BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas pustaka yang
berhubungan dengan topik atau masalah peneliti. Pustaka yang akan dibahas yaitu
referensi mengenai perubahan kinerja keuangan perusahaan yang berpengaruh
terhadap perubahan harga saham. Peneliti ini menggunakan beberapa buku
terbitan
yang
berhubungan
dengan
masalah
yang akan diteliti dan juga
menggunakan hasil penelitian yang relevan.
2.1.1 Saham
Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan
untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen
yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik. Definisi saham menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2011:6) saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut.
17
18
Tandelilin (2010:81) mendefinisikan bahwa saham merupakan surat bukti
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki
saham suatu perusahaan,maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan
dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan.”
2.1.1.1 Jenis–jenis Saham
Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen
yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Bambang Riyanto (2010:240),
menyatakan
bahwa terdapat dua jenis saham yaitu :
1) Saham Biasa (Common Stocks)
Common stocks yaitu saham yang menempatkan pemiliknya yang paling
junior terhadap pembagian deviden atas nama hak atas harta kekayaan
perusahaan
apabila
perusahaan
tersebut
di likuidasi.
Saham biasa
merupakan saham yang banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.
2) Saham Preferen (Preferred Stocks)
Preferred stocks merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki oleh investor. Investasi berupa saham terdapat jenis-jenis
nilai saham yang diperlukan oleh investor dan pemerintah.
19
Menurut Widioatmojo (2005:54) terdapat
jenis-jenis harga saham sebagai
berikut:
1. Harga Nominal
Harga nominal adalah yang tercatum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan
oleh
emiten
untuk
menilai setiap
lembar
saham yang
dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham
karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
3. Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari
penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan
harga inilah yang benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi
harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
20
4. Harga Pembukaan
Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari
nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan
yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga
pembukaan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar
mungkin juga akan mejadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.
5. Harga Penutupan
Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada
saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada
kesepakatan antara penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga
penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap
menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.
6. Harga Tertinggi
Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi
pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih
dari satu kali tidak pada harga yang sama.
7.
Harga Terendah
Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi
pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu
saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain,
harga terendah merupakan lawan dari harga tertinggi.
21
8. Harga rata-rata
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertiggi dan terendah.
Nilai saham dapat dijadikan tolak ukur investor apakah akan membeli
saham atau tidak. Harga saham yang ada di pasar modal tergantung pada
kinerja perusahaan dan akan diapresiasikan oleh pasar.
2.1.1.2 Metode Penilaian Harga Saham
Terdapat dua pendekatan atau alat analisis yang dapat digunakan oleh
investor untuk menilai suatu saham, yaitu :
1. Metode Analisis Fundamental
Analisis
fundamental
memperkirakan
harga
menurut
saham
Husnan
dimasa
yang
(2005:307)
akan
mencoba
datang
dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini
sering disebut juga sebagai share price forescasting model, dan sering juga
dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang
penting
dalam
metode
ini
adalah
mengidentifikasi
faktor-faktor
fundamental seperti penjualan, biaya, kebijakan dividen dan sebagainya
yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.
Jogiyanto (2010:130) mengungkapkan bahwa analisis fundamental
suatu
analisis yang menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari
22
keuangan perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain
sebagainya.
2. Metode Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:341) analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan
harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Analisis teknikal
dapat dilakukan untuk saham-saham individual untuk kondisi pasar secara
keseluruhan.
berbagai
Analisis
indikator
teknikal
teknis.
menggunakan
Informasi
rank
tentang
(charts)
harga
dan
maupun
volume
perdagangan merupakan merupakan alat utama untuk analisis. Indikator
teknis yang sering digunakan dalam analisis teknikal adalah moving
average, new highs and lows, volume perdagangan dan short-interest
ratio. Moving average dihitung berdasarkan atas sejumlah hari tertentu.
New highs and lows melaporkan saham-saham yang mencapai harga
tertinggi (atau terendah) selama 52 minggu terakhir.
