Materi Perkuliahan Komunikasi dalam BK

advertisement
Komunikasi dlm Konseling
Kon.
IK
Kl.
SK
Perilaku
IK = Interaksi
Konseling
SK = Situasi
Konseling
(Fisik, Psikis,
Sosial)
Aplikasi (Penerapan) konsep psikologi melalui komunikasi
ke dalam praktik konseling, terkait dengan perilaku
Konselor, konselee (klien), Ik, dan SK.
Konseling
menunjukkan suatu hubungan antara pemberi bantuan
(konselor) yang terlatih dengan seseorang yg mencari bantuan
(konselee) dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang
dibuatnya membantu konselee belajar untuk berhubungan dengan
dirinya sendiri dan orang lain dalam cara-cara yang lebih
tumbuh dan produktif. Cavanagh (1982)
7 unsur pokok
1. Konselor adalah seorang yg terlatih secara profesional
2. Konselor berada dalam suatu interaksi yg bersifat membantu
3. Konselor dituntut memiliki kualitas pengetahuan, keterampilan,
dan kepribadian yang bersifat membantu.
4. Konselor membantu konselee untuk belajar.
5. Dalam konseling, konselee belajar untuk berhubungan
dengan dirinya sendiri dan orang lain.
6. Konselee belajar untuk tumbuh secara produktif.
7. Konseling merupakan suatu hubungan antara konselor
dengan konseli yg membutuhkan bantuan.
ENAM FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA
PSIKOLOGI KONSELING
1. Berkembangnya kesadaran di kalangan
ahli psikologi tentang pentingnya
hubungan yg membantu sbg variabel
yang signifikan dlm bekerja dengan orang
lain
4. Berkembangnya kesadaran akan butuh
nya dasar-dasar ilmiah tt konseling
Silabus dan Materi BK Keluarga
2. Berkembangnya penerimaan thd sistem nilai
humanistik yang direpleksikan dalam penolakannya thd pendekatan medis dalam berhubungan dengan klien.
3. Adanya gerakan yang mengarahkan para
“helper” untuk memfasilitasi individu yg sehat
drpada membantu individu yg sakit/patologis.
5. Pengakuan thd nilai psi.konseling
sbg kerangka kerja perkembangan
SDM dalam organisasi.
6. Adanya apresiasi bahwa pd saat
tingginya pengangguran, konseling
menawarkan jenis pekerjaan yg
tepat bagi para lulusan psikologi.
KONSELING SEBAGAI SATU
PENGALAMAN BARU
P
E
N
G
A
L
Konselor
Klien
A
M
1. Mengenal Konflik Internal –sumber :
a. Penilaian negatif thd diri sendiri
b. Keharusan psikologis
c. Konflik kebutuhan
2. Menghadapi realitas
a. Menghindar dari realitas
b. Generalisasi berlebihan
c. Sikap menyalahkan
3. Mengembangkan Tilikan-kurangnya
Tilikan
a. Kesan palsu
b. Saringan psikologis
c. Kebingungan
4. Memulai Suatu Hubungan Baru
A
N
B
A
R
U
5. Meningkatnya Kebebasan Psikologis
a. untuk mengakui ketidaksempurnaan
diri sendiri
b. untuk mempertanggungjawabkan
perilaku sendiri
c. Untuk mengecewakan orang lain
d. untuk menyatakan perasaan
6. Memperbaiki Konsepsi2 yg Keliru,seperti
a. ada masalah yg tdk dpt dipecahkan
b. janji tidak dapat dibatalkan
c. orang tahu persis apa yg dilakukannya
Mengenal Konflik Internal
Konseling membantu klien untuk memahami bahwa masalah
yang dialaminya bersumber dari konflik yang ada dalam
dirinya bukan karena faktor dari luar.
Faktor--faktor internal yang menyebabkan konflik dalam diri
Faktor
individu :
1. Penilaian negatif terhadap diri sendiri, seperti “Saya orang
bodoh”.
