pengaruh size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan

advertisement
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, RISIKO
BISNIS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL PADA SEKTOR INDUSTRI PROPERTI
Anissa Mega Ratri
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana
E-mail : [email protected]
Ari Christianti
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana
[email protected]
ABSTRACT
This research aimed to test the effects of size, liquidity, profitability, business risk, and sales growth to
capital structure. The objects of this research were companies in property and real estate sector listed
in Jakarta Stock Exchange. This research used period from 2010 to 2014 and used panel data
analysis. The result showed size had positive effect on capital structure. Furthermore, liquidity,
profitability, business risk, and growth of sales had negative effect on capital structure. This research
could be concluded to support the Pecking Order Theory.
Keywords: Capital Structure, Size, Liquidity, Profitability, Business Risks , and Sales Growth
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, risiko
bisnis, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Adapun objek dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2014 dengan menggunakan analisis data Panel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Selanjutnya,
tingkat likuiditas, pertumbuhan profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh
negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini secara keseluruhan mendukung teori struktur
modal Pecking Order.
Kata
kunci:
Struktur Modal, Ukuran,
PenjualanPertumbuhan
PENDAHULUAN
Struktur modal yang optimal adalah struktur
modal perusahaan yang akan memaksimalkan
harga sahamnya. Terlalu banyak utang akan
dapat menghambat perkembangan perusahaan
yang juga akan membuat pemegang saham
berpikir dua kali untuk tetap menanamkan
modalnya. Struktur modal menunjukkan
proporsi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan
mengetahui struktur modal, investor dapat
mengetahui keseimbangan antara risiko dan
Likuiditas,
Profitabilitas,
RisikoBisnis,
dan
tingkat pengembalian investasinya. Tujuan
dari manajemen struktur modal adalah
menggabungkan sumber–sumber dana yang
digunakan perusahaan untuk membiayai
operasi yang akan meminimumkan biaya
modal dan dapat memaksimalkan harga
saham.
Dalam upaya mewujudkan struktur
modal yang optimal, manajer keuangan harus
mempertimbangkan
banyak
hal
yang
mempengaruhi struktur modal. Penelitian
tentang faktor yang mempengaruhi struktur
modal sudah banyak dilakukan sebelumnya.
13
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
Penelitian yang dilakukan oleh Wimelda dan
Marlinah (2013) serta penelitian Adiyana
(2014), mengemukakan hasil bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Aditya (2006),
Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal perusahaan. Firnanti (2011)
meneliti faktor-faktor yang memengaruhi
struktur modal yang menghasilkan kesimpulan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif
terhadap struktur modal. Penelitian lainnya
yang dilakukan Ahmed et al. (2010), Seftianne
(2011), Nuswandari (2013), menunjukkan
bahwa risko bisnis memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Sartono
dan Sriharto (1999) serta Aditya (2006)
menunjukkan adanya hubungan yang positif
antara pertumbuhan penjualan terhadap
struktur modal. Dimana, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
menggunakan sumber dari luar sehingga
semakin
tinggi
struktur
modalnya.
Berdasarkan pada penjelasan di atas,
penelitian ini akan menguji pengaruh size,
likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan
pertumbuhan penjualan terhadap struktur
modal pada sektor properti.
KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Modal
Struktur modal (capital structure)
adalah perbandingan atau imbangan hutang
jangka panjang terhadap modal sendiri.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E
Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur
modal adalah pembiayaan permanen yang
terdiri dari utang jangka panjang, saham
preferen, dan modal pemegang saham.
Struktur modal adalah paduan atau kombinasi
sumber dana jangka panjang yang digunakan
oleh
perusahaan.
Struktur
modal
menggambarkan
pembiayaan permanen
perusahaan yang terdiri atas utang jangka
panjang dan modal sendiri. Menurut Warner
(1997) dalam Sofiati (2001) semakin besar
penggunaan hutang tidak akan meningkatkan
nilai perusahaan karena keuntungan dari biaya
14
hutang yang lebih murah ditutup dengan
naiknya biaya modal sendiri.
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
mampu memberikan sinyal positif kepada
investor melalui profitabilitas yang didapatkan
perusahaan dan kebijakan dividen. Menurut
Brigham
dan
Houston
(2013:
186)
mengemukakan bahwa sinyal merupakan
suatu tindakan yang diambil pihak manajemen
perusahaan kepada investor tentang prospek
perusahaan. Apabila perusahaan mampu
memberikan informasi kepada pihak luar
seperti investor atau kreditor melalui laporan
keuangan, maka informasi tersebut dapat
memberikan
sinyal
tentang
prospek
perusahaan dimasa depan.
