1 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENGATUR EMOSI

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENGATUR EMOSI DENGAN
PERILAKU AGRESIF SISWA DI SMPN 17 SURAKARTA
JURNAL
Disusun Oleh :
Nama
: ROBY KRISTIAWAN
NIM
: D0111045
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2016
1
ABSTRAKSI
Robby Kristiawan. D.0111.045. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN
MENGATUR EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA DI SMPN 17
SURAKARTA. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan. Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif siswa di SMPN 17 Surakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 17 Surakarta. Penelitian ini mengambil 1 kelas
dengan jumlah 32 siswa sebagai sampel penelitian dengan teknik cluster random
sampling atau area sampling.
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi dengan bantuan program SPSS 19
for windows diketahui bahwa nilai r hitung sebesar 0,404 > r tabel 0,349 sehingga Ho
ditolak, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kemampuan mengatur
emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN 17 Surakarta dengan tingkat
korelasi/hubungan sedang. Sehingga hipotesis penelitian : ada hubungan antara
kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN 17
Surakarta, terdukung kebenarannya.
Pihak sekolah hendaknya dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan suatu metode penanganan dalam mengetasi perilaku agresif siswa.
Misalnya dengan memberikan humor ringan dalam proses belajar mengajar sehingga
siswa lebih tenang dan rileks.
Kata Kunci : Emosi, Perilaku Agresif.
2
A. PENDAHULUAN
Masa remaja dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni remaja awal
dengan batasan usia 12 sampai dengan 15 tahun, remaja madya 5 dengan batasan
usia 15 hingga 18 tahun, dan remaja akhir dengan batasan usia 18 hingga 21
tahun
Perilaku agresif siswa di sekolah dianggap biasa dan akan semakin
meluas. Dalam pandangan yang optimis, perilaku agesif bukan suatu perilaku
yang dengan sendirinya ada di dalam diri manusia (not innately given), tetapi
merupakan perilaku yang terbentuk melalui pengalaman dan pendidikan.
Dengan demikian, siswa yang mempunyai perilaku agresif, melalui pengalaman
dan pendidikan perilakunya dapat diubah menjadi perilaku yang lebih positif.
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa munculnya perilaku agresif
terkait dengan rendahnya keterampilan sosial anak, di samping itu juga terkait
dengan rendahnya kemampuan anak dalam mengatur/ mengelola emosinya.
Dengan demikian, melalui pembelajaran keterampilan sosial dan emosional,
perilaku agresif siswa di sekolah diharapkan dapat direduksi.
Perilaku remaja dipengaruhi oleh munculnya rasa kecewa,
meningkatnya konflik, krisis penyesuaian, angan-angan yang tidak tercapai, halhal percintaan, keterasingan dari kehidupan orang dewasa dan norma kehidupan.
Masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi,
sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Tetapi meningginya emosi remaja
terutama diakibatkan oleh lingkungan sosial. Remaja mengalami ketidakstabilan
dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Apabila emosi berhasil dikelola maka individu akan mampu menghibur
diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya,
individu yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terusmenerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal
yang merugikan diri sendiri.
Kondisi di SMPN 17 Surakarta, masih terdapat beberapa siswa yang
mempunyai perilaku agresif baik kepada sesama teman seperti mendorong
teman, memukul, mengejek dan lain-lain, serta perilaku agresif kepada guru
seperti berani membentak guru, tidak mau menuruti guru dan lain-lain.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : apakah ada
hubungan antara kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif siswa di
SMPN 17 Surakarta ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif siswa di SMPN 17
Surakarta.
3
D. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
1. Tinjauan Teori Tentang Emosi
Menurut William James dalam Sobur (2003:399) emosi adalah
kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan
objek tertentu dalam lingkungannya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
perasaan seseorang ketika menghadapi sesuatu dalam lingkungan.
Daniel Goleman (2002:48) mengatakan bahwa emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
penyesuaian diri individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon
atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya.
2. Tinjauan Teori Tentang Perilaku Agresif
Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia (Alwi, 2007), definisi agresif
ialah cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai
hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agresif adalah
kecenderungan menyerang karena adanya suatu kekecewaan dalam diri
individu.
