9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Profitabilitas

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Profitabilitas merupakan
salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu
perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu
dengan lainnya.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas
menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di
masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu
berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut
akan lebih terjamin. Seperti diungkapkan oleh Giulio Battazzi, Angelo Secchi,
and Federico Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Productivity,
Profitabilty, and Financial Performance” menyatakan bahwa “A comparative
analysis of two crucial dimensions of firms performance: profitability and
productivity, and find independently from the particular sector of activity and
from financial conditions, there seems to be weak market pressure and little
behavioral inclination for the more efficient and more profitable firms to grow
faster.”
Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas sebagai jumlah yang
berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
9
penghasilan atau penghasilan operasi. Dwi Prastowo (2008) menyatakan bahwa
informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahaan potensial sumber daya ekonomi yang memungkinkan dimasa depan,
sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan
setara
kas)
serta
untuk
merumuskan
efektifikasi
perusahaan
dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat
pendapatan yang diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya pada
periode akuntansi tertentu.
Pengertian profitabilitas menurut beberapa ahli:
1. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118), “Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan
penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”
2. Menurut Michelle & Megawati (2005), “Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi
dasar pembagian dividen perusahaan.”
3. Menurut Agus Sartono (2008), “Profitabilitas ratio merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”
4. Menurut John (2005), “Rasio profitabilitas merupakan perbandingan
antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan
untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan, semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut
dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.”
2.2.
Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga
mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah
badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.
Dengan demikian, setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha,
makan kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
Menurut Kasmir (2008:197), tujuan penggunaan profitabilitas bagi
perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi
perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai untuk
beberapa hal, diantaranya:
1. Analisis
kemampuan
menghasilkan
laba
ditunjukkan
untuk
mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh
suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu.
2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang
sangat diperlukan dalam menilai sukses atau tidaknya suatu
perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen
perusahaan.
3. Profitabilitas merupakan suatu alat yang membuat proyeksi laba
perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah
modal yang ditanamkan.
4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen
perusahaan dan dapat dimanfaatkan oleh pihak internal perusahaan
dalam
menyusun
target,
budget,
koordinasi,
evaluasi
hasil
pelaksanaan operasi perusahaan dan dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
2.3.
Hal-hal yang Mempengaruhi Profitabilitas
Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk melihat kondisi profitabilitas
suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan tingkat pengembalian aset
(Return On Asset). Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva
maka akan semakin baik bagi perusahaan (Syamsuddin, 2009).
Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas
perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan. Hubungan
laba dengan penjualan disebut margin laba (Profit Margin) yang mengukur
profitabilitas perusahaan relatif terhadap penjualan. Ukuran profitabilitas
perusahaan yang lebih spesifik adalah margin laba bersih (Net Profit Margin),
karena rasio ini memberikan hasil penghitungan atas penghasilan bersih
perusahaan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan.
Perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur harus mengelola
modal kerja secara lebih efisien, dan biasanya perusahaan manufaktur bisa
mengembangkan lebih dari setengah dari total aktivanya. Semakin tingginya
tingkat aktiva lancar, akan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang
semakin rendah.
Perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu rendah dapat mengalami
kesulitan dalam mempertahankan proses operasi yang stabil. Untuk mengetahui
seberapa besar modal kerja yang dialokasikan perusahaan untuk proses operasi
perusahaan, dapat menggunakan rasio yang lebih likuid tanpa memasukkan
unsur persediaan yaitu dengan menggunakan Quick Ratio. Nilai perusahaan juga
dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, dimana semakin besar ukuran
perusahaan, maka indikasi perkembangan perusahaan semakin pesat. Adapun
ukuran perusahaan itu sendiri dapat dilihat dengan mengevaluasi kinerja
perusahaan.
2.3.1
Penjualan (Sales)
Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil
dilihat dari kemampuannya dalam memperoleh laba. Dengan laba yang
diperoleh, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai kegiatan,
meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta dapat mengembangkan dan
memperluas bidang usahanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan mengandalkan
kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar volume penjualan
semakin besar pula laba yang akan diperoleh perusahaan. Perusahaan
pada umumnya mempunyai tiga tujuan dalam penjualan yaitu mencapai
volume penjualan, mendapatkan laba tertentu, dan menunjukan
pertumbuhan perusahaan.
Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim yang diterjemahkan oleh
Moh. Kurdi, “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari
pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa
sebagai barang pertimbangan. Pertimbangan ini dapat dalam bentuk tunai,
peralatan kas atau harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh pada saat
penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan
bebannya diketahui”.
Penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan
pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan
pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk
tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati. Tujuan utama penjualan
yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang
yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik dan
mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya, namun hal ini perlu
peningkatan kinerja dari pihak distributor dalam menjamin mutu barang
atau jasa yang akan di jual tersebut. Dalam pelaksanaannya, penjualan
sendiri tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja di
dalamnya seperti agen, pedagang dan tenaga pemasaran.
Dalam
prakteknya
semua
pelaku
ini
harus
mempunyai
keterampilan pendukung yang dapat menunjang aktifitasnya, seperti
pengenalan terhadap produk yang dijualnya (product knowledge), harga,
jenis pasar, segment pasar dan daya beli konsumen. Dukungan dari faktor
lainnya juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan jumlah penjualan,
salah satu faktor tersebut adalah promosi. Promosi ini biasanya dilakukan
untuk menjangkau konsumen yang diharapkan akan membeli produk
yang ditawarkan tersebut.
Dengan adanya promosi dan strategi lainnya, diharapkan
penjualan produk dapat meningkat sehingga tingkat laba yang diperoleh
perusahaan atau organisasi akan semakin tinggi. Pada akhirnya
perusahaan
akan
dapat
berkembang
dan
lebih
terpacu
untuk
meningkatkan jumlah produksinya. Dan tentu saja, hal ini akan
berdampak langsung pada meningkatnya pendapatan karyawan dan
kesejahteraannya.
2.3.2
Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga
perolehan dari barang yang dijual, atau bisa dikatakan penghitungan HPP
merupakan perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk
mendapatkan barang yang di jual dengan hasil dari barang-barang yang
di jual/penjualan. Manfaat dari harga pokok penjualan adalah untuk
mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih
besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan
sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan
akan diperoleh kerugian. Selain itu, harga pokok perjualan dapat
digunakan sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
Adapun rumus harga pokok penjualan adalah:
HPP = Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir
Keterangan:
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut – retur pembelian –
potongan pembelian.
2.4.
Pengukuran Profitabilitas
Secara umum, yang paling utama dalam analisa rasio keuangan harus
mencakup hanya jenis penghasilan yang timbul dari operasi bisnis normalnya.
Hal ini tidak termasuk hal-hal berikut:
•
Discontinued Operations
•
Extraordinary Items
Pendapatan modal dari cabang perusahaan yang tidak dikonsolidasi dan
bunga yang tidak terkontrol juga penting dalam analisa profitabilitas. Analisis
trend juga harus mempertimbangkan hanya penghasilan yang timbul dari operasi
bisnis normalnya.
2.4.1. Net Profit Margin
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), Net Profit Margin
adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini
sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi
penetapan
harga
penjualan
yang
diterapkan
perusahaan
dan
kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.
Semakin besar Net Profit Margin, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan
antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor pasar
modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba.
Rasio ini merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung
seluruh biaya dan pajak penghasilan. Marjin laba bersih menunjukkan
perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Semakin besar
besar net profit margin, berarti semakin efisien perusahaan tersebut
dalam
mengeluarkan
biaya-biaya
sehubungan
dengan
kegiatan
operasinya.
Interpretasi dari hasil analisa ini adalah untuk mengukur sejauh
mana laba bersih sesudah pajak yang dapat dicapai dari besarnya volume
penjualan. Semakin besar rasio ini, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif, maka semakin baik juga kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba yang tinggi.