Teori Pecking Order
Berdasarkan filosofi Pecking Order
Theory (Myers, 1984) merupakan suatu
modelstruktur pendanaan dalam manajemen
keuangan dimana struktur pendanaan suatu
perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai
dari sumber dana termurah, dana internal
hingga saham sebagai sumber terakhir.
Berdasarkan filosofi Pecking Order Theory,
urutan pendanaan yang disarankan atau
diinginkan perusahaan pertama adalah dari
laba yang ditahan, lalu kedua dari pendanaan
hutang,dan ketiga dari penerbitan ekuitas baru
(Pangeran, 2004). Urutan pendanaan yang
disarankan atau diinginkan perusahaan
pertama adalah dari laba yang ditahan, lalu
kedua dari pendanaan hutang, dan ketiga dari
penerbitan ekuitas baru.
Model trade off
Menurut trade-off theory (Modigliani
dan Miller, 1963 dalam Titman dan Wessels,
1988) “Perusahaan akan berhutang sampai
pada tingkat utang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan
hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan
(financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan
(financial distress) adalah biaya kebangkrutan
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan
biaya keagenan (agency costs) yang meningkat
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
akibat dari
perusahaan.
turunnya
kredibilitas
suatu
Agency Theory
Hubungan
agensi
seperti
yang
dikemukakan oleh Jensen dan Mecking (1976)
menjelaskan bahwa hubungan ini sering
diterapkan dalam penelitian bidang ekonomi,
keuangan, sosial dan politik. Penelitian ini
menggunakan
teori
manajer
untuk
menganalisis perbedaan tujuan antara pihak
yang melakukan kerjasama (antara pemilik
dan manajer). Adanya perbedaan kepentingan
dan perbedaan informasi antara pemilik dan
manajer, mendorong manajer bertindak untuk
kepentingan pribadi dan merugikan pemilik.
Dengan demikian, fokus teori manajer adalah
dalam menetapkan kontrak yang paling efisein
dalam hubungan antara pemilik dan manajer
untuk mencapai tujuan perusahaan atau
organisasi yang sama (Harjito, 2012).
Modigliani-Miller (MM) Theory
Mereka berpendapat bahwa struktur
modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi
nilai perusahaan. Teori MM tanpa pajak
dianggap tidak realistis dan kemudian MM
memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya.
Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang
berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang
bisa digunakan untuk menghemat pajak,
karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang
pajak. Sehingga dalam teori ini berpendapat
bahwa struktur modal tidak mempengaruhi
perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan
faktor pajak. Sehingga nilai perusahaan
dengan hutang lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai perusahan tanpa hutang,
Kenaikan tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size)
terhadap Struktur Perusahaan
Ukuran perusahaan (Size) dapat
diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan.
Ukuran perusahaan juga menunjukkan
aktivitas yang dimiliki perusahaan. Ukuran
perusahaan terbukti memiliki peranan penting
dalam menentukan pilihan struktur modal
yang akan digunakan oleh suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini di
proksikan dengan perbandingan antara total
aktiva dengan total ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk
kegiatan operasi perusahaan (Triani dan
Nikmah, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Sartono
dan Sriharto (1999), Aditya (2006), Saidi
(2002), Harjanti dan Tandelilin (2007),
Penelitian yang dilakukan Glenn, Herlina dan
Rini (2011) serta Ida dan Putu (2014)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap
struktur modal, sehingga akan berdampak
pada struktur keuangannya. Hasil penelitian
ini mendukung teori trade off yang
menyatakan
bahwa
perusahaan
besar
cenderung menggunakan dana eksternal
(hutang).
H1: Ukuran perusahaan (size) berpengaruh
positif terhadap struktur modal.
Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur
Perusahaan
Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk membayai kemampuan
finansial jangka pendek tepat pada waktunya,
likuiditas perusahaan ditujukan oleh besar
kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang
mudah untuk diubah menjadi kas yang
meliputi kas, surat berharga, piutang dan
persediaan (Sartono, 2010:116). Perusahaan
yang memiliki likuiditas yang tinggi berarti
perusahaan yang memiliki internal financing
yang cukup digunakan untuk membayar
kewajibannya sehingga struktur modal juga
berkurang (Ramlall, 2009).
Likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan sumber
daya jangka pendek atau lancar (Van Horne
dan Wachowicz, 2007). Perusahaan dengan
rasio likuiditas yang lebih tinggi akan
mendukung rasio hutang yang relatif tinggi
karena kemampuannya yang lebih besar untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo. Dari hasil penelitian ini
mendukung bahwa pecking order theory yang
15
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
menyatakan perusahaan yang mempunyai
kemampuan likuiditas tinggi cenderung
menggunakan dana internal daripada dana
external (hutang). Penelitian terdahulu oleh
Aditya (2006) Wijaya dan Hadianto (2008),
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh
negatif terhadap struktur modal perusahaan.
H2: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur
Perusahaan
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dari modal
yang digunakan untuk menghasilkan laba
(Martono dan Agus, 2007). Semakin tinggi
profitabilitas berarti semakin baik dan semakin
meningkat kemakmuran perusahaan. Menurut
Myer dan Majluf (1994) dalam Ismiyati dan
Hanafi (2004) dalam Mulyani (2007) terdapat
hubungan negatif antara profitabilitas dengan
hutang.
Semakin
tinggi
profitabilitas
perusahaan, maka semakin besar pula
tersedianya dana internal untuk investasi,
sehingga penggunaan hutang akan lebih kecil.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh
Harjanti dan Tandelilin (2007), serta Nurrohim
(2008) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Hal ini disebabkan perusahaan yang sudah
memperoleh laba yang tinggi maka tidak perlu
menggunakan hutang, karena laba yang tinggi
akan dapat membiayai operasional perusahaan.
Hal ini sesuai dengan pecking order theory
yang menyatakan bahwa perusahaan lebih
suka untuk menggunakan dana internal (laba
ditahan) daripada dana eksternal (hutang dan
ekuitas saham) untuk membiayai pengeluaran
modalnya sehingga dengan profitabilitas yang
tinggi perusahaan akan mengurangi tingkat
penggunaan hutang.
H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur
Perusahaan
16
Risiko adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan
risiko dari perusahaan saat tidak mampu
menutupi
biaya
operasionalnya
dan
dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan
biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang
tinggi cenderung menghindari pendanaan
dengan menggunakan hutang dibandingkan
dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang
lebih rendah. Pada penelitian selanjutnya yang
dilakukan Ahmed et al. (2010), Indrajaya
(2011), Seftianne (2011), Nuswandari (2013),
menunjukkan bahwa risiko bisnis memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal.
H4: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan
terhadap Struktur Perusahaan
Pertumbuhan penjualan adalah ukuran
sampai sejauh mana laba persaham dari suatu
perusahaan dapat ditingkatkan oleh utang.
Pertumbuhan ini akan meningkatkan laba
sebelum bunga dan pajak, sehingga pendanaan
perusahaan yang menggunakan utang dengan
beban bunga sebagai pengurang pajak dapat
meningkatkan laba bersih sehingga laba per
saham juga ikut meningkat. Pecking order
theory mempunyai sinyal positif yaitu,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan melakukan ekspansi dengan
menggunakan
hutang
(sinyal
positif)
(Christianti, 2006). Konsisten dengan hasil
penelitian Saidi (2004) yang menunjukkan
bukti bahwa perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan
yang
tinggi
cenderung
menggunakan sumber dari luar sehingga
semakin tinggi struktur modalnya.
H5: Pertumbuhan penjualan berpengaruh
positif terhadap struktur modal
Berdasarkan rumusan hipotesis di atas
maka penulis membuat kerangka penelitian
seperti berikut:
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
Ukuran Perusahaan
(Size)
(+)
Likuiditas
(-)
Struktur
Modal
(-)
Profitabilitas
(-)
(+)
Risiko Bisnis
Pertumbuhan
Penjualan
Gambar 1. Kerangka Penelitian
METODA PENELITIAN
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang termasuk dalam sektor
properti yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
periode
2010-2014.
Selanjutnya, berkaitan dengan proses analisis
data, tidak semua perusahaan dapat digunakan
sebagai objek penelitian. Di bawah ini
dijelaskan proses pengambilan sampel
penelitian sehingga menjadi 39 perusahaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 1
Sampel Penelitian
Keterangan
Perusahaan properti
(konsisten) yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI) mulai tahun
2010-2014
Perusahaan properti
yang datanya tidak
memenuhi kriteria
pengujian
Sampel Akhir
Operasional Variabel
2010-2014
44
5
39
Variabel size, likuiditas, profitabilitas, risiko
bisnis, dan pertumbuhan penjualan dalam
penelitian ini merupakan variabel bebas dan
variabel struktur modal merupakan variabel
tidak bebas atau terikat. Berikut ini adalah
operasional untuk masing-masing variabel,
Struktur Modal. Dalam penelitian ini
variabel terikat (dependen) menggunakan
struktur modal yang diukur dengan rumus
Total Debt to Total Assets (TDTA). TDTA
adalah rasio total hutang terhadap total aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir
tahun tertentu (Wijayadan Hadianto, 2008).