2. Keharusan psikologis
a. Keharusan Psi. personal : “Saya harus sukses, …., dsb”.
b. Keharusan Psi. interpersonal : “Saya harus
disukai…,dsb”.
c. Keharusan Psi.sosial : “Saya harus punya teman
populer,..”.
d. Keharusan Psi. destruktif : “Saya harus bunuh diri,…,
dsb”.
3. Konflik Kebutuhan, seperti :
a. Kebebasan >< Ketergantungan
b. Berprestasi >< Santai
KLIEN DALAM KONSELING
Kurang memiliki
“Psychological
Strength”
(Daya Psikologis)
Klien
Konseling
Need Fulfillment
(Pemenuhan Kebutuhan)
DAYA PSIKOLOGIS
“Suatu kekuatan yang menggerakkan individu untuk
Menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan
hidupnya, termasuk menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapinya”
Intrapersonal Competencies
Interpersonal Competencies
PEMENUHAN KEBUTUHAN
“Kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup
Agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberikan
kebahagiaan”
Memberi dan Menerima
Kasih Sayang
Kebebasan
Perasaan mencapai
Prestasi
Memiliki Harapan
Memiliki Kesenangan
Memiliki Ketenangan
Menerima Stimulasi
(tantangan)
Memiliki Tujuan Hidup
Secara Nyata
KOMPETENSI INTRAPERSONAL
Pengetahuan Diri
Pemahaman terhadap
Kekuatan & kelemahan
dirinya
Masalah yg muncul bila
Kurang memahami diri :
1. Mengasingkan diri
2. Tampilan perilaku yg
kurang memadai
3. Kurang dpt mengambil
keputusan
4. Persepsi yg keliru
5. Lari dari kenyataan
6. Memanipulasi orang lain
7. Berproyeksi
Pengarahan Diri
Harga Diri
Daya yg memberi arah
dan bertggungjawab
thd konsekuensi
perilakunya
Pandangan seseOrang bhw dirinya
Bermanfaat, berkeMampuan, dan
berkebajikan
Dampak kurang
Memiliki pengarahan
Diri
1. Kurang percaya diri
2. Kurang mampu
Mengendalikan diri
Masalah yg muncul
Apabila kurang meiliki
Harga diri
1. Kurang respek thd diri
2. Mengabaikan diri
3. Tidak konsisten dlm
berteman
4. Tidak mampu memaafkan diri sendiri
KURANG PERCAYA DIRI
1. Generalisasi pada
satu aspek kpd aspek
lain (kurng percaya kpd
diri menjadi krng percaya
kpd orang lain)
2. Sulit meng.keputusan
3. Krng mampu menghadapi kegagalan
4. Enggan menghadapi
resiko
5. Berperilaku kurang
wajar (psikologis)
KURANG MAMPU
MENGENDALIKAN DIRI
1.
2.
3.
4.
Disiplin diri yg rendah
Kurang mampu menata diri
Berperilaku irrasional
Mudah dikendalikan oleh
pihak lain yg tdk sehat
5. Lebih banyak dikendalikan
oleh pikiran orang lain
6. Bersifat impulsif
KOMPETENSI INTERPERSONAL
Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang
lain (mengenal dan menmahami
menmahami diri sendiri dan orang lain)
Ketegasan diri (Assertiveness)
Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan
orang lain
Kebebasan dlm bereksplorasi
Harapan yang realistik terhadap diri
sendiri dan orang lain
Perlindungan diri dalam situasi
interpersonal yang posotif.
Kompetensi / Inteligensi interpersonal merupakan
kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan
orang lain, dengan mampu membedakan suasana hati,
temperamen, motivasi dan keterampilan-keterampilan orang
lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain serta memahami
berbagai peran dalam kelompok. Inteligensi ini ditunjukkan oleh
orang-orang yang berkecimpung di bidang politik, agama, guru,
orang tua, terapis maupun konselor. Mereka umumnya menikmati
melakukan interaksi sosial dalam berbagai usia, mampu
mempengaruhi orang lain, memiliki rasa ingin tahu tentang beragam
cara kehidupan antar budaya serta dapat menikmati humor.
