1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada
dasarnya
komunikasi
diartikan
sebagai
pesan
yang
disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber)
melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung
dengan maksud memberikan dampak atau effect kepada komunikan sesuai
dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5 unsur who, says
what, in which channel, to whom, with what effect1.
Namun menurut Berger & Chafee menyatakan bahwa Ilmu
komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan
teori-teori yang dapat
diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan
menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang2.
Adapun menurut John Fiske menyebut ada dua mazhab utama yang
tercermin dalam model komunikasi. Pertama mazhab proses yang melihat
komunikasi sebagai transmisi pesan. Dalam mazhab ini mereka tertarik
dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode)
dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter
1
2
Dedi Mulyana, Ilmu Komunkasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosdakarya, hal 10
Berger & Chafee (1987)
1
2
menggunakan saluran dan media komunikasi. Mazhab ini cenderung
membahas kegagalan komunikasi dan melihat ke tahap-tahap dalam proses
tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab kedua
melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.Hal ini
berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam
menghasilkan makna3.
Pendekatan ini berkaitan dengan bagaimana pesan atau teks
berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna; yakni,
yang berkenaan dengan bagaimana peran teks dalam kebudayaan
kita.Mazhab semiotik banyak menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan
(signification), dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang
penting dari kegagalan komunikasi, hal ini mungkin akibat dari perbedaan
budaya antara pengirim dan penerima.Mazhab semiotika cenderung
mempergunakan linguistik dan subjek seni, dan cenderung memusatkan
dirinya pada karya komunikasi.Bagi mazhab ini, studi komunikasi adalah
studi tentang teks dan kebudayaan.Metode studinya yang utama adalah
semiotika (ilmu tentang tanda dan makna) 4.
Semiologi merupakan ilmu tentang tanda yang berasal dari dua kata
Yunanisemeion dan logos.Semeionberati ”tanda” dan logos berarti ”kisah”.
Jadi ”semiologi” adalah ilmu atau catatan tentang tanda, seperti halnya
”biologi” adalah imu tentang makhluk hidup dan ”sosiologi” merupakan
3
4
Fiske John, Cultural and Comunication Studies, Yogyakarta : Jalasutra 2004
Ibid
3
ilmu tentang
masyarakat.
Awalnya,
semiologi
adalah ilmu
yang
dikembangkan dalam bidang bahasa.Namun dalam perkembangannya
semiologiakhirnya masuk dalam semua segi kehidupan manusia dan
digunakan untuk meneliti fenomena komunikasi5.
Kembali pada mazhab yang pertama tentang komunikasi disebut
sebagai “mazhab proses” yang melihat komunikasi sebagai transmisi
pesan.Pendekatan ini menurut Fiske, sangat tertarik dengan bagaimana
pengirim
dan
penerima
mengkonstruksi
pesan
(encode)
dan
menerjemahkannya (decode), dan dengan pada bagaimana transmitter
menggunakan media komunikasi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau
perantara.Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti
kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa
adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam
hubungannya satu sama lain 6. Media massa adalah sarana penyampai pesan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio,
televisi, dan surat kabar. Sehingga media massa dapat menjadi suatu sumber
informasi, hiburan, dan sarana promosi (iklan).
5
Malcolm Barnard. 1996: 115
Soehadi, 1978:38
6
4
Iklan adalah sesuatu berupa pesan yang setiap hari disajikan di
televisi, radio, atau pun gambar dan tulisan yang terpampang dijalan dan
media cetak yang setiap harinya kita semua terpapar dengan iklan-iklan
tersebut. Iklan diciptakan memang untuk mendorong atau pun membujuk
penonton dalam hal ini penonton yang menjadi target market atau dengan
kata lain iklan harus memiliki sifat persuasi. 7
Namun lebih dari itu iklan bukanlah hanya sekedar apa yang terlihat
oleh mata telanjang kita karena dalam sebuah iklan terdapat banyak sekali
tanda dan makna yang sengaja dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu.
Dalam sebuah iklan televisi ada tiga kekuatan inti yang menjadi motor
penggerak sehingga iklan televisi sangat diminati oleh konsumen
dibandingkan dengan iklan cetak atau pun radio. Iklan televisi mempunyai
narasi, suara dan visual sehingga dari ketiga hal tersebut dapat membentuk
sebuah sistem pertanda dan pemaknaan yang bekerja untuk mempengaruhi
konsumen dan kemudian menghadirkan pesan dalam bentuk verbal dan non
verbal sekaligus. 8
Sebagai sistem pertandaan, maka iklan menjadi sebuah bangunan
representasi. Iklan tidak semata-mata merefleksikan realitas tentang
manfaat produk yang ditawarkan, namun seringkali menjadi representasi
gagasan yang terpendam di balik penciptanya. Mengenai representasi ini
7
Fiske, John & John Hartley.Reading Television. London: Routledge. 2003
Burton, Graeme, Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kepada Kajian Televisi. Yogyakarta:
Jalasutra. 2007,
8
5
yang kemudian lebih menarik, karena di dalam iklan ada sebuah makna
sosiokultural dikonstruksi. Tampilan iklan di televisi senantiasa melibatkan
tanda dan kode. Setiap bagian iklan pun menjadi ”tanda” atau signs, yang
secara mendasar mengartikan iklan adalah sesuatu yang memproduksi
makna.