Menurut Jogiyanto (2010:130) mengungkapkan bahwa analisis teknikal
menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham)
untuk menentukam nilai dari saham.
Dua pendekatan diatas menjelaskan bahwa baik pendekatan fundamental
maupun pendekatan teknikal digunakan untuk membandingkan harga saham
sekarang dengan harga saham yang akan datang untuk memperkecil resiko yang
timbul saat menetapkan keputusan berinvestasi.
23
2.1.1.3 Harga Saham
Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi
investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan
sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar
perusahaan. Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:102) mendefinisikan bahwa
harga saham adalah harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham
bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga
saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan
detik. Hal tersebut dimungkinkan tergantung dengan permintaan dan penawaran
antara pembeli saham dengan penjual saham. Harga saham merupakan cerminan
dari ekspektasi investor terhadap faktor–faktor earning, aliran kas dan tingkat
return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro, definisi tersebut dikemukakan oleh
Tandelilin (2010:133).
Harga saham menurut Brigham dan Houston (2010:7):
“Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan
pemegang
saham
diterjemahkan
menjadi
memaksimalkan
harga
saham
perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas
yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata–rata” jika investor
membeli saham.”
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga saham
adalah harga saham yang dapat berubah sewaktu-waktu yang disebabkan oleh
24
adanya permintaan dan penawaran dari pihak penjual saham atau pihak pembeli
saham. Karena bayak faktor yang mempengaruhi harga saham dalam hal ini maka
beberapa tahapan analisis untuk melakukan analisis fundamnetal yaitu menurut
Tanndelilin (2010:338):
1. Analisis Ekonomi dan Pasar Modal Analisis ekonomi dan pasar modal
bertujuan untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di
beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun
kas.
2. Analisis Industri Analisis industri bertujuan berdasarkan analisis ekonomi
dan pasar, tentukan jenis-jenis industri mana yang mengutungkan dan
mana yang tidak berprospek baik.
3. Analisis Perusahaan Analisis perusahaan bertujuan berdasarkan hasil
industri,
tentukan perusahaan-perusahan mana dalam industri terpilih
yang berprospek baik.
Berikut ini merupakan pedoman dalam membeli atau menjual saham di
pasar bursa menurut Husnan (2005:282), yaitu :
1.
Apabila nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saat ini, maka
saham tersebut dinilai undervalued.
2.
Apabila nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar saat ini, maka
saham tersebut dinilai overvalued.
3.
Apabila nilai intrinsik lebih sama dengan harga pasar saat ini, maka saham
tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
25
Dalam hal ini investor dan analis sekuritas menghubungkan antara nilai intrinsik
saham dan nilai pasar saham saat ini untuk menilai apakah harga saham yang
ditawarkan emiten sesuai dengan harga yang wajar, murah (undervalued) atau lebih
mahal (overvalued). Jika nilai intrinsik lebih besar daripada nilai pasar saham, maka
harga saham tersebut dinilai undervalued. Dalam kondisi ini, sebaiknya dilakukan
pembelian atau ditahan apabila sahamtersebut telah dimiliki. Jika nilai intrinsik lebih
kecil daripada nilai pasar saham, maka harga saham tersebut dinilai overvalued.
Sehingga sebaiknya tidak dilakukan pembelian atau dijual apabila saham tersebut
telah dimiliki. Jika nilai intrinsik sama dengan nilai pasar saham, maka saham
tersebut dinilai wajar dan biasanya transaksi cenderung tidak ada untuk saham
tersebut.
Terdapat
rumus
untuk
menghitung harga saham menurut Jogiyanto
(2003:201) adalah sebagai berikut :
Rumus harga saham=
Harga saham yang tinggi merupakan hasil dari kinerja perusahaan yang
baik. Kinerja perusahaan yang baik dapat menciptakan tingkat pengembalian atas
investasi yang ditanamkan investor akan semakin tinggi, hal ini akan menarik
perhatian para investor dalam meningkatkan permintaan atas saham.