Menurut Berkowitz (dalam Sarwono & Meinarno, 2009:21), agresif
ialah tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap
orang/institusi lain yang sejatinya disengaja. Agresi merupakan segala bentuk
perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain
yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa agresif
adalah tindakan menyakiti yang dilakukan secara sengaja kepada orang lain.
Dari beberapa definisi mengenai agresi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa agresi merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
sadar oleh individu yang dapat merusak barang tertentu, membahayakan dan
melanggar hak-hak individu lain serta menyakiti individu, baik fisik maupun
mental.
3. Hubungan Antara Emosional Dengan Perilaku Agresif
Keberhasilan siswa tidak hanya ditandai dengan prestasi akademisnya
saja, tetapi juga harus dilihat dari kemampuan dalam mengendalikan
perilakunya dalam beretika di lingkungan sekolah. Menurut Triatna (2008:30)
Taraf inteligensi seseorang bukan merupakan satu - satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Emosional dalam hal ini sangat dibutuhkan, emosional
4
menentukan apakah seseorang dapat atau tidak mengendalikan perilakunya,
khususnya perilaku agresif.
Dari teori yang telah dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa control emosi atau kendali emosi sangat berpengaruh terhadap
tindakan yang akan diambil. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan atau
mengontrol emosi maka akan mengambil keputusan secara singkat untuk
menentukan tindakannya. Segala tindakan yang telah diambil maka akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya.
Dalam hal ini kecerdasan emosional seseorang dapat mempengaruhi
perilaku agresif seseorang. Pada dasarnya seseorang yang memiliki tingkat
kecerdasan emosional yang baik maka dapat mengontrol tindakannya
sehingga terhindar dari perilaku agresif yang merugikan orang lain dan
dirinya sendiri.
4. Kerangka Pemikiran
Layanan Konseling Individu
Dengan Teknik Rational
Emotive Theraphy
Siswa
Mengurangi
Tingkat Perilaku
Membolos Siswa
Keterangan :
1. Variabel X adalah Kecerdasan Emosional
2. Variabel Y adalah Perilaku Agresif
Dalam penelitian ini ingin melihat sejauh mana hubungan kecerdasan
emosional dengan perilaku agresif siswa. Berdasarkan skema yang tergambar
diatas, tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki siswa akan mempengaruhi
tinggi rendahnya perilaku agresif siswa. Sesuai dengan paparan teori yang
telah dijelaskan, semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional siswa, maka
siswa dapat mengontrol emosi dan perasaannya dalam bentuk perilaku mana
yang pantas ditunjukkan di depan umum.
5. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono (2012:64) pengertian hipotesis adalah sebagai
berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya
disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “ ada hubungan antara
kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN
17 Surakarta”.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai bulan Mei
– Juni 2015
5
2.
3.
4.
5.
b. Tempat
Tempat Penelitian akan dilaksanakan di SMPN 17 Surakarta.
Populasi
Populasi adalah sejumlah unit yang menjadi obyek sebuah
penelitian. Ada juga pendapat lain, Margono (2010:118) menyebutkan
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan. Memahami makna tersebut maka penulis dapat
menyimpulkan obyek yang akan dijadikan sasaran penelitian. Dalam
penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas VIIID SMPN 17
Surakarta yang berjumlah 32 siswa..
Sampel
Menurut Sugiyono (2011:62), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto
(2010:116) “Penentuan pengambilan Sample sebagai berikut : pengambilan
sampel tergantung setidak-tidaknya dari besarnya kemampuan peneliti dari
segi waktu, tenaga dan dana.
Berdasarkan pendapat Arikunto, maka penelitian ini mengambil 1
kelas dengan jumlah 32 siswa sebagai sampel penelitian.
Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012:61) sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
Jadi penentuan satu kelas dari jumlah siswa kelas VIII dengan cara
sampling jenuh, dimana peneliti mengambil semua populasi sebagai
penelitian.
Metode Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Sugiyono (2012:142) menyatakan kuesioner merupakan teknik
pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Dalam
penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para
responden yang telah ditentukan.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2012:137) wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.
c. Observsi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku
manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
(Sujarweni, 2014:32)
6
Penelitian ini menggunakan dokumentasi visual beruapa foto
selama kegiatan konseling diadakan.
