 4. Memulai Suatu Hubungan Baru A N B A R U 5. Meningkatnya Kebebasan Psikologis a. untuk mengakui ketidaksempurnaan diri sendiri b. untuk mempertanggungjawabkan perilaku sendiri c. Untuk mengecewakan orang lain d. untuk menyatakan perasaan 6. Memperbaiki Konsepsi2 yg Keliru,seperti a. ada masalah yg tdk dpt dipecahkan b. janji tidak dapat dibatalkan c. orang tahu persis apa yg dilakukannya Mengenal Konflik Internal Konseling membantu klien untuk memahami bahwa masalah yang dialaminya bersumber dari konflik yang ada dalam dirinya bukan karena faktor dari luar. Faktor--faktor internal yang menyebabkan konflik dalam diri Faktor individu : 1. Penilaian negatif terhadap diri sendiri, seperti “Saya orang bodoh”. 2. Keharusan psikologis a. Keharusan Psi. personal : “Saya harus sukses, …., dsb”. b. Keharusan Psi. interpersonal : “Saya harus disukai…,dsb”. c. Keharusan Psi.sosial : “Saya harus punya teman populer,..”. d. Keharusan Psi. destruktif : “Saya harus bunuh diri,…, dsb”. 3. Konflik Kebutuhan, seperti : a. Kebebasan >< Ketergantungan b. Berprestasi >< Santai KLIEN DALAM KONSELING Kurang memiliki “Psychological Strength” (Daya Psikologis) Klien Konseling Need Fulfillment (Pemenuhan Kebutuhan) DAYA PSIKOLOGIS “Suatu kekuatan yang menggerakkan individu untuk Menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya, termasuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya” Intrapersonal Competencies Interpersonal Competencies PEMENUHAN KEBUTUHAN “Kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup Agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberikan kebahagiaan” Memberi dan Menerima Kasih Sayang Kebebasan Perasaan mencapai Prestasi Memiliki Harapan Memiliki Kesenangan Memiliki Ketenangan Menerima Stimulasi (tantangan) Memiliki Tujuan Hidup Secara Nyata KOMPETENSI INTRAPERSONAL Pengetahuan Diri Pemahaman terhadap Kekuatan & kelemahan dirinya Masalah yg muncul bila Kurang memahami diri : 1. Mengasingkan diri 2. Tampilan perilaku yg kurang memadai 3. Kurang dpt mengambil keputusan 4. Persepsi yg keliru 5. Lari dari kenyataan 6. Memanipulasi orang lain 7. Berproyeksi Pengarahan Diri Harga Diri Daya yg memberi arah dan bertggungjawab thd konsekuensi perilakunya Pandangan seseOrang bhw dirinya Bermanfaat, berkeMampuan, dan berkebajikan Dampak kurang Memiliki pengarahan Diri 1. Kurang percaya diri 2. Kurang mampu Mengendalikan diri Masalah yg muncul Apabila kurang meiliki Harga diri 1. Kurang respek thd diri 2. Mengabaikan diri 3. Tidak konsisten dlm berteman 4. Tidak mampu memaafkan diri sendiri KURANG PERCAYA DIRI 1. Generalisasi pada satu aspek kpd aspek lain (kurng percaya kpd diri menjadi krng percaya kpd orang lain) 2. Sulit meng.keputusan 3. Krng mampu menghadapi kegagalan 4. Enggan menghadapi resiko 5. Berperilaku kurang wajar (psikologis) KURANG MAMPU MENGENDALIKAN DIRI 1. 2. 3. 4. Disiplin diri yg rendah Kurang mampu menata diri Berperilaku irrasional Mudah dikendalikan oleh pihak lain yg tdk sehat 5. Lebih banyak dikendalikan oleh pikiran orang lain 6. Bersifat impulsif KOMPETENSI INTERPERSONAL Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain (mengenal dan menmahami menmahami diri sendiri dan orang lain) Ketegasan diri (Assertiveness) Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain Kebebasan dlm bereksplorasi Harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain Perlindungan diri dalam situasi interpersonal yang posotif. Kompetensi / Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, dengan mampu membedakan suasana hati, temperamen, motivasi dan keterampilan-keterampilan orang lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain serta memahami berbagai peran dalam kelompok. Inteligensi ini ditunjukkan oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang politik, agama, guru, orang