2.1.1.4 Perubahan Harga Saham
Perubahan harga saham menurut Jogiyanto (2008:383) adalah kenaikan
atau penurunan dari harga saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang
mempengaruhi saham, saham tersebut kemudian dibandingkan dengan harga
26
saham tahun sebelumnya. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor
permintaan dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh
yang
sifatnya
rasional,
sebagaimana
diungkapkan
oleh
Samsul (2006:13)
mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan,
kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain. Pengaruh yang
irrasional mencakup rumor di pasar, atau permainan harga. Pada umumnya,
kenaikan harga atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama.
Perubahan harga saham secara teoritis bermula dari aktivitas para pemodal
(investor) mengestimasi pendapatan dan risiko untuk menentukan nilai saham
dengan
menggunakan
data
historis
perusahaan.
Hasil
evaluasi
ini
akan
dibandingkan dengan harga saham dan selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan atas saham (apakah akan membeli atau menjual saham).
Terdapat rumus untuk menghitung
perubahan harga saham menurut
Jogiyanto (2008:383) :
Keterangan :
Y
= Perubahan harga saham
Pt
= Harga pada waktu yang berlaku
Pt-1
= Harga saham pada waktu sebelumnya
Fluktuasi perubahan harga saham mencerminkan seberapa besar minat
investor terhadap saham suatu perusahaan, karena setiap saat dapat mengalami
perubahan seiring dengan minat investor untuk menempatkan modalnya pada
27
saham. Terdapat beberapa fakor yang dapat mempengaruhi perubahan harga
saham menurut Weston dan Brigham (2001:26) adalah sebagai berikut :
1. Laba per lembar saham Earning Per Share (EPS)
Seorang
investor
yang
melakukan
investasi pada
perusahaan
akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per
lembar
saham (EPS)
yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan
investasi
yang
lebih
besar
lagi sehingga
harga
saham
perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan
obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya
untuk
ditukarkan
dengan
obligasi.
Hal
ini
akan
menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila
tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah
biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba
perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang
juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
28
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka
peningkatan
pembagian
deviden
merupakan
salah
satu
cara
untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas
deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga
saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah
sehingga
investor
tertarik
untuk
berinvestasi,
yang
nantinya
akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
2.1.1.5 Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan pengembalian atas ekuitas saham
biasa digunakan untuk mengatur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi
pemegang saham, juga digunakan sebagai indikator profitabilitas untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam menjalankan tugasnya. Return On Equity di
definisikan secara umum sebagai perbandingan antara pendapatan bersih setelah
pajak dengan jumlah modal sendiri yang digunakan utuk menghasilkan laba
tersebut.
Return
keberhasilan
On
Equity
manajemen
(ROE) merupakan indikator untuk mengatur
dalam
menjalankan
tugasnya,
yakni
dengan
29
menghasilkan keuntungn modal yang maksimal bagi pemilik modal. Investor
memandang bahwa Return On Equity (ROE) merupakan indikator yang penting,
besar kecilnya tergantung pada besarnya laba. Emiten yang menghasilkan laba
operasi besar akan semakin meningkatkan nilai dari Return On Equity (ROE),
dengan asumsi nilai equity tidak
mengalami perubahan.
Perusahaan yang
menghasilkan ROE diatas cost of capital (biaya modal) jelas sangat menarik bagi
investor karena laba yang diperoleh pemodal akan meningkat, sebaliknya apabila
ROE suatu perusahaan rendah atau menunjukkan kecenderungan menurun ,jelas
hal tersebut merupakan sinyal bagi investor karena laba bagi pemodal akan
mengalami penurunan. Menurut Kasmir (2012:208) standar industri pada Return
on Equity (ROE) adalah sebesar 40%. Bila kurang dari 40% maka perusahaan
belum baik, namun bila lebih dari 40% maka perusahaan dapat dikatakan baik.
Menurut Gitman (2012:82) bahwa :
"Return on common equity measures the return earned on the common
stockholder's invesment in the firm."
Artinya artinya bahwa
return
on
equity
secara umum mengukur
pengembalian yang diperoleh atas investasi pemegang saham biasa di perusahaan.
