pengaruh pra studi taruna ( p2st ) terhadap perubahan tingkat

advertisement
PENGARUH PRA STUDI TARUNA ( P2ST ) TERHADAP PERUBAHAN
TINGKAT KESEIMBANGAN PADA TARUNA AKADEMI TEKNIK DAN
KESELAMATAN PENERBANGAN MAKASSAR
IMFACT OF PROGRAM PRE-STUDY FOR CADET ( P2ST )TOWARDS
STATIC AND DINAMIC BALANCE LEVEL OF FLIGHT SAFETY AND
ENGINERING ACADEMY STUDENT OF MAKASSAR
Immanuel Maulang 1, Ilhamjaya Patellongi2 , Mushawwir Taiyeb3,
1
Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
3
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Unversitas Negeri Makassar
Alamat Korespondensi:
Immanuel Maulang
Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Jalan Perintis Kemerdekaan, KM 10, Makassar
HP: 081 342 102 107
Email: [email protected]
1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh latihan P2ST terhadap perubahan tingkat keseimbangan statis dan
dinamis pada mahasiswa ATKP Makassar. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan studi
prospektif. Sampel yang diambil sebanyak 75 mahasiswa berumur antara 17-22 tahun. Penelitian ini
menggunakan pengukuran tingkat keseimbangan statis dan dinamis sebelum dan setelah mengikuti latihan P2ST
yang dilakukan selama 3 bulan. Data dianalisis melalui uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan tingkat keseimbangan statis dan dinamis mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti program latihan
P2ST. Berdasarkan uji-Wilcoxon = 0,000 (ρ < 0,05) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
latihan P2ST terhadap perubahan tingkat keseimbangan statis dan dinamis mahaasiswa ATKP. Program latihan
P2ST yang diikuti oleh mahasiswa ATKP mempengaruhi tingkat keseimbangan statis dan dinamis mahassiswa
ditandai dengan peningkatan tingkat keseimbangan statis dengan menggunakan Stork stand test dan
keseimbangan dinamis menggunakan One foot standing test, Dapat disimpulkan bahwa latihan P2ST mahasiswa
P2ST yang diprogramkan oleh ATKP menerapkan prinsip-prinsip latihan fisik yang benar.
Keywords: P2ST, tingkat keseimbangan statis dan dinamis, mahasiswa ATKP
Abstract
The research aimed at studying the Program Pre-Study for Cadet toward static and dynamic balance level at
Flight Safety and Enginering Academy Students of Makassar. This was an observational research with
prospective study design was carried out on as many as 75 subjects, 17 – 22 years old. The measurement of
static and dynamic balance level value was conducted on the subjects before and after attending the Program
Pre-Study for Cadet for 3 (three) months. The data obtained were analysed by Wilcoxon sign rank test. The
research result indicates that there is the static and dinamic balance level difference of Program pre study for
cadet before and after attending the program pre study for cadet. However, Wilcoxon sign rank test ρ = 0,000 (ρ
< 0,05) indicates that there is significant imfact of the program pre study for cadet on the static and dinamic
balance level change of the Flight Safety and Enginering Academy Makassar. The research result proves that
the program pre study for cadet attended by the Flight Safety and Enginering Academy Student influences the
static and dinamic balance level marked by the improvement of value static balance use stork stand test and
dynamic balance use one foot standing test. Therefore, it can be concluded that the program pre study for cadet
on the flight safety and enginering academy students which is programed by the flight safety and engineering
academy applies the proper physical training principles.
Keywords:
Program Pre-Study for Cadet, static and dinamic balance level, Flight Safety and Enginering
Academy Student.
2
PENDAHULUAN
Beraktivitas fisik atau bergerak adalah hal yang paling vital dalam proses kehidupan
manusia, karena salah satu komponen utama kehidupan manusia adalah ketika manusia
tersebut bergerak. Untuk dapat bergerak bebas maka di butuhkan tingkat kebugaran yang baik
sehingga seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa disertai oleh kelelahan
yang berarti. Adapun unsur-unsur kebugaran terdiri dari daya tahan (endurance), tingkat
keseimbangan statis dan dinamis (strength), daya ledak otot (power), ketangkasan (agility),
kelenturan (fleksibility) dan keseimbangan (balance).
