BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas pustaka yang berhubungan dengan topik atau masalah peneliti. Pustaka yang akan dibahas yaitu referensi mengenai perubahan kinerja keuangan perusahaan yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Peneliti ini menggunakan beberapa buku terbitan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dan juga menggunakan hasil penelitian yang relevan. 2.1.1 Saham Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Definisi saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:6) saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. 17 18 Tandelilin (2010:81) mendefinisikan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan,maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.” 2.1.1.1 Jenis–jenis Saham Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Bambang Riyanto (2010:240), menyatakan bahwa terdapat dua jenis saham yaitu : 1) Saham Biasa (Common Stocks) Common stocks yaitu saham yang menempatkan pemiliknya yang paling junior terhadap pembagian deviden atas nama hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut di likuidasi. Saham biasa merupakan saham yang banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar. 2) Saham Preferen (Preferred Stocks) Preferred stocks merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki oleh investor. Investasi berupa saham terdapat jenis-jenis nilai saham yang diperlukan oleh investor dan pemerintah. 19 Menurut Widioatmojo (2005:54) terdapat jenis-jenis harga saham sebagai berikut: 1. Harga Nominal Harga nominal adalah yang tercatum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. 20 4. Harga Pembukaan Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga pembukaan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan mejadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi. 5. Harga Penutupan Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada kesepakatan antara penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut. 6. Harga Tertinggi Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. 7. Harga Terendah Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain, harga terendah merupakan lawan dari harga tertinggi. 21 8. Harga rata-rata Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertiggi dan terendah. Nilai saham dapat dijadikan tolak ukur investor apakah akan membeli saham atau tidak. Harga saham yang ada di pasar modal tergantung pada kinerja perusahaan dan akan diapresiasikan oleh pasar. 2.1.1.2 Metode Penilaian Harga Saham Terdapat dua pendekatan atau alat analisis yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai suatu saham, yaitu : 1. Metode Analisis Fundamental Analisis fundamental memperkirakan harga menurut saham Husnan dimasa yang (2005:307) akan mencoba datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut juga sebagai share price forescasting model, dan sering juga dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang penting dalam metode ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental seperti penjualan, biaya, kebijakan dividen dan sebagainya yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jogiyanto (2010:130) mengungkapkan bahwa analisis fundamental suatu analisis yang menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari 22 keuangan perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya. 2. Metode Analisis Teknikal Menurut Husnan (2005:341) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual untuk kondisi pasar secara keseluruhan. berbagai Analisis indikator teknikal teknis. menggunakan Informasi rank tentang (charts) harga dan maupun volume perdagangan merupakan merupakan alat utama untuk analisis. Indikator teknis yang sering digunakan dalam analisis teknikal adalah moving average, new highs and lows, volume perdagangan dan short-interest ratio. Moving average dihitung berdasarkan atas sejumlah hari tertentu. New highs and lows melaporkan saham-saham yang mencapai harga tertinggi (atau terendah) selama 52 minggu terakhir. Menurut Jogiyanto (2010:130) mengungkapkan bahwa analisis teknikal menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukam nilai dari saham. Dua pendekatan diatas menjelaskan bahwa baik pendekatan fundamental maupun pendekatan teknikal digunakan untuk membandingkan harga saham sekarang dengan harga saham yang akan datang untuk memperkecil resiko yang timbul saat menetapkan keputusan berinvestasi. 23 2.1.1.3 Harga Saham Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan. Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:102) mendefinisikan bahwa harga saham adalah harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor–faktor earning, aliran kas dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro, definisi tersebut dikemukakan oleh Tandelilin (2010:133). Harga saham menurut Brigham dan Houston (2010:7): “Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata–rata” jika investor membeli saham.” Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga saham yang dapat berubah sewaktu-waktu yang disebabkan oleh 24 adanya permintaan dan penawaran dari pihak penjual saham atau pihak pembeli saham. Karena bayak faktor yang mempengaruhi harga saham dalam hal ini maka beberapa tahapan analisis untuk melakukan analisis fundamnetal yaitu menurut Tanndelilin (2010:338): 1. Analisis Ekonomi dan Pasar Modal Analisis ekonomi dan pasar modal bertujuan untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun kas. 2. Analisis Industri Analisis industri bertujuan berdasarkan analisis ekonomi dan pasar, tentukan jenis-jenis industri mana yang mengutungkan dan mana yang tidak berprospek baik. 3. Analisis Perusahaan Analisis perusahaan bertujuan berdasarkan hasil industri, tentukan perusahaan-perusahan mana dalam industri terpilih yang berprospek baik. Berikut ini merupakan pedoman dalam membeli atau menjual saham di pasar bursa menurut Husnan (2005:282), yaitu : 1. Apabila nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued. 2. Apabila nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued. 3. Apabila nilai intrinsik lebih sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. 25 Dalam hal ini investor dan analis sekuritas menghubungkan antara nilai intrinsik saham dan nilai pasar saham saat ini untuk menilai apakah harga saham yang ditawarkan emiten sesuai dengan harga yang wajar, murah (undervalued) atau lebih mahal (overvalued). Jika nilai intrinsik lebih besar daripada nilai pasar saham, maka harga saham tersebut dinilai undervalued. Dalam kondisi ini, sebaiknya dilakukan pembelian atau ditahan apabila sahamtersebut telah dimiliki. Jika nilai intrinsik lebih kecil daripada nilai pasar saham, maka harga saham tersebut dinilai overvalued. Sehingga sebaiknya tidak dilakukan pembelian atau dijual apabila saham tersebut telah dimiliki. Jika nilai intrinsik sama dengan nilai pasar saham, maka saham tersebut dinilai wajar dan biasanya transaksi cenderung tidak ada untuk saham tersebut. Terdapat rumus untuk menghitung harga saham menurut Jogiyanto (2003:201) adalah sebagai berikut : Rumus harga saham= Harga saham yang tinggi merupakan hasil dari kinerja perusahaan yang baik. Kinerja perusahaan yang baik dapat menciptakan tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan investor akan semakin tinggi, hal ini akan menarik perhatian para investor dalam meningkatkan permintaan atas saham. 2.1.1.4 Perubahan Harga Saham Perubahan harga saham menurut Jogiyanto (2008:383) adalah kenaikan atau penurunan dari harga saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi saham, saham tersebut kemudian dibandingkan dengan harga 26 saham tahun sebelumnya. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional, sebagaimana diungkapkan oleh Samsul (2006:13) mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain. Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama. Perubahan harga saham secara teoritis bermula dari aktivitas para pemodal (investor) mengestimasi pendapatan dan risiko untuk menentukan nilai saham dengan menggunakan data historis perusahaan. Hasil evaluasi ini akan dibandingkan dengan harga saham dan selanjutnya akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atas saham (apakah akan membeli atau menjual saham). Terdapat rumus untuk menghitung perubahan harga saham menurut Jogiyanto (2008:383) : Keterangan : Y = Perubahan harga saham Pt = Harga pada waktu yang berlaku Pt-1 = Harga saham pada waktu sebelumnya Fluktuasi perubahan harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, karena setiap saat dapat mengalami perubahan seiring dengan minat investor untuk menempatkan modalnya pada 27 saham. Terdapat beberapa fakor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham menurut Weston dan Brigham (2001:26) adalah sebagai berikut : 1. Laba per lembar saham Earning Per Share (EPS) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara : a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba 28 ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. 5. Tingkat Resiko dan Pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. 2.1.1.5 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk mengatur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham, juga digunakan sebagai indikator profitabilitas untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menjalankan tugasnya. Return On Equity di definisikan secara umum sebagai perbandingan antara pendapatan bersih setelah pajak dengan jumlah modal sendiri yang digunakan utuk menghasilkan laba tersebut. Return keberhasilan On Equity manajemen (ROE) merupakan indikator untuk mengatur dalam menjalankan tugasnya, yakni dengan 29 menghasilkan keuntungn modal yang maksimal bagi pemilik modal. Investor memandang bahwa Return On Equity (ROE) merupakan indikator yang penting, besar kecilnya tergantung pada besarnya laba. Emiten yang menghasilkan laba operasi besar akan semakin meningkatkan nilai dari Return On Equity (ROE), dengan asumsi nilai equity tidak mengalami perubahan. Perusahaan yang menghasilkan ROE diatas cost of capital (biaya modal) jelas sangat menarik bagi investor karena laba yang diperoleh pemodal akan