Menurut Gitman (2012:82) return on equity dapat dihitung sebagai berikut :
Selain itu, definisi ROE menurut Brigham & Houston (2010:133) ”rasio
yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang
merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas
30
pemegang
saham.
Pemegang
saham
pastinya
ingin
mendapatkan
tingkat
pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE
menunjukkan tingkat yang mereka peroleh.”
Brigham dan Houston (2010:149) roe adalah rasio laba bersih terhadap
ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham
biasa. Jika memperoleh ROE lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan
dianggap baik karena pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, hal ini menunjukkan
kondisi ekonomi perusahaan baik. Sebaliknya, jika memperoleh ROE lebih
rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap kurang baik karena
pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah.
Rumus Return On Equity (ROE) menurut Brigham & Houston (2010: 149):
Menurut
Brigham.et.al
(2010:150)
juga
menjelaskan
bahwa
ROE
mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan merupakan kinerja tunggal
yang terbaik. Investor cenderung menyukai ROE yang tinggi, karena ROE yang
tinggi umumnya memiliki pengaruh positif dengan harga saham yang tinggi.
Sedangkan menurut Menurut Brigham (2005:225), “ROE (Return On Equity)
mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku
pemegang saham”.
Berdasarkan
perusahaan
untuk
uraian
diatas,
mendapatkan
ROE
merupakan
keuntungan
dengan
pengukuran
efektifitas
menggunakan
modal
31
perusahaan yang dimilikinya, jika kemmapuan perusahaan dalam menghasilkan
laba tidak diukur menurut besar kecilnya laba yang dihasilkan, tapi dengan modal
sendiri yang telah dikeluarkan untuk
menghasilkan laba tersebut.
Dengan
demikian return on equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki
peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham.
kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi, sehingga
kemungkinan mengahsilkan tingkat pengembaian saham yang tinggi.
2.1.1.6 Earning per Share (EPS)
Earning per Share yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor.
Semakin
tinggi
EPS,
maka
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan
jumlah laba yang diperoleh setiap lembar saham periode tertentu.
Menurut Gitman (2012:81) pengertian Earning per Share, yaitu :
"the firm's earning pershare is generally of interest to present or
prospective stockholders and management. As we noted earlier, earning
per share represents the number of dollars earned during the period on
behalf of each out standing share of common stock."
Artinya, laba perusahaan per saham pada umumnya menarik bagi para pemegang
saham dan manajemen seperti kita catat sebelumya, earning per share merupakan
jumlah dolar yang diperoleh selama periode berjalan atas nama masing-masing
saham terhutang saham biasa yang beredar.
Perusahaan yang menghasilkan earning yang tinggi tentu saja akan disukai
oleh investor karena hal itu menunjukan besarnya bagian keuntungan yang akan
diterima oleh para pemegang saham. Namun, kita juga harus mengetahui apakah
32
pemaksimuman
laba
per
lembar
saham
akan
selalu
memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham atau apakah terdapat faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan juga.
Earning
per share
merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya,
maka hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian juga
sebaliknya.
Gitman (2012:81) mengatakan bahwa EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sedangkan menurut Tandelilin (2010:373) Earning perr Share merupakan
laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham
dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.
Rumus Earning Per Share menurut Tandelilin (2010:374) adalah :
Menurut Weston dan Brigham (2001:26), "salah satu faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham (EPS). Seorang
investor yang melakukan ivestasi pada perusahaan akan menerima laba atas yang
dimilikinya.
semakin besar laba per lembar saham yang diberikan akan
memberikan pengembalian yang cukup baik.
Menurut Basley dan brigham (2000:83) EPS adalah :
“Earning Per Share is called the bottom line, the nothing that of all the
items of on the income statement”.
33
Menurut Gitman (2009:68) Earning per Share adalah :
“The firm’s earning per share is generlly of interest to present or
prospective stockholders and management. As we noted eaebier, EPS respresent
the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding
share of common stock”.