Menurut N.K.Humprey, inteligensi interpersonal (sosial) ini
merupakan bentuk yang paling penting dalam inteligensi manusia,
karena mampu memelihara hubungan dengan manusia secara
efektif. Mereka mampu mempertimbangkan konsekuensi dari
perilaku mereka sendiri serta mengantisipasi perilaku orang lain.
Keberhasilan dalam kehidupan seseorang seringkali sangat
tergantung pada inteligensi interpersonalnya.
CIRI-CIRI ORANG YG MEMILIKI KEMAMPUAN
CIRIATAU KECERDASAN INTERPERSONAL
1. Memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya,
serta memiliki ikatan dengan orang-orang yang ada di lingkungannya.
2. Mampu memelihara hubungan sosial yang telah dibinanya.
3. Memahami berbagai cara yang dapat digunakan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain.
5. Mampu menerima perasaan, pemikiran, motivasi, perilaku dan cara
hidup orang lain.
6. Berpartisipasi dalam usaha-usaha kolaborasi dan memikul berbagai
peran pimpinan dengan baik.
7. Mampu mempengaruhi pendapat dan aktivitas kelompok.
8. Mampu berkomunikasi secara verbal dan non-verbal.
9. Mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan serta menerima
berbagai umpan balik terhadapnya.
10. Mampu mempersepsi berbagai perspektif masalah politik dan sosial.
11. Mampu mengembangkan keterampilan yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
12. Mampu mengekspresikan minat dengan berkarir sebagai pengajar,
pekerja sosial, konselor, pengusaha maupun politikus.
13. Mampu mengembangkan proses dan model sosial yang baru.
14. Bersikap respek terhadap orang lain (respect to others).
KUALITAS KONSELOR
Self-knowledge (Menyadari : kebutuhannya, perasaannya,
Selfpenyebab kecemasan selama konseling dan cara menguranginya,
kelebihan dan kekurangannya).
kekurangannya).
Competence (Senantiasa meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dalam menerapkan teknik2 evaluasi konseling)
Kesehatan Psikologis yang Baik (mencapai pemuasan kebutuhan,
tidak membawa masalah pribadi ke dalam konseling, menyadari
kelemahan, mencapai kehidupan dalam kondisi yg baik).
Dapat Dipercaya (Trustworthness = konsisten/jujur dalam ucapan
dan perbuatan, memegang kerahasiahan klien, bertanggungjawab
thd semua ucapannya).
Kejujuran (Honest
(Honest = terbuka, otentik, sejati/asli dalam
penampilannya).
Kekuatan (Strength = keberanian untuk melakukan apa yg
dipandang paling tepat).
Kehangatan (Warmth = ramah, peduli, dan dapat menghibur orang
lain).
Pendengar yg Aktif
Bersikap Sabar
Kepekaan
Kebebasan
Kesadaran Holistik (memandang klien secara utuh)
KOGNISI DALAM KONSELING
KOGNISI
ASUMSI KOGNITIF
Bagian intelek yg merujuk
kepada penerimaan dan
penafsiran informasi,
pemikiran, pengingatan,
penghayalan/penciptaan,
pengambilan keputusan,
dan Penalaran.
Hipotesis, keyakinan, atau
konstruk yang dibuat oleh
seseorang untuk mengendalikan
dan mebuat kesan mengenai
hidupnya, yang berbentuk
pernyataan benar-salah,
atau sesuai-bertentangan.
