BAB IV KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan dari

advertisement
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan dari Taman Krida Budaya Malang yang baru meliputi
pertemuan matriks transformasi pendopo dengan fungsi ruang publik pada setting
perkotaan Malang. Pada bagian ini akan dijabarkan tipologi archetype dari pendopo dan
tipologi dari ruang publik perkotaan.
Tahapan proses yang akan dilalui sebelum mendapatkan hasil akhir rancangan
pendopo baru adalah:
1. Diagram transformasi pendopo, hasil hibridisasi antara arketip pendopo dengan
kebutuhan ruang publik kota pada skala Malang di wilayah Taman Krida Budaya
Malang.
2. Konsep perancangan, meliputi tahap-tahap transformasi bentukan pendopo dengan
fungsi yang diserap pada skala kota (Taman Krida Budaya Malang)sebagai hasil dari
diagram transformasi pendopo
3. Penerapan desain, hasil akhir dari desain Taman Krida Budaya Malang yang baru.
4.1. Diagram transformasi pendopo
Diagram ini merupakan hasil kombinasi dari variabel elemen-elemen pembentuk
pendopo dengan variabel elemen fasilitas ruang publik pada ruang perkotaan. Diagram
dibawah ini akan menjelaskan pola pertemuan dari dua variabel tersebut.
53
Diagram 4.1
Skema pertemuan kriteria desain antara dua variable; pendopo dan public space
54
Dari diagram tersebut dipilihlah metode transformasi yang diterapkan untuk mengalih
rupa-fungsi pendopo yang lama. Pilihan metode transformasi yang terpilih didasarkan
pada jenis sifat kegiatan yang akan diwadahi. Sifat kegiatan yang diwadahi merupakan
kegiatan skala kota yang jamak. Bila dijabarkan lebih rinci maka kriteria kegiatan
tersebut antara lain adalah:
1. Kegiatan skala besar dan kecil dalam satu ruang yang fleksibel, kapasitas ± 1000
orang pengunjung
2. Bebas secara visual dan gerak tanpa ada penghalang.
3. Fleksibel dalam pengelolaan ruang dan mutifungsi kegiatan
4. Informal, menyerap kegiatan bebas yang mendominasi penggunaan ruang kota.
5. Bebas secara waktu penggunaan dan dapat diakses sepanjang waktu oleh
siapapun.
6. Aktifitas modern namun bercirikan tradisional Jawa, muncul dalam unsur
pembentuk suasana ruang
Konsekuensi dari sifat kegiatan tersebut menghasilkan sifat ruang sebagai berikut:
1. ruang bersifat cair, fleksibel tanpa sekat sehingga berakibat batas ruang visual tidak
tegas. Hal ini merupakan cara agar ruang dapat dibentuk secara temporer tanpa terikat
batasan fisik.
2. ruang tanpa bentang kolom (antitesis dari ruang pendopo yang lama) karena
keberadaan pendopo yang lama memiliki kekurangan dari segi visual apabila hendak
digunakan sebagai ruang pertunjukkan publik.
3. karena diperuntukkan bagi kapasitas pengunjung yang besar, maka ruang pendopo
yang baru haruslah luas dan mempunyai atap naung berbentang lebar.
4. karena sifatnya yang mewadahi kegiatan di wilayah tropis maka pola ruang yang
dinaungi menjadi pelindung dari aktifitas di bawahnya. Subjek utama adalah ruang di
bawahnya sedangkan atap merupakan bentuk penanda.
5. sifat tata ruang yang dapat diakses oleh siapapun membuatnya harus multi orientasi
namun memiliki as/axis untuk mengarahkan pengunjung pada titik akhir ruang.
Dari jabaran tuntutan sifat ruang tersebut, maka metode transformasi yang terpilih adalah
metode yang memiliki kekhususan antara lain:
55
1. memperbesar skala dari yang awalnya pendopo berukuran skala rumah tinggal
menjadi skala fasilitas umum kota
2. mengurai komponen-komponen ruang dan struktur pembentuk pendopo, untuk
diketahui mana bagian yang perlu dipertahankan dan bagian yang perlu untuk
dibuang. Bagian yang dibuang berkaitan dengan batas-batas fisik yang menghalangi
jalannya aktifitas seperti contoh; deretan kolom, bagian atap atas yang mengahalangi
cahaya masuk ke dalam ruangan.