Artinya, laba per lembar saham dan manajemen seperti kita catat
sebelumnya, EPS merupakan jumlah dollar yang diperoleh selama periode
berjalan atas nama masing- masing saham terhutang dari saham yang beredar.
Perusahaan yang stabil biasanya akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan
EPS nya dan sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan menunjukan EPS yang
berfluktuasi.
Tingkat
EPS
Rasio
yang
ini juga
tinggi
mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan.
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dan memberikan pendapatan kepada para pemegang
saham tinggi.
2.1.1.7 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal suatu perusahaan
yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio utang terhadap modal
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang
terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan
antara jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan, semakin tinggi tingkat
34
DER menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung risiko yang
lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan.
Menurut Horne dan Wachowicz (dalam Suharli, 2005) bahwa debt to
equity ratio adalah :
“Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm
(including current liabilities) by its shareholders equity”.
Artinya, debt to equity dihitung hanya dengan membagi total utang dari
perusahaan (termasuk kewajiban lancar) oleh ekuitas pemegang saham.
Menurut Gibson (2008:260) menjelaskan bahwa debt to equity ratio
adalah :
“Debt equity ratio is another computation thats determines the entity’s
long-term debt-paying ability”.
Artinya, debt equity ratio adalah perhitungan lain yang menentukan entitas
utang membayar kemampuan jangka panjang.
Dalam portofolio dan investasi, Tandeililin (2010:378) menjelaskan bahwa
debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang di tunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau
ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin kecil angka rasio ini
makin baik. Jika total utang lebih besar dari modal maka yang terjadi perusahaan
akan memperoleh tingkat pengembalian atau return yang rendah, karena utang
yang terlalu banyak akan menjadikan perusahaan sulit untuk melunasi utangutangnya dan sebaliknya jika modal atau ekuitas perusahaan lebih besar dari total
utangnya maka tingkat pengembalian atau return yang tinggi.
35
Rumus Debt to Equity Ratio menurut Tandelilin (2010:378) adalah :
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) “Rasio total hutang terhadap
total ekuitas, yang pada umumnya disebut Debt to Equity Ratio (DER), untuk
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur).
Debt to Equity Ratio (DER) adalah mengukur persentase
dari dana yang diberikan oleh para kreditor (Brigham dan Houston,2006:103).
Berdasarkan uraian diatas, debt to equity ratio merupakan perhitungan
aspek leverage sederhana yang membandingkan total utang yang dimiliki oleh
perusahaan dengan total ekuitas (modal sendiri) dalam menangung suatu risiko.
Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang di tunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau
ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Tingkat DER pada ketentuannya
yang baik kurang dari 0,5 namun ketentuan ini bervariasi tergantung jenis industry
perusahaan (Hery, 2016:168).
2.1.2
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh
kinerja keuangan (Return on Equity, Earning per Share dan Debt to Equity Ratio
terhadap perubahan harga saham yang dapat menjadi referensi dalam penelitian
36
yang
dilakukan.
Tabel berikut ini memaparkan beberapa perbedaan dan
persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, sehingga jelas
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
1.
Nama, Tahun, dan
Judul Penelitian
Chindy Ramadhani
Ichsan dan Sasi
Agustin (2016)
Pengaruh Kinerja
Keuanga terhadap
Perubahan Harga
Saham pada
Perusahaan Food
and Beverage
2. Yohanes Prianto dan
Yahya (2015)
Pengaruh Kinerja
Keungan terhadap
Perubahan Harga
Saham pada
Perusahaan
Telekomunikasi di
BEI.
Metode
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Metode
penelitian yang
digunakan
adalah regresi
linier berganda.
CR berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
DER, TATO,
ROE dan EPS
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
Variabel yang
diteliti adalah
ROE,EPS,
DER dan
perubahan
harga saham.
Menggunakan
variabel CR
dan TATO.
Metode
penelitian yang
digunakann
adalah regresi
linier berganda.
CR,DER,ROI
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
TATO
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan
harga saham.
Teknik
analisis yang
digunakan
adalah regresi
linier
berganda.
