INFORMASI SINGKAT BENIH No.171, Desember 2013 Asteromyrtus symphyocarpa (F. Muell) Craven Taksonomi dan Tatanama Genus : Asteromyrtus Species : Asteromyrtus symphyocarpa (F.Muell) Craven Nama lokal : Liniment Tree (Inggris), Lu (suku Marori Men-Gey) Ru (suku Kanum), Bus Putih (Dusun Bembi), mol atau weri-weria (Papua Nugini) Penyebaran dan Habitat Asteromyrtus symphyocarpa ini merupakan tanaman sejenis kayu putih khas dari kepulauan Papua termasuk Papua Nugini. Di Papua vegetasi ini banyak ditemukan di kawasan TN Wasur yang meliputi beberapa tipe hutan meliputi hutan savana, hutan monsoon, hutan riparian, hutan mangrove dan hutan pantai. Sebaran jenis A. Symphyocarpa hampir tersebar merata diseluruh tipe tanah, tetapi umumnya dominan tumbuh pada jenis tanah Kambisol. Deskripsi Botani Perawakan pohon berukuran kecil sampai sedang, tingga mencapai 5 - 12 m dengan bentuk tajuk yang menjuntai. Batang silindris, sering berlekuk, diameter setinggi dada dapat mencapai 20 cm, pertumbuhan batang sympodial, permukaan kulit batang beralur tak beraturan, berwarna hitam kelabu. Gambar 1. Habitus Pohon Sumber foto: Dokumentasi BPTH 2009 Daun tunggal bentuknya lanset, panjangnya 2,5 – 8 cm, lebar 1 – 1,5 cm, ujung daun tumpul hingga runcing, tepi daun rata, pangkal daun lancip, terdapat domatia pada ketiak daun, susunan daun tersebar/spiral, permukaan atas dan bawah daun gundul atau licin, terdapat 5 – 7 urat daun longitudinal, terdapat sel-sel minyak bila diterawang pada cahaya terang atau dilihat dengan kaca pembesar/loup. Bunga berwarna kuning yang tersusun dalam kelompok berbentuk bulatan berdiameter ± 1 cm, terdapat 5 bunga dalam bulatan, biasanya muncul pada bagian ranting yang sudah tua atau pada bekas daun yang telah gugur. Buah kapsul tersusun bersama dalam satu kumpulan yang membentuk bulatan berdiameter ± 1 cm, berwarna coklat kehitaman. Gambar 2. Bentuk bunga, daun dan buah Sumber foto : Winara. A, dkk tahun 2012 Kegunaan A. sympiocarpa disamping dimanfaatkan sebagai minyak kayu putih, bagian daun pun dimanfaatkan oleh suku Kanum sebagai obat tradisional yaitu obat malaria dan flu. Sementara itu masyarakat adat di PNG memanfaatkan pula jenis A. sympyocarpa sebagai obat flu, batuk, sakit perut dan keseleo (CSIRO, 2002) dalam Winara.A, dkk (2012). Brophy dan Doran (1996), jenis Balai Perbenihan Tanaman Hutan Maluku dan Papua A.symphyocarpa potensial dimanfaatkan sebagai kayu bakar, kayu pagar, tumbuhan penahan erosi dan revegetasi bagi lahan bekas tambang. Perkecambahan Perkecambahan secara generatif Benih sebelum ditabur sebaiknya dicampur pasir halus yang steril.Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang. Untuk menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik transparan (sungkup). Penyiraman setiap pagi dan sore. Setelah ± 5 hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk dipindah ke bedeng sapih. Perkecambahan secara vegetatif menggunakan stek pucuk Materi stek pucuk diambil dari tunas muda dengan cara memotong daunnya dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat penguapan. Pemangkasan dan penanaman stek dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 10 pagi) kemudian dicelupkan pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 50% sekitar 30 detik .Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang disusun dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping biayanya relatif murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu sebesar 57%. Pembibitan Setelah bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan. Penyiraman halus (kabut) dengan menggunakan pompa sprayer (nozel halus), mengingat tinggi bibit rata-rata 1 cm, dan mudah roboh. Setelah 2-3 bulan dipersemaian bibit dapat ditanam di lapangan. Analisa Hasil Dan Kualitas Minyak kayu Putih Jenis A. sympyocarpa menghasilkan rendemen minyak kayu putih sebesar 1,07. Lebih lanjut disebutkan bahwa jenis A. symphyocarpa memiliki kualitas yang memenuhi standar kualitas minyak kayu putih berdasarkan SNI 06-3954-2006. Berdasarkan kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih jenis Asteromyrtus symphyocarpa termasuk dalam kualitas U (Utama), yaitu kadar sineol > 50%. Kadar sineol jenis penghasil minyak kayu putih ini bahkan lebih tinggi (68% - 80%) dari minyak kayu putih (Melaleuca cajuputi) dari Pulau Buru yang hanya mendekati 52% (Winara.A, dkk tahun 2012). Daftar Pustaka Brophy, JJ and J.C. Doran. 1996. Essential Oil of Tropical Asteromyrtus, Callistemon and Melaleuca Species. ACIAR. Canberra. Buletin Pemuliaan Pohon.P3BPTH, Yogyakarta. Siagian, Y.Togu. dan hamdan A.A. 2001.Daya Pertunasan Cabang dan Keberhasilan StekPucuk Jenis Melaleuca cajuputi Pada Beberapa Macam Media. Buletin Pemuliaan Pohon. P3BPTH. Yogyakarta Kantarli, Mustafa. 1993. Vegetatif Propagation of Dipterocarpaceae by Cuttings in ASEAN Region. ASEANCanada Forest Tree Seed Centre Project. Thailand. Winara,A; dkk 2012. Kajian Potensi Minyak Kayu Putih Di Taman Nasional Wasur Papua, Badan Litbang Kehutanan dan Kementerian Riset dan Teknologi. Laporan Hasil Penelitian Kementerian Riset dan Teknologi. Jakarta.Tidak diterbitkan. DISIAPKAN OLEH BPTH MALUKU DAN PAPUA Penulis : Ambar Dwi Suseno, S.Hut BPTH MALUKU DAN PAPUA Jl. Kebun Cengkeh Gedung Pamahanu Ewang Lt.I Eks. Ambon Telp/Fax (0911) 354369 Kode Pos 97128 E-Mail. [email protected] Website: bpthmalukupapua.dephut.go.id Balai Perbenihan Tanaman Hutan Maluku dan Papua