meningkat, sebaliknya apabila ROE suatu perusahaan rendah atau menunjukkan kecenderungan menurun ,jelas hal tersebut merupakan sinyal bagi investor karena laba bagi pemodal akan mengalami penurunan. Menurut Kasmir (2012:208) standar industri pada Return on Equity (ROE) adalah sebesar 40%. Bila kurang dari 40% maka perusahaan belum baik, namun bila lebih dari 40% maka perusahaan dapat dikatakan baik. Menurut Gitman (2012:82) bahwa : "Return on common equity measures the return earned on the common stockholder's invesment in the firm." Artinya artinya bahwa return on equity secara umum mengukur pengembalian yang diperoleh atas investasi pemegang saham biasa di perusahaan. Menurut Gitman (2012:82) return on equity dapat dihitung sebagai berikut : Selain itu, definisi ROE menurut Brigham & Houston (2010:133) ”rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas 30 pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh.” Brigham dan Houston (2010:149) roe adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Jika memperoleh ROE lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap baik karena pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, hal ini menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan baik. Sebaliknya, jika memperoleh ROE lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap kurang baik karena pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah. Rumus Return On Equity (ROE) menurut Brigham & Houston (2010: 149): Menurut Brigham.et.al (2010:150) juga menjelaskan bahwa ROE mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan merupakan kinerja tunggal yang terbaik. Investor cenderung menyukai ROE yang tinggi, karena ROE yang tinggi umumnya memiliki pengaruh positif dengan harga saham yang tinggi. Sedangkan menurut Menurut Brigham (2005:225), “ROE (Return On Equity) mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”. Berdasarkan perusahaan untuk uraian diatas, mendapatkan ROE merupakan keuntungan dengan pengukuran efektifitas menggunakan modal 31 perusahaan yang dimilikinya, jika kemmapuan perusahaan dalam menghasilkan laba tidak diukur menurut besar kecilnya laba yang dihasilkan, tapi dengan modal sendiri yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian return on equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi, sehingga kemungkinan mengahsilkan tingkat pengembaian saham yang tinggi. 2.1.1.6 Earning per Share (EPS) Earning per Share yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar saham periode tertentu. Menurut Gitman (2012:81) pengertian Earning per Share, yaitu : "the firm's earning pershare is generally of interest to present or prospective stockholders and management. As we noted earlier, earning per share represents the number of dollars earned during the period on behalf of each out standing share of common stock." Artinya, laba perusahaan per saham pada umumnya menarik bagi para pemegang saham dan manajemen seperti kita catat sebelumya, earning per share merupakan jumlah dolar yang diperoleh selama periode berjalan atas nama masing-masing saham terhutang saham biasa yang beredar. Perusahaan yang menghasilkan earning yang tinggi tentu saja akan disukai oleh investor karena hal itu menunjukan besarnya bagian keuntungan yang akan diterima oleh para pemegang saham. Namun, kita juga harus mengetahui apakah 32 pemaksimuman laba per lembar saham akan selalu memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham atau apakah terdapat faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan juga. Earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian juga sebaliknya. Gitman (2012:81) mengatakan bahwa EPS dapat dirumuskan sebagai berikut : Sedangkan menurut Tandelilin (2010:373) Earning perr Share merupakan laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Rumus Earning Per Share menurut Tandelilin (2010:374) adalah : Menurut Weston dan Brigham (2001:26), "salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham (EPS). Seorang investor yang melakukan ivestasi pada perusahaan akan menerima laba atas yang dimilikinya. semakin besar laba per lembar saham yang diberikan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Menurut Basley dan brigham (2000:83) EPS adalah : “Earning Per Share is called the bottom line, the nothing that of all the items of on the income statement”. 33 Menurut Gitman (2009:68) Earning per Share adalah : “The firm’s earning per share is generlly of interest to present or prospective stockholders and management. As we noted eaebier, EPS respresent the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock”. Artinya, laba per lembar saham dan manajemen seperti kita catat sebelumnya, EPS merupakan jumlah dollar yang diperoleh selama periode berjalan atas nama masing- masing saham terhutang dari saham yang beredar. Perusahaan yang stabil biasanya akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan EPS nya dan sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan menunjukan EPS yang berfluktuasi. Tingkat EPS Rasio yang ini juga tinggi mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan. menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan memberikan pendapatan kepada para pemegang saham tinggi. 