3. membentuk suasana baru pendopo dengan unsur-unsur baru yang berasosiasi dengan
pendopo yang lama. Pendekatan yang digunakan berupa analogi. Metode analogi
menggunakan bentuk baru yang diasosiasikan dengan bentuk preseden lama, metode
ini bermanfaat untuk menghasilkan bentuk baru namun tidak melepaskan diri pada
wujud desain yang lama atau yang dijadikan acuan.
4. membentuk pendopo yang berasosiasikan kegiatan informal bagi masyarakat kota.
Sehingga bentuk bersifat tidak formal.
Penjelasan rinci mengenai metode yang diterapkan dapat dilihat pada diagram dibawah
ini:
56
4.2. Konsep perancangan
Berikut ini beberapa tahapan desain yang dilalui sebagai hasil dari aplikasi transformasi
pendopo pada setting Taman Krida Budaya Malang.
4.2.1. Konsep rancangan tapak.
Konsep ini menjelaskan tahapan dalam mengolah tapak eksisting yang ada di lokasi
Taman Krida Budaya Malang.
Gambar 4.1 Konsep rancangan tapak
Keterangan: konsep ini menjelaskan langkah demi langkah penerapan tata letak massa beserta
zoning secara umum.
57
4.2.2. Konsep bentuk dasar bangunan.
Konsep ini menjelaskan skema archetype pendopo dan elemen dasar yang menyusun
bentuk tersebut.
Gambar 4.2 Konsep bentuk dasar
Keterangan: konsep ini menjelaskan bentuk dasar archetype pendopo yang akan
ditransformasikan bentuk beserta fungsinya
58
4.2.3. Konsep Transformasi Bentuk
Konsep ini menjelaskan langkah-langkah mengaplikasikan transformasi bentuk pendopo
dari bentuk dasar archetype menuju bentuk yang lebih informal dan fleksibel.
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
Keterangan: konsep ini menjelaskan runutan perubahan bentuk transformasi pendopo.
59
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
Keterangan: konsep ini menjelaskan runutan perubahan bentuk transformasi pendopo.
60
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
Keterangan: konsep ini menjelaskan runutan perubahan bentuk transformasi pendopo.
61
4.2.4. Konsep Tata Masa Utama
Konsep ini memaparkan tatanan massa dua pendopo yang menjadi falsafah dasar dari
budaya dualisme di Jawa
Gambar 4.4 Konsep tata massa
Keterangan: konsep ini memaparkan tatanan massa dua pendopo yang menjadi falsafah dasar
dari budaya dualisme di Jawa.
62
4.2.5. Konsep Tata Masa Vertikal
Konsep ini menyiasati lahan yang ada secara vertikal agar lahan diatasnya dapat
digunakan secara mutlak untuk aktifitas publik.
Gambar 4.5 Konsep level lantai bangunan.
Keterangan: konsep ini menyiasati lahan yang ada secara vertikal agar lahan diatasnya dapat
digunakan secara mutlak untuk aktifitas publik.
63
4.2.6. Konsep Tata Masa Penunjang
konsep ini menjelaskan keberadaan massa penunjang yang berfungsi sebagai penghidup
aktifitas dua pendopo agar dapat berlangsung sepanjang waktu
Gambar 4.6 Konsep tata massa penunjang
Keterangan: konsep ini menjelaskan keberadaan massa penunjang yang berfungsi sebagai
penghidup aktifitas dua pendopo agar dapat berlangsung sepanjang waktu
64
4.2.7. Konsep Program Ruang
Konsep ini menjelaskan langkah-langkah mengaplikasikan transformasi bentuk pendopo
dari bentuk dasar archetype menuju bentuk yang lebih informal dan fleksibel.
Gambar 4.7 Program Ruang
Keterangan: beberapa fungsi aktifitas yang disuntikkan kedalam masing-masing bangunan
sesuai dengan perletakkan yang ada.
65
Mengingat sifat ruang terdiri atas dua kelompok (pendopo terbuka dan pendopo tertutup)
maka perlu dikelompokkan beberapa kegiatan yang dapat diserap oleh ruang tersebut.
