PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA SEKTOR INDUSTRI PROPERTI Anissa Mega Ratri Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana E-mail : [email protected] Ari Christianti Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana [email protected] ABSTRACT This research aimed to test the effects of size, liquidity, profitability, business risk, and sales growth to capital structure. The objects of this research were companies in property and real estate sector listed in Jakarta Stock Exchange. This research used period from 2010 to 2014 and used panel data analysis. The result showed size had positive effect on capital structure. Furthermore, liquidity, profitability, business risk, and growth of sales had negative effect on capital structure. This research could be concluded to support the Pecking Order Theory. Keywords: Capital Structure, Size, Liquidity, Profitability, Business Risks , and Sales Growth ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Adapun objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan menggunakan analisis data Panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Selanjutnya, tingkat likuiditas, pertumbuhan profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini secara keseluruhan mendukung teori struktur modal Pecking Order. Kata kunci: Struktur Modal, Ukuran, PenjualanPertumbuhan PENDAHULUAN Struktur modal yang optimal adalah struktur modal perusahaan yang akan memaksimalkan harga sahamnya. Terlalu banyak utang akan dapat menghambat perkembangan perusahaan yang juga akan membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya. Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan Likuiditas, Profitabilitas, RisikoBisnis, dan tingkat pengembalian investasinya. Tujuan dari manajemen struktur modal adalah menggabungkan sumber–sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Dalam upaya mewujudkan struktur modal yang optimal, manajer keuangan harus mempertimbangkan banyak hal yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi struktur modal sudah banyak dilakukan sebelumnya. 13 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 Penelitian yang dilakukan oleh Wimelda dan Marlinah (2013) serta penelitian Adiyana (2014), mengemukakan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Aditya (2006), Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Firnanti (2011) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal yang menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian lainnya yang dilakukan Ahmed et al. (2010), Seftianne (2011), Nuswandari (2013), menunjukkan bahwa risko bisnis memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sartono dan Sriharto (1999) serta Aditya (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Dimana, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan sumber dari luar sehingga semakin tinggi struktur modalnya. Berdasarkan pada penjelasan di atas, penelitian ini akan menguji pengaruh size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal pada sektor properti. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Struktur Modal Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Warner (1997) dalam Sofiati (2001) semakin besar penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan karena keuntungan dari biaya 14 hutang yang lebih murah ditutup dengan naiknya biaya modal sendiri. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan mampu memberikan sinyal positif kepada investor melalui profitabilitas yang didapatkan perusahaan dan kebijakan dividen. Menurut Brigham dan Houston (2013: 186) mengemukakan bahwa sinyal merupakan suatu tindakan yang diambil pihak manajemen perusahaan kepada investor tentang prospek perusahaan. Apabila perusahaan mampu memberikan informasi kepada pihak luar seperti investor atau kreditor melalui laporan keuangan, maka informasi tersebut dapat memberikan sinyal tentang prospek perusahaan dimasa depan. Teori Pecking Order Berdasarkan filosofi Pecking Order Theory (Myers, 1984) merupakan suatu modelstruktur pendanaan dalam manajemen keuangan dimana struktur pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir. Berdasarkan filosofi Pecking Order Theory, urutan pendanaan yang disarankan atau diinginkan perusahaan pertama adalah dari laba yang ditahan, lalu kedua dari pendanaan hutang,dan ketiga dari penerbitan ekuitas baru (Pangeran, 2004). Urutan pendanaan yang disarankan atau diinginkan perusahaan pertama adalah dari laba yang ditahan, lalu kedua dari pendanaan hutang, dan ketiga dari penerbitan ekuitas baru. Model trade off Menurut trade-off theory (Modigliani dan Miller, 1963 dalam Titman dan Wessels, 1988) “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) akibat dari perusahaan. turunnya kredibilitas suatu Agency Theory Hubungan agensi seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan Mecking (1976) menjelaskan bahwa hubungan ini sering diterapkan dalam penelitian bidang ekonomi, keuangan, sosial dan politik. Penelitian ini menggunakan teori manajer untuk menganalisis perbedaan tujuan antara pihak yang melakukan kerjasama (antara pemilik dan manajer). Adanya perbedaan kepentingan dan perbedaan informasi antara pemilik dan manajer, mendorong manajer bertindak