BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Seperti diungkapkan oleh Giulio Battazzi, Angelo Secchi, and Federico Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Productivity, Profitabilty, and Financial Performance” menyatakan bahwa “A comparative analysis of two crucial dimensions of firms performance: profitability and productivity, and find independently from the particular sector of activity and from financial conditions, there seems to be weak market pressure and little behavioral inclination for the more efficient and more profitable firms to grow faster.” Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari 9 penghasilan atau penghasilan operasi. Dwi Prastowo (2008) menyatakan bahwa informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahaan potensial sumber daya ekonomi yang memungkinkan dimasa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektifikasi perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat pendapatan yang diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya pada periode akuntansi tertentu. Pengertian profitabilitas menurut beberapa ahli: 1. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118), “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.” 2. Menurut Michelle & Megawati (2005), “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.” 3. Menurut Agus Sartono (2008), “Profitabilitas ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” 4. Menurut John (2005), “Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.” 2.2. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha, makan kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Menurut Kasmir (2008:197), tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah: 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai untuk beberapa hal, diantaranya: 1. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukkan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. 2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses atau tidaknya suatu perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen perusahaan. 3. Profitabilitas merupakan suatu alat yang membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan. 4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen perusahaan dan dapat dimanfaatkan oleh pihak internal perusahaan dalam menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. 2.3. Hal-hal yang Mempengaruhi Profitabilitas Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan tingkat pengembalian aset (Return On Asset). Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan semakin baik bagi perusahaan (Syamsuddin, 2009). Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan. Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (Profit Margin) yang mengukur profitabilitas perusahaan relatif terhadap penjualan. Ukuran profitabilitas perusahaan yang lebih spesifik adalah margin laba bersih (Net Profit Margin), karena rasio ini memberikan hasil penghitungan atas penghasilan bersih perusahaan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur harus mengelola modal kerja secara lebih efisien, dan biasanya perusahaan manufaktur bisa mengembangkan lebih dari setengah dari total aktivanya. Semakin tingginya tingkat aktiva lancar, akan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang semakin rendah. Perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu rendah dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan proses operasi yang stabil. Untuk mengetahui seberapa besar modal kerja yang dialokasikan perusahaan untuk proses operasi perusahaan, dapat menggunakan rasio yang lebih likuid tanpa memasukkan unsur persediaan yaitu dengan menggunakan Quick Ratio. Nilai perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, dimana semakin besar ukuran perusahaan, maka indikasi perkembangan perusahaan semakin pesat. Adapun ukuran perusahaan itu sendiri dapat dilihat dengan mengevaluasi kinerja perusahaan. 2.3.1 Penjualan (Sales) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil dilihat dari kemampuannya dalam memperoleh laba. Dengan laba yang diperoleh, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta dapat mengembangkan dan memperluas bidang usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar volume penjualan semakin besar pula laba yang akan diperoleh perusahaan. Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan dalam penjualan yaitu mencapai volume penjualan, mendapatkan laba tertentu, dan menunjukan pertumbuhan perusahaan. Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim yang diterjemahkan oleh Moh. Kurdi, “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. Pertimbangan ini dapat dalam bentuk tunai, peralatan kas atau harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh pada saat penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya diketahui”. Penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati. Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik dan mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya, namun hal ini perlu peningkatan kinerja dari pihak distributor dalam menjamin mutu barang atau jasa yang akan di jual tersebut. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja di dalamnya seperti agen, pedagang dan tenaga pemasaran. Dalam prakteknya semua pelaku ini harus mempunyai keterampilan pendukung yang dapat menunjang aktifitasnya, seperti pengenalan terhadap produk yang dijualnya (product knowledge), harga, jenis pasar, segment pasar dan daya beli konsumen. Dukungan dari faktor lainnya juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan jumlah penjualan, salah satu faktor tersebut adalah promosi. Promosi ini biasanya dilakukan untuk menjangkau konsumen yang diharapkan akan membeli produk yang ditawarkan tersebut. Dengan adanya promosi dan strategi lainnya, diharapkan penjualan produk dapat meningkat sehingga tingkat laba yang diperoleh perusahaan atau organisasi akan semakin tinggi. Pada akhirnya perusahaan akan dapat berkembang dan lebih terpacu untuk meningkatkan jumlah produksinya. Dan tentu saja, hal ini akan berdampak langsung pada meningkatnya pendapatan karyawan dan kesejahteraannya. 2.3.2 Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold) Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual, atau bisa dikatakan penghitungan HPP merupakan perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk mendapatkan barang yang di jual dengan hasil dari barang-barang yang di jual/penjualan. Manfaat dari harga pokok penjualan adalah untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian. Selain itu, harga pokok perjualan dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan harga jual. Adapun rumus harga pokok penjualan adalah: HPP = Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir Keterangan: Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian bersih. Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut – retur pembelian – potongan pembelian. 2.4. Pengukuran Profitabilitas Secara umum, yang paling utama dalam analisa rasio keuangan harus mencakup hanya jenis penghasilan yang timbul dari operasi bisnis normalnya. Hal ini tidak termasuk hal-hal berikut: • Discontinued Operations • Extraordinary Items Pendapatan modal dari cabang perusahaan yang tidak dikonsolidasi dan bunga yang tidak terkontrol juga penting dalam analisa profitabilitas. Analisis trend juga harus mempertimbangkan hanya penghasilan yang timbul dari operasi bisnis normalnya. 2.4.1. Net Profit Margin Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar Net Profit Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Marjin laba bersih menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Semakin besar besar net profit margin, berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Interpretasi dari hasil analisa ini adalah untuk mengukur sejauh mana laba bersih sesudah pajak yang dapat dicapai dari besarnya volume penjualan. Semakin besar rasio ini, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, maka semakin baik juga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. 2.4.2. Operating Income Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap penjualan. Selain itu, rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi laba yang diterima oleh perusahaan. Pendapatan operasi dihitung dari laba kotor perusahaan dikurangi dengan biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta biaya-biaya lainnya. Dalam hal ini operating profit adalah gross profit – operating expenses. Adapun operating expense terdiri dari gaji yang dibayarkan kepada pekerja, penelitian dan pengembangan, dan tagihan lain-lain. 2.4.3. Return on Equity Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Menurut Syafri (2008:305), ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Menurut Harahap (2007:156), ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE, semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi, sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut. Hal itu akan menyebabkan harga pasar saham cenderung naik. ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan dapat mengelola modalnya sendiri dengan efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau sering disebut dengan rentabilitas usaha. Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset, yang mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki pengembalian atau pendapatan. 2.4.4. Gross Profit Margin untuk menghasilkan tingkat Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Sedangkan menurut Syamsuddin, 2009:61, “Gross Profit Margin merupakan persentasi laba kotor dibandingkan dengan sales.” Rasio ini menunjukkan nilai relatif antara nilai laba kotor terhadap nilai penjualan. Laba kotor adalah nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Dari rumus diatas, dapat diketahui bahwa rasio ini menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk seluruh penjualan yang telah dilakukan. Nilai rasio 0.5 atau 50% menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah 50% dari total penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, semakin besar laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan. Artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi. 2.5. Produktifitas Produktifitas berkaitan dengan pembuatan output secara efisien dan secara spesifik menunjuk pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input (bahan baku) yang digunakan untuk memproduksi output. Definisi produktifitas menurut L. Greenberg, merupakan “Perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu.” (Prof. Dari. Tjotjo Yuniarsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2009, hal 157). Total efisiensi produktif adalah suatu titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap campuran input untuk memproduksi output tertentu, tidak digunakan lebih dari satu input dari yang diperlukan dan (2) dengan campuran yang memenuhi kondisi pertama, dipilih campuran dengan biaya terendah. Ukuran produktifitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja setiap tenaga kerja. Namun demikian terjadi kerugian yang dikarenakan oleh adanya pembatasan bahwa perbandingan produktifitas antar perusahaan dapat keliru, jika perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja dan peningkatan modal yang berbeda. Berdasarkan Hansen & Mowen (2011) dalam bukunya yang berjudul Managerial Accounting, produktifitas dapat dihitung dengan rumus: Pengukuran produktifitas dapat membantu mengevaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan pendapatan, upah, dan harga melalui identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkat pertumbuhan suatu sektor ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya. Secara umum pengukuran produktifitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu: 1. Perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan atau belum. 2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit dengan lainnya. Pengukuran jenis ini menunjukkan perncapaian yang relatif. 3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan. Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini, kita memerlukan pertimbangan perbandingan pengukuran produktifitas. Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni: 2.5.1. Pengukuran Produktifitas Parsial Pengukuran produktifitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktifitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Pengukuran produktifitas dapat berupa aktual atau prospektif. Pengukuran produktifitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai, memantau dan mengendalikan perubahan. Sedangkan pengukuran produktifitas prospektif melihat ke masa depan dan berguna sebagai input bagi pengambilan keputusan strategis, sehingga memungkinkan manajer untuk membandingkan manfaat relatif dari berbagai kombinasi input, pemilihan input dan campuran input yang memberikan manfaat terbesar. Produktifitas input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input. Karena produktifitas hanya merupakan salah satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut pengukuran produktifitas parsial. Apabila pengukuran tersebut menggunakan kuantitas fisik, maka disebut ukuran produktifitas operasional, tetapi jika pengukuran dinyatakan dalan dolar, maka disebut ukuran produktifitas keuangan. Ukuran parsial memungkinkan manajer untuk memusatkan perhatiannya pada penggunaan input tertentu. Pengukuran parsial ini mudah diinterpretasikan oleh seluruh karyawan perusahaan, sehingga ukuran tersebut mudah digunakan untuk menilai kinerja produktifitas personil operasi. Penurunan produktifitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktifitas input lainnya. Trade-off seperti itu sangat diperlukan apabila biaya secara keseluruhan turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang apabila digunakan ukuran parsial lainnya. Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan waktu lebih sedikit dalam proses produksi, hal ini memungkinkan meningkatnya sisa bahan baku dan limbah produksi, sementara output yang dihasilkan tidak berubah. Apabila kenaikan bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan dari penggunaan lebih sedikit ternaga kerja, maka produktifitas secara keseluruhan menurun. 2.5.2. Pengukuran Produktifitas Total Pengukuran produktifitas seluruh input disebut pengukuran total produktifitas. Namun, dalam prakteknya pengukuran seluruh input jarang digunakan. Banyak perusahaan hanya mengukur faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Singkat kata, pengukuran total produktifitas dapat didefinisikan sebagai pemusatan perhatian pada beberapa input yang secara total mencerminkan keberhasilan perusahaan. Ada dua pendekatan dalam pengukuran total produktifitas yang telah memperoleh pengakuan yaitu pengukuran profil (profil measurement) dan pengukuran produktifitas yang berkaitan dengan laba (profit-linked productivity measurement). Pembuatan sebuah produk umumnya membutuhkan beberapa input utama seperti tenaga kerja, bahan, modal dan energi. Pengukuran profil menyediakan serangkaian ukuran operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari waktu ke waktu untuk menyediakan informasi mengenai perubahan produktifitas. Analisis profil dapat menyediakan informasi perubahan produktifitas yang bermanfaat bagi manajer. Namun, perbandingan berbagai profil produktifitas tidak selalu mengungkapkan sifat seluruh perubahan efisiensi produktif. Dalam beberapa kasus, analisis profil tidak mampu memberikan indikasi yang jelas mengenai apakah perubahan produktifitas memberikan dampak yang baik atau buruk. Menilai pengaruh perubahan produktifitas terhadap laba pada tahun berjalan merupakan salah satu cara untuk menilai perubahan produktifitas. Dengan penilaian ini, manajer dapat dengan mudah mengetahui manfaat ekonomis dari perubahan produktifitas. 2.6. Produktifitas dan Profit Ada beberapa hal yang akan dibahas berkenaan dengan yang “bukan” termasuk konsep produktifitas. Pertama, produktifitas bukan “produksi”. Pengertian produksi selalu berorientasi ke output saja yang mempunyai unit satuan berdimensi seperti “kg” atau “ton”. Pertanyaan yang sering timbul terkait dengan upaya dalam meningkatkan produksi adalah “How much?” sedangkan pertanyaan yang terkait dalam upaya meningkatkan produktifitas adalah “How well?”. Hal ini dikarenakan, dalam pengertian produktifitas perhatian bukan hanya tertuju pada output tetapi juga pada input. Unit satuan yang biasanya digunakan dalam produktifitas berdimensi dua, seperti ton per hektar atau nilai tambah per tenaga kerja. Yang kedua, produktifitas bukan “efisiensi”. Produktifitas berbeda dengan efisiensi, pengertian efisiensi selalu berorientasi pada input. Tindakan yang efisien berarti menghemat penggunaan input atau dapat mendekati suatu standar tertentu tanpa mempertimbangkan jumlah output yang dihasilkan. Tetapi produktifitas fokus terhadap hubungan antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan perusahaan. Ketiga, produktifitas bukan “pengukuran kerja”. Konsep pengukuran kerja bertujuan untuk mengetahui jumlah jam kerja yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugasnya sesuai dengan standar tertentu. Yang terakhir, produktifitas bukan “profitabilitas”. Profitabilitas merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai rupiah, maka nilai profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan. Sedangkan konsep produktifitas tidak banyak dipengaruhi oleh fluktuasi harga, karena hanya fokus terhadap hubungan antara input dan output yang digunakan. Perusahaan disebut produktif apabila dapat menghasilkan jumlah output yang sama dengan menggunakan jumlah input yang lebih sedikit, atau dengan meningkatkan jumlah output dengan tanpa menambah jumlah input. Sehingga, masalah hubungan antara input dan output masih didalam kontrol perusahaan. Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk mencari laba. Peter Drucker dalam tulisannya pada tahun 60 dan 70-an membenarkan jawaban tersebut. Tetapi dengan adanya perkembangan ekonomi di dunia maka jawaban tersebut tidaklah valid. Tom Peters memberikan jawaban bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk bertahan. Peter Drucker menyatakan bahwa untuk perusahaan yang tidak memiliki “Productivity Objective” maka perusahaan tersebut tidak memiliki “kompas” yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk dapat “survive”. Untuk menyusun objektif tersebut maka diperlukan data produktifitas. 2.7. Efisiensi Kinerja Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian kinerja diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan optimal, maka produktifitas perusahaan tersebut dapat dikatakan efektif dan efisien. Menurut Hansen & Mowen (2011) dalam bukunya yang berjudul Managerial Accounting, menyatakan bahwa kinerja suatu perusahaan dapat dikatakan sudah efisien apabila perusahaan dapat menggunakan lebih sedikit input untuk menghasilkan output yang sama atau relatif lebih banyak, atau dengan memproduksi output lebih banyak dengan jumlah input yang sama atau relatif lebih sedikit. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila kinerja perusahaan sudah semakin mendekati totalitas, maka investor atau penyandang dana tentunya akan semakin tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada beberapa pengertian kinerja seperti yang telah dijelaskan oleh Helfert (1996:67) bahwa, “Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.” Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner et al (1996:9): “Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal yang tepat.” Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance) perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan lainnya. Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan pelaporan keuangan adalah: • Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis. • Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan. • Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Menurut Yulius Jogi Christiawan dan Josua Tarigan (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan, kinerja perusahaan dapat dihitung dengan laba bersih dibagi dengan rata-rata total assets. Rata-rata total assets dihitung dari total assets awal tahun ditambah total assets akhir tahun dibagi dua. Semakin tinggi skor ini menunjukkan perusahaan telah dikelola dengan tingkat pengembalian atas assets yang tinggi. Penghitungan ini biasa dikenal dengan rasio Total Asset Turnover (TATO): Rasio ini digunakan untuk mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva yang paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi laba. TATO merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat. Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. 2.8. Penelitian Terdahulu Menurut Ritra (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisa Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Dalam Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, berdasarkan hasil pengujian regresi diketahui bahwa number of days account receivable (NDAR) dan number of days inventory (NDI) berpengaruh positif terhadap net operating profit (NOP). Sedangkan, number of days account payable (NDAP) berpengaruh negatif terhadap variabel profitabilitas, yaitu NOP. Menurut Nelly (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Arus Kas Dari Aktivitas Operasi, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan LQ 45 Periode 2009 – 2011”, Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, maka sesuai dengan hipotesis pertama. Tanda koefisien yang memiliki arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE, maka semakin menunjukkan efisiensi dalam menggunakan dan mengelola modal sendiri serta berhasil dalam menghasilkan laba yang tinggi. Semakin tinggi laba yang diperoleh, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin tinggi dan harga saham yang akan dihasilkan perusahaan juga akan semakin tinggi. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan meningkat. The concepts of efficiency have received a great deal of attention in many organisations. Many different approaches have been applied by many researchers to the measurement of efficiency changes in various types of institutions. The aim of this paper is to review the literature dealing with the concepts of efficiency and to review various techniques used in the measurement of these constructs. Measurement techniques are reviewed and directions are given for future research in data envelopment approach (DEA). Many researchers have used the DEA technique in efficiency analysis of financial institutions. These studies provide evidence that DEA is an appropriate methodology for efficiency analysis for these institutions. (Ariyarathna Jayamaha and Joseph M. Mula, Productivity and Efficiency Measurement Techniques: Identifying the Efficacy of Techniques for Financial Institutions in Developing Countries, 2011) Ramond Luke dalam jurnalnya yang berjudul “THE EFFECT OF QUALITY COST MANAGEMENT ON FIRMS PROFITABILITY” menyatakan bahwa “The correlation analysis (SPSS version 20) was used to analyze the data and from the results obtained it was concluded that there is a significant relationship between quality cost management and firm profitability. It was recommended that effective quality cost management systems be put in place by firms to enhance their profitability and that firms should channel more efforts towards prevention and appraisal activities, this will reduce the extent to which they spend on internal and external failures and lead to increased profitability.” Dalam jurnal yang berjudul “The Relationship Between Working Capital Efficiency and Profitability”, Christi Khalid Ashraf (2012) mengungkapkan bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara net operating profitability dan the average collection period, inventory turnover in days, average payment period, dan cash conversion cycle. Ashraf juga mengungkapkan bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara accounts payable dan profitabilitas sesuai dengan anggapan bahwa perusahaan yang kurang profitable membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membayar tagihan-tagihan mereka. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, penulis dapat mengetahui bahwa tingkat profitabilitas perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya piutang dan persediaan, ROE (Return on Equity), efisiensi kinerja dan produktifitas, serta manajemen biaya.