Rumus dari TDTA adalah:
TDTA : Total hutang
Total aktiva
=
Size (Ukuran Perusahaan). Size dapat
diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan.
Ukuran perusahaan juga menunjukkan
aktivitas yang dimiliki perusahaan. Mengacu
penelitian yang dilakukan Wijaya dan
Hadianto (2008), ukuran perusahaan diproksi
dengan logaritma natural total penjualan
perusahaan selama satu tahun tertentu. Rumus
yang digunakan untuk menghitung size yaitu:
Size = Ln (Total Penjualan)
17
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
Likuiditas. Likuiditas yang dimaksudkan
yaitu rasio lancar (current ratio) perusahaan
pada akhir periode tahun tertentu (Aditya,
2006). Rumus yang digunakan untuk
menghitung likuiditas yaitu:
Current Ratio = Total Aktiva Lancar
Total kewajiban lancar
Profitabilitas. Profitabilitas pada penelitian
ini diukur dengan rumus sebagai berikut:
Net Profit Margin (NPM) = Total LabaBersih
Total Penjualan
Resiko bisnis. Risiko bisnis dalam penelitian
ini diukur menggunakan Basic Earning Power
Ratio. Rumus yang digunakan untuk
menghitung risiko bisnis yaitu:
Basic Earning Power Ratio =
EBIT
Total Aktiva
Pertumbuhan penjualan
Pertumbuhan penjualan dihitung sebagai
persentase pertumbuhan penjualan pada tahun
tertentu
terhadap
tahun
sebelumnya
(Aditya,2006). Rumus yang digunakan untuk
menghitung pertumbuhan penjualan yaitu:
Pertumbuhan penjualan = S, t – S, t-1
S, t-1
Keterangan: S =Penjualan
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Tabel dibawah ini adalah statistik deskriptif
dari variabel yang diestimasi,
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
SM
0.391067
0.405596
0.740222
0.066257
0.161770
UP
26.88085
27.20041
30.08676
22.34443
1.624269
LK
2.455736
1.576502
18.98334
0.195132
2.828426
PF
0.233169
0.224846
2.294569
-0.887786
0.303444
RB
0.042702
0.066150
1.227611
-6.848761
0.507080
PP
0.354100
0.237204
4.759578
-0.647273
0.616538
Sumber: Data yang diolah
Variabel struktur modal yang diukur
dengan menggunakan total debt to total asset
(TDTA) mempunyai nilai minimum 0.066257
yang terdapat pada perusahaan PT Ristia
Bintang Mahkotasejati Tbk di tahun 2010.
Selanjutnya, nilai maksimum TDTA sebesar
0.740222 terdapat pada perusahaan PT Gowa
Makassar Tourism Development Tbk di tahun
2012. Variabel Ukuran perusahaan yang
diukur dengan menggunakan Ln total
penjualan
mempunyai
nilai
minimum
22.34443 yang terdapat pada perusahaan PT
Laguna Cipta Griya Tbk. di tahun 2011 dan
nilai maksimum Ln total penjualan sebesar
30.08676 terdapat pada perusahaan PT Lippo
Karawaci Tbk di tahun 2014. Berikutnya,
variabel likuiditas yang diukur dengan
menggunakan current ratio mempunyai nilai
minimum sebesar 0.195132 terdapat pada
perusahaan PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
18
tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar
18.98334 terdapat pada perusahaan PT Metro
Realty Tbk tahun 2014.Untuk nilai rata-rata
sebesar 2.455736
Variabel profitabilitas yang diukur
dengan menggunakan net profit margin
(NPM) mempunyai nilai minimum sebesar 0.887786 terdapat pada perusahaan PT Ristia
Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2011 dan
nilai maksimum sebesar 8.99 terdapat pada
perusahaan PT Global Land Development Tbk
tahun 2010. Selanjutnya, variabel risiko bisnis
yang diukur dengan menggunakan basic
earning power ratio (BEPR) mempunyai nilai
minimum sebesar -6.848761 terdapat pada
perusahaan PT Ristia Bintang Mahkotasejati
Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar
1.227611terdapat pada perusahaan PT Ristia
Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2010.