tua, terapis maupun konselor. Mereka umumnya menikmati melakukan interaksi sosial dalam berbagai usia, mampu mempengaruhi orang lain, memiliki rasa ingin tahu tentang beragam cara kehidupan antar budaya serta dapat menikmati humor. Menurut N.K.Humprey, inteligensi interpersonal (sosial) ini merupakan bentuk yang paling penting dalam inteligensi manusia, karena mampu memelihara hubungan dengan manusia secara efektif. Mereka mampu mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku mereka sendiri serta mengantisipasi perilaku orang lain. Keberhasilan dalam kehidupan seseorang seringkali sangat tergantung pada inteligensi interpersonalnya. CIRI-CIRI ORANG YG MEMILIKI KEMAMPUAN CIRIATAU KECERDASAN INTERPERSONAL 1. Memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya, serta memiliki ikatan dengan orang-orang yang ada di lingkungannya. 2. Mampu memelihara hubungan sosial yang telah dibinanya. 3. Memahami berbagai cara yang dapat digunakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 5. Mampu menerima perasaan, pemikiran, motivasi, perilaku dan cara hidup orang lain. 6. Berpartisipasi dalam usaha-usaha kolaborasi dan memikul berbagai peran pimpinan dengan baik. 7. Mampu mempengaruhi pendapat dan aktivitas kelompok. 8. Mampu berkomunikasi secara verbal dan non-verbal. 9. Mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan serta menerima berbagai umpan balik terhadapnya. 10. Mampu mempersepsi berbagai perspektif masalah politik dan sosial. 11. Mampu mengembangkan keterampilan yang berkaitan dengan kepentingan umum. 12. Mampu mengekspresikan minat dengan berkarir sebagai pengajar, pekerja sosial, konselor, pengusaha maupun politikus. 13. Mampu mengembangkan proses dan model sosial yang baru. 14. Bersikap respek terhadap orang lain (respect to others). KUALITAS KONSELOR Self-knowledge (Menyadari : kebutuhannya, perasaannya, Selfpenyebab kecemasan selama konseling dan cara menguranginya, kelebihan dan kekurangannya). kekurangannya). Competence (Senantiasa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam menerapkan teknik2 evaluasi konseling) Kesehatan Psikologis yang Baik (mencapai pemuasan kebutuhan, tidak membawa masalah pribadi ke dalam konseling, menyadari kelemahan, mencapai kehidupan dalam kondisi yg baik). Dapat Dipercaya (Trustworthness = konsisten/jujur dalam ucapan dan perbuatan, memegang kerahasiahan klien, bertanggungjawab thd semua ucapannya). Kejujuran (Honest (Honest = terbuka, otentik, sejati/asli dalam penampilannya). Kekuatan (Strength = keberanian untuk melakukan apa yg dipandang paling tepat). Kehangatan (Warmth = ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain). Pendengar yg Aktif Bersikap Sabar Kepekaan Kebebasan Kesadaran Holistik (memandang klien secara utuh) KOGNISI DALAM KONSELING KOGNISI ASUMSI KOGNITIF Bagian intelek yg merujuk kepada penerimaan dan penafsiran informasi, pemikiran, pengingatan, penghayalan/penciptaan, pengambilan keputusan, dan Penalaran. Hipotesis, keyakinan, atau konstruk yang dibuat oleh seseorang untuk mengendalikan dan mebuat kesan mengenai hidupnya, yang berbentuk pernyataan benar-salah, atau sesuai-bertentangan. PERKEMBANGAN ASUMSI YANG SALAH Melalui Pengalaman langsung (halo effect) Pengajaran langsung Logika simbolik (marah itu jelek, karena menyebabkan perceraian ortu) Miskonstruksi hubungan sebab akibat (tidak naik kelas karena guru kurang pandai mengajar) Kesalahan berpikir 1. Generalisasi berlebihan (semua wanita manipulatif) 2. Konsep semua atau tidak sama sekali (anda mau bantu saya atau tidak sama sekali) 3. Pernyataan mutlak (saya harus dicintai oleh semua orang) 4. KetidakKetidak-akuratan semantik (saya gagalgagal-saya membuat kesalahan) 5. Akurasi waktu (apa yang dianggap tepat di masa lalu, tidak selalu tepat di masa kini dan yang akan