Lokasi
penelitian :
BEI
Variabel yang
digunakan
adalah DER,
perubahan
harga saham.
Metode yang
digunakan
dalam
peneitian
adalah regresi
linier
bergannda.
Lokasi : BEI
Tahun
penelitian :
2010-2014
Variabel yang
digunakan
adalah CR,
ROI,TATO
Sektor :
Telekomunikasi
Tahun
penelitian :
2009-2013
37
Tabel 2.1 (lanjutan)
3. Titis Rahma Wahyu
Ningrum dan
Triyonowati (2016)
Pengaruh Rasio
Keuangan terhadap
Perubahan Harga
Saham pada
Perusahaan Property
di BEI.
Metode dalam
peneitian
adalah analisis
linier berganda,
uji asumsi
klasik.
4. Syamsu Rizal dan
Fira Permatasari
(2015)
Pengaruh Kinrja
Keuangan terhadap
Perubahan Harga
Saham pada
Perusahaan
Manufaktur di BEI
periode 2009-2013.
Metode dalam
peneitian
adalah analisis
linier berganda,
uji asumsi
klasik.
5. Ursula (2015)
Analysing The
Effect Of Return On
Equity, Return On
Assets And Earnings
Per Share Toward
Share Price: An
Emperical Study Of
Food And
Beverage
Companies Listed
On Indonesia Stock
Exchange
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
CR,ROE
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
DAR, TATO,
EPS
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
DER dan ROE
berpengaruhi
positif
signifikan
terhadap
perubahan harga
saham.
Variabel yang
digunakan
adalah
ROE,EPS dan
perubahan
harga saham.
Variabel lain
yang
digunakan
adalah
CR,DAR,
TATO
Metode yang
digunakan
dalam
peneitian
adalah analisis
linier
berganda, uji
asumsi klasik.
Tahun
penelitian :
2010-2014
Lokasi : BEI
Variabel yang
digunakan
adalah ROE,
DER dan
perubahan
harga saham.
Sektor :
Property
Tahun
penelitian :
2099-2013
Sektor :
Manufaktur
Metode yang
digunakan
dalam
peneitian
adalah analisis
linier
berganda, uji
asumsi klasik.
Return on
equity, does not
have significant
effect on share
price of Food
and Beverage
companies listed
on Indonesia
Stock Exchange
Earnings per
share, have
significant
effect on share
price of Food
and Beverage
companies listed
on Indonesia
Stock
Exchange.
Lokasi : BEI
Variable ROE
and EPS
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple
Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
Location of
research : food
and beverage
on BEI
Variable :
ROA and
Stock
Exchange
Year of
research :
2011-2014
38
Tabel 2.1 (lanjutan)
6. Mogonta, &
Pandowo (2016)
Analyzing The
Effect Of Return On
Assets, Return On
Equity And Earnings
Per Share On Stock
Price: A Study Of
Lq-45 Mining
Companies Listed
On Indonesia Stock
Exchange.
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
Return on
equity and
earning per
share has no
toward effect on
price stock, but
Return on assets
has toward on
price stock
Variable :
ROE and EPS
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple
Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
Variable :
ROA and
Stock Price
Sector : LQ-45
Mining
Companies
Location of
research : BEI
7. Murniati (2016)
Effect of Capital
Structure, Company
Size and Profitability
on the Stock Price of
Food and Beverage
Companies Listed on
the Indonesia Stock
Exchange
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
Partially
variable debt to
asset ratio
(DAR)
significant
negative effect
on stock prices.
Partially
variable debt to
equity ratio
(DER)
significant
positive effect
on stock prices.
Partially
variable return
on assets (ROA)
significant
positive effect
on stock prices.
Partially
variable return
on equity (ROE)
significant
negative effect
on stock prices.
Partially
variable net
profit margin
(NPM)
significant
negative effect
on stock prices.
Year of
research :
2011-2015
Variable :
ROE, EPS and
DER
Research
methods :
Classical
Assumption,
Multiple
Linear
Regression,
and Classical
Assumption
Test.
Location : BEI
sector food
and beverage.