PERKEMBANGAN ASUMSI YANG SALAH
Melalui Pengalaman langsung (halo effect)
Pengajaran langsung
Logika simbolik (marah itu jelek, karena menyebabkan
perceraian ortu)
Miskonstruksi hubungan sebab akibat (tidak naik kelas karena
guru kurang pandai mengajar)
Kesalahan berpikir
1. Generalisasi berlebihan (semua wanita manipulatif)
2. Konsep semua atau tidak sama sekali (anda mau bantu saya
atau tidak sama sekali)
3. Pernyataan mutlak (saya harus dicintai oleh semua orang)
4. KetidakKetidak-akuratan semantik (saya gagalgagal-saya membuat
kesalahan)
5. Akurasi waktu (apa yang dianggap tepat di masa lalu, tidak
selalu tepat di masa kini dan yang akan datang)
KARAKTERISTIK ASUMSI YANG SALAH
Dimensi waktu (masa
(masa lalu : orang tua tidak
mencintai saya; masa sekarang : saya tidak
memiliki kecapakan untuk bekerja; dan masa yg
akan datang : kalau saya menikah nanti pasti
saya tidak akan bahagia)
bahagia)
Pola--pola ((asumsi
Pola
asumsi bahwa untuk mencapai sukses
tertentu harus diawali dengan suskses
sebelumnya = untuk menjadi orang sukses,
harus lulus dari PT ternama)
ternama)
Perasaan rendah diri atau kekurang mampuan
yang mendasarinya
Asumsi yang berbahaya dan tidak berbahaya
PENOLAKAN THD PERUBAHAN
(asumsi yg salah sulit diubah dgn alasan)
Dianggap sbg hal yg bersifat pribadi
Telah ada sejak kanakkanak-kanak
Sudah menjadi bagian kepribadian
seseorang (adat kakurung ku iga)
Orang yang menghabiskan waktu
seperempat abad atau lebih
CARA MEMELIHARA ASUMSI YANG SALAH
Tidak memberikan perhatian dengan selektif (ketika orang
lain melebihi kemampuannya, ia tidak mengacuhmengacuh-kannya)
Memberikan perhatian dengan selektif (suka menyebutmenyebutnyebut keberhasilannya)
Penghargaan yang dibuatdibuat-buat (seseorang dipilih sebagai
pimpinan karena tidak ada orang lain yang mau, tetapi ia
menganggap hal tsb karena ia yg paling istimewa)
Meminta umpan balik (meminta orang lain memberikan
umpan balik yang jujur sbg cara untuk memanipulasi
dirinya)
Penguatan sebentar (sementara dirinya berasumsi bhwa
dirinya kurang berprestasi, orang lain menganggapnya
unggul)
Disonansi kognitif (seorang karyawan tdk memperoleh
promosi, kemudian ia menyatakan bahwa perusahaan tsb.
Membuat dia lebih baik dalam posisinya)
Beberapa Pertimbangan bagi Konselor
dalam Menghadapi Klien dg Kasus asumsi salah
Kesabaran (menghindari tindakan
menginterogasi klien secara
langsung).
Emosi (memperhatikan keterkaitan
emosi dan kognisi)
Berbagi Asumsi (dgn menunjukkan
bahwa asumsi itu salah dan perlu
diperbaiki)
Menghilangkan asumsi yang salah
EMOSI DALAM KONSELING
(Sakit Hati, Takut, Marah, dan Rasa Bersalah)
1. Sakit Hati (Hurt), penyebabnya :
a. Interaksi kehidupan melalui
ungkapan atau ucapan, atau
tindakan yang menyakitkan.
b. Suatu yang naif, seperti sakit
hati karena teman menyebarkan
perasaan takutnya berteman dgn
laki--laki.
laki
c. Keinginan individu untuk
merasakan sakit.
KONSELING THD KLIEN YG
MENGALAMI RASA SAKIT HATI
Membantu klien agar mampu meraksi
secara positif perasaan sakit hatinya,
melalui 4 tahap :
1.
1.Mengakui
Mengakui bahwa dirinya sakit hati
2.
2.Mencoba
Mencoba mencari arti dari rasa sakit hati
3.
3.Menemukan
Menemukan penyebab rasa sakit hati
4.
4.Melakukan
Melakukan upaya untuk menghindari rasa
sakit hati agar tidak terjadi di masa yang
akan datang.