Pada setiap aktivitas tubuh atau bergerak maka tubuh akan selalu membutuhkan
keseimbangan baik secara statis maupun dinamis sehinga menempatkan posisi tubuh manusia
menjadi stabil dan mengurangi resiko terjatuh. Ketika kontrol keseimbangan terganggu maka
akan mengakibatkan hilangnya kualitas hidup seseorang, seperti hilangnya rasa percaya diri
dalam beraktifitas karena adanya rasa takut akan terjatuh, patah tulang, cidera kepala serta
kecelakaan lainnya akibat terjatuh. Sehingga akan menurunkan kualitas hidup dan
meningkatkan ketergantungan seseorang kepada orang lain. (Setiahardja 2005). Selain hal
tersebut diatas, gangguan keseimbangan juga dapat mengakibatkan kesulitan melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri. Gangguan keseimbangan dibagi menjadi dua yaitu statik
(saat diam misalnya duduk, berdiri) dan dinamik (saat melakukan gerakan atau aktifitas yang
bertujuan). Keduanya diperlukan sebagai landasan dalam melakukan mobilisasi dan gerakan
volunter yang bertujuan. Menurut Dawn A Skeleton 2001 menyebutkan bahwa untuk
memperbaiki kualitas otot, keseimbangan dan koordinasi maka diperlukan latihan fisik yang
teratur. Latihan fisik yang terencana dan terstruktur dimana gerakan badan yang berulangulang bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara komponen kebugaran, salah satunya
adalah dapat
memelihara stabilitas postural, kekuatan, ketahanan, densitas tulang dan
kemampuan fungsional dan juga dapat mencegah cidera berulang
Hasil penelitian Rhonda Orr (2006) yang dilakukan kepada suatu komunitas yang
berjumlah 112 dengan melakukan latihan daya ledak yang memiliki intensitas rendah
menunjukkan terjadinya peningkatan tingkat keseimbangan tubuh. Hasil penelitian Michael
D. Delp (2001) menunjukkan bahwa dengan adanya aktifitas fisik yang teratur maka dapat
meningkatkan kerja fungsi kontrol motorik berupa peningkatan koordinasi dan keseimbangan,
memelihara sirkulasi darah, tekanan darah, homeostasis dan temperatur tubuh.
Penelitian tentang keseimbangan ini juga telah dilakukan oleh Zefer Gunendi 2008
mengemukakan bahwa dengan latihan fisik berupa latihan aerobik selama 4 minggu kepada
3
wanita pre dan post menopause menunjukkan adanya perbaikan yang sangat signifikan
terhadap keseimbangan statis dan dinamis kepada seluruh wanita tersebut. Banyak faktor
resiko cidera yang bisa terjadi hanya diakibatkan oleh adanya ketidak stabilan postural yang
semata-mata terkait dengan kurangnya aktifitas atau terjadi degenerasi pada otot dan fungsi
tubuh. Latihan fisik yang dilakukan seharusnya bisa memperbaiki kualitas keseimbangan
seseorang. Seperti halnya yang terjadi di suatu lembaga pendidikan yang sifatnya semi
militer, misalnya pada institusi ATKP (Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan
Makassar). Di lembaga ini setiap Taruna/Taruni dituntut kesiapan mental dan fisik baik dalam
menjalani proses pendidikan maupun setelah bekerja nantinya. Untuk persiapan mental dan
fisik pada taruna maka dibuatlah suatu bentuk basis latihan fisik yang terencana dan
terstruktur untuk melatih kesiapan mental dan fisik dalam proses masa studi maupun dalam
mengerjakan profesinya yang memiliki tingkat resiko tinggi
Dari Observasi yang dilakukan di Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan
Makassar, didapatkan bahwa sekitar 100 taruna baru angkatan 2011 yang akan mengikuti
persiapan kegiatan latihan Program Pra Studi Taruna (P2ST), dimana pada kegiatan tersebut
terdiri dari beberapa aktivitas-aktivitas fisik dan olahraga seperti, latihan baris berbaris,
jogging, scout jump, push-up, dan lain lain yang dilakukan selama 3 bulan karantina. Oleh
karena itu maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang sejauh mana ”Pengaruh Latihan Fisik
Terhadap Perubahan tingkat keseimbangan pada taruna Akademi Teknik dan Keselamatan
Penerbangan Makassar Tahun 2011”.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh latihan Program Pra Studi
Taruna (P2ST) Terhadap perubahan tingkat keseimbangan pada Taruna Akademi Teknik
dan Keselamatan Penerbangan Makassar. adapun tujuan khususnya adalah untuk mengetahui
tingkat keseimbangan Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan Makassar sebelum
dan setelah Program Pra Studi Taruna (P2ST) serta untuk mengetahui pengaruh program pra
studi Taruna (P2ST) terhadap perubahan tingkat keseimbangan pada Taruna Akademi Teknik
Keselamatan Penerbangan Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan di kampus Akademi Teknik Dan Keselamatan
Penerbangan (ATKP) Makassar. Penelitian dimulai pada bulan september 2011 sebelum
pelaksanaan Program Pra Studi Taruna sampai pada bulan Desember 2011 setelah
pelaksanaan Program Pra Studi Taruna yang dilaksanakan selama 3 bulan.