untuk kepentingan pribadi dan merugikan pemilik. Dengan demikian, fokus teori manajer adalah dalam menetapkan kontrak yang paling efisein dalam hubungan antara pemilik dan manajer untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang sama (Harjito, 2012). Modigliani-Miller (MM) Theory Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Sehingga dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak. PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Struktur Perusahaan Ukuran perusahaan (Size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan juga menunjukkan aktivitas yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan terbukti memiliki peranan penting dalam menentukan pilihan struktur modal yang akan digunakan oleh suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini di proksikan dengan perbandingan antara total aktiva dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan (Triani dan Nikmah, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sartono dan Sriharto (1999), Aditya (2006), Saidi (2002), Harjanti dan Tandelilin (2007), Penelitian yang dilakukan Glenn, Herlina dan Rini (2011) serta Ida dan Putu (2014) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, sehingga akan berdampak pada struktur keuangannya. Hasil penelitian ini mendukung teori trade off yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan dana eksternal (hutang). H1: Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Perusahaan Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayai kemampuan finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditujukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan (Sartono, 2010:116). Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi berarti perusahaan yang memiliki internal financing yang cukup digunakan untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal juga berkurang (Ramlall, 2009). Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan sumber daya jangka pendek atau lancar (Van Horne dan Wachowicz, 2007). Perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih tinggi akan mendukung rasio hutang yang relatif tinggi karena kemampuannya yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Dari hasil penelitian ini mendukung bahwa pecking order theory yang 15 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 menyatakan perusahaan yang mempunyai kemampuan likuiditas tinggi cenderung menggunakan dana internal daripada dana external (hutang). Penelitian terdahulu oleh Aditya (2006) Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. H2: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Perusahaan Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Martono dan Agus, 2007). Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik dan semakin meningkat kemakmuran perusahaan. Menurut Myer dan Majluf (1994) dalam Ismiyati dan Hanafi (2004) dalam Mulyani (2007) terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan hutang. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin besar pula tersedianya dana internal untuk investasi, sehingga penggunaan hutang akan lebih kecil. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007), serta Nurrohim (2008) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan yang sudah memperoleh laba yang tinggi maka tidak perlu menggunakan hutang, karena laba yang tinggi akan dapat membiayai operasional perusahaan. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih suka untuk menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada dana eksternal (hutang dan ekuitas saham) untuk membiayai pengeluaran modalnya sehingga dengan profitabilitas yang tinggi perusahaan akan mengurangi tingkat penggunaan hutang. H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Perusahaan 16 Risiko adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan Ahmed et al. (2010), Indrajaya (2011), Seftianne (2011), Nuswandari (2013), menunjukkan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. H4: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Perusahaan Pertumbuhan penjualan adalah ukuran sampai sejauh mana laba persaham dari suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh utang. Pertumbuhan ini akan meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak, sehingga pendanaan perusahaan yang menggunakan utang dengan beban bunga sebagai pengurang pajak dapat meningkatkan laba bersih sehingga laba per saham juga ikut meningkat. Pecking order theory mempunyai sinyal positif yaitu, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan melakukan ekspansi dengan menggunakan hutang (sinyal positif) (Christianti, 2006). Konsisten dengan hasil penelitian Saidi (2004) yang menunjukkan bukti bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan sumber dari luar sehingga semakin tinggi struktur modalnya. H5: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal Berdasarkan rumusan hipotesis di atas maka penulis membuat kerangka penelitian seperti berikut: PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) Ukuran Perusahaan (Size) (+) Likuiditas (-) Struktur Modal (-) Profitabilitas (-) (+) Risiko Bisnis Pertumbuhan Penjualan Gambar 1. Kerangka Penelitian METODA PENELITIAN Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor properti yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Selanjutnya, berkaitan dengan proses analisis data, tidak semua perusahaan dapat digunakan sebagai objek penelitian. Di bawah ini dijelaskan proses pengambilan sampel penelitian sehingga menjadi 39 perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 1 Sampel Penelitian Keterangan Perusahaan properti (konsisten) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2014 Perusahaan properti yang datanya tidak memenuhi kriteria pengujian Sampel Akhir Operasional Variabel 2010-2014 44 5 39 Variabel size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan dalam penelitian ini merupakan variabel bebas dan variabel struktur modal merupakan variabel tidak bebas atau terikat. Berikut ini adalah operasional untuk masing-masing variabel, Struktur Modal. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen) menggunakan struktur modal yang diukur dengan rumus Total Debt to Total Assets (TDTA). TDTA adalah rasio total hutang terhadap total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir tahun tertentu (Wijayadan Hadianto, 2008). Rumus dari TDTA adalah: TDTA : Total hutang Total aktiva = Size (Ukuran Perusahaan). Size dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan juga menunjukkan aktivitas yang dimiliki perusahaan. Mengacu penelitian yang dilakukan Wijaya dan Hadianto (2008), ukuran perusahaan diproksi dengan logaritma natural total penjualan perusahaan selama satu tahun tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung size yaitu: Size = Ln (Total Penjualan) 17 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 Likuiditas. Likuiditas yang dimaksudkan yaitu rasio lancar (current ratio) perusahaan pada akhir periode tahun tertentu (Aditya, 2006). Rumus yang digunakan untuk menghitung likuiditas yaitu: Current Ratio = Total Aktiva Lancar Total kewajiban lancar Profitabilitas. Profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan rumus sebagai berikut: Net Profit Margin (NPM) = Total LabaBersih Total Penjualan Resiko bisnis. Risiko bisnis dalam penelitian ini diukur menggunakan Basic Earning Power Ratio. Rumus yang digunakan untuk menghitung risiko bisnis yaitu: Basic Earning Power Ratio = EBIT Total Aktiva Pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan dihitung sebagai persentase pertumbuhan penjualan pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Aditya,2006). Rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan penjualan yaitu: Pertumbuhan penjualan = S, t – S, t-1 S, t-1 Keterangan: S =Penjualan HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Tabel dibawah ini adalah statistik deskriptif dari variabel yang diestimasi, Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. SM 0.391067 0.405596 0.740222 0.066257 0.161770 UP 26.88085 27.20041 30.08676 22.34443 1.624269 LK 2.455736 1.576502 18.98334 0.195132 2.828426 PF 0.233169 0.224846 2.294569 -0.887786 0.303444 RB 0.042702 0.066150 1.227611 -6.848761 0.507080 PP 0.354100 0.237204 4.759578 -0.647273 0.616538 Sumber: Data yang diolah Variabel struktur modal yang diukur dengan menggunakan total debt to total asset (TDTA) mempunyai nilai minimum 0.066257 yang terdapat pada perusahaan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk di tahun 2010. Selanjutnya, nilai maksimum TDTA sebesar 0.740222 terdapat pada perusahaan PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk di tahun 2012. Variabel Ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan Ln total penjualan mempunyai nilai minimum 22.34443 yang terdapat pada perusahaan PT Laguna Cipta Griya Tbk. di tahun 2011 dan nilai maksimum Ln total penjualan sebesar 30.08676 terdapat pada perusahaan PT Lippo Karawaci Tbk di tahun 2014. Berikutnya, variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan current ratio mempunyai nilai minimum sebesar 0.195132 terdapat pada perusahaan PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk 18 tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 18.98334 terdapat pada perusahaan PT Metro Realty Tbk tahun 2014.Untuk nilai rata-rata sebesar 2.455736 Variabel profitabilitas yang diukur dengan menggunakan net profit margin (NPM) mempunyai nilai minimum sebesar 0.887786 terdapat pada perusahaan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 8.99 terdapat pada perusahaan PT Global Land Development Tbk tahun 2010. Selanjutnya, variabel risiko bisnis yang diukur dengan menggunakan basic earning power ratio (BEPR) mempunyai nilai minimum sebesar -6.848761 terdapat pada perusahaan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 1.227611terdapat pada perusahaan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2010. Terakhir, variabel pertumbuhan penjualan PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) yang diukur dengan menggunakan selisih penjualan pertahun mempunyai nilai minimum sebesar -0.647273 terdapat pada perusahaan PT Danayasa Arthatama Tbk tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 4.759578 terdapat pada perusahaan PT Laguna Cipta Griya Tbk tahun 2013. Pemilihan Model FEM Penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Berikut ini adalah tabel pemilihan Fixed Effect Model (FEM), Tabel 3 Pemilihan Model Regresi Model R² Adjusted