Reaksi Destruktif thd Perasaan
Sakit Hati
Menyangkal perasaan sakit hati
Menyakiti orang lain (balas dendam)
Menyamarkan sakit hati
Bergelimang sakit hati
Menghilangkan rasa sakit hati
Bersembunyi dari sakit hati yang
terjadi di masa yang akan datang
Menyakiti diri sendiri
2. Takut (Fear)
Takut thd kedekatan (fear
(fear of intimacy),
reaksinya :
menjaga jarak dgn orang lain, membuat konflik, dan
mengembangkan reaksi ketakutan berbalik (counterphobic) dengan
melakukan hubungan terlalu banyak atau terlalu dini dgn yg
ditakuti.
Takut thd penolakan (fear
(fear of rejection),
reaksinya :
Berpura--pura tdk berminat, menggunakan nama samaran dan tdk
Berpura
membiarkan orang lain mengetahui identitasnya, serta berusaha
menghindari kemungkinan ditolak, seperti : berbuat manis, sopan,
dan menolong berlebihan; menunjukkan keadaan lemah(menarik
simpati orang lain); dan menolak orang lain.
Takut thd kegagalan (fear
(fear of failure),
failure),
reaksinya :
menolak resiko, prinsipnya : “jika anda tdk mencoba sesuatu, anda
tdk akan gagal”.
Takut thd kebahagiaan (fear
(fear of happiness),
tipenya :
ada yg ingin bahagia tetapi tdk berusaha, dan kebahagiaan bukan
keharusan.
3. Marah (Angger)
Manifestasi Marah thd Diri sendiri :
1. Depresi
2. Adiksi
3. Salah tempat atau orang
4. Perilaku serampangan
5. Pengorbanan
6. Canggung atau kikuk
7. Manifestasi fisik (psikosomatis)
8. Degradasi Perilaku (seperti
penurunan emosi, penurunan
kemampuan fisik)
Manifestasi Marah thd Orang lain
Moralism (seperti menghina, atau merendahkan orang
lain).
Hostile Talk (Sindiran) : ejekan, sarkasme, gosif, fitnah.
Shutting Down (menjatuhkan orang lain), melampiaskan
kemarahan secara langsung dgn menjatuhkan nama
baik/martabatnya.
Purposeful Ineptness (kecanggungan bertujuan)
Victimizing (membuat korban), berbuat marah sehingga
orang lain berbuat salah atau gagal, seperti membri tugas
yg mustahil dapat dilakukan atau membuat orang lain
tergantung.
Ambushing (penyerangan), menyerangan dengan
berbagai alasan.
Passivity (bersikap pasif)
Getting Sick (menjadi sakit), seperti seorang bawahan yg
marah pada atasannya yang menugaskannya untuk
bekerja, namun dia mengatakan bahwa dirinya sakit dan
harus pulang.
4. Rasa Bersalah (Guilt) : perasaan tidak
nyaman atau malu karena melakukan
kesalahan, atau a moral
Rasa bersalah Psikologis,
Psikologis, apabila
perila
peril
akunya bertentangan dengan konsep
dirinya.
Rasa bersalah sosial,
sosial, berperilaku yang
bertentangan dgn at
aturan sosial.
Rasa bersalah religi,
religi, berperilaku yang
bertentangan dengan kaidahkaidah-kaidah
agama.
Manifestasi Rasa Bersalah
Pendirian bahwa ada sesuatu yang salah dalam
diri sendiri
Keragu--raguan (dalam mengambil kep.)
Keragu
Menciptakan ketidakpuasan, merasa tidak puas
meskipun sudah mencapainya.
Psikosomatis atau gejala hipokondria
Dorongan kebutuhan yang berlebihan (selalu
ingin serba sempurna)
Kebiasaan melakukan sesuatu yang
menimbulkan malapetaka
Mengambil kekalahan dalam kerangka
kemenangan
Keagamaan (religi
(religiosity), melarikan diri pada
kehidupan keagamaan.
keagamaan.