4
Populasi dan Teknik Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Taruna/Taruni Akademi Teknik dan
Keselamatan Penerbangan Makassar yang mengikuti P2ST.
Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan
sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta kriteria Drop Out.
Instrumen Pengumpul Data
Pengukuran keseimbangan pada responden dilakukan dengan mengukur keseimbangan
statis menggunakan Stork Stand Test dan Keseimbangan dinamis menggunakan One Foot
Standing Balance Test. Pemeriksaan tingkat keseimbangan statis dan dinamis subyek
dilakukan di ATKP Makassar
Analisa Data
Data yang terkumpul diolah melalui program komputer dengan analisa data sebagai
berikut: Untuk mengetahui adanya perubahan tingkat keseimbangan statis dan dinamis pada
mahasiswa ATKP sebelum dan setelah mengikuti latihan P2ST dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif frekuensi. Untuk mengetahui dan memperlihatkan adanya pengaruh latihan
P2ST terhadap keseimbangan statis dan dinamis mahasiswa ATKP Makassar dengan
menggunakan uji-Wilcoxon.
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 75 taruna yang menjadi subyek penelitian, umur
terbanyak adalah 18 tahun, sebanyak 31 orang (41,3%)
Analisis Bivariat
Tabel 2 menunjukkan pada pre test terdapat 3 orang yang memiliki tingkat
keseimbangan statis dalam kriteria baik sekali menjadi 22 orang pada post test. Dari 22 orang
yang memiliki tingkat keseimbangan baik sekali pada post test berasal dari 3 orang yang pada
pre test dalam kriteria baik sekali, 8 orang yang pada pre test dalam kriteria baik dan 11 orang
yang pada pre test dalam kriteria sedang. Pada pre test kategori baik terdapat 14 orang
menjadi 20 orang pada post test. Dari 20 orang yang pada post test dalam kategori baik,
berasal dari 6 orang pada kriteria baik, 11 orang dari kriteria sedang dan 3 orang dari ketegori
kurang. Pada pre test kategori sedang terdapat 39 orang menjadi 23 orang pada post test. dari
23 orang yang pada post test dalam kategori sedang, berasal dari 17 orang pada kriteria
sedang dan 6 orang dari kategori kurang. Pada pre test kategori kurang terdapat 19 orang
menjadi 10 orang pada post test.
5
Tabel 3 menunjukkan pada pre test terdapat 55 orang yang memiliki tingkat
keseimbangan dinamis dalam kriteria baik sekali menjadi 70 orang pada post test. Dari 70
orang yang memiliki tingkat keseimbangan baik sekali pada post test berasal dari 55 orang
yang pada pre test dalam kriteria baik sekali, 12 orang yang pada pre test dalam kriteria baik
dan 3 orang yang pada pre test dalam kriteria sedang. Pada pre test kategori baik terdapat 15
orang menjadi 4 orang pada post test. Dari 4 orang yang pada post test dalam kategori baik,
berasal dari 2 orang pada kriteria baik dan 2 orang dari kriteria sedang. Pada pre test kategori
sedang terdapat 5 orang menjadi 1 orang pada post tes.