datang) KARAKTERISTIK ASUMSI YANG SALAH Dimensi waktu (masa (masa lalu : orang tua tidak mencintai saya; masa sekarang : saya tidak memiliki kecapakan untuk bekerja; dan masa yg akan datang : kalau saya menikah nanti pasti saya tidak akan bahagia) bahagia) Pola--pola ((asumsi Pola asumsi bahwa untuk mencapai sukses tertentu harus diawali dengan suskses sebelumnya = untuk menjadi orang sukses, harus lulus dari PT ternama) ternama) Perasaan rendah diri atau kekurang mampuan yang mendasarinya Asumsi yang berbahaya dan tidak berbahaya PENOLAKAN THD PERUBAHAN (asumsi yg salah sulit diubah dgn alasan) Dianggap sbg hal yg bersifat pribadi Telah ada sejak kanakkanak-kanak Sudah menjadi bagian kepribadian seseorang (adat kakurung ku iga) Orang yang menghabiskan waktu seperempat abad atau lebih CARA MEMELIHARA ASUMSI YANG SALAH Tidak memberikan perhatian dengan selektif (ketika orang lain melebihi kemampuannya, ia tidak mengacuhmengacuh-kannya) Memberikan perhatian dengan selektif (suka menyebutmenyebutnyebut keberhasilannya) Penghargaan yang dibuatdibuat-buat (seseorang dipilih sebagai pimpinan karena tidak ada orang lain yang mau, tetapi ia menganggap hal tsb karena ia yg paling istimewa) Meminta umpan balik (meminta orang lain memberikan umpan balik yang jujur sbg cara untuk memanipulasi dirinya) Penguatan sebentar (sementara dirinya berasumsi bhwa dirinya kurang berprestasi, orang lain menganggapnya unggul) Disonansi kognitif (seorang karyawan tdk memperoleh promosi, kemudian ia menyatakan bahwa perusahaan tsb. Membuat dia lebih baik dalam posisinya) Beberapa Pertimbangan bagi Konselor dalam Menghadapi Klien dg Kasus asumsi salah Kesabaran (menghindari tindakan menginterogasi klien secara langsung). Emosi (memperhatikan keterkaitan emosi dan kognisi) Berbagi Asumsi (dgn menunjukkan bahwa asumsi itu salah dan perlu diperbaiki) Menghilangkan asumsi yang salah EMOSI DALAM KONSELING (Sakit Hati, Takut, Marah, dan Rasa Bersalah) 1. Sakit Hati (Hurt), penyebabnya : a. Interaksi kehidupan melalui ungkapan atau ucapan, atau tindakan yang menyakitkan. b. Suatu yang naif, seperti sakit hati karena teman menyebarkan perasaan takutnya berteman dgn laki--laki. laki c. Keinginan individu untuk merasakan sakit. KONSELING THD KLIEN YG MENGALAMI RASA SAKIT HATI Membantu klien agar mampu meraksi secara positif perasaan sakit hatinya, melalui 4 tahap : 1. 1.Mengakui Mengakui bahwa dirinya sakit hati 2. 2.Mencoba Mencoba mencari arti dari rasa sakit hati 3. 3.Menemukan Menemukan penyebab rasa sakit hati 4. 4.Melakukan Melakukan upaya untuk menghindari rasa sakit hati agar tidak terjadi di masa yang akan datang. Reaksi Destruktif thd Perasaan Sakit Hati Menyangkal perasaan sakit hati Menyakiti orang lain (balas dendam) Menyamarkan sakit hati Bergelimang sakit hati Menghilangkan rasa sakit hati Bersembunyi dari sakit hati yang terjadi di masa yang akan datang Menyakiti diri sendiri 2. Takut (Fear) Takut thd kedekatan (fear (fear of intimacy), reaksinya : menjaga jarak dgn orang lain, membuat konflik, dan mengembangkan reaksi ketakutan berbalik (counterphobic) dengan melakukan hubungan terlalu banyak atau terlalu dini dgn yg ditakuti. Takut thd penolakan (fear (fear of rejection), reaksinya : Berpura--pura tdk berminat, menggunakan nama samaran dan tdk Berpura membiarkan orang lain mengetahui identitasnya, serta berusaha menghindari kemungkinan ditolak, seperti : berbuat manis, sopan, dan menolong berlebihan; menunjukkan keadaan lemah(menarik simpati orang lain); dan menolak orang lain. Takut thd kegagalan (fear (fear of failure), failure), reaksinya : menolak resiko, prinsipnya : “jika anda tdk mencoba sesuatu, anda tdk akan gagal”. Takut thd kebahagiaan (fear (fear of happiness), tipenya : ada yg ingin bahagia tetapi tdk berusaha, dan kebahagiaan bukan keharusan. 