R² PLS FEM REM 0.390440 0.749423 0.441837 0.374229 0.677591 0.426992 Sum Squared Resid 3.078718 1.265593 1.582970 Sumber: Data yang diolah Berdasarkan pada tabel di atas terdapat 3 model dalam regresi panel yakni Pool Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Pemilihan model dilakukan dengan membandingkan nilai R2, Adjusted R2 dan Sum Square Resid. Berdasarkan pada tabel di atas terlihat bahwa nilai R2 dan R2 Adjusted R2 untuk model FEM paling tinggi dan nilai sum square resid model FEM paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik untuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah model FEM. Uji Asumsi Klasik Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera. Berdasarkan hasil pengujian, nilai probabilitas sebesar 0.08584 atau nilai probabilitasnya > 5%, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data tersebut normal. Selanjutnya, uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas di dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebasnya. Untuk menguji masalah multikolinearitas dapat melihat matriks korelasi dari variabel bebas, jika terjadi koefisien korelasi lebih dari 0,80 maka terdapat multikolinearitas (Gujarati,2006). Berdasarkan pada hasil penggujian didapat nilai koefisien korelasi antar semua variabel independen dibawah 0,80. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas. Untuk menghilangkan masalah heteroskedastik dalam model, maka estimasi FEM menggunakan prosedur weighting: cross section weights. Dengan demikian, dalam estimasi ini digunakan model FEM dengan cross section weight. Uji asumsi klasik berikutnya adalah uji Autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan uji DW (Durbin-Watson). Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai DW sebesar 1.791377. Berdasarkan pada tabel DW diketahui nilai dl sebesar 1,75 dan du sebesar 1,77 maka nilai yang dihasilkan dl sebesar 4(1,75) = 2.25 dan du 4-(1,77) = 2,23. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada autokolerasi pada model. Estimasi Fixed Effect Model (FEM) Pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis tentang pengaruh size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal pada sektor properti. Berikut ini adalah hasil estimasi dengan menggunakan model FEM. 19 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 Tabel 4. Hasil Uji Fixed Effect Model (FEM) Variable C UP? LK? PF? RB? PP? Coefficient -0.758986 0.045871 -0.023857 -0.074063 -0.022458 -0.017474 Berdasarkan pada tabee hasil uji FEM, terlihat bahwa pengaruh antara size (UP) terhadap struktur modal (SM) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.045871 dengan probalilitas sebesar 0.0000 sehingga bisa dikatakan bahwa size (UP) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (SM). Selanjutnya, hasil pengujian antara likuiditas (LK) terhadap struktur modal (SM), menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.023857 dengan probalilitas sebesar 0.0000 sehingga dikatakan bahwa likuiditas (LK) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Sama halnya dengan pengaruh antara profitabilitas (PF) terhadap struktur modal (SM), dengan nilai koefisien sebesar 0.074063 dan probalilitas sebesar 0.0000 menunjukkan bahwa bahwa profitabilitas (PF) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil pengujian hipotesis antara risiko bisnis (RB) terhadap struktur modal (SM), didapatkan nilai koefisien sebesar-0.022458 dan probalilitas sebesar 0.0043 menunjukkan bahwa risiko bisnis (RB) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Berbeda dengan hasil pengujian hipotesis antara pertumbuhan penjualan (PP) terhadap struktur modal (SM), didapatkan nilai koefisien sebesar-0.017474 dan probalilitas sebesar 0.0381 sehingga dikatakan bahwa pertumbuhan penjualan (PP) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Berdasarkan pada penjelasan tentang hasil uji FEM diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh antara size, likuiditas, profitabilitas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal mendukung hipotesis. Berbeda dengan pertumbuhan penjualan yang hasil ujinya tidak mendukung hipotesis. Selanjutnya, pembahasan tentang hasil uji pengaruh antara 20 Std. Error 0.127076 0.004610 0.002336 0.015565 0.007745 0.008352 t-Statistic -5.972703 9.950582 -10.21097 -4.758252 -2.899613 -2.092222 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0043 0.0381 size, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal kaitannnya dengan hipotesis yang diajukan, akan dijelaskan pada sub bab Pembahasan. PEMBAHASAN Pengaruh Size terhadap Struktur Modal Size (UP) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (SM). Hasil tersebut mendukung hipotesis yang ada bahwa size berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa size sangat berpengaruh terhadap struktur modal dalam perusahaan karena perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki probabilitas yang lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartono dan Sriharto (1999), Aditya (2006), Saidi (2002) , Harjanti dan Tandelilin (2007), menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal Likuiditas (LK) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hal ini sesuai dengan hipotesis yang ada