2.1.1.7 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal suatu perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan, semakin tinggi tingkat 34 DER menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan. Menurut Horne dan Wachowicz (dalam Suharli, 2005) bahwa debt to equity ratio adalah : “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities) by its shareholders equity”. Artinya, debt to equity dihitung hanya dengan membagi total utang dari perusahaan (termasuk kewajiban lancar) oleh ekuitas pemegang saham. Menurut Gibson (2008:260) menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah : “Debt equity ratio is another computation thats determines the entity’s long-term debt-paying ability”. Artinya, debt equity ratio adalah perhitungan lain yang menentukan entitas utang membayar kemampuan jangka panjang. Dalam portofolio dan investasi, Tandeililin (2010:378) menjelaskan bahwa debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang di tunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin kecil angka rasio ini makin baik. Jika total utang lebih besar dari modal maka yang terjadi perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian atau return yang rendah, karena utang yang terlalu banyak akan menjadikan perusahaan sulit untuk melunasi utangutangnya dan sebaliknya jika modal atau ekuitas perusahaan lebih besar dari total utangnya maka tingkat pengembalian atau return yang tinggi. 35 Rumus Debt to Equity Ratio menurut Tandelilin (2010:378) adalah : Menurut Brigham dan Houston (2006:107) “Rasio total hutang terhadap total ekuitas, yang pada umumnya disebut Debt to Equity Ratio (DER), untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Debt to Equity Ratio (DER) adalah mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditor (Brigham dan Houston,2006:103). Berdasarkan uraian diatas, debt to equity ratio merupakan perhitungan aspek leverage sederhana yang membandingkan total utang yang dimiliki oleh perusahaan dengan total ekuitas (modal sendiri) dalam menangung suatu risiko. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang di tunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Tingkat DER pada ketentuannya yang baik kurang dari 0,5 namun ketentuan ini bervariasi tergantung jenis industry perusahaan (Hery, 2016:168). 2.1.2 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh kinerja keuangan (Return on Equity, Earning per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap perubahan harga saham yang dapat menjadi referensi dalam penelitian 36 yang dilakukan. Tabel berikut ini memaparkan beberapa perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, sehingga jelas bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1. Nama, Tahun, dan Judul Penelitian Chindy Ramadhani Ichsan dan Sasi Agustin (2016) Pengaruh Kinerja Keuanga terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage 2. Yohanes Prianto dan Yahya (2015) Pengaruh Kinerja Keungan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI. Metode Hasil Persamaan Perbedaan Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linier berganda. CR berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. DER, TATO, ROE dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel yang diteliti adalah ROE,EPS, DER dan perubahan harga saham. Menggunakan variabel CR dan TATO. Metode penelitian yang digunakann adalah regresi linier berganda. CR,DER,ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. TATO berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Lokasi penelitian : BEI Variabel yang digunakan adalah DER, perubahan harga saham. Metode yang digunakan dalam peneitian adalah regresi linier bergannda. Lokasi : BEI Tahun penelitian : 2010-2014 Variabel yang digunakan adalah CR, ROI,TATO Sektor : Telekomunikasi Tahun penelitian : 2009-2013 37 Tabel 2.1 (lanjutan) 3. Titis Rahma Wahyu Ningrum dan Triyonowati (2016) Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Property di BEI. Metode dalam peneitian adalah analisis linier berganda, uji asumsi klasik. 4. Syamsu Rizal dan Fira Permatasari (2015) Pengaruh Kinrja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2009-2013. Metode dalam peneitian adalah analisis linier berganda, uji asumsi klasik. 