3. Marah (Angger) Manifestasi Marah thd Diri sendiri : 1. Depresi 2. Adiksi 3. Salah tempat atau orang 4. Perilaku serampangan 5. Pengorbanan 6. Canggung atau kikuk 7. Manifestasi fisik (psikosomatis) 8. Degradasi Perilaku (seperti penurunan emosi, penurunan kemampuan fisik) Manifestasi Marah thd Orang lain Moralism (seperti menghina, atau merendahkan orang lain). Hostile Talk (Sindiran) : ejekan, sarkasme, gosif, fitnah. Shutting Down (menjatuhkan orang lain), melampiaskan kemarahan secara langsung dgn menjatuhkan nama baik/martabatnya. Purposeful Ineptness (kecanggungan bertujuan) Victimizing (membuat korban), berbuat marah sehingga orang lain berbuat salah atau gagal, seperti membri tugas yg mustahil dapat dilakukan atau membuat orang lain tergantung. Ambushing (penyerangan), menyerangan dengan berbagai alasan. Passivity (bersikap pasif) Getting Sick (menjadi sakit), seperti seorang bawahan yg marah pada atasannya yang menugaskannya untuk bekerja, namun dia mengatakan bahwa dirinya sakit dan harus pulang. 4. Rasa Bersalah (Guilt) : perasaan tidak nyaman atau malu karena melakukan kesalahan, atau a moral Rasa bersalah Psikologis, Psikologis, apabila perila peril akunya bertentangan dengan konsep dirinya. Rasa bersalah sosial, sosial, berperilaku yang bertentangan dgn at aturan sosial. Rasa bersalah religi, religi, berperilaku yang bertentangan dengan kaidahkaidah-kaidah agama. Manifestasi Rasa Bersalah Pendirian bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri sendiri Keragu--raguan (dalam mengambil kep.) Keragu Menciptakan ketidakpuasan, merasa tidak puas meskipun sudah mencapainya. Psikosomatis atau gejala hipokondria Dorongan kebutuhan yang berlebihan (selalu ingin serba sempurna) Kebiasaan melakukan sesuatu yang menimbulkan malapetaka Mengambil kekalahan dalam kerangka kemenangan Keagamaan (religi (religiosity), melarikan diri pada kehidupan keagamaan. keagamaan. MOTIVASI DALAM KONSELING Konselor perlu memahami motivasi, karena beberapa alasan : 1. Klien hrs didorong untuk bekerjasama dalam konseling 2. Klien harus didorong untuk berperilaku atau berusaha sesuai dengan tuntutan 3. Motivasi merupakan hal yg penting dalam memelihara dan mengembangmengembangkan suasana konseling. MOTIVASI MERUPAKAN PROSES YANG KOMPLEKS Motif yg menjadi sebab dari tindakan seseorang itu, tidak dapat diamati, tetapi hanya diperkirakan. Individu mempunyai kebutuhan atau harapan yang senantiasa berubah dan berkelanjutan. Manusia memuaskan kebutuhannya dengan bermacam--macam cara. bermacam Kepuasan dalam satu kebutuhan tertentu dapat mengarah kepada intensitas kebutuhan. Perilaku yang mengarah kepada tujuan, tidak selamanya dapat menghasilkan kepuasan. Reaksi Frustrasi Rasionalisasi : mencari dalih untuk menutupi kegagalannya. Proyeksi : melempar sebabsebab-sebab kegagalan kepada pihak luar. Kompensasi : mencari sukses dalam bidang lain untuk menutupi kegagalan dalam bidang lainnya. Regresi : berperilaku kekanakkekanak-kanakan. Represi : menekan atau melupakan halhal-hal yang tidak menyenangkan. Agresi ; melakukan perlawanan atau penyerangan thd penyebab kegagalan. Sublimasi : mencari penyaluran atau tujuan pengganti yang dipandang dapat diterima secara sosial. Helplessness (tak berdaya) : keadaan tak berdaya dengan tidak melakukan apaapa-apa. Menarik diri. TEORI MOTIVASI ISI Teori Maslow (Needs) 1. Biological Needs 2. Safety Need PROSES Teori McClelland (Need for Achievement ) Orang yg memiliki NA tinggi ditandai dgn : 4. Esteem Need 1. Menyenangi situasi yg menuntut tgngjawab untuk menyelesaikan masalah 5. Actualization Need 2. Cenderung mengambil resiko yang moderat 3. Social Need 3. Selalu mengharpakan concrete feedback. PENGUATAN Skinner (Operant Conditioning/ Law of effect) Dalam konseling, klien hendaknya diberikan stimulus yg dapat memberikan