MOTIVASI DALAM KONSELING
Konselor perlu memahami motivasi, karena
beberapa alasan :
1. Klien hrs didorong untuk bekerjasama
dalam konseling
2. Klien harus didorong untuk berperilaku
atau berusaha sesuai dengan tuntutan
3. Motivasi merupakan hal yg penting
dalam memelihara dan mengembangmengembangkan suasana konseling.
MOTIVASI MERUPAKAN PROSES YANG
KOMPLEKS
Motif yg menjadi sebab dari tindakan seseorang
itu, tidak dapat diamati, tetapi hanya
diperkirakan.
Individu mempunyai kebutuhan atau harapan
yang senantiasa berubah dan berkelanjutan.
Manusia memuaskan kebutuhannya dengan
bermacam--macam cara.
bermacam
Kepuasan dalam satu kebutuhan tertentu dapat
mengarah kepada intensitas kebutuhan.
Perilaku yang mengarah kepada tujuan, tidak
selamanya dapat menghasilkan kepuasan.
Reaksi Frustrasi
Rasionalisasi : mencari dalih untuk menutupi
kegagalannya.
Proyeksi : melempar sebabsebab-sebab kegagalan kepada
pihak luar.
Kompensasi : mencari sukses dalam bidang lain untuk
menutupi kegagalan dalam bidang lainnya.
Regresi : berperilaku kekanakkekanak-kanakan.
Represi : menekan atau melupakan halhal-hal yang tidak
menyenangkan.
Agresi ; melakukan perlawanan atau penyerangan thd
penyebab kegagalan.
Sublimasi : mencari penyaluran atau tujuan pengganti
yang dipandang dapat diterima secara sosial.
Helplessness (tak berdaya) : keadaan tak berdaya
dengan tidak melakukan apaapa-apa.
Menarik diri.
TEORI MOTIVASI
ISI
Teori Maslow
(Needs)
1. Biological Needs
2. Safety Need
PROSES
Teori McClelland
(Need for Achievement )
Orang yg memiliki NA tinggi
ditandai dgn :
4. Esteem Need
1. Menyenangi situasi yg
menuntut tgngjawab
untuk menyelesaikan
masalah
5. Actualization
Need
2. Cenderung mengambil
resiko yang moderat
3. Social Need
3. Selalu mengharpakan
concrete feedback.
PENGUATAN
Skinner
(Operant Conditioning/
Law of effect)
Dalam konseling, klien
hendaknya diberikan
stimulus yg dapat
memberikan kepuasan,
dan selanjutnya
diberikan penguatan
thd respon yg dinilai
baik. Ada 4 cara
penguatan : positif,
negatif, penghapusan,
dan hukuman.
Kebutuhan Insani Menurut Islam
Keridlaan Allah
Pengampunan Allah
Kasih sayang
Hidayah
Rizqi
Kesehatan
PRINSIP--PRINSIP MOTIVASI
PRINSIP
Kompetisi (self competition & competition with other)
other)
Pemacu (pemberian informasi, nasihat, peringatan,
percontohan, amanat, dsb)
Ganjaran dan Hukuman
Kejalasan dan Kedekatan Tujuan (klien dibantu
agar memahami tujuannya secara jelas, atau dibantu
merumuskan tujuan yg masih umum menjadi
khusus/jangka pendek/dekat.
Pemahaman Hasil (memberikan balikan kepada
setiap unjuk kerja yg telah dilakukan/dihasilkan klien)
Pengembangan Minat (mengembangkan minat klien
dalam aktivitas konseling)
Lingkungan yg kondusif (menciptakan lingkungan
fisik dan sosiopsikologis konseling yang kondusif,
nyaman, sehingga mengembangkan motif untuk
bekerja dgn baik dan produktif, proses konseling yang
produktif).
KOMUNIKASI DALAM
KONSELING
“Suatu proses pemindahan informasi
antara dua orang manusia atau lebih,
dengan menggunakan simbolsimbol-simbol
yang dipahami bersama”.