Tabel 4 menunjukkan perubahan tingkat keseimbangan statis, dimana post test
meningkat dari pre test. tabel di atas menunjukkan bahwa pada pre test median keseimbangan
statis dalam kriteria cukup dan pada post test menjadi kriteria cukup menjadi kriteria baik.
Keseimbangan statis menunjukkan bahwa nilai median keseimbangan statis sebelum P2ST
adalah 3 dan setelah latihan P2ST adalah 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
perubahan bermakna keseimbangan statis sebelum dan setelah latihan P2ST (ρ=0,000).
Tabel 5 menunjukkan perubahan tingkat keseimbangan dinamik, dimana post test
lebih meningkat dari pre test. tabel di atas menunjukkan bahwa pada pre test median
keseimbangan dinamis mencapai kriteria sangat baik menjadi dan pada post test mencapai
kriteria sangat baik. Keseimbangan dinamis pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
median keseimbangan dinamis sebelum P2ST adalah 1 dan setelah latihan P2ST adalah 1.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perubahan bermakna keseimbangan dinamis
sebelum dan setelah latihan P2ST (ρ=0,000).
PEMBAHASAN
Karakteristik Subyek
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pra Studi Taruna terhadap
Perubahan Tingkat Keseimbangan Statis dan Dinamis pada taruna ATKP Makassar.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dibatasi pada sampel laki-laki untuk menghindari hasil
yang bias dan jika ditinjau dari segi fisiologis terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan khususnya pada ukuran dasar otot yang mana diakibatkan oleh selain faktor
hereditas, ditambah kadar sekresi testoteron yang ada pada pria akan menyebabkan otot lebih
besar daripada wanita. Sekresi testosteron pada pria dapat menyebabkan sintesis protein yang
lebih banyak sehingga menyebabkan peningkatan massa otot. Sedangkan pada wanita, selama
pubertas kelenjar pituitary anterior akan mengeluarkan hormon FSH dan LH yang lebih
6
banyak mensintesis lemak, sehingga tidak mempengaruhi peningkatan massa otot. Dengan
demikian, laki-laki umumnya memiliki massa otot lebih besar daripada perempuan.
Data pada tabel 1 menunjukkan rentang umur terbanyak
adalah 18 tahun sebanyak 31
(41,3%) dimana umur tersebut merupakan usia sekolah di perguruan tinggi
Berdasarkan Program latihan selama masa latihan P2ST ATKP, selain aktifitas fisik yang
diberikan setiap hari berupa latihan baris berbaris, jogging, scout jump, push-up, para Taruna
juga diberikan beberapa olahraga pilihan yang disesuaikan dengan peminatan setiap Taruna
selama masa karantina
Khusus untuk kegiatan olahraga di ATKP Makassar telah memenuhi dosis yang adekuat
karena batas minimal untuk intensitas dan waktu pelaksanaa olahraga kesehatan agar dapat
menghasilkan manfaat, khususnya dapat meningkatkan kemampuan fungsional perangkat
pendukung gerak diselenggarakan 3-5 x/minggu (minimal 2x/minggu). Sedangkan aktifitas
fisik secara teratur yang dilakukan 30 menit dalam sehari, dalam waktu 3 bulan kedepan akan
terasa hasilnya, diantaranya menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.
Latihan P2ST memberikan pengaruh yang bermakna terhadap keseimbangan statis dan
keseimbangan dinamis melalui uji wilcoxon dengan nilai ρ=0,000 untuk keseimbangan statis
dan ρ=0,000 untuk keseimbangan dinamis. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis yang bermakna. Penelitian ini
dilakukan pada mahasiswa taruna ATKP yang berminat pada cabang olahraga yang
memerlukan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Cabang olahraga dalam
penelitian ini adalah Basket, Bulu Tangkis, Futsal, Sepaktakraw, dan Volly.