kepuasan, dan selanjutnya diberikan penguatan thd respon yg dinilai baik. Ada 4 cara penguatan : positif, negatif, penghapusan, dan hukuman. Kebutuhan Insani Menurut Islam Keridlaan Allah Pengampunan Allah Kasih sayang Hidayah Rizqi Kesehatan PRINSIP--PRINSIP MOTIVASI PRINSIP Kompetisi (self competition & competition with other) other) Pemacu (pemberian informasi, nasihat, peringatan, percontohan, amanat, dsb) Ganjaran dan Hukuman Kejalasan dan Kedekatan Tujuan (klien dibantu agar memahami tujuannya secara jelas, atau dibantu merumuskan tujuan yg masih umum menjadi khusus/jangka pendek/dekat. Pemahaman Hasil (memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yg telah dilakukan/dihasilkan klien) Pengembangan Minat (mengembangkan minat klien dalam aktivitas konseling) Lingkungan yg kondusif (menciptakan lingkungan fisik dan sosiopsikologis konseling yang kondusif, nyaman, sehingga mengembangkan motif untuk bekerja dgn baik dan produktif, proses konseling yang produktif). KOMUNIKASI DALAM KONSELING “Suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia atau lebih, dengan menggunakan simbolsimbol-simbol yang dipahami bersama”. Siapa Komunikator (Pemberi) Mengatakan apa Pesan Dgn Cara Apa Media Umpan Balik Dengan hasil Apa Kepada Siapa Komunikan (Penerima) Komunikasi yang Efektif 1. Ada gagasan yang akan disampaikan oleh kominkator (konselor) 2. Gagasan itu harus dinyatakan dalam suatu bentuk untuk disampaikan (encode) 3. Ada alat atau media untuk menyampaimenyampai-kan pesan 4. Gangguan Gangguan--gangguan pesan harus dihindari 5. Pesan harus sampai diterima oleh pihak penerima (komunikan) 6. Adanya penafsiran pesan yang tepat oleh pihak penerima (decode) 7. Adanya tindak lanjut dari penerima (melakukan tindakan, atau memberi umpan balik kepada pengirim pesan/komunikator). KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELING 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Attending (penghampiran) Empati Merangkumkan Bertanya Kejujuran Asertif Konfrontasi Pemecahan Masalah 1. Attending (komuniksi melalui isyarat verbal dan nonnon-verbal) Ungkapan salam dan sapaan yg sopan, dengan nada suara yg baik. Penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan Gerakan fisik disertai perhatian yg menyeluruh Pengakuan, sentuhan, dan kontak fisik yg sederhana dan penuh perhatian Memelihara kontak mata secara menyeluruh dan tepat sesuai dgn situasi dan topik bahasan Mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian. 2. Empati Sikap menerima dan memahami ungkapan klien : gerak mata, anggukan, gerak tangan, air muka, dsb. Memberikan perhatian yg mendalam thd ungkapan klien Pernyataan yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yg diungkapkan Memberi dukungan thd ungkapan tertentu. 3. Merangkumkan, caranya : Memberikan kesempatan kepada konselee untuk menyampaikan ungkapannya secara lengkap. Menunjukkan sikap memberikan perhatian dan menyimaknya dengan penuh perhatian. Membuat catatancatatan-catatan seperlunya untuk merangkum pembicaraan. Pada akhir konselee menyampaikan ungkapannya, konselor memberikan respon dalam bentuk menyampaikan rangkuman pembicaraan. 4. Bertanya Bentuk Bertanya Tertutup Terbuka Membantu konselee dalam: 1. Memulai perbincangan 2. Meminta penjelasan lebih lanjut 3. Memberi contoh 4. Memusatkan pada perasaan Konselee. Keterampilan Bertanya 1. Perhatikan suasana konseling dan konselee 2. Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan. 3. Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik pembahasan 4. Segera berikan respon balikan terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan, dengan sikap yang baik dan empatik. 