Siapa
Komunikator
(Pemberi)
Mengatakan
apa
Pesan
Dgn Cara
Apa
Media
Umpan Balik
Dengan hasil Apa
Kepada
Siapa
Komunikan
(Penerima)
Komunikasi yang Efektif
1. Ada gagasan yang akan disampaikan oleh
kominkator (konselor)
2. Gagasan itu harus dinyatakan dalam suatu
bentuk untuk disampaikan (encode)
3. Ada alat atau media untuk menyampaimenyampai-kan
pesan
4. Gangguan
Gangguan--gangguan pesan harus dihindari
5. Pesan harus sampai diterima oleh pihak
penerima (komunikan)
6. Adanya penafsiran pesan yang tepat oleh
pihak penerima (decode)
7. Adanya tindak lanjut dari penerima
(melakukan tindakan, atau memberi umpan
balik kepada pengirim pesan/komunikator).
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
KONSELING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Attending (penghampiran)
Empati
Merangkumkan
Bertanya
Kejujuran
Asertif
Konfrontasi
Pemecahan Masalah
1.
Attending (komuniksi melalui isyarat verbal
dan nonnon-verbal)
Ungkapan salam dan sapaan yg sopan,
dengan nada suara yg baik.
Penampilan diri dengan postur fisik yang
meyakinkan
Gerakan fisik disertai perhatian yg
menyeluruh
Pengakuan, sentuhan, dan kontak fisik yg
sederhana dan penuh perhatian
Memelihara kontak mata secara
menyeluruh dan tepat sesuai dgn situasi
dan topik bahasan
Mengamati dan menyimak dengan penuh
perhatian.
2. Empati
Sikap menerima dan memahami
ungkapan klien : gerak mata,
anggukan, gerak tangan, air muka,
dsb.
Memberikan perhatian yg mendalam
thd ungkapan klien
Pernyataan yang menggambarkan
ungkapan suasana perasaan yg
diungkapkan
Memberi dukungan thd ungkapan
tertentu.
3. Merangkumkan, caranya :
Memberikan kesempatan kepada
konselee untuk menyampaikan
ungkapannya secara lengkap.
Menunjukkan sikap memberikan
perhatian dan menyimaknya dengan
penuh perhatian.
Membuat catatancatatan-catatan seperlunya
untuk merangkum pembicaraan.
Pada akhir konselee menyampaikan
ungkapannya, konselor memberikan
respon dalam bentuk menyampaikan
rangkuman pembicaraan.
4. Bertanya
Bentuk
Bertanya
Tertutup
Terbuka
Membantu konselee dalam:
1. Memulai perbincangan
2. Meminta penjelasan
lebih lanjut
3. Memberi contoh
4. Memusatkan
pada perasaan
Konselee.
Keterampilan
Bertanya
1. Perhatikan suasana
konseling dan konselee
2. Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan.
3. Ajukan pertanyaan
dengan cara yang
jelas dan terarah, serta
tidak keluar dari topik
pembahasan
4. Segera berikan respon
balikan terhadap
jawaban pertanyaan
yang diajukan, dengan
sikap yang baik dan
empatik.
5. Kejujuran (Genuineness)
(Genuineness)
Yaitu keterampilan menyatakan
pendapat/perasaan mengenai
pemikiran/perasaan konselee dengan cara
yg sedemikian rupa, sehingga konselee
dapat menerima tanpa merasa tersinggung.
Contoh respon konselor thd.konselee yg
mengajukan kritik atau memotong
pembicaraan : “Maaf pembicaraan anda itu
benar, akan tetapi sudilah anda menunggu
sampai saya selesai bicara supaya
ungkapan anda dapat membantu
pembicaraan kita”.
6. Asertif
Respon kepada tindakan orang lain
dalam bentuk mempertahankan hak
asasi sendiri tanpa melanggar hak
asasi orang lain.
Merupakan keterampilan untuk
menyatakan pikiran atau perasaan
dengan cara yang jujur dan sopan,
dan menghargai hak asasi orang
lain.
7. Konfrontasi
Keterampilan merespon pesan seseorang
yang mengandung ketidaksesuaian atau
bertentangan satu dengan lainnya.