2.4.2. Operating Income Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang
dihasilkan oleh setiap penjualan. Selain itu, rasio ini mencerminkan
tingkat efisiensi perusahaan, semakin tinggi menunjukkan bahwa
semakin tinggi laba yang diterima oleh perusahaan. Pendapatan operasi
dihitung dari laba kotor perusahaan dikurangi dengan biaya penjualan,
biaya umum dan administrasi, serta biaya-biaya lainnya. Dalam hal ini
operating profit adalah gross profit – operating expenses. Adapun
operating expense terdiri dari gaji yang dibayarkan kepada pekerja,
penelitian dan pengembangan, dan tagihan lain-lain.
2.4.3.
Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Menurut Syafri (2008:305), ROE merupakan
suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Menurut Harahap (2007:156), ROE digunakan untuk mengukur
besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka
tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi
para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE
memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin
besar ROE, semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE
memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor
akan tinggi, sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham
tersebut. Hal itu akan menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.
ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan
dapat mengelola modalnya sendiri dengan efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal
sendiri atau sering disebut dengan rentabilitas usaha.
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum
pajak terhadap total asset, yang mengindikasikan seberapa besar
kemampuan
asset
yang
dimiliki
pengembalian atau pendapatan.
2.4.4. Gross Profit Margin
untuk
menghasilkan
tingkat
Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasi kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Sedangkan
menurut Syamsuddin, 2009:61, “Gross Profit Margin merupakan
persentasi laba kotor dibandingkan dengan sales.”
Rasio ini menunjukkan nilai relatif antara nilai laba kotor terhadap
nilai penjualan. Laba kotor adalah nilai penjualan dikurangi harga pokok
penjualan. Dari rumus diatas, dapat diketahui bahwa rasio ini
menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk
seluruh penjualan yang telah dilakukan.
Nilai rasio 0.5 atau 50% menunjukkan bahwa laba kotor yang
diperoleh perusahaan adalah 50% dari total penjualan yang telah
dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, semakin besar
laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan. Artinya profitabilitas
perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki tingkat keuntungan
dalam laba kotor yang tinggi.
2.5.
Produktifitas
Produktifitas berkaitan dengan pembuatan output secara efisien dan
secara spesifik menunjuk pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input
(bahan baku) yang digunakan untuk memproduksi output. Definisi produktifitas
menurut L. Greenberg, merupakan “Perbandingan antara totalitas pengeluaran
pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu.” (Prof.
Dari. Tjotjo Yuniarsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2009, hal 157). Total
efisiensi produktif adalah suatu titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada
setiap campuran input untuk memproduksi output tertentu, tidak digunakan lebih
dari satu input dari yang diperlukan dan (2) dengan campuran yang memenuhi
kondisi pertama, dipilih campuran dengan biaya terendah.
Ukuran produktifitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja
yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan
atau jam-jam kerja setiap tenaga kerja. Namun demikian terjadi kerugian yang
dikarenakan oleh adanya pembatasan bahwa perbandingan produktifitas antar
perusahaan dapat keliru, jika perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja dan
peningkatan modal yang berbeda.
Berdasarkan Hansen & Mowen (2011) dalam bukunya yang berjudul
Managerial Accounting, produktifitas dapat dihitung dengan rumus:
Pengukuran produktifitas dapat membantu mengevaluasi penampilan,
perencanaan, kebijakan pendapatan, upah, dan harga melalui identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor
ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan,
menentukan tingkat pertumbuhan suatu sektor ekonomi, mengetahui pengaruh
perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya.
Secara umum pengukuran produktifitas berarti perbandingan yang dapat
dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu:
1. Perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang
ini memuaskan atau belum.
2. Perbandingan
pelaksanaan
antara
satu
unit
dengan
lainnya.
Pengukuran jenis ini menunjukkan perncapaian yang relatif.
3. Perbandingan
pelaksanaan
sekarang
dengan
targetnya
dan
memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini, kita memerlukan
pertimbangan perbandingan pengukuran produktifitas. Paling sedikit ada dua
jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni:
2.5.1. Pengukuran Produktifitas Parsial
Pengukuran produktifitas adalah penilaian kuantitatif atas
perubahan produktifitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai
apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Pengukuran
produktifitas
dapat
berupa
aktual
atau
prospektif.