5. Ursula (2015) Analysing The Effect Of Return On Equity, Return On Assets And Earnings Per Share Toward Share Price: An Emperical Study Of Food And Beverage Companies Listed On Indonesia Stock Exchange Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. CR,ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. DAR, TATO, EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perubahan harga saham. DER dan ROE berpengaruhi positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel yang digunakan adalah ROE,EPS dan perubahan harga saham. Variabel lain yang digunakan adalah CR,DAR, TATO Metode yang digunakan dalam peneitian adalah analisis linier berganda, uji asumsi klasik. Tahun penelitian : 2010-2014 Lokasi : BEI Variabel yang digunakan adalah ROE, DER dan perubahan harga saham. Sektor : Property Tahun penelitian : 2099-2013 Sektor : Manufaktur Metode yang digunakan dalam peneitian adalah analisis linier berganda, uji asumsi klasik. Return on equity, does not have significant effect on share price of Food and Beverage companies listed on Indonesia Stock Exchange Earnings per share, have significant effect on share price of Food and Beverage companies listed on Indonesia Stock Exchange. Lokasi : BEI Variable ROE and EPS Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. Location of research : food and beverage on BEI Variable : ROA and Stock Exchange Year of research : 2011-2014 38 Tabel 2.1 (lanjutan) 6. Mogonta, & Pandowo (2016) Analyzing The Effect Of Return On Assets, Return On Equity And Earnings Per Share On Stock Price: A Study Of Lq-45 Mining Companies Listed On Indonesia Stock Exchange. Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. Return on equity and earning per share has no toward effect on price stock, but Return on assets has toward on price stock Variable : ROE and EPS Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. Variable : ROA and Stock Price Sector : LQ-45 Mining Companies Location of research : BEI 7. Murniati (2016) Effect of Capital Structure, Company Size and Profitability on the Stock Price of Food and Beverage Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. Partially variable debt to asset ratio (DAR) significant negative effect on stock prices. Partially variable debt to equity ratio (DER) significant positive effect on stock prices. Partially variable return on assets (ROA) significant positive effect on stock prices. Partially variable return on equity (ROE) significant negative effect on stock prices. Partially variable net profit margin (NPM) significant negative effect on stock prices. Year of research : 2011-2015 Variable : ROE, EPS and DER Research methods : Classical Assumption, Multiple Linear Regression, and Classical Assumption Test. Location : BEI sector food and beverage. Variable : ROA , DAR and Stock Price Year of research : 2011-2014 39 Tabel 2.1 (lanjutan) 8. Talamati, Pangemanan (2015) The Effect Of Earnings Per Share (Eps) & Return On Equity (Roe) On Stock Price Of Banking Company Listed In Indonesia Stock Exchange 2010-2014. Analysis Method : Multicollinearit y,heteroscedast icity,normality, Autocorrelatio n and multiple regression method. EPS have positive effect on Stock Price while ROE does not affect on Stock Price. 9. Wiwi Idawati dan Aditio Wahyudi (2015) Effect of Earning Per Shares (EPS) and Return On Assets (ROA) against Share Price on Coal Mining Company Listed in Indonesia Stock Exchange. Methode analysys : Hausman-Test, Chow-Test, Lagrange Multiplier, Hypothesis testing, Normality test, Ordinary Least Square Model ROA no significant effect on the stock price on the coal mining company listed on the Indonesia Stock Exchange. Variable : ROE, EPS Variable : Stock Price Analysis Method : Multicollineari ty,heterosceda sticity,normali ty,autocorrelat ion, multiple regression method. Sector : Banking Company Location : BEI Variable : EPS Analysis Method : Normality Location : BEI EPS significant effect on stock prices in the coal mining company listed on the Indonesia Stock Exchange. Year of research : 2011-2014 Variable : ROA Analysis Method : HausmanTest, Chow-Test, Lagrange Multiplier, Hypothesis testing, Ordinary Least Square Model . Year of analysys : 2011 Sumber : Beberapa Jurnal Ilmiah Terdahulu Penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu dengan perbedaanperbedaan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menguji kembali variabel kinerja keuangan (return on equity, earning pershare dan debt to equity ratio) yang mempengaruhi perubahan harga saham. 40 2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2015. 3. Penelitian ini menggunakan metode uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, analisis koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis. 2.2 Kerangka Pemikiran Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Fahmi (2011:2) mengemukakan bahwa untuk kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat–alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari ativitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi, 2008:69). Kinerja perusahaan dapat ditunjukkan dalam laporan perusahaan yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan bagi investor yang akan menanamkan 41 dananya di pasar modal. Surat berharga yang sering diperjual belikan dalam pasar modal adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun intuisi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang terbentuk perseroan terbatas. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen yang banyak dipilih para investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Dengan demikian apabila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau merupakan bagian dari pemegang saham perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain: Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER). Sedangkan keterkaitan antara variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 2.