Terakhir, variabel pertumbuhan penjualan
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
yang diukur dengan menggunakan selisih
penjualan pertahun mempunyai nilai minimum
sebesar -0.647273 terdapat pada perusahaan
PT Danayasa Arthatama Tbk tahun 2014 dan
nilai maksimum sebesar 4.759578 terdapat
pada perusahaan PT Laguna Cipta Griya Tbk
tahun 2013.
Pemilihan Model FEM
Penelitian ini menggunakan Fixed Effect
Model (FEM). Berikut ini adalah tabel
pemilihan Fixed Effect Model (FEM),
Tabel 3
Pemilihan Model Regresi
Model
R²
Adjusted R²
PLS
FEM
REM
0.390440
0.749423
0.441837
0.374229
0.677591
0.426992
Sum Squared
Resid
3.078718
1.265593
1.582970
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan pada tabel di atas terdapat
3 model dalam regresi panel yakni Pool Least
Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan
Random Effect Model (REM). Pemilihan
model dilakukan dengan membandingkan nilai
R2, Adjusted R2 dan Sum Square Resid.
Berdasarkan pada tabel di atas terlihat bahwa
nilai R2 dan R2 Adjusted R2 untuk model FEM
paling tinggi dan nilai sum square resid model
FEM paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa
model yang terbaik untuk yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model FEM.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera.
Berdasarkan hasil pengujian, nilai probabilitas
sebesar 0.08584 atau nilai probabilitasnya >
5%, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
data tersebut normal. Selanjutnya, uji
Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas
di dalam model regresi. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar
variabel bebasnya. Untuk menguji masalah
multikolinearitas dapat melihat matriks
korelasi dari variabel bebas, jika terjadi
koefisien korelasi lebih dari 0,80 maka
terdapat multikolinearitas (Gujarati,2006).
Berdasarkan pada hasil penggujian didapat
nilai koefisien korelasi antar semua variabel
independen dibawah 0,80. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini tidak terjadi
masalah
multikolinearitas.
Untuk
menghilangkan
masalah
heteroskedastik dalam model, maka estimasi
FEM menggunakan prosedur weighting: cross
section weights. Dengan demikian, dalam
estimasi ini digunakan model FEM dengan
cross section weight. Uji asumsi klasik
berikutnya adalah uji Autokorelasi. Salah satu
cara untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi pada model regresi adalah dengan
melakukan
uji
DW
(Durbin-Watson).
Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai DW
sebesar 1.791377. Berdasarkan pada tabel DW
diketahui nilai dl sebesar 1,75 dan du sebesar
1,77 maka nilai yang dihasilkan dl sebesar 4(1,75) = 2.25 dan du 4-(1,77) = 2,23. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
autokolerasi pada model.
Estimasi Fixed Effect Model (FEM)
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil
analisis tentang pengaruh size, likuiditas,
profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan
penjualan terhadap struktur modal pada sektor
properti. Berikut ini adalah hasil estimasi
dengan menggunakan model FEM.
19
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
Tabel 4.
Hasil Uji Fixed Effect Model (FEM)
Variable
C
UP?
LK?
PF?
RB?
PP?
Coefficient
-0.758986
0.045871
-0.023857
-0.074063
-0.022458
-0.017474
Berdasarkan pada tabee hasil uji FEM,
terlihat bahwa pengaruh antara size (UP)
terhadap struktur modal (SM) menunjukkan
nilai koefisien sebesar 0.045871 dengan
probalilitas sebesar 0.0000 sehingga bisa
dikatakan bahwa size (UP) berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan (SM).
Selanjutnya, hasil pengujian antara likuiditas
(LK) terhadap struktur modal (SM),
menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.023857 dengan probalilitas sebesar 0.0000
sehingga dikatakan bahwa likuiditas (LK)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM).
Sama halnya dengan pengaruh antara
profitabilitas (PF) terhadap struktur modal
(SM), dengan nilai koefisien sebesar 0.074063 dan probalilitas sebesar 0.0000
menunjukkan bahwa bahwa profitabilitas (PF)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM). Hasil pengujian hipotesis
antara risiko bisnis (RB) terhadap struktur
modal (SM), didapatkan nilai koefisien
sebesar-0.022458 dan probalilitas sebesar
0.0043 menunjukkan bahwa risiko bisnis (RB)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM). Berbeda dengan hasil
pengujian hipotesis antara pertumbuhan
penjualan (PP) terhadap struktur modal (SM),
didapatkan nilai koefisien sebesar-0.017474
dan probalilitas sebesar 0.0381 sehingga
dikatakan bahwa pertumbuhan penjualan (PP)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM).