Hal ini didasari bahwa tidak ada rancangan yang dapat bersifat absolut menampung
semua fungsi. Batasan-batasan fungsi itulah yang hendak diupayakan agar kegiatan yang
berlangsung dalam Taman Krida Budaya Malang dapat sesuai dengan yang
direncanakan dari awal. Deskripsi tabel berikut akan menjelaskan beberapa fungsi yang
akhirnya masuk ke dalam Taman Krida Budaya Malang.
66
BANGUNAN
UTAMA
SIFAT RUANG
1.
Pendopo Luar
2.
3.
Terbuka di keempat
sisi bidang
Multi orientasi
Hierarki ruang bersifat
ambigu/ tidak tegas
SIFAT KEGIATAN YANG
MEMUNGKINKAN
1.
2.
3.
4.
5.
Pendopo Dalam
2.
3.
4.
Tertutup-buka secara
fleksibel
Orientasi berada di
tengah dab diujung
selatan pendopo,
secara simultan
Semi public pada
bagian basemen.
Pengunjung terseleksi
khusus.
memiliki batas-ruang
yang kongret sehingga
batas-batas ruang
menjadi tegas.
1.
2.
3.
4.
atraktif, informal, aktif
bergerak tanpa batasan
ruang secara permanen
mudah dijangkau dari segala
penjuru
nilai fungsi dan penggunaan
bersifat aktif tidak stabil,
dapat beruba setiap saat
interaksi sosial bebas tanpa
batasan.
aktif sepanjang masa tanpa
adanya batasan waktu
1. konser musik (rock,
dangdut, campursari)
kampanye dan pagelaran
seni budaya tanpa
memerlukan detil akustik
2. pameran dan eksibisi
dengan pengaturan ruang
yang fleksibel (dinding
partisi built up/ knock
down): pameran otomotif,
produk-produk industri,
furniture dan perumahan.
3. kegiatan rekreatif warga
kota sepanjang waktu
Rutin berkala dan
terstruktur
Formal,Memiliki batasan
ruang yang kongkret namun
fleksibel sebagai penanda
batas-batas aktifitas
dijangkau dari beberapa
entrance sebagai pengontrol
keluar masuknya
pengunjung.
dibatasi oleh waktu
penggunaan karena
merupakan kegiatan yang
bersifat administratif
pengendali utama
keseluruhan bangunan.
1. resepsi, acara seremonial,
pernikahan,
2. seminar, lokakarya,
pertunjukan seni budaya
khusus dalam ruangan/
indoor
3. pameran khusus barangbarang kesenian dan
koleksi benda antik dengan
tingkat keamanan khusus.
4. administratif, aktifitas
kantor
Tabel.4.1
Tabel program fungsi yang menjelaskan pemrograman fasilitas yang dapat disaring masuk kedalam
fasilitas pendopo luar dan pendopo dalam
JENIS KEGIATAN
YANG TAK
TERWADAHI
Kegiatan yang memiliki
sistem kontrol terhadap
pengunjung antara lain:
1. konser musik dengan
tata akustik khusus
(orkestra, gending, jazz,
opera)
2. pagelaran dan eksisibisi
dengan sistem ticketing
3. aktifitas liga olahraga
besar ala stadium
4. kegiatan resepsi
seremonial
66
1.
JENIS KEGIATAN
YANG MASUK
Kegiatan yang berkebalikan
dengan pendopo luar, antara
lain:
1. pagelaran musik
khusus (orkestra,
simfoni klasik, jazz,
opera, sendratari
klasik)
2. pertunjukkan
dengan massa bebas
tanpa kontrol dan
ticketing
3. pagelaran dengan
jumlah massa yang
hiperaktif dan
mobilitas tinggi.
67
Konsep Ruang Hijau Kota
Konsep ini menjelaskan penataan lansekap hijau yang berfungsi sebagai ruang
terbuka hijau kota.
Gambar 4.8 Konsep ruang hijau
Keterangan: konsep ruang hijau tapak hasil tanggapan terhadap kualitas ruang hijau kota
,sekaligus berfungsi sebagai penguat axis sumbu pendopo depan dan belakang.
Download