6. Teknik Analisis Data
a. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu
instrumen digunakan untuk mengukur konsep yang seharusnya diukur.
Menurut Arikunto (2010:211) “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.
Untuk menguji validitas konstruk dilakukan dengan cara mengkorelasikan
antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini
adalah Product Moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
Kemudian hasil dari rxy dikonsultasikan dengan harga kritis product
moment (r tabel), apabila hasil yang diperoleh rhitung> rtabel, maka
instrumen tersebut valid.
Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas kuesioner
menggunakan bantuan softwareStatistical Product and Service Solution
(SPSS).
b. Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2010: 154) menyatakan “Reliabilitas
menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”.
Kuesioner dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berlainan
pada waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang tetap.
Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbachalpha sebagai
berikut:
Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,6 maka dapat
dikatakan instrumen tersebut reliabel. Uji Reliabilitas pada penelitian ini
juga menggunakan bantuan softwareStatistical Product and Service
Solution (SPSS).
c. Uji Hipotesis
Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil
pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat
hubungan antara variabel X (Kemampuan Mengatur Emosi) dengan
7
variabel Y (Perilaku Agresif). Pada penelitian ini menggunakan teknik
pearson product momen correlatin.
Adapun kriteria penilaian korelasi menurut Sugiyono (2014 ; 184)
yaitu :
Interval Koefisian
Tingkat
Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat Kuat
Penghitungan korelsi dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 19 for windows. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan
negatif (-) yaitu :
1) Jika korelasi menghasilkan angka positif (+), hubungan kedua
variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna bahwa jika
variabel bebas besar, maka variabel terikatnya juga besar.
2) Jika korelasi menghasilkan angka negatif (-), hubungan kedua variabel
bersifat tidak searah. Tidak searah mempunyai makna bahwa jika
variabel bebas besar maka variabel terikatnya adalah kecil.
Hasil analisis r hitung dibandingkan dengan r tabel untuk menguji
kebenaran hipotesis.
F. HASIL PENELITIAN
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir dalam
instrumen dalam mendefinisikan variabel. Sebelum angket diberikan kepada
responden (sampel penelitian), maka terlebih dulu diuji cobakan (try out)
angket. Uji coba angket kepada 30 siswa kelas VIIIC di SMPN 17 Surakarta.
Uji validitas menggunakan rumus korelasi product Moment dan
pengerjaannya dilakukan dengan bantuan computer program SPSS for
Windows versi 21.
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa nilai r hitung item angket
pada variabel kemampuan mengatur emosi lebih besar dari nilai r tabel 0,361.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa item angket 1-18 pada variabel
kemampuan mengatur emosi valid, dan dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa nilai r hitung item angket
pada variabel perilaku agresif lebih besar dari nilai r tabel 0,361. Sehingga
8
dapat disimpulkan bahwa item angket 1-24 pada variabel perilaku agresif
valid, dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Setelah kuisioner dibuat, kemudian kuesioner diuji coba pada
beberapa responden. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji reliabilitas.
Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk konstruk pertanyaan
yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner.
Adapun kriteria yang dijadikan patokan untuk menentukan vadilitas
dan reliabilitas tidaknya suatu angket adalah :
Antara =0,800-1,00 = sangat tinggi
Antara =0,600-0,800 = tinggi
Antara =0,400-0,600 =sedang
Antara =0,200-0,400 = rendah
Antara =0,00-0,200 =rendah sekali
(Suharsimi Arikunto, 2002:258)
Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Cronbach’s
Variabel
Keterangan
Kategori
Alpha
Kemampuan mengatur emosi
0,903
Reliabel
Sangat Tinggi
Perilaku agresif
0,934
Reliabel
Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variabel kemampuan
mengatur emosi dan perilaku agresif mempunyai reliabilitas yang sangat
tinggi.
3. Uji hipotesis
Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil
pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat
hubungan antara variabel X (Kemampuan Mengatur Emosi) dengan variabel
Y (Perilaku Agresif).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi dengan bantuan program
SPSS 19 for windows diketahui bahwa nilai r hitung sebesar 0,404 > r tabel
0,349 sehingga Ho ditolak.
Berdasar hasil pengujian diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN 17
Surakarta dengan tingkat korelasi/hubungan sedang.