Berdasarkan pada penjelasan tentang
hasil uji FEM diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh antara size, likuiditas, profitabilitas,
dan risiko bisnis terhadap struktur modal
mendukung hipotesis. Berbeda dengan
pertumbuhan penjualan yang hasil ujinya tidak
mendukung
hipotesis.
Selanjutnya,
pembahasan tentang hasil uji pengaruh antara
20
Std. Error
0.127076
0.004610
0.002336
0.015565
0.007745
0.008352
t-Statistic
-5.972703
9.950582
-10.21097
-4.758252
-2.899613
-2.092222
Prob.
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0043
0.0381
size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan
pertumbuhan penjualan terhadap struktur
modal kaitannnya dengan hipotesis yang
diajukan, akan dijelaskan pada
sub bab
Pembahasan.
PEMBAHASAN
Pengaruh Size terhadap Struktur Modal
Size (UP) berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan (SM). Hasil tersebut
mendukung hipotesis yang ada bahwa size
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Hal ini menunjukkan bahwa size sangat
berpengaruh terhadap struktur modal dalam
perusahaan karena perusahaan besar akan
lebih mudah memperoleh modal di pasar
modal dibandingkan dengan perusahaan kecil
karena perusahaan besar memiliki probabilitas
yang lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri. Hasil
ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sartono dan Sriharto (1999),
Aditya (2006), Saidi (2002) , Harjanti dan
Tandelilin (2007), menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh
positif terhadap
struktur modal.
Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur
Modal
Likuiditas (LK) berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal (SM). Hal
ini sesuai dengan hipotesis yang ada karena
nilai signifikasi menunjukkan bahwa likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal. Perusahaan yang memiliki
likuiditas yang tinggi berarti perusahaan yang
memiliki internal financing yang cukup
digunakan untuk membayar kewajibannya
sehingga struktur modal juga berkurang.
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
Perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih
tinggi akan mendukung rasio hutang yang
relatif tinggi karena kemampuannya yang
lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian terdahulu oleh Aditya (2006),
Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur
Modal
Profitabilitas (PF) berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil
uji ini mendukung hipotesis yang diajukan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan
cenderung mengurangi penggunaan utang
karena menggunakan pendanaan internal
seperti saldo laba sebagai prioritas pendanaan.
Hasil tersebut didukung oleh Harjanti dan
Tandelilin (2007), serta Nurrohim (2008) yang
menunjukkan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur
Modal
Risiko bisnis (RB) berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil
uji tersebut mendukung hipotesis yang
diajukan karena nilai signifikasi dari risiko
bisnis menunjukkan adanya pengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
disebabkan perusahaan dengan risiko bisnis
besar harus menggunakan hutang lebih kecil
dibanding perusahaan yang mempunyai risiko
bisnis rendah, karena semakin besar risiko
bisnis, penggunaan hutang yang besar akan
mempersulit
perusahaan
dalam
mengembalikan hutang mereka. Maka hasil
tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saifudin (2012) yang
menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal.
Pengaruh
Pertumbuhan
terhadap Struktur Modal
Penjualan
Pertumbuhan
penjualan
(PP)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM). Hasil uji tersebut tidak
mendukung hipotesis yang diajukan. Kondisi
ini
kemungkinan
disebabkan
karena
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
penjualan yang tinggi tidak menggunakan
pendanaan dari luar tetapi menggunakan laba
dari dalam perusahaan yaitu laba yang
diperoleh dari hasil penjualan yang digunakan
untuk operasional perusahaan. Penelitian
Hardianti,et al. (2010) juga menunjukkan
bahwa pertumbuhan penjualan
memiliki
pengaruh negatif signifikan pada struktur
modal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap perusahaan properti tahun
2010-2014 dengan menggunakan model data
penelitian Fixed Effect Model (FEM) , maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian hipotesis hasil
tersebut mendukung hipotesis yang ada
bahwa size (UK) berpengaruh positif
terhadap struktur modal (SM). Hasil
penelitian ini mendukung trade off theory
yang menyatakan bahwa perusahaan besar
cenderung menggunakan dana eksternal
(hutang). Hal ini disebabkan karena
perusahaan yang berukuran besar lebih
mudah memperoleh pinjaman dari pihak
eksternal dibandingkan dengan perusahaan
kecil.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa likuiditas (LK)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM). Hal tersebut sesuai
dengan hipotesis dan hasil penelitian ini
mendukung bahwa pecking order theory
yang menyatakan perusahaan yang
mempunyai kemampuan likuiditas tinggi
cenderung menggunakan dana internal
daripada dana external.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dapat dikatakan bahwa profitabilitas (PF)
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal (SM). Hal ini mendukung
hipotesis yang ada karena nilai signifikasi
variabel
profitabilitas
menunjukkan
adanya pengaruh negatif signifikan
21
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
terhadap struktur modal. Hasil ini sesuai
dengan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan lebih suka
untuk menggunakan dana internal (laba
ditahan) daripada dana eksternal (hutang
dan ekuitas saham) untuk membiayai
pengeluaran modalnya.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dapat dikatakan bahwa risiko perusahaan
(RB) berpengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal (SM). Hal
tersebut mendukung hipotesis yang ada
dan sesuai dengan pecking order theory
yang mengatakan bahwa perusahaan lebih
memilih menggunakan dana internalnya
(laba) daripada dana eksternal. Akan tetapi
disisi lain trade of theory juga berpendapat
bahwa semakin tinggi financial distress,
akan semakin tinggi pula financial distress
costs yang akan ditanggung oleh
perusahaan. Hal ini akan menyebabkan
tingkat penggunaan hutang yang optimum
semakin
rendah,
sehingga
sudah
seharusnya perusahaan meminimumkan
tingkat penggunaan hutangnya.