Pengukuran
produktifitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai, memantau
dan mengendalikan perubahan. Sedangkan pengukuran produktifitas
prospektif melihat ke masa depan dan berguna sebagai input bagi
pengambilan keputusan strategis, sehingga memungkinkan manajer untuk
membandingkan manfaat relatif dari berbagai kombinasi input, pemilihan
input dan campuran input yang memberikan manfaat terbesar.
Produktifitas input tunggal biasanya diukur dengan menghitung
rasio output terhadap input. Karena produktifitas hanya merupakan salah
satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut pengukuran
produktifitas parsial.
Apabila pengukuran tersebut menggunakan
kuantitas fisik, maka disebut ukuran produktifitas operasional, tetapi jika
pengukuran dinyatakan dalan dolar, maka disebut ukuran produktifitas
keuangan.
Ukuran parsial memungkinkan manajer untuk memusatkan
perhatiannya pada penggunaan input tertentu. Pengukuran parsial ini
mudah diinterpretasikan oleh seluruh karyawan perusahaan, sehingga
ukuran tersebut mudah digunakan untuk menilai kinerja produktifitas
personil operasi. Penurunan produktifitas suatu input mungkin diperlukan
untuk meningkatkan produktifitas input lainnya. Trade-off seperti itu
sangat diperlukan apabila biaya secara keseluruhan turun, tetapi pengaruh
tersebut akan hilang apabila digunakan ukuran parsial lainnya. Misalnya,
mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan waktu lebih
sedikit dalam proses produksi, hal ini memungkinkan meningkatnya sisa
bahan baku dan limbah produksi, sementara output yang dihasilkan tidak
berubah. Apabila kenaikan bahan baku dan limbah produksi melebihi
penghematan dari penggunaan lebih sedikit ternaga kerja, maka
produktifitas secara keseluruhan menurun.
2.5.2. Pengukuran Produktifitas Total
Pengukuran produktifitas seluruh input disebut pengukuran total
produktifitas. Namun, dalam prakteknya pengukuran seluruh input jarang
digunakan. Banyak perusahaan hanya mengukur faktor-faktor yang
dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja
perusahaan.
Singkat
kata,
pengukuran
total
produktifitas
dapat
didefinisikan sebagai pemusatan perhatian pada beberapa input yang
secara total mencerminkan keberhasilan perusahaan.
Ada dua pendekatan dalam pengukuran total produktifitas yang
telah
memperoleh
pengakuan
yaitu
pengukuran
profil
(profil
measurement) dan pengukuran produktifitas yang berkaitan dengan laba
(profit-linked productivity measurement).
Pembuatan sebuah produk umumnya membutuhkan beberapa
input utama seperti tenaga kerja, bahan, modal dan energi. Pengukuran
profil menyediakan serangkaian ukuran operasional parsial yang berbeda
dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari waktu ke waktu untuk
menyediakan informasi mengenai perubahan produktifitas. Analisis profil
dapat menyediakan informasi perubahan produktifitas yang bermanfaat
bagi manajer. Namun, perbandingan berbagai profil produktifitas tidak
selalu mengungkapkan sifat seluruh perubahan efisiensi produktif. Dalam
beberapa kasus, analisis profil tidak mampu memberikan indikasi yang
jelas mengenai apakah perubahan produktifitas memberikan dampak
yang baik atau buruk.
Menilai pengaruh perubahan produktifitas terhadap laba pada
tahun berjalan merupakan salah satu cara untuk menilai perubahan
produktifitas. Dengan penilaian ini, manajer dapat dengan mudah
mengetahui manfaat ekonomis dari perubahan produktifitas.
2.6.
Produktifitas dan Profit
Ada beberapa hal yang akan dibahas berkenaan dengan yang “bukan”
termasuk konsep produktifitas. Pertama, produktifitas bukan “produksi”.