Merupakan cara konselor untuk
membetulkan titik perbedaan atau
pertentangan dalam situasi sbb.
1. Perbedaan antara apa yang dikatakan
dengan apa yg dilakukan konselee,
seperti :”Anda mengatakan bahwa
anda selalu membaca buku setiap hari,
tetapi ternyata hari ini anda tidak
melakukan hal itu”.
2.
3.
Perbedaan antara apa yg telah
dikatakan seseorang dengan apa yg
dilaporkan orang lain ttg dia, misalnya
:“Anda
:“Anda mengatakan
bahwa anda
adalah orang miskin,akan tetapi
tetangga anda mengatakan bahwa
anda baru
saja membeli mobil
baru”.
Perbedaan antara apa yang dikatakan
dengan apa yang nampak, misalnya :
“Anda mengatakan tidak marah, akan
tetapi suara dan perbuatan anda
menunjukkan kemarahan”.
Dalam menerapkan keterampilan
konfrontasi hendaknya diperhatikan
hal--hal berikut.
hal
Konselor hendaknya memiliki
pemahaman yang tepat dan bersikap
empati dan jujur.
Harus diperhitungkan agar konselee
mau menerimanya dan tidak
memberikan pertahanan atau
perlawanan.
Harus bersesuaian dengan situasi
masalah.
Harus singkat dan tepat sasaran.
MANAJEMEN RUANG DAN WAKTU KONSELING
Pengelolaan tiga jenis ruang : fisik, pribadi
sosial, dan ruang waktu.
1. Ruang Fisik
a. Tata letak (lay(lay-out)
b. Iluminasi (penerangan)
c. Atmosfir
d. Warna
e. Suara
f. Kebersihan dan Estetika
g. Kesesakan dan Kepadatan
2. Ruang Pribadi/Sosial
Teritorialitas
(Persepsi individu thd kawasan psikologis yg
diakui sbg miliknya untuk mewujudkan kedaulatannya). Ada dua
unsur teritori : kepemilikan dan status. Ada tiga macam tingkatan
teritori : 1. Primer (pribadi), 2. Sekunder (bersama/kalangan
khusus), dan 3. tertier (terbuka untuk umum).
Privacy (persepsi individu terhadap jaminan kemanan dirinya)
Zona Pribadi (Persepsi tt jarak antara pribadi dgn pihak
lain dalam berinteraksi).
1.
2.
3.
4.
Zona
Zona
Zona
Zona
Intim (0 – 0.5 m) = suamisuami-istri
Personal (0.5 – 1.5 m)= teman
Sosial (1.5 – 4 m) = formal
Umum (lebih dari 4 m)
3. Ruang waktu
Proses konseling akan berlangsung
dengan baik apabila segala sesuatunya
berada dalam pengendalian waktu
secara efektif.
Pola perilaku dan sikap yang erat
kaitannya dengan manajemen waktu:
1. Pemberian prioritas thd tugas
2. Penjadwalan kegiatan
(harian,mingguan,bulanan,dsb.)
3. Pendelegasian tanggung jawab
4. Melakukan transaksi dgn pihak lain.
Komponen Konseling yang Efektif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Positive thinkingand feeling
Self logic and self performance
Self understanding
Posible Alternative
Specipic and Realistik
Test Alternative Behaviors
Try New Bwhaviors (Psychological
Homework Assigment)
8. Client report on the new thinking, new
feeling and new behavior.
Komunikasi dlm Konseling
yang Efektif
Konselor perlu tampil sebagai komunikator yang
dapat dpercaya bagi orang lain. Dan bagaimana
BK dipandan sebagai sosok yang memberikan
bantuan.
Konselor melepaskan dirinya dari persepsi yang
subjektif.
Konselor menunjukkan kepedulian pada orang
lain.
Konselor mampu mengidntifikasi bagaimana
konseli bisa berfikir, merasa, dan melakukan
sesuatu yang bersifat genuine.
Positif Thinking and Feeling
Konselor membantu mengubah klien
untuk berfikir positif
Download