4. Pembahasan
Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya,
seperti pengamatan, tanggapan, pemikiran dan kehendak, maka dengan itu
individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik
jika disertai dengan emosi yang baik pula, individu tersebut akan memberikan
tanggapan atau respon yang positif terhadap suatu obyek tersebut, dan begitu
pula sebaliknya (Asrori, 2007:82).
Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial, sejak dilahirkan
ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya (Gerungan, 2010:26). Sebagai makhluk sosial,
dalam melakukan proses interaksi dengan lingkungannya dapat dipastikan
9
pernah mengalami adanya rasa marah, jengkel, muak, frustasi dan sebagainya
yang berupa emosi yang dituangkan dalam bentuk perilaku. Proses interaksi
atau komunikasi yang baik tidak selamanya berbentuk verbal, tapi juga bisa
nonverbal, dari ekspresi itu kita dapat melakukan komunikasi dengan diri
sendiri dan orang lain, serta menentukan sikap dan tindakan yang perlu
dilakukan di saat yang tepat. Emosi dikategorikan sebagai psiko-fisik atau
psiko-fisis yang melibatkan sisi luar dan dalam diri manusia sekaligus
Manusia merupakan kesatuan psiko – fisis yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi, sehingga apa yang ada dalam fikiran manusia akan dituangkan
melalui bentuk perilaku. Salah satunya yaitu perilaku agresif siswa. Perilaku
agresif sering muncul akibat keadaan emosi. Emosi sangat berpengaruh
terhadap fungsi-fungsi psikis, sehingga individu dapat memberikan tanggapan
atau respon berupa perilaku dengan baik jika ia memiliki emosi yang baik.
Media masa, media cetak maupun media elektronik akhir-akhir ini banyak
memaparkan kasus agresifitas yang terjadi dikalangan remaja. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya tindakan kekerasan baik yang dilakukan secara
individu, dilakukan secara bersama-sama sekelompok remaja bahkan ada pula
yang dilakukan secara masal. Sejak lahir manusia merupakan kesatuan psikofisis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan, dalam
pertumbuhan dan perkembangannya tersebut manusia memiliki karakteristik
yang khas.
Salah satu faktor penyabab Prilaku agresif pada remaja adalah
amarah sebagaimana dinyatakan oleh Paul Ekman (Goleman,2007). Amarah
disebabkan karena kemampuan mengatur emosi yang kurang.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi dengan bantuan program
SPSS 19 for windows diketahui bahwa nilai r hitung sebesar 0,404 > r tabel
0,349 sehingga Ho ditolak, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
kemampuan mengatur emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN 17
Surakarta dengan tingkat korelasi/hubungan sedang.
Sehingga hipotesis penelitian : ada hubungan antara kemampuan
mengatur emosi dengan perilaku agresif peserta didik SMPN 17 Surakarta,
terdukung kebenarannya.
2. Saran
a. Sekolah
Pihak sekolah hendaknya dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan suatu metode penanganan dalam mengetasi perilaku
agresif siswa. Misalnya dengan memberikan humor ringan dalam proses
belajar mengajar sehingga siswa lebih tenang dan rileks.
10
b. Guru
Guru dalam penanganan emosi pada siswa, dapat menggunakan
permainan sebagai variasi dalam metode penanganan emosi. Unsur-unsur
dalam permainan dapat membantu siswa menjadi lebih aktif secara
jasmaniah karena dipengaruhi gerakan jasmaniah yang teratur.
c. Bagi Orang Tua
Orang tua, keluarga dan juga lingkungan sekitar tempat tinggal siswa
diharapkan agar lebih bersabar dalam memberikan penanganan pada anak
yang agresif. Dikarenakan anak dengan perilaku agresif membutuhkan
penanganan atau bantuan agar dapat mengontrol emosi yang ada pada
dirinya.
d. Siswa
Dengan kegiatan permainan dalam penanganan emosi, siswa
dilibatkan dalam proses kegiatan secara aktif untuk mencapai keberhasilan
dalam mengatur emosi, sehingga akan muncul semangat dalam belajar,
sehingga prestasi belajar lebih meningkat.
e. Penelitian lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya
11
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Gerungan, 2010, psikologi sosial. Bandung : PT. Refika aditama.
Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Utama
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung:
ALFABETA.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
12
Download