karena nilai signifikasi menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi berarti perusahaan yang memiliki internal financing yang cukup digunakan untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal juga berkurang. PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) Perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih tinggi akan mendukung rasio hutang yang relatif tinggi karena kemampuannya yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu oleh Aditya (2006), Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Profitabilitas (PF) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil uji ini mendukung hipotesis yang diajukan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung mengurangi penggunaan utang karena menggunakan pendanaan internal seperti saldo laba sebagai prioritas pendanaan. Hasil tersebut didukung oleh Harjanti dan Tandelilin (2007), serta Nurrohim (2008) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Risiko bisnis (RB) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil uji tersebut mendukung hipotesis yang diajukan karena nilai signifikasi dari risiko bisnis menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka. Maka hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Pengaruh Pertumbuhan terhadap Struktur Modal Penjualan Pertumbuhan penjualan (PP) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hasil uji tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi tidak menggunakan pendanaan dari luar tetapi menggunakan laba dari dalam perusahaan yaitu laba yang diperoleh dari hasil penjualan yang digunakan untuk operasional perusahaan. Penelitian Hardianti,et al. (2010) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh negatif signifikan pada struktur modal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap perusahaan properti tahun 2010-2014 dengan menggunakan model data penelitian Fixed Effect Model (FEM) , maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian hipotesis hasil tersebut mendukung hipotesis yang ada bahwa size (UK) berpengaruh positif terhadap struktur modal (SM). Hasil penelitian ini mendukung trade off theory yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan dana eksternal (hutang). Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan kecil. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa likuiditas (LK) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dan hasil penelitian ini mendukung bahwa pecking order theory yang menyatakan perusahaan yang mempunyai kemampuan likuiditas tinggi cenderung menggunakan dana internal daripada dana external. 3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dikatakan bahwa profitabilitas (PF) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hal ini mendukung hipotesis yang ada karena nilai signifikasi variabel profitabilitas menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan 21 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 terhadap struktur modal. Hasil ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih suka untuk menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada dana eksternal (hutang dan ekuitas saham) untuk membiayai pengeluaran modalnya. 4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dikatakan bahwa risiko perusahaan (RB) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (SM). Hal tersebut mendukung hipotesis yang ada dan sesuai dengan pecking order theory yang mengatakan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan dana internalnya (laba) daripada dana eksternal. Akan tetapi disisi lain trade of theory juga berpendapat bahwa semakin tinggi financial distress, akan semakin tinggi pula financial distress costs yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal ini akan menyebabkan tingkat penggunaan hutang yang optimum semakin rendah, sehingga sudah seharusnya perusahaan meminimumkan tingkat penggunaan hutangnya. 5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dikatakan bahwa pertumbuhan penjualan (PP) berpengaruh negatif signifikan DAFTAR PUSTAKA Adiyana, Ida Bagus dan Ardiana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Pertumbuham Aset, Profitabilitas, dan Likuiditas pada Struktur Modal. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9 (3): 788-802 Aditya, J. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Mahasiswa S1 UII Ahmed, Naveed, Zulfqar Ahmed, dan Ishfaq Ahmed. 2010. Determinant of Capital Structure: A Case of Life Insurance Sector of Pakistan. European Journal of Economic, Finance, and Administrative Sciences. 24: 07-12. Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. 22 terhadap struktur modal (SM). Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis yang ada karena nilai signifikasi dari pertumbuhan penjualan menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tertentu menggunakan dana internal untuk membiayai aktifitas oprasionalnya. Penjualan akan meningkat jika permintaan akan aktiva tinggi, sehingga mengakibatkan perusahaan memerlukan biaya. Saran Penelitian Selanjutnya: Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah menambahkan variabel seperti pajak, dividen, keputusan investasi dan biaya modal. Selain itu, variabel makro seperti suku bunga juga bisa digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan struktur modal. Edisi 11. Diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Christianti, Ari. 2008. Pengujian Pecking Order Theory (POT): Pengaruh Leverage Terhadap Pendanaan Surplus dan Defisit pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 4 (1). Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal bisnis dan Akuntansi. 13 (2): 119-128. Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal (Study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 20092010). Juraksi 1( 2). Gujarati, Damodar. 1997. Dasar. Edisi kelima. Ekonometrika Alih Bahasa PENGARUH SIZE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS…..….……………………….……...…(Mega Ratri & Christianti) Sumarno Jakarta. Zain. Penerbit Erlangga. Hardanti, Siti dan Barbara Gunawan. 2010. Pengaruh size, likuiditas, profitabilitas, risiko, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Investasi, 11(2): 148-165. Harjanti, T., dan Tandelilin, E. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus Di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1, (1):1-9. Homaifar G, Zietz J, and Benkato O. 1994. An Empirical Model of Capital Structure: Some New Evidence. Journal of Business Finance & Accounting. 211, 114. Indrajaya, Glenn, Herlina, Rini Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Struktur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing Di BEI Periode 2004-2007. Jensen, M. and Meckling, W. 1976: "Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure", Journal of Financial Economics, 3, 305–360. Klein and Brian. 1990. Corporate Debt Value, Bond Covenants, and Optimal Capital Structure. The Journal of Finance. 49(4):1213-1252. Kusumaningrum, Shinta Dewi. 2016. Analisis pengaruh pertumbuhan penjualan, tingkat pajak, risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate and Property yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia Periode 2011-2014). Margaretha, Farah dan Aditya Rizki Ramadhan. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12, 119-130. Martono dan Agus Harjito. 2006. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia. Mufidah, Ana. 2012. Struktur Modal Perusahaan Properti dan Faktor- Faktor yang Mempempengaruhinya. a Jurnal Bisnis dan Manajemen 6(1): 45 – 54. Mulyani, Asih. 2007. Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Skripsi Mahasiswa S1 UMY Myers, S. C. 1984. The Capital Structure Puzzle. Journal of Finance, 39, 575592. Nurrohim, H. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Sinergi, 1, 11-18. Nuswandari, Cahyani. 2013. Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory dan Agency Theory. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. 2 (1): 92-102. Nurrohim, H. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Sinergi, 1: 11-18. Pangeran, Perminas. 2004. Pemilihan antara Penawaran Sekuritas Ekuitas dan Hutang : Suatu Pengujian Empiris terhadap Pecking Order theorydan Balance Theory. Manajemen dan Usahawan Indonesia. 4 (33): 27-35. Primantara, Ditya YudiA.A Ngr Ag, dan Made Rusmala Dewi. 2016. Pengaruh likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, 23 JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017 ukuran perusahaan, dan pajak terhadap struktur modal. E-Jurnal Manajemen Unud 5(5): 2696-2726. Putri, Rachma Eka dan Wida Fadhlia. 2014. Pengaruh Struktur Aktiva Dan Tingkat Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 1 (2). Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of Capital Structure Among Non-Quated Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for Modified Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and Economics, 31:83-92. Saidi. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di BEJ tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis & Ekonomi. 11 (1): 44-58. Sartono, R. A., dan Sriharto, R. 1999. FaktorFaktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Sinergi, 2(2): 175-187. Seftiane, Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan public sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13(1): 39-56. Sofiati. 2001. Pengaruh Timbal Balik Antar Utang dan Ekuitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan-Perusahaan GoPublic di Bursa Efek Jakarta. Kompak, No. 1 Januari: 40-56. Titman dan Wessels, 1988 Titman, S. dan R., Wessel. 1988. The Determinants of Capital Structure Choice. Journal of Finance. 43: 1-20. Triani, Nikmah, Apriliani. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing: Studi Empiris Pada 24 Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 9, Universitas Bengkulu. Van Horne, James C. and John M. Wachowicz. 2007. Fundamentals of Financial Management, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Vina Ratna Furi dan Saifudin. 2012. Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi 1(2). Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Wijaya, M. S. V. dan Hadianto, B. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7(1): 71-84. Wiwelda, Linda dan Marlinah, Aan. 2013. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media Bisnis, Edisi Khusus November. Yusintha, Putria dan Erni Suryandari. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Jurnal Akuntansi dan Investasi, 11(2): 179- 188.