Pengertian produksi selalu berorientasi ke output saja yang mempunyai unit
satuan berdimensi seperti “kg” atau “ton”. Pertanyaan yang sering timbul terkait
dengan upaya dalam meningkatkan produksi adalah “How much?” sedangkan
pertanyaan yang terkait dalam upaya meningkatkan produktifitas adalah “How
well?”. Hal ini dikarenakan, dalam pengertian produktifitas perhatian bukan
hanya tertuju pada output tetapi juga pada input. Unit satuan yang biasanya
digunakan dalam produktifitas berdimensi dua, seperti ton per hektar atau nilai
tambah per tenaga kerja.
Yang kedua, produktifitas bukan “efisiensi”. Produktifitas berbeda
dengan efisiensi, pengertian efisiensi selalu berorientasi pada input. Tindakan
yang efisien berarti menghemat penggunaan input atau dapat mendekati suatu
standar tertentu tanpa mempertimbangkan jumlah output yang dihasilkan. Tetapi
produktifitas fokus terhadap hubungan antara input yang digunakan dengan
output yang dihasilkan perusahaan. Ketiga, produktifitas bukan “pengukuran
kerja”. Konsep pengukuran kerja bertujuan untuk mengetahui jumlah jam kerja
yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan standar tertentu.
Yang
terakhir,
produktifitas
bukan
“profitabilitas”.
Profitabilitas
merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan
dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai rupiah, maka nilai
profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan.
Sedangkan konsep produktifitas tidak banyak dipengaruhi oleh fluktuasi harga,
karena hanya fokus terhadap hubungan antara input dan output yang digunakan.
Perusahaan disebut produktif apabila dapat menghasilkan jumlah output yang
sama dengan menggunakan jumlah input yang lebih sedikit, atau dengan
meningkatkan jumlah output dengan tanpa menambah jumlah input. Sehingga,
masalah hubungan antara input dan output masih didalam kontrol perusahaan.
Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk mencari laba.
Peter Drucker dalam tulisannya pada tahun 60 dan 70-an membenarkan jawaban
tersebut. Tetapi dengan adanya perkembangan ekonomi di dunia maka jawaban
tersebut tidaklah valid. Tom Peters memberikan jawaban bahwa tujuan utama
perusahaan adalah untuk bertahan. Peter Drucker menyatakan bahwa untuk
perusahaan yang tidak memiliki “Productivity Objective” maka perusahaan
tersebut tidak memiliki “kompas” yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk
dapat “survive”. Untuk menyusun objektif tersebut maka diperlukan data
produktifitas.
2.7.
Efisiensi Kinerja
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi umumnya memiliki
tujuan yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para
anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi
manajemen. Penilaian kinerja diukur karena dapat dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting
agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan
lingkungan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
dengan optimal, maka produktifitas perusahaan tersebut dapat dikatakan efektif
dan efisien.
Menurut Hansen & Mowen (2011) dalam bukunya yang berjudul
Managerial Accounting, menyatakan bahwa kinerja suatu perusahaan dapat
dikatakan sudah efisien apabila perusahaan dapat menggunakan lebih sedikit
input untuk menghasilkan output yang sama atau relatif lebih banyak, atau
dengan memproduksi output lebih banyak dengan jumlah input yang sama atau
relatif lebih sedikit.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Apabila kinerja perusahaan sudah semakin mendekati totalitas,
maka investor atau penyandang dana tentunya akan semakin tertarik untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada
beberapa pengertian kinerja seperti yang telah dijelaskan oleh Helfert (1996:67)
bahwa, “Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen.”
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator
dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan.
Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren
melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum
dalam laporan keuangan perusahaan.
Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner et al (1996:9):
“Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya
dalam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan
efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti
melakukan hal yang tepat.”
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
(Performance) perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan
efisien.
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu
tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam
periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan dan laporan lainnya.
Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan
oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang
berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu
alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang
membutuhkannya.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by
Business Enterprises, tujuan pelaporan keuangan adalah:
•
Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang
sejenis.
•
Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau
bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo
sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow)
pada perusahaan.
•
Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber
daya tersebut dan perubahannya.
Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar
didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan
perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja
perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai
akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan
yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi
dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai
tuntutan yang timbul terhadap perusahaan.