Keseimbangan dipengaruhi oleh 3 faktor, diantaranya : bidang tumpuan, letak titik berat
tubuh dan garis letak. Bidang tumpuan adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak tubuh,
baik dilantai, tanah, kursi , meja, tali atau tempat lainnya. Semakin luas dasar atau bidang
tumpuan tersebut akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh. Posisi berbaring adalah posisi
paling stabil atau mantap dibandingkan posisi duduk atau berdiri, sebab bidang tumpuannya
paling luas, seluas tubuh.
Letak titik berat tubuh. Titik berat tubuh manusia kira-kira terletak setinggi sepertiga
bagian atas tulang sacrum, kalau tubuh dalam posisi berdiri tegak (berdiri anatomis). Semakin
rendah atau dekat letak titk berat tubuh terhadap bidang tumpuan, akan semakin mantap atau
stabil posis tubuh. Pada posisi berbaring titik berat tubuh akan rendah yakni letaknya
mendekati bidang tumpuan dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau melompat keatas
sehingga posisi tubuh berbaring akan lebih mantap dibandingkan dengan posisi duduk atau
berdiri
7
Letak garis letak tubuh. Garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik pusat
bidang tumpuan. Garis berat tubuh ini sering disebut garis gravitasi, sebuah garis vertikal
(tegak lurus) imajiner melalui titik berat tubuh. Semakin dekat letak garis berat tubuh dengan
titik pusat bidang tumpuan, apalagi melaluinya akan semakin stabil posisi tubuh. Dalam posisi
berdiri, garis berat tubuh akan melalui titik berat tubuh dan juga titik pusat bidang tumpuan.
Oleh sebab itu posisi berdiri tegak lebih stabil dibandingkan dengan posisi badan condong
kedepan, belakang atau samping (Halim Ichsan Nur, 2004)
Disamping faktor diatas, keseimbangan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas otot dan kecepatan. Faktor-faktor ini dapat
diperbaiki dengan latihan fisik rutin yang dikenal dengan nama latihan PS2T. Latihan fisik
dapat meningkatkan kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas otot dan kecepatan
Khususnya otot skeletal, program latihan dapat menyebabkan hipertrofi. Kebanyakan
hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan diameter serat otot daripada oleh peningkatan
jumlah serat, tetapi hal ini tidak semuanya benar karena beberapa serat otot yang sangat
membesar diyakini di tengah, di seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang
seluruhnya baru, sehingga sedikit meningkatkan jumlah seratnya.
Perubahan yang terjadi di dalam serat otot yang hipertrofi itu sendiri meliputi: (1)
peningkatan jumlah myofibril, sebanding dengan derajat hipertrofi; (2) peningkatan
komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin sebanyak 60 sampai
80 persen; (4) peningkatan cadangan glikogen sebanyak 50 persen. Akibat semua perubahan
ini, kemampuan sistem metabolik aerobik dan anaerobik meningkat, terutama meningkatkan
kecepatan oksidasi maksimum dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen
(Guyton and Hall, 2006).
Selain faktor hipertrofi, kekuatan juga di pengaruhi oleh inhibisi neuromuskular.
Inhibisi neural dapat terjadi sebagai hasil dari umpan balik neural dari berbagai reseptor otot
dan sendi yang dapat mengurangi produksi tenaga. Misalnya, inhibisi terjadi pada golgi tendo
organs yang bekerja sebagai mekanisme proteksi, mencegah harmfull tenaga otot selama
usaha maksimal atau hampir maksimal. Jika pola aktivasi neural ini dikurangi, disinhibisi
dapat terjadi dan kemampuan menghasilkan kekuatan meningkat, dukungan terhadap
pendapat ini dapat dilihat pada penelitian Aagard dan kolega, (Bompa, 1999). Dimana setelah
latihan berat selama 14 minggu, dapat menurunkan respon inhibisi neuromuscular. Hasil
penurunan inhibisi neuromuscular dapat dijelaskan sebagai peningkatan kemampuan
menghasilkan kekuatan sebagai hasil dari dari training.
8
Latihan yang teratur memicu perubahan-perubahan metabolik didalam serat oksidatif,
yaitu serat yang terutama direkrut selama olahraga aerobik.Jumlah mitokondria dan jumlah
kapiler yang menyalurkan darah ke serat-serat tersebut meningkat. Otot-otot yang telah
beradaptasi dapat menggunakan O2 secara lebih efisien dan karenanya lebih tahan melakukan
aktivitas berkepanjangan tanpa kelelahan. Namun, tidak disertai perubahan ukuran otot
(Sherwood, 2011).