5. Kejujuran (Genuineness) (Genuineness) Yaitu keterampilan menyatakan pendapat/perasaan mengenai pemikiran/perasaan konselee dengan cara yg sedemikian rupa, sehingga konselee dapat menerima tanpa merasa tersinggung. Contoh respon konselor thd.konselee yg mengajukan kritik atau memotong pembicaraan : “Maaf pembicaraan anda itu benar, akan tetapi sudilah anda menunggu sampai saya selesai bicara supaya ungkapan anda dapat membantu pembicaraan kita”. 6. Asertif Respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri tanpa melanggar hak asasi orang lain. Merupakan keterampilan untuk menyatakan pikiran atau perasaan dengan cara yang jujur dan sopan, dan menghargai hak asasi orang lain. 7. Konfrontasi Keterampilan merespon pesan seseorang yang mengandung ketidaksesuaian atau bertentangan satu dengan lainnya. Merupakan cara konselor untuk membetulkan titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi sbb. 1. Perbedaan antara apa yang dikatakan dengan apa yg dilakukan konselee, seperti :”Anda mengatakan bahwa anda selalu membaca buku setiap hari, tetapi ternyata hari ini anda tidak melakukan hal itu”. 2. 3. Perbedaan antara apa yg telah dikatakan seseorang dengan apa yg dilaporkan orang lain ttg dia, misalnya :“Anda :“Anda mengatakan bahwa anda adalah orang miskin,akan tetapi tetangga anda mengatakan bahwa anda baru saja membeli mobil baru”. Perbedaan antara apa yang dikatakan dengan apa yang nampak, misalnya : “Anda mengatakan tidak marah, akan tetapi suara dan perbuatan anda menunjukkan kemarahan”. Dalam menerapkan keterampilan konfrontasi hendaknya diperhatikan hal--hal berikut. hal Konselor hendaknya memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati dan jujur. Harus diperhitungkan agar konselee mau menerimanya dan tidak memberikan pertahanan atau perlawanan. Harus bersesuaian dengan situasi masalah. Harus singkat dan tepat sasaran. MANAJEMEN RUANG DAN WAKTU KONSELING Pengelolaan tiga jenis ruang : fisik, pribadi sosial, dan ruang waktu. 1. Ruang Fisik a. Tata letak (lay(lay-out) b. Iluminasi (penerangan) c. Atmosfir d. Warna e. Suara f. Kebersihan dan Estetika g. Kesesakan dan Kepadatan 2. Ruang Pribadi/Sosial Teritorialitas (Persepsi individu thd kawasan psikologis yg diakui sbg miliknya untuk mewujudkan kedaulatannya). Ada dua unsur teritori : kepemilikan dan status. Ada tiga macam tingkatan teritori : 1. Primer (pribadi), 2. Sekunder (bersama/kalangan khusus), dan 3. tertier (terbuka untuk umum). Privacy (persepsi individu terhadap jaminan kemanan dirinya) Zona Pribadi (Persepsi tt jarak antara pribadi dgn pihak lain dalam berinteraksi). 1. 2. 3. 4. Zona Zona Zona Zona Intim (0 – 0.5 m) = suamisuami-istri Personal (0.5 – 1.5 m)= teman Sosial (1.5 – 4 m) = formal Umum (lebih dari 4 m) 3. Ruang waktu Proses konseling akan berlangsung dengan baik apabila segala sesuatunya berada dalam pengendalian waktu secara efektif. Pola perilaku dan sikap yang erat kaitannya dengan manajemen waktu: 1. Pemberian prioritas thd tugas 2. Penjadwalan kegiatan (harian,mingguan,bulanan,dsb.) 3. Pendelegasian tanggung jawab 4. Melakukan transaksi dgn pihak lain. Komponen Konseling yang Efektif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Positive thinkingand feeling Self logic and self performance Self understanding Posible Alternative Specipic and Realistik Test Alternative Behaviors Try New Bwhaviors (Psychological Homework Assigment) 8. Client report on the new thinking, new feeling and new behavior. Komunikasi dlm Konseling yang Efektif Konselor perlu tampil sebagai komunikator yang dapat dpercaya bagi orang lain. Dan bagaimana BK dipandan sebagai sosok yang memberikan bantuan. Konselor melepaskan dirinya dari persepsi yang subjektif. Konselor menunjukkan kepedulian pada orang lain. Konselor mampu mengidntifikasi bagaimana konseli bisa berfikir, merasa, dan melakukan sesuatu yang bersifat genuine. Positif Thinking and Feeling Konselor membantu mengubah klien untuk berfikir positif