Tanda
berfungsi
mengartikan
atau
merepresentasikan
(menggambarkan) serangkaian konsep, gagasan atau perasaan sedemikian
rupa
yang
memungkinkan
seorang
penonton
untuk
men-decode
menginterpretasikan maknanya. Jika tanda adalah material atau tindakan
yang menunjuk sesuatu, maka kode adalah sistem di mana tanda-tanda
diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan dengan
yang lain. Dalam iklan kode-kode yang secara jelas dapat dibaca adalah
bahasa berupa narasi atau unsur tekstual, audio, dan audio visual9.
Iklan bekerja atas dasar identifikasi karena iklan hanya bekerja
ketika kita mengidentifikasi apa yang direpresentasikan oleh hayalan kita,
hayalan itu mengkonstruksi kitamelalui hubungan kita dengan mereka.
Makna adalah interpretasistereotip menetapkan makna yang diberikan
kepada kelompok-kelompok,misalnya gambaran orang kulit hitam yang
terbatas, memberikan efek pada apa yang dipahami masyarakat mengenai
orang kulit hitam dalam dunia nyata10.
9
Aminudin. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. 1998.
Simonin & Ruth, 1998, hal. 30
10
6
Gambaran memproduksi pengetahuan tentang bagaimana kita
melihatnya direpresentasikan, sehingga perjuangan untuk membuka praktik
stereotip kadang adalah sebuah perjuangan untuk meningkatkan perbedaan
celakanya semakin memperlihatkan identitas yang memungkinkan dari
orang-orang yang belum direpresentasikan sebelumnya. Ada kesulitan
tersendiri ketika ingin membalikkan stereotip negatif tersebut sebagaimana
juga sulit untuk mempertahankan atau memperbaiki representasi positif11.
Saat ini banyak masyarakat khususnya laki-laki yang dibanjiri oleh
bermacam iklan rokok yang hadir melalui televisi, radio, maupun media
lainnya. Bermacam produk rokok saling berlomba dalam melakukan
membujuk konsumen dan sebagainya itu membuat calon konsumen yang
melihat iklan menjadi tertarik untuk menggunakan produk tersebut, iklan
produk rokok tersebut dengan bentuk penawaran yang sedemikian rupa
memberikan pencitraan tersendiri dalam membentuk suatu frame dalam
masyarakat. Dalam hal ini pesan iklan yang efektif bagi para pengiklan dan
kreator iklan melalui penyampaian sisi kegentelan seorang
pemimpin,
yakni simbolisasi suatu produk yang merupakan suatu cara untuk membantu
khalayak dalam mencerminkan dirinya dengan menggunakan produk rokok
tersebut.
11
Ibid
7
Simbolisasi produk dalam iklan rokok L.A. Light merupakan sebuah
bentuk penyampaian kembali budaya dan nilai-nilai yang ada dan
realitanya, citra dalam iklan rokokyang menggambarkan suatu pemimpin
yang mau turun langsung kelapangan untuk bekerja membangun Negeri.
Dalam iklan ini terdapat ketimpangan sosial dimana rakyat Indonesia
selama inimelihat pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang mau
terjun langsung kelapangan tidak hanya bicara dan duduk di bangku
mewahnya, sehingga memberikan frame pada masyarakat bahwa citra
pemimpin yang di ingin kan rakyat Indonesia adalah mereka yang mau
bekerja secara maksimal. Dengan kata lain masyarakat Indonesia selalu
mengidam-idam kan sosok pemimpin yang harus memiliki peran sebagai
pelayan publik, bukan sebagai raja. Pemimpin atau pejabat politik sebaiknya
mau turun ke lapangan tanpa mendapat pengawalan atau protokoler yang
rumit.Seperti sesering mungkin menggunakan transportasi publik, atau ikut
mengantri layaknya warga biasa dengan tidak menggunakan pihak ketiga
atau stafnya.
Hal yang menarik dari fenomena tersebut adalah adanya upaya untuk
mendukung seseorang dengan memanfaatkan momentum pemilu sebagai
cara yang tepat. Iklan tersebut bisa diputar kapan saja, tidak mengenal
minggu tenang.Jadi bila di minggu tenang, iklan ini mau diputar puluhan
kali pun tidak melanggar aturan.Yang ada hanyalah efek mencuci otak
pemirsa televisi untuk memilih tokoh yang mau bekerja.Akhirnya, iklan
dapat menjadi alat pentransformasian kebudayaan karena dapat mengubah
8
nilai-nilai yang masih ada. Apabila perubahan yang terjadi adalah kearah
totemisme, maka dampak yang buruk itu akan menular kemasyarakat
perdesaan. Penularan perubahan nilai itu pada masa ini sangat mudah dan
cepat terjadi karna makin menonjolnya peran media massa, terutama media
televise. Masyarakat perkotaan biasanya menjadi panutan bagi masyarakat
perdesaan, yakni rujukan dalam hal pandangan tentang “kemajuan” 12.