Pada otot juga terjadi peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria sehingga dapat
meningkatkan kapasitas otot untuk membangkitkan ATP secara aerobik. Selain itu terjadi
peningkatan konsentrasi mioglobin dalam otot yang dapat meningkatkan kecepatan
transportasi oksigen dan kecepatan difusi oksigen pada mitokondria. Perubahan yang terjadi
adalah penurunan kecepatan deplesi glikogen otot pada level kerja sub maximal. Hal ini
disebabkan karena
peningkatan kapasitas memobilisasi dan mengoksidasi lemak,
peningkatan mobilisasi lemak dan enzim-enzim metabolik, Disamping itu terjadi penurunan
level asam laktat di dalam darah, berkurangnya fosfokreatin dan ATP dalam otot skeletal.
Hal ini akan diikuti oleh peningkatan kemampuan untuk mengoksidasi karbohidrat karena :
Meningkatnya potensial oksidatif didalam mitokondria dan peningkatan simpanan glikogen
didalam otot (Guyton and Hall, 2006).
Kemampuan kontraksi otot bergantung pada energi yang yang disediakan oleh ATP.
Jumlah ATP yang tersedia dalam otot,bahkan otot yang terlatih dengan baik, hanya cukup
mempertahankan daya otot yang maksimal selama kira-kira 3 detik. Untuk itu dibutuhkan
sistem metabolisme agar ATP tetap terbentuk (Guyton & Hall, 2006).
Latihan yang dilakukan didalamnya terdapat latihan yang peregangan yang bertujuan
meningkatkan fleksibilitas. Penelitaian William (1994) mempelajari efek peregangan statis
terhadap fleksibitas otot hamstring, penelitian ini membandingkan efek peregangan statis
dengan durasi, 15 detik, 30 detik dan 60 detik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
latihan peregangan dengan durasi 30 detik dan 60 detik lebih efektif dari peregangan 15 detik
dan peregangan 30 detik dan 60 detik tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam
meningkatkan fleksibilitas.
Ketika otot diregangkan dan memanjang, kekuatan peregangan ditransmisikan ke serat
otot melalui jaringan ikat (endomysium dan perimysium) di dalam dan sekitar serat. Ini
adalah hipotesis bahwa interaksi molekul menghubungkan elemen-elemen nonkontractile ke
unit kontraktil otot, sarcomere. Selama peregangan pasif transduksi kekuatan kedua
longitudinal dan lateral terjadi. Ketika awal memanjang terjadi di SEC, ketegangan meningkat
tajam. Setelah itu, ada perubahan mekanik (dipengaruhi oleh perubahan saraf dan biokimia)
9
dari cross bridge sebagai pergeseran filamen terpisah, yang menyebabkan pemanjangan tibatiba dari sarkomer, kadang-kadang disebut sebagai penambahan sarkomer. Ketika peregangan
dilepaskan, sarkomer individu kembali ke posisi semula, mereka length Sebagaimana dicatat
sebelumnya, kecenderungan otot untuk kembali ke istirahat panjang setelah peregangan
singkat disebut elastisitas. Jika kenaikan panjang yang lebih permanen (plastik) yang terjadi,
kekuatan peregangan harus dijaga selama jangka waktu tertentu (Caroline, 2002).
Perubahan anatomis terhadap latihan otot akan menyebabkan otot membesar.
Pembesaran otot ini terjadi oleh karena membesarnya serabut-serabut otot (hypertrofi otot),
bertambahnya jumlah kapiler didalam otot (kapilarisasi otot) serta bertambahnya jumlah
jaringan ikat di dalam otot.
Bertambahnya unsur kontraktil didalam serabut otot menyebabkanmeningkatnya
kekuatan kontraksi otot ( kekuatan aktif dan pasif otot) yaitu otot menjadi lebih kuat dan tahan
terhadap regangan.