Menurut Yulius Jogi Christiawan dan Josua Tarigan (2007) dalam
jurnalnya yang berjudul Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan
Nilai Perusahaan, kinerja perusahaan dapat dihitung dengan laba bersih dibagi
dengan rata-rata total assets. Rata-rata total assets dihitung dari total assets awal
tahun ditambah total assets akhir tahun dibagi dua. Semakin tinggi skor ini
menunjukkan perusahaan telah dikelola dengan tingkat pengembalian atas assets
yang tinggi. Penghitungan ini biasa dikenal dengan rasio Total Asset Turnover
(TATO):
Rasio ini digunakan untuk mengukur intensitas perusahaan dalam
menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva yang paling relevan adalah
penjualan, karena penjualan penting bagi laba. TATO merupakan rasio antara
jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama
periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah
dipergunakan dalam kegiatan perusahaan. Apabila dalam menganalisis rasio ini
selama beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga hasil
usaha akan meningkat.
Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu
ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio
atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis
perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu
membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk
perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
2.8.
Penelitian Terdahulu
Menurut Ritra (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisa Pengaruh
Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Dalam Perusahaan Aneka Industri Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, berdasarkan hasil pengujian regresi
diketahui bahwa number of days account receivable (NDAR) dan number of days
inventory (NDI) berpengaruh positif terhadap net operating profit (NOP).
Sedangkan, number of days account payable (NDAP) berpengaruh negatif
terhadap variabel profitabilitas, yaitu NOP.
Menurut Nelly (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Rasio
Profitabilitas, Arus Kas Dari Aktivitas Operasi, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan LQ 45 Periode 2009 – 2011”, Return On Equity
(ROE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, maka
sesuai dengan hipotesis pertama. Tanda koefisien yang memiliki arah positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE, maka semakin menunjukkan efisiensi
dalam menggunakan dan mengelola modal sendiri serta berhasil dalam
menghasilkan laba yang tinggi. Semakin tinggi laba yang diperoleh, maka
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin tinggi dan harga
saham yang akan dihasilkan perusahaan juga akan semakin tinggi. Hal ini
menyebabkan nilai perusahaan meningkat.
The concepts of efficiency have received a great deal of attention in many
organisations. Many different approaches have been applied by many
researchers to the measurement of efficiency changes in various types of
institutions. The aim of this paper is to review the literature dealing with the
concepts of efficiency and to review various techniques used in the measurement
of these constructs. Measurement techniques are reviewed and directions are
given for future research in data envelopment approach (DEA). Many
researchers have used the DEA technique in efficiency analysis of financial
institutions. These studies provide evidence that DEA is an appropriate
methodology for efficiency analysis for these institutions. (Ariyarathna Jayamaha
and Joseph M. Mula, Productivity and Efficiency Measurement Techniques:
Identifying the Efficacy of Techniques for Financial Institutions in Developing
Countries, 2011)
Ramond Luke dalam jurnalnya yang berjudul “THE EFFECT OF
QUALITY COST MANAGEMENT ON FIRMS PROFITABILITY” menyatakan
bahwa “The correlation analysis (SPSS version 20) was used to analyze the data
and from the results obtained it was concluded that there is a significant
relationship between quality cost management and firm profitability. It was
recommended that effective quality cost management systems be put in place by
firms to enhance their profitability and that firms should channel more efforts
towards prevention and appraisal activities, this will reduce the extent to which
they spend on internal and external failures and lead to increased profitability.”
Dalam jurnal yang berjudul “The Relationship Between Working Capital
Efficiency and Profitability”, Christi Khalid Ashraf (2012) mengungkapkan
bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara net operating profitability dan
the average collection period, inventory turnover in days, average payment
period, dan cash conversion cycle. Ashraf juga mengungkapkan bahwa adanya
hubungan negatif signifikan antara accounts payable dan profitabilitas sesuai
dengan anggapan bahwa perusahaan yang kurang profitable membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk membayar tagihan-tagihan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, penulis dapat mengetahui bahwa
tingkat profitabilitas perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya piutang dan persediaan, ROE (Return on Equity), efisiensi kinerja
dan produktifitas, serta manajemen biaya.
Download