Variable :
ROA , DAR
and Stock
Price
Year of
research :
2011-2014
39
Tabel 2.1 (lanjutan)
8. Talamati,
Pangemanan (2015)
The Effect Of
Earnings Per Share
(Eps) & Return On
Equity (Roe) On
Stock Price Of
Banking Company
Listed In Indonesia
Stock Exchange
2010-2014.
Analysis
Method :
Multicollinearit
y,heteroscedast
icity,normality,
Autocorrelatio
n and multiple
regression
method.
EPS have
positive effect
on Stock Price
while ROE does
not affect on
Stock Price.
9. Wiwi Idawati dan
Aditio Wahyudi
(2015)
Effect of Earning
Per Shares (EPS)
and Return On
Assets (ROA)
against Share Price
on Coal Mining
Company Listed in
Indonesia Stock
Exchange.
Methode
analysys :
Hausman-Test,
Chow-Test,
Lagrange
Multiplier,
Hypothesis
testing,
Normality test,
Ordinary Least
Square Model
ROA no
significant
effect on the
stock price on
the coal mining
company listed
on the Indonesia
Stock
Exchange.
Variable :
ROE, EPS
Variable :
Stock Price
Analysis
Method :
Multicollineari
ty,heterosceda
sticity,normali
ty,autocorrelat
ion, multiple
regression
method.
Sector :
Banking
Company
Location : BEI
Variable : EPS
Analysis
Method :
Normality
Location : BEI
EPS significant
effect on stock
prices in the
coal mining
company listed
on the Indonesia
Stock
Exchange.
Year of
research :
2011-2014
Variable :
ROA
Analysis
Method :
HausmanTest,
Chow-Test,
Lagrange
Multiplier,
Hypothesis
testing,
Ordinary Least
Square Model
.
Year of
analysys :
2011
Sumber : Beberapa Jurnal Ilmiah Terdahulu
Penelitian
yang
akan
dilakukan
ini
adalah
untuk
mengembangkan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu dengan perbedaanperbedaan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menguji kembali variabel kinerja keuangan (return on equity,
earning pershare dan debt to equity ratio) yang mempengaruhi perubahan
harga saham.
40
2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2015.
3. Penelitian ini menggunakan metode uji asumsi klasik, analisis regresi linier
berganda, analisis koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi dan
pengujian hipotesis.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kinerja
perusahaan
adalah
suatu
usaha
formal yang
dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan
yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Fahmi (2011:2)
mengemukakan bahwa
untuk
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan
alat–alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja keuangan merupakan
suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan
efektivitas dari ativitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu
tertentu (Hanafi, 2008:69).
Kinerja perusahaan dapat ditunjukkan dalam laporan perusahaan yang
bermanfaat bagi para pengambil keputusan bagi investor yang akan menanamkan
41
dananya di pasar modal. Surat berharga yang sering diperjual belikan dalam pasar
modal adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau
kepemilikan
individu
maupun
intuisi
yang
dikeluarkan
oleh
sebuah
perusahaan yang terbentuk perseroan terbatas. Menerbitkan saham merupakan
salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan.
Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen yang banyak dipilih para
investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Dengan
demikian apabila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik
atau merupakan bagian dari pemegang saham perusahaan. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain: Return on Equity (ROE),
Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER). Sedangkan keterkaitan
antara variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
2.2.1
Pengaruh Kinerja Keuangan (Return On Equity) terhadap Perubahan
Harga Saham
Return On Equity (ROE) merupakan merupakan laba bersih bagi
pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham
pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang
mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh
menurut Brigham & Houston (2010:133). Apabila angka ROE semakin tinggi
akan memberi idikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian
investasi akan
tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat
menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan
42
terhadap perubahan harga saham. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015), Titis
Rahma Wahyu Ningrum dan Triyonowati (2016).
2.2.2
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
(Earning
Per
Share)
terhadap
Perubahan Harga Saham
Earning Per Share (EPS) yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor.