Perubahan
biokimia
terhadap
latihan
meliputi
bertambahnya
jumlah
PC
(phosphocreatine), glikogen otot 2-3 kali lebih banyak (50%), mioglobin dan enzym-enzym
yang penting untuk proses aerobik (enzym-enzym oksidatif) yang terdapat didalam
mitokondria yang dapat meningkat 2x lipat (120%). Sedangkan perubahan fisiologi
ditunjukkan oleh bertambahnya kekuatan dan daya tahan statis, daya tahan dinamis dan
kecepatan transmisi neuromuskular. Akibat semua perubahan ini, kemampuan sistem
metabolik aerob dan anaerob meningkat, terutama meningkatkan kecepatan oksidasi
maksimum dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen (Guyton and Hall,
2006).
Hasil penelitian Rhonda Orr 2006 yang dilakukan kepada suatu komunitas yang
berjumlah 112 dengan melakukan latihan daya ledak yang memiliki intensitas rendah
menunjukkan terjadinya peningkatan tingkat keseimbangan tubuh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Program Pra Studi Taruna (P2ST) selama tiga bulan meningkatkan tingkat keseimbangan
statik dan dinamis calon taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP)
Makassar angkatan 2011/2012 dengan nilai p=0,000
Untuk meningkatkan kebugaran fisik terkait peningkatan tingkat keseimbangan statik dan
dinamis disarankan untuk memberikan latihan-latihan spesifik yang dapat meningkatkan
keseimbangan berupa latihan pembebanan ataupun latihan pliometrik. Kepada Instansi ATKP
Makassar, disarankan untuk melakukan pengukuran awal tingkat kesegaran jasmani terkait
10
keseimbangan terhadap Calon Taruna untuk membuat klasifikasi berdasarkan hasil kriteria
keseimbangan yang didapatkan, sehingga diharapkan untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berkompetensi yang mampu mengevaluasi setiap kegiatan fisik yang dilakukan
oleh taruna ATKP Makassar. Untuk Taruna yang masuk kriteria Sedang kebawah sudah
sangat ideal dengan dosis latihan yang diterapkan dalam P2ST mengingat kelompok ini
sebagian besar mengalami peningkatan yang signifikan, demikian pula untuk taruna yang
masuk pada kriteria baik keatas. Kepada Taruna ATKP Makassar, disarankan agar betul-betul
serius dalam menjalani program P2ST, dan diperlukan seorang pelatih/instruktur yang dapat
mengawasi dan memantau penuh setiap mahasiswa selama menjalani P2ST. Kepada peneliti
selanjutnya, perlu dilakukan penelitian yang lebih besar yang menghubungkan semua
komponen kebugaran fisik sebagai satu kesatuan indikator kebugaran fisik dan juga
diharapkan dapat meneliti faktor tingkat stress pada calon taruna ATKP Makassar karena
merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kebugaran fisik seseorang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gunendi Zafer at all (2008) The effect of 4-week aerobic exercise program on postural
balance in postmenopausal women with osteoporosis, Ankara, Turkey
Guyton and Hall (2006) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta
2003; Biokimia Harper. Edisi 25. EGC; Jakarta
Halim Ichsan Nur (2004) Tes dan Pengukuran kesegaran Jasmani- cet. 1
Universitas Negeri Makassar,Makassar
Kisner Caroline and Colby (2002) Therapeutik Exercise Foundation and Technique, 5th
edition. F A davies Company Philadhelpia, USA
Lauralee Sherwood (2011) Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Penerbit Buku kedokteran,
EGC,
Orr Rhonda at all (2006) Power Training Improves Balance in Healthy Older Adults, Journal
of Gerontology Society of America, Washington, DC
Setiahardja,Andi Sugiarto (2005) Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan
Sehari-hari pada Lansia di Panti Werdha Pelkris Elim, Semarang
Sihvonen Sanna (2004) Postural Balance and Aging “Cross-sectional Comparative Studies
and a Balance Training Intervention”, Finlandia
Skeleton Dawn A (2001) Effect of physical activity on postural stability, Journal of British
Geriatrics Society, UK
Tudor O Bompa (2009) Periodization, Theory and Methodology of Training, Fifth Edition,
Human Kinetics, USA
12
Download