5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dikatakan bahwa pertumbuhan penjualan
(PP) berpengaruh negatif signifikan
DAFTAR PUSTAKA
Adiyana, Ida Bagus dan Ardiana. 2014.
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko
Bisnis,
Pertumbuham
Aset,
Profitabilitas, dan Likuiditas pada
Struktur Modal. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 9 (3): 788-802
Aditya, J. 2006. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi Mahasiswa S1 UII
Ahmed, Naveed, Zulfqar Ahmed, dan Ishfaq
Ahmed. 2010. Determinant of Capital
Structure: A Case of Life Insurance
Sector of Pakistan. European Journal
of
Economic,
Finance,
and
Administrative Sciences. 24: 07-12.
Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. 2013.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
22
terhadap struktur modal (SM). Hasil
tersebut tidak mendukung hipotesis yang
ada karena nilai signifikasi dari
pertumbuhan penjualan menunjukkan
adanya pengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal. Hal ini sesuai
dengan pecking order theory yang
mengatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat
pertumbuhan
tertentu
menggunakan dana internal untuk
membiayai
aktifitas
oprasionalnya.
Penjualan akan meningkat jika permintaan
akan
aktiva
tinggi,
sehingga
mengakibatkan perusahaan memerlukan
biaya.
Saran Penelitian Selanjutnya:
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah
menambahkan variabel seperti pajak, dividen,
keputusan investasi dan biaya modal. Selain
itu, variabel makro seperti suku bunga juga
bisa digunakan untuk melihat pengaruhnya
terhadap pengambilan keputusan struktur
modal.
Edisi 11. Diterjemahkan oleh Ali Akbar
Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.
Christianti, Ari. 2008. Pengujian Pecking
Order Theory (POT): Pengaruh
Leverage Terhadap Pendanaan Surplus
dan Defisit pada Industri Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan, 4 (1).
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
Struktur
Modal
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal bisnis dan Akuntansi.
13 (2): 119-128.
Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur
modal (Study empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI 20092010). Juraksi 1( 2).
Gujarati, Damodar. 1997.
Dasar. Edisi kelima.
Ekonometrika
Alih Bahasa
PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti)
Sumarno
Jakarta.
Zain.
Penerbit
Erlangga.
Hardanti, Siti dan Barbara Gunawan. 2010.
Pengaruh size, likuiditas, profitabilitas,
risiko, dan pertumbuhan penjualan
terhadap struktur modal (studi empiris
pada perusahaan manufaktur di bursa
efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan
Investasi, 11(2): 148-165.
Harjanti, T., dan Tandelilin, E. 2007. Pengaruh
Firm Size, Tangible Assets, Growth
Opportunity, Profitability, dan Business
Risk pada Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus
Di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1,
(1):1-9.
Homaifar G, Zietz J, and Benkato O. 1994. An
Empirical Model of Capital Structure:
Some New Evidence. Journal of
Business Finance & Accounting. 211, 114.
Indrajaya, Glenn, Herlina, Rini Setiadi. 2011.
Pengaruh Struktur Aktiva, Struktur
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan
Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal:
Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing Di BEI
Periode 2004-2007.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976: "Theory
of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership
Structure", Journal of Financial
Economics, 3, 305–360.
