Nystatin merupakan obat yang termasuk kelompok obat yang disebut antijamur (antifun9gal). Bubuk kering, tablet hisap, dan bentuk cair dari obat ini digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada mulut. Nystatin hanya dapat tersedia dengan resep dokter. Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan berikut: 1. Kapsul 2. Tablet 3. Suspensi Indikasi 1. Candidiasis usus 2. Candidiasis orofaringeal 3. Candidiasis mulut 4. Profilaksis candidiasis 5. Untuk pencegahan bagi pasien yang rentan infeksi jamur topikal Kontraindikasi Pasien yang hipersensitif terhadap Nystatin Dosis obat ini akan berbeda pada setiap pasien, maka ikutilah petunjuk dokter atau petunjuk pada label. Jumlah obat yang dikonsumsi pasien tergantung pada kekuatan obat. Jumlah dosis setiap hari, waktu yang diberikan antara dosis, dan lama waktu mengonsumsi obat ini juga tergantung pada masalah medis yang dialami pasien. Informasi berikut hanya mencakup dosis rata-rata obat ini. Jika dosis yang telah digunakan berbeda, jangan mengubah dosis kecuali dokter yang menginstruksikannya. 1. Untuk bentuk teblet a. Dewasa dan anak > 5 tahun 1 atau 2 tablet hisap atau 1 tablet 3-5 kali sehari sampai 14 hari b. Anak-anak 0-5 tahun Anak-anak dalam usia ini mungkin tidak dapat menggunakan tablet hisap atau tablet dengan aman. Anak pada usia ini lebih baik mengonsumsi Nystatin dalam bentuk suspensi. 2. Untuk bentuk sediaan suspensi a. Dewasa dan anak > 5 tahun 4-6 ml (sekitar 1 sendok teh) 4 kali sehari b. Balita 2 ml 4 kali seharic. Untuk bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah 1 ml 4 kali sehari Efek Samping Seiring dengan efek yang diperlukan, obat dapat menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan. Meskipun tidak semua efek samping dapat terjadi, namun jika terjadi, mungkin memerlukan perhatian medis. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi biasanya tidak perlu perhatian medis. Efek samping ini dapat hilang selama pengobatan karena tubuh akan dapat menyesuaikan diri dengan obat. Dokter mungkin juga dapat memberitahu tentang cara untuk mencegah atau mengurangi beberapa efek samping. Segera hubungi dokter jika terjadi efek samping, antara lain: 1. Diare 2. Mual atau muntah 3. Nyeri Perut Penyimpanan 1. Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar, jauh dari panas, kelembaban, dan cahaya langsung. 2. Jauhkan dari pembekuan. 3. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. 4. Jangan menyimpan obat jika tidak diperlukan lagi atau menyimpan obat kadaluwarsa. 5. Bentuk tablet hisap dari obat ini sebaiknya disimpan di dalam kulkas. Sumber: MayoClinic, Epharmapedia Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Hal ini karena amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi. Setiap tahun, Indonesia mengimpor bahan baku amoksisilin hingga 2.600 ton untuk diolah dan dipasarkan sebagai obat generik maupun obat merek seperti Bintamol, Corsamox, Dexymox, Farmoxyl, Bellacid, Kalmoxillin, Lapimex, Ethimox, Opimox, Ospamox, Robamox, Wiamox, Amoxsan, Hufanoxyl, Yusimox, dll. Amoksisilin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, dan tenggorokan, gigi, saluran genitourinaria, kulit dan struktur kulit, dan saluran pernapasan bawah oleh Streptococcus spp, S. pneumoniae, Staphylococcus spp, H. influenzae., E. coli, P. mirabilis, atau E. faecalis. Amoksisilin juga bermanfaat untuk pengobatan gonore akut tanpa komplikasi oleh N. gonorrhoeae. Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok penisilin. Selain amoksisilin, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah ampicillin, oxacillin, carbenicillin dan piperacillin. Semua penisilin bekerja dengan mekanisme yang serupa. Zat aktif dalam amoksisilin, beta-laktam, mencegah sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat berkembang biak. Dosis pengambilan Anda dapat mengambil tablet/kapsul/sirup amoksisilin sebelum, selama atau sesudah makan. Dosis amoksisilin umumnya adalah sebagai berikut: Dewasa, remaja, dan anak-anak (berat> = 40 kg): 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 8 jam. Anak-anak dan bayi> 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari, diberikan dalam dosis sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam. Neonatus dan bayi <= 3 bulan: dosis maksimum yang disarankan adalah 30 mg / kg / hari, diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam. Dosis dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan infeksi, ada/tidaknya resistensi antibiotik, lokasi infeksi, tujuan sebagai pencegahan (profilaksis) atau pengobatan, dll. Dokter akan menimbang secara rasional berapa dosis yang tepat untuk Anda secara kasus per kasus. Kontraindikasi Amoksisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang hipersensitif/alergi terhadap penisilin. Pasien yang memiliki asma, eksim, gatal-gatal, atau demam mungkin berisiko lebih besar untuk reaksi hipersensitivitas terhadap amoksisilin dan penisilin pada umumnya. Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati bila Anda memiliki: Gangguan ginjal, karena obat tersebut dibuang melalui mekanisme ginjal. Penyakit saluran cerna, terutama kolitis, karena efeknya terhadap keseimbangan flora usus. Leukemia limfatik, karena dapat mengembangkan ruam obat. Infeksi virus aktif seperti CMV dan infeksi pernafasan viral. Tidak ada data yang cukup untuk menilai bahaya potensial dari obat ini selama kehamilan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk tidak menggunakan obat ini selama kehamilan tanpa pertimbangan khusus dari dokter. Amoksisilin diekskresikan dalam ASI dalam jumlah kecil. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami diare (karena gangguan flora usus), kandidiasis, dan ruam kulit. Seperti semua obat lainnya, potensi risiko ini harus ditimbang dengan manfaatnya pada ibu. Efek samping Amoksisilin memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan efek samping cukup ringan, namun meningkat menurut dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi yang merugikan disebabkan oleh fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh bakteri patogen tetapi juga bakteri baik yang merupakan flora alami usus. Efek samping potensialnya meliputi mual dan muntah, sakit perut, diare, gangguan pencernaan (dispepsia), dubur gatal dan reaksi alergi Karena berpotensi menyebabkan efek samping, hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya setelah mengambil amoksisilin, kecuali Anda merasa baik. Interaksi dengan obat lain Amoksisilin dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti aspirin, indometasin, sulfinpyrazone, allopurinol, probenesid, antibiotik aminoglikosida, fenilbutazon, oxyphenbutazone dan pil KB (ada kemungkinan mengurangi efektivitas pil ini). Tips untuk Anda Sebelum memulai pengobatan, baca dengan baik informasi dan petunjuk dalam label obat. Ambil obat persis sesuai arahan dokter Anda. Selesaikan pengambilan obat sampai habis, bahkan jika Anda sudah merasa infeksi telah hilang. Penghentian antibiotik di tengah jalan dapat menyebabkan infeksi datang kembali dan bakteri menjadi resisten. Jika Anda lupa untuk meminum obat, segera minum setelah Anda ingat. Jangan mengambil dua dosis sekaligus. Jika Anda tidak merasakan perbaikan apapun setelah menyelesaikan pengobatan, konsultasi lagi dengan dokter. Jika Anda mengembangkan kemerahan dan gatal di mulut atau vagina setelah mengambil amoksisilin, segera bicara dengan dokter atau apoteker untuk mendapatkan saran. Jika Anda menggunakan kontrasepsi hormonal, kontrasepsi tambahan seperti kondom tidak diperlukan kecuali jika Anda sakit atau mengalami diare. Jika Anda membutuhkan saran lebih lanjut, bicarakan dengan dokter atau apoteker. Betadine adalah nama dari sebuah antiseptik yang tersedia bebas yang digunakan untuk mengobati luka kecil pada mamalia. Betadine juga digunakan untuk mempersiapkan kulit sebelum operasi, karena merupakan mikrobisida topikal kuat berspektrum luas yang mengandung 10% povidon-iodin. mempunyai jangkauan dan daya bunuh kuman yang luas meliputi :bakteri, jamur, spora dan virus. Berbeda dengan golongan salep lain (antibiotik) jangkauan dan daya bunuhnya terbatas pada kuman-kuman tertentu saja, misalnya : hanya bakteri atau hanya atau saja. Keistimewaan Salep Antiseptic Betadine tidak akan menyebabkan kekebalan pada kuman. Komposisi: Mengandung bahan aktif Povidone Iodine 10% Indikasi: Salep Antiseptic Betadine sangat ampuh dan cepat mencegah serta menyembuhkan: Infeksi luka di kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut di atas. Luka-luka: Luka bakar, borok, bisul, wasir, khitanan dan infeksi sekunder pada eksim. Luka yang diderita pada penderita sakit gula. Keuntungan lainnya: Pengalaman klinis dengan Salep Antiseptic Betadine menunjukan bahwa: Daya kerjanya ternyata tidak berkurang atau terpengaruh dengan adanya nanah atau darah. Proses penyembuhan cepat. Tidak menimbulkan noda di kulit maupun pakaian (larut dalam air) Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Gram, HC (1884). "Über die isolierte Färbung der Schizomyceten in Schnitt- und Trockenpräparaten". Fortschritte der Medizin 2: 185–89. Bergey, David H.; John G. Holt; Noel R. Krieg; Peter H.A. Sneath (1994). Bergey's Manual of Determinative Bacteriology (ed. 9th ed.). Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 0683-00603-7. Madigan, MT; Martinko J; Parker J (2004). Brock Biology of Microorganisms (ed. 10th Edition). Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 0-13-066271-2. Ryan, KJ; Ray, CG (2004). Sherris Medical Microbiology (ed. 4th ed.). McGraw Hill. ISBN 0-8385-8529-9.