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan (Return On Equity) terhadap Perubahan Harga Saham Return On Equity (ROE) merupakan merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh menurut Brigham & Houston (2010:133). Apabila angka ROE semakin tinggi akan memberi idikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi akan tinggi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan 42 terhadap perubahan harga saham. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015), Titis Rahma Wahyu Ningrum dan Triyonowati (2016). 2.2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan (Earning Per Share) terhadap Perubahan Harga Saham Earning Per Share (EPS) yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar saham periode tertentu. Nilai dari Earning Per Share adalah indikator bagi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Jadi semakin besar Earning Per Share (EPS) maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap lembar saham juga akan semakin besar, keuntungan yang besar menarik minat investor untuk memiliki saham tersebut. Permintaan yang besar terhadap saham tersebut nantinya akan meningkatkan harga saham. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015) dan Ursula (2015) yang menemukan bahwa Earning Per Share (EPS) berhubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. 43 2.2.3 Pengaruh Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio) dengan Perubahan Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan analisis leverage yang menggambarkan berapa besar hutang atau kewajiban jangka pendek atau jangkapanjang dibandingkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Debt To Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur seberapa besar modal sendiri dalam menjamin hutangnya. Apabila Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi maka ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena apabila perusahaan memperoleh laba perusahaan akan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan membayar dividen. Sebaliknya, apabila tingkat Debt To Equity Ratio (DER) rendah maka membawa dampak meningkatnya harga saham di bursa. Perusahaan dengan hutang yang tinggi akan memiliki resiko yang besar, bahkan perusahaan bisa mengalami kebangkrutan sehingga investor tidak menginginkan untuk menanamkan modalnya dan menyebabkan harga saham menurun. Debt To Equity Ratio (DER) diperkirakan berpengaruh negatif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat menyatakan bahwa Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chindy Ramadhani Ichsan dan Sasi Agustin (2016), Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015). 44 2.2.4 Pengaruh Kinerja Keuangan (Return On Equity, Earning Per Share dan Debt To Equity Ratio) terhadap Perubahan Harga Saham Return On Equity ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. (Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016). Earning Per Share menunjukkan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap lembar saham selama satu periode tertentu yang akan dibagikan kepada semua pemegang saham. Kenaikan atau penurunan EPS dari tahun ke tahun adalah ukuran penting untuk mengetahui baik tidaknya pekerjaan yang dilakukan perusahaan pemegang sahamnya. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat kemakmuran kepada para pemegang saham, sebaliknya EPS yang lebih rendah memberikan tingkat kemakmuran yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal dalam memberikan tingkat kemakmuran kepada para pemegang saham. Secara teori semakin tinggi EPS, harga saham cenderung naik. EPS yang meningkat menandakan bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Pada akhirnya 45 peningkatan jumlah permintaan terhadap saham mendorong harga saham juga ikut naik (Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016). Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrument untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio maka akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016). Berdasarkan uraian di atas adapun hubungan yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut ini: Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin (2016) Return on Equity Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin (2016) Perubahan Harga Saham Earning per Share Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin (2016) Debt to Equity Ratio Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin (2016) Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 46 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini terdiri hipotesis parsial dan simultan, yaitu : 2.3.1 Hipotesis Simultan : Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. 2.3.2 Hipotesis Parsial : 1. Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. 2. Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. 3. Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.