Klein and Brian. 1990. Corporate Debt Value,
Bond Covenants, and Optimal Capital
Structure. The Journal of Finance.
49(4):1213-1252.
Kusumaningrum, Shinta Dewi. 2016. Analisis
pengaruh
pertumbuhan
penjualan,
tingkat pajak, risiko bisnis, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas terhadap
struktur modal (Studi Empiris pada
Perusahaan Real Estate and Property
yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia
Periode 2011-2014).
Margaretha, Farah dan Aditya Rizki
Ramadhan. 2012. Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, 12, 119-130.
Martono dan Agus Harjito. 2006. Manajemen
Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonisia.
Mufidah, Ana. 2012. Struktur Modal
Perusahaan Properti dan Faktor- Faktor
yang Mempempengaruhinya. a Jurnal
Bisnis dan Manajemen 6(1): 45 – 54.
Mulyani, Asih. 2007. Analisis Faktor faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Skripsi Mahasiswa S1 UMY
Myers, S. C. 1984. The Capital Structure
Puzzle. Journal of Finance, 39, 575592.
Nurrohim, H. 2008. Pengaruh Profitabilitas,
Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan
dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur
Modal Pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Sinergi, 1, 11-18.
Nuswandari, Cahyani. 2013. Determinan
Struktur Modal Dalam Perspektif
Pecking Order Theory dan Agency
Theory. Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan. 2 (1): 92-102.
Nurrohim, H. 2008. Pengaruh Profitabilitas,
Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan
dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur
Modal Pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Sinergi, 1: 11-18.
Pangeran, Perminas. 2004. Pemilihan antara
Penawaran Sekuritas Ekuitas dan
Hutang : Suatu Pengujian Empiris
terhadap Pecking Order theorydan
Balance Theory. Manajemen dan
Usahawan Indonesia. 4 (33): 27-35.
Primantara, Ditya YudiA.A Ngr Ag, dan Made
Rusmala Dewi. 2016. Pengaruh
likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis,
23
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017
ukuran perusahaan, dan pajak terhadap
struktur modal. E-Jurnal Manajemen
Unud 5(5): 2696-2726.
Putri, Rachma Eka dan Wida Fadhlia. 2014.
Pengaruh Struktur Aktiva Dan Tingkat
Pertumbuhan
Penjualan
Terhadap
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi
dan Bisnis, 1 (2).
Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of
Capital Structure Among Non-Quated
Mauritian Firms Under Specificity of
Leverage: Looking for Modified
Pecking Order Theory. International
Research Journal of Finance and
Economics, 31:83-92.
Saidi.
2004.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Go Publik di
BEJ tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis &
Ekonomi. 11 (1): 44-58.
Sartono, R. A., dan Sriharto, R. 1999. FaktorFaktor Penentu Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.
Sinergi, 2(2): 175-187.
Seftiane, Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal
pada
perusahaan
public
sektor
manufaktur.
Jurnal
Bisnis
dan
Akuntansi, 13(1): 39-56.
Sofiati. 2001. Pengaruh Timbal Balik Antar
Utang dan Ekuitas Terhadap Struktur
Modal Perusahaan-Perusahaan GoPublic di Bursa Efek Jakarta. Kompak,
No. 1 Januari: 40-56. Titman dan
Wessels, 1988
Titman, S. dan R., Wessel. 1988.
The
Determinants of Capital Structure
Choice. Journal of Finance. 43: 1-20.
Triani, Nikmah, Apriliani. 2006. Reputasi
Penjamin Emisi, Reputasi Auditor,
Persentase Penjamin Emisi, Ukuran
Perusahaan
dan
Fenomena
Underpricing: Studi Empiris Pada
24
Bursa Efek Jakarta, Simposium
Nasional Akuntansi 9, Universitas
Bengkulu.
Van
Horne, James C. and John M.
Wachowicz. 2007. Fundamentals of
Financial Management, Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Vina Ratna Furi dan Saifudin. 2012. Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur
modal (studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009-2010). Juraksi 1(2).
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland.
2008.
Dasar-dasar
Manajemen
Keuangan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wijaya, M. S. V. dan Hadianto, B. 2008.
Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran,
Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap
Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di
Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian
hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, 7(1): 71-84.
Wiwelda, Linda dan Marlinah, Aan. 2013.
Variabel-variabel yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik
Sektor Non Keuangan. Media Bisnis,
Edisi Khusus November.
Yusintha, Putria dan Erni Suryandari. 2010.
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur modal. Jurnal
Akuntansi dan Investasi, 11(2): 179-
188.
Download