Chris Barker menyatakan bahwa representasi merupakan kajian
utama dari Cultural Studies, artinya representasi berhubungan dengan
budaya dan media massa. Dalam hal ini, Barker mengungkap bahwa
representasi adalah kajian tentang bagaimana dunia dikonstruksikan secara
sosial kemudian disajikan pada kita dan dimaknai oleh kita sendiri.
Representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media terutama
media massa terhadap segala aspek realitas atau kenyataan seperti
masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi ini bisa
berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk
gambar bergerak atau visual13.
Charles S. Peirce (1986) menyebut semiotika tidak lain dari pada
nama lain bagi logika yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” sementara
bagi Ferdinand de seussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum tentang
tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam
masyarakat”. Dengan demikian, bagi peirce semiotika adalah suatu cabang
12
H. Hoed, Benny. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, Komunitas BambuDepok : 2011
Mudji Sutrisno 117
13
9
dari filsafat ; sedangkan bagi seussure semiologi adalah bagian dari disiplin
psikologi social. Di dalam perkembangan selanjutnya, semiotika banyak
dipengaruhi oleh strukturalisme dan pasca strukturalisme 14.
Barthes dalam karyanya menggunakan pengembangan teori tanda de
Saussure (penanda dan petanda) sebagai upaya menjelasakan bagaimana
kita dalam kehidupan bermasyarakat didominasi oleh konotasi.Konotasi
adalah pengembangan segi petanda (makna atau isi suatu tanda) oleh
pemakai tanda tanda sesuai dengan sudut pandangnya 15.
Sehingga Roland Barthes bisa dikatakan, Orang terpenting dalam
tradisi semiotika Eropa pasca Saussure. Pemikirannya bukan saja
melanjutkan pemikiran Saussure tentang hubungan bahasa dan makna,
namun ia justru melampaui Saussure terutama ketika ia menggambarkan
tentang makna ideologis dari representasi jenis lain yang ia sebut sebagai
mitos. Barthes melakukan terobosan penting dalam tradisi semiotika
konvensional yang dahulu pernah berhenti pada kajian tentang bahasa.
Semiotika a la
Barthes memungkinkan kajian semiotika mampu
menjangkau wilayah kebudayaan lain yang terkait dengan budaya politik
dan media massa. Bahkan dalam pandangan George Ritzer, Barthes adalah
pengembang utama ide-ide Saussure pada semua area kehidupan social16.
14
Budiman, Kris. Semiotika visual / Kris Budiman Buku Baik, Yayasan Seni Cemeti. Yogyakarta : 2003
H. Hoed Benny. Semiotik dan dinamika sosial budaya, Komunitas Bambu.Jakarta : 2011
16
Ritzer, 2003: 53
15
10
Dengan begitu dapat di katakan teori Roland Barthes adalah teori
semiotika yang cocok untuk mempresentasikan nilai-nilai budaya politik
dalam iklan L.A. Light versi cari yang kerja.
1.2 Fokus Penelitian
Simbolisasi produk dalam iklan rokok L.A. Light merupakan sebuah
bentuk penyampaian kembali budaya dan nilai-nilai yang ada dan
realitanya, citra dalam iklan rokok yang menggambarkan suatu pemimpin
yang mau turun langsung kelapangan untuk bekerja membangun negri.
Dalam iklan ini terdapat ketimpangan sosial dimana rakyat Indonesia
selama ini melihat pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang mau
terjun langsung kelapangan tidak hanya bicara dan duduk di bangku
mewahnya.
Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut : Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Budaya Politik Dalam
Iklan TVC L.A. LIGHTS Versi Cari yang Kerja dengan analisis Roland
Barthes?
11
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
representasi nilai-nilai budaya politik yang terdapat atau pun tergambar
dalam iklan TVC L.A. Lights versi “cari yang kerja”.
1.4 Manfaat Pendidikan
1.4.1 Manfaat Akademis
Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya
khasanah penelitian tentang makna dan bahasa visual iklan televisi
melalui analisis semiotika.
1.
Penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian
tentang makna dan bahasa visual iklan TVC melalui analisis
semiotika.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan, masukan
maupun sumbangan pemikiran dan ataupun sebagai studi
perbandingan di bidang komunikasi periklanan khususnya
bidang marketing komunikasi dan periklanan.
12
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi
pembaca agar lebih kritis dalam memaknai pesan yang disampaikan
oleh media terutama pesan yang disampaikan oleh pengiklan di
televisi.
1.4.3 Manfaat Sosial
Manfaat dari penelitian ini adalah agar bagi pembaca atau
masyarakat luas tidak menelan matang-matang dalam melihat isi
pesan dari setiap iklan yang dilihat.
Download