Semakin
tinggi
EPS,
maka
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan
jumlah laba yang diperoleh setiap lembar saham periode tertentu. Nilai dari
Earning
Per Share
adalah indikator bagi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Jadi semakin besar
Earning Per Share (EPS) maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dari setiap lembar saham juga akan semakin besar, keuntungan yang
besar menarik minat investor untuk memiliki saham tersebut. Permintaan yang
besar terhadap saham tersebut nantinya akan meningkatkan harga saham.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Syamsul Rizal dan Fira Permatasari (2015) dan Ursula (2015) yang
menemukan bahwa Earning Per Share (EPS) berhubungan positif dan signifikan
terhadap harga saham.
43
2.2.3 Pengaruh Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio) dengan Perubahan
Harga Saham
Debt
to
Equity Ratio
(DER) merupakan analisis leverage
yang
menggambarkan berapa besar hutang atau kewajiban jangka pendek atau
jangkapanjang dibandingkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Debt To
Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur seberapa besar modal sendiri
dalam menjamin hutangnya. Apabila Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan
tinggi maka ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena
apabila
perusahaan
memperoleh
laba
perusahaan
akan
cenderung
untuk
menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan membayar
dividen. Sebaliknya, apabila tingkat Debt To Equity Ratio (DER) rendah maka
membawa dampak meningkatnya harga saham di bursa. Perusahaan dengan
hutang yang tinggi akan memiliki resiko yang besar, bahkan perusahaan bisa
mengalami
kebangkrutan
sehingga
investor
tidak
menginginkan
untuk
menanamkan modalnya dan menyebabkan harga saham menurun. Debt To Equity
Ratio (DER) diperkirakan berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat menyatakan bahwa
Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
perubahan harga saham. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Chindy Ramadhani Ichsan dan Sasi Agustin (2016), Syamsul
Rizal dan Fira Permatasari (2015).
44
2.2.4 Pengaruh Kinerja Keuangan (Return On Equity, Earning Per Share
dan Debt To Equity Ratio) terhadap Perubahan Harga Saham
Return On Equity ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat
demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya
perusahaan semakin menurun.
Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini
mengukur
laba
dari
sudut
pandang
pemegang
saham,
rasio
ini
tidak
memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. (Chindy
Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016). Earning Per Share menunjukkan laba bersih
yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap lembar saham selama satu
periode tertentu yang akan dibagikan kepada semua pemegang saham. Kenaikan
atau penurunan EPS dari tahun ke tahun adalah ukuran penting untuk mengetahui
baik tidaknya pekerjaan yang dilakukan perusahaan pemegang sahamnya. EPS
yang
tinggi
menandakan
bahwa
perusahaan
dapat
memberikan
tingkat
kemakmuran kepada para pemegang saham, sebaliknya EPS yang lebih rendah
memberikan tingkat kemakmuran yang rendah menandakan bahwa perusahaan
gagal dalam memberikan tingkat kemakmuran kepada para pemegang saham.
Secara teori semakin tinggi EPS, harga saham cenderung naik. EPS yang
meningkat menandakan bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan taraf
kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah
jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Pada akhirnya
45
peningkatan jumlah permintaan terhadap saham mendorong harga saham juga ikut
naik (Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016). Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrument untuk
mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk
melunasi
seluruh
kewajibannya.
Dari
perspektif
kemampuan
membayar
kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio maka akan semakin baik
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Chindy
Ramadhani dan Sasi Agustin, 2016).
Berdasarkan uraian di atas adapun hubungan yang terjadi dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Chindy Ramadhani dan
Sasi Agustin (2016)
Return on Equity
Chindy Ramadhani dan Sasi
Agustin (2016)
Perubahan
Harga Saham
Earning per Share
Chindy Ramadhani dan Sasi Agustin
(2016)
Debt to Equity Ratio
Chindy Ramadhani dan
Sasi Agustin (2016)
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
46
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini terdiri
hipotesis parsial dan simultan, yaitu :
2.3.1 Hipotesis Simultan :
Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.
2.3.2 Hipotesis Parsial :
1. Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap perubahan harga
saham.
2